1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibu hamil sering mengalami masalah masalah gizi. Masalah gizi yang sering terjadi adalah kurangnya asupan protein. Masalah tersebut akan berdampak negatif pada ibu hamil, misalnya berisiko melahirkan bayi dengan berat badan bayi rendah (BBLR). Di Indonesia banyak terjadi kasus kekurangan energi kronis terutama yang disebabkan karena adanya kurang asupan gizi seperti asupan protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak tercukupi. Protein memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan sangat efisien dalam memelihara jaringan dalam tubuh, protein yang ada dan menggunakan kembali asam amino yang diperoleh dari pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan lain (Almatsier, 2004). Menurut FAO (1988), jika seseorang mengalami sekali atau lebih kekurangan energi, maka dapat terjadi penurunan berat badan dengan aktivitas ringan sekalipun dan pada tingkat permintaan energi BMR yang rendah sehingga harus mengurangi sejumlah aktivitas untuk menyeimbangkan masukan energi yang lebih rendah tersebut. Ketidak seimbangan energi yang memicu rendahnya berat badan dan simpanan energi dalam tubuh akan menyebabkan kurang energi kronis. Guyton dan hall (2008) menyatakan asupan protein yang cukup berkaitan dengan gizi normal yaitu memperkecil faktor risiko terjadinya kurang energi kronis yang berhubungan dengan LLA. Terkait dengan tingkat kecukupan
2
konsumsi protein maka protein akan berfungsi sebagai energi alternatif yang menunjukkan dominasi protein sebagai sumber energi akan dilakukan sebagai kompensasi apabila terjadi defisit energi. Terjadi peningkatan zat gizi pada remaja putri berkaitan dengan percepatan pertumbuhan yang dialaminya, dimana zat gizi yang diserap tubuh digunakan untuk meningkatkan berat badan dan tinggi badan, disertai dengan meningkatnya jumlah ukuran jaringan sel tubuh untuk mencapai pertumbuhan yang optimal (Waryono, 2009). Banyak remaja yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk, jika sudah terlalu lama maka akan terjadi kurang energi kronik (KEK) ( Wuryani, 2007). Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita kurang asupan gizi energi dan protein yang berlangsung lama atau menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko kurang energi kronis bilamana lingkar lengan atas LLA <23,5 cm. Kurang energi kronis mengacu pada lebih rendahnya masukan energi, dibandingkan besarnya energi
yang dibutuhkan yang
berlangsung pada periode tertentu, bulan hingga tahun (Syahnimar, 2004). LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis pada wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Menurut Gibson (2005) dalam pengukuran LLA dapat melihat perubahan secara pararel dalam masa otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis pada saat kekurangan gizi. Hasil pengukuran lingkar lengan atas (LLA) ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil
3
pengukuran < 23,5 cm berarti berisiko BBLR dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko BBLR (Lubis, 2003). Kajian Susenas di Indonesia menunjukan bahwa proporsi wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun dengan ukuran lingkar lengan atas (LLA< 23,5 ), pada tahun 2000 mencapai 21, 5% (Depkes, 2001). Secara nasional prevalensi kurang energi kronis (KEK) wanita usia subur adalah 20,8%. Data Dinas Kesehatan pada tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 menunjukan prevalensi wanita usia subur (WUS) kurang energi kronis (KEK) sebesar 17,2% (Riskesdas, 2013). Penelitian Sirajuddin (2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan asupan protein dan kejadian kurang energi kronis pada wanita dewasa di Sulawesi Selatan. Asupan protein perkapita semakin kecil maka risiko kejadian KEK semakin besar demikian juga sebaliknya. Hasil ini mengindikasikan bahwa peran protein dalam membangun struktur jaringan tubuh menjadi bagian akhir untuk menyuplai kebutuhan energi pada saat asupan karbohidrat dan lemak berkurang. Asupan lemak dan karbohidrat sebagai pembanding asupan protein dalam perannya sebagai sumber energi alternatif. Meskipun data lain membuktikan bahwa mayoritas asupan energi diatas 80% AKG dalam katagori normal. Namun hal ini tetap harus identifikasi dengan baik dimana subjek yang memiliki asupan energi <80% AKG adalah subjek yang memiliki status KEK. Temuan ini didukung oleh data bahwa 62% subjek yang memiliki asupan energi <80% AKG juga merupakan subjek yang KEK (Depkes, 2007). Hasil uji regresi logistik menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari jumlah asupan protein terhadap KEK (p=0,01).
4
Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB). Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Chinue, 2009). Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penliti di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang didapatkan hasil bahwa kejadian KEK mencapai 12 orang dari 86 ibu hamil, atau mencapai angka 13,95%. Kejadian KEK pada ibu hamil terkait dengan asupan protein yang tidak terpenuhi pada ibu hamil. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan jusul “Hubungan asupan protein dengan Kekurangan Energik Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan asupan protein dengan Kekurangan Energik Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang?
5
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan asupan protein dengan Kekurangan Energik
Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui asupan protein pada ibu hamil di desa Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang? 2. Untuk mengetahui kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang? 3. Hubungan antara asupan protein dengan kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang?
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Merupakan wahana untuk belajar, menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman penelitian bidang gizi dan kesehatan, sekaligus untuk menerapkan ilmu yang didapatkan.
1.4.2. Bagi Masyarakat Merupakan salah satu sumber tentang asupan protein dan tentang kekurangan energi kronik pada ibu hamil.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat berguna sebagai bahan tambahan acuan untuk penelitian Gizi, terutama Gizi ibu hamil, dan kekurangan energi kronik selanjutnya.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Kebutuhan nutrisi meningkat selama kehamilan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin, bersama-sama dengan perubahanperubahan yang berhubungan pada struktur dan metabolisme yang terjadi pada ibu. Metabolisme maternal diatur melalui aktivitas dari hormon sebagai mediator, mengalihkan nutrisi khusus kejaringan reproduksi (plasenta dan kelenjar payudara), kemudian mentransfer nutrisi ke janin yang sedang berkembang (As’Ad, 2002). Menurut Nasution (1988) yang dikutip oleh Zulhaida Lubis (2003), kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Zulhaida Lubis, 2003). Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, aktifitas fisik dan lain-lain(Almatsier,2003). Untuk mengetahui tingkat kecukupan gizi pada seseorang maka ditetapkan Angka
7
Kecukupan Gizi Indonesia yang disusun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), risalah Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 yang dituliskan dalam buku Gizi Ibu Hamil oleh Safitri Sayogo (2007). Adapun angka kecukupan gizi pada ibu hamil adalah angka kecukupan gizi pada wanita tidak hamil dengan sedikit tambahan.
2.2. Asupan Protein Ibu Hamil 2.2.1 Pengertian Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein berfungsi sebagai fondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat pembangun jaringan, membentuk stuktur tubuh, pertumbuhan, transportasi oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. Sumber protein yang baik yaitu berasal dari protein hewani dan nabati (Almatsier, 2003). Pada ibu hamil protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta uterus, payudara, serta peningkatan volume darah ibu (Cunningham, 2005). Penambahan protein dibutuhkan pada masa kehamilan untuk menutupi perkiraan 925 gr protein yang dideposit dalam janin, plasenta dan jaringan maternal. Penambahan protein tiap hari pada trimester berturut-turut diperkirakan TM I 0,6gr, TM II 1,8gr dan TM III 6gr. Penggunaan protein adalah = 67-70%,
8
rata-rata wanita hamil akan membutuhkan pertambahan 8,5 gr protein/hari (Pramitha, 2009). Sebagian besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani, misalnya daging susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, karena makanan-makanan ini mengandung kombinasi asam amino yang optimal. Susu dan produk susu telah lama dianggap sebagai sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi wanita hamil (Cunningham, 2005).
2.3. Kekurangan Energi Kronik (KEK) 2.3.1. Pengertian (KEK) Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA(Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm (Chinue, 2009). LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Status gizi yang buruk (KEK) sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002).
9
Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka ibu tersebut perlu diperiksa LILA dan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang mempunyai ukuran LILA <23,5 cm dan IMT( Indeks Masa Tubuh merupakan hasil pembagian berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter) < 17,0 beresiko terkena KEK. (As’Ad, 2002). Tindakan pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi adalah mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein xxi - termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacangkacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori (Chinue, 2009). Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti. Pemberian makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan penerapan porsi kecil tetapi sering, faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-450 Kalori dan 12-20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal (Chinue, 2009).
10
2.4. Pengukuran LILA Menurut Depkes RI (2004) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Sasaran WUS adalah wanita pada usia 15-45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). 2.4.1. Pengertian Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK pada wanita usia subur (Supariasa, 2002). 2.4.2. Tujuan Adapun tujuan pengukuran LILA adalah : a. Mengetahui risiko KEK pada WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah. b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan KEK. c. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK d. ( Supariasa, 2002). 2.4.3. Ambang Batas Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil pengukuran ada dua kemungkinan yaitu
11
kurang dari 23,5cm dan diatas atau sama dengan 23,5cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5cm berarti risiko KEK dan > 23,5cm berarti tidak berisiko KEK (Supariasa, 2002) 2.4.4. Cara Mengukur LILA Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA yaitu: a. Tetapkan posisi bahu dan siku. b. Letakan pita antara bahu dan siku. c. Tentukan titik tengah lengan, beri tanda. d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan. e. Pita jangan terlalu ketat. f. Pita jangan terlalu longgar. g. Cara pembacaan sesuai dengan skala yang benar. h. Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2002) Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter. Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian (Supariasa, 2002). LILA dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat alat-alat yang sulit diperoleh, dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi. Beberapa hal tersebut antara lain: (Supariasa, 2002).
12
a. Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua. b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain/pakaian. c. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
2.5. Hubungan Asupan Protein Dengan KEK Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain jumlah konsumsi energi, Usia ibu hamil, beban kerja ibu hamil dan pendapatan keluarga serta pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan ibu hamil. Hasil penelitian Surasih (2005) menyatakan salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan seharihari. Penelitian yang dilakukan Khaidar di Puskesmas Seyegan (2005), menyebutkan bahwa kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil didaerah penelitian dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang jumlah makanan dan pengetahuan tentang anggota keluarga yang diprioritaskan untuk memperoleh makanan. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa kekurangan energi kronik dipengaruhi oleh jumlah dan pola konsumsi asupan protein, sedangkan konsumsi lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan status kekurangan energi kronik (Khaidar, 2005).
13
2.6. Kerangka Konsep
Asupan protein
KEK
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 2.4. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan asupan protein dengan kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang.
14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian Jenis penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan protein dengan kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang. 1.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang sebanyak 34 orang. 3.3.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel (total sampling) yaitu 34 orang.
14
15
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang bersumber dari responden dengan cara wawancara langsung menggunakan kuesioner b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data demografi dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kepala Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 1. Asupan protein adalah asupan atau kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin dengan kandungan protein yang bersumber dari hewani dan nabati. Kategori Asupan Protein : 0. Terpenuhi 1. Tidak Terpenuhi 2. Kekurangan energik kronis adalah keadaan di mana seseorang ibu hamil mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Kategori KEK : 0. Tidak KEK, jika ukuran LILA > 23,5 cm dan IMT > 17,0 1. KEK, jika ukuran LILA < 23,5 cm dan IMT < 17,0
16
3.6. Aspek Pengukuran 1. Asupan protein Pengukuran variabel asupan protein disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Terpenuhi, jika jawaban responden memiliki skor > 50% dari total skor 46 1. Tidak terpenuhi, jika jawaban responden memiliki total skor ≤ 50 % dari total skor 0-3 Tabel 3.1.
Variabel, Cara dan Alat, Skala dan Hasil Ukur
Variabel 1. Asupan protein 2. KEK
Cara dan Alat Ukur (kuesioner)
Skala Ukur
Pemeriksaan
Ordinal
Ordinal
Hasil Ukur 0. 1. 0. 1.
Terpenuhi Tidak Terpenuhi Tidak KEK KEK
3.7. Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1. Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Pengeditan (Editing) Pada tahap pengeditan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dari data rekam medik yang bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.
17
b.
Pengkodean (Coding) Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data
c.
Pemasukan data (Entering) Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai di coding dari dummy tabel ke dalam program komputer.
d.
Pembersihan (Cleaning) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.
3.7.2. Analisis data Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa data univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel penelitian sedangkan analisis bivariat ini digunakan untuk melihat hubungan asupan protein dengan dengan kekurangan energik kronis (KEK) dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Adapun rumus Chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana : ² = Chi-square O = Nilai hasil observasi E = Nilai yang diharapkan Untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka dilakukan uji statistik chi-square dengan α = 0,05. Jika hasil
18
perhitungan statistik dengan bantuan perangkat lunak komputer nilai ρ < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
19
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Sungai Lobah terletak di Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Karo dan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di daerah dataran tinggi dan berada di sekitaran gunung. Secara geografis Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang mempunyai luas wilayah 8.492 km2.
4.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur dan pendidikan responden dapat dilihat di bawah ini : 4.2.1. Umur Responden Untuk melihat distribusi frekuensi umur responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang No 1 2 3
Umur Responden < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Jumlah
Jumlah 3 23 8 34
Persentase 8,8 67,6 23,5 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa umur responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang lebih banyak dengan umur 20-35 tahun sebanyak 23 orang (67,7%), umur > 35 tahun sebanyak 8 orang (23,5%) dan lebih sedikit dengan umur < 20 tahun sebanyak 3 orang (8,8%).
20
4.2.2. Pendidikan Responden Untuk melihat distribusi frekuensi pendidikan responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang No 1 2 3 4
Pendidikan Responden SD SMP SMA PT Jumlah
Jumlah 2 11 18 3 34
Persentase 5,9 32,4 52,9 8,8 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang lebih banyak dengan pendidikan SMA sebanyak 18 orang (52,9%), pendidikan SMP sebanyak 11 orang (32,4%), pendidikan PT sebanyak 3 orang (8,8%) dan SD sebanyak 2 orang (5,9%).
4.3. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen, yaitu: 4.3.1. Asupan Protein Untuk melihat asuhan protein responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Asupan Protein di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang No 1 2
Asupan Protein Terpenuhi Tidak terpenuhi Total
f 20 14 34
% 58,8 41,2 100
21
Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa asupan protein lebih banyak dengan terpenuhi sebanyak 20 orang (58,8%) dan lebih sedikit dengan tidak terpenuhi sebanyak 14 orang (41,2%). 4.3.2. Kurang Energik Kronik Untuk melihat kurang energik kronik pada responden di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kurang Energik Kronik di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang No 1 2
Kurang Energik Kronik Tidak KEK KEK Total
f 19 15 34
% 55,9 44,1 100
Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa kejadian kurang energik kronik lebih banyak dengan tidak KEK sebanyak 19 orang (55,9%) dan lebih sedikit dengan KEK sebanyak 15 orang (44,1%).
4.3. Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel hubungan asupan protein dengan kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dapat dilihat pada tabel berikut ini: 4.3.1. Hubungan Asupan Protein dengan Kekurangan Energik Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang Untuk melihat mengetahui hubungan antara asupan protein dengan kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di desa Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dapat dilihat pada tabel berikut:
22
Tabel 4.5. Hubungan Asupan Protein dengan Kekurangan Energik Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang
Asupan Protein Terpenuhi Tidak terpenuhi
Kurang Energik Kronik Tidak KEK KEK n % n % 17 85,0 3 15,0 2 14,3 12 85,7
Total ρ n 20 14
% 100 100
0,000
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa dari 20 orang dengan asupan protein terpenuhi terdapat tidak mengalami kurang energik kronik sebanyak 17 orang (85,0%) dan mengalami kurang energik kronik sebanyak 3 orang (15,0%). Sedangkan diantara asupan protein tidak terpenuhi terdapat tidak mengalami kurang energik kronik sebanyak 2 orang (14,3%) dan mengalami kurang energik kronik sebanyak 12 orang (85,7%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.000< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan protein dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang. .
23
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Asupan Protein Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein lebih banyak dengan terpenuhi sebanyak 20 orang (58,8%) dan lebih sedikit dengan tidak terpenuhi sebanyak 14 orang (41,2%). Keadaan ini menunjukkan masih banyak ibu hamil tidak terpenuhi asupan protein, untuk itu diharapkan ibu hamil agar meningkatkan konsumsi asupan protein selama kehamilan. Protein sangat dibutuhkan pada ibu hamil, karena protein bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein berfungsi sebagai fondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat pembangun jaringan, membentuk stuktur tubuh, pertumbuhan, transportasi oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. Sumber protein yang baik yaitu berasal dari protein hewani dan nabati (Almatsier, 2003). Pada ibu hamil protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta uterus, payudara, serta peningkatan volume darah ibu (Cunningham, 2005). Penambahan protein dibutuhkan pada masa kehamilan untuk menutupi perkiraan 925 gr protein yang dideposit dalam janin, plasenta dan jaringan maternal. Penambahan protein tiap hari pada trimester berturut-turut diperkirakan
24
TM I 0,6gr, TM II 1,8gr dan TM III 6gr. Penggunaan protein adalah = 67-70%, rata-rata wanita hamil akan membutuhkan pertambahan 8,5 gr protein/hari (Pramitha, 2009). Sebagian besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani, misalnya daging susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, karena makanan-makanan ini mengandung kombinasi asam amino yang optimal. Susu dan produk susu telah lama dianggap sebagai sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi wanita hamil (Cunningham, 2005).
5.2. Kurang Energik Kronik Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kurang energik kronik lebih banyak dengan tidak KEK sebanyak 19 orang (55,9%) dan lebih sedikit dengan KEK sebanyak 15 orang (44,1%). Keadaan ini menunjukkan masih banyak ibu hamil yang mengalami KEK, untuk itu diharapkan ibu hamil memperhatian KEK yang terjadi selama kehamilan dan melakukan tindakan pencegahan KEK selama hamil. Tindakan pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi adalah mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein xxi - termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacangkacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori (Chinue, 2009).
25
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindak lanjuti. Pemberian makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan penerapan porsi kecil tetapi sering, faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-450 Kalori dan 12-20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal (Chinue, 2009). Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Chinue, 2009).
5.3. Hubungan Asupan Protein dengan Kekurangan Energik Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein yang tidak terpenuhi mengalami kekurangan energik kronis (KEK) pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang dengan persentase 85,7%. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.000< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan protein dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang. Mengacu pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tidak terpenuhi asupan protein pada ibu hamil akan meningkatkan kejadian kekurangan energil kronis.
26
Kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil dipengaruhi oleh antara lain jumlah konsumsi energi, Usia ibu hamil, beban kerja ibu hamil dan pendapatan keluarga serta pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan ibu hamil. Hasil penelitian sesuian ai dengan penelitSurasih (2005) menyatakan salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan seharihari. Penelitian lain yang serupa yang dilakukan Khaidar di Puskesmas Seyegan (2005), menyebutkan bahwa kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil didaerah penelitian dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang jumlah makanan dan pengetahuan tentang anggota keluarga yang diprioritaskan untuk memperoleh makanan. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa kekurangan energi kronik dipengaruhi oleh jumlah dan pola konsumsi asupan protein, sedangkan konsumsi lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan status kekurangan energi kronik (Khaidar, 2005). Penelitian Sirajuddin (2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan asupan protein dan kejadian kurang energi kronis pada wanita dewasa di Sulawesi Selatan. Asupan protein perkapita semakin kecil maka risiko kejadian KEK semakin besar demikian juga sebaliknya. Hasil ini mengindikasikan bahwa peran protein dalam membangun struktur jaringan tubuh menjadi bagian akhir untuk menyuplai kebutuhan energi pada saat asupan karbohidrat dan lemak berkurang. Asupan lemak dan karbohidrat sebagai pembanding asupan protein dalam perannya sebagai sumber energi alternatif. Meskipun data lain membuktikan bahwa mayoritas asupan energi diatas 80% AKG dalam katagori normal.
27
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Asupan protein pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang lebih banyak dengan terpenuhi sebanyak 20 orang (58,8%).
2.
Kejadian kurang energik kronik pada ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang lebih banyak dengan tidak KEK sebanyak 19 orang (55,9%).
3.
Adaa hubungan asupan protein dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang.
6.2. Saran 1. Kepada ibu haml hendaknya meningkatkan kebutuhan protein yang seimbsng dengan kebutuhannya. 2. Kepada Desa Sungai Lobah Kecamatan Sei Kepayang agar mengadakan sosialisasi tentang asupan protein dan KEK
28
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DENGAN KEKURANGAN ENERGIK KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI DESA SUNGAI LOBAH KECAMATAN SEI KEPAYANG
A. Indentitas Responden 1. Nama : ……………. 2. Umur : ……………. 3. Pendidikan : ……………. 4. Pekerjaan : ……………. B. Asupan Protein Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping. Pernyataan 1.
Apakah ibu memakan daging sapi minimal 1 kali dalam seminggu
2.
Apakah ibu meminum susu setiap hari
3.
Apakah ibu memakan keju minimal 1 kali dalam seminggu
4.
Apakah ibu memakan ikan laut minimal 1 kali dalam seminggu
5.
Apakah ibu memakan daging ayam minimal 1 kali dalam seminggu
6.
Apakah ibu memakan kacang-kacangan minimal 1 kali dalam seminggu
C. KEK
Ya
Tidak
29
1. Ukuran LILA ? ………………. 2. Ukuran IMT (Indeks Masa Tuhuh) ? ………………..
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Alimul, Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Rineka Cipta. 2. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 3. Ahmad. (2009). Pernikahan Dini Masalah Kita Bersama. http://pabantul.net. Diakses 29 Maret 2010. 4. Alfiyah. (2010). Faktor-faktor Pernikahan Dini. http://alfiyah23.student.um.ac.id. Diakses 28 Maret 2010. 5. Budiarto, Eko (2003) Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC. 6. Effendy, N. (2004). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGC. 7. Ihsan. (2008). Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia. Surabaya. BP-4 Jatim. 8. Lutfiati. (2008). Pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja (15-19 tahun). http://nyna0626.blogspot.com. Diakses 4 April 2010. 9. Lany. (2008). Mengatasi Masalah Pernikahan Dini. http://www.solutionexchange.or.id. Diakses 5 April 2010. 10. Lubis. (2008). Keputusan Menikah Dini. http://wargasos08yess.blogspot.com. Diakses 3 April 2010. 11. Mubarok. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu. 12. Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 13. Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 14. Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta. EGC. 15. Nukman. (2009). Yang Dimaksud Pernikahan Dini. http://www.ilhamuddin.co.cc. Akses 28 Maret 2010. 16. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika. 17. Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung. 18. Utsaimin. (2009). Dasar Hukum Hidup Berumah Tangga. Surabaya. Risalah Hati. 19. FETRI INAYAH (2012) tentang Hubungan antara Persepsi Remaja Putri tentang Pernikahan dengan Keinginan Menikah Dini di Desa Siremeng Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, Stikes Harapan Bangsa, Purwokerto.
MASTER DATA PENELITIAN No
Umur
Pendidikan
Asupan Protein
ATOT
AK
KEK
31
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
2 1 1 2 1 1 1 0 3 2 0 3 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 1
1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
3 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
Frequencies Umur
4 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
5 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
6 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1
3 2 6 4 5 4 3 3 3 5 3 4 4 3 3 6 3 4 4 6 5 4 5 4 6 4 3 3 3 4 6 2 3 6
1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0
1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0
32
Frequency Valid
< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Total
3 23 8 34
Percent 8.8 67.6 23.5 100.0
Valid Percent 8.8 67.6 23.5 100.0
Cumulative Percent 8.8 76.5 100.0
Pendidikan Frequency Valid
SD SMP SMA PT Total
2 11 18 3 34
Percent 5.9 32.4 52.9 8.8 100.0
Valid Percent Cumulative Percent 5.9 5.9 32.4 38.2 52.9 91.2 8.8 100.0 100.0
pe1 Frequency Valid
0 1 Total
8 26 34
Percent 23.5 76.5 100.0
Valid Percent Cumulative Percent 23.5 23.5 76.5 100.0 100.0
pe2 Frequency Valid
0 1 Total
12 22 34
Percent 35.3 64.7 100.0
Valid Percent Cumulative Percent 35.3 35.3 64.7 100.0 100.0
pe3 Frequency Valid
0 1 Total
12 22 34
Percent 35.3 64.7 100.0
Valid Percent Cumulative Percent 35.3 35.3 64.7 100.0 100.0
pe4 Frequency Valid
0
12
Percent 35.3
Valid Percent Cumulative Percent 35.3 35.3
33
1 Total
22 34
64.7 100.0
64.7 100.0
100.0
pe5 Frequency Valid
0 1 Total
Percent 29.4 70.6 100.0
10 24 34
Valid Percent Cumulative Percent 29.4 29.4 70.6 100.0 100.0
pe6 Frequency Valid
0 1 Total
Percent 41.2 58.8 100.0
14 20 34
Valid Percent Cumulative Percent 41.2 41.2 58.8 100.0 100.0
Asupan Protein
Valid
Terpenuhi Tidak Terpenuhi Total
Frequency 20 14 34
Percent 58.8 41.2 100.0
Valid Percent 58.8 41.2 100.0
Cumulative Percent 58.8 100.0
KEK
Valid
Tidak KEK KEK Total
Frequency 19 15 34
Percent 55.9 44.1 100.0
Valid Percent 55.9 44.1 100.0
Crosstabs Asupan Protein * KEK Crosstabulation
Cumulative Percent 55.9 100.0
34
Asupan Protein Terpenuhi
Count
Tidak Terpenuhi
Total
Continuity Correction Likelihood Ratio
b
11.2 85.0% 2 7.8 14.3% 19
8.8 15.0% 12 6.2 85.7% 15
20.0 100.0% 14 14.0 100.0% 34
Expected Count % within Asupan Protein
19.0 55.9%
15.0 44.1%
34.0 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided) 1 .000
13.958
1
.000
18.271
1
.000
16.212
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total 20
Expected Count % within Asupan Protein Count Expected Count % within Asupan Protein Count
Value a 16.703
Pearson Chi-Square
KEK Tidak KEK KEK 17 3
Exact Sig. (1sided)
.000
34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.18. b. Computed only for a 2x2 table
.000