No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 325.600 ORANG (17,03 PERSEN) PERSENTASE KEMISKINAN SEPTEMBER 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN MARET 2016 (17,32 PERSEN)
Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu mencapai 325.600 orang (17,03 persen), berkurang sebesar 3.010 orang ( 0 , 2 9 p e r s e n p o i n ) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 sebesar 328.610 orang (17,32 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 16,19 persen, turun menjadi 16,16 persen pada September 2016 atau turun sebesar 0,03 persen poin. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun 0,42 persen poin yaitu dari 17,85 persen pada Maret 2016 menjadi 17,43 persen pada September 2016.
Selama periode Maret 2016 – September 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 730 orang (dari 97.340 orang pada Maret 2016 menjadi 98,07 pada September 2016), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 3.740 orang (dari 231.270 orang pada Maret 2016 menjadi 227.530 orang pada September 2016).
Garis kemiskinanan (GK) pada bulan September 2016 sebesar Rp. 437.184/kapita mengalami kenaikan sebesar 4,98 persen jika dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Maret 2016 sebesar Rp. 416.427/kapita dan penyumbang /kontribusi terbesar terhadap kemiskinan adalah komoditi makanan sebesar 76,79 persen pada bulan September 2016, dan bulan Maret 2016 sebesar 78,01 persen.
Nilai Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, dan cabe merah. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan.
Pada periode Maret 2016 – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan, ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2016–September 2016
Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada periode Maret 2016 – September 2016 mengalami penurunan. Pada periode tersebut jumlah penduduk miskin turun sebesar 3.010 orang, yaitu dari 328.610 orang pada Maret 2016 menjadi 325.600 orang pada September 2016. Dalam kurun waktu tersebut, persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 17,32 persen menjadi 17,03 persen atau turun sebesar 0,29 persen. Sementara apabila dibandingkan dengan September tahun sebelumnya jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan 2.770 orang. Jika ditinjau dari daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2016 – September 2016, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan namun jumlah penduduk miskin meningkat. Sedangkan di daerah perdesaan baik persentase dan jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Pada daerah perkotaan terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 730 orang t e t a p i s e c a r a persentase menurun 0,03 persen poin dari 16,19 persen menjadi 16,16 p e r s e n , sedangkan di daerah perdesaan turun sebesar 3.740 orang atau turun sebesar 0,42 persen poin, dari 17,85 persen menjadi 17,43 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu, September 2015 - September 2016
Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
(1)
(2)
Persentase Penduduk Miskin (%) (3)
Perkotaan September 2015
106.000
18,15
Maret 2016
97.340
16,19
September 2016
98.070
16,16
September 2015
216.830
16,71
Maret 2016
231.270
17,85
September 2016
227.530
17,43
September 2015
322.830
17,16
Maret 2016
328.610
17,32
September 2016
325.600
17,03
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Susenas September2015, Maret dan September 2016
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan 2009 – September 2016
Secara umum, pada periode 2009 – September 2016 tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu mengalami perkembangan yang fluktuatif. Selama periode tersebut, persentase penduduk miskin tidak beranjak dari angka 17-18 persen. Angka kemiskinan tertinggi terjadi pada Tahun 2009 sebesar 18,59 persen 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
dan terendah pada September 2016 sebesar 17,03 persen. Perkembangan tingkat kemiskinan dari 2009 – September 2016 ditunjukkan oleh gambar berikut : Grafik 1 Perkembangan Kemiskinan Provinsi Bengkulu, 2009 – September 2016
Sumber: Diolah dari data Susenas 2009 – September 2016
3.
Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 – September 2016
Garis Kemiskinan merupakan suatu angka yang digunakan untuk mengelompokan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 2016-September 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,98 persen, yaitu dari Rp 416.427,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp 437.184,- per kapita per bulan pada September 2016. Sementara pada periode September 2015 – September 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,41 persen, yaitu dari Rp 410.840,- per kapita per bulan pada September 2015, menjadi Rp 437.184,- per kapita per bulan pada September 2016. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,79 persen sementara sumbangan GKNM terhadap GK sebesar 23,21 persen. Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada September September 2016.
2015 sampai dengan
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
3
Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, September 2015 – September 2016 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun (1)
Makanan (2)
Bukan Makanan
Total
(3)
(4)
Perkotaan Sep-15 Mar-16
313.872 315.710
111.770 114.862
425.642 430.572
Sep-16
335.957
122.478
458.435
Perubahan Sep’15 – Sep’ 16 (%)
7,04
9,58
7,7
Perubahan Mar’-16 – Sep’ 16 (%)
6,41
6,63
6,47
Sep-15
329.667
74.513
404.179
Mar-16
333.753
76.110
409.863
Sep-16
335.624
91.690
427.315
Perubahan Sep’15 – Sep’ 16 (%)
1,81
23,05
5,72
Perubahan Mar’-16 – Sep’ 16 (%)
0,56
20,47
4,26
Sep-15
324.764
86.076
410.840
Mar-16
324.851
91.576
416.427
Sep-16
335.717
101.468
437.184
Perubahan Sep’15 – Sep’ 16 (%)
3,37
17,88
6,41
Perubahan Mar’-16 – Sep’ 16 (%)
3,34
10,8
4,98
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015, Maret dan September 2016
Pada September 2016, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, yaitu beras yang memberi sumbangan 13,90 persen di perkotaan dan 23,96 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan sebesar 14,83 persen di perkotaan dan sebesar 12,25 persen di perdesaan. Komoditi lainnya adalah daging sapi (11,25 persen di perkotaan dan 6,95 persen di perdesaan). Disisi lain tercatat beberapa komoditi lainnya yang memberi pengaruh berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan misalnya tongkol/tuna/cakalang di perkotaan dan kopi bubuk & kopi instan(sachet) di pedesaan. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di tabel 3.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), September 2016 Komoditi
Kota
(1)
(2)
Komoditi (3)
Desa (4)
Makanan Rokok kretek filter
14,83
Beras
23,96
Beras
13,90
Rokok kretek filter
12,25
Daging Sapi
11,25
Daging Sapi
6,95
Cabe Merah
4,54
Cabe Merah
4,80
Telur ayam ras
2,73
Daging Ayam ras
3,01
Daging ayam ras
2,36
Gula Pasir
2,72
Mie instan
2,04
Telura Ayam ras
2,49
Gula Pasir
2,01
Bawang Merah
1,99
Bawang Merah
1,87
Kopi bubuk & kopi instan(sachet)
1,78
Tongkol/tuna/cakalang
1,54
Mie Instan
1,61
Perumahan
7,81
Perumahan
6,71
Bensin
3,38
Bensin
2,63
Listrik
3,16
Pendidikan
1,71
Pendidikan
2,66
Listrik
1,66
Angkutan
1,23
Perlengkapan Mandi
0,98
Bukan Makanan
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2016
Komoditi Bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan yang cukup besar, yaitu angkutan terhadap GK di perkotaan dan kayu bakar terhadap GK di perdesaan.
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret 2016 – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,14 pada Maret 2016 menjadi 2,79 pada September 2016 dan Indeks Keparahan Kemiskinan juga menurun dari 0,77 menjadi 0,64 pada September 2016. Penurunan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin kecil.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
5
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah, September 2015–September 2016 Perkotaan + Perdesaan
Daerah/Tahun
Perkotaan
(1)
(2)
(3)
(3)
September 2015
4,19
3,38
3,63
Maret 2016
2,83
3,29
3,14
September 2016
2,89
2,74
2,79
September 2015
1,32
1,09
1,16
Maret 2016
0,70
0,81
0,77
September 2016
0,65
0,64
0,64
Perdesaan
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015, Maret dan September 2016
Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, pada bulan Maret 2016 nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan lebih rendah daripada di daerah perdesaan. Namun pada September 2016 justru Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Pada Kondisi September 2016, Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan mencapai 2,89 sementara di daerah perdesaan lebih rendah, yaitu sebesar 2,74. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,65 sementara di perdesaan sebesar 0,64. Hal ini mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit dibandingkan di perkotaan. 5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan- Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacangkacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukan- makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2016. Jumlah sampel di Provinsi Bengkulu sebesar ±1.280 rumah tangga supaya data kemiskinan dapat disajikan. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing- masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017
7
Informasi lebih lanjut hubungi : Kepala Bidang Statistik Sosial DuaksaAritonang, SE, MM
Telepon: 0736-349117 Email:
[email protected] Web: http//bengkulu.bps.go.id
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017