BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia memiliki masalah gizi yang disebut dengan beban gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah muncul masalah gizi lebih atau obesitas yang mengarah kepada penyakit tidak menular (PTM). PTM diawali dengan adanya sindrom metabolik yang ditandai dengan obesitas dan resistensi insulin yang dapat meningkatkan risiko hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung (CVD), dan diabetes melitus tipe 2 (Shrimpton, 2013; Mahan, 2008). Diabetes melitus yang merupakan salah satu penyakit akibat dari sindrom metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, gangguan aksi insulin atau keduanya (Mahan, 2008). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi kejadian diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dan gejala (D/G) diketahui sebesar 2,1%. Angka prevalensi diabetes melitus meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada populasi berusia diatas 65 tahun, risiko ini cenderung menurun serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi. Sementara itu, prevalensi diabetes melitus di Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,9 %. Berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2012, prevalensi kasus diabetes melitus tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan diabetes melitus tipe II, mengalami penurunan dari 0,63%
1
menjadi 0,55%. Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang yaitu sebesar 7,93%. Pilar utama dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu edukasi, pengaturan makan yang tepat, aktitivas fisik, dan intervensi farmakologi (Utomo, 2011). Dalam hal ini, manajemen gizi memegang peranan penting untuk mencegah komplikasi diabetes lebih lanjut. Pemberian edukasi gizi dapat menjadi kunci dalam mengontrol gula darah, terlebih pemberian edukasi diberikan oleh petugas gizi dapat meningkatkan kepatuhan terhadap manajemen terapi diabetes melitus (Nizak et al., 2012). Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 374/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi gizi, bahwa petugas gizi berperan dalam tatalaksana gizi klinik termasuk konseling atau pendidikan dan intervensi gizi pada kondisi kesehatan tertentu terkait kegizian. Angka prevalensi kejadian diabetes melitus tipe 2 yang tinggi di Kabupaten Magelang dimungkinkan terjadi karena proses asuhan gizi terstandar di puskesmas belum berjalan dengan optimal. Pada puskesmas yang ada di beberapa kecamatan di Kabupaten Magelang, pasien diabetes melitus tipe 2 tidak semua mendapatkan asuhan gizi dari petugas gizi. Kondisi ini diketahui dari komunikasi dengan kepala puskesmas di beberapa kecamatan di Magelang. Kurangnya tatalaksana gizi pada diabetes melitus tipe 2 oleh petugas gizi menyebabkan intervensi diabetes yang diberikan oleh Puskesmas tidak berjalan dengan efektif. Proses penatalaksanaan gizi
2
yang efektif dapat menurunkan pembiayaan terkait intervensi pada pasien diabetes
mellitus
melalui
program
penurunan
berat
badan
atau
mempertahankan berat badan melalui pembatasan kalori, peningkatan aktivitas fisik yang didampingi oleh petugas gizi (Lawlor et al., 2013). Penghematan biayaberupa biaya langsung medis maupun non-medis dan biaya tak langsung misalnya kerugian tidak masuk kerja karena harus menjalani pengobatan (Lawlor et al., 2013).Untuk meningkatkan proses penatalaksanaan gizi yang baik diperlukan pelatihan untuk petugas gizi. Pelatihan gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang praktek kegizian, serta untuk peningkatan keterampilan dalam memberikan konseling yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga mereka lebih percaya diri dan kompeten dalam menghadapi pasien dengan masalah gizi (Sunguya et al., 2013). Peningkatan kompetensi petugas gizi dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat dalam rujukan tentang saran diet untuk pencegahan dan manajemen penyakit tertentu (Alameddine et al., 2013). Berdasarkan penelitian Murtopo (2009) di Kota Yogyakarta, faktor yang berpengaruh terhadap kinerja tenaga pelaksana gizi puskesmas adalah motivasi. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pelatihan gizi sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) dan motivasi kerja petugas gizi dalam prosesasuhan gizi terstandar (PAGT) pada pasien diabetes melitus di puskesmas wilayah kerja Kabupaten Magelang.
3
B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dilihat bahwa pelatihan gizi sebagai upaya untuk meningkatkan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) yang diberikan oleh petugas gizi kepada pasien di puskesmas. Sehingga perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana proses berjalannya asuhan gizi yang diberikan oleh petugas gizi kepada pasien di puskesmas sebelum dan setelah diberikan pelatihan misalnya workshop mengenai proses asuhan gizi terstandar pada penyakit diabetes melitus? 2. Bagaimana pengaruh pelatihan giziterhadap pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) dan motivasi kerja petugas gizi dalam pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan gizi berpengaruh pada upaya peningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) dan motivasi kerja petugas gizi dalam proses asuhan gizi terstandar (PAGT) pada pasien diabetes melitus di puskesmas wilayah Kabupaten Magelang, serta mengidentifikasi proses asuhan gizi terstandar yang diberikan oleh petugas gizi kepada pasien diabetes melitus di puskesmas.
4
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada beberapa pihak, yaitu : 1. Bagi Petugas gizi Meningkatkan partisipasi petugas gizi dalam penatalakasanaan gizi pada pasien diabetes melitus di Puskesmas yang ada di Kabupaten Magelang dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan motivasi kerja petugas gizi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan gambaran tentang kompetensi lulusan Gizi Kesehatan yang dibutuhkan di lapangan sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan petugas gizi. 3. Bagi Puskesmas di Kabupaten Magelang Meningkatkan
keefektifan
proses
penatalaksanaan
gizi
yang
diberikan pada pasien diabetes melitus di Puskesmas yang ada di Kabupaten Magelang. 4. Bagi Pasien Diabetes melitus Penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
proses
penatalaksanaan gizi pada diabetes melitus, sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh pasien. 5. Peneliti Memberikan
pengalaman
wawasan.
5
dan
pengetahuan
serta
menambah
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu , sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Endevelt et al. (2014) berjudul “A qualitative study of adherence to nutritional treatment: perspectives of patients and dietitians”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas kepatuhan diet pasien berdasarkan persepsi pasien dan petugas gizi. Persepsi pasien terhadap peran petugas gizi dalam memberikan pelayanan gizi diharapkan dapat sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan oleh petugas gizi. Begitu pula dengan persepsi Petugas gizi terhadap profesi mereka, sehingga diharapkan menjawab tantangan ke depan terhadap proses konseling yang diberikan. Penelitian tersebut menunjukkan persepsi antara pasien dan petugas gizi terhadap konseling gizi. Seorang petugas gizi harus dapat menyakinkan pasien untuk menjalani diet sebagai determinan kesembuhan dari penyakit yang mereka derita. Konseling gizi dilakukan melalui pendekatan berdasarkan kebutuhan individu dan kebutuhan psikologis sehingga pasien dapat mengubah pola makan yang disarankan oleh petugas gizi. Penelitian yang akan dilakukan memiliki kesamaan terkait dengan desain kualitatif melalui forum group discussion (FGD). Selain itu, diharapkan penatalaksanan gizi pada pasien diabetes melitus dapat dilakukan melalui pendekatan yang sama dengan penelitian ini yaitu pendekatan kebutuhan individu dan psikologis pasien.
6
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sunguya et al.(2013) berjudul “ Nutrition training improves health workers’ nutrition knowledge and competence to manage child undernutrition : a systematic review”. Penelitian ini dilakukan dengan cara systematic review pada beberapa penelitian mengenai pemberian pelatihan gizi. Systematic review dilakukan pada penelitian dengan desain RCT, klaster RCT, quasi-eksperimental, pre-post intervensi dengan atau tanpa kelompok pembanding. Penelitian ini menjelaskan mengenai intervensi terkait pelatihan gizi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Meskipun berbeda dalam hal desain penelitian yang digunakan, penelitian dapat menjadi referensi dalam penelitian mengenai pengaruh pelatihan yang diberikan untuk petugas gizi terhadap pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) dan motivasi kerja petugas gizi dalam penatalaksanaan gizi pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kabupaten Magelang. Persamaan penelitian Sunguya et al.(2013) dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada pengaruh intervensi berupa pelatihan terhadap peningkatan kualitas pelayanan gizi oleh tenaga kesehatan. 3. Penelitian mengenai tatalaksana diabetes melitus dengan judul “Hubungan antara 4 Pilar Pengelolaan Diabetes melitus dengan Keberhasilan Pengelolaan Diabetes melitus Tipe 2” yang dilakukan oleh Utomo (2011). Empat pilar dalam pengelolaan diabetes
7
melitusyaitu edukasi, perencanaan diet, aktivitas fisik, dan intervensi farmakologi. Empat pilar tersebut, faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pengelolaan diabetes tipe 2 adalah aktivitas fisik. Meskipun perencanaan diet tidak berpengaruh signifikan,
dapat
sebagai
faktor
penting
dalam
manajemen
pengobatan diabetes melitus. Penelitian ini dilakukan dengan desaincase control yang berbeda dengan desain pada penelitian akan dilakukan mengenai pengaruh pelatihan yang diberikan untuk petugas gizi terhadap pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) dan motivasi kerja petugas gizi dalam penatalaksanaan gizi pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kabupaten Magelang. Persamaan kedua penelitian yaitu pada pengelolaan diabetes melitus tipe 2, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang dilakukan.
8