ISSN : 2477 – 0604 Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2016 | 69-75
FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR 1
1
Wahyu Cahyono, 1Rahmani, Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK
Kasus gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur semakin meningkat dari tahun 2010 3,32% dan tahun 2012 berjumlah 3,71%. Menunjukkan penanganan gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur masih belum maksimal, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk di Puskesmas Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan jenis Observasional Analitik dengan desain Crossectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terstruktur. Populasi semua petugas gizi di Puskesmas kabupaten Lombok Timur. Jumlah sampel 50 petugas gizi yang diambil secara Proporsional dan Random Sampling. Analisis Univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi, analisis Bivariat dilakukan dengan uji Chi-square dan Fisher Extret dan analisis Multivariat dengan Regresi Logistic berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan umur <40 tahun (78%), jenis kelamin pria (58%), pendidikan DIV/S1 (74%) dan masa kerja > 5 tahun (62%). Tingkat pengetahuan responden yang kurang baik (64%), petugas gizi yang mempunyai motivasi tinggi (72%), persepsi beban kerja berat (52%), sikap petugas gizi terhadap penganan gizi buruk yang baik (68%), sarana dan prasarana cukup (82%), petugas gizi dengan persepsi supervisi baik (62%) dan petugas gizi yang mendapatkan imbalan kurang dalam penanganan gizi buruk (40%). Berdasar uji Chi-square ada hubungan antara pengetahuan, sarana dan prasarana dan supervisi dengan kinerja petugas gizi dengan nilai (p=<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan p= 0,004 dengan Exp B=0,041, dan sarana prasarana p=0,022 dengan Exp B=0,036, merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk. Disarankan adanya pemberian rekomendasi melanjutkan pendidikan untuk petugas gizi di Puskesmas guna meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petugas gizi. Menyediakan srana dan prasarana yang mendukung kegiatan penanganan gizi buruk di kabupaten Lombok Timur. Kata kuci : Kinerja Petugas Gizi, Gizi Buruk, Pengetahuan, Sarana dan Prasarana. Balita
PENDAHULUAN Status merupakan pertumbuhan
gizi
buruk
pada
penyebab fisik,
mental
balita
kegagalan maupun
kemampuan berpikir yang pada akhirya akan menurunkan produktivitas kerja.
gizi
penurunan
biruk
dapat
kecerdasan,
mengalami
keadaan
ini
menunjukkan bahwa pada hakekatnya gizi buruk
atau
kurang
akan
berdampak
terhadap menurunnya kualitas sumberdaya manusia, selain itu menurunya dayatahan
WAHYU CAHYONO RAHMANI
70
tubuh, meningkatnya angka pengangguran,
yang mendapatkan Fe 90 tablet cakupanya
hal ini merupakan dampak dari gizi yang
96,8% melebihi target 85%, persentase
kurang baik.1
balita ditimbang berat badanya cakupanya
Kabupaten Lombok Timur adalah
69,5% masih jauh dari target 85% dan
salah satu kabupaten penyumbang gizi
persentase cakupan pemberian MP-ASI
buruk dari beberapa kabupaten di Provinsi
pada balita gizi buruk, gakin 87% masih
NTB, dengan persentase sebagai berikut :
belum mencapai target 100%.5 Hal ini
Balita gizi buruk tiga tahun terakhir,
menunjukkan kinerja petugas gizi masih
berdasarkan BB/U balita gizi buruk tahun
kurang baik.
2010 (3,32%), tahun 2011 (2,82%), dan
Petugas gizi di Puskesmas merupakan
tahun 2012 sebanyak (3,71%). Status gizi
salah satu tenaga lapangan yang langsung
dilihat dari BB/TB, balita kurus tahun
menghadapi masyarakat, termasuk dalam
2010 (4,79%), tahun 2011 (3,48%) dan
penanganan balita gizi buruk diwilayah
tahun 2012 sebanyak (6,59%). Sedangkan
kerjanya. Tugas pokok tenaga pelaksana
dilihat dari jumlah balita yang menderita
gizi meliputi: penentuan prioritas masalah,
gizi buruk yakni : Tahun 2010 jumlah
merencanakan,
balita gizi buruk sebanyak (285 balita),
melaporkan
tahun 2011 sebanyak (229 balita), dan
menanggulangi masalah gizi. Penelitian ini
pada tahun 2012 sebanyak (200 balita)
akan membahas faktor yang berhubungan
yang
dengan kinerja petugas gizi di Puskesmas
tersebar
di
29
Puskesmas
di
Kabupaten Lombok Timur.3 Cakupan
kegiatan
melaksanakan kegiatan-kegiatan
dan dalam
dalam penanggulangan balita gizi buruk di
perbaikan
gizi
wilayah Puskesmas dengan mengacu pada
Kabupaten Lombok Timur pada tahun
buku pedoman kerja petugas gizi di
2012 : Persentase balita gizi buruk yang
Puskesmas.
mendapatkan perawatan cakupanya 95% masih kurang dari target 100%, persentase
METODE PENELITIAN
bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eklusif cakupanya 64,2% masih kurang
Peneltian ini adalah studi kuantitatif
dari target 80%, cakupan rumah tangga
dengan jenis observasional analitik dan
yang mengkomsumsi garam beryodium
disain Crossectional. Pengumpulan data
74,42% masih jauh dari target 90%,
dilakukan
persentase
yang
wawancara dengan kuesioner terstruktur
mendapatkan vitain A cakupanya 94,5%
dan observasi. Populasi dalam penelitian
melebihi target 85%, persentase ibu hamil
ini
balita
6-59
bulan
adalah
dengan
seluruh
menggunakan
petugas
gizi
di
WAHYU CAHYONO RAHMANI
71
Puskesmas Kabupaten Lombok Timur
Pengetahuan atau kognitif merupakan
sejumlah 98. Tehnik pengambilan sampel
domain
secara acak dari tiap Puskesmas. Jumlah
terbentuknya suatu tindakan seseorang.
subyek 50 petugas gizi. Analisis data
Pengetahuan yang diperoleh seseorang
menggunakan uji chi-square dan regresi
akan
logistik ganda.6
pemahaman
yang
sangat
menimbulkan
penting
pengertian
terhadap
untuk
dan
pengetahuan
tersebut. Dengan memahami sesuatu hal HASIL PENELITIAN
yang dipelajari, seseorang akan dapat
Hasil penelitian diketahui rata-rata
mengadakan penilaian. Penilaian ini dapat
umur responden 29 tahun dengan Std.
positif atau negatif. Penilaian yang positif
Deviation 7,442 tahun, Jenis kelamin
akan menimbulkan sikap positif, yang
responden sebagian besar pria (58%),
akhirnya akan berpengaruh pada perilaku
tingkat pendidikan responden DIV/S1
positif terhadap sesuatu yang dipelajari
sebesar 74%. Masa kerja responden lebih
tersebut.8
banyak dengan masa kerjanya >5 tahun (62%).
kurang baik sebesar 28% dan yang Tabel 1. Karakteristik Responden
No 1
2
3
4
Karakteristik responden Umur Mean Median SD Min Max Dewasa awal Dewasa akhir Jenis kelamin Peria Wanita Tingkat pendidikan D3 D4/S1 Masa kerja <5 tahun >5 tahun
Hasil bahwa
Motivasi responden yang motivasi
Frekuensi
Persentase (%)
31,96 29,00 7,442 23 52 39 11
78 22
29 21
58 42
13 37
26 74
19 31
38 62
memiliki motivasi baik
Motivasi merupakan suatu sikap fositif terhadap
penelitian
pengetahuan
kerjanya
yang
akan
dan sebaliknya jika responden bersikap negatif terhadap setuasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Motivasi
kerja
adalah
suatu
yang
menimbulkan semangat kerja.9 Persepsi responden terhadap beban kerja, yang memiliki persepsi ringan terhadap beban kerja sebesar 24%, dan
lebih
banyak memiliki pengetahuan yang kurang baik dimana terdapat 64%, dan
stuasi
menunjukkan motivasi kerja yang tinggi
menunjukkan
responden
sebesar 28%.
yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 36%.
yang memiliki persepsi berat terhadap beban kerja sebesar
52%. Apabila para
pekerja merasa beban kerja yang harus ditanggung terasa semakin berat, itu berarti pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka tidak sesuai dengan kemampuan
WAHYU CAHYONO RAHMANI
untuk
72
menyelesaikan
tugas
tersebut.
yang mendapat insentif yang cukup 60%.
Manusia hanya memiliki kapasitas energi
Sistem ibalan yang baik adalah sistem
yang terbatas apabila dalam waktu yang
yang mampu menjamin kepuasan para
bersamaan harus mengerjakan beberapa
karyawan.
tugas akan terjadi kompetensi prioritas
1. Analisis Hubungan Variabel Bebas
antar tugas-tugas tersebut.9
dengan Variabel Terikat
Responden dengan sikap kurang
Tabel 2 Hasil Analisis Chi-
baik sebesar 32%, dan yang memiliki
square Hubungan Variabel Dengan
sikap baik sebesar 68%. Sikap merupakan
Kinerja Petugas Gizi Penanganan Gizi
kesiap siagaan mental seseorang yang
Buruk Di Puskesmas.
dipelajari, diorganisir dan mempunyai pengaruh terhadap atas cara tanggap terhadap obyek.10 Responden kerjanya
yang
terdapat
di sarana
prasarana,kurang
sebesar
responden
di
yang
tempat dan
18%,
tempat
dan
kerjanya
memiliki sarana dan prasarana yang cukup
Variabel Bebas Umur Jenis kelamin Pendidikan Masa kerja Pengetahuan Motivasi Persepsi terhadap beban kerja Sikap Sarana Supervisi Insentif
P 0,084 > 0,05 0845 > 0,05 0,051≤ 0,05 0> 447>0,05 0,000 < 0,05 0,723 > 0,05 0,591 > 0,05
Keterangan Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak Berhubungan Berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan
0,318 > 0,05 0,004 < 0,05 0,013 < 0,05 0,203 > 0,05
Tidak berhubungan Berhubungan Berhubungan Tidak berhubungan
82%. Sarana adalah prasarana yang dapat membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
dengan
lebih
Terdapat
hubungan
antara
berkeahlian,
variabel yang terdiri dari, pengetahuan,
efisien atau efektif jika seorang manusia
sarana dan prasaran dan persepsi supervisi
mengendalikannya.11
selanjutnya dilakukan analisis multivariat
Responden yang mempersepsikan
sendiri-sendiri dan secara bersama-sama
supervisi kurang baik sebesar 38%, dan
untuk
responden yang mempersepsikan supervisi
variabel bebas dengan variabel terikat.
baik sebesar 62%. Supervisi merupakan
2. Analisis Pengaruh
pengawasan secara langsung dan berkala
mengetahui
besarnya
pengaruh
Tabel 4 Hasil Analisis Multivariat
terhadap oleh atasan terhadap karyawan
Dengan
dan
Logistik Dengan Metoden
memberikan
menemukan
masalah
bantuan
ketika
yang
bersifat
langsung guna untuk mengatasinya.12 Responden yang mendapat insentif yang kurang sebesar 40%), dan responden
Enter
Uji
Variabel
Regresi
Bebas
Dengan Variabel Terikat
WAHYU CAHYONO RAHMANI
73
buruk variabel sarana dan prasarana juga
Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B
S.E. Wald df
Exp( Lowe Uppe Sig. B) r r
Step Penege 1a tahuan -3.202 1.106 8.378 respon den(1)
1 .004 .041 .005 .356
saranad anprasa -3.313 1.451 5.213 rana(1)
1 .022 .036 .002 .626
Consta nt
1 .005
2.930 1.054 7.728
berpengaruh
terhadap
kinerja
petugas gizi. Didapatkan hasil dari uji regresi logistik variabel psarana dan prasarana (p value = 0,022), kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Exp B= 0,36 yang artinya petugas gizi yang mempunyai sarna dan prasarana yang
18.72 9
a. Variable(s) entered on step 1: penegetahuanresponden, saranadanprasarana.
cukup kemungkinan dalam penanganan gizi buruk lebh baik 0,36 kali lebih besar dibandingkan dengan petugas gizi yang sarana dan prasarana kurang.
Variabel yang berpengaruh terhadap
KESIMPULAN
kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk yaitu :
A. Kesimpulan
1. pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian
pengetahuan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk didapatkan
hasil uji regresi
logistik variabel pengetahuan (p value = 0,004), kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Exp B = 0,41 yang artinya petugas
gizi
yang
mempunyai
pengetahuan baik kemungkinan dalam penanganan gizi buruk lebih baik 0,041 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang pengetahuan
kurang
baik untuk.
telah
dilakukan
pada
50
responden tentang faktor determinan kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi
buruk
diwilayah
Puskesmas
Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2013 didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak
ada
signifikan kelamin,
hubungan
yang
antara umur, jenis pendidikan masa kerja,
motivasi, sikap, persepsi beban kerja, dan insentif dengan kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi
2. Sarana dan Prasarana
buruk
Selain variabel pengetahuan yang berpengaruh terhadap
yang
kinerja
petugas gizi dalam penanganan gizi
di
wilayah
Puskesmas
Kabupaten Lombok Timur dengan nilai P= > 0,05.
WAHYU CAHYONO RAHMANI
2. ada
74
hubungan
yang
signifikan
c. Memberikan
penghargaan
pengetahuan, sarana dan prasaran,
kepada
persepsi supervisi dengan kinarja
berperestasi atau dengan kinerja
petugas gizi dalam penanganan gizi
yang baik.
buruk
diwilayah
Puskesmas
lintas multivariat
yang
a. Melakukan kerja sama dengan
nilai P=> 0,05. analisis
gizi
2. Bagi Puskesmas
Kabupaten Lombok Timur dengan
3. Dari
petugas
yang
sektor
terkait
mendukung
memiliki kekuatan pengaruh yang
untuk kegiatan
penanganan gizi buruk
paling kuat yaitu dengan nilai (Exp
b. Kepala puskesmas melakukan
B) dari yang terbesar sampai yang
supervisi dalam penanganan gizi
terkecil yaitu pengetahuan =0.41,
buruk
dan sarana dan prasarana =0,36.
ketersediaan
dan
pengecekan sarana
dan
prasarana
B. Saran Untuk meningkatkan kinerja
c. Mengajukan petugas gizi untuk
petugas gizi dalam penannganan gizi
mendapatkan biaya siswa atau
buruk
memberikan
di
Puskesmas
kabupaten
kemudahan
dan
Lombok Timur sesuai dengan yang
mempasilitasi petugas gizi untuk
diharapkan, disarakan :
menempuh pendidikan jenjang
1. Bagi
Kepala
Dinas
Kesehatan
yang lebih tinggi.
Kabupaten Lombok Timur a. Kepala
Dinas
diharapkan
Kesehatan mengadakan
pelatihan,
seminar
terkaitpenanganan guna
untuk
pengetahuan,
gizi
buruk
menambahkan keterampilan
DAFTAR PUSTAKA Departemen
Kesehatan
RI.
Strategik
Akslarasi Pencapaian Target MDGS 2015. Jakarta, 2008. Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional, Rencana Aksi Nasional Pangan
petugas gizi dalam penanganan
dan
gizi buruk.k.
Pembangunan Nasional. Jakarta, 2007.
b. Melakukan sarana
dan
supervisi
untuk
prasarana
mendukung penanganan gizi buruk.
yang
kegiatan
Dinas
Gizi
tahun
Kesehatan
2006-2010.
Kabupaten
Badan
Lombok
Timur. Laporan Tahunan Program Gizi Seksi Gizi. Selong, 2010-2012.
WAHYU CAHYONO RAHMANI
75
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi. Mataram, 2012. Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Lombok
Timur. Profil Kesehatan Lombok Timur. Selong, 2012. Notoatmodjo,
S.
Metode
Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta, 2002 Mengku negara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung 2006 Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia, 1986. Moh, As’ad. Psikologi Industry, Liberty. Yogyakarta 2004. Gibson, J. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses Jilid II Edisi 8. Bina Rupa Aksara. Jakarta, 1997. Sota,
Pengembangan
Sumberdaya
Manusia, Airlangga Universitas Press Surabaya. 2003 Azwar.
A.
Kesehatan. 1996.
Pengantar Binapura
Administrasi
Aksara.
Jakarta,