eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (1): 51-62 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
KETERLIBATAN GREENPEACE DALAM PENANGANAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS PENCEMARAN AIR DI CHINA) ALFIANNOR ROZIKIN1 NIM. 0702045127
Abstract: This research aims to determine about Greenpeace Involvement in the Handling of Environmental Damages ( Study Case Water Pollution In China ). Type of this research is descriptive analysis. The whiter try to describe and explain about Green Peace role in resolving water pollution which occured at China’s rivers. Sources to be presented in this research is secondary sources. Sources obtained through literature review, either books, internet, ect. The sources analysis is quantitative analysis. The results showed that Green Peace does a good roles through: 1. do the advocate, 2. Do the monitoring, research and evaluation, 3. Communication facilities. But comments from the government, companies and public still not enough yet. They should be more care to the environment especially about clean water sanitary, because if its can’t resolved and prevented, its would become big damage that can threat ecology and human being. Kata Kunci : Keterlibatan Greenpeace, Kerusakan Lingkungan, Pencemaran Air Di China. Pendahuluan Dampak buruk dari kemajuan ekonomi dan teknologi adalah terjadinya pencemaran atau polusi air. Polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Pada saat ini pembangunan di China mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini diiringi dengan semakin meningkatnya perkembangan dan kemajuan di bidang industri. Perkembangan dan kemajuan di bidang industri tersebut akan mempengaruhi limbah yang dihasilkan oleh industri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas limbah. Limbah yang 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman ( Alfiannor Rozikin, 2013 ).
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 51-62
dihasilkan oleh industri tersebut akan mempunyai risiko sebagai penyebab pencemaran lingkungan, dan saat ini pencemaran lingkungan yang berakhir dengan kerusakan lingkungan menjadi suatu masalah utama dalam pembangunan, terutama bagi manusia. Limbah industri, khususnya limbah cair memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pencemaran air. Hal ini merupakan suatu kondisi yang memiliki risiko tinggi, karena pencemaran pada air dapat menjadi sumber utama terjadinya kontak manusia dengan senyawa kimia beracun. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, mengingat air adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. (Fachruddin M. Mangunjaya; 2008: 22). Sebagai perbandingan menurut hasil survei pada tahun 2009 menyebutkan bahwa China merupakan salah satu negara yang menduduki posisi pertama di dunia yang paling banyak melakukan pencemaran air ( sekitar 6.088.660/hari ). (“Top 5 Countries that are the Greatest Water Polluters” terdapat dalam http://www.aneki.com/countries2. samarinda, diakses pada tanggal 3 agustus 2012). Seperti di beberapa daerah provinsi Hubei, Delta Sungai Pearl, termasuk Hong Kong, Macau, dan Guangzhou, Teluk Bohai, muara Yangtze, Hangzhou Bay di Provinsi Zhejiang, dan muara Minjiang di Provinsi Fujian.Seperti halnya di beberapa daerah di provinsi Adapun, hal tersebut menyebabkan difusi lintas batas yang secara langsung juga akan memberikan dampak pada 200 juta orang dan 2 juta km kawasan di area perbatasan negara. (“Water Pollution” terdapat dalam http://pacificenvironment.org. Samarinda, diakses pada tanggal 4 agustus 2012). Akan tetapi dalam perkembangan industrinya, konsekuensi negatif dari peningkatan kegiatan dan aktivitas manusia seiring globalisasi di China mengakibatkan timbulnya berbagai bentuk ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia. Ancaman tersebut terkait dengan isu – isu lingkungan yang cukup kompleks dan melampaui batas – batas negara, dimana hal ini terkait dengan pencemaran lingkungan, degradasi sumber daya alam dan pemanasan global. Adapun, isu lingkungan yang terjadi di China khususnya masalah pencemaran air merupakan problematika yang sangat berat baik secara jangka pendek maupun panjang. Hal tersebut dikarenakan dampak negatif yang dihasilkan dari masalah pencemaran air di China tidak hanya berpengaruh pada stabilitas nasional akan tetapi juga berpengaruh pada stabiilitas internasional. Pencemaran air di China saat ini semakin memprihatinkan dan menjadi suatu masalah yang serius bagi masyarakat China. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti
52
Pencemaran Air Di China (Alfiannor Rozikin)
gunung berapi, badai, dan banjir juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran. (Lester R. Brown; 2007: 25). Sehingga ini menjadi perhatian greenpeace terhadap pencemaran air yg terjadi di China. Seperti Pada tahun 2011 Greenpeace menelusuri dan mendapatkan temuan informasi bahwa pencemaran air di China yang terjadi pada sungai Yangtze dan Delta Pearl di China, bahwa perusahaan merek pakaian olahraga ternama dunia seperti Nike dan Adidas melakukan praktek pembuangan limbah kimia berbahaya ke sungai Yangtze dan Delta Pearl di Cina oleh dua pabrik tekstil, Youngor Textile City Complex dan Well Dyeing Factory Limited. (“Pencemaran Sungai Yangtze dan Delta Pearl di China, Apakah Sungai Citarum Akan Mengalami Hal Serupa?”. terdapat dalam http://www.greenpeace.org, Samarinda, diakses pada tanggal 6 agustus 2012) Dari latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimana keterlibatan greenpeace dalam penanganan kerusakan lingkungan ( studi kasus pencemaran air di China )?”. Adapun tujuan dari penelitian ini, guna mengetahui dan mendeskripsikan keterlibatan greenpeace dalam penanganan pencemaran air di China. Landasan Teori dan Konseptual 1. Konsep Environmetalisme Environmentalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat lingkungan hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara, tanpa kekerasan, mulai dari aksi jalanan,lobi politik hingga pendidikan publik untuk melindungi kekayaan alam dan ekosistem. Kaum environmentalis peduli pada isu-isu pencemaran air dan udara, kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim dan rekayasa genetika pada produk-produk makanan. (Matthew Paterson; 2001). Dapat dikatakan, environmentalis menerima framework dari keberadaan struktur politik, sosial, ekonomi, dan normatif dari politik dunia dan berusaha menyelaraskan isu lingkungan didalamnya. Berbeda dengan green theory yang menganggap struktur tersebut sebagai alasan utama krisis lingkungan dan berpendapat bahwa struktur ini haruslah mendapat tantangan. Dalam hubungan internasional posisi environmentalis tidaklah ada bedanya, mereka tetap menerima adanya negara dan struktur politik yang ada, dan bahwa negara akan memberikan perhatian yang serius terhadap isu lingkungan. Sedangkan green theory cenderung skeptis terhadap negara, bahwa negara akan memberikan respon seperti yang dikemukakan oleh environmentalis. Lembaga lingkungan global sangat penting bagi keberlangsungan lingkungan di China terutama masalah air karena manusia tidak dapat terlepas dari air dalam
53
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 51-62
kehidupan sehari- hari termasuk di China, sehingga diperlukan peranan lingkungan yang berbasis lingkungan dan penyelamatan lingkungan di China. Greenpeace sebagai lembaga lingkungan internasional mengharapkan pemerintah China merealisasikan undang – undang mengenai lingkungan hidup dan masalah pencemaran air secara efektif dan menyelaraskan antara pembangunan dengan lingkungan karena selama ini pemerintah China lebih berfokus pada masalah politik, ekonomi dan keamanan tidak berfokus pada masalah lingkungan karena masalah lingkungan masih di anggap isu low politics oleh beberapa negara termasuk China. 2. Konsep Non Governmental Organization ( NGO ) Istilah “non-governmental organization” digunakan sejak berdirinya PBB pada tahun 1945, tepatnya pada pada Piagam PBB Pasal 71 Bab 10 tentang peranan konsultatif non-governmental organization. Awalnya istilah ini digunakan untuk membedakan antara hak partisipatif badan-badan pemerintah (intergovernmental agencies) dan organisasi-organisasi swasta international (international private organizations). (Niniek Suparni; 1994: 17) Defenisi “international NGO” (INGO) pertama kali diberikan dalam resolusi 288 (X) ECOSOC pada 27 Pebruari 1950: “setiap organisasi internasional yang tidak didirikan atas dasar sebuah perjanjian internasional “. World Bank, mendefenisikan NGO sebagai “organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan, mengentaskan kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial dasar atau melakukan kegiatan pengembangan masyarakat”. Dalam sebuah dokumen penting World Bank, Working With NGOs, disebutkan, “Dalam konteks yang lebih luas, istilah NGO dapat diartikan sebagai semua organisasi nirlaba (non-profit organization) yang tidak terkait dengan pemerintahan. Dari sekian banyak peran yang dimainkan oleh NGOs, 6 hal berikut ini merupakan yang penting: a. Pengembangan dan pembangunan infrastruktur b. Mendukung inovasi, uji coba dan proyek percontohan c. Memfasilitasi komunikasi d. Bantuan teknis dan pelatihan e. Penelitian , monitoring, dan evaluasi f. Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin Penyelesaian masalah pencemaran air di China menjadi sebuah keinginan organisasi Greenpeace beserta masyarakat China, sehingga diharapkan pemerintah China dapat memliki inisiatif dalam mengaplikasikan permasalahan tersebut pada ahli lingkungan, bukan menyerahkan pada aspek ekonomi, karena pencemaran lingkungan ini terjadi karena tidak terkendalinya pembangunan ekonomi sehingga menyebabkan pencemaran air di China
54
Pencemaran Air Di China (Alfiannor Rozikin)
Metodologi Penelitian Dalam penulisan proposal ini penulis menggunakan Metode penelitian Deskriptif, dimana penulis menggambarkan fenomena yang terjadi dalam hal ini “keterlibatan greenpeace dalam penanganan kerusakan lingkungan (studi kasus pencemaran air di China”. Adapun sumber data yang diperoleh dalam penulisan ini yakni jenis data sekunder dimana penulis melakukan telaah pustaka. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yakni dengan metode Library Research atau telaah pustaka, yakni dengan mencari data dari berbagai literatur, seperti melalui buku-buku, internet, majalah, surat kabar, dan sumber-sumber yang terkait untuk mendukung penelitian dan penulisan skripsi ini. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pola analisis untuk mencoba memahami latar belakang, asas-asas yang melandasi, dari keterlibatan Greenpeace dalam penanganan pencemaran air di China. Hasil Penelitian Sejak KTT Bumi 1992, kampanye penyelamatan lingkungan hidup yang menjadi fokus Greenpeace adalah masalah hutan dan masalah air. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa air merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia, habitat berbagai makhluk hidup, flora dan fauna serta berbagai fungsi yang bersifat ekonomis. Masalah air di China mulai terancam kebersihannya karena mengalami pencemaran oleh limbah industri yang besar. Hal ini mengakibatkan Greenpeace berperan dalam mengatasi masalah pencemaran air yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar di China. Untuk mengurangi tingkat pencemaran air di China yang semakin parah, maka Greenpeace melakukan berbagai tindakan, salah satunya adalah kampanye. Dimana aksi ini dilakukan setelah Greenpeace mengetahui dan melakukan penyelidikan tentang kandungan racun pada sungai Yangtze dan Delta Pearl yang menyebabkan ikan-ikan di aliran air tersebut terkontaminasi racun limbah industri. Adapun bentuk kampanye dan tindakan yang dilakukan Greenpeace dalam menyikapi pencemaran air di seluruh dunia khususnya di China yaitu meluncurkan kampanye detox yang menentang merek fashion global untuk menghilangkan semua bahan kimia berbahaya dari rantai suplai dan produksi mereka. Sejak diluncurkan, enam merk ternama seperti Puma, Nike, Adidas, H & M, Li-Ning dan C & A, telah menerima kampanye Greenpeace untuk detox, dan keputusan perusahaan-perusahaan tersebut untuk membersihkan limbah perusahaan mereka yang dipengaruhi sebagian besar oleh ratusan ribu orang di seluruh dunia.Beberapa orang menandatangani petisi, dan yang lain menulis surat kepada para CEO perusahaan tersebut, serta beberapa memakai tato Detox, sementara yang lain mengomentari halaman Facebook merk-merk tersebut. Lebih dari 600 orang membantu bahkan melakukan protes kreatif terbesar di depan tokotoko merk global tersebut.
55
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 51-62
Langkah yang diambil Greenpeace merupakan usaha tingkat nasional dalam menanggulangi pencemaran air di China. Hal ini tidak hanya penting bagi masyarakat China namun juga masyarakat di wilayah sekitar negara China yang mulai merasakan dampak akibat pencemaran air ini. Greenpeace Asia Timur khususnya yang berada di Beijing bekerjasama dengan beberapa LSM lingkungan lokal China serta berkoordinasi dengan aktivis Greenpeace di beberapa negara Asia Timur yang terkena dampak akibat pencemaran air di China ini. Greenpeace berperan pada dua hal dalam menyikapi pencemaran air di China ini pertama, Greenpeace melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar aliran Sungai Yangtze maupun aliran air lainnya di China akan bahanyanya air yang tercemar, sedangkan yang kedua adalah menekan perusahaan-perusahaan yang membuang limbah di aliran air tersebut. Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh Greenpeace untuk menekan perusahaan – perusahaan tersebut antara lain adalah: 1. Melakukan labelisasi terhadap produk –produk yang membuang limbah industri ke beberapa wilayah sungai di China yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. 2. Mengembangkan panduan konsumen untuk memilih barang–barang komoditi industri yang ramah terhadap lingkungan. Selain menekan perusahaan – perusahaan tersebut, Greenpeace juga mencoba menghimbau pemerintah China dengan memperlihatkan bukti–bukti pencemaran lingkungan dan menunjukkan bukti bagaimana perusahaan-perusahaan multinasional tersebut terlibat dalam kegiatan pencemaran air di China. Greenpeace telah cukup banyak menberikan kontribusi dan peran dalam penyelamatan lingkungan di China khususnya masalah air bersih. Setidaknya terdapat tiga keterlibatan penting Greenpeace di China terkait masalah pencemaran air yaitu: Tabel 1.2 Keterlibatan Greenpeace Keterlibatan Tindakan Greenpeace 1.
56
Advokasi
Merehabilitasi air bersih di sungai-sungai di China terutama sungai Yangtze, Delta Pearl, Sungai Hwang Ho, dan Sungai
Metode
Hasil
Sosialisasi dengan semua pihak yang terlibat, melakukan presentase terhadap warga masyarakat China, menggunakan media sebagai wadah advokasi
Hasil dari advokasi Greenpeace tersebut telah menyadarkan pemerintah China akan pentingnya kualitas air untuk menyuarakannya dengan membuat
Pencemaran Air Di China (Alfiannor Rozikin)
2. Monitoring, Penelitian dan Evaluasi
3. Fasilitasi Komunikasi
Kuning.
dan melalui perkujmpulan LSM lingkungan lokal di China.
Memonitor sungai-sungai yang berada di china dan jika ada perubahan warna, bau, atau ada laporan warga tentang sungai yang tercemar. Maka di lakukanlah penelitian tersebut untuk mendapatkan hasil dari kandungan sungai yang tercemar tersebut, termasuk zat yang berbahaya atau tidak untuk di konsumsi dan untuk mengetahui acktor dalam melakukan pencemaran.
Sebuah contoh kasus: Greenpeace melakukan sebuah monitoring terhadap, pencemaran limbah pabrik jeans pada tahun 2010. Berdasarkan penelitian tersebut, LSM mengklain pencemaran di China naik 2 kali lipat dari tahun 2007 karena banyaknya industry jeans di China. Pencemaran paling parah terjadi sungai Dong dan Xiaoxi yang mana sungai menjadi warna biru, baud an terdapat logam berat terutama cadmium 128 kali lipat
Greenpeace merupakan organisasi yang memfasilitasi
Komunikasi dari atas ke bawah dan komunikasi dari bawah ke atas
beberapa kebijakan seperti lebih mengawasi perusahaanperusahaan dalam pengelolaan limbah. Melalui pendekatan partisipatif dari greenpeace masyarakat China akan menjadi penerima manfaat di berdayakan untuk semakin berperan dalam mengawasi serta memperbaiki pelaksanaan program dalam mengatasi sungai-sungai yang tercemar di China.
Hasil dari peran fasilitasi komunikasi tersebut membuat perusahaan-
57
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 51-62
komunikasi atau mediasi antara warga China, Perusahaan dan Pemerintah China
perusahaan di China dan pemerintah China lebih kooperatif terhadap warga China dalam mengatasi pencemaran sungai-sungai di China
Advokasi Advokasi bertindak dalam rehabilitasi air bersih di sungai – sungai di negara China terutama sungai Yangtze, Delta Pearl, sungai Hwang Ho, dan sungai Kuning dengan cara melakukan mobilisasi pada masyarakat China terkait masalah pencemaran air di aliran sungai tersebut. Memberikan hasil laporan investigasi mengenai pencemaran air kepada pemerintah China. Metode advokasi yang dilakukan oleh Greenpeace terhadap masalah lingkungan khususnya pencemaran air memiliki beberapa tekhnik yaitu menggunakan kampanye , melakukan presentasi dan seminar terhadap warga masyarakat China, menggunakan media sebagai wadah advokasi, dan melalui perkumpulan LSM lingkungan lokal di China. Hasil dari advokasi Greenpeace tersebut telah menyadarkan pemerintah China akan pentingnya kualitas air untuk masyarakatnya dengan membuat beberapa kebijakan seperti lebih mengawasi perusahaan-perusahaan dalam pengelolaan limbah. Masyarakat China dapat saja mengalami sengketa dengan berbagai pihak perusahaan dalam kaitannya dengan pencemaran air. Monitoring, Peneletian, dan Evaluasi Monitoring ialah untuk memonitor atau melihat sekitar wilayah yang tercemar, penelitian ialah meniliti hasil dari yang di monitoring oleh tim monitoring dengan waktu yang ditentukan, evaluasi ialah hasil dari penelitian, bahwa suatu wilayah atau perairan tersebut mengandung zat-zat kimia yang berbahaya untuk dikonsumsi atau tidak. Monitoring Seperti yang terjadi pada Greenpeace melakukan monitoring terhadap pencemaran limbah pabrik jeans yang menghebohkan dunia lewat temuan lembaga swadaya masyarakat ( LSM ) Greenpeace pada tahun 2010. Berdasarkan penelitian tersebut, LSM mengklaim pencemaran di China naik 2 kali lipat dari tahun 2007 karena banyaknya industry jeans di China. Pencemaran paling parah terjadi di
58
Pencemaran Air Di China (Alfiannor Rozikin)
Sungai Dong dan Xiaoxi yang terletak di sebelah Xintang. Salah satu pusat industri terbesar di China. Selain air sungai menjadi biru, limbah pabrik jeans juga menyebabkan bau menyengat tercium di sekitar sungai. Setelah di teliti 17 dari 21 sampel air yang diambil dari sungai-sungai tersebut mengandung logam berat terutama cadmium 128 kali lipat dari batas aman yang ditetapkan pemerintah setempat. Selain itu, tingkat kesamaan air sungai meningkat hingga 12 dari angka normalnya 7. (“pembuatan celana blue jeans banyak menyumbang polusi” terdapat dalam http://www.detikhealth.com, Samarinda diakses pada tanggal 3 september 2009) Penelitian Selain itu, Greenpeace juga menemukan adanya kandungan logam berat, air raksa, cadmium dan timah pada ikan sampel itu.Survei adanya racun dan zat berbahaya pada ikan-ikan di Sungai Yangtze. Sejak Januari - Maret tahun ini, tim Pencemaran Air Greenpeace dari 4 kota: Chongqing, Wuhan, Maanshan, Nanjing, sudah mengumpulkan sampel 2 jenis ikan, ikan mas dan patin, dari sungai-sungai setempat. Total dari 28 ekor ikan yang terkumpul setelah dibekukan, segera dikirim ke laboratorium untuk pengujian di Inggris Raya. Greenpeace percaya bahwa bahan beracun dan berbahaya ini adalah polusi buangan industri dan telah mengancam kesehatan ekologis Sungai Yangtze. Pada 2001, Departemen Sumber Daya Air China telah mendeteksi lebih dari 300 jenis senyawa organik di Sungai Yangtze, di antaranya ada 20 lebih jenis yang belum pernah dikenal Greenpeace, dan banyak di antaranya yang beracun. (“Greenpeace telah temukan hormon pencemaran lingkungan” , terdapat di http://www.metrogaya.com/home/greenpeace-temukan-hormon-pencemarlingkungan, Samarinda, diakses pada 05 oktober 2010. Evaluasi Hasil evaluasi tersebut membuahkan hasil mengenai transparansi oleh pemerintah China mengenai peta digital untuk tingkat pencemaran air di China di 300 kota dan 31 provinsi di China.Monitoring, penelitian dan Evaluasi Greenpeace yang dilakukan selama ini lebih ditujukan untuk memenuhi keperluan informasi kepada masyarakat China, sebagaimana dilihat dari sudut pandang dari program Greenpeace itu sendiri. Khusus mengenai evaluasi, biasanya hal itu dilakukan oleh pihak evaluator Greenpeace. Kegiatan monitoring, penelitian dan evaluasi dianggap lebih diperlukan untuk memonitor dan mengevaluasi program-program lingkungan. Dalam pendekatan partisipatif, Greenpeace di China lebih besar perannya dalam merancang serta melakukan kegiatan tersebut, dengan dibantu LSM lingkungan lokal China. Dengan cara ini, hasil atau kesimpulan monitoring, penelitian dan
59
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 51-62
evaluasi langsung dapat diperoleh masyarakat China tanpa harus menunggu lama. Yang penting, melalui pendekatan partisipatif dari Greenpeace, masyarakat China akan menjadi penerima manfaat diberdayakan untuk semakin berperan dalam mengawasi serta memperbaiki pelaksanaan program dalam mengatasi pencemaran air di Sungai Yangtze dan Delta Pearl. Dengan kegiatan itu ada keperluan dan peluang bagi pemerintah China untuk mengembangkan berbagai sistem dan teknik monitoring dan evaluasi untuk menghasilkan dampak program yang lebih besar berkaitan mengatasi pencemaran air di China. Fasilitasi Komunikasi Lembaga Fasilitasi Greenpeace sebagai organisasi yang memfasilitasi komunikasi adalah membangun pola atau bentuk komunikasi sinergis antara warga China, perusahaan-perusahaan dan pemerintah di China. Komunikasi dari atas ke bawah Pada tahun 2009 warga di daerah Fujian melakukan protes akan pencemaran air, dalam hal ini organisasi Greenpeace telah memperkuat dialog dalam mengatasi keresahan warga Fujian, China selatan mengenai pencemaran air yang masih berhubungan dengan aliran sungai Yangtze. Adapun juga pemerintahan China sangat prihatin terhadap keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat terjadi karena lingkungan pada saat itu pencemaran lingkungan telah naik.Jadi pemerintah memungkinkan LSM lingkungan untuk beroperasi tapi tetap dengan pengawasan ketat pemerintah china. LSM terbatas pada tiga fungsi.Pertama, mereka mengatur kampanye yang bersih. Kedua, LSM meningkatkan kesadaran public akan pentingnya menjaga lingkungan. Ketiga, LSM dapat menerima dana dari luar. Dengan ini bahwa LSM seperti Greenpeace merupakan fasilitator komunikasi pemerintah ke masyarakat. Komunikasi dari bawah ke atas Peranan greenpeace terhadap fasilitasi komunikasi di Delta Pearl tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan di sungai Yangtze yaitu mengkampanyekan air bersih dan fasilitasi dialog antara masyarakat dan perusahaan, namun tingkat kesadaran dari perusahaan tersebut masih sangat kurang karena kebanyakan yang membuang limbah di Delta Pearl adalah perusahaan lokal yang masih sangat tradisional dalam pengolahan limbah, terutama perusahaan tekstil lokal China. Sedangkan di aliran sungai Hwang Ho fasilitasi yang dilakukan oleh greenpeace sangat mendapat dukungan dari masyarakat sekitar dan perusahaan yang terdapat di sana, sehingga hambatan yang dihadapi dapat diminimalisir. Hasil dari peran fasilitasi komunikasi tersebut membuat perusahaan – perusahaan di China dan pemerintah China lebih kooperatif terhadap warga China dalam mengatasi pencemaran air di Sungai Yangtze.
60
Pencemaran Air Di China (Alfiannor Rozikin)
Kesimpulan Dalam menanggulangi pencemaran air di china, Greenpeace melakukan serangkaian kegiatan, Pertama, advokasi, bersama masyarakat merupakan untuk menekan kebijakan pemerintah China dalam hal lingkungan. Kedua, monitoring, penelitian dan evaluasi ialah Greenpeace mengawasi kebijakan lingkungan dan aktifitas perusahaan atau institusi dalam menjaga lingkungan dan pencemaran yang terjadi. Ketiga, fasilitasi komunikasi ialah Greenpeace sangat berperan besar dalam membentuk pola komunikasi yang terarah dan baik antara masyarakat maupun institusi perusahaan yang seringkali mengalami konflik lingkungan. Seharusnya masyarakat China lebih peduli pada lingkungan yang terkait sanitasi air bersih, karena jika tidak diatasi dan ditanggulangi akan menjadi permasalahan yang mengancam kehidupan ekologis dan kehidupan manusia. Dari berbagai uraian mengenai peran Greenpeace dalam mengatasi pencemaran air di China, Greenpeace masih kurang berhasil dalam menanggulangi pencemaran air di China, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, tingkat kesadaran lingkungan di masyarakat China juga masih sangat rendah dan juga kepentingan – kepentingan ekonomi masyarakat yang bekerja di perusahaan-perusahaan khususnya di pabrik tersebut menjadi faktor tingkat kesadaran ekonomi lebih besar dibandingkan kesadaran lingkungan. Kedua, minimnya dukungan pihak lokal dan dalam negeri China adalah sangat penting dalam mendukung kampanye yang dilakukan Greenpeace terutama untuk memperlihatkan bahwa pembuangan limbah ke aliran air dan sungai-sungai di China dapat berakibat negatif pada rakyat China. Ketiga, untuk membangun kontak dan pemahaman masyarakat lokal memakan waktu cukup lama. Keempat, keinginan pemerintah China untuk mendatangkan investor asing maupun investor swasta nasional dengan tujuan mendapat keuntungan lebih besar dalam pengembangan ekonomi negara yang tidak ramah lingkungan meskipun terdapat ketentuan hukum yang mengatur masalah lingkungan di China. Kelima, konsumsi akan hasil industri tekstil dari merk-merk terkenal di China semakin hari semakin tinggi sehingga perusahaanperusahaan tersebut meningkatkan hasil produksinya. Keenam, sistem negara China yang berideologi komunis dan monopartai mengawasi secara ketat serta melakukan pembatasan terhadap organisasi asing maupun organisasi lokal dalam menyuarakan masalah lingkungan dan sosial. Saran-saran Greenpeace dalam melakukan aksi kampanyenya untuk masalah pencemaran air di China menjadi sebuah tolak ukur untuk setiap negara harus memiliki standarisasi dan sebuah sanksi terhadap para pelaku pencemaran air di China. Air merupakan hal penting bagi masyarakat China dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pemerintah China dan masyarakatChina harus bisa menjaga dan
61
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 51-62
melindungi kelestarian supplai air bersih dengan dibantu oleh Greenpeace yang menjadi penggerak dalam lingkungan. Greenpeace mengharapkan perundingan-perundingan dengan pemerintah yang memberikan hasil yang terbaik bagi pelestarian lingkungan hidup. Diperlukan tindakan tegas dari pemerintah China terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan pencemaran air di sungai Yangtze atau aliran air lainnya di China, karena hal ini selain berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia juga dapat berdampak pada hubungan antar negara China dengan negara tetangga karena aliran air sungai Yangtze melewati beberapa aliran air di negara-negara sekitar China. Referensi Buku Brown, Lester R. 2007. Masa Depan Bumi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Mangunjaya, Fachrudin M. 2008. Bertahan di Bumi: Gaya Hidup Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Paterson, Matthew. 2001. Green Politics. New York : Palgrave Macmillan. Suparni, Niniek. 1994. Pelestarian Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta : Sinar Grafika. Media Internet “Greenpeace Telah Temukan Hormon Pencemaran Lingkungan, terdapat di http://www.metrogaya.com/home/greenpeace-temukan-hormon-pencemarlingkungan, diakses pada 05 oktober 2010.
“Pembuatan celana blue jeans banyak menyumbang polusi” terdapat dalam http://www.detikhealth.com/read/2011/02/24/121659/1578265/763/pem buatan-celana-blue-jeans-banyak-menyumbang-polusi, diakses pada tanggal 3 september 2009) “Pencemaran Sungai Yangtze dan Delta Pearl di China, Apakah Sungai Citarum Akan Mengalami Hal Serupa?“ terdapat, dalam http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/pencemaran-sungai-yangtze-dandelta-pearl-di-/blog/35805/, diakses pada tanggal 6 Agustus 2012
“Top 5 Countries that are the Greatest Water Polluters” terdapat dalam http://www.aneki.com/countries2.php?t=Countries_that_are_the_Greate st_Water_Polluters&table=table_water_pollution&places=*&unit=*&o rder=desc&orderby=table_water_pollution.value&dependency=indepen dent&number=5&cntdn=n&r=-449&c=&measures=CountryDaily%20Amount%20of%20Water%20Pollutants%20%28kg%29&uni ts=*--*&decimals=*--*&file=water_pollution, diakses pada tanggal 3 Agustus 2012 “Water Pollution” terdapat dalam http://pacificenvironment.org/section.php?id=373, diakses pada tanggal 4 Agustus 2012
62