UNIVERS SITAS INDO ONESIA
KELOMPO K OK PEND DUKUNG MENING M GKATKAN N KE EMAMPU UAN AGG GREGATE E DEWASA A DALAM M PEN NGELOLA AAN FAK KTOR RISIKO HIPE ERTENSII DI KELU URAHAN N TUGU KOTA K DEP POK
KARYA ILMIAH AKHIR
YENNI 00906594854
FAK KULTAS IL LMU KEPE ERAWATA AN PROG GRAM NER RS SPESIAL LIS KEPER RAWATAN N KOMUNIITAS DEPOK JJULI 2012
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
UNIVERS SITAS INDO ONESIA
KELOMPO K OK PEND DUKUNG MENING M GKATKAN N KE EMAMPU UAN AGG GREGATE E DEWASA A DALAM M PENGELOL LAAN FAK KTOR RIISIKO HIP PERTENS SI DI KEL LURAHAN TUGU KOTA DE EPOK
KARYA ILMIAH AKHIR Diajjukan Sebaggai Salah Saatu Syarat Untuk U Mem mperoleh Geelar Nerrs Spesialis Keperawata K an Komunittas
YENNI 00906594854
FAK KULTAS IL LMU KEPE ERAWATA AN PROG GRAM NER RS SPESIAL LIS KEPER RAWATAN N KOMUNIITAS DEPOK JJULI 2012
i Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT sehingga penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini dengan judul “Kelompok pendukung meningkatkan kemampuan aggregate dewasa dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi di Kelurahan Tugu Kota Depok” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Karya Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ners Spesialis Keperawatan Komunitas pada Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Ucapan Terimakasih yang tak terhingga kepada Wiwin Wiarsih, MN dan Widyatuti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih juga kepada: 1. Dewi Irawaty, MA., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2. Astuti Yuni Nursasi, MN., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 3. Bapak/Ibu staf pengajar dan staf administrasi yang membantu selama proses belajar mengajar. 4. Ibu kader posbindu RW 11 Kelurahan Tugu sebagai anggota kelompok pendukung yang telah berpartisipasi selama kegiatan residensi ini. 5. Aggregate dewasa dan keluarga di Kelurahan Tugu sebagai responden dalam penyelesaian residensi keperawatan komunitas ini 6. Orang tua, suami dan anakku tercinta yang mendukung dengan segala kasih sayang, pengorbanan, doa, dan harapannya. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah
iv
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Depok, Juli 2012
Penulis
v
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Yenni : Program Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia : Kelompok pendukung meningkatkan kemampuan aggregate dewasa dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi di Kelurahan Tugu Kota Depok
Kelompok pendukung merupakan salah satu bentuk intervensi pengendalian hipertensi. Teori manajemen pelayanan kesehatan, model PRECEDE-PROCEED, dan Family Centered Nursing diintegrasikan dan menjadi kerangka kerja dalam praktik manajemen pelayanan, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga. Hasil implementasi menggambarkan kemampuan kelompok pendukung dalam meningkatkan kemampuan aggregate dewasa dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi. Kemampuan kelompok pendukung, tingkat kemandirian keluarga dan kemampuan aggregate dewasa meningkat dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi di Kelurahan Tugu. Bimbingan dan arahan secara berkelanjutan pada kelompok pendukung disarankan untuk selalu diberikan oleh puskesmas setempat. Kata kunci : Kelompok pendukung, aggregate dewasa, hipertensi, keperawatan
vii
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Yenni : Community Health Nursing Specialist Program Faculty of Nursing Universitas Indonesia : Support group improves the ability of adults aggregate in managing hypertension risk factors at Kelurahan Tugu, Kota Depok
Support group is a form of hypertension control interventions. Management theory, PRECEDE-PROCEED and Family Centered Nursing models were integrated to provide framework on management nursing service, community and family nursing care practice. The implementation showed the ability of support group in increasing adults' capacity on the management of hypertension risk factors. It showed an elevation in the support group's ability, the levels of family self-sufficiency and capacity in managing risk factor of adult hypertension in Kelurahan Tugu. The guidance and direction on an ongoing basis for support groups are suggested to be provided by the Public Health Center. Key words: Support group, adult, hypertension, nursing.
viii
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR SKEMA ......................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1.2 Tujuan .................................................................................................. 1.3 Manfaat ............................................................................................... 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dewasa sebagai Kelompok Risiko ..... ................................... 2.2 Konsep Dewasa Hipertensi sebagai Kelompok Rentan ....................... 2.3 Kelompok Pendukung sebagai Bentuk Intervensi bagi Aggregate Dewasa Hipertensi ............................................................................... 2.4 Peran dan Fungsi Perawat Spesialis Komunitas dalam Konteks Pengelolaan masalah Hipertensi pada Aggregate Dewasa ................... 2.5 Teori dan Model Konseptual pada praktik keperawatan komunitas.. 3. KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH 3.1 Kerangka Kerja .................................................................................... 3.2 Profil Wilayah Puskesmas Kelurahan Tugu ........................................
i ii iii iv vi vii viii ix xi xii xiii 1 10 11
12 16 17 20 22
31 34
4. PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI 4.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Komunitas ................................ 36 4.2 Asuhan Keperawatan ........................................................................... 52 5. PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan................................................... 5.2 Asuhan Keperawatan Keluarga ........................................................... 5.3 Asuhan Keperawatan Komunitas ........................................................ 5.4 Keterbatasan ........................................................................................ 5.3 Implikasi ..............................................................................................
ix
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
74 76 79 84 84
6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ............................................................................................. 6.2 Saran..................................................................................................... DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN
x
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
86 86
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Model PRECEDE-PROCEED .................................................
25
Skema 2.2
Model Family Centered Nursing..............................................
30
Skema 3.1
Kerangka Kerja ........................................................................
32
Skema 4.1
Fish Bone..................................................................................
41
Skema 4.2
Pohon Masalah Keluarga .........................................................
55
Skema 4.3
Pohon Masalah Komunitas ......................................................
66
xi
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Indikator Evaluasi ......................................................................
33
Tabel 4.1
Tingkat Kemandirian Keluarga Binaan ....................................
62
Tabel 4.2
Indikator Dampak Asuhan Keperawatan keluarga berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga ..................................................
xii
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Penapisan Masalah Manajemen
Lampiran 2
Rencana keperawatan dan Planning Of Action (POA) Asuhan Pelayanan Manajemen
Lampiran 3
Sampul dan Daftar Isi Buku Pedoman Kerja Support Group
Lampiran 4
Skoring Masalah Keperawatan Keluarga
Lampiran 5
Rencana Keperawatan dan Planning Of Action (POA) Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 6
Penapisan Masalah Keperawatan Komunitas
Lampiran 7
Rencana Keperawatan dan Planning Of Action (POA) Asuhan Keperawatan Komunitas
Lampiran 8
Kontrak Belajar
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
xiii
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masa dewasa adalah suatu masa transisi dalam kehidupan seseorang ketika pengaruh lingkungan dan gaya hidup adalah yang paling nyata terlihat (McMurray, 2009). Hal ini juga didukung oleh Potter dan Perry (2005) bahwa gaya hidup dapat menempatkan usia dewasa pada risiko penyakit atau kecacatan.
McGinnis
dan
Foege
(1993,
dalam
McMurray,
2009)
mengidentifikasikan bahwa kematian dan kesakitan pada usia dewasa banyak disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat yang dihubungkan dengan beberapa faktor risiko seperti penggunaan rokok, alkohol, zat racun, makanan, pola aktifitas, stres, injuri, perilaku seksual dan penggunaan obatobatan. McKie et al., (1993, dalam McMurray, 2009) menggambarkan bahwa perilaku berisiko meliputi konsumsi makanan yang tidak sehat, merokok, penggunaan alkohol dan zat berbahaya lainnya serta mendapatkan stressor secara terus menerus. Menurut Black dan Hawks (2009), penggunaan rokok, makanan, alkohol, dan penyalahgunaan substansi termasuk faktor risiko terjadinya hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa orang dewasa yang memiliki perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat berisiko untuk mengalami hipertensi. Menurut Lewis et al., (2007), hipertensi merupakan issue kesehatan masyarakat yang penting karena dianggap sebagai kejadian yang mewabah di seluruh dunia. Diperkirakan 65 juta atau hampir 1 dari 3 dewasa Amerika mengalami tekanan darah tinggi. Angka ini terus meningkat tajam, diprediksi oleh WHO pada tahun 2025, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI, 2006). Di Indonesia, kejadian hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas adalah 31,7% (Riskesdas, 2007). Hasil penelitian Rahajeng dan Tuminah (2009), ditemukan angka kejadian hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran dan riwayat penyakit adalah 32,2%. Berdasarkan data yang didapatkan dari profil kota Depok tahun 2009, hipertensi termasuk dalam
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
2
urutan penyakit terbanyak (12,14%) diantara pola penyakit penderita rawat jalan usia 45-54 tahun di puskesmas. Kejadian hipertensi ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Lewis et al., 2007). Semakin tua usia, semakin besar kemungkinan menderita hipertensi (Mauk, 2010). Hal ini dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding arteri, yang memberikan akibat pada peningkatan tahanan vascular perifer. Peningkatan tahanan vascular perifer menyebabkan jantung harus memompa melawan tahanan yang lebih besar secara kontinu, akibatnya aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal menurun (Potter & Perry, 2005). Bila hal ini terjadi terus menerus dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan dengan tepat, dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit gagal jantung, penyakit gagal ginjal kronis dan serangan stroke (Martuti, 2009). Freis (1975, dalam Lumbantobing, 2008) meneliti manfaat dari pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya stroke. Sebanyak 70 pasien hipertensi diberikan terapi dan dibandingkan dengan 73 pasien yang tidak mendapatkan terapi. Tekanan diastole mereka berkisar antara 115-129 mmHg. Setelah dikontrol selama 18 bulan, pada kelompok yang mendapat pengobatan, 1,4% mengalami stroke, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan pengobatan, 7,2% mengalami stroke. Seseorang yang menderita hipertensi sangat berisiko untuk mengalami penyakit kardiovaskuler (Stanley, Blair & Beare, 2005) dan hipertensi merupakan faktor risiko terbesar untuk terjadinya stroke (Lewis et al., 2007). Hal ini didukung juga oleh Meiner dan Lueckenotte (2006), bahwa hipertensi merupakan faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyawati (2008) juga membuktikan bahwa penyakit hipertensi termasuk faktor risiko paling dominan berhubungan dengan kejadian stroke. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2005), yang menunjukkan bahwa penyakit hipertensi termasuk faktor risiko yang kuat terhadap kejadian stroke. Kowalski (2010) berpendapat bahwa risiko ini akan bertambah jika orang tersebut memiliki faktor-faktor risiko lain, seperti adanya riwayat keluarga,
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
3
kadar kolesterol tinggi, diabetes, kebiasaan merokok, kurang aktifitas, obesitas, gaya hidup yang tidak sehat. Orang dewasa yang menderita hipertensi dan tidak menjalankan gaya hidup yang sehat, menjadikan orang tersebut rentan untuk mengalami serangan stroke seperti yang dikatakan oleh Stanhope dan Lancaster (2004), bahwa individu yang mengalami perubahan status fisik menyebabkan individu tersebut menjadi rentan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kelompok usia dewasa dengan hipertensi termasuk dalam populasi yang rentan (vulnerable). Flaskerud dan Winslow (1998, dalam Stanhope & Lancaster, 2004) menggambarkan populasi rentan adalah kelompok sosial yang mempunyai risiko atau kerentanan yang relatif tinggi merugikan kesehatannya. Populasi rentan adalah populasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami masalah kesehatan akibat paparan berbagai faktor risiko (Stanhope & Lancaster, 2004). Stanhope dan Lancaster (2004) juga menyebutkan bahwa seseorang/kelompok dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit atau bahaya dan penyakit kronis termasuk penyakit yang dapat meningkatkan kerentanan, diperburuk dengan ketidakadekuatan sosial, pendidikan atau ilmu pengetahuan dan ekonomi. Pengetahuan dan latar belakang pendidikan dapat membentuk keyakinan seseorang terhadap kesehatan. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit yang dimilikinya sehingga dapat menyelesaikan masalah dan menjaga perilaku serta gaya hidupnya (Potter & Perry, 2005; Lueckenotte, 2000). Seorang penderita hipertensi yang tidak memiliki pengetahuan cukup terkait dengan penyakitnya, akan menjadi rentan untuk mengalami masalah kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan berperilaku sehat. Begitu juga dengan tingkat ekonomi. Banyak orang dewasa yang tidak memiliki pendidikan dan keahlian yang diperlukan untuk berbagai posisi dalam pekerjaan, sehingga banyak yang menganggur atau terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran yang rendah (Potter & Perry, 2005). Bila seorang penderita hipertensi memiliki status ekonomi yang rendah akan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
4
mengalami kesulitan menyisihkan dana untuk kepentingan pengobatan dan pemeliharaan kesehatannya secara tepat. Menurut Angeli (2010, dalam Pinzon, 2010), kurang dari 30% pasien hipertensi yang terkendali tekanan darahnya. Hasil survei di Amerika Serikat, kontrol hipertensi hanya dapat dicapai pada 29%, 17% di Kanada dan 10% di lima negara Eropa (Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, Swedia) (Lumbantobing, 2008). Sifat dari hipertensi yang tidak menimbulkan gejala berkontribusi besar terhadap rendahnya angka kepedulian dan keteraturan berobat pasien. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer karena hipertensi umumnya tidak menyebabkan gangguan sehingga diperkirakan setengah dari populasi penderita hipertensi tidak menyadari bahwa ia mengalami tekanan darah tinggi (Lueckenote & Meiner, 2006) sehingga mereka tidak merasa perlu untuk mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penatalaksanaan hipertensi yang utama adalah penatalaksanaan yang bersifat nonfarmakologis yaitu pengendalian faktor resiko peningkatan tekanan darah berupa perubahan gaya hidup (Lueckenotte & Meiner, 2006). Black dan Hawks (2009) juga mengatakan bahwa perubahan gaya hidup adalah efektif dalam menurunkan tekanan darah dan juga menurunkan risiko penyakit kardiovascular dengan biaya yang sedikit dan risiko yang minimal. Memodifikasi gaya hidup merupakan indikasi untuk semua pasien pre hipertensi dan hipertensi (Lewis et al., 2007). Menurut Joint National Committee (JNC) VII (2003, dalam Black & Hawks, 2009) perubahan gaya hidup disarankan sebagai lini pertama untuk 6 sampai 12 bulan pertama setelah diagnosis awal. Perubahan gaya hidup ini juga dianjurkan sebagai terapi tambahan untuk semua pasien hipertensi yang mendapatkan terapi farmakologis (Black & Hawks, 2009). Penatalaksanaan yang dilakukan berupa perubahan gaya hidup seperti pengontrolan berat badan, mengatur diet, latihan fisik yang teratur, mengurangi stress, menghindari rokok, membatasi konsumsi alkohol, serta melakukan pemeriksaan darah secara rutin (Kowalski, 2010; Burke & Laramie, 2000; Martuti, 2009; Lewis et al., 2007; Stanley, Blair & Beare, 2005).
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
5
Pengendalian faktor risiko tersebut dapat menjadikan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular yang ada di masyarakat lebih efektif dan efesien. Menurut WHO (2005 dalam Kemenkes RI, 2011), Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian di seluruh dunia. Hasil riset kesehatan Dasar (2007, dalam Kemenkes RI, 2011) juga menunjukkan bahwa penyebab kematian telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular dimana penyakit tidak menular sebagai penyumbang terbesar kematian sebanyak 59.5%. Dampak dari penyakit tidak menular dan risikonya berpengaruh pada ketahanan hidup manusia, penurunan produktivitas kerja dan juga menambah beban biaya pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2011), dengan demikian program pencegahan menjadi sangat penting sebagai upaya mengurangi dampak tersebut. Kementrian Kesehatan berupaya mendapatkan cara yang efektif untuk menurunkannya prevalensi PTM yang terus meningkat. Kementrian Kesehatan menyadari bahwa masalah tersebut tidak dapat ditanggulanginya sendiri, maka upaya berbasis masyarakat merupakan salah satu strategi yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi PTM. Tahun 2006 telah dilakukan evaluasi proses pelaksanaan dari program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003-2005 di kota Depok. Salah satu hasil evaluasi didapatkan bahwa posbindu PTM terbukti efektif dalam mencegah dan mengendalikan prevalensi PTM (Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2008). Kemenkes RI (2011) juga mengatakan bahwa upaya pengendalian PTM ini tidak mungkin dilakukan hanya oleh sektor kesehatan saja namun harus melibatkan sektor lain dan keterlibatan masyarakat secara aktif. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengendalian faktor risiko PTM khususnya hipertensi dapat dimaksimalkan dengan strategi intervensi dalam bentuk proses kelompok berupa kelompok sosial yang berperan sebagai kelompok pendukung bagi penderita hipertensi. Menurut Pender, Murdaugh dan Parsons (2002), dukungan sosial mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
6
Dukungan sosial berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas. Rendahnya dukungan sosial menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Kelompok pendukung atau social support dapat dikatakan sebagai hubungan interpersonal yang memberikan bantuan dan dukungan emosional (kepedulian, dorongan semangat, dan empati), bantuan (pelayanan, uang atau informasi), dan penguatan (umpan balik yang positif, memberikan penghargaan). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gellert, Aubert dan Mikami (2010), menemukan bahwa peningkatan/perubahan gaya hidup pada penduduk asli di Hawaii dapat dicapai melalui adanya kelompok pendukung dimana adanya perubahan yang signifikan untuk berat badan, tekanan darah sistolik, diastolik dan kolesterol total pada penderita hipertensi sebelum dan setelah intervensi. Penelitian yang dilakukan oleh Balcazar et al., (2009) pada penderita hipertensi di Mexico-Amerika juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap pengontrolan hipertensi setelah dilakukan intervensi oleh suatu kelompok pendukung. Melalui kelompok pendukung ini diharapkan penderita hipertensi yang ada di masyarakat memiliki suatu bentuk sistem pendukung
yang
dapat
memberikan
bantuan
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi penderita hipertensi sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam pengendalian faktor risiko peningkatan tekanan darah. Menurut Green dan Kreuter (1991, dalam McMurray 2003) pada model precede-proceed, dukungan orang lain merupakan faktor penguat yang dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup seseorang. Pernyataan ini didukung oleh Friedman, Bowden dan Jones (2003), yang menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai dukungan yang kuat cenderung untuk mengadopsi dan mempertahankan perilaku kesehatan yang baru dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki dukungan. Pender, Murdaugh dan Parsons (2002) menyebutkan beberapa sistem dukungan sosial yang berkaitan dengan kesehatan adalah: sistem dukungan natural (keluarga), sistem dukungan teman sebaya, sistem dukungan organisasi keagamaan, sistem dukungan pengasuh
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
7
(caregiving) atau bantuan profesional, dan kelompok pendukung yang bukan dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional. Selain dukungan orang lain, status kesehatan kelompok usia dewasa juga dipengaruhi oleh struktur maupun fungsional keluarga. Campbell (2000, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) mengatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan fisik anggota keluarganya dan Friedman, Bowden dan Jones (2003) juga mengemukakan adanya keterkaitan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan anggotanya. Keterkaitan keluarga terhadap anggota keluarga yang berusia dewasa dapat didentifikasi dengan menggunakan teori Family Centered Nursing. Berdasarkan teori dan konsep keperawatan tersebut, maka diperlukan suatu strategi intervensi keperawatan komunitas untuk menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat khususnya masalah hipertensi pada kelompok usia dewasa. Menurut Hitchock, Schuber dan Thomas (1999), strategi intervensi keperawatan komunitas berupa pendidikan kesehatan, proses kelompok, pemberdayaan dan kemitraan. Pendidikan kesehatan diberikan dalam bentuk penyuluhan
kepada
aggregate/masyarakat,
pelatihan
terhadap
kader/kelompok, penyebaran informasi dalam bentuk leaflet. Melalui pendidikan kesehatan ini diharapkan dapat membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal melalui tindakan dan inisiatif mereka sendiri (Edelman & Mandle, 2006). Strategi intervensi lain untuk mengatasi masalah hipertensi pada aggregate dewasa adalah pemberdayaan. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan melalui pemberdayaan yaitu dengan memberdayakan kader dalam kegiatan kelompok peduli. Menurut Wallestein (1992, dalam Helvie, 1998), pemberdayaan masyarakat merupakan proses kegiatan sosial yang melibatkan partisipasi kelompok orang dan masyarakat untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Melalui pemberdayaan ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
8
Menurut Maglaya (2009), perawat tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan harus bekerja dengan orang lain atau kelompok lain untuk meningkatkan kemungkinan terpenuhi tujuan yang diinginkan. Kemitraaan yang dilakukan dalam penanganan masalah hipertensi pada aggregate dewasa adalah bekerjasama dengan posbindu dalam pengadaan alat kesehatan untuk kegiatan kelompok pendukung. Strategi intervensi lain yaitu intervensi professional keperawatan berupa relaksasi dan latihan fisik. Strategi intervensi yang mendasari proyek inovasi residen dalam pengelolaan aggregate dewasa dengan hipertensi adalah dalam bentuk proses kelompok yaitu pembentukan kelompok pendukung (support group) bagi penderita hipertensi. Melalui kelompok pendukung ini diharapkan dapat memotivasi dan membantu masyarakat untuk menyadari dan mampu secara mandiri merawat dan mengatasi masalahnya sendiri (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002). Bentuk kelompok pendukung dalam kegiatan ini berupa kelompok pendukung yang bukan dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dimana anggota kelompok pendukung terdiri dari kader kesehatan. Kader merupakan anggota masyarakat yang mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Kader dipilih dari dan oleh masyarakat karena memiliki kelebihan. Salah satu peran kader adalah menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes 2009). Berdasarkan hal tersebut, dengan memberdayakan kader dalam kegiatan kelompok pendukung diharapkan kader dapat berperan lebih optimal untuk meningkatkan kesehatan aggregate dewasa dengan hipertensi. Perilaku penderita hipertensi terhadap pengendalian faktor risiko peningkatan tekanan darah mempengaruhi status kesehatan. Menurut Green dan Kreuter (1999, dalam Ervin, 2002), faktor perilaku berisiko merupakan perilaku gaya hidup yang menempatkan individu tersebut berisiko untuk mengalami masalah kesehatan, selanjutnya Green dan Kreuter juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti predisposing, reinforcing dan enabling. Intervensi yang diberikan terhadap faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup seseorang untuk menjadi lebih sehat
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
9
dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini tergambar dalam teori PRECEDE-PROCEED dari Green dan Kreuter. Perawat
komunitas
menyusun
suatu
intervensi
keperawatan
dengan
pendekatan teori asuhan keperawatan komunitas dan teori manajemen pelayanan kesehatan komunitas untuk mengatasi masalah hipertensi yang ada di masyarakat. Teori manajemen pelayanan kesehatan komunitas melalui penerapan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Marquis & Houston, 2003) yang terkait dengan permasalahan hipertensi pada kelompok usia dewasa di komunitas. Teori asuhan keperawatan komunitas yang dapat diterapkan adalah integrasi teori PRECEDE-PROCEED dan teori Family Centered Nursing. Variabel yang digunakan dari teori PRECEDE-PROCEED adalah pengetahuan, sikap, dukungan, perilaku dan dari teori Family Centered Nursing adalah variabel afektif, kebutuhan dan perawatan fisik, ekonomi dan koping keluarga. Gambaran pelaksanaan pengendalian faktor risiko PTM di masyarakat, khususnya di kelurahan Tugu Depok, dimana keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengendalian faktor risiko PTM khususnya hipertensi belum maksimal karena kader sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan di masyarakat belum menjalankan perannya secara optimal. Kader belum menjalankan perannya sebagai penggerak masyarakat, penyebar informasi pada kegiatan posbindu guna meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko sesuai masalah yang ditemukan dalam hal ini terkait dengan masalah hipertensi. Selama ini, faktor risiko hipertensi dapat dimonitor bila penderita mengikuti kegiatan posbindu, sementara pengendalian faktor risiko diluar kegiatan posbindu tidak dapat dimonitor dengan baik sehingga penanggulangan penyakit hipertensi yang ada di masyarakat belum efektif. Hasil pengkajian terkait dengan dukungan pada kelompok usia dewasa dengan penyakit hipertensi di kelurahan Tugu tahun 2011 melalui 84 sampel ditemukan bahwa 53.6% masih kurang mendapatkan dukungan keluarga,
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
10
41.7% responden memiliki pengetahuan kurang tentang hipertensi, 50% memiliki sikap yang kurang baik dan 44% berperilaku kurang baik, 72.6% berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan dapat menjadi penyebab sulitnya merubah
perilaku.
Lueckenotte
(2000)
menyebutkan
bahwa
tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mendengar, menyerap informasi, menyelesaikan masalah, berperilaku serta gaya hidup. Menurut Setiawati dan Dermawan (2008), adanya pengetahuan memberikan penguatan terhadap individu dalam mengambil suatu keputusan dalam hal berperilaku. Hasil wawancara pada sepuluh penderita hipertensi juga mengatakan tidak pernah mendengar adanya kelompok pendukung bagi penderita hipertensi yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, intervensi yang dilakukan dalam mengatasi
masalah
pembentukan
hipertensi
kelompok
pada
pendukung,
aggregate pembekalan
dewasa
diantaranya
pengetahuan
dan
keterampilan pada kelompok pendukung, pendampingan dan bimbingan kelompok pendukung dalam melakukan penyuluhan dan kunjungan rumah, pendampingan kelompok pendukung dalam melakukan latihan fisik. Hasil evaluasi kegiatan adalah terbentuknya kelompok pendukung di RW 11. Terjadinya peningkatan kemampuan kelompok pendukung dalam pengelolaan penyakit hipertensi pada aggregate dewasa, peningkatan kemampuan aggregate dewasa dengan hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko peningkatan tekanan darah, meningkatnya kemandirian keluarga dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi. Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), orientasi peran perawat komunitas untuk mencapai tujuan pada pencegahan penyakit dan promosi pemeliharaan kesehatan terlibat sebagai mendidik individu dan masyarakat, konseling, advokasi, dan care manajemen
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum Meningkatkan
kemampuan
masyarakat
dalam
mengatasi
masalah
kesehatan aggregat dewasa dengan hipertensi di kelurahan Tugu kecamatan Cimanggis Depok.
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
11
1.2.2
Tujuan Khusus Teridentifikasi: a. Kemampuan (Pengetahuan, sikap dan keterampilan) kelompok pendukung dalam mengatasi masalah kesehatan pada aggregat dewasa hipertensi. b. Kemampuan (Pengetahuan, sikap dan perilaku) aggregat dewasa dengan hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko peningkatan tekanan darah c. Kemandirian keluarga dengan hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko
peningkatan
tekanan
darah
melalui
pemberian
asuhan
keperawatan keluarga.
1.3 Manfaat 1.3.1
Bagi Pelayanan Kesehatan Komunitas Hasil kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan
dan
menetapkan
kebijakan
pengembangan
program
pengendalian penyakit tidak menular melalui strategi intervensi proses kelompok berupa kelompok pendukung sebagai upaya meningkatkan pengendalian faktor risiko peningkatan tekanan darah pada kelompok usia dewasa dengan hipertensi. 1.3.2
Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Komunitas Hasil kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar bagi perawat komunitas dalam penerapan intervensi keperawatan melalui proses kelompok pendukung bagi kelompok usia dewasa dengan hipertensi
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dewasa sebagai Kelompok Risiko Masa dewasa adalah suatu masa transisi dalam kehidupan seseorang ketika pengaruh lingkungan dan gaya hidup adalah yang paling nyata terlihat (McMurray, 2009). Hal ini juga didukung oleh Potter dan Perry (2005) bahwa gaya hidup dapat menempatkan usia dewasa pada risiko penyakit atau kecacatan. Menurut Stone., et al (2002) aggregate yang berisiko adalah individu atau kelompok yang memiliki karakteristik atau aktifitas yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit, kecelakaan atau terjadinya masalah kesehatan. McMurray (2003) menyebutkan bahwa risiko sakit adalah kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh beberapa faktor baik dari manusia, lingkungan atau keduanya. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelompok berisiko adalah kelompok yang memiliki beberapa faktor risiko baik itu dari karakteristik, aktifitas atau gaya hidup yang menyebabkan terjadinya penyakit. Menurut Pender (2002, dalam Stanhope & Lancaster, 2004) faktor risiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan adalah genetik, usia, karakter biologi, kebiasaan sehat individu, gaya hidup, dan lingkungan. Stanhope dan Lancaster (2004) menyebutkan ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yaitu risiko biologi dan usia, risiko sosial, risiko ekonomi, risiko gaya hidup dan risiko kejadian hidup. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa genetik, usia, sosial, ekonomi, gaya hidup dan kejadian hidup merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Aggregate dewasa dikatakan sebagai kelompok berisiko dapat diidentifikasi dari beberapa faktor risiko tersebut.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
13
2.1.1
Risiko Biologi dan Usia Menurut Stanhope dan Lancaster (2004) genetik dan usia termasuk dalam risiko biologi. Genetik dapat dikaitkan dengan riwayat penyakit keluarga. Potter dan Perry (2005) menyebutkan bahwa riwayat penyakit keluarga menempatkan pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa. Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit tersebut. Black dan Hawks (2009) menyebutkan bahwa riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit keluarga dengan hipertensi, berisiko lebih besar untuk menderita hipertensi dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dalam keluarganya. Usia juga termasuk faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Menurut Mauk (2010), semakin tua usia, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami hipertensi. Hal ini dihubungkan dengan adanya kemunduran pada sistem pembuluh darah yang mengalami kekakuan dan sifat elastisitas dinding pembuluh darah arteri menjadi berkurang sehingga pengembangan pembuluh darah menjadi terganggu dan tahanan vasculer perifer meningkat (Potter & Perry, 2005; Tyson, 1999; Burke & Laramie, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia.
2.1.2
Risiko Sosial Stanhope dan Lancaster (2004) menyebutkan bahwa risiko sosial termasuk menetap di lingkungan yang tingkat kriminal tinggi, lingkungan yang tidak memiliki tempat rekreasi dan sumber kesehatan yang adekuat, lingkungan yang tinggi tingkat polusi suara atau zat kimia atau lingkungan lain yang dapat menimbulkan stres. Orang dewasa yang tinggal jauh dari pelayanan kesehatan
menyebabkan
seseorang
tidak
dapat
memeriksakan
kesehatannya dalam rangka mendeteksi dini sehingga berisiko untuk mengalami sakit. Orang dewasa memiliki jenis pekerjaan yang lebih
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
14
banyak duduk dan kurang aktivitas/gerak sehingga berisiko untuk menimbulkan penyakit hipertensi karena menurut Black dan Hawk (2009) aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah seseorang. Lingkungan kerja yang menyediakan makanan bagi stafnya, tinggal di lingkungan yang banyak menjual makanan siap saji juga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi. Orang dewasa bekerja pada lingkungan yang persaingan antar stafnya tinggi untuk mendapatkan posisi yang terbatas sehingga dapat menimbulkan stres. 2.1.3
Risiko Ekonomi Risiko ekonomi berhubungan dengan penghasilan dan kebutuhan. Seimbangnya penghasilan dan kebutuhan menyebabkan sumber keuangan adekuat. Seseorang yang memiliki sumber keuangan yang adekuat dapat fasilitas yang penting terkait dengan kesehatan seperti rumah, pakaian, makanan, pendidikan dan pelayanan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Orang
dewasa
yang
mengalami
PHK
dari
pekerjaannya
dapat
menyebabkan hilangnya sumber penghasilan sehingga dapat menimbulkan stres karena tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam rumah tangga. Stres dapat menjadi faktor risiko jika bersifat stres berat, terjadi dalam waktu yang lama atau jika seseorang yang mengalaminya tidak mempunyai koping yang adekuat sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya sakit (Potter & Perry, 2005). Hal ini didukung oleh Black dan Hawks (2009) yang menyebutkan bahwa stres termasuk salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit hipertensi. 2.1.4
Risiko Gaya Hidup Perilaku atau gaya hidup sehat termasuk nilai sehat, kebiasaan sehat, pengaturan makanan, pengaturan pola tidur, aktifitas, mengatur dan memonitor norma-norma dan perilaku berisiko untuk kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Potter dan Perry (2005) mengatakan bahwa faktor risiko terjadinya masalah kesehatan seringkali dikaitkan dengan kebiasaan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
15
pribadi/gaya hidup seseorang. Masa dewasa umumnya aktif dan gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada risiko penyakit. Kebiasaan gaya hidup dewasa seperti merokok, stres, kurang olahraga, nutrisi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit bagi seseorang terutama penyakit hipertensi. Hal ini didukung oleh Black dan Hawks (2009) yang menyebutkan bahwa stres, makanan, dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. 2.1.5
Risiko Kejadian Hidup Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), kejadian hidup dapat menjadi faktor risiko terjadinya masalah kesehatan. Kejadian hidup seperti pindah ke lingkungan yang baru, memiliki anggota keluarga baru, kehilangan anggota keluarga atau meninggalkan keluarga karena mendapatkan pekerjaan atau sekolah. Masa dewasa adalah masa yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Tantangan meliputi tuntutan kerja, dan membentuk keluarga, meskipun orang dewasa juga dapat diberi penghargaan karena kesuksesan karier mereka dan kehidupan pribadi mereka (Potter & Perry, 2005). Masa dewasa, seseorang mulai terpisah dengan keluarga asal mereka, berkarier atau memutuskan untuk menikah dan tinggal dengan keluarga yang baru. Masa dewasa juga akan menghadapi, merawat atau kehilangan orang tua yang sudah lansia. Stresor situasi terjadi pada kejadian hidup seperti kelahiran, kematian, perkawinan, penyakit dan kehilangan pekerjaan. Stres yang terus menerus dan tidak mampu beradaptasi terhadap stresor, dapat berakibat terjadinya masalah kesehatan. Menurut Black dan Hawks (2009), stres merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi karena stres dapat meningkatkan kecepatan denyut jantung sehingga dapat meningkatkan tekanan darah/hipertensi. Berdasarkan hal tersebut aggregate dewasa dapat dikatakan sebagai kelompok yang berisiko salah satunya yaitu berisiko mengalami penyakit hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
16
2.2 Konsep Dewasa Hipertensi sebagai Kelompok Rentan (Vulnerable) Menurut Flaskerud dan Winslow (1998, dalam Stanhope & Lancaster, 2004), populasi rentan didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki risiko atau kerentanan yang relatif meningkat untuk merugikan kesehatannya. Stanhope dan Lancaster (2004) mendefinisikan kelompok rentan sebagai kelompok yang kemungkinan lebih besar timbul masalah kesehatan yang lebih buruk dari pada kelompok yang lainnya sebagai hasil paparan faktor risiko. Stanhope dan Lancaster (2004) menyebutkan bahwa ketidakadekuatan sosial, tingkat pendidikan atau ilmu pengetahuan dan ekonomi menyebabkan seseorang menjadi rentan. Rentan merupakan gabungan dari keterbatasan sumber, kondisi yang tidak sehat dan tingginya faktor risiko (Flaskerud & Winslow, 1998 dalam Stanhope & Lancaster, 2004) sedangkan Aday (2001, dalam Stanhope & Lancaster, 2004) berpendapat bahwa kerentanan tersebut merupakan interaksi antara keterbatasan fisik dan sumber lingkungan juga sumber biopsikososial (adanya penyakit dan kecenderungan genetik). Orang dewasa yang menderita hipertensi termasuk pada kelompok rentan. Stanhope dan Lancaster (2004) menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi pada status fisik seseorang akibat dari proses penyakit seperti penyakit infeksi atau penyakit menular atau penyakit kronis menyebabkan seseorang tersebut menjadi rentan. Selanjutnya Stanhope dan Lancaster (2004) juga menyebutkan bahwa seseorang yang menderita penyakit mempunyai kemampuan fisik yang kurang untuk mengatasi stresor dibanding orang yang tidak memiliki masalah fisik. Potter dan Perry (2005) menyebutkan bahwa orang dewasa yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi dapat mempengaruhi peran dan tanggung jawab sehingga dapat menimbulkan ketegangan hubungan keluarga, meningkatnya tugas perawatan kesehatan, meningkatnya stres finansial, isolasi sosial dan berduka. Apabila penderita hipertensi tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit, tidak memiliki mekanisme koping yang baik dalam menghadapi stresor, tidak patuh pada program perawatan, pengobatan dan rehabilitasi dapat memperburuk status kesehatan. Menurut Lewis et al.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
17
(2007), peningkatan tekanan darah dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Stroke dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang menyebabkannya yaitu tekanan darah tinggi. Menurut Black dan Hawks (2009), dengan mengontrol tekanan darah dapat menurunkan 38% kejadian stroke.
2.3 Kelompok pendukung sebagai bentuk intervensi bagi aggregate dewasa dengan hipertensi Kelompok adalah cara yang efektif dan kuat untuk memulai dan melaksanakan perubahan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kelompok adalah kumpulan interaksi individu yang mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota mempengaruhi dan pada gilirannya dipengaruhi oleh setiap anggota lain sampai batas tertentu (Edelman & Mandle, 2006). Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), proses kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang melibatkan masyarakat dan kelompok yang berisiko tinggi melalui pembentukan kelompok. Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999), menyebutkan bermacam bentuk kelompok seperti kelompok fitness, kelompok relaksasi, kelompok nutrisi, kelompok pendidikan kesehatan dan kelompok pendukung. Kelompok dapat dijadikan sebagai bentuk dukungan. Kelompok atau social support dapat dikatakan sebagai jaringan hubungan interpersonal yang memberikan persahabatan, bantuan dan dukungan emosional (menunjukkan kepedulian, dorongan semangat, empati), bantuan (pelayanan, uang atau informasi), dan penguatan (umpan balik yang positif, memberikan penghargaan) (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002). Menurut Cohen dan Syme (1996, dalam Setiadi (2008), dukungan sosial bermanfaat bagi individu yang didapatkan dari orang lain, sehingga seseorang akan mengetahui bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintai. Fungsi pokok kelompok pendukung adalah untuk menambah kekuatan anggota kelompok dan menaikkan pencapaian tujuan hidup. Kelompok pendukung dapat berkontribusi terhadap kesehatan dengan 1) menciptakan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
18
peningkatan pertumbuhan lingkungan yang mendukung perilaku peningkatan kesehatan, harga diri, dan tingkat kesejahteraan yang tinggi; 2) menurunkan kemungkinan kejadian hidup yang menimbulkan stres; 3) memberikan umpan balik atau mengkonfirmasikan kegiatan untuk antisipasi; (4) Menengahi efek yang
negatife
dari
kejadian
yang
menimbulkan
stres
dengan
menginterpretasikan kejadian dan respon emosional mereka sehingga menurunkan penyebab sakit (Pender, Murdaugh, & Parson, 2002). Bentuk dukungan sosial yang berkaitan dengan kesehatan diantaranya adalah dukungan natural (dukungan keluarga), dukungan teman sebaya, dukungan kelompok keagamaan, dukungan kelompok tenaga professional, dan kelompok yang bukan dilakukan oleh tenaga professional kesehatan (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002). Dukungan sosial ini penting untuk kesehatan fisik dan mental. Rendahnya dukungan sosial berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas Penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan sosial mempengaruhi perilaku kesehatan (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002). Menurut Lumbantobing (2008), penderita hipertensi biasanya selalu lalai dalam hal pengobatannya. Hal ini disebabkan karena hipertensi umumnya tidak menimbulkan gejala sehingga hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer). Berdasarkan hal tersebut, penderita hipertensi membutuhkan kelompok yang dapat membantu dan mendukung dalam mengendalikan faktor risiko berupa modifikasi atau perubahan pola hidup menjadi perilaku yang sehat. Hal ini didukung oleh Pender, Murdaugh dan Parsons
(2002)
yang
menyebutkan
bahwa
dukungan
sosial
dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan. Adanya kelompok pendukung ini diharapkan dapat memberikan bantuan informasi, menurunkan tingkat stres kehidupan, menyediakan umpan balik dan konfirmasi tindakan yang diinginkan (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002). Bentuk dukungan sosial yang dibentuk untuk aggregate dewasa hipertensi merupakan bentuk kelompok yang bukan dilakukan oleh tenaga professional kesehatan dimana kader sebagai anggota masyarakat diberdayakan dengan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
19
tujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela. Kader berperan sebagai penggerak masyarakat dalam hal peningkatan kesehatan masyarakat. Syarat untuk menjadi kader diantaranya memiliki kelebihan di masyarakat misalnya keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, bisa membaca dan menulis. Berdasarkan hal tersebut diharapkan kader yang sudah ada dimasyarakat dapat berperan lebih optimal untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan melalui kelompok pendukung (Depkes, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Balcazar et al., (2009) terhadap penderita hipertensi di Meksiko Amerika, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap pengontrolan hipertensi setelah dilakukan intervensi oleh suatu kelompok pendukung. Partisipan adalah penduduk dewasa Meksiko yang menderita hipertensi yang berjumlah 98, terdiri dari 58 partisipan untuk kelompok intervesi dan 40 partisipan untuk kelompok kontrol. Program dilakukan selama 9 minggu. Empat minggu pemberian materi dalam 6 sesi, empat minggu follow up, dan minggu terakhir sebagai minggu evaluasi. Materi yang diberikan antara lain what you need to know high blood pressure, salt and sodium, how to control your blood pressure, be more physically active dan eat less fat, saturated fat, cholesterol, maintain a healthy weight and make heart-healthy eating a family affair, eat healthy even when time or money is tight. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna dua perilaku kesehatan (garam dan sodium dan kolesterol dan lemak) antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Penelitian tentang kelompok pendukung juga dilakukan oleh Gellert, Aubert dan Mikami (2010) di Hawai. Penelitian dilakukan pada 61 penderita penyakit kronis. Program dijalankan selama 12 minggu. Materi yang diberikan adalah understanding daily caloric needs, incorporating physical activity into your new lifestyle, modifying risk factor for diabetes, progress and challenges,
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
20
preventing chronic kidney desease through diet modification, moods and foods (focusing on emotional triggers around eating), cancer-fighting foods, incorporating Hawaiian traditional medicine practices to treat chronic disease, increasing physical activity to achieve the recommended 1h/d, 5d/wk, meal planning, cardiovascular disease prevention. Hasil evaluasi pre dan post intervensi menunjukkan adanya perbedaan bermakna terkait dengan berat, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan total kolesterol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa kelompok pendukung dapat mempengaruhi perilaku kesehataan seseorang. Terbentuknya kelompok pendukung bagi aggregate dewasa penderita hipertensi, diharapkan juga dapat memotivasi dan membantu masyarakat untuk menyadari dan mampu secara mandiri merawat dan mengatasi masalahnya sendiri seperti melakukan aktifitas fisik, memakan makanan khusus untuk hipertensi (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002).
2.4 Peran dan Fungsi Perawat Spesialis Komunitas dalam konteks pengelolaan masalah hipertensi pada aggregate dewasa Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), orientasi perawat komunitas fokus pada pencegahan penyakit dan promosi pemeliharaan kesehatan. Peran perawat untuk mencapai tujuan terlibat sebagai mendidik individu dan masyarakat, konseling, advokasi, dan care manajemen. Secara umum tujuannya adalah meningkatkan kesehatan individu dan komunitas melalui kolaborasi dengan pelayanan kesehatan yang lain. Keberhasilan tujuan tidak terlepas dari keterlibatan perawat pada 3 level pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier. Peran perawat dalam pengelolaan masalah hipertensi pada aggregat dewasa dapat dijelaskan sebagai berikut: Educator. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada individu dan kelompok dalam segala kondisi (Stanhope & Lancaster, 2004). Conseling. Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mengatakan bahwa konseling merupakan tahap dasar proses membantu individu maupun keluarga dalam memilih solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
21
Menurut Igoe dan Speer (1996, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999), peran perawat sebagai konselor adalah mendengar secara objektif, mengklarifikasi, memberikan umpan balik dan informasi, dan memandu klien untuk melalui proses pemecahan masalah. Konseling membutuhkan kepercayaan,
empati,
menghormati,
kerahasiaan,
keahlian
dalam
berkomunikasi dengan baik. Melalui peran perawat sebagi konselor diharapkan dapat membantu individu atau keluarga untuk menyelesaikan masalah dengan menemukan solusi yang tepat sehingga dapat mengurangi faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah anggota keluarga. Advocacy. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999), perawat komunitas juga dapat berperan sebagai pelindung individu, kelompok atau komunitas. Advokasi adalah tindakan dengan berbicara atau bertindak untuk individu, atau kelompok yang dapat berbicara untuk diri mereka sendiri, dengan alasan kurangnya pengetahuan, kesulitan atau ketidakmampuan untuk menjelaskan kebutuhan atau mengeluarkan ide, merasa tidak memiliki kekuatan, rasa takut, keterbatasan fisik atau mental. Penderita hipertensi juga memiliki hak untuk mendapatkan perhatian dan pelayanan yang layak untuk kesembuhan penyakitnya. Melalui peran perawat sebagai advokat diharapkan dapat membantu aggregate dewasa dengan hipertensi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Care Management. Manajemen pelayanan adalah strategi aplikasi untuk koordinasi dan mengalokasi pelayanan untuk individu yang tidak dapat mengatur perawatan mereka sendiri atau tidak dapat bernegosiasi dengan sistem pelayanan kesehatan (Redford, 1992 dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Manajemen pelayanan merupakan metode yang efektif dalam memberikan pelayanan pada individu yang membutuhkan siasat melewati sistem pelayanan kesehatan dan efektif juga untuk seseorang yang membutuhkan perawatan yang lama, seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik dan mental, lemah dan tua dan penyakit kronik (Molloy, 1994 dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Melalui peran perawat sebagai manajemen pelayanan diharapkan dapat mengatur pelayanan kesehatan bagi
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
22
aggregate dewasa mulai dari menemukan kasus, pengkajian sampai perencanaan bentuk pelayanan yang akan diberikan sehingga aggregat dewasa dengan hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat membantu aggregate dewasa dengan hipertensi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat dan mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2.5 Teori dan Model Konseptual Pada Praktik Keperawatan Komunitas 2.5.1
Teori Manajemen Keperawatan Menurut Kast dan Rosenzweig (1979, dalam Maglaya, 2009), manajemen adalah kekuatan utama dalam sebuah organisasi yang mengkoordinasikan aktifitas dari subsistem dan hubungan mereka dengan lingkungannya. Manajemen
merupakan fungsi yang penting dalam keperawatan
komunitas. Perawat komunitas berpartisipasi dalam manajemen pusat kesehatan dan program kesehatan masyarakat untuk memperbaiki, akses pelayanan dan kualitas, pelayanan kesehatan yang murah dengan harapan untuk menghasilkan kesehatan masyarakat menjadi lebih baik (Maglaya, 2009). Menurut Marquis dan Huston (2003) fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. a. Perencanaan Perencanaan organisasi adalah suatu bentuk pembuatan keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, dan bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dilakukan. Perencanaan merupakan tahap yang sangat penting dan menjadi prioritas diantara fungsi manajemen yang lain. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen akan mengalami kegagalan (Marquis & Huston, 2003). Marquis dan Huston (2003) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan fungsi yang dituntut sehingga tujuan dan kebutuhan individu maupun masyarakat dapat terpenuhi. Hirarki perencanaan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
23
meliputi elemen pernyataan misi, filosofi, tujuan umum dan khusus, kebijakan, prosedur dan aturan. Fungsi perencanaan yang efektif memiliki perencanaan sumber daya seperti keuangan, peralatan, persediaan, pekerja, memaksimalkan penggunaan waktu. Keuntungan perencanaan yang efektif adalah kesempatan menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang lebih tinggi secara tepat waktu dan kemungkinan penggunaan modal dan sumber daya manusia yang terbaik (Marquis & Huston, 2003). b. Pengorganisasian Pengorganisasian termasuk pembentukan struktur formal yang memberikan pengkoordinasian terbaik atau penggunaan sumber untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi dapat memfasilitasi atau menghambat komunikasi, fleksibilitas dan kepuasan kerja. Struktur organisasi mengacu pada bagaimana kelompok dibentuk, jalur komunikasinya, dan cara mengatur otoritas dan mengambil keputusan (Marquis & Huston, 2003). Pengorganisasian pada program penyakit tidak menular di masyarakat yaitu dengan menetapkan struktur serta peran dan fungsi masing-masing struktur, mulai dari kader, penanggung jawab dari pihak puskesmas sampai pengawas dari Dinas Kesehatan sehingga dengan adanya fungsi dan peran yang jelas berdasarkan struktur yang ada, pelaksanaan program dapat dicapai lebih optimal. c. Pengarahan Komponen fase pengarahan meliputi menciptakan suasana yang memotivasi,
membina
komunikasi,
supervisi,
pendelegasian,
menangani konflik, memfasilitasi kerja sama dan negosiasi (Marquis & Huston, 2003). Seorang manajer berupaya membangun lingkungan yang kondusif agar pekerjaan dapat diselesaikan. Fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam berkomunikasi, menggerakkan semua sumber daya dan memberi motivasi untuk
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
24
mencapai tujuan yang telah disepakati (Marquis & Huston, 2003). Berjalannya program pengendalian penyakit menular memerlukan supervisi secara berkala terhadap kinerja petugas puskesmas dan kader. d. Pengawasan Marquis dan Huston (2003) menjelaskan selama fase pengendalian, kinerja
diukur
menggunakan
standar
yang
telah
ditentukan
sebelumnya. Fase pengendalian tidak boleh dipandang sebagai sarana untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan, tetapi sebagai cara untuk belajar dan tumbuh. Fase pengendalian juga dapat melakukan penilaian kinerja untuk mengetahui tingkat kinerja. Penilaian kinerja menjadi salah satu alat terbaik untuk mengembangkan dan memotivasi staf. Program pengendalian penyakit tidak menular khususnya penyakit hipertensi
dapat
berjalan
dengan
baik
ditentukan
dari
fungsi
manajemennya. Fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang tepat akan menghasilkan kerja yang baik untuk mencapai tujuan. 2.5.2
Model PRECEDE-PROCEED Model asuhan komunitas yang akan dikembangkan pada aggregate dewasa dengan hipertensi adalah model PRECEDE-PROCEED yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1999). Menurut Maglaya (2009), model PRECEDE-PROCEED adalah model yang dapat digunakan perawat sebagai pedoman dalam melakukan praktek dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi dari promosi kesehatan. Model ini terdiri dari dua fase. PRECEDE, tempat untuk predisposing, reinforcing, dan enabling construct pada educational/ecological diagnosis and evaluation (diagnosa pendidikan/ekologi dan evaluasi). Fase ini sesuai untuk fase pengkajian
pada
model
yang
menyertakan
sosial,
epidemiologi,
perilaku/lingkungan, pendidikan/ekologi dan administrasi dan pengkajian kebijakan (policy). PROCEED menambahkan fase implementasi dan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
25
evaluasi dan tempat untuk policy (kebijakan), regulatory (pengaturan) dan organizational construct (bentuk organisasi) pada educational and environmental diagnosis (diagnosa pendidikan dan lingkungan). Skema 2.1 Model PRECEDE-PROCEED PRECEDE Phase 5 Administrative and policy Assessment
HEALTH PROMOTION
Health education
Phase 4 Educational and Ecological
Phase 3 Behavioral and environmental
Phase 2 Phase 1 Epidemioligical social Assessment Assessment
Predisposing factors
Reinforcing factors
Behavior and lifestyle Health
Policy regulation organization
Enabling factors
Environment
Phase 6 Implementation
Phase 7 Process evaluation
Phase 8 Impact evaluation
Quality of life
Phase 9 Outcome evaluation
PROCEED Sumber: Maglaya (2009)
Model PRECEDE-PROCEED ini lebih komprehensif untuk memenuhi kebutuhan promosi dan pendidikan kesehatan (Maglaya, 2009). Model PRECEDE-PROCEED terdiri dari sembilan fase yang dapat digunakan sebagai kerangka konseptual untuk praktek komunitas yaitu: a. Pengkajian Sosial Fokus fase ini adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah sosial yang berdampak pada kualitas hidup populasi target. Misalnya pekerjaan, pengangguran, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, tingkat kejahatan, pelayanan sosial dan sebagainya. Berbagai sumber data digunakan untuk mengumpulkan informasi, meliputi wawancara
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
26
dengan informan kunci, focus group beranggotakan masyarakat, observasi windshield dan survey (Ervin, 2002). b. Pengkajian Epidemiologi Pengkajian epidemiologi membantu perencanaan program untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang paling penting untuk populasi target atau aggregate yang ada dimasyarakat. Pengkajian epidemiologi menggunakan analisa data sekunder, seperti vital statistik, status dan survei kesehatan nasional, medical record, untuk menyediakan indikator dari angka kesakitan dan angka kematian dari masyarakat. Indikator ini membantu dalam menetapkan aggregate di populasi yang beresiko tinggi (Green & Kreuter, 1999 dalam Ervin 2002). c. Pengkajian Perilaku dan Lingkungan Tujuan pengkajian perilaku dan lingkungan untuk mengidentifikasi faktor resiko perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang dipilih selama fase pengkajian epidemiologi. Faktor perilaku berisiko merupakan perilaku gaya hidup yang menempatkan individu tersebut berisiko untuk mengalami masalah kesehatan seperti pola makan, konsumsi rokok dan alkohol, mengatur berat badan, olahraga teratur, mengurangi stres, pemeriksaan tekanan darah teratur (Green & Kreuter, 1999 dalam Ervin, 2002). Maglaya (2009) juga mengatakan bahwa lingkungan tidak hanya berhubungan dengan lingkungan fisik tetapi juga meliputi asuransi, sosial, budaya, ekonomi dan faktor fisik yang menentukan perilaku di komunitas. d. Pengkajian Educational dan Ecoligical Fase ini mengidentifikasi faktor predisposing, reinforcing dan enabling (Green & Kreuter, 1999 dalam Ervin 2002). Menurut Ervin (2002); Maglaya (2009), faktor predisposing meliputi tingkatan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan sikap yang dapat memotivasi perilaku
yang
berhubungan
dengan
kesehatan.
Ervin
(2002)
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
27
mengatakan bahwa faktor reinforcing meliputi dukungan dari yang lainnya, keluarga, pengaruh kelompok sebaya, atau penghargaan dari luar yang dapat memperkuat motivasi untuk berperilaku sehat, sedangkan faktor enabling merupakan berbagai karakteristik dari lingkungan yang memfasilitasi perilaku kesehatan, dan berbagai keahlian untuk mencapai perilaku seperti ketersediaan fasilitas pelayanan, keterjangkauan dan keahlian kesehatan (Maglaya, 2009) e. Pengkajian Administratif dan Kebijakan Fase ini mengidentifikasi administratif dan kebijakan. Tujuannya adalah menggambarkan strategi intervensi dan membuat rencana akhir untuk implementasi. Selama tahap ini, strategi intervensi didasarkan pada pengembangan tahap yang sebelumnya, dan mengidentifikasi sumber daya yang penting (seperti waktu, orang, atau uang). f. Program Implementasi Green dan Kreuter (1999, dalam Ervin, 2002) menyatakan bahwa tahap implementasi menggabungkan dengan langkah evaluasi, seperti monitoring proses implementasi adalah langkah yang pertama dalam proses evaluasi. Yang penting dalam implementasi adalah perencanaan yang baik, anggaran yang adekuat, dukungan pengorganisasian dan kebijakan yang baik, pengawasan dan pelatihan staff yang baik, monitoring yang baik dalam proses evaluasi, pengalaman, sensitifitas terhadap kebutuhan masyarakat dan fleksibilitas. g. Proses Evaluasi Tahap ini adalah langkah pertama dalam evaluasi. Selama tahap evaluasi ini, semua masukan program, aktivitas, dan reaksi stakeholders diuji. Tujuan program diuji untuk meyakinkan masuk akalnya
suatu
proyek.
Sumber
daya
diuji
untuk
melihat
keadekuatannya (Ervin, 2002).
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
28
h. Evaluasi Dampak Evaluasi dampak adalah tingkatan kedua dari evaluasi. Evaluasi dampak juga mengukur efek dari program terhadap perubahan perilaku. Evaluasi dampak juga mengukur efek dari program terhadap faktor predisposing, reinforcing dan enabling (Ervin, 2002). i. Evaluasi Hasil Merancang indikator status kesehatan dan kualitas hidup pada fase awal menjadi penting untuk ukuran hasil dari program. Ukuran yang dapat diidentifikasi seperti angka kesakitan, angka kecacatan dan angka kematian (Ervin, 2002)
Penerapan model PRECEDE-PROCEED dalam asuhan komunitas pada aggregate dewasa dengan hipertensi ini difokuskan pada fase perilaku dan lingkungan dan fase educational dan organizational. Data tentang perilaku, pengetahuan, sikap, dan dukungan sosial berkontribusi terhadap kejadian hipertensi dan diperlukan untuk menangani masalah pada aggregate dewasa dengan hipertensi. 2.5.3
Teori Family Centered Nursing Friedman, Bowden dan Jones (2003) menyebutkan bahwa keperawatan keluarga
sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada keluarga dan
anggota keluarga dalam keadaan sehat dan sakit. Tujuan keperawatan keluarga adalah membantu keluarga untuk menolong dirinya sendiri mencapai tingkat fungsi atau kesejahteraan keluarga yang lebih tinggi. Oleh karena itu asuhan keperawatan keluarga dapat diberikan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam keadaan sehat atau sedang mengalami masalah kesehatan. Friedman, Bowden dan Jones (2003) menjelaskan bahwa cara keperawatan keluarga dipraktikkan bergantung pada bagaimana seorang perawat menjabarkan konsep keluarga dan bekerja dengan keluarga. Cara pertama menjabarkan konsep keperawatan keluarga adalah keluarga dipandang
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
29
sebagai konteks bagi klien atau anggota keluarga sehingga asuhan keperawatan berfokus pada individu. Tipe kedua praktik keperawatan keluarga, keluarga dipandang sebagai kumpulan dari anggotanya sehingga yang menjadi fokus asuhan keperawatan adalah masing-masing anggota keluarga yang dipandang sebagai unit terpisah bukan unit yang saling terkait. Tipe ketiga, subsistem keluarga merupakan fokus pada pengkajian dan intervensi. Tipe keempat, keluarga sebagai klien sehingga keseluruhan keluarga dipandang sebagai fokus utama pengkajian dan intervensi dan tipe terakhir yaitu keluarga sebagai komponen masyarakat sehingga keluarga dipandang sebagai subsistem dalam sebuah sistem yang lebih besar yaitu komunitas/masyarakat. Secara historis, keperawatan keluarga disejajarkan dengan pelayanan kesehatan komunitas (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003). Keperawatan keluarga berfokus pada keluarga sebagai sasaran penerima
asuhan
keperawatan.
Melalui
keluarga,
perawat
dapat
meningkatkan dan memelihara kesehatan komunitas karena keluarga merupakan komponen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut dalam praktik komunitas perlu memasukkan konsep atau teori keluarga seperti Family Centered Nursing. Penerapan model Family Centered Nursing dalam asuhan keperawatan keluarga melalui model Friedman. Keluarga merupakan fokus dari model ini baik itu individu maupun anggota keluarga lainnya atau keluarga. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian keluarga, perumusan diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Pengkajian ditekankan pada struktur dan fungsi keluarga seperti kebutuhan dan keperawatan fisik dan koping keluarga. Komponen struktural dan fungsional dan bagian-bagiannya semua secara erat saling berhubungan dan berinteraksi dimana setiap komponen dan bagian dipengaruhi oleh bagian yang lainnya (Christensen & Kenney, 2009).
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
30
Skema 2.2 Model Family Centered Nursing Pengkajian terhadap keluarga Mengidentifikasi data sos-bud, data lingkungan, struktur & fungsi, stres keluarga dan strategi koping
Pengkajian anggota keluarga secara individual :Mental, fisik, emosional, sosial & spiritual
Identifikasi masalah-masalah keluarga & individu Diagnosis keperawatan
Rencana Keperawatan Menyusun tujuan, identifikasi sumber-sumber, definisikan pendekatan alternatif, pilih intervensi keperawatan, susun perioritas
Intervensi Implementasikan rencana
Evaluasi keperawatan Sumber: Friedman, Bowden dan Jones (2003)
Hasil pengumpulan data, selanjutnya dianalisa untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada keluarga. Masalah yang terjadi dapat berupa masalah aktual, resiko maupun potensial. Masalah kesehatan yang telah teridentifikasi selanjutnya dibicarakan kembali bersama keluarga untuk menentukan masalah yang menjadi prioritas bagi keluarga berdasarkan kepentingan keluarga itu sendiri. Tahap selanjutnya adalah menyusun perencanaan lalu melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tahap terakhir adalah tahap evaluasi untuk melihat perubahan yang terjadi atau sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai setelah dilakukan intervensi keperawatan. Proses keperawatan keluarga ini akan terus berlanjut sampai tujuan yang telah direncanakan tercapai.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
31
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
3.1 Kerangka Kerja Kerangka kerja yang digunakan untuk asuhan pelayanan dan asuhan keperawatan pada aggregate dewasa dengan penyakit hipertensi di Kelurahan Tugu adalah integrasi dari teori manajemen pelayanan kesehatan, teori PRECEDE-PROCEED dan teori Family Center Nursing. Permasalahan penyakit hipertensi pada aggregate dewasa termasuk pada program pengendalian penyakit tidak menular yang merupakan bagian dari program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan (Kemenkes, 2011). Pencapaian atau keberhasilan suatu program dipengaruhi bagaimana pelaksanaan
manajemen
pelayanannya
yang
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Marquis & Houston, 2000). Permasalahan pada aggregate usia dewasa dengan hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor keluarga. Campbell (2000, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) mengatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan fisik anggota keluarganya. Friedman, Bowden dan Jones (2003) juga mengemukakan adanya keterkaitan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan anggotanya. Keterkaitan keluarga terhadap anggota keluarga yang berusia dewasa dapat difasilitasi dengan pengembangan teori Family Centered Nursing. Adapun variabel yang digunakan adalah kebutuhan dan perawatan fisik, dan koping keluarga. Perilaku penderita hipertensi terhadap pengendalian faktor risiko peningkatan tekanan darah mempengaruhi status kesehatan. Menurut Green dan Kreuter (1999, dalam Ervin, 2002), faktor perilaku berisiko merupakan perilaku gaya hidup yang menempatkan individu tersebut berisiko untuk mengalami masalah kesehatan, selanjutnya Green dan Kreuter juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti predisposing, reinforcing
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
32
dan enabling. Hal ini dapat difasilitasi melalui pengembangan teori PRECEDE-PROCEED dari Green dan Kreuter melalui variabel perilaku, pengetahuan, sikap dan dukungan orang lain. Kerangka kerja pada Praktik keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada aggregate usia dewasa dengan hipertensi tergambar dalam skema 3.1 berikut ini:
Skema 3.1 Kerangka Kerja Penyelesaian Masalah Aggregate Dewasa Hipertensi
Manajemen Pelayanan: Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengawasan
Kelompok Pendukung
PRECEDEPROCEED: Epidemiologi Pengetahuan Sikap Dukungan Perilaku Pelayanan kesehatan
Masalah penatalaksan aan dan asuhan keperawatan aggregate dewasa dengan hipertensi: aktual, potensial, resiko
Family Center Nursing: Afektif Kebutuhan dan perawatan fisik Koping Fungsi keluarga
Manajemen Pelayanan: 1. Pembentukan Kelompok Pendukung 2. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan 3. Supervisi kegiatan kelompok pendukung 4. Monitoring dan evaluasi Komunitas : 1. Pendidikan kesehatan 2. Pemberdayaan kelompok pendukung dalam melakukan penyuluhan 3. Pemberdayaan kelompok pendukung dalam melakukan kunjungan rumah 4. Pemberdayaan kelompok pendukung dalam kegiatan latihan fisik bagi penderita hipertensi 5. Latihan fisik Keluarga : 1. Informasi dan edukasi 2. Latihan fisik 3. Relaksasi 4. Pembuatan Herbal
Kelompok pendukung: Kemampuan kelompok dalam pengendalian faktor risiko hipertensi
aggregate : Kemampuan aggregate dewasa dalam pengendalian faktor risiko hipertensi
Keluarga : Kemampuan keluarga dalam pengendalian faktor risiko hipertensi Tingkat kemandirian keluarga
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
33
Evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan kelompok pendukung dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner yang diberikan pada tahap awal dan diakhir kegiatan. Evaluasi yang diukur terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku aggregate dewasa hipertensi. Evaluasi proses kegiatan kelompok pendukung dilakukan dengan menggunakan soal pre dan post dan lembaran checklist. Indikator evaluasi dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Indikator Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Pendukung di Komunitas No 1
2
Kegiatan Program Manajemen pelayanan kesehatan komunitas
Keperawatan Komunitas
Indikator
Cara Pengukuran
Sumber
Pengetahuan anggota kelompok dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi
≥ 70% benar = baik < 70% benar = kurang
(Arikunto, 2010)
Sikap anggota kelompok dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi
Nilai 25% = sikap kurang baik Nilai sampai 50% = sikap cukup baik Nilai sampai 75% = sikap baik Nilai sampai 100% = sikap baik sekali
(Hasmi, 2012)
Keterampilan anggota kelompok dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi Pengetahuan aggregate dewasa tentang pengelolaan faktor risiko hipertensi
≤ 33% = kurang (tdk berhasil) 34-66% = baik (kurang berhasil) 67-100% = sangat baik (berhasil)
(Muslich, 2009)
≥ 70% benar = baik < 70% benar = kurang
(Arikunto, 2010)
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
34
3
Keperawatan keluarga
Sikap aggregate dewasa terkait dengan pengelolaan faktor risiko hipertensi
Nilai 25% = sikap kurang baik Nilai sampai 50% = sikap cukup baik Nilai sampai 75% = sikap baik Nilai sampai 100% = sikap baik sekali
(Hasmi, 2012)
Kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah anggota keluarga dengan hipertensi
7 kriteria tingkat kemandirian keluarga (Kemandirian I sampai dengan IV
KepMenKes No. 279/MenKes/ SK/IV/2006
3.2 Profil Wilayah Puskesmas Kelurahan Tugu Puskesmas Tugu memiliki luas wilayah kerja lebih kurang 504.009 ha. Kelurahan Tugu merupakan wilayah kerja Puskesmas Tugu. Jumlah penduduk kelurahan Tugu tercatat sebanyak 81.230 jiwa (20.470 KK) tersebar di 19 RW dengan 165 RT. Jarak terjauh ke fasilitas kesehatan (puskesmas) adalah 3 km. Data yang diperoleh dari puskesmas Tugu tahun 2010, jumlah kasus penyakit hipertensi berdasarkan usia 15-64 tahun berjumlah 295 kasus. Jumlah pelayanan kesehatan yang ada di Kelurahan Tugu diantaranya 16 posbindu, 67 praktek dokter, 38 praktek bidan, 1 rumah sakit swasta, 14 klinik/balai pengobatan. Kelurahan Tugu memiliki 110 kader kesehatan posbindu. Program pengendalian penyakit tidak menular dilakukan puskesmas melalui kegiatan surveilens PTM dan juga terkait dalam kegiatan posbindu. Kegiatan surveilens PTM hanya melakukan pencatatan jumlah kunjungan penderita penyakit tidak menular ke puskesmas Tugu. Pelaksanaan posbindu dilakukan rutin setiap bulan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh masyarakat yang memiliki posbindu namun pemanfaatan posbindu dalam penanganan penyakit tidak menular belum tampak optimal. Setiap kegiatan posbindu diikuti oleh 1 atau 2 orang petugas puskesmas yang secara
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
35
bergantian di setiap posbindu. Keterbatasan petugas kesehatan di puskesmas mengakibatkan masing-masing petugas bertanggung jawab lebih pada satu program. Setiap posbindu memiliki kader, namun masih ada beberapa kader posbindu yang masih merangkap kerja sebagai kader posyandu. Pelaksanaan sistem 5 meja pada kegiatan posbindu belum berjalan optimal terutama pada meja ke 4 yaitu meja penyuluhan. Kader juga belum menjalankan perannya dengan optimal sebagai penggerak masyarakat.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
36
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
4.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Komunitas Uraian berikut menjelaskan analisa situasi penerapan manajemen pelayanan keperawatan komunitas khususnya upaya pengelolaan kesehatan pada aggregate dewasa dengan hipertensi di kelurahan Tugu kecamatan Cimanggis Kota Depok. Pengelolaan kesehatan aggregate dewasa dengan hipertensi ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori fungsi menajemen menurut Marquis dan Huston (2003) yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. 4.1.1
Analisis Situasi
4.1.1.1 Perencanaan Dinas Kesehatan Kota Depok melakukan penanggulangan penyakit hipertensi melalui bidang P2P dan PL dan pada seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dibawah program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Bidang P2P dan PL memiliki visi dan misi yang sama dengan Dinas kesehatan Kota Depok. Hal ini berarti bidang P2P dan PL belum memiliki visi dan misi sendiri. Menurut Marquis dan Huston (2003), pernyataan misi merupakan prioritas tertinggi dalam hierarki perencanaan karena hal tersebut mempengaruhi pembuatan filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur dan ketentuan organisasi. Rencana program kerja terkait dengan penyakit tidak menular adalah surveilans penyakit tidak menular. Rencana yang dibuat oleh program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular belum mengarah pada
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
37
aktifitas pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Menurut Marquis dan Huston (2003), perencanaan didefinisikan sebagai upaya memutuskan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Sejak tahun 2003-2005, kota Depok telah melaksanakan posbindu penyakit tidak menular (PTM). Kegiatannya antara lain deteksi dini faktor risiko seperti aktivitas fisik, indeks masa tubuh, pengukuran tekanan darah, memantau kadar gula darah, kolesterol, aram urat. Posbindu PTM ini merupakan program yang dapat dijadikan sebagai wadah dalam mengatasi masalah penyakit hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular namun biaya untuk pembentukan, operasional dan untuk pelatihan kader belum tersedia dana tersendiri. Sumber biaya untuk penyelengaraan posbindu berasal dari masyarakat dan sebagian dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga (BP2KB). Kelurahan Tugu belum memilki posbindu untuk setiap RW. Hal ini berarti kegiatan posbindu PTM belum merata di Kelurahan Tugu. 4.1.1.2 Pengorganisasian Menurut
Marquis
dan
Huston
(2003),
pengorganisasian
termasuk
pembentukan struktur formal yang memberikan pengkoordinasian atau penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi dapat memfasilitasi atau menghambat komunikasi, fleksibilitas dan kepuasan kerja. Pengelolaan program pencegahan penyakit tidak menular di Dinas Kesehatan Kota Depok berada pada dua struktur yang berbeda yaitu bidang P2P-PL dan bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Bidang P2P hanya bekerja sebagai surveilans penyakit tidak menular yang hanya menyediakan data tentang penyakit tidak menular, sedangkan semua kegiatan berada pada bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas Tugu, surveilans penyakit tidak menular berada pada bidang P2PPL. Kegiatan surveilans penyakit berupa pengumpulan data dari kunjungan pelayanan di puskesmas, data kunjungan posbindu dari bidang
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
38
lansia. Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi dapat dimonitor bila penderita mengikuti kegiatan posbindu atau mengunjungi puskesmas, sementara diluar kunjungan puskesmas dan kegiatan posbindu tidak dapat dimonitor dengan baik sehingga penanggulangan penyakit hipertensi di masyarakat belum berjalan optimal. Kader kesehatan merupakan sumber daya yang ada di posbindu, namun kader posbindu belum diberdayakan secara maksimal sehingga kader belum menjalankan perannya dengan optimal. Menurut Depkes (2009), salah satu peran kader adalah sebagai penggerak masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil observasi, kader belum menjalankan perannya dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum berjalannya kegiatan penyuluhan pada meja 4 posbindu. Berdasarkan pengkajian, kader posbindu kurang memahami tentang penatalaksanaan hipertensi dan jarang mendapatkan pelatihan terkait dengan penyakit tidak menular. Marquis dan Huston (2003) berpendapat bahwa seseorang mampu mengerjakan tugasnya bila memilki keterampilan dan pengetahuan yang cukup. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kader kesehatan yang belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup, belum mampu menjalankan tugasnya dengan optimal. 4.1.1.3 Pengarahan Menurut Marquis dan Huston (2003), fase pengarahan disebut juga sebagai pengaturan atau penggiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi pengarahan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota terhadap kinerja penanggung jawab program PTM belum menciptakan motivasi bagi penanggung jawab program dalam mengumpulkan pencatatan data surveilans PTM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah data penyakit tidak menular yang terkumpul tahun 2011 hanya berasal dari 13 puskesmas dari 32 puskesmas yang ada di kota Depok. Dinas Kesehatan Kota Depok juga tidak memiliki sistem punishment bagi
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
39
puskesmas yang tidak melaporkan surveilans datanya atau system reward bagi puskesmas yang dapat melaporkan data secara rutin. Hal ini mengakibatkan rendahnya motivasi kerja karena menurut Marquis dan Huston (2003), penguatan positif merupakan salah satu motivator terkuat untuk menciptakan suasana yang memotivasi. Pengarahan yang dilakukan puskesmas juga belum menciptakan
suasana
yang
dapat
memotivasi
kader
untuk
bekerja
menanggulangi penyakit tidak menular. Motivasi kader hanya sebatas menjalankan rutinitas sehingga posbindu yang ada juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk pelaksanaan program pengendalian penyakit tidak menular. 4.1.1.4 Pengendalian Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya dan tindakan diambil untuk melihat ketidakcocokkan antara standar dengan kinerja yang sebenarnya (Marquis & Huston, 2003). Berdasarkan hasil pengkajian belum ada evaluasi atau penilaian kinerja staf pelaksana program PTM di pukesmas. Monitoring dan evaluasi puskesmas terhadap kegiatan posbindu dilakukan satu bulan sekali pada saat pertemuan seluruh kader kesehatan di Kelurahan Tugu, membahas terkait dengan program yang dianggarkan. Fungsi pengawasan belum berjalan sebagaimana mestinya karena belum menilai penampilan kinerja dalam menanggulangi penyakit tidak menular di masyarakat. Hal ini mengakibatkan tenaga kesehatan atau kader tidak mengetahui sejauhmana tingkat kinerja mereka seperti yang dikatakan oleh Marquis dan Huston (2003) bahwa penilaian kinerja membuat pegawai mengetahui tingkat kinerja mereka dan harapan organisasi pada mereka.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
40
4.1.2
Masalah, Alternatif Penyelesaian, dan Evaluasi
4.1.2.1 Masalah Berdasarkan hasil analisis situasi di wilayah kerja puskesmas Tugu, dapat digambarkan dengan diagram fish bone agar lebih mudah merumuskan suatu masalah. Adapun diagram fish bone tentang masalah manajemen pelayanan kesehatan pada aggregate dewasa dengan hipertensi adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
41
Skema 4.1 Fish bone Perencanaan program belum optimal
Pengorganisasian belum optimal
Merangkap pekerjaan dan tidak fokus pada satu tugas pengembangan program
Perencanaan penanggulangan hipertensi belum menjadi prioritas
Keterbatasan sumber daya di puskesmas
Kader belum menjalankan peran secara optimal
Kader belum diberdayakan secara maksimal
Kurangnya pengetahuan kader dalam hal penanganan hipertensi
Belum jelasnya pencapaian keberhasilan kinerja
Pengawasan belum optimal
Belum tergambar tujuan penanggulangan hipertensi
Belum ada evaluasi penampilan kinerja pelaksana program baik ditingkat puskesmas maupun kader kesehatan
Bidang P2P dan PL belum memilki visi dan misi sendiri
o Perencanaan program masih secara umum untuk PTM o Belum optimalnya Biaya posbindu peran kader posbindu PTM terbatas dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi Kurangnya menciptakan o Belum optimalnya Pengumpulan data surveilans upaya motivasi bagi pengarahan dan PTM tidak maksimal penanggung jawab supervisi terhadap program PTM Posbindu tidak dimanfaatkan kader dalam secara optimal untuk penanggulangan Kurangnya menciptakan upaya pelaksanaan program penyakit tidak menular. motivasi bagi kader posbindu pengendalian penyakit tidak o Belum adanya evaluasi dalam penanganan penyakit menular penampilan kinerja tidak menular pelaksana program Kurangnya bekal Belum optimalnya kegiatan kader dalam supervisi terhadap kader dalam melaksanakan penanggulangan penyakit tidak tugas dengan baik menular
Tujuan, kebijakan, prosedur Masih kurangnya bidang belum tergambar kegiatan yang dapat jelas meningkatkan pengetahuan kader Kegiatan pencegahan PTM terkait dengan belum dilaksanakan dengan penanganan hipertensi maksimal
Belum jelas standar evaluasi yang akan dicapai
Perencanaan program masih secara umum untuk PTM
Pengarahan belum optimal
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
42
Rumusan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas Berdasarkan analisis fish bone terhadap manajemen pelayanan kesehatan aggregate dewasa dengan hipertensi dapat diidentifikasi beberapa masalah manajemen pelayanan kesehatan keperawatan komunitas yaitu: a. Perencanaan program masih bersifat umum untuk PTM. b. Belum optimalnya peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi c. Belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap kader dalam penanggulangan penyakit tidak menular. d. Belum adanya evaluasi penampilan kinerja pelaksana program
Analisis masalah pelaksanaan fungsi manajemen terkait pelayanan kesehatan dengan menggunakan fish bone merumuskan beberapa masalah manajemen pelayanan keperawatan komunitas pada aggregat dewasa dengan hipertensi. Perumusan masalah selanjutnya diprioritaskan melalui proses penapisan (Ervin, 2002) dilihat dari tingkat pentingnya masalah untuk diselesaikan (lampiran 1), perubahan positif bagi masyarakat jika masalah diselesaikan, peningkatan kualitas hidup jika diselesaikan dan dari penetapan prioritas masalah. Adapun dua prioritas utama masalah yang teridentifikasi adalah: 1. Belum optimalnya peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi 2. Belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap kader dalam penanggulangan penyakit tidak menular khususnya penyakit hipertensi bagi aggregate dewasa 4.1.2.2 Alternatif Penyelesaian Masalah Manajemen 1: a. Masalah Belum optimalnya peran kader kesehatan dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
43
b. Tujuan a) Tujuan Umum Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 1 tahun diharapkan peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi menjadi lebih optimal. b) Tujuan Khusus Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 1 tahun diharapkan: (a) Terbentuknya struktur keanggotaan kelompok pendukung (b) Terbentuknya alur kerja dalam struktur kelompok pendukung (c) Terbentuknya tupoksi masing-masing struktur kelompok pendukung (d) Adanya buku pedoman kerja kelompok pendukung. (e) Meningkatnya
kemampuan
anggota
kelompok
dalam
mengatasi masalah hipertensi pada kelompok usia dewasa c. Rencana Kegiatan a) Membentuk kelompok pendukung beserta struktur, tupoksi dan rencana kegiatan kelompok pendukung. b) Menyusun buku pedoman kerja kelompok pendukung c) Menyusun pengembangan kurikulum terkait dengan materi, dan berapa hari pelaksanaan. Rencana dan Planning of Action (POA) ada di lampiran 2 d. Pembenaran Fungsi
pengorganisasian,
adanya
struktur
organisasi
dapat
memfasilitasi komunikasi dan kepuasan kerja (Marquis & Huston, 2003).
Pemberian
pembekalan
pengetahuan
dan
keterampilan
diharapkan anggota kelompok memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup sebelum melaksanakan tugas dan fungsinya dengan optimal.
Marquis dan Huston (2003) berpendapat bahwa seorang
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
44
harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan professional untuk mampu mengerjakan tugasnya. e. Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut a) Pelaksanaan (a) Pembentukan kelompok pendukung hipertensi bagi aggregate dewasa. Pembentukan kelompok pendukung diawali dengan sosialisasi di RW 11 kelurahan Tugu, tentang apa itu kelompok pendukung, mengapa perlunya dibentuk kelompok pendukung, membentuk
struktur
keanggotaan
kelompok
pendukung,
menyepakati tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur serta menyepakati peran dan fungsi masing-masing anggota kelompok pendukung. Metode penyampaian yang digunakan berupa diskusi. (b) Penyusunan buku pedoman kerja bagi kelompok pendukung Kelompok pendukung membutuhkan buku pedoman kerja dalam melaksanakan kegiatannya yaitu membantu penderita hipertensi dan keluarganya dalam mengenal, mengatasi dan mencegah
hipertensi.
Buku
pedoman
kerja
kelompok
pendukung, berisi tentang pengetahuan singkat tentang hipertensi, cara mencegah dan melakukan perawatan, sekaligus digunakan sebagai buku kerja bagi kelompok pendukung dalam menemukan masalah dan penanganan masalah. Buku pedoman kerja ini digunakan pada saat anggota kelompok melakukan pertemuan yang dilakukan secara teratur maupun ketika ditemukan masalah. Halaman sampul dan daftar isi buku pedoman kerja kelompok pendukung ada di lampiran 3 (c) Pembekalan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota kelompok pendukung Anggota kelompok dibekali pengetahuan dan ketrampilan bagaimana pengelolaan faktor risiko hipertensi pada aggregate
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
45
dewasa. Materi yang diberikan terkait tentang hipertensi dan perawatannya, dan tindakan yang harus dilakukan bila menemukan tanda bahaya hipertensi, manajemen stress, pengukuran tekanan darah, tinggi badan dan berat badan, teknik melakukan
penyuluhan,
keterampilan
dalam
melakukan
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital, pengukuran berat badan, tinggi badan dan pengukuran Indeks Massa Tubuh, latihan fisik bagi penderita hipertensi, latihan mengidentifikasi masalah berdasarkan faktor risiko dan tanda gejala hipertensi, latihan dalam menentukan rencana tindakan, latihan dalam melakukan penyuluhan. Pengidentifikasian masalah juga dilakukan langsung oleh anggota kelompok pada keluarga aggregate dewasa hipertensi melalui kunjungan rumah. Hasil yang diperoleh selanjutnya dibahas bersama dalam pertemuan kelompok untuk mencari pemecahan masalah berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan. Melalui kegiatan ini diharapkan juga dapat melatih anggota kelompok,
kelompok
bagaimana
menciptakan
rasa
bekerja kebersamaan
bersama-sama dan
saling
membantu antar anggota kelompok. Metode yang digunakan diskusi, demonstrasi, bermain peran dan studi kasus. Diskusi digunakan pada saat memberikan materi terkait tentang hipertensi dan perawatannya, manajemen stress, tehnik melakukan pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Bermain peran digunakan pada pembelajaran teknik melakukan pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, latihan fisik dan bagaimana menemukan/mengidentifikasi
masalah
berdasarkan
faktor
risiko dan tanda gejala hipertensi dimana masing-masing anggota kelompok saling berpasangan secara bergantian berperan sebagai pemeriksa dan sebagai pasien. Setiap anggota
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
46
kelompok melakukan pengkajian dan pengukuran tekanan darah, nadi, berat badan, tinggi badan dan IMT pasangannya masing-masing. Demonstrasi digunakan pada saat mengajarkan anggota kelompok latihan fisik untuk penderita hipertensi, penyuluhan dan cara pengisian format pelaporan kegiatan kelompok pendukung. Studi kasus digunakan untuk melatih anggota kelompok menentukan rencana tindakan untuk menyelesaikan
suatu
masalah
berdasarkan
kasus
yang
diberikan. Evaluasi terkait pengetahuan anggota kelompok diukur dengan menggunakan soal pre dan post seputar materi yang diberikan. Jumlah soal untuk materi terkait hipertensi dan perawatannya sebanyak 20 pertanyaan dan untuk materi manajemen stress sebanyak 15 pertanyaan. Evaluasi terkait keterampilan anggota kelompok dalam melakukan pengukuran tekanan darah, pengukuran berat badan, tinggi badan, latihan fisik, penyuluhan dan pengidentifikasian masalah digunakan lembar observasi. b) Evaluasi (a) Kegiatan sosialisasi diakhiri dengan kesepakatan bersama pembentukan kelompok pendukung hipertensi bagi aggregate dewasa di RW 11 Kelurahan Tugu dengan tujuan untuk meningkatkan pengelolaan
kemampuan faktor
risiko
aggregate hipertensi.
dewasa
dalam
Kesepakatan
ditandatangani oleh ketua posbindu dan ketua RW Siaga. Anggota kelompok berjumlah 6 orang kader kesehatan yang bersedia menjadi anggota kelompok pendukung. Struktur keanggotaan terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota kelompok yang masing-masing anggota kelompok memiliki tupoksi. Program kegiatan kelompok pendukung tersusun untuk 8 kali pertemuan tatap muka yang dilaksanakan setiap hari Kamis jam 13.00-15.00 WIB.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
47
(b) Setiap anggota kelompok memiliki buku pedoman kerja yang digunakan setiap pertemuan anggota kelompok. (c) Terlaksananya pembekalan pengetahuan dan keterampilan terhadap kelompok pendukung sebanyak 8 kali pertemuan dengan hasil evaluasi: 1) Peningkatan pengetahuan anggota kelompok sebesar 43,5%; 2) 4 anggota kelompok memiliki sikap yang sangat baik dan 2 memiliki sikap yang baik sekali terhadap kelompok pendukung; 3) 5 anggota kelompok mampu melakukan pengukuran tekanan darah dengan sangat baik dan 1 orang mampu melakukan dengan baik, 2 anggota dapat mengukur tinggi badan dengan nilai sangat baik dan 4 mampu melakukan
dengan
baik,
3
orang
mampu
melakukan
pengukuran berat badan dengan sangat baik dan 3 orang mampu melakukan pengukuran berat badan dengan baik; 4) satu orang dapat melakukan latihan fisik bagi penderita hipertensi dengan sangat baik dan 5 orang dapat melakukan dengan baik; 5) empat orang anggota kelompok dapat mengidentifikasi masalah berdasarkan faktor risiko dan tanda gejala hipertensi dengan baik dan 1 orang mampu melakukan dengan nilai kurang; 6) masing-masing anggota kelompok dapat menuliskan rencana tindakan yang dipilih untuk mengatasi masalah kesehatan yang terdapat pada kasus, mampu menyampaikan argumentasinya terhadap apa yang telah dibuat dan anggota yang lain dapat memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan; 7) Empat orang anggota kelompok mampu melakukan penyuluhan dengan
baik, dan 2 orang
mampu melakukan penyuluhan dengan nilai kurang; 8) semua anggota kelompok memahami dan dapat melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada format yang telah disediakan. Evaluasi verbal kader merasakan banyak keuntungan selama mengikuti
kelompok
pendukung
karena
menambah
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
48
pengetahuan, lebih merasa percaya diri dalam memberikan penyuluhan kepada orang lain dan merasakan keuntungan bagi masyarakat bila kelompok pendukung dapat berjalan secara optimal. Selama pelaksanaan kegiatan kelompok pendukung, hanya 50% kegiatan yang dihadiri oleh seluruh anggota kelompok. Hal ini disebabkan karena anggota kelompok berhalangan untuk hadir sesuai dengan waktu yang telah disepakati seperti sakit atau mengikuti kegiatan suami yang bertugas sebagai tentara. c) Rencana Tindak Lanjut (a) Perlu adanya bimbingan dalam bentuk supervisi secara berkala oleh puskesmas maksimal 1 kali sebulan pada saat kegiatan posbindu untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi kelompok pendukung dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (b) Perlu adanya pendampingan dan bimbingan khusus oleh puskesmas terhadap anggota kelompok yang masih memiliki keterampilan yang kurang dalam mengidentifikasi masalah dan melakukan penyuluhan (c) Perlu adanya dana untuk pengadaan buku catatan kerja kelompok pendukung. (d) Perlu mengikutsertakan anggota kelompok dalam kegiatan pelatihan terkait dengan penyakit hipertensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Masalah 2: a. Masalah Belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi. b. Tujuan a) Tujuan
umum:
Setelah
dilakukan
pengelolaan
pelayanan
keperawatan komunitas selama 1 tahun diharapkan pengarahan dan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
49
supervisi
terhadap
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan
bagi
aggregate dewasa menjadi optimal b) Tujuan Khusus (a) Tersedianya format supervisi (b) Terlaksananya
kegiatan
supervisi
terhadap
kelompok
pendukung (c) Adanya
koordinasi
dengan
puskesmas
terkait
dengan
pelaksanaan supervisi terhadap kelompok pendukung c. Rencana Kegiatan (a) Menyusun format supervisi yang akan digunakan pada saat memberikan bimbingan dan arahan pada anggota kelompok. (b) Melakukan pendampingan dan bimbingan masing-masing anggota kelompok
dalam
melakukan
penyuluhan,
pengidentifikasian
masalah berdasarkan faktor risiko dan tanda gejala hipertensi dan latihan fisik dengan menggunakan format supervisi (c) Melakukan koordinasi dengan Puskesmas Tugu Rencana dan Planning Of Action (POA) ada di lampiran 2 d. Pembenaran Pemberian bimbingan merupakan komponen pada fase pengarahan dalam fungsi manajemen. Menurut Marquis dan Huston (2003), fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan dalam berkomunikasi, menggerakkan semua sumber daya dan memberi motivasi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Melalui supervisi diharapkan dapat memberikan motivasi bagi kelompok pendukung dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini didukung oleh Marquis dan Huston (2003), yang menyebutkan bahwa fase pengarahan disebut juga sebagai pengaturan atau penggiatan untuk mencapai tujuan.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
50
e. Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut a) Pelaksanaan (a) Menggunakan format supervisi dalam melakukan bimbingan dan pengarahan kegiatan kelompok pendukung Format supervisi yang disusun diantaranya adalah format supervisi
dalam
melakukan
penyuluhan,
latihan
fisik,
identifikasi masalah, dan format pelaporan kegiatan kelompok pendukung untuk posbindu. Format supervisi digunakan pada saat melakukan bimbingan dan arahan pada setiap anggota kelompok dalam melakukan kegiatan. (b) Pendampingan dan bimbingan anggota kelompok dalam melakukan penyuluhan, kunjungan rumah dan latihan fisik pada aggregate dewasa dengan hipertensi Masing-masing
anggota
kelompok
didampingi
dalam
melakukan penyuluhan di masyarakat, kunjungan rumah dan latihan fisik. Materi yang disampaikan dalam penyuluhan adalah materi hipertensi. Penyuluhan dilakukan pada saat kegiatan pengajian ataupun dikegiatan arisan. Tujuan utama supervisi kunjungan rumah untuk mengidentifikasi masalah keluarga dan supervise latihan fisik juga dilakukan pada kunjungan rumah yaitu pada anggota keluarga dewasa hipertensi. Latihan fisik terdiri dari 2 gerakan pemanasan, 6 gerakan inti dan 2 gerakan pendinginan. Supervisi dilakukan bersama ketua posbindu dan 1 kali didampingi oleh petugas puskesmas dengan menggunakan lembar observasi untuk menilai kemampuan anggota kelompok dalam melakukan pengidentifikasian masalah, menyelesaikan masalah dan latihan fisik.
Setelah
kegiatan
penyuluhan
selesai,
dilakukan
diskusi/bimbingan berupa evaluasi dan umpan balik terkait kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan. Bimbingan juga dilakukan pada saat anggota kelompok melakukan kunjungan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
51
keluarga dan latihan fisik pada aggregate dewasa dengan hipertensi. (c) Melakukan koordinasi dengan Puskesmas Tugu Kegiatan ini dilakukan untuk mengkoordinasikan kegiatan yang telah dijalankan mahasiswa residensi kepada pihak puskesmas serta menginformasikan bentuk pelaporan kegiatan kelompok pendukung kepada posbindu dan puskesmas. Kegiatan ini juga dihadiri oleh dinas kesehatan kota Depok, dan satgas siaga keluraha Tugu. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan adanya supervisi, monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kegiatan yang telah dilakukan sehingga kegiatan dapat terus berjalan. b) Evaluasi (a) Kegiatan supervisi telah memiliki format standar yang akan dicapai oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. (b) Terlaksananya pendampingan dan bimbingan pada masingmasing anggota kelompok dalam melakukan penyuluhan di masyarakat, kunjungan rumah dalam rangka mengidentifikasi masalah, dan latihan fisik yang dilakukan pada anggota keluarga aggregate dewasa hipertensi di rumah. Hasil evaluasi bimbingan terjadi peningkatan keterampilan anggota kelompok sebesar 47,2% dari hasil sebelumnya. Evaluasi terhadap penyuluhan, semua anggota kelompok memiliki kemampuan yang sangat baik namun, masih tampak kurang mempersiapkan diri secara mental, masih kurang menggali pengetahuan peserta penyuluhan, masih kesulitan menjawab pertanyaan dengan benar dan tidak menyimpulkan materi penyuluhan. Evaluasi verbal dari anggota kelompok setelah dilakukan supervisi merasakan kepuasan tersendiri karena mengetahui kekurangan yang telah dilakukan dan mendapat masukan untuk menjadi lebih baik.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
52
Evaluasi
tehadap
kunjungan
rumah
dalam
rangka
mengidentifikasi masalah, didapatkan bahwa semua anggota kelompok memiliki kemampuan yang sangat baik namun beberapa masih lupa menggali tentang riwayat penyakit keluarga dan apakah ada menderita penyakit yang lainnya seperti diabetes. Evaluasi terhadap latihan fisik yang dilakukan pada anggota keluarga dewasa hipertensi, banyak yang masih lupa dengan gerakan inti 4 dan 7. (c) Adanya kesepakatan petugas puskesmas, satgas siaga untuk melakukan pendampingan dan monitoring terhadap kegiatan kelompok, namun dengan keterbatasan tenaga yang ada di puskesmas, pendampingan tidak dapat dilakukan pada setiap pertemuan/kegiatan. c) Rencana Tindak Lanjut (a) Perlu adanya monitoring dan evaluasi secara berkala setiap satu kali sebulan terhadap kinerja kelompok pendukung dalam melakukan aktifitasnya baik dari puskesmas maupun dari satgas siaga yang ada di masyarakat (b) Perlu adanya reward atas kinerja atau keberhasilan kerja kelompok pendukung untuk meningkatkan motivasi anggota kelompok. 4.2 Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat dalam bentuk asuhan keperawatan
keluarga
dan
asuhan
keperawatan
komunitas.
Asuhan
keperawatan keluarga dilakukan kepada 10 keluarga binaan yang ada di wilayah Kelurahan Tugu dan kegiatan asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan dengan melibatkan kelompok pendukung hipertensi yang telah terbentuk.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
53
4.2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga diberikan pada 10 keluarga binaan di wilayah kelurahan Tugu. Keluarga binaan merupakan keluarga yang memiliki anggota keluarga usia dewasa dengan penyakit hipertensi. Pembinaan keluarga dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama dilakukan pada 5 keluarga yang dilaksanakan dari bulan November 2011 sampai bulan Januari 2012. Tahap kedua melakukan pembinaan 5 keluarga dari bulan Februari sampai Mei 2012. 4.2.1.1 Hasil Pengkajian, Analisis, dan Pohon Masalah a. Analisis Situasi Keluarga Binaan Keluarga bapak K termasuk pada tipe keluarga inti. Ibu A memiliki riwayat penyakit keluarga dengan hipertensi. Sumber penghasilan keluarga diperoleh dari Bapak K yang bekerja sebagai supir angkot. Besarnya penghasilan yang diperoleh Bapak K tidak menentu untuk setiap bulannya. Selain kebutuhan rumah tangga, keluarga juga membutuhkan dana untuk biaya sekolah anaknya yang masih duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah atas. Ibu A mengatakan penghasilan yang diperoleh belum mencukupi kebutuhan keluarganya sehingga keluarga tidak dapat menabung dari penghasilan yang diperoleh. Sumber penghasilan keluarga juga diperoleh dari kontrakan rumah. Ibu A kadang harus meminta uang sewa kontrakan diawal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Permasalahan ini, membuat ibu A selalu menomorduakan kesehatannya demi terpenuhinya kebutuhan keluarga. Ibu A tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin karena tidak memiliki biaya yang cukup. Uang yang ada dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya. Hasil pemeriksaan tekanan darah ibu A 170/100 mmHg. Saat pengkajian, Ibu A belum mengunjungi pelayanan kesehatan, namun ibu A mengkonsumsi obat yang dibeli di apotik sesuai dengan obat yang biasa diberikan dokter puskesmas. Ibu A merasa tidak ada yang
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
54
memberikan dukungan padanya. Saudara satu-satunya sudah tidak lagi menetap didaerah yang sama, sehingga tidak ada lagi tempat bercerita yang mau mendengarkan keluhannya. Ibu A sering merasakan pusing bila sudah mulai memikirkan banyak hal dalam rumah tangganya. Ibu A merasa sudah bosan berobat karena keluhannya sakit kepalanya selalu muncul kembali. Ibu A mengatakan pasrah saja dengan keadaan ini karena merasa ini sudah nasib nasibnya dan ia tidak suka mengeluhkan kondisinya kepada orang lain karena merasa malu bila orang lain mengetahui masalah pribadinya. Berdasarkan hasil pengkajian tingkat stres Ibu A berada pada tingkat sedang dan mekanisme koping ibu A maladaptif. Keluhan yang dirasakan Ibu A sering pusing, tegang pada tengkuk. Saat ditanya, ibu A belum mengurangi garam pada makanan yang dikonsumsinya dan kadang masih mengkonsumsi sepotong kecil ikan asin. Ibu A mengatakan keluarga tidak suka bila makanan yang dimasak dikurangi garamnya dan keluarga juga tidak jarang mengingatkan ibu A untuk memeriksakan kesehatan di posbindu. Kegiatan sehari-hari Ibu A sering dirumah saja, tidak pernah melakukan olahraga. Kegiatan pengajian juga sering tidak diikuti karena malu tidak bisa membayar pungutan iuran setiap minggunya. Pendidikan Ibu A tidak tamat SD. Ibu A mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan hipertensi dan jarang mendapatkan informasi tentang hipertensi dan perawatannya. Bapak K juga tidak mengetahui tentang hipertensi sehingga tidak dapat memberikan informasi tentang hipertensi dan perawatannya pada Ibu A. Pendidikan bapak K tamat SMP. Informasi yang didapatkan ibu A biasanya hanya diperoleh dari tenaga puskesmas disaat mengunjungi posbindu sementara Ibu A tidak rutin mengunjungi posbindu.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
55
b. Pohon Masalah
Skema 4.2 Pohon Masalah Keluarga
Gangguan perfusi jaringan
Resiko gangguan interaksi sosial
Pemeliharaan kesehatan diri tidak efektif
Perilaku kesehatan berisiko
Koping individu tidak efektif
Kurangnya dukungan keluarga
Keterbatasan sumber daya dalam keluarga
Kurangnya pengetahuan, perilaku dalam perawatan kesehatan keluarga
Berdasarkan hasil pengkajian, selanjutnya dilakukan analisis masalah. Masalah yang muncul dari analisis data, selanjutnya diprioritaskan dengan menggunakan skala prioritas (lampiran 4). Adapun yang menjadi prioritas masalah pada keluarga Bapak A adalah: 1) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif: pengontrolan tekanan darah Ibu A pada keluarga Bapak K 2) Pertahanan koping tidak efektif pada Ibu A keluarga Bpk K 4.2.1.2 Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Masalah Keperawatan Keluarga 1 a. Masalah : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif: pengontrolan tekanan darah Ibu A pada keluarga Bapak K
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
56
b. Tujuan a) Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan keluarga Bapak K dapat melakukan pemeliharaan kesehatan lebih efektif dalam pengontrolan tekanan darah Ibu A. b) Tujuan Khusus Keluarga dapat: 1) Mengenal masalah hipertensi terkait dengan pengertian, penyebab, tanda dan gejala melalui pemberian informasi dan edukasi; 2) Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah akibat hipertensi; 3) Melakukan perawatan hipertensi di rumah seperti melakukan relaksasi melalui coaching, penggunaan garam pada makanan, latihan fisik, membuat ramuan belimbing, ketimun dan seledri; 4) Keluarga mampu memelihara kesehatan dengan memberikan dukungan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi; 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi hipertensi dan memanfaatkan kegiatan kelompok pendukung yang baru terbentuk c. Intervensi: Mahasiswa melakukan: 1) KIE untuk pengenalan tentang hipertensi, klasifikasi hipertensi, penyebab/faktor risiko hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, cara perawatan hipertensi di rumah seperti penggunaan garam pada makanan dengan cara mengajarkan Ibu A untuk mengatur penggunaan garam selama 1 hari, mengajarkan pembuatan
ramuan
belimbing,
ketimun
dan
seledri
melalui
demonstrasi langsung bagaimana komposisi dari ramuan yang dibuat, bagaimana keluarga dapat menciptakan dukungan bagi penderita hipertensi, pemanfaatan pelayanan kesehatan; 2) Coaching dalam melakukan
relaksasi
progresif,
mengikutsertakan
kelompok
pendukung dalam membimbing keluarga dalam melakukan latihan fisik. Rencana dan Planning of Action (POA) ada di lampiran 5.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
57
d. Pembenaran Melakukan KIE, coaching, termasuk cara memberikan pendidikan kesehatan kepada individu dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan
individu
dan
keluarga
tentang
hipertensi
dan
perawatannya dengan harapan dapat merubah perilaku individu dan keluarga tersebut kearah yang lebih sehat seperti yang dikatakan oleh Wurzbach (2004, dalam Edelman & Mandle, 2006) bahwa pendidikan kesehatan adalah proses pembelajaran yang memberikan individu, keluarga dan masyarakat kesempatan untuk mendapatkan informasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang berkualitas. e. Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut a) Pelaksanaan Intervensi keperawatan yang dilakukan pada keluarga Bapak K selama 10 kali pertemuan. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah: memberikan informasi kepada keluarga tentang hipertensi, klasifikasi hipertensi, penyebab/faktor risiko hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, cara perawatan hipertensi termasuk tetap menganjurkan Ibu A mengkonsumsi obat hipertensi secara rutin dan akibat lanjut dari hipertensi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Pemberian materi ini dilakukan selama 3 kunjungan pertama. Mengajarkan langsung praktek pembuatan obat tradisional seperti belimbing, seledri dan ketimun dan penggunaan garam bagi penderita hipertensi pada pertemuan 4 dan 5. Membimbing Ibu A dalam melakukan relaksasi progresif dimulai pada pertemuan keenam, dan latihan fisik pada pertemuan ketujuh. Memberikan penjelasan pada keluarga bagaimana menciptakan dukungan yang baik untuk membantu penyembuhan penyakit Ibu A termasuk pemanfaatan pelayanan kesehatan dan kelompok pendukung pada pertemuan kesembilan dan kesepuluh.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
58
b) Evaluasi (a) Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari hipertensi, klasifikasi hipertensi, faktor risiko dari hipertensi, tanda dan gejala dari hipertensi pada kunjungan pertama. Kunjungan ini Ibu A masih mengkonsumsi obat hipertensi (b) Keluarga mampu menyebutkan akibat lanjut bila penderita hipertensi tidak dikelola dengan baik sehingga keluarga mampu memutuskan untuk melakukan perawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan Ibu A pada kunjungan kedua. (c) Keluarga
mampu
membuat
ramuan
tradisional
seperti
belimbing, seledri dan ketimun untuk menurunkan tekanan darah pada kunjungan keempat. (d) Keluarga mampu menyebutkan makanan yang diperbolehkan, makanan yang tidak diperbolehkan bagi penderita hipertensi dan aturan penggunaan garam bagi penderita hipertensi pada pertemuan kelima. (e) Ibu A mampu melakukan relaksasi progresif pada pertemuan keenam dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. (f) Ibu A mampu melakukan latihan fisik pada pertemuan ketujuh (g) Keluarga mampu menyebutkan dukungan apa saja yang dibutuhkan
ibu
A pada
kunjungan
kedelapan seperti
mengingatkan Ibu A untuk pergi kontrol tekanan darah, mengingatkan ibu A untuk melakukan aktifitas fisik secara teratur. (h) Keluarga mampu memanfaatkan posbindu pada kunjungan kesepuluh. (i) Tekanan darah turun dari 170/110 mmHg menjadi 150/100 pada kunjungan kedua. Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu A mengkonsumsi obat hipertensi yang dibeli di apotik. Kunjungan ketiga, tekanan darah Ibu A turun menjadi 150/90 mmHg, selanjutnya turun lagi menjadi 140/80 mmHg pada
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
59
kunjungan kelima, namun pada kunjungan enam dan tujuh, tekanan darah naik menjadi 150/90 mmHg dan turun lagi pada pertemuan delapan dan sembilan menjadi 140/80 mmHg. c) Rencana Tindak Lanjut Memanfaatkan kelompok pendukung untuk melanjutkan dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga untuk tetap mempertahankan perilaku sehat dalam mengelola faktor risiko hipertensi. Masalah Keperawatan Keluarga 2 a. Masalah: Koping tidak efektif pada keluarga Bpk K khususnya Ibu A b. Tujuan a) Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pertahanan koping Ibu A menjadi efektif b) Tujuan Khusus Keluarga dapat: 1) Mengenal masalah stres; 2) Mengambil keputusan untuk menggunakan koping yang efektif; 3) Melakukan manajemen stres untuk meningkatkan koping adaptif seperti melakukan relaksasi progresif, tehnik nafas dalam, olahraga secara teratur, mengikuti kegiatan diluar rumah, mengikuti pengajian, istirahat yang cukup; 4) Keluarga mampu memodifikasi dan menciptakan
lingkungan
rumah
yang
mendukung
untuk
menurunkan stres dan peningkatan koping adaptif; 5) Keluarga mampu terlibat dalam kegiatan kelompok pendukung untuk menurunkan stressor c. Intervensi: Mahasiswa melakukan: 1) KIE untuk pengenalan tentang stres, faktor penyebab stress, tanda dan gejala bila mengalami stress, cara-cara untuk mengurangi stress seperti istirahat yang cukup, bercerita dengan orang terdekat, memodifikasi lingkungan bagaimana
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
60
keluarga dapat memberikan dukungan dan menciptakan kondisi rumah yang damai dan tenang, menggunakan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan mengikuti kegiatan kelompok pendukung atau memanfaatkan kelompok pendukung untuk membantu menyelesaikan masalah;
2)
Coaching
dalam
melakukan
relaksasi
progresif,
mengikutsertakan kelompok pendukung dalam membimbing keluarga dalam melakukan tehnik nafas dalam, melakukan latihan fisik. Rencana dan Planning Of Action (POA) ada di lampiran 5 d. Pembenaran Melakukan memberikan
KIE,
coaching
pendidikan
termasuk
kesehatan
proses kepada
belajar keluarga
dengan untuk
meningkatkan pengetahuan dengan harapan diikuti perubahan perilaku kearah yang lebih sehat seperti yang disampaikan oleh Pender, Murdaugh dan Parson (2002), bahwa pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam perubahan perilaku. e. Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut a) Pelaksanaan Intervensi keperawatan yang dilakukan pada keluarga Bapak K selama 10 kali pertemuan. Tindakan keperawatan yang dilakukan mahasiswa adalah: Memberikan informasi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet tentang pengenalan tentang stres, faktor penyebab stress, tanda dan gejala bila mengalami stress, cara-cara untuk mengurangi stres seperti istirahat yang cukup, berbicara dengan suami atau keluarga terdekat untuk meringankan beban pikiran. Pemberian materi ini dilakukan selama 3 kunjungan pertama. Membimbing Ibu A dalam relaksasi progresif dimulai pada pertemuan ketujuh, latihan fisik dan teknik nafas dalam pada pertemuan delapan yang yang didampingi oleh kelompok pendukung dan memberikan penjelasan pada keluarga bagaimana menciptakan dukungan yang baik untuk mengurangi
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
61
stressor termasuk bagaimana Ibu A dapat mengikuti kegiatan kelompok pendukung seperti mengikuti latihan fisik rutin di RW. b) Evaluasi (a) Keluarga mampu menyebutkan pengertian stress, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress, tanda dan gejala yang muncul saat mengalami stress, dan akibat lanjut bila stres tidak dikelola dengan baik, hal-hal yang dapat menurunkan tingkat stress seperti memilki teman bercerita, mengikuti kegiatan pengajian, melakukan hal-hal yang menyenangkan, sehingga mampu memutuskan untuk melakukan koping yang efektif pada kunjungan kedua (b) Keluarga
mampu
melakukan
relaksasi
progresif
pada
kunjungan keenam (c) Keluarga mampu melakukan latihan fisik dan teknik nafas dalam pada kunjungan ketujuh (d) Keluarga mampu menyebutkan dukungan apa saja yang dibutuhkan ibu A untuk mengurangi stress pada kunjungan kedelapan (e) Keluarga mampu memanfaatkan posbindu pada kunjungan kesepuluh dan mengikuti kegiatan rutin latihan fisik satu kali seminggu. (f) Tekanan darah turun dari 170/110 menjadi 140/80 mmHg pada kunjungan kedelapan (g) Mekanisme koping menjadi adaptif dan tingkat stress menurun menjadi stress ringan diakhir intervensi. c) Rencana Tindak Lanjut Memanfaatkan kelompok pendukung untuk tetap melanjutkan pengontrolan keluarga dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga dan tetap terlibat dalam kegiatan kelompok pendukung
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
62
Masalah yang teridentifikasi dari 9 keluarga binaan lainnya terkait dengan masalah
hipertensi
adalah
pemeliharaan
kesehatan
tidak
efektif:
pengontrolan tekanan darah, resiko penurunan kesehatan: pertahanan koping tidak efektif, Intervensi yang dilakukan terkait dengan 5 tugas keluarga yaitu keluarga dapat mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat,
memodifikasi
lingkungan,
dan
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan. Bentuk intervensi yang diberikan yaitu berupa informasi dan edukasi tentang hipertensi dan perawatannya, coaching tentang relaksasi progresif dan latihan fisik. Hasil evaluasi yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan keluarga, meningkatnya sikap dan keterampilan keluarga dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi pada anggota keluarga. Evaluasi terhadap penurunan tekanan darah sistole dari pre dan post intervensi rata-rata terjadi penurunan sebesar 19 mmHg dan diastole menurun sebesar 8 mmHg Evaluasi akhir terhadap pelaksanaan implementasi terhadap 10 keluarga binaan aggregate dewasa dengan hipertensi dilihat dari tingkat kemandirian
keluarga.
Berikut
adalah
evaluasi
terhadap
tingkat
kemandirian 10 keluarga binaan Tabel. 4.1. Tingkat Kemandirian Keluarga Binaan
Keluarga
Jumlah Diagnosis
Masalah diatasi
Tingkat Kemandirian Sebelumnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
II II I I I I I II II I
Tingkat Kemandirian Setelah Intervensi III III IV IV III IV III IV IV IV
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
63
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa permasalah yang dihadapi keluarga dapat selesaikan dengan pemberian asuhan keperawatan keluarga. Pembinaan dilakukan lebih kurang selama 4 bulan untuk masing-masing keluarga dengan jumlah kunjungan antara 10 – 12 kali kunjungan rumah. Sekali kunjungan biasanya menghabiskan waktu antara 45 – 60 menit. Adapun pencapaian indikator tingkat kemandirian keluarga binaan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut dimana 4 keluarga binaan telah mencapai keluarga mandiri tingkat III dan 6 keluarga lagi telah mencapai keluarga mandiri tingkat IV. Tabel 4.2 Indikator Dampak Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga Kelurahan Tugu Tahun 2011 – 2012 No 1 2
3
4 5
6 7
Kriteria Menerima petugas Perkesmas Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar Melakukan perawatan sederhana sesuai anjuran Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif Melaksanakan tindakan promotif secara aktif Tingkat Kemandirian Keluarga
1 √
Keluarga Binaan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
‐
‐
√
√
‐
√
‐
√
√
‐
3
3
4
4
3
4
3
4
4
3
4.2.2 Asuhan Keperawatan Komunitas Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan di RW 11 Kelurahan Tugu. Kegiatan dilakukan selama 8 bulan, dari bulan September 2011 sampai bulan Mei 2012. Asuhan keperawatan komunitas diberikan kepada masyarakat
untuk
meningkatkan
kemampuan
masyarakat
dalam
pengendalian faktor risiko hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
64
4.2.2.1 Hasil Pengkajian, Analisis dan Pohon Masalah a. Analisis Situasi Masalah di Komunitas Berdasarkan hasil angket didapatkan bahwa 53,6% responden masih kurang mendapatkan dukungan keluarga. Dukungan yang diberikan terjabarkan pada 32,1% keluarga jarang menanyakan keluhan responden, 38,1% responden selalu dibiarkan sendiri saat menghadapi masalah, 23,8% responden tidak pernah diminta pendapatnya untuk menentukan tempat memeriksakan kesehatan, 22,6% keluarga tidak pernah menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari bagi penderita hipertensi, 56,0% keluarga tidak pernah menyediakan dana khusus untuk pengobatan, 46,4% keluarga tidak pernah menyediakan makanan khusus rendah garam, 61,9% keluarga tidak pernah menemani responden untuk berolahraga, 32,1% keluarga jarang memberikan suasana ketenangan dan kenyamanan di rumah, 29,8% keluarga tidak menyediakan waktu untuk berekreasi bersama. Beberapa teori perubahan perilaku kesehatan menunjukkan bahwa keluarga adalah pengaruh utama, baik pada status kesehatan maupun pada perilaku kesehatan anggota keluarga dan dukungan keluarga termasuk dalam faktor penguat yang dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup seseorang sehingga berdampak pada status kesehatan dan kualitas hidupnya (Green & Kreuter, 1991 dalam McMurray, 2003). Bila dukungan yang diperoleh cukup, diharapkan dapat memberikan motivasi untuk merubah perilaku menjalani gaya hidup sehat secara optimal sehingga dapat meningkatkan status kesehatan. Berdasarkan
hasil
angket,
41,7%
responden
yang
memiliki
pengetahuan yang kurang tentang hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, mereka merasa jarang mendapatkan informasi tentang hipertensi di televisi maupun media lainnya. Tingkat pengetahuan yang kurang akan mengakibatkan penderita hipertensi akan mengalami kesulitan untuk merubah perilakunya karena menurut Setiawati dan Dermawan (2008), dengan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
65
adanya pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam mengambil keputusan dalam hal berperilaku. Hal ini dapat tergambar pada perilaku responden yang memeriksakan kesehatannya. 69,0% memeriksakan kesehatannya bila perlu saja atau tidak rutin. Hal ini berkontribusi terhadap kejadian hipertensi karena penderita hipertensi harus selalu memeriksakan tekanan darahnya minimal 1 bulan sekali ke pelayanan kesehatan secara rutin, sehingga kondisi kesehatannya dapat terkontrol dengan baik (Martuti, 2009; Depkes RI, 2008). Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan 44% berperilaku kurang baik seperti tidak pernah berolahraga (27,4%), 20,2% selalu minum kopi, 42,9% masih sering mengkonsumsi makanan berlemak, 39,3% jarang mengurangi garam dalam makanan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua posbindu di RW 11, diwilayahnya belum memiliki sistem pendukung (dukungan sosial) berupa kelompok-kelompok yang dapat menangani atau membantu mengatasi permasalahan penderita hipertensi. Hasil wawancara dengan petugas puskesmas mengatakan bahwa belum semua RW yang ada di kelurahan Tugu memiliki posbindu. Dari 12 RW yang ada, baru 9 RW yang memiliki posbindu. Hasil survey langsung pada kegiatan posbindu di RW 11 pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011, dihadiri 24 orang usia dewasa. Pelaksanaan kegiatan posbindu dengan sistem 5 meja juga belum tampak berjalan secara optimal. Keterlibatan kader dalam upaya memberikan penyuluhan dalam kegiatan posbindu juga masih kurang. Menurut Depkes RI (2002), peran kader didalam upaya kegiatan di Posbindu adalah melakukan upaya pelayanan promotif dan preventif kepada kesehatan kelompok individu yang terkait dalam satu kesatuan biologik-psikologik-sosial dan budaya yang mencakup segi kesehatan jasmani, rohani dan sosial.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
66
b. Pohon Masalah Berdasarkan hasil pengkajian, dapat dibuatkan sebab akibat dari permasalahan yang dapat muncul pada aggregate dewasa dengan hipertensi di Kelurahan Tugu
Skema 4.3 Pohon Masalah Komunitas Resiko peningkatan penyakit akibat hipertensi pada kelompok usia dewasa hipertensi
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
Peningkatan perilaku beresiko hipertensi
Kurangnya dukungan
Berdasarkan sebab akibat pada skema diatas, didapatkan beberapa masalah kesehatan yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk mendapatkan masalah prioritas. Penapisan dilihat dari beberapa kriteria yaitu tingkat pentingnya masalah untuk diselesaikan, perubahan positif bagi masyarakat jika masalah diselesaikan, peningkatan kualitas hidup jika diselesaikan dan prioritas masalah. Adapun yang menjadi prioritas masalah komunitas adalah (penapisan masalah dapat dilihat pada lampiran 6): 1. Ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa hipertensi di kelurahan Tugu 2. Risiko
ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
diri
pada
aggregate dewasa di Kelurahan Tugu
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
67
4.2.2.2 Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Masalah Keperawatan Komunitas 1 a. Masalah Ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa hipertensi di kelurahan Tugu. b. Tujuan a) Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa menjadi efektif. b) Tujuan Khusus: (a) Terjadi peningkatan pengetahuan aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi (b) Terjadinya peningkatan sikap aggregate dewasa hipertensi (c) Terjadi peningkatan keterampilan aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi (d) Kelompok pendukung terlibat dalam kegiatan posbindu (e) Kelompok pendukung terlibat dalam kegiatan kunjungan rumah c. Rencana tindakan a) Laksanakan sosialisasi kegiatan kelompok pada aggregate dewasa hipertensi b) Menyusun jadwal, materi dan media dan fasilitator kegiatan penyuluhan di posbindu c) Menyepakati jadwal, materi dan media yang digunakan kelompok pendukung dalam melakukan kunjungan rumah aggregate dewasa hipertensi dalam rangka peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga aggregate dewasa hipertensi d) Menyusun jadwal rutin, tempat pelaksanaan dan fasilitator kegiatan latihan fisik bagi penderita hipertensi di masyarakat. e) Meaksanakan kegiatan latihan fisik Rencana dan Planning of Action (POA) ada di lampiran 7
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
68
d. Pembenaran Mengaktifkan kader dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada meja 4 posbindu diharapkan dapat mengoptimalkan peran kader dalam hal menyebarkan informasi kepada masyarakat. Memberdayakan kelompok pendukung diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat/ kelompok pendukung untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini didukung oleh Hitchcock, Schuber dan Thomas (1999); Stanhope dan Lancaster (2004) yang menyebutkan bahwa
melibatkan
masyarakat
secara
aktif
bertujuan
untuk
menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. e. Pelaksanaan, evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut a) Pelaksanaan (a) Terlaksananya penyuluhan kesehatan oleh fasilitator yang bersumber dari masyarakat pada kegiatan posbindu. Peserta posbindu yang menderita hipertensi diberikan informasi kesehatan
oleh
anggota
kelompok
pendukung
tentang
hipertensi dan perawatannya. Metode yang dilakukan melalui diskusi dengan menggunakan media leaflet. (b) Terlaksananya promosi kesehatan melalui kunjungan rumah aggregate dewasa hipertensi oleh fasilitator yang bersumber dari masyarakat. Kelompok pendukung mengawali dengan identifikasi masalah, mengajarkan tehnik nafas dalam, latihan fisik dan pembuatan herbal dari belimbing. Semua kegiatan dicatat pada buku pedoman kerja kelompok. Media yang digunakan berupa lembar balik dan leaflet, dengan metode diskusi dan demonstrasi. Sebelum dan diakhir intervensi dilakukan penilaian terkait pengetahuan, sikap dan perilaku aggregate dewasa tentang hipertensi dengan menggunakan kuesioner. (c) Pelaksanaan kegiatan rutin latihan fisik sekali seminggu di RW 11 setiap hari sabtu sore yang diikuti oleh penderita hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
69
Peserta yang dapat mengikuti latihan fisik hanya bagi mereka yang memiliki tekanan darah tidak lebih dari 160/100 mmHg b) Evaluasi (a) Kelompok pendukung berperan aktif dalam penyebaran informasi di kegiatan posbindu dengan menggunakan media penyuluhan namun 2 anggota kelompok tidak dapat melakukan kegiatan karena merasa tidak percaya diri untuk melakukan penyuluhan pada meja 4 posbindu. Hasil evaluasi diperoleh bahwa masyarakat belum percaya penuh terhadap penjelasan anggota kelompok karena masih ada beberapa pengunjung posbindu yang bertanya kembali pada mahasiswa untuk mendapatkan kejelasan informasi. (b) Kelompok pendukung berperan aktif melakukan penyebaran informasi melalui kunjungan rumah dengan menggunakan media seperti tensimeter, alat pengukur tinggi badan dan media penyuluhan. Hasil evaluasi berdasarkan kuesioner setelah dilakukan intervensi selama 4 minggu, didapatkan terjadinya peningkatan pengetahuan keluarga sebesar 10% dan sikap 7%. Keluarga
yang
mendapatkan
pengobatan
dokter
tetap
dianjurkan mengkonsumsi obat secara teratur. melanjutHasil evaluasi terhadap tekanan darah yang diukur 4 minggu menunjukkan bahwa dari 6 responden, 2 diantaranya mengalami penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg dan 4 responden tidak mengalami penurunan tekanan darah sistolik. Evaluasi secara verbal, keluarga menyatakan senang bila dikunjungi
oleh
kelompok
pendukung
karena
merasa
diperhatikan dan berharap kegiatan ini dapat berjalan secara terus menerus namun bagi anggota kelompok merasa masih banyak materi yang belum mereka dapatkan sehingga beberapa pertanyaan keluarga tidak dapat dijawab oleh anggota kelompok.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
70
(c) Kesepakatan melakukan kegiatan latihan fisik secara rutin setiap hari sabtu sore. Kegiatan telah berjalan sebanyak 4 kali kegiatan. Penderita hipertensi yang mendapatkan pengobatan dokter, tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi obat secara rutin. Hasil evaluasi terhadap penurunan tekanan darah dari 12 peserta, 5 peserta mengalami penurunan tekanan darah dan 4 peserta tidak mengalami penurunan tekanan darah. Peserta latihan juga semakin meningkat dimana pada awal diikuti oleh 6 peserta dan terakhir meningkat menjadi 12 peserta berarti ada beberapa peserta yang tidak mengikuti kegiatan dari awal kegiatan. Evaluasi verbal, peserta merasa lebih senang melakukan
latihan
fisik
bersama-sama
dibanding
melaksanakan sendiri di rumah, lebih bersemangat, dan mengeluarkan keringat. Diakhir kegiatan disepakati bahwa latihan fisik akan difasilitasi oleh kelompok pendukung. c) Rencana Tindak Lanjut (a) Perlu adanya pelatihan bagi kader/kelompok pendukung untuk menambah wawasan dan pengetahuan kader tentang kesehatan sehingga menimbulkan rasa percaya diri dalam menyebarkan informasi. (b) Penting adanya pendampingan secara khusus oleh puskesmas bagi anggota kelompok yang belum percaya diri dalam melakukan penyuluhan kesehatan (c) Pentingnya memfasilitasi anggota kelompok dengan berbagai media penyuluhan seperti leaflet, lembar balik. (d) Pentingnya memfasilitasi anggota kelompok dengan alat pengukur tekanan darah sehingga dapat digunakan pada saat kunjungan rumah
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
71
Masalah Keperawatan Komunitas 2 a. Masalah Risiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri pada aggregate dewasa di Kelurahan Tugu b. Tujuan a) Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan pemeliharaan kesehatan diri aggregate dewasa di kelurahan Tugu menjadi efektif b) Tujuan Khusus (a) Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi (b) Meningkatnya sikap masyarakat dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi (c) Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam pengelolaan faktor risiko c. Rencana tindakan a) Menyusun jadwal, materi, media dan fasilitator promosi kesehatan pada kegiatan-kegiatan di masyarakat. b) Pemberian informasi kesehatan kepada masyarakat tentang hipertensi dan perawatannya c) Mendemonstrasikan latihan fisik kepada aggregate dewasa d) Mendemonstrasikan tehnik nafas dalam e) Memberdayakan
kelompok
pendukung
dalam
penyebaran
informasi melalui penyuluhan dan penyebaran leaflet Rencana dan Planning of Action (POA) ada di lampiran 7 d. Pembenaran Melakukan
penyebaran
informasi,
mengadakan
latihan
fisik
merupakan salah satu cara untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan harapan untuk terjadinya peningkatan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
72
pengetahuan diikuti dengan perubahan perilaku. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Setiawati dan Dermawan (2008) bahwa pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Memberdayakan
kelompok
pendukung
diharapkan
dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat/ kelompok pendukung untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya sendiri. e. Pelaksanaan, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut a) Pelaksanaan (a) Pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada kegiatan dengan materi hipertensi dan perawatannya menggunakan media flipchart sekaligus penyebaran leaflet. Sebelum dan setelah pemberian informasi, diberikan soal pre dan post untuk menilai tingkat pengetahuan masyarakat seputar materi yang telah diberikan (b) Demonstrasi melakukan latihan fisik pada aggregate dewasa. Latihan fisik terdiri dari tahap pemanasan, inti dan pendinginan. Evaluasi dilihat dari gerakan yang dilakukan oleh peserta (c) Demonstrasi melakukan tehnik nafas dalam pada masyarakat. Evaluasi dinilai dari respon peserta setelah melakukan relaksasi dengan menggunakan tehnik nafas dalam. (d) Pelaksanaan penyuluhan oleh kelompok pendukung pada kegiatan arisan dengan materi hipertensi dan perawatannya menggunakan media lembar balik dan leaflet. Evaluasi di lakukan berdasarkan kemampuan peserta menjawab pertanyan yang diajukan terkait dengan materi yang diberikan.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
73
b) Evaluasi (a) Hasil penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pengajian, di RW 11 dan RW 04, penyuluhan tentang hipertensi diperoleh peningkatan pengetahuan sebesar 34% dan 27%. (b) Hasil kegiatan demonstrasi latihan fisik diperoleh 70% peserta mampu melakukan latihan fisik dengan gerakan yang benar (c) Hasil kegiatan demonstrasi melakukan tehnik nafas dalam, peserta menyatakan merasa lega, tenang dan nyaman setelah melakukan tehnik nafas dalam. (d) Hasil penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kelompok pendukung pada kegiatan arisan RT 02 diperoleh hasil sebelum penyuluhan, dari 6 pertanyaan yang diberikan, hanya 2 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar dan setelah penyuluhan dari 6 pertanyaan, 3 pertanyaan
dapat dijawab
dengan benar oleh peserta penyuluhan. Kegiatan Penyuluhan di kegiatan pengajian RT 04 diperoleh hasil sebelum penyuluhan, dari 6 pertanyaan yang diberikan, 3 pertanyaan dapat dijawab dengan benar dan setelah penyuluhan dari 6 pertanyaan yang diajukan dapat dijawab 5 pertanyaan dengan benar c) Rencana Tindak Lanjut (a) Penting adanya dukungan dari semua pihak dalam memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk menyebarkan informasi kesehatan pada berbagai kegiatan di masyarakat. (b) Pentingnya pengadaan media yang dapat digunakan anggota kelompok dalam menyebarkan informasi. (c) Bekerjasama dengan instruktur senam untuk memodifikasi latihan fisik yang sesuai untuk penderita hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
74
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Berdasarkan hasil dari analisis situasi manajemen pelayanan kesehatan komunitas pada aggregate dewasa hipertensi yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Depok, Puskesmas Tugu dan Kelurahan Tugu. Permasalahan prioritas adalah belum optimalnya peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi dan belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap kader dalam penanggulangan penyakit tidak menular. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah membentuk kelompok pendukung dengan melibatkan kader sebagai anggota kelompok. Menurut Depkes (2009), kader merupakan anggota masyarakat yang mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan di masyarakat secara sukarela. Kader dipilih dari dan oleh masyarakat karena memilki kelebihan dan peran kader adalah menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan kader dalam kegiatan kelompok pendukung diharapkan kader dapat menjalankan perannya lebih optimal untuk meningkatkan kesehatan aggregate dewasa hipertensi. Hal ini juga didukung oleh Kemenkes RI (2011) yang menyebutkan bahwa upaya pengendalian PTM tidak mungkin dilakukan hanya oleh sektor kesehatan saja akan tetapi harus melibatkan sektor lain dan keterlibatan masyarakat secara aktif. Pembentukan kelompok pendukung ini merupakan salah satu kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam hal ini melibatkan kader kesehatan. Fase pengorganisasian merupakan proses ditetapkan hubungan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan dan tugas disiapkan. Hal ini menunjukkan bahwa
pada
fase
pengorganisasian
dalam
pembentukan
kelompok
membutuhkan struktur yang jelas sehingga anggota mengetahui tempat mereka dan siapa yang dapat dimintai bantuan, alur kerja, rencana kegiatan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
75
yang akan dilakukan. Adanya struktur organisasi dapat memberikan jalur komunikasi yang jelas, pembagian kerja dan memberikan kerangka kerja untuk menjelaskan kewenangan dan tanggung jawab (Marquis & Huston, 2003). Upaya untuk mengembangkan kemampuan anggota kelompok dalam hal meningkatkan derajat kesehatan aggregate dewasa hipertensi yaitu dengan melakukan pelatihan dan pembinaan. Marquis dan Huston (2003) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan tugasnya dengan baik bila memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik pula. Setiawati dan Darmawan (2008) juga menyebutkan bahwa pengetahuan memberikan penguatan terhadap individu dalam mengambil keputusan dalam hal berperilaku. Kader yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang hipertensi dan penanganannya, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kader untuk mempengaruhi orang lain untuk menjalankan pola hidup sehat. Upaya selanjutnya untuk mengatasi masalah manajemen pelayanan adalah melakukan pendampingan dan bimbingan (supervisi) dalam melakukan penyuluhan, pengidentifikasian masalah berdasarkan faktor risiko dan tanda gejala hipertensi, dan latihan fisik pada aggregate dewasa dengan hipertensi. Hasil penelitian Kurniati (2000) menunjukkan bahwa peran supervisi kepala ruangan berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa supervisi dapat meningkatkan motivasi anggota dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuan seperti yang dikatakan oleh Marquis dan Huston (2003), bahwa fase pengarahan disebut juga sebagai pengaturan atau penggiatan untuk mencapai tujuan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan supervisi anggota kelompok adalah terjadinya peningkatan kemampuan
anggota
kelompok
dalam
melakukan
penyuluhan,
pengidentifikasian masalah dan latihan fisik. Hasil ini didukung oleh Azwar (1996) yang mengatakan bahwa supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan kepada anggota sehingga anggota mampu melaksanakan tugas dengan baik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
76
Hasil akhir diperoleh rata-rata peningkatan pengetahuan anggota kelompok pendukung sebesar 72% dan keterampilan 40%. 66,7% memiliki sikap yang sangat baik dan 33,7% memilki sikap yang baik dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi pada aggregate dewasa. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan anggota kelompok setelah adanya proses kelompok dalam kelompok pendukung. Adanya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik diharapkan dapat memberikan dukungan pada masyarakat khususnya aggregate dewasa dengan hipertensi untuk berperilaku sehat. Hal ini menunjukkaan bahwa proses kelompok merupakan cara yang efektif untuk memulai dan melaksanakan perubahan (Edelman & Mandle, 2006). Marquis dan Huston (2003) juga mengatakan bahwa seseorang mampu mengerjakan tugasnya dengan baik bila memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik pula. 5.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada 10 keluarga binaan dengan aggregate dewasa hipertensi di wilayah kelurahan Tugu. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan model pengkajian Friedman. Berdasarkan hasil pengkajian pada 10 keluarga binaan, masalah yang biasanya muncul pada keluarga adalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif terhadap pengontrolan tekanan darah dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif terhadap pertahanan koping. Menurut Potter dan Perry (1997), keluarga merupakan bagian vital dalam mengembalikan kesehatan klien dan mungkin membutuhkan informasi yang sama banyaknya dengan klien. Bila keluarga tidak memahami kebutuhan klien untuk meningkatkan fungsi mandirinya, upaya yang mereka lakukan mungkin membuat klien menjadi bergantung pada hal-hal yang tidak perlu dan menyebabkan proses penyembuhan menjadi lambat. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa informasi tentang penyakit tidak hanya diberikan pada individunya saja namun juga harus diberikan pada keluarga sehingga keluarga mampu memberikan dukungan yang tepat bagi anggota keluarganya. Hal ini didukung oleh Friedman, Bowden dan Jones (2003) yang menyatakan bahwa
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
77
dukungan informasi keluarga merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap anggota keluarganya. Tujuan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu keluarga mampu mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan berupa pemberian informasi dan edukasi tentang hipertensi, klasifikasi hipertensi, penyebab/faktor risiko hipertensi, tanda gejala hipertensi, pembuatan herbal, penggunaan obat-obatan sesuai anjuran dokter, pengenalan tentang stres, faktor penyebab stress, tanda dan gejala bila mengalami stress, cara-cara yang dapat digunakan untuk mengurangi stres, bagaimana cara memodifikasi lingkungan dalam rangka memberikan dukungan pada penderita hipertensi sekaligus mengenalkan tujuan dan manfaat pelayanan kesehatan bagi penderita hipertensi. Keluarga juga diberikan bimbingan dalam melakukan relaksasi progresif dan latihan fisik khusus untuk penderita hipertensi. Memberikan informasi kepada keluarga diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan informasi pada anggota keluarganya sehingga diharapkan penderita hipertensi dapat termotivasi untuk menjaga kesehatannya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zulfitri (2006) yang menemukan adanya hubungan antara dukungan informasi yang diberikan keluarga dengan perilaku penderita hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. Pemberian informasi dan edukasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan individu dan keluarga. Beberapa teori menyebutkan bahwa, pendidikan kesehatan adalah proses pembelajaran yang memberikan individu, keluarga dan masyarakat kesempatan untuk mendapatkan informasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang berkualitas (Wurzbach, 2004 dalam Edelman & Mandle, 2006) dan pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam perubahan perilaku (Pender, Murdaugh & Parson (2002). Hal ini didukung juga oleh Edelman dan Mandle (2006) yang mengatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat menjadi pendorong positif untuk merubah perilaku. Berdasarkan hal tersebut dapat
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
78
dikatakan bahwa dengan memberikan informasi dan edukasi tentang hipertensi dan manajemen stress diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga tentang hipertensi dan perawatannya sehingga mampu menjalankan pola hidup sehat. Hasil evaluasi terhadap perubahan tekanan darah setelah diberikan intervensi keperawatan menunjukkan terjadinya penurunan tekanan darah. Hari pertama dan kedua Ibu A masih mengkonsumsi obat hipertensi yang dibelinya di apotik. Tindakan yang dilakukan pada Ibu A yaitu relaksasi progresif. Menurut Herodes (2010, dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011) relaksasi progresif bertujuan untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung dan relaksasi ini juga dapat dilakukan pada individu yang sering mengalami stress. Hal ini didukung oleh Pender, Murdaugh dan Parson (2002) yang melaporkan bahwa adanya perubahan tekanan darah dan tingkat kecemasan setelah melakukan tehnik relaksasi progresif. Relaksasi progresif dapat mengurangi tekanan darah Ibu A setelah 2 kali perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan karena lingkungan yang belum sesuai. Menurut Herodes (2010, dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011), relaksasi dilakukan dengan mata tertutup pada lingkungan yang kondusif dan tenang sehingga penderita dapat memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot untuk mendapatkan perasaan relaks. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa bila penderita belum dapat memusatkan perhatian, belum mendapatkan perasaan relaks atau berada pada lingkungan yang kurang kondusif saat melakukan relaksasi progresif, hasil yang diperoleh juga belum dapat dilihat secara nyata. Hal ini didukung juga oleh Potter dan Perry (1997) yang menyebutkan bahwa lingkungan yang kondusif, tenang dan nyaman merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi terhadap perubahan tekanan darah setelah diberikan intervensi keperawatan berupa latihan fisik, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan tekanan darah. Menurut Pender, Murdaugh dan Parson (2002), efek positif dalam melakukan latihan fisik diantaranya dapat menurunkan tekanan darah
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
79
sistolik dan diastolik dan juga dapat mengurangi kecemasan dan depresi. Hal ini dibuktikan juga oleh Paffenbarger et al., (1983, dalam Edelman & Mandle, 2006), bahwa aktifitas fisik yang rutin dapat menurunkan resiko berkembangnya hipertensi. Penelitian Roman et al., (1985 dalam Edelman & Mandle, 2006) juga mendapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah istirahat (sistolik dan diastolik) penderita hipertensi yang melakukan latihan fisik secara teratur tiga kali seminggu selama 30 sampai 60 menit setiap waktunya dan dilakukan selama 3 bulan. Berdasarkan hal tersebut, bila Ibu A melakukan latihan fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Hasil evaluasi terhadap perubahan tingkat kemandirian pada 10 keluarga binaan, belum semua mencapai kemandirian keluarga tingkat IV. Masih ada 4 keluarga yang masih berada pada kemandirian keluarga tingkat III. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan keluarga. Lueckenotte (2000)
menyebutkan
bahwa
tingkat
pendidikan
seseorang
dapat
mempengaruhi kemampuan mendengar, menyerap informasi, menyelesaikan masalah, perilaku serta gaya hidup. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah lebih sulit untuk menyerap informasi sehingga berpengaruh terhadap kepatuhan dan perubahan perilaku. 5.3 Asuhan Keperawatan Komunitas Asuhan keperawatan komunitas dilakukan untuk mengelola aggregate dewasa dengan hipertensi. Pengkajian untuk asuhan keperawatan komunitas dikembangkan dari variabel beberapa model yaitu integrasi teori PRECEDEPROCEED dan teori Family Center Nursing. Integrasi model ini cocok digunakan dalam asuhan keperawatan bagi aggregate dewasa hipertensi baik pengkajian maupun untuk perencanaan. Hipertensi berhubungan dengan perilaku sehingga penggunaan model PRECEDE-PROCEED cocok digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Penggunaan model Family Centered Nursing diharapkan dapat melengkapi karena keluarga juga mempengaruhi kesehatan anggota keluarganya seperti yang dikatakan oleh Campbell (2000, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) yang mengatakan
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
80
bahwa keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan fisik anggota keluarganya. Berdasarkan hal tersebut, integrasi antara dua model PRECEDEPROCEED dapat menjadikan pemberian asuhan pada aggregate dewasa dapat menjadi lebih komprehensif. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut diantaranya adalah penyebaran informasi yang dilakukan disaat kegiatan posbindu, kegiatan masyarakat seperti pengajian dan arisan maupun melalui kunjungan keluarga. Kegiatan juga dilakukan oleh kelompok pendukung. Pusat Promosi Kesehatan Depkes (2008) menyebutkan bahwa posbindu PTM terbukti efektif dalam mencegah dan mengendalikan prevalensi PTM. Kegiatan posbindu berupa monitoring faktor risiko PTM, kemudian diakhiri dengan tindak lanjut peningkatan pengetahuan untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko berupa penyuluhan sesuai masalah yang ditemukan. Bila kegiatan posbindu belum dilaksanakan secara optimal, pencapaian tujuan juga menjadi tidak maksimal. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa bila posbindu dimanfaatkan secara optimal oleh kelompok pendukung, diharapkan pengelolaan faktor risiko hipertensi akan lebih maksimal. Posbindu PTM adalah pos pembinaan terpadu, berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat yang aktif untuk mendeteksi secara dini keberadaan faktor risiko PTM sekaligus peningkatan pengetahuan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko tersebut (Pusat Promosi Kesehatan Depkes, 2008). Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa peran kader tidak hanya bekerja pada kegiatan posbindu saja namun juga aktif di masyarakat untuk mendeteksi dini keberadaan faktor risiko. Hal ini dapat diperoleh melalui kunjungan rumah. Memberdayakan kelompok pendukung untuk mengidentifikasi masalah melalui kunjungan rumah diharapkan dapat mendeteksi dini faktor risiko hipertensi yang ada di masyarakat. Penemuan dini kasus hipertensi melalui kunjungan rumah diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat untuk mengelola faktor risiko hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
81
Materi yang diberikan terkait tentang hipertensi, penggunaan garam, bagaimana dapat mengontrol tekanan darah, latihan fisik. Materi ini juga diberikan oleh kelompok pendukung kepada penderita hipertensi di Meksiko Amerika. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balcazar et al., (2009) ini menemukan adanya perbedaan bermakna terhadap pengontrolan hipertensi setelah dilakukan intervensi. Memberdayakan kelompok pendukung dalam kegiatan latihan fisik rutin, penyebaran informasi dan kunjungan rumah diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah kelompok pendukung untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini didukung oleh Hitchcock, Schuber dan Thomas (1999); Stanhope dan Lancaster (2004) yang menyebutkan bahwa melibatkan masyarakat secara aktif bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Rappaport (1984, dalam Helvie 1998) juga menyebutkan bahwa pemberdayaan sebagai proses dimana komunitas dimungkinkan untuk mengendalikan dan berpartisipasi dalam lingkungan mereka sendiri. Melalui pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kemauan, kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Hasil evaluasi pada aggregate dewasa hipertensi menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya kelompok pendukung dapat meningkatkan kemampuan aggregate dewasa dengan hipertensi. Hasil penelitian Balcazar et al., (2009) pada penderita hipertensi di Meksiko Amerika juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna perilaku kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah dilakukan intervensi oleh kelompok pendukung. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa adanya kelompok pendukung dapat membantu dan memotivasi masyarakat untuk mampu secara mandiri merawat masalahnya sendiri. Hal ini didukung oleh Pender,
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
82
Murdaugh dan Parson (2002) yang mengatakan bahwa kelompok pendukung dapat memotivasi dan membantu masyarakat untuk menyadari dan mampu secara mandiri merawat dan mengatasi masalahnya sendiri. Bila dilihat dari hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan terhadap pengetahuan masyarakat terkait dengan hipertensi dan perawatannya namun, namun belum menghasilkan kepuasan bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari respon masyarakat setelah diberikan informasi kesehatan oleh kelompok pendukung. Masyarakat belum memahami betul apa yang diberikan oleh anggota kelompok karena masih ada beberapa pengunjung posbindu yang bertanya kembali pada mahasiswa untuk mendapatkan kejelasan informasi. Hal ini dapat disebabkan karena masih kurangnya kemampuan kelompok pendukung. Hasil evaluasi terhadap perubahan tekanan darah setelah diberikan intervensi keperawatan berupa latihan fisik selama 4 kali, dapat dilihat dari 12 peserta, 5 peserta mengalami penurunan tekanan darah dan 4 peserta tidak mengalami penurunan tekanan darah. Menurut Pender, Murdaugh dan Parson (2002), efek latihan fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dan juga dapat mengurangi kecemasan dan depresi. Hal ini dibuktikan juga oleh Paffenbarger et al., (1983, dalam Edelman & Mandle, 2006), bahwa aktifitas fisik yang rutin dapat menurunkan resiko berkembangnya hipertensi. Perbedaan hasil dari 4 peserta yang tidak mengalami penurunan tekanan darah dapat disebabkan karena peserta tidak mengikuti latihan fisik secara teratur. Hal ini didukung oleh penelitian Roman et al., (1985 dalam Edelman & Mandle, 2006) yang mendapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah istirahat (sistolik dan diastolik) penderita hipertensi yang melakukan latihan fisik secara teratur. Hasil evaluasi terhadap tekanan darah aggregate dewasa hipertensi yang diukur oleh kelompok pendukung selama 4 minggu melalui kunjungan rumah menunjukkan bahwa dari 6 responden, 2 diantaranya mengalami penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg dan 4 responden tidak mengalami penurunan tekanan darah sistolik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
83
Gellert, Aubert dan Mikami (2010), menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terkait dengan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah intervensi dilakukan oleh suatu kelompok pendukung. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok pendukung dapat mempengaruhi perilaku kesehatan dalam mengelola faktor risiko hipertensi sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Adanya beberapa aggregate dewasa yang tidak mengalami penurunan tekanan darah mungkin saja disebabkan oleh beberapa hal seperti belum menjalankan gaya hidup sehat dengan benar, seperti masih mengkonsumsi makanan tinggi garam, stress atau kurangnya dukungan keluarga. Menurut Black dan Hawks (2009), perubahan gaya hidup adalah cara yang efektif dalam menurunkan tekanan darah begitu juga dengan dukungan keluarga yang dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarganya (Pender Murdaugh & Parson, 2002). Hal ini juga bisa disebabkan karena kemampuan yang dimiliki oleh kelompok pendukung belum maksimal sehingga hasil yang diperoleh juga menjadi belum optimal. Evaluasi secara verbal dari keluarga yang dikunjungi oleh kelompok pendukung merasa senang karena merasa diperhatikan dan berharap kegiatan ini dapat berjalan secara terus menerus. Menurut Kaakinen et al., (2010), memberikan perhatian termasuk bentuk dukungan emosional. LovelandCherry (1996, dalam Friedman, Bowden & Jones) berpendapat bahwa dukungan emosional secara positif mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian Zulfitri (2009) yang menemukan adanya hubungan antara dukungan emosional yang diberikan keluarga dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. Sikap masyarakat mulai baik bila dilihat dari partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan latihan fisik yang dilakukan rutin setiap sabtu sore. Awal kegiatan, masyarakat yang mengikuti berjumlah 6 peserta namun sampai akhir pertemuan jumlah peserta bertambah menjadi 12 peserta. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai memahami tentang pola hidup sehat
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
84
setelah dibekali dengan informasi dan edukasi yang diberikan mahasiswa maupun oleh kelompok peduli. 5.4 Keterbatasan a. Kesulitan untuk menjangkau sasaran aggregate dewasa hipertensi yang tersebar luas di seluruh RW karena tidak memiliki alat transportasi sendiri. Hal ini dapat lebih mudah dilakukan bila perawat komunitas memiliki sarana transportasi sendiri untuk dapat menjangkau seluruh masyarakat. b. Kesulitan menetapkan jadwal pertemuan kegiatan kelompok karena masing-masing anggota kelompok memiliki kesibukan masing-masing seperti mengikuti pengajian, arisan, atau mengikuti kegiatan suami sebagai seorang
tentara
sehingga
waktu
pertemuan
dapat
berubah-ubah
disesuaikan dengan jadwal anggota kelompok pendukung. Penting untuk menyepakati waktu yang dapat diakses oleh sebagian besar anggota kelompok sehingga kegiatan dapat tetap berjalan. 5.5 Implikasi a. Keluarga dewasa yang memiliki faktor risiko hipertensi tinggal menyebar di seluruh RW. Kondisi ini mengakibatkan mobilisasi yang tinggi dari perawat komunitas agar bisa mencapai target layanan keluarga. Dibutuhkan energi dan sarana yang menunjang proses mobilisasi perawat komunitas dalam melakukan peran dan fungsinya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. b. Pelaksanaan perawat kesehatan masyarakat dapat meningkatkan status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, sehingga tenaga kesehatan di puskesmas diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. c. Dukungan informasi dapat mempengaruhi status kesehatan anggota keluarganya. Hal ini mengakibatkan pemberian pelayanan kesehatan tidak hanya fokus pada penderita hipertensi saja namun penting juga memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga sehingga keluarga
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
85
dapat memberikan dukungan informasi yang tepat bagi anggota keluarganya. d. Kegiatan supervisi dapat memberikan efek positif terhadap kemampuan kelompok pendukung sehingga kelompok pendukung membutuhkan bimbingan dan arahan secara berkelanjutan untuk dapat menjalankan tugasnya menjadi lebih baik dalam memberikan dukungan pada masyarakat.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
86
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 6.1.1 Meningkatnya pengetahuan sikap dan keterampilan anggota kelompok pendukung dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi pada aggregate dewasa setelah dilakukan pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan supervisi melalui metode diskusi, demonstrasi, bermain peran dan studi kasus. 6.1.2 Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi setelah dilakukan intervensi oleh kelompok pendukung dengan pemberian informasi dan edukasi melalui penyuluhan dan penyebaran leaflet, kunjungan rumah dan latihan fisik bagi penderita hipertensi. 6.1.3 Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi dengan mencapai keluarga mandiri tingkat III dan IV
6.2 Saran 6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan 6.2.1.1 Memberikan pelatihan pada petugas puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 6.2.1.2 Membantu proses mobilisasi perawat komunitas dalam melakukan kunjungan rumah, diperlukan sarana transportasi baik berupa kendaraan maupun pengganti transport yang memperhatikan keluasan wilayah.
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
87
6.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan 6.2.2.1 Anggota kelompok pendukung sebaiknya bukan orang yang bekerja atau aktif kegiatan sosial lainnya sehingga dapat fokus bekerja pada kegiatan kelompok. 6.2.2.2 Memberikan
pelatihan
pada
kader
(anggota
kelompok)
untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. 6.2.2.3 Penyebaran informasi tidak hanya dilakukan pada individu saja namun penting juga meningkatkan pengetahuan keluarga dalam memberikan dukungan pada anggota keluarga 6.2.2.4 Pentingnya dilakukan pembinaan secara berkelanjutan terhadap kegiatan posbindu dan kegiatan kelompok pendukung secara berkala setiap bulan, evaluasi dapat dilaksanakan setelah kegiatan dengan menggunakan format yang telah disusun. 6.2.2.5 Keterbatasan puskesmas dalam melakukan supervisi secara rutin sebaiknya supervisi yang dilakukan lebih mementingkan kualitas dibanding dengan kuantitasnya 6.2.3 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan 6.2.3.1 Perlu dikembangkan penelitian kualitatif untuk melihat pengalaman keluarga setelah mendapatkan intervensi dari kelompok pendukung 6.2.3.2 Perlu dikembangkan penelitian kuantitatif berupa quasi eksperimen untuk melihat efektifitas kelompok pendukung dalam menurunkan tekanan darah aggregate dewasa dengan hipertensi
Universitas Indonesia
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 1
PENAPISAN MASALAH PENGELOLAAN MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN DI KELURAHAN TUGU KOTA DEPOK No .
1. 2. 3. 4.
Masalah Manajemen
Perencanaan program masih bersifat umum untuk PTM. Belum optimalnya peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi Belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap kader dalam penanggulangan penyakit tidak menular. Belum adanya evaluasi penampilan kinerja pelaksana program
Tingkat pentingnya masalah untuk diselesaikan : 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
Perubahan positif bagi masyarakat jika masalah diselesaikan : 0=tidak ada, 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
Peningkatan kualitas hidup jika diselesaikan : 0=tidak ada, 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
Prioritas masalah dari 1 sampai 6 : 1=kurang penting, 6=sangat penting
Jml
2
2
3
3
10
3
3
3
3
12
3
3
2
3
11
3
3
2
2
10
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 2
RENCANA MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU No 1
Masalah manajemen Belum optimalnya Peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi
Tujuan Tujuan Umum: Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 1 tahun diharapkan peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi menjadi lebih optimal. Tujuan khusus: 1. Terbentuknya struktur keanggotaan kelompok pendukung 2. Terbentuknya alur kerja dalam struktur kelompok pendukung 3. Terbentuknya tupoksi masing-masing struktur kelompok pendukung 4. Adanya buku pedoman kerja kelompok pendukung. 5. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok dalam
Rencana Kegiatan 1. Membentuk kelompok pendukung beserta struktur, tupoksi dan rencana kegiatan.
Aktivitas 1. Pembentukan kelompok pendukung
1. 2. 3. 4.
Evaluasi Indikator Terdapatnya struktur kelompok pendukung Terdapatnya alur kerja Terdapatnya tupoksi masingmasing struktur kelompok pendukung Terdapatnya rencana kegiatan
2. Menyusun buku pedoman kerja kelompok pendukung
2. Penyusunan buku pedoman kelompok pendukung
5. Adanya buku pedoman bagi anggota kelompok pendukung
3. Menyusun pengembangan kurikulum
3. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota kelompok pendukung
6. Peningkatan pengetahuan anggota kelompok dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi 7. Peningkatan sikap anggota kelompok 8. Peningkatan keterampilan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Evaluator Supervisor
mengatasi masalah hipertensi pada kelompok usia dewasa 2
Belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi.
Tujuan Umum: Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 1 tahun diharapkan pengarahan dan supervisi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa menjadi optimal Tujuan khusus: 1. Tersedianya format supervisi 2. Terlaksananya kegiatan supervisi pada kegiatan kelompok pendukung 3. Adanya koordinasi dengan puskesmas terkait dengan pelaksanaan supervisi terhadap kelompok pendukung
anggota kelompok dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi 1.Menyusun format 1. Menggunakan format supervisi yang akan supervisi dalam digunakan pada melakukan bimbingan dan saat memberikan pengarahan kegiatan bimbingan dan kelompok pendukung arahan pada anggota kelompok pendukung
1. Adanya format supervisi
2.Melakukan 2. Pendampingan dan pendampingan dan bimbingan anggota bimbingan masingkelompok dalam masing anggota melakukan penyuluhan, kelompok dalam kunjungan rumah dan melakukan latihan fisik pada penyuluhan, aggregate dewasa dengan pengidentifikasian hipertensi masalah dan latihan fisik dengan menggunakan format supervisi
2. Adanya kegiatan supervise terhadap kegiatan kelompok pendukung dalam melakukan penyuluhan 3. Adanya kegiatan supervise terhadap kegiatan kelompok pendukung dalam melakukan kunjungan rumah 4. Adanya kegiatan supervise terhadap kegiatan kelompok dalam melakukan latihan fisik
3.Melakukan koordinasi dengan Puskesmas Tugu
5. Adanya kesepakatan pihak puskesmas dalam kegiatan supervise terhadap kader/kelompok pendukung
3. Melakukan koordinasi dengan puskesmas
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Supervisor
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION/POA) MANAJEMEN PELAYANAN PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU, KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
No 1
Masalah Belum optimalnya peran kader posbindu dalam pelayanan kesehatan bagi aggregate dewasa dengan hipertensi
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Mengidentifikasi anggota masyarakat yang potensial
Mendapatkan anggota yang tepat untuk pembentukan kelompok peduli hipertensi
Kader Masyarakat
Penanggung jawab Mahasiswa PJ Posbindu
Rekruitment anggota kelompok pendukung hipertensi
membentuk kelompok darioleh- untuk-masyarakat
Masyarakat PJ Posnindu
Membentuk kelompok pendukung hipertensi dengan struktur, alur kerja dan tupoksi keanggotaan
Agar kelompok tersebut dapat secara mandiri mengatasi masalah hipertensi yang ada pada wilayah tersebut
Mengadakan bimbingan dan pekatihan anggota kelompok pendukung
Meningkatkan pemahaman anggota kelompok agar dapat memahami dan melakukan perawatan untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Sumber daya Waktu Tempat
Alokasi Dana Mahasiswa
8 Des 2011
RW
Mahasiswa Kader
13 Des 2011
RW
Swadaya masyarakat
Masyarakat PJ Posbindu
Perangkat RW Mahasiswa
15 Des 2011
RW
Swadaya masyarakat
Kelompok pendukung
Mahasiswa PJ Posbindu
29 Des 2011, 1 Mar, 22 Mar, 29 Mar, 5 April, 12 April, 26 april 2012
RW
Swadaya masyarakat
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
2
Belum optimalnya pengarahan dan supervisi terhadap kader dalam penanggulangan penyakit tidak menular khususnya penyakit hipertensi bagi aggregate dewasa
Melakukan pendampingan dan bimbingan anggota kelompok dalam melakukan penyuluhan, pengidentifikasian masalah berdasarkan faktor risiko dan tanda gejala hipertensi dan latihan fisik dengan menggunakan format supervisi
Meningkatkan kemampuan kelompok pendukung dalam melakukan kunjungan rumah, latihan fisk dan penyuluhan sekaligus meningkatkan motivasi anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok
Masyarakat, aggregate dewasa dan keluarga
Mahasiswa Kader
Mulai tanggal 3 Jan 2012
RW
Swadaya masyarakat
Melakukan koordinasi dengan Puskesmas Tugu
Mengkoordinasikan kegiatan yang telah dilakukan residen dan mengharapkan adanya keterlibatan pihak puskesmas untuk menindaklanjuti terkait dengan kegiatan supervisi, monitoring dan evalauasi
Puskesmas Dinas kesehatan Tokoh masyarakat
Mahasiswa
8 Maret 2012
Puskesmas
Mahasiswa
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Buku Kerjaa Support Group
B BUKU PE EDOMAN N KERJA A
SUP PPORT GROU G UP (HIPEERTENSI PADA USSIA DEWAASA)
PROGRAM M SPESIALIS KEPERAWAT TAN KOMU UNITAS FAKULTASS ILMU KEPEERAWATAN N UNIVERSIT TAS INDON NESIA 2011
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Buku Kerja Support Group
ISI BUKU hal Halaman Sampul dalam ……………………………………………………………………………………………………
2
Identitas Pemilik Buku………………………………………………………………………………………………………
3
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………….
4
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………………
5
Pengertian Buku Kerja Support Group……………………………………………………………………………
6
Masalah kesehatan …………………………………………………………………………………………………………
8
Cara penyelesaian masalah ……………………………………………………………………………………………
9
Cara melakukan perawatan di rumah……………………………………………………………………………..
10
Materi Hipertensi……………………………………………………………………………………………………………
12
Olahraga bagi penderita hipertensi………………………………………………………………………………
19
Pengobatan hipertensi (tradisional)………………………………………………………………………………
23
Pengukuran Tekanan darah, Berat Badan dan Tinggi Badan………………………………………….
27
Materi Manajemen Stres…………………………………………………………………………………………………
30
Lembar kerja……………………………………………………………………………………………………………………
33
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Skoring Masalah Keperawatan Keluarga Di Kelurahan Tugu Kota Depok
Masalah : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif: pengontrolan tekanan darah Ibu A pada keluarga Bapak K No 1.
Kriteria Sifat masalah : Aktual
Skor 3/3 x 1= 1
2.
3.
4.
Kemungkinan masalah dapat diubah cukup
2/2 x 2 = 2
Potensial masalah untuk dicegah : cukup
2/3 x 1 = 2/3
Menonjolnya masalah: Masalah dirasakan harus segera ditangani Total
Pembenaran Sifat masalah aktual Tekanan darah 1700/100 mmHg Kepala pusing Tengkuk terasa kaku Belum mengurangi garam pada makanan yang dikonsumsi Tidak pernah berolahraga Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian Keluarga memiliki motivasi untuk sembuh Posbindu dekat dengan rumah Potensial masalah untuk dicegah cukup Ibu A sudah lama mengalami hipertensi sejak 17 tahun yang lalu Hipertensi dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup dan dukungan keluarga
2/2 x 1 = 1
Ibu A mengatakan bahwa masalah ini dirasakan dan harus segera ditangani
4 2/3
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Masalah: Intoleransi aktifitas saat nyeri lambung muncul pada Ibu A keluarga Bapak K No 1.
Kriteria Sifat masalah resiko
Skor 2/3 x 1= 2/3
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah : cukup
2/2 x 2 = 2
3.
Potensial masalah untuk dicegah : cukup
2/3 x 1= 2/3
Potensial masalah untuk dicegah cukup Ibu A memiliki motivasi untuk sembuh Ibu A tidak peduli dengan penyakitnya
4.
Menonjolnya masalah: masalah Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani
½x1=½
Masalah dirasakan oleh ibu A namum tidak merupakan prioritas karena biasanya gejala dapat hilang dengan sendirinya
Total
2
Pembenaran Sifat masalah resiko Nyeri kadang dirasakan. Mual Makan tidak teratur Tidak dapat beraktifitas saat nyeri muncul Kemungkinan masalah dapat diubah cukup Ibu A ingin mengatasi penyakitnya ini Pelayanan kesehatan dekat
11/6
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Masalah: Gangguan mobilitas fisik pada Ibu A keluarga Bapak K No 1.
Kriteria Sifat Masalah : Aktual
Skor 3/3 X 1 = 1
Pembenaran Masalah sudah aktual Merasa nyeri pada ibu jari Terasa kaku pada ibu jari Merasa terganggu saat beraktifitas seperti mencuci
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah : cukup
2/2 X 2 = 2
Kemungkinan masalah dapat diubah cukup Pelayanan kesehatan dekat Keluarga memiliki motivasi untuk sembuh
3.
Potensial masalah dapat dicegah : cukup
2/3 x 1 = 2/3
Potensial masalah dapat dicegah cukup Keluhan baru dirasakan Keluhan dapat diatasi dengan pengaturan pola makan dan latihan gerak
4.
Menonjolnya masalah: Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani
1/2 X 1 = 1/2
Masalah dirasakan oleh Ibu A namun tidak perlu segera diatasi karena masih bisa beraktifitas walaupun tida optimal
Total
3 7/6
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Masalah: Pertahanan koping tidak efektif pada Ibu A keluarga Bpk K No 1.
Kriteria Sifat Masalah : Aktual
Skor 3/3 X 1 = 1
Pembenaran Masalah sudah aktual Tidak suka membcarakan masalah dengan orang lain Nafsu makan menurun Tekanan darah tinggi 150/100 mmHg Sulit tidur
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah : cukup
2/2 X 2 = 2
Kemungkinan masalah dapat diubah cukup Keluarga memilki motivasi untuk sembuh Pelayanan kesehatan dekat dengan rumah
3.
Potensial masalah dapat dicegah : Tinggi
3/3 X 1 = 1
Potensial masalah dapat dicegah tinggi Dapat diatasi dengan adanya dukungan keluarga
4.
Menonjolnya masalah : masalah tidak dirasakan
0/2 X 1 = 0
Ibu A tidak menyadari adanya permasalahan
Total
4
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU No 1
Masalah Pemeliharaan kesehatan tidak efektif terhadap pengontrolan tekanan darah ibu A pada keluarga bapak K
Tujuan Umum Khusus Keluarga Setelah dilakukan diharapkan tindakan dapat: keperawatan, 1. Mengenal diharapkan masalah keluarga Bapak K hipertensi dapat melakukan pemeliharaan kesehatan lebih efektif dalam pengontrolan tekanan darah Ibu A.
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar 1.1 Menjelaskan Pengertian hipertensi pengertian hipertensi adalah Peningkatan dengan respon verval tekanan dalam pembuluh darah dimana bagian atas (sistolik ) ≥ 140 mmHg atau bagian bawah (diastolik) ≥ 90 mmHg
1.2 Menjelaskan klasifikasi hipertensi dengan respon verbal
Menyebutkan 2 dari 3 penggolongan hipertensi: 1. Pre hipertensi= 120139/80-89 mmHg 2. Stadium 1= 140159/90-99 mmHg 3. Stadium 2= ≥160/≥100 mmHg
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Rencana Tindakan KIE melalui diskusi: 1.1.1 Diskusikan pengertian hipertensi dengan keluarga 1.1.2 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.1.3 Beri pujian atas kemampuan keluarga
KIE melalui diskusi: 1.2.1 Identifikasi bersama keluarga tekanan darah yang dialami dewasa termasuk pada hipertensi tingkat keberapa 1.2.2 Beri penjelasan setiap tingkat hipertensi 1.2.3 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.2.4 Beri pujian atas kemampuan keluarga
2. Mengambil keputusan
1.3 Menyebutkan penyebab hipertensi dengan respon verbal
Menyebutkan minimal 4 dari 8 penyebab hipertensi : 1. Usia 2. Keturunan 3. Stress 4. Kegemukan 5. Makanan tinggi lemak 6. Konsumsi garam berlebih 7. Merokok 8. Minum alkohol dan kopi
KIE melalui diskusi: 1.3.1 Identifikasi bersama keluarga penyebab terjadinya hipertensi pada dewasa 1.3.2 Beri penjelasan setiap penyebab hipertensi 1.3.3 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.3.4 Beri pujian atas kemampuan keluarga
1.4 Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
Menyebutkan minimal 3 dari 5 tanda dan hipertensi : 1. Pusing dan sakit kepala 2. Rasa berat ditengkuk 3. Sesak nafas 4. Telinga berdenging 5. Dada berdebar-debar
KIE melalui diskusi 1.4.1 Identifikasi bersama keluarga tanda gejala yang terjadi pada dewasa hipertensi 1.4.2 Beri penjelasan setiap tanda gejala hipertensi 1.4.3 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.4.4 Beri pujian atas kemampuan keluarga
2.1 Menjelaskan akibat hipertensi tidak dikelola dengan baik
Menyebutkan 2 dari 3 akibat bila hipertensi bila tidak segera diatasi yaitu : 1. Terjadi komplikasi hipertensi, stroke, jantung, ginjal dll 2. Biaya perawatan dan pengobatan tinggi 3. Produktifitas kerja/aktivitas sehari-
KIE melalui diskusi: 2.1.1 Gali pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi 2.1.2 Tanyakan hasil yang didapatkan keluarga setelah melakukan perawatan 2.1.3 Diskusikan dengan keluarga cara perawatan dewasa hipertensi
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
hari menurun
3.2 Mengambil keputusan dalam melakukan tindakan perawatan hipertensi
Menyebutkan 6 dari 12 cara perawatan hipertensi: 1. Diet rendah garam 2. Batasi makanan berkolesterol tinggi 3. Kurangi stress 4. Banyak makan sayur dan buah 5. Olah raga teratur 3-4 kali seminggu selama 30-45 menit sekali 6. Hindari rokok, alkohol dan kopi 7. Latihan relaksasi 8. Jaga berat badan 9. Minum/makan obat tradisional 10. Melakukan kontrol TD secara teratur 1 bulan sekali 11. Melakukan kontrol gula darah teratur 3 bulan sekali 12. Adanya dukungan dari keluarga Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk segera melakukan pencegahan terhadap hipertensi
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
2.1.4 Diskusikan dengan keluarga akibat lanjut bila hipertensi tidak dikelola dengan baik 2.1.5 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
KIE melalui diskusi 3.2.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara menolong dewasa hipertensi 3.2.2 Motivasi keluarga untuk memutuskan merawat dewasa hipertensi
3. Merawat dewasa hipertensi
3.1 Mendemonstrasikan bagaimana cara membuat ramuan tradisional dari belimbing, ketimun dan seledri
Ramuan Belimbing: 1 bh belimbing diblender dengan air secukupnya. Diminum setiap pagi hari masing-masing 1 gelas Ramuan ketimun: 2 buah ketimun segar dicuci lalu diparut. Hasil parutannya diperas dan disaring lalu diminum sekaligus 2-3 kali sehari
3.2 Mendemonstrasikan relaksasi progresif
3.3 Mengajarkan penggunaan garam
Ramuan seledri: Daun seledri secukupnya diperas dengan air masak secukupnya kemudian disaring, diminum 3 kali sehari 2 sendok makan dan dilakukan secara teratur Latihan relaksasi progresif pada 10 kelompok otot tubuh
Penggunaan diit rendah garam a. Diet rendah garam I: Untuk hipertensi
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
KIE melalui demonstrasi: 3.1.1 Beri penjelasan bagaimana cara membuat ramuan tradisional 3.1.2 Motivasi keluarga mendemontrasikan cara membuat ramuan tradisional 3.1.3 Beri pujian atas tindakan yang benar 3.1.4 Anjurkan keluarga mengkonsumsi salah satu ramuan tradisional yang telah diajarkan
KIE melalui Coaching: 3.2.1 Menjelaskan tentang relaksasi progresif 3.2.2 Motivasi keluarga untuk meredemonstrasikan relaksasi 3.2.3 Bimbing keluarga melakukan relaksasi 3.2.4 Beri pujian atas tindakan yang benar KIE dengan simulasi 3.3.1 Beri penjelasan tentang penggunaan garam yang tepat pada keluarga
3.4 Mendemonstrasikan latihan fisik bagi penderita hipertensi
dengan diatolik > 125 mmHg, tidak menggunakan garam b. Diet rendah garam II: Untuk hipertensi dengan diastolik 100114 mmHg, gunakan 1 sdt garam sehari 4 c. Diet rendah garam III: untuk hipertensi ringan gunakan 1 2 sdt garam sehari
3.3.2 Motivasi keluarga untuk menggunakan garam dengan tepat 3.3.3 Beri pujian atas keputusan yang tepat
Manfaat olahraga, olahraga yang diperbolehkan dan yang tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi
KIE melalui coaching: 3.4.1 Identifikasi bersama keluarga olahraga apa yang pernah dilakukan dewasa hipertensi 3.4.2 Beri penjelasan tentang manfaat olahraga bagi penderita hipertensi 3.4.3 Beri penjelasan tentang olahraga yang diperbolehkan dan olahraga apa yang tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi 3.4.4 Mendemonstrasikan latihan fisik 3.4.5 Anjurkan dewasa hipertensi untuk meredemonstrasikan latihan fisik 3.4.6 Beri pujian atas tindakan yang benar
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
3.4.7 Motivasi keluarga untuk melakukan rutin 4. Memodifikasi lingkungan
4.1 Menyebutkan peran keluarga dalam memberikan dukungan untuk perawatan dewasa hipertensi
Dukungan keluarga: 1. Dukungan emosional 2. Dukungan penghargaan 3. Dukungan informasi 4. Dukungan instrumental
4.1.1 Gali pengalaman keluarga dalam memberikan dukungan pada dewasa hipertensi 4.1.2 Tanyakan hasil yang didapatkan 4.1.3 Gali hambatan keluarga dalam memberikan dukungan 4.1.4 Diskusikan cara yang tepat untuk memberikan dukungan pada dewasa hipertensi 4.1.5 Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada dewasa hipertensi 4.1.6 Beri pujian atas jawaban yang benar
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
5.1 Menyebutkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk penderita hipertensi
Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga untuk perawatan dewasa hipertensi: 1. Puskesmas 2. Rumah sakit 3. Dokter praktik 4. Posbindu 5. Kelompok pendukung
5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat digunakan keluarga 5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan yang akan digunakan 5.1.3 Beri pujian atas pilihan yang tepat
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
5.2 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Manfaat fasilitas kesehatan: 1. Memberikan informasi tentang hipertensi dan perawatannya 2. Memeriksakan tekanan darah secara teratur
5.3 Menggunakan pelayanan kesehatan
Kunjungan yang tidak direncanakan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
5.2.1 Gali pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan 5.2.2 Diskusikan bersama keluarga manfaat fasilitas kesehatan 5.2.3 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat fasilitas kesehatan 5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang benar 5.3.1 Motivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan 5.3.2 Beri pujian bila keluarga menunjukkan kartu berobat dan telah memanfaatkan fasilitas kesehatan.
No 2
Masalah Koping tidak efektif pada keluarga Bapak K khususnya Ibu A
Tujuan Umum Khusus Setelah dilakukan Keluarga diharapkan tindakan dapat: keperawatan, 1. Mengenal masalah diharapkan hipertensi pertahanan koping Ibu A menjadi lebih efektif
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar 1.1 Menjelaskan Pengertian stres adalah pengertian stres segala situasi dimana dengan respon verval tuntutan non spesifik mengharuskan seseorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan 1.2 Menjelaskan penyebab stres dengan respon verbal
Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi baik itu kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual atau kebutuhan kultural. Stresor dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Stressor internal: berasal dari dalam diri seseorang (mis.demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah) 2. Stresor eksternal: berasal dari luar diri seseorang (mis. Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Rencana Tindakan KIE melalui diskusi: 1.1.1 Diskusikan pengertian stres dengan keluarga 1.1.2 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.1.3 Beri pujian atas kemampuan keluarga KIE melalui diskusi: 1.2.1 Identifikasi bersama keluarga penyebab terjadinya stress pada keluarga 1.2.2 Beri penjelasan setiap penyebab stres 1.2.3 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.2.4 Beri pujian atas kemampuan keluarga
perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan)
2. Mengambil keputusan
1.3 Menyebutkan tanda dan gejala stres
Menyebutkan minimal 5 dari 9 tanda/ gejala stres : 1. Tanda vital biasanya maningkat (TD, denyut nadi, dan pernafasan) 2. gelisah tidak mampu beristirahat dan berkonsentrasi 3. Keletihan 4. Sakit kepala 5. Gangguan lambung 6. Suara yang bernada tinggi 7. Mual, muntah dan diare 8. Perubahan nafsu makan 9. Perubahan frekuensi berkemih
KIE melalui diskusi 1.3.1 Identifikasi bersama keluarga tanda gejala stress yang terjadi pada dewasa hipertensi 1.3.2 Beri penjelasan setiap tanda gejala stres 1.3.3 Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali 1.3.4 Beri pujian atas kemampuan keluarga
2.1 Menjelaskan akibat stres tidak dikelola dengan baik
Menyebutkan 4 dari 7 akibat lanjut bila stress tidak dikelola dengan baik: 1. Munculnya penyakit fisik : HT, stroke, DM, jantung koroner, maag (gastritis) 2. Gangguan psikologis : depresi, tidak dapat mengontrol diri, penggunaan obat/
KIE melalui diskusi: 2.1.1 Gali pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan stres 2.1.2 Tanyakan hasil yang didapatkan keluarga setelah melakukan perawatan 2.1.3 Diskusikan dengan keluarga cara perawatan dewasa yang mengalami stress
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
minuman keras/ rokok 3. Gangguan hubungan sosial 4. Kurang motivasi kerja 5. Kreatifitas menurun 6. Ibadah tidak optimal 7. Risiko cedera/ kecelakaan Cara mengurangi situasi yang menegangkan: 1. Struktur. Memperbaharui rutinitas kehidupan yang biasa atau mengembangkan rutinitas baru sesuai dengan perubahan situasi dapat mengurangi stres 2. Penatalaksanaan waktu Penggunaan waktu secara efisien dapat mengurangi stress. Prioritaskan tugas 3. Modifikasi lingkungan Meminimalkan kontak dengan situasi yang menimbulkan ketegangan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
2.1.4 Diskusikan dengan keluarga akibat lanjut bila stress tidak dikelola dengan baik 2.1.5 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
Menyebutkan minimal 4 dari 7 mengurangi stres yaitu : 1. Olahraga secara tertur 3 kali seminggu selama 30-45 menit dapat mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi. Latihan harus dimulai dengan pemanasan untuk menstimulasi aliran darah ke otot dan meningkatkan kelenturan dan diakhiri dengan pendinginan agar system kardiovaskular, musculoskeletal dan sitem metabolik secara bertahap kembali pada keadaan istirahat 2. Humor. Dengan tertawa, melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress dilenyapkan 3. Nutrisi seimbang dan hindari/kurangi makanan yang terlalu banyak lemak, kafein, garam atau gula karena dapat mengganggu fungsi metabolik
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
4.
5. 6.
7.
4. Merawat dewasa mengalami stres
sehingga memperburuk respon stress dan membuat individu mudah tersinggung dan gelisah Istirahat/tidur yang cukup 6-8 jam sehingga dapat menyegarkan tubuh membantu seseorang menjadi rileks Teknik relaksasi yang dapat mengurangi emosional stres Spiritualitas yang dapat juga mempunyai efek yang positif dalam menurunan stres Adanya dukungan dari keluarga dan orang lain
3.3 Mengambil keputusan dalam melakukan tindakan perawatan stres
Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk segera merawat anggota keluarga dengan stres
KIE melalui diskusi 3.3.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara menolong dewasa stres 3.3.2 Motivasi keluarga untuk memutuskan merawat dewasa yang mengalami stress
3.1 Menjelaskan bagaimana cara mengurangi stres di rumah
Menyebutkan minimal 3 dari 7 1. Relaksasi nafas dalam 2. Relaksasi autogenik/ imajinasi
KIE melalui diskusi 3.1.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara menolong dewasa stress 3.1.2 Motivasi keluarga untuk
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
3. Mandi air hangat/ dingin 4. Relaksasi progresif 5. Mendengarkan musik ringan yang menyenangkan dan menenangkan 6. Tertawa lewat tontonan atau bacaan/cerita lucu 7. Lakukan kegiatan menyenangkan : menikmati pemandangan alam, membaca buku dll 3.2 Mendemonstrasikan cara pengelolaan stres
Keluarga mendemonstrasikan: 1. Latihan relaksasi progresif 2. Latihan relaksasi Relaksasi autogenik/ imajinasi dengan cara mata dipejamkan secara perlahan, lemaskan seluruh otot, lalu sugestikan kata-kata mantra seperti : nyaman, santai, lakukan secara berulang dan berfokus pada kata-kata mantra tersebut selama 10 menit, rasakan relaksasi seluruh tubuh lalu buka
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
menggunakan cara mengurangi stress yang benar
KIE melalui demonstrasi: 3.2.1 Beri penjelasan bagaimana cara membuat pengelolaan stress 3.2.2 Mengajarkan penderita hipertensi untuk melakukan relaksasi progresif 3.2.3 Motivasi keluarga mendemontrasikan cara melakukan relaksasi progresif 3.2.4 Beri pujian atas tindakan yang benar 3.2.5 Anjurkan keluarga menggunakan pengelolaan stress yang benar
mata perlahan bila sudah terasa rileks. 3. Tertawa 4. Latihan relaksasi nafas dalam melalui hidung, tahan nafas selama 3 detik lalu hembuskan lewat mulut, lakukan selama 10 kali. 3.3 Mendemonstrasikan relaksasi progresif
Latihan relaksasi progresif pada 10 kelompok otot tubuh
KIE melalui Coaching: 3.3.1 Menjelaskan tentang relaksasi progresif 3.3.2 Motivasi keluarga untuk meredemonstrasikan relaksasi 3.3.3 Bimbing keluarga melakukan relaksasi 3.3.4 Beri pujian atas tindakan yang benar
3.4 Mengajarkan penggunaan garam
Penggunaan diit rendah garam d. Diet rendah garam I: Untuk hipertensi dengan diatolik > 125 mmHg, tidak menggunakan garam e. Diet rendah garam II: Untuk hipertensi dengan diastolik 100114 mmHg, gunakan
KIE dengan simulasi 3.4.1 Beri penjelasan tentang penggunaan garam yang tepat pada keluarga 3.4.2 Motivasi keluarga untuk menggunakan garam dengan tepat 3.4.3 Beri pujian atas keputusan yang tepat
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
1
4 sdt garam sehari f. Diet rendah garam III: untuk hipertensi ringan gunakan 1 2 sdt garam sehari
4. Memodifikasi lingkungan
3.5 Mendemonstrasikan latihan fisik bagi penderita hipertensi
Manfaat olahraga, olahraga yang diperbolehkan dan yang tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi
KIE melalui coaching: 3.5.1 Identifikasi bersama keluarga olahraga apa yang pernah dilakukan dewasa hipertensi 3.5.2 Beri penjelasan tentang manfaat olahraga bagi penderita hipertensi 3.5.3 Beri penjelasan tentang olahraga yang diperbolehkan dan olahraga apa yang tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi 3.5.4 Mendemonstrasikan latihan fisik 3.5.5 Anjurkan dewasa hipertensi untuk meredemonstrasikan latihan fisik 3.5.6 Beri pujian atas tindakan yang benar 3.5.7 Motivasi keluarga untuk melakukan rutin
4.1 Menyebutkan peran keluarga dalam memberikan dukungan untuk
Cara memelihara lingkungan yang kondusif untuk mengurangi yaitu : 1. Lingkungan tenang
4.1.1 Gali pengalaman keluarga dalam memberikan dukungan pada dewasa koping tidak efektif
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
perawatan dewasa koping tidak efektif 2. 3. 4.
5.
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
dan harmonis sehinga tidak menimbulkan stress Ruangan tidak terlalu panas Melakukan komunikasi yang terbuka dengan anak Menjadwalkan untuk kumpul bersama dengan anggota keluarga untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan. Adanya dukungan dari anggota keluarga yang lain
4.1.2 Tanyakan hasil yang didapatkan 4.1.3 Gali hambatan keluarga dalam memberikan dukungan 4.1.4 Diskusikan cara yang tepat untuk memberikan dukungan pada dewasa koping tidak efektif 4.1.5 Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada dewasa koping tidak efektif 4.1.6 Beri pujian atas jawaban yang benar
5.1 Menyebutkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk koping tidak efektif
Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga untuk perawatan dewasa hipertensi: 1. Puskesmas 2. Rumah sakit 3. Dokter praktik 4. Posbindu 5. Kelompok pendukung
5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat digunakan keluarga 5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan yang akan digunakan 5.1.3 Beri pujian atas pilihan yang tepat
5.2 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Manfaat fasilitas kesehatan: 1. Memberikan informasi tentang hipertensi dan
5.2.5 Gali pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan 5.2.6 Diskusikan bersama keluarga manfaat fasilitas
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
2.
5.3 Menggunakan pelayanan kesehatan
perawatannya Memeriksakan tekanan darah secara teratur
Kunjungan yang tidak direncanakan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
kesehatan 5.2.7 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat fasilitas kesehatan 5.2.8 Beri pujian atas jawaban yang benar 5.3.1 Motivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan 5.3.2 Beri pujian bila keluarga menunjukkan kartu berobat dan telah memanfaatkan fasilitas kesehatan.
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION/POA) KELUARGA PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU, KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK No
Rencana Kegiatan
Tujuan Kegiatan
Sumberdaya Penanggung Jawab
Waktu Pelaksanaan Minggu I
Alokasi Dana Mahasiswa
Tempat Pelaksanaan RW 11
Identifikasi keluarga aggregate dewasa yang mengalami masalah hipertensi
Teridentifikasinya lima keluarga binaan aggregate dewasa hipertensi di wilayah kelurahan Tugu
Mahasiswa
2
Pengkajian keluarga binaan aggregate dewasa hipertensi
Terkajinya lima keluarga binaan dengan aggregate dewasa hipertensi dengan pendekatan model family center nursing
Mahasiswa
Minggu I s/d III
Mahasiswa
RW 11
3
Perumusan pemasalahan keluarga binaan dengan aggregate dewasa hipertensi
Terumuskannya diagnosis keperawatan keluarga masalah hipertensi pada lima keluarga binaan
Mahasiswa
Minggu I s/d III
Mahasiswa
RW 11
4
Penyusunan perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi
Tersusunanya perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi
Mahasiswa
Minggu I s/d III
Mahasiswa
RW 11
5
Implementasi asuhan keperawatan keluarga
Terimplementasinya tindakan keperawatan spesialistik keluarga dengan
Mahasiswa
Minggu IV s/d XI
Mahasiswa
RW 11
1
Kader
Kader
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
dengan masalah hipertensi
masalah hipertensi: 1. Pendidikan kesehatan 2. Coaching 3. Latihan fisik 4. Relaksasi progresif
6
Evaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi
Terevaluasinya asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi melalui tingkat kemandirian keluarga I s/d IV
Mahasiswa
Minggu XII
Mahasiswa
Kader
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
RW 11
Lampiran 6
PENAPISAN MASALAH ASUHAN KOMUNITAS DI KELURAHAN TUGU KOTA DEPOK No .
Masalah Manajemen
Tingkat pentingnya masalah untuk diselesaikan : 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
Perubahan positif bagi masyarakat jika masalah diselesaikan : 0=tidak ada, 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
Peningkatan kualitas hidup jika diselesaikan : 0=tidak ada, 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
Prioritas masalah dari 1 sampai 6 : 1=kurang penting, 6=sangat penting
Jml
1.
Risiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri pada aggregate dewasa di Kelurahan Tugu Ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa hipertensi di kelurahan Tugu
3
3
3
3
12
3
3
3
4
13
2
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 7
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU No
Diagnosa Keperawatan Komunitas
1
Ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa hipertensi di kelurahan Tugu Hasil Angket : (84 responden) Berpendidikan rendah 72,6% Jarang mencari informasi tentang hipertensi 53,6%. Memanfaatkan posbindu 32,1% Memeriksakan kesehatan/ tekanan darahnya bila dirasa perlu saja 69,0% Selalu dibiarkan sendiri oleh keluarganya saat menghadapi masalah 38,1% Tidak pernah mendapatkan penjelasan dari keluarga tentang hal-hal yang perlu dihindari 22,6% Keluarga jarang memberikan suasana ketenangan dirumah 32,1 %
Tujuan Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa hipertensi di kelurahan Tugu menjadi efektif. Tujuan khusus: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan; 1. Terjadi peningkatan pengetahuan
Rencana Kegiatan Strategi Intervensi 1. Proses 1. Menyusun rencana kelompok kegiatan di masyarakat yang difasilitasi oleh kelompok masyarakat
Evaluasi Kriteria Standar Psikomotor 1. Tersusunnya kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok masyarakat yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan aggregate dewasa hipertensi .
2. Pendidikan kesehatan
2. Melakukan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan di kegiatan posbindu, pengajian dan kunjungan rumah yang difasilitasi oleh kelompok masyarakat
Psikomotor 2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan aggregate dewasa tentang hipertensi dan perawatannya
Mahasiswa Supervisor
3. Penyebaran informasi yang difasilitasi oleh kelompok masyarakat melalui penyebaran leaflet tentang hipertensi dan
Psikomotor 3. Tersebarnya leaflet mengenai hipertensi dan perawatannya pada aggregate dewasa hipertensi
Mahasiswa Supervisor
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Evaluator Mahasiswa Supervisor
Studi Literatur Berdasarkan data dari Profil Kota Depok tahun 2009, Hipertensi termasuk dalam urutan penyakit terbanyak (12,14%) diantara pola penyakit penderita rawat jalan di puskesmas umur 45-54 tahun 2. Hasil wawancara : (5 penderita hipertensi usia dewasa) 4 orang mengatakan tidak mengikuti kegiatan posbindu 4 orang mengatakan malas untuk memeriksakan kesehatan bila tidak merasakan keluhan sakit 4 orang mengatakan tidak pernah melakukan olahraga 5 orang kurang memahami apa yang harus dilakukan agar tekanan darahnya bisa tetap normal Berdasarkan wwancara dengan ketua posbindu RW 11 mengatakan bahwa wilayahnya belum memiliki kelompokkelompok pendukung maupun kelompok swabantu Petugas puskesmas mengatakan bahwa meja penyuluhan pada pelaksanaan posyandu belum berjalan optimal Belum semua RW memiliki posbindu yaitu dari 12 RW, hanya 9 RW yang memiliki
3.
4.
5.
aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi Terjadinya peningkatan sikap aggregate dewasa hipertensi Terjadi peningkatan keterampilan aggregate dewasa hipertensi dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi Kelompok pendukung terlibat dalam kegiatan posbindu Kelompok pendukung terlibat dalam kegiatan kunjungan rumah
perawatannya
3. Empowering
4. Membimbing kegiatan rutin latihan fisik bagi aggregate dewasa hipertensi
Psikomotor 4. Meningkatkan perilaku aggregate dewasa dalam mengelola faktor risiko hipertensi
Mahasiswa Supervisor
5. Memberdayakan kelompok masyarakat dalam melakukan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dikegiatan posbindu
Psikomotor 5. Mengoptimalkan peran kelompok pendukung diposbindu dalam melakukan promosi kesehatan tentang hipertensi pada aggregate dewasa hipertensi
Mahasiswa Supervisor
6. Memberdayakan kelompok masyarakat dalam menyebarkan informasi pada keluarga melalui kunjungan rumah
Psikomotor 6. Mengoptimalkan peran kelompok pendukung dimasyarakat dalam melakukan promosi kesehatan tentang hipertensi melalui kunjungan rumah
Mahasiswa Supervisor
7. Memberdayakan kelompok pendukung untuk melanjutkan kegiatan rutin latihan fisik bagi penderita hipertensi
Psikomotor 7. Mengoptimalkan peran kelompokpendukung dalam melakukan pengelolaan faktor risiko hipertensi
Mahasiswa supervisor
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
posbindu Keluarga tidak ada menganjurkan untuk mengikuti kegiatan di posbindu 5 orang kurang memahami apa yang harus dilakukan agar tekanan darahnya bisa tetap normal 1 Keluarga tidak mau menemani penderita hipertensi untuk pergi memeriksakan kesehatan 2
Risiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri pada aggregate dewasa di Kelurahan Tugu Hasil Angket : (84 responden) Tingkat pengetahuan masih kurang tentang hipertensi (pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta akibat lanjut) 41,7%. Tidak mengetahui batas tekanan darah untuk hipertensi 20,2% Tidak mengetahui bahwa faktor keturunan merupakan penyebab hipertensi 39,3% Tidak mengetahui bahwa DM dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi 34,5% Sikap yang kurang terkait dengan hipertensi 50% Berpendidikan rendah 72,6% Jarang mencari informasi tentang hipertensi 53,6%.
Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan pemeliharaan kesehatan diri aggregate dewasa di kelurahan Tugu menjadi efektif Tujuan khusus: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan; 1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam
1. Proses kelompok
1. Merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kelompok pendukung pada aggregate dewasa dimasyarakat
Psikomotor 1.
2. Pendidikan kesehatan
2. Melakukan penyebaran informasi dan edukasi terkait dengan hipertensi dan perawatannya
Psikomotor 2. Peningkatan kemampuan masyarakat terkait dengan hipertensi dan perawatannya
Mahasiswa Supervisor
3. Membimbing aggregate dewasa dalam melakukan latihan fisik
Psikomotor 3. Meningkatnya kemampuan aggregate dewasa hipertensi dalam melakukan latihan fisik
Mahasiswa Supervisor
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Adanya jadwal rutin dan materi kegiatan kelompok aggregate dewasa
Mahasiswa Supervisor
Mahasiswa
Memanfaatkan posbindu 32,1% Memeriksakan kesehatan/ tekanan darahnya bila dirasa perlu saja 69,0% Selalu dibiarkan sendiri oleh keluarganya saat menghadapi masalah 38,1% Tidak pernah mendapatkan penjelasan dari keluarga tentang hal-hal yang perlu dihindari 22,6% Keluarga jarang memberikan suasana ketenangan dirumah 32,1 % Hasil wawancara: (5 penderita hipertensi usia dewasa)
pengelolaan faktor risiko hipertensi 2. Meningkatnya sikap masyarakat dalam pengelolaan faktor risiko hipertensi 3. Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam pengelolaan faktor risiko
3. Empowering
4. Membimbing aggregate dewasa dalam melakukan tehnik nafas dalam
Psikomotor 4. Meningkatkan kemampuan aggregate dewasa dalam melakukan tehnik relaksasi
Supervisor
5. Memberdayakan kelompok pendukung dalam melakukan penyuluhan kesehatan
Psikomotor 5. Mengoptimalkan peran kelompok pendukung dimasyarakat dalam melakukan latihan fisik bagi penderita hipertensi
Mahasiswa Supervisor
4 orang mengatakan tidak mengikuti kegiatan posbindu 4 orang mengatakan malas untuk memeriksakan kesehatan bila tidak merasakan keluhan sakit Keluarga tidak ada menganjurkan untuk mengikuti kegiatan di posbindu 5 orang kurang memahami apa yang harus dilakukan agar tekanan darahnya bisa tetap normal 1 Keluarga tidak mau menemani penderita hipertensi untuk pergi memeriksakan kesehatan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION/POA) KOMUNITAS PADA AGGREGATE DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU, KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK No 1
Masalah Ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan diri pada kelompok usia dewasa hipertensi di kelurahan Tugu
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Menyusun kegiatan: jadwal, materi dan fasilitator kegiatan penyuluhan diposbindu
Tersusunnya kegiatan penyuluhan di posbindu
Pengunjung posbindu
Penanggung jawab Mahasiswa PJ Posbindu
Terlaksananya penyuluhan kesehatan oleh fasilitator yang bersumber dari masyarakat pada kegiatan posbindu. Materi yang disampaikan tentang materi hipertensi dan perawatannya melalui diskusi dengan menggunakan media leaflet.
Memanfaatan posbindu sebagai tempat penyebaran informasi
Pengunjung posbindu
Menyusun kegiatan: jadwal, materi dan media yang digunakan kelompok pendukung dalam melakukan kunjungan rumah aggregate dewasa hipertensi
Tersusunnya kegiatan kunjungan rumah oleh kelompok pendukung
Aggregate dewasa hipertensi
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Sumber daya Waktu Tempat
Alokasi Dana Mahasiswa
10 Jan 2011
RW
Mahasiswa PJ Posbindu
11 Jan, 22 Feb, 14 Mar, 11 April 2012
RW
Swadaya masyarakat
Mahasiswa Kelompok pendukung PJ Posbindu
5 April 2012
RW
Mahasiswa
2
Risiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri pada aggregate dewasa di Kelurahan Tugu
Terlaksananya promosi kesehatan melalui kunjungan rumah aggregate dewasa hipertensi oleh fasilitator yang bersumber dari masyarakat. Materi yang diberikan tentang hipertensi dan perawatannya dengan menggunakan media lembar balik, metode diskusi dan demonstrasi.
Memberikan dukungan pada masyarakat dengan mengunjungi rumah melalui kelompok pendukung
Aggregate dewasa hipertensi
Mahasiswa Kelompok pendukung PJ Posbindu
10 April s.d 3 Mei 2012
RW
Swadaya Masyarakat
Menyusun jadwal rutin, tempat pelaksanaan latihan fisik bagi penderita hipertensi di masyarakat.
Tersusunnya kegiatan rutin latihan fisik di pada aggregate usia dewasa hipertensi
Masyarakat
Mahasiswa Kelompok pendukung
20 Maret 2012
RW
Swadaya masyarakat
Melakukan latihan fisik rutin bagi penderita hipertensi di RW 11
Meningkatkan motivasi aggregate dewasa hipertensi untuk melakukan latihan fisik
Aggregate dewasa hipertensi
Mahasiswa Kelompok pendukung PJ posbindu
RW
Swadaya masyarakat
Menyusun jadwal, materi, media dan fasilitator promosi kesehatan pada kegiatankegiatan di masyarakat.
Tersusunnya kegiatan penyuluhan pada kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan pengajian dan arisan
Masyarakat
Mahasiswa PJ Posbindu
22 Maret, 31 Maret, 14 April dan 24 April 2012 16 Maret 2012
RW
Mahasiswa Swadaya masyarakat
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Penyebaran informasi (Penkes, leaflet)
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hipertensi
Masyarakat
Mahasiswa Kelompok pendukung
28 des 2011, 19 Maret
RW 11 dan 04
Swadaya masyarakat Mahasiswa
Membimbing aggregate dewasa dalam melakukan latihan fisik
Meningkatkan keterampialn aggregate dewasa dalam melakukan latihan fisik
Masyarakat
Mahasiswa Kelompok pendukung
29 Maret 2012
RW
Swadaya masyarakat
Membimbing aggregate dewasa dalam melakukan tehnik nafas dalam
Meningkatkan keterampilan aggregate dewasa dalam melakukan relaksasi
Aggregate dewasa hipertensi
Mahasiswa Kelompok pendukung PJ posbindu
29 Maret 2012
RW
Swadaya masyarakat
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Lampiran 8
KONTRAK PEMBELAJARAN RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT DEWASA HIPERTENSI DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas No 1
Kegiatan Penyusunan kontrak belajar.
Tujuan Membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Keluaran Adanya bukti kontrak pembelajaran.
Kompetensi 4.1
Target/sasaran Residen
Metode Studi literatur Konsultasi
Waktu Minggu II Sept 2011
Sumber Buku Pedoman (BPKM) residensi
2
Orientasi kebijakan atau program terkait kesehatan agregate dewasa khususnya dewasa dengan hipertensi tingkat Dinas Kesehatan.
Diketahui visi, misi, kebijakan, strategi, program dan kegiatan ditingkat Dinas Kesehatan Kota Depok terkait hipertensi
Adanya dokumen rencana strategis program khususnya pada agregate dewasa dengan hipertensi
4.2
Pejabat Dinas Kesehatan Kota Depok
Wawancara Observasi
Minggu III dan IV Sept 2011
Profil Kes Kota Depok, Renstra Program Bidang P2P
3
Penelaahan rencana operasional program CHN dan program untuk agregate dewasa dengan hipertensi
Diketahui rencana operasional program CHN terkait dengan agregate dewasa dengan hipertensi
Adanya dokumen kegiatan dan program CHN di tingkat Puskesmas.
4.2
Kepala Puskesmas PJ. Program
Wawancara Telaah dokumen Orientasi lapangan
Minggu I dan II Okt 2011
Rencana operasional Puskesmas Profil puskesmas kelurahan Tugu
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
4
Orientasi pelaksanaan program kesehatan khususnya terhadap agregat dewasa dengan hipertensi
Diketahui pelaksanaan program kesehatan khususnya CHN terhadap penanggulangan hipertensi pada agregate dewasa
Data primer dan sekunder
4.2
Petugas puskesmas Kader kesehatan Masyarakat kelurahan Tugu
Wawancara Telaah dokumen Orientasi lapangan
Minggu III dan IV Okt 2011
Laporan tahunan Tokoh masyarakat
5
Analisis dan identifikasi kesenjangan data yang ditemukan
Diidentifikasi permasalahan yang ditemukan dikelurahan Tugu terkait pada agregat dewasa dengan hipertensi.
Adanya data subjektif dan objektif .
4.2
Residen
Studi literatur Konsultasi
Minggu III dan IV Okt 2011
Studi literatur
6
Merumuskan masalah dari datadata yang ditemukan,
Mengetahui permasalahan yang muncul
Adanya urutan permasalahan yang ada di Kelurahan Tugu
4.2
Residen
Studi Literatur Konsultasi
Minggu III dan IV Okt 2011
Studi literatur
7
Membuat perencanaan program pelayanan keperawatan komunitas pada aggregat dewasa dengan hipertensi
Mengembangkan perencanaan program pelayanan keperawatan komunitas pada agregate dewasa dengan hipertensi
Tersusunnya perencanaan program pelayanan keperawatan komunitas yaitu pembentukan kelompok pendukung pada agregate dewasa hipertensi
4.2
Residen
Studi literatur Konsultasi
Minggu IV Okt 2011
Studi literatur
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
No 8
Kegiatan Menginformasikan data-data yang ditemukan dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
Tujuan Mensosialisasikan rencana program
Keluaran Tersusunnya POA yang telah disepakati bersama
9
Pengorganisasian program pelayanan keperawatan komunitas terhadap penanggulangan hipertensi pada agregate dewasa
Terlaksananya program pelayanan keperawatan komunitas.
Adanya kegiatan kelompok pendukung terjadual dan yang direncanakan.
10
Pengarahan dan pengawasan program pelayanan keperawatan komunitas.
Terkendalinya program pelayanan keperawatan komunitas melalui kegiatan supervisi, bimbingan dan pengarahan.
Pelaksanaan program pelayanan keperawatan komunitas sesuai dengan tujuan dengan terkontrol secara kontinu.
Target/sasaran Masyarakat Residen
Metode Lokmin
Waktu Minggu IV Okt 2011
Sumber Kepala Puskesmas PJ CHN Kader kesehatan Tokoh masyarakat
4.4
Masyarakat, kelompok keluarga, lintas program
Kerja tim Pendidikan kesehatan Peran serta masyarakat
Minggu I Nov 2011 s.d. Minggu IV April 2012
Dinas Kesehatan Kepala Puskesmas PJ. CHN Kader kesehatan Tokoh masyarakat
4.2
Puskesmas Kader kesehatan Kelompok pendukung
Curah pendapat Self evaluation Lembar cek list
April 2012
Puskesmas,
4.2
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
B. Keperawatan Komunitas No 1
2
Kegiatan Pengkajian pada aggregate dewasa dengan penyakit hipertensi sesuai dengan framework yang digunakan. Penyebaran instrumen Menganalisis hasil pengumpulan data Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas
Tujuan Mengumpulkan datadata yang dibutuhkan sesuai dengan framework yang digunakan dan mendapatkan diagnosa keperawatan komunitas untuk agregat dewasa dengan hipertensi.
Keluaran Adanya hasil analisis data pengkajian dan rumusan diagnosa keperawatan komunitas
Kompetensi 1.2
Target/sasaran Aggregate dewasa penyakit hipertensi Puskesmas Tokoh masyarakat
Metode Angket Interview survey
Waktu Minggu II dan III Okt 2011
Sumber Studi literatur Supervisor
Perencanaan rencana asuhan keperawatan komunitas pada aggregate dewasa dalam upaya penanganan penyakit hipertensi.
Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif.
Adanya bukti fisik rencana asuhan keperawatan komunitas hasil konsultasi dan revisi.
1.2
Tokoh masyarakat Kader kesehatan
Lokakarya mini masyarakat.
Minggu IV Okt 2011
Supervisor Studi literatur
Mensosialisasikan rencana asuhan keperawatan
Tersusunnya POA yang telah disepakati bersama
1.2
Kader Tokoh masyarakat
Lokmin
Minggu IV Okt 2011
Supervisor Studi literatur
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
masyarakat kelurahan Tugu. 3
Pelaksanaan program kerja hasil kesepakatan bersama aggregate dalam upaya penanganan penyakit hipertensi a. Pendidikan kesehatan penyuluhan kesehatan pada masyarakat kelurahan Tugu khususnya pada agregate dewasa tentang hipertensi dan bagaimana perawatannya Kampanye dengan melakukan penyebaran leaflet dikelurahan Tugu (300 lembar) Penkes
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola masalah kesehatan pada agregat dewasa dengan hipertensi.
Peningkatan pengetahuan masyarakat sebesar 10% melalui pre dan post test Peningkatan Sikap masyarakat Peningkatan perilaku masyarakat Peningkatan dukungan Peningkatan keterampilan masyarakat Tersebarnya leaflet di Kelurahan Tugu
1.4
Kelurahan Puskesmas Dinkes Agregat dewasa hipertensi Keluarga Kader kesehatan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Proses kelompok Pemberdayaan KIE
Minggu I Nov 2011 s.d April 2012
Hasil MMD Supervisor Studi literatur
melalui aktifitas latihan fisik b. Pemberdayaan masyarakat dalam konteks memberdayakan kelompok sosial yang ada dimasyarakat 4
Refreat Komunitas
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang program inovasi di komunitas
Adanya program inovasi pada tatanan komunitas
Residen Aplikasi
5
Ujian spesialistik komunitas
Mengevaluasi keterampilan yang telah dikuasai residen
Adanya kemampuan spesialistik mhs residensi dalam membina Komunitas.
Residen
6
Evaluasi hasil pelaksanaan program penanganan penyakit hipertensi pada agregat dewasa
Menilai tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan pada agregate
pemberian asuhan keperawatan pada aggregate dilakukan sesuai rencana dan adanya rencana tindak lanjut yang disepakati.
1.6
Kepala dan PJ program Puskesmas Kader kesehatan
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Diskusi
Minggu III Nov 2011 dan Minggu I Mei 2012
Supervisor Studi literatur
Maret s.d April 2012
Curah pendapat Self evaluation Lembar cek list Wawancara
Mei 2012
Supervisor Studi literatur
C. Keperawatan Keluarga No
Kegiatan Pengkajian pada 5 keluarga yang memiliki usia dewasa dengan penyakit hipertensi
Tujuan Mengidentifikasi berbagai faktor yang ada dalam keluarga dengan dewasa hipertensi dengan menggunakan model Family Center Nursing.
Keluaran Adanya hasil pengkajian hasil konsultasi keluarga dengan dewasa hipertensi sejumlah 10 keluarga.
Kompetensi 1.1
Target/sasaran Keluarga dengan dewasa hipertensi
Metode Wawancara Pemeriksaan fisik Observasi
Waktu Minggu III s.d IV Februari 2012
Sumber Studi literatur Kader kesehatan Keluarga Ketua RT/RW
2
Melakukan analisis data dan menetapkan masalah keperawatan keluarga dengan dewasa hipertensi
Mengidentifikasi masalah keperawatan keluarga dengan dewasa hipertensi
Adanya rumusan masalah keperawatan keluarga dengan berdasarkan analisis masalah yang ada.
1.2
Keluarga dengan dewasa hipertensi
Konsultasi Diskusi Kunjungan rumah
Minggu IV Feb 2012
Studi literatur Supervisor Keluarga
3
Bersama keluarga merumuskan intervensi dalam upaya menangani masalah hipertensi
Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga dengan dewasa hipertensi bersama keluarga.
Adanya bukti fisik berupa rencana asuhan keperawatan keluarga dengan ditandatangani residen, keluarga dan supervisor.
1.3
Keluarga dengan dewasa hipertensi
Konsultasi Diskusi Kunjungan rumah 2 kali seminggu.
Minggu IV Feb 2012
Studi literatur Supervisor Keluarga.
4
Melakukan intervensi keperawatan keluarga berupa kognitif, afektif dan
Melaksanakan berbagai intervensi keperawatan yang telah disusun dan disepakati dengan keluarga.
Intervensi yang telah disusun dilakukan bersama keluarga sesuai dengan hasil
1.4
Keluarga dengan dewasa hipetensi
Simulasi Demonstrasi Diskusi.
Minggu 1 Maret s.d Minggu I Mei 2012
Studi literatur Supervisor Keluarga
1
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
perilaku : Penkes Couching Relaksasi progresif Latihan fisik
kesepakatan bersama.
5
Ujian keterampilan di keluarga
Mengevaluasi keterampilan yang telah dikuasai residen
Adanya kemampuan spesialistik mhs residensi dalam membina keluarga dengan dewasa hipertensi
Residen
pengkajian observasi wawancara
Maret s.d April 2012
Studi literatur Supervisor keluarga
6
Menilai hasil asuhan keperawatan keluarga berdasarkan tingkat kemandirian keluarga
Mengidentifikasi pencapaian kemandirian keluarga.
Pencapaian kemandirian keluarga berada pada tingkat III
Residen
Kunjungan rumah
Mei 2012
Studi literatur
7
Penyusunan dan penyerahan laporan akhir praktek residensi
Mendokumentasikan hasil kegiatan praktek residensi
Tersusunnya laporan akhir praktek residensi
Residensi
Konsultasi Diskusi
Mei 2012
Studi literatur
8
Sidang terbuka
Mensosialisasikan hasil kegiatan praktik residensi selama 1 tahun
Tersosialisasnya kegiatan inovasi dengan masukan dari peserta
Residensi Supervisor Praktisi akademisi
Studi literatur diskusi
Minggu III Juni 2012
Studi literatur
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
9
Sidang tertutup
Mempertanggungjawab kan hasil kegiatan praktek residensi
10
Penyerahan laporan KIA
Mendokumentasian
Terujinya hasil kegiatan praktek residensi
Residen Supervisor Tim penguji
Minggu I Juli 2012 Minggu II Juli 2012
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Studi literatur
Lampiran 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
DATA UMUM
Nama Tempat tanggal lahir Agama Pendidikan Terakhir Status Perkawinan Pekerjaan Alamat Rumah
II.
III.
: : : : : :
Yenni Dumai/ 12 Mei 1976 Islam Program Magister Keperawatan Menikah Dosen Kopertis Wilayah X dpk pada STIKes Fort De Kock Bukittinggi : Pasar Gelombang no 36A Kayutanam Sumatera Barat
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 2011
: Program Magister Keperawatan Komunitas FIK UI
2004
: Profesi Ners PSIK FK UNAND
2002
: S1 Keperawatan PSIK FK UNAND
1998
: D3 Keperawatan MERCUBAKTIJAYA Padang
1994
: SMAN 1 Dumai
1991
: SMPN 1 Duri
1988
: SDN No.007 Batang Serosa Duri
RIWAYAT PEKERJAAN □ Dosen Kopertis Wilayah X (2005 – sekarang)
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sesungguhnya. Depok, Juli 2012
Yenni
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012
Kelompok pendukung..., Yenni, FIK UI, 2012