8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Analisis Teoretis a. Pengertian hasil belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu/sekelompok
individu
dalam
suatu
ruangan/kelas
untuk
memperoleh pengetahuan yang berguna bagi dirinya sendiri, orang lain maupun masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat menimbulkan perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Sebagai istilah psikologi dan pendidikan, “belajar” dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah learning. Definisi belajar menurut psikologi bermacam-macam, tidak ada satu rumusan yang memuaskan semua pakar dan teoritis. Howard L Kingsleny medefinisikan belajar adalah proses ketika tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan (Baharudin : 2009 : 63). Sedangkan Hintzman (Muhibbin : 2010 : 65) berpendapat bahwa : Dalam bukunya The Psychology of learning and Memory belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme,manusia atau hewan, 8
9
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan dimana subjek belajar itu mengalaminya atau melakukannya dengan kata lain langsung berinteraksi terhadap apa yang dipelajarinya. 2. Pengertian Hasil Belajar Seorang peserta didik dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah laku peserta didik tersebut, yaitu perubahanperubahan tingkah laku yang menetap, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku pada peserta didik tersebut merupakan hasil belajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang penting karena dengan melihat hasil belajar yang diperoleh oleh seseorang dapat membantu kita untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan kita ambil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:391), menjelaskan bahwa “Hasil adalah pendapatan, perolehan, atau buah”. Sementara itu, Blom (dalam Harun Rasyid dan Mansur, 2007:13), mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil efektif”. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh oleh seseorang yang
10
mencakup peringkat, tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil efektif. Menurut Harun Rasyid dan Mansur (2007:13), menjelaskan bahwa “hasil belajar akan bermanfaat bagi masyarakat bila pada lulusan memiliki
perilaku
dan
pandangan
yang
positif
dalam
ikut
mensejahterakan dan menentramkan masyarakat”. Oleh karen itu, hasil belajar yang diperoleh oleh seseorang atau peserta didik hendaknya harus maksimal. Ada beberapa hal yang dapat menentukan hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik, yaitu “hasil belajar ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran” (Harun Rasyid dan Mansur, 2007:13). Dalam hal ini seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat besar karena pendidik juga dapat menentukan berkualiatas atau tidaknya sebuah proses pembelajaran salah satunya adalah yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik saat mengajar. b. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam sebuah pembelajaran, pemilihan model pembelajaran seharusnya relevan dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran hendaknya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pelaksanaan pembelajaran tersebut.
11
Menurut Agus Suprijono (2009 : 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, sedangkan menurut Husnaini (http://hoesnaeni.wordpress.com/bedastrategi-modelpendekatanmetode-dan
-teknik-pembelajaran/.
diakses
tanggal 2/05/2013) model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran
dipilih
berdasarkan
manfaat,
cakupan
materi
atau
pengetahuan, tujuan pembelajaran, serta karakteristik pembelajaran itu terjadi (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007:34).
c. Model Pembelajaran Scramble 1. Pengertian Menurut Widodo (2012) “model pembelajaran scramble adalah suatu model pembelajaran dengan membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia namun dengan susunan yang acak dan peserta didik bertugas mengoreksi jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat”. Menurut Hanafiah dan Suhana (2011) “model pembelajaran Scramble bersifat aktif, peserta didik dituntut aktif bekerja sama serta bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan kartu soal guna memperoleh poin dan diharapkan dapat meningkatkan kebersamaan
12
peserta didik”. Dalam pembelajaran scramble, guru hendaknya sebagai pembimbing harus bersikap terbuka, ramah, dan sabar. Menurut Suyatno (2009), “Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu”. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa pembelajaran model scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kreativitas serta kerjasama peserta didik dalam kelompok. Model ini memberikan sedikit sentuhan permainan acak, dengan harapan dapat menarik perhatian peserta didik.
2.
Tujuan Model Pembelajaran Scramble Menurut Suyatno (2009), tujuan model pembelajaran Scramble yaitu: a) untuk memeriksa pemahaman peserta didik tentang pelajarannya. b) untuk mempraktikan dan menguasai topik yang diajarkan sebelum mereka harus pindah ke topik yang diajarkan sebelum mereka harus pindah ke topik berikutnya. c) untuk mengklarifikasikan pemikiran dan pemahaman mereka tentang konsep yang diajarkan.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Scramble a. Menurut Suyatno (2009), Kelebihan Model pembelajaran Scramble : 1) Memudahkan mencari jawaban, karena pilihan jawaban telah tersedia.
13
2) Mendorong peserta didik untuk belajar mengerjakan soal tersebut, karena divariasikan dengan bermain. 3) Semua peserta didik terlibat, karena diperlukan kerjasama dalam menyelesaikan. 4) Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. 5) Melatih untuk disiplin, karena menggunakan ketepatan waktu dalam mengerjakan. b. Menurut Suyatno (2009), Kekurangan model pembelajaran scramble : 1) peserta didik kurang berfikir kritis, karena pilihan jawaban telah tersedia. 2) Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya, karena soal sama. 3) Mematikan kreatifitas peserta didik, karena peserta didik hanya menerima model pembelajaran yang telah disediakan pendidik, sehingga kreativitas peserta didik kurang disalurkan 4) peserta didik tinggal menerima bahan mentah, karena guru telah menyediakan medianya. 4. Langkah -langkah Pembelajaran Model Scramble Pembelajaran dengan model scramble memiliki kesamaan dengan model
pembelajaran
kooperatif
lainnya,
yaitu
peserta
didik
dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,
14
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, pernyataan ini diungkapkan oleh Lestari (2009) dalam (www.ai_lestariblogspot.com). Menurut Suyatno (2011) menyebutkan tahapan pembelajaran Scramble adalah sebagai berikut: 1. Membuat kartu soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada peserta didik. 2. Membuat kartu jawaban dengan diacak. 3. Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai jawaban soal-soal pada kartu soal. 4. Sajikan materi. 5. Guru menyajikan materi ajar kepada peserta didik. 6. Bagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok. 7. Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban sebagai pilihan jawaban soal-soal pada kartu soal. 8. peserta didik berkelompok mengerjakan kartu soal. 9. peserta didik berkelompok dan saling membantu mengerjakan soal-soal yang ada pada kartu soal. 10. peserta didik mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal. 11. peserta didik mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan memasangkannya pada kartu soal. d. Pengertian Matematika Menurut Karso (dalam Ruseffendi, 2008: 39) bahwa :
15
pelajaran matematika berasal dari bahasa Yunani “ Mathein” atau “Mathenein” artinya “Mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungannya dengan kata sansekerta “Medha” atau “Widya” yang artinya “Kepandaian” atau “Intelegensi”. Menurut Ruseffendi (2008:39) menyatakan bahwa, “ Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisidefinisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum “. Selain itu Reys (dalam Karso 1984) mengatakan bahwa : “ Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikiran, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat” Karso, (dalam Ruseffendi 2008 : 40 ). Ada juga menurut Kline (dalam Ruseffendi, 1973 ) yang dikutip Karso dkk bahwa : “Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia memahami, menguasai permasalah sosial, ekonomi, dan alam”. Dari pernyataan para ahli matematika di atas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penalaah bentuk-bentuk atau struktur - struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlakukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. e. Pengertian Pecahan dan Pemahaman Konsep Pecahan 1. Pengertian Operasi Hitung Pecahan a) Pengertian Operasi
16
Menurut Baharudin Shamsudin, (2007:92) “Pengertian operasi adalah : 1) Pengolahan dua atau lebih unsur-unsur matematika seperti bilangan dan himpunan, 2) Pengerjaan hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian adalah pengolahan dua bilangan yang akan menghasilkan bilangan ketiga, seperti contoh berikut : Penjumlahan (+) 3+5 = 8 Pengurangan (-) 7–2 = 5 Perkalian (x) 4x6 = 24 Pembagian (:) 28 : 7 = 4
b) Pengertian Hitung Menurut Baharudin Shamsudin, (2007:50) pengertian hitung adalah : 1) Perhitungan suatu soal matematika dengan menggunakan satu atau lebih operasi perkalian, pembagian, penjumlahan, atau pengurangan. 2) Pengerjaan berhitung. c) Pengertian Pecahan Menurut Baharudin Syamsudin, (2007:96-97) pengertian pecahan adalah : 1) Sebagian dari sebuah benda. 2) Sebagian dari suatu/satu himpunan Pecahan dapat digolongkan menjadi 3 bagian : 1) Pecahan Biasa Pecahan biasa adalah pecahan dengan pembilang dan penyebut merupakan bilangan bulat dan penyebut bukan nol. Contoh :
3 5
17
2) Pecahan Campuran Pecahan campuran adalah bilangan yang dinyatakan sebagai gabungan suatu bilangan bulat dan satu bilangan pecahan dapat juga ditulis menjadi pecahan biasa Contoh :
3
1 7 = 2 2
Pecahan campuran
Pecahan biasa
3) Pecahan Desimal Pecahan desimal adalah pecahan yang ditulis dalam bentuk desimal. Contoh : 3 = 0,3 10 = 0,3 Pecahan biasa
Pecahan desimal
Jadi jika dilihat dari berbagai pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan pengertian operasi hitung yaitu: pengolahan
bilangan-bilangan
dengan
cara
menghitung
sebagian dari sebuah benda atau himpunan. 2. Jenis /Bentuk Bilangan Pecahan a. a/b, dengan b ≠ 0,a disebut pembilang dan b disebut penyebut b. C a/b, dengan b ≠ 0 dan C bilangan bulat disebut pecahan campuran ( Musnedi, 2007:5) 3. Ciri-ciri Orang yang Paham Operasi Hitung Pecahan Setelah melihat berbagai pengertian dari para ahli diatas maka peneliti dapat menyimpulkan ciri-ciri orang yang paham operasi hitung pecahan. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
18
a. Paham arti pecahan biasa. b. Paham arti pecahan campuran. c. Paham arti pecahan desimal. Ciri-ciri orang yang mampu mengerjakan operasi hitung pecahan setelah melihat berbagai pengertian dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan ciri-ciri orang yang mampu mengerjakan operasi hitung pecahan. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut : a.
Mampu mengerjakan soal yang berkaitan dengan pecahan.
b.
Dapat membedakan pembilang dan penyebut yang merupakan bilangan bulat dan berpenyebut bukan nol.
c.
Dapat mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa.
d.
Dapat mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa kemudian diubah lagi kepecahan desimal.
Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar Pembelajaran pecahan di sekolah dasar adalah sebagai berikut : a.
1 3 1 3 4 2 2 2 2
b.
3
c.
1 2 1 2 3 3 2 1 3 8 8 8 8
d.
4 3 43 1 6 6 6 6
e.
3 1 2 2 1 1 4 4 4
2 1 2 1 3 3 3 4 4 4 4
19
Dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut yang sejenis, hanya pembilangnya saja yang dijumlahkan sedangkan penyebutnya tetap, lain halnya dengan yang berpenyebut tidak sama, terlebih dahulu harus disamakan penyebutnya dengan syarat penyebut tersebut harus dapat membagi penyebut yang tidak sama (Rina Armaini, 2004:106). B. Kerangka Berpikir Dengan
menggunakan
model
pembelajaran
scramble
pada
pembelajaran matematika di SD, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Disini dalam pelaksanaannya mengharuskan peserta didik untuk aktif. Setiap model pembelajaran memiliki kekurangankekurangan, tetapi kekurangan itu jangan menjadikan suatu kendala, melainkan sebagai cara kita untuk mengantisipasi. Dan kelebihan-kelebihan yang ada pada model pembelajaran sebagai acuan kita untuk menjadikan pembelajaran yang lebih aktif dan lebih baik lagi. Dengan berpartisipasi secara langsung peserta didik akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Dalam suatu pembelajaran dimana peserta didik berperan aktif, yakni pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan memancing keaktifan peserta didik dengan adanya aktivitas yang dilakukan dengan model scramble yaitu membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia namun dengan susunan yang acak dan peserta didik bertugas mengoreksi jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat. Menurut Kurt Lewin dalam (Suharsimi Arikunto, 2010:92) model penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah yaitu :
20
1. Perencanaan atau planning 2. Tindakan atau acting 3. Pengamatan atau observing 4. Refleksi atau reflecting Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang “siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri dari penel penelitian itian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus buatan hanya satu kali intervensi intervens saja. Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt Lewis akan tergambar dalam bagan lingkungan seperti berikut ini :
PERENCANAAN
PERLAKUAN
REFLEKSI
PENGAMATAN
Gambar 1 Skema Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan skema di atas berikut penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan
21
Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi masalah dan menetapkan pemecahan masalah tentang hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran scramble. 2. Tahap perlakuan Pada tahap ini peneliti menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan
model
pembelajaran
scramble
dengan
skenario
pembelajaran yang telah disusun. 3. Tahap pengamatan Pada tahap ini peneliti mengobservasi tindakan yang dilakukan dengan menggunakan format yang telah dikembangkan pada perencanaan dan member hasil pelaksanaan. 4. Tahap refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi tindakan dan melakukan pertemuan untuk membahas hasil. Menurut Frankel and Wallen (2006:567) dalam Supriatna Endang Kasupardi Abdul Aziz (2009:22) misalnya mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan
praktik-praktik
pembelajaran
dikelas
secara
profesional. Definisi lain yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Kemmis (dalam Supriatna Endang Kasupardi Abdul Aziz, 2009:22) bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebagai bentuk kajian yang bersifat
22
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan itu dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi tempat praktek pembelajaran itu dilakukan. C. Hipotesis Menurut Sutrisno Hadi (dalam Suharsimi Arikunto, 2006 : 71) ‘Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul’. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu “penerapan model pembelajaran scramble dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi operasi hitungan pecahan kelas IV di SDN 9 Palangka.