KEMANDIRIAN PADA ANAK YANG DIASUH ORANGTUA TUNGGAL
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Diajukan Oleh: SULISTIA NINGSIH F100 110 096
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
KEMANDIRIAN PADA ANAK YANG DIASUH ORANGTUA TUNGGAL
Naskah Publikasi
Diajukan Oleh: SULISTIA NINGSIH F100 110 096
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ABSTRAKSI KEMANDIRIAN PADA ANAK YANG DIASUH ORANGTUA TUNGGAL
Sulistia Ningsih Taufik Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemandirian pada anak yang diasuh orangtua tunggal. Informan dalam penelitian ini di pilih secara purposive sampling. Adapun informan adalah anak yang tinggal bersama ibu rentang usia 7 12 tahun. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 orang responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara yang dilengkapi dengan observasi. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian adalah anak yang berusia 7 – 12 tahun. Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku mandiri anak yang dapat dikerjakan sendiri adalah mandi dan berpakaian sendiri, menyapu rumah dan sesekali menyapu halaman, mencucui piring, memasalah, berangkat sekolah dengan berekendara sepeda, bermain sendiri dilingkungan, dan menabung uang sendiri tanpa ada paksaan orangtua. Single parent adalah orangtua tunggal, hanya satu orangtua yang dibebeani untuk memenuhi kebutuhan keluarga dikarenakan satu orangtua telah meninggal, bercerai, atau tidak ada hungan yang jelas dari keduanya, namun penelitian ini memfokuskan pada penelitian single parent mother.
Kata kunci: kemandirian, anak, single paren, pola asuh.
untuk
PENDAHULUAN
untuk
menerapkan
sikap,
prinsip, serta tanggung jawab dengan
Orangtua memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik
dimulai
jasmani,
dari
usia
kanak
rohani
serta
terlibatnya
pada
anak
menerapkan sikap diruang lingkup
berupa ketulusan cinta, perawatan,
keluarga yaitu lingkungan rumah.
pendidikan yang terbaik untuk anak
Sebagaimana menurut Havighurst
agar
dengan
(dalam Ruliani, 2014) salah satu
tumbuh kembang yang lebih baik.
tugas perkembangan anak pada usia
Banyak harapan - harapan besar
6
orangtua untuk buah hatinya, dimana
memperoleh kebebasan yang bersifat
anak tumbuh menjadi pribadi yang
pribadi
jauh
yang
Kemudian terlatihnya anak untuk
membanggakan, sopan santun, saling
bertindak mandiri karena ada peran
menyayangi, berbakti pada kedua
keluarga yang memiliki tugas dan
orantua, dan tidak kalah penting
fungsi
adalah perilaku mandiri.
keluarga adalah rumah tangga yang
kesehatan,
memberi
bimbingan
menjadi
lebih
peribadi
baik.
Perilaku
–
12
tahun
tersendiri
belajar
mandiri).
(Lestari,
hubungan
perkawinan
dalam
adalah
(bersikap
memiliki Anak yang mandiri, adalah
orangtua
dan
atau
darah
2012)
atau
menyediakan
anak yang bisa mengerjakan segala
terselenggaranya fungsi – fungsi
sesuatunya dilakukan dengan sendiri
instrumental mendasar dan fungsi –
dan
permasalahan
fungsi ekspresif keluarga bagi para
secara sendiri. Sebagaiman pendapat
anggotanya yang berada dalam suatu
(Steinberg,
2002)
jaringan.
merupakan
kemampuan
menyelesaiakn
kemandirian dalam serta
Selanjutnya adalah mendidik
mempertanggungjawabkan
anak yang telah diasuh orangtua
tingkah lakunya sendiri tanpa terlalu
tunggal adalah memiliki keunikan
tergantung pada orangtua. Anak yang
tersendiri. Orangtua tunggal adalah
telah dilatih sejak usia kanak – kanak
dimana
akan lebih mendedikasikan dirinya
terdapat satu orangtua saja yang
mengatur mampu
perilaku
sendiri
1
dalam
keluarga
hanya
menjalankan
semua
kewajiban
untuk
tugas
dan
ASL, 10 tahun.Pere mpuan. Anak ke-2 dari 2 bersaudara
memenuhi
kebutuhan utama keluarga, mulai dari memberi nafkah, pendidikan kepada anak, dan saat berperan dilingkungann masyarakat. Single parent menurut Surya (2003), yaitu orangtua dalam satu leluarga yang tinggal sendiri yaitu ibu saja atau bapak saja. Single parent dapat saja terjadi karena perceraian, salah satu meninggal.
Selain itu (Indriani,
2014) memaparkan bahwa anak yang diasuh orangtua yang bekerja dan yang
tidak
perbedaaan.
bekerja Dalam
mengalami penelitiannya
anak yang diasuh oleh orangtua yang bekerja justru memiliki kemandirian yang lebih tinggi diantaranya dapat memenuhi
kebutuhannya
ketika
makan, menyisir rambut sendiri, mandi sendiri, dan sedangkan anak yang diasuh orangtua yang tidak bekerja anak tidak mendiri pada ibu tidak
bekerja.
Berikut
adalah
pemaparan dari hasil data awal yang diperolah dari anak yang telah diasuh orangtua tunggal adalah sebagai berikut: Identitas
Deskripsi
2
a. Menurut subjek, mandiri adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri. b. Pekerjaan yang dilakukan oleh subjek sendiri adalah menyapu rumah, mencuci piring, pernah masak ketika ibu ada dirumah, makan menagmabil sendiri, mengerjakan tugas sekolah ditemani ibu, membayarkan uang sekolah, berangkat sekolah sendirian, menyisir rambut, mandi, memakai baju, menyiapkan buku sekolah, pernah berkunjung kerumah kakek dan nenek didaerah gedongan dengan naik sepeda. c. Pekerjaan untuk membantu ibu adalah, subjek mengantarkan loundry didaerah gonilan menggunakan sepeda, belanja gula dan minyak ketika ibu meminta tolong, menjemur
Berdasarkan
pakaian.
data
tersebut
dapat disampaikan bahwa anak yang RM. tahun.
10
Perempuan. Anak ke 2 dari 2 bersaudara.
a. Pekerjaan subjek yang dilakukan sendiri belajar, ngerjain PR sendir, Menyapu rumah sesekali juga halaman, bantu memasak, main sendiri sama teman – teman, makan dan berpakaian sendiri, berangkat sekolah naik sepeda sendiri. b. Hal yang sering dilakukan bersama ibu adalah ketika belanja, masak bersama, bantu bersih – bersih rumah
memiliki
kecendrungan
bertindak dan melakukan pekerjaan dengan sendiri. Banyak hal yang dapat dilakukan sendiri dimana hal ini yang membuat anak menjadi pribadi yang mandiri tentu akan lekat dipengaruhi dengan pola pengasuhan anak. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemandirian Menurut ( Steinberg, 2002) kata mandiri dari dua istilah yaitu “autonomy” dan “independence”. Independence
RZ. Usia 10 tahun. Laki- laki. Anak ke 4 dari 4 bersaudara. Alamat: Gonilan
untuk
a. Yang sering dilakukan sendiri adalah makan, mandi, dan berpakain sendiri. Mencuci sepatu. Berangkat sekolah jalan kaki dan berangkat sendiri, sesekali mencuci piring. b. Bermain dengan teman sepulang sekolah, kegiatan futsal dan terkadang sepakbola,
adalah
kebebasan,
yang secara umum menunjuk pada kemampuan
individu
untuk
melakukan sendiri aktivitas hidup serta tidak menggantungkan orang lain. Sedangkan (Siswoyo, 2007) menyampaikan bahwa kemandirian sebagai karakteristik individu yang mengaktualisasikan dirinya menjadi diri sendiri, dan ketergantungan pada
3
tingkat yang lebih kecil. Meskipun
bertindak sendiri tanpa terlalu
bergantung dengan pada lingkungan
bergantung pada
untuk memuaskan kebutuhan dasar,
orang lain.
sesekali kebutuhan mereka bebas
c.
bimbingan
Kemandirian nilai
(
Value
Autonomy), yaitu kebebasan
untuk melakukan caranya sendiri dan
untuk memaknai seperangkat mengembangkan potensinya. Menurut
benar – salah, baik – buruk apa
Steinberg
yang berguna dan sia sia bagi
(2002)
dirinya sendiri.
terdapat aspek kemandirian yang
2. Anak
terdiri dari:
Anak a.
Kemandirian emosi (Emotional Autonomy):
yakni
dalam penelitian ini
membahas mengenai perkembangan
aspek
anak yang memiliki rentan usia 7-12
kemandirian yang berhubungan
tahun atau memasuki pada periode usia
perubahan
kedekatan
keterikatan
atau
Adapun
hubungan
tengah
tugas
dan
terakhir.
perkembangannya
adalah:
emosional individu, terutama
Nuryanti (2008) aspek sosial yang terjadi pada masa kanak –
sekali dengan orangtua b. Kemandirian
anak
kanak lanjut antara lain:
perilaku
a. Anak
(Behavioral Autonomy) adalah
semakin
mandiri
dan
mulai menjauh dari orangtua dan suatu membuat
kemampuan keputusan
untuk
keluarga.
–
b. Lebih
menekankan
pada
kebutuhan untuk berteman dan
keputusan secara bebas dan
membentuk teman sebaya. menindaklanjutinya.
Serta
c. Anak memiliki kebtuhan yang
bertindak dan bebas untuk
besar untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya.
4
berdiskusi dengan anak – anak
3. Pola asuh pada Single Parent Mother
mereka terlebih dahulu. c. Pola
(Ali & Asrosi, 2004)menyampaikan
sering
penyebab
disebut
bagi
anaknya
sebagai
sesuai
perkembangan
salah
asuh, sistem pendidikan disekolah,
2008) Orangtua dapat mendorong
rutinitas kecil sehari – hari. Baumrind
ditandai dengan sikap terbuka
menentukan
peraturan
dilakukan
penelitian,
Peneliti
teknik
purpossive
sampling.
Purposive
sampling
merupakan
teknik
pengambilan
Informan
penelitian
selama
ini
penelitian
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut: a. Anak dengan rentang usia 6 – 12
dengan
kaku
cendrung
Selama
ditetapkan
b. Pola asuh Otoriter adalah pola
orangtua,
Kualitatif.
2010).
bertanggung
sendiri.
aturan
pendekatan
dan kararter tertentu (Herdiansyah,
jawab dan yakin terhadap diri
–
atau
penelitian yang didasarkan pada ciri
mendorong anak untuk mampu
aturan
membenarkan
sample dengan mengambil informan
dan
anaknya, Pola asuh ini akan
ditandai
tidak
orang dengan
a. Pola asuh Autoritatif adalah
yang
orangtua
menggunakan informan sebanyak 5
(Pratjipto,2007)) diantaranya:
asuh
kerena
Penelitian ini menggunakan
dan membimbing mereka melakukan
sendiri,
keinginannya
METODE PENELITIAN
anak untuk mandiri dengan mengajar
dan
berperilaku
mengalahkan anak.
pula sebagai orangtua (Retnowati,
berdiri
dengan
pernah
dan sistem bermasyarakat. Begitu
orangtua
untuk
pada
apakah perilakunya benar atau
gen atau keturunan orangtua, pola
antara
adalah
sendiri. Seorang anak tidak tahu
kemandirian. Penyebabnya adalah
Kemudian
permisif
kebebasan tanpa batas
pola asuh sebagai salah satu faktor yang
asuh
tahun.
dari
b. Tinggal
bersama
orangtua
untuk
tunggal yaitu, anak yang tinggal
tanpa
bersama ibu.
5
c. Tempat
penelitian
dilakukan
mengungkapkan perasaaan yang
diWilayah Surakarta.
sedang dirasakan namun lebih pada
HASIL PEMBAHASAN
menujukkan
perilakunya. KESIMPULAN hasil
Sedangkan pada
bahwa anak dengan usia 6-12
analisis
tahun
serta pembahasan penelitian maka
cukup
mampu
membedakan mana yang baik
dapat disimpulkan kemandirian pada
dan
anak yang diasuh orangtua tunggal
tidak
untuk
dilakukan,
namun sebagian dari anak masih
sebagai berikut: penelitian
ini
mengikuti kebiasaan – kebiasaan
ketiga
yang
aspek kemandirian terlihat pada kemandirian
an
kemandirian nilai menunjukkan
Berdasarkan
Dalam
sikap
anak.
dilakuakan
teman
sebayanya.
Meliputi
aspek emosi, perilaku, dan nilai.
Berdasarkan hasil penelitian
Aspek-aspek tersebut memiliki
dapat disimpulkan bahwa informan
keunikan dan memiliki variasi
memiliki
setiap
latar
aspek perilaku yang tinggi, dimana
belakang yang cendrung sama.
anak sudah mampu menyelesaikan
Dari ketiga aspek tersebut yang
tugas,
paling menonjol adalah aspek
menyelesaikan tugas rumah, serta
perilaku, dimana pada aspek ini
dapat
menunjukkan
individu
dati
kemampuan
membantu
bermain
dan
dari
sisi
orangtua
bepergian
sikap
mandiri
menuju sekolah dengan sendiri.
dengan
mampu
Namun berbeda dengan dengan
mengerjakan dan menyelesaikan
aspek emosi , anak belum mampu
tugas rumah seperti menyapu,
ngekspresikan perasan dengan baik,
mencuci, dan turut serta didapur,
dan
selain itu bermain dengan teman
mengahabiskan waktu sehari – hari
sebaya
sekolah
dengan orangtua, dan dari aspek
dengan sendiri maupun jalan
nilai anak masih membutuhkan
kaki. Pada aspek emosi, anak
pengawasan dari orangtua yang
belum
lebih karena anak masih senang
pada
anak
dan
menuju
mampu
sepenuhnya
6
anak
lebih
senang
mengikuti
peran
dari
teman
anak yang diasuh orangtua
lingkungannya.
tunggal dari latar belakang dan pengasuhan yang berbeda.
SARAN
TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan perolehan data-data Ali dan Asrori. Psikologi Remaja (Remaja Peserta Didik). PT Bumi Aksara; Jakarta
yang dilakukan selama dilapangan, terdapat
banyak
kekurangan.
temuan
Untuk
itu,
dan penulis
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
memberikan saran kepada: 1.
Fakultas psikologi universitas muhammadiyah memiliki
surakarta
reference
terbaru
Herdiyansyah, Haris. 2010. Metode penelitian kualitatif untuk ilmu sosial.Jakarta; Salemba Humanika
yang
mengenai
perkembangan pada anak baik tingkat
nasional
Indriani, 2014. Perbedaan Kemandirian anak usia 6 -7 tahun anatara ibu yang bekerja dan tidak bekerja Didesa Sikampuh kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. skripsi.Surakarta. Universitas Muhammadiyah Sirakarta
maupn
internasional. 2.
Kepada
orangtua
hendaknya ketika
tunggal
melibatkan
menyelesaikan
rumah,
memberi
anak tugas
pemaham
Lestari. 2012. Psikologi Keluarga “dengan penanganan nilai dan penanganan konflik dan Keluarga. Kencana:Jakarta
anak ketika bergaul dengan teman dan lingkungan sekolah, menanamkan
nilai,
Nuryanti, L.(2008).Psikologi Anak.Indonesia:PT Macanan Jaya Cemerlang
prinsip,serta tanggunga jawab yang lebih baik karena dapat mempengaruhi pada pribadi
Retnowati. Pola Komunikasi Orangtua Tunggal Dalam memmbentuk Kemandirian Anak (Kausu Dikota Yogyakarta). Jurnak ilmu Komunikasi.2008 Volume 6 nomor 3, SeptemberDesember
anak dimasa depan. 3.
Untuk
peneliti
disarankan menggali
selanjutnya
untuk lebih dalam
dapat lagi
mengenai kemandirian pada
7
Ruliani. 2014. Perbedaan kemandirian pada anak usia 6-12 tahun dari bu yang bekerja dan dari ibu yang tidak bekerja. Bandung. Universitas pendidikan Indonesia. Santosa dan Marheni (2013). Perbedaan Kemandirian Tipe Pola Asuh Orangtua pada Siswa SMP Negeri Denpasar. Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Jurnal psikologi Udayana. 2013, Vil.1. 54-62. Siswoyo, , Dwi, Dkk. (2007). Ilmu pendidikan.
Yogyakarta.
UNY Press
Steinberg, L. (2002). Adolescence. Sixth edition. New York: McGraw-Hill Surya. 2003. Bina Keluarga. Aneka Ilmu; Semarang
8