HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KELURAHAN TARATARA KECAMATAN TOMOHON BARAT Vera A. Mongdong* Jimmy Posangi** Odi R. Pinontoan*** * Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi *** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK Salah satu penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah rabies. Penyakit Rabies merupakan penyakit fatal dengan Case Fatality Rate (CFR) 100%. Penduduk di Kelurahan Tara tara yang mayoritas adalah suku Minahasa memiliki kegemaran untuk memelihara anjing sehingga besar kemungkinan untuk mendapat gigitan dari anjing yang dipeliharanya atau gigitan dari anjing yang dibiarkan bebas berkeliaran. Dengan situasi masyarakat yang demikian maka lalu lintas anjing sangat sulit diawasi sehingga memiliki risiko tertular rabies dari anjing yang menderita rabies. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis factor internal (pengetahuan,sikap) dan eksternal (sumber informasi, anjuran petugas kesehatan dan anjuran tokoh masyarakat ) pemilik anjing dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies di Kelurahan Taratara Kecamatan Tomohon Barat. Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode analitik menggunakan desain cross sectional. Data primer diambil dari 96 responden dengan wawancara langsung. Data sekunder diambil dari dari dokumen maupun arsip yang berada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon, Puskesmas Taratara, Dinas Peternakan, dan Kantor Kelurahan.Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, sumber informasi, anjuran petugas kesehatan dan anjuran tokoh masyarakat, variabel dependen yaitu pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies. Data dianalisis secara deskriptif melalui perhitungan statistic uji chi square dengan signifikansi ρ<0,05 menggunakan bantuan program komputer SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), terdapat hubungan antara sikap dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), terdapat hubungan faktor sumber informasi dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), terdapat hubungan faktor anjuran tenaga kesehatan dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), demikian juga terdapat hubungan faktor anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,007). Kesimpulan dalam penelitian ini ialah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, faktor sumber informasi, anjuran tenaga kesehatan, anjuran tokoh masyarakat, dengan pemeliharaan anjing yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya penyakit rabies. Disarankan perlunya upaya promosi kesehatan dan sosialisasi atau penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat tentang penyakit rabies dan pencegahannya dan kepada masyarakat dan bagi masyarakat Kelurahan Taratara Agar selalu menambah pengetahuan mengenai penyakit rabies dan cara pencegahannya serta merubah sikap dan perilaku dengan melakukan tindakan pencegahan penyakit rabies melalui cara pemeliharaan yang baik dan benar.
ABSTRACT One of the infectious diseases that still an issue around the world, including in Indonesia, is rabies. Rabies is a fatal disease with 100% Case Fatality Rate (CFR). Majority of residents in Taratara village are Minahasan people who have a favor for raising a dog so it is likely to get a bite from a dog that was raised or from a dog that was left free to roam. With that kind of situation, the dog traffic will be very difficult to control so it will increase the risk of acquiring rabies from a dog suffering from rabies. The purpose of this study was to analyze the internal factors (knowledge, attitudes) and external (resources, advocacy of health workers and community leaders’ suggestion) of the dog owners with the raising of dogs in an effort to prevent rabies in the Taratara village West Tomohon sub district. The type of this study was the analytical method using cross sectional design. Primary data were taken from 96 respondents by direct interview. Secondary data were taken from the
10
document archives of the North Sulawesi Provincial Health Office, Department of Health and Social of Tomohon City, Taratara Community Health Center, Department of Animal Husbandry, and the Village Office. Independent variables were knowledge, attitudes, resources, advocacy of health workers and community leaders’ suggestion while dependent variable was the raising of dogs in an effort to prevent rabies. Data were analyzed descriptively by using chi square test with significance value (ρ <0.05) using the SPSS computer program. Results showed that there was a significant association between knowledge and raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0,000), there was a significant association between attitudes and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0,000), there was a significant association between resources and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0,000), there was a significant association between advocacy of health workers and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0.000), and there was a significant association between community leaders’ suggestion and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0.007). Conclusion of this study is that there was a significant relationship between knowledge, attitudes, resources, advocacy of health workers, community leaders’ suggestion and the raising of dogs in an effort to prevent rabies. Suggestion that can be given is the need for health promotion efforts and constant outreach or extension to the public about rabies and its prevention and for the people of the Taratara village is to always increase knowledge about rabies and its prevention as well as changing attitudes and behaviors by conducting preventive measures of rabies through the good and right way of raising dogs.
penular rabies secara nasional masih cukup
PENDAHULUAN Salah satu penyakit menular yang
tinggi setiap tahunnya. Di Indonesia kasus
masih menjadi permasalahan di seluruh
rabies pertama kali dilaporkan di Jawa Barat
dunia termasuk Indonesia adalah rabies.
tahun 1889 pada anjing dan pada manusia di
Penyakit Rabies merupakan penyakit fatal
tahun
dengan angka kematian sebesar 100% atau
menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia
Case Fatality Rate (CFR) 100%. World
(Buletin Penyakit Zoonosis, 2013). Di
Health organization (WHO) menyatakan
Indonesia
bahwa sekitar 55.000 ribu orang pertahun
dilaporkan di Jawa Barat tahun 1889 pada
meninggal karena penyakit rabies dan 95 %
anjing dan pada manusia di tahun 1894,
jumlah itu berasal dari Asia dan Afrika.
setelah itu rabies mulai menyebar ke
Sebagian besar dari korban yaitu sekitar
berbagai wilayah di Indonesia( Buletin
40% terdiri dari anak anak usia di bawah 15
Penyakit Zoonosis, 2013). Secara nasional
tahun. Penyebaran rabies ini disebabkan
propinsi yang belum terbebas dari penyakit
gigitan anjing yang terkena rabies. Kematian
rabies adalah urutan pertama oleh Bali
umumnya disebabkan oleh karena tidak
dengan kasus gigitan HPR sebanyak 37.066
adanya perlakuan atau kurangnya perlakuan
kasus dengan kematian 1 kasus pada
yang baik (Post Exposure Treatment) dari
manusia, urutan kedua Riau dengan kasus
korban yang terkena rabies (WHO,2013)
gigitan HPR sebanyak 5106 kasus dengan
1894,
setelah
kasus
itu
rabies
rabies
pertama
mulai
kali
Penyakit rabies merupakan salah
kematian sebanyak 12 kasus, urutan ketiga
satu penyakit yang menjadi prioritas secara
NTT sebanyak 5067 kasus dengan kematian
nasional dimana jumlah kasus gigitan hewan
6 kasus, Sumatera Utara sebanyak 3037
11
kasus dengan kematian sebanyak 8 kasus
dibiarkan bebas berkeliaran. Dengan situasi
dan Sulawesi utara dengan kasus gigitan
masyarakat yang demikian maka lalu lintas
HPR sebanyak 2729 kasus dengan kematian
anjing
pada manusia sebanyak 30 kasus (Kemenkes
memiliki risiko tertular rabies dari anjing
RI, 2014).
yang menderita rabies.
sangat
sulit
diawasi
sehingga
Kota Tomohon merupakan salah satu kota/kabupaten di Sulawesi utara yang
METODE
menempati posisi 6 terbanyak kasus gigitan HPR.
Berdasarkan
laporan
dari
Jenis
penelitian
ini
merupakan
dinas
penelitian analitik menggunakan desain
kesehatan dan social kota Tomohon dimana
cross sectional. Penelitian dilaksanakan di
tahun 2015 kasus gigitan HPR sebanyak 256
kelurahan Tara Tara pada bulan Desember
dan yang di beri VAR sebanyak 72 orang.
2015 sampai bulan Maret 2016.
Hasil pengamatan penulis di Kelurahan Tara
Populasi dalam penelitian ini adalah
Tara dijumpai banyak anjing berkeliaran
seluruh pemilik anjing di Kelurahan Tara
secara bebas. Penduduk di Kelurahan Tara
Tara yang berjumlah 221 Keluarga. Sampel
tara yang mayoritas adalah suku Minahasa
adalah sebagian atau wakil populasi yang
memiliki
diteliti. Besar sampel dalam penelitian ini
kegemaran
untuk
memelihara
anjing sehingga besar kemungkinan untuk
dihitung
mendapat
(Lemeshow,1998)
gigitan
dari
anjing
yang
dengan
menggunakan
dipeliharanya atau gigitan dari anjing yang NZ²a/2 P(1-P) n= (N-1)d² + Z²a/2 P(1-P)
221 x 1,96 x 0,25(1-0,25) n= (221-1)0,005²+1,96x0,25(1-0,25) 81,21755 n= 0,9175 n = 88 n = 88 + (10%x88) n = 96 orang sebagai responden Keterangan : n
= Perkiraan besar sampel
Z²a/2 = Standar deviasi normal 1,96 untuk α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95 %) P
= Proporsi untuk sifat tertentu yang terjadi pada individu ditentukan 25%
N
= Besar populasi
12
rumus
Cara pengambilan sampel dilakukan secara
dengan menggunakan program komputer,
acak sederhana (simple random sampling).
untuk mengetahui hubungan antara variabel
Metode
dan
pengumpulan
data
bebas
(Pengetahuan,
sikap,
sumber
meliputi data primer yang diperoleh melalui
informasi, anjuran petugas kesehatan dan
wawancara langsung pada responden oleh
anjuran tokoh masyarakat) dengan variabel
peneliti dan mengacu pada variabel yang
terikat (pemeliharaan anjing dalam upaya
diteliti.
dari
mencegah rabies) sehingga akan diketahui
dokumen atau arsip yang ada di dinas
variabel mana yang mempunyai hubungan
kesehatan propinsi Sulawesi utara, dinas
yang signifikan
kesehatan
yang digunakan adalah uji Chi Square
Data
sekunder
kota
diperoleh
tomohon,
Puskesmas
Taratara, Dinas peternakan dan kantor
secara statistik. Analisis
dengan nilai p < 0,05.
kelurahan. Analisis data yang dilakukan perilaku termasuk perubahan dari yang tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
baik menjadi baik. Untuk itu perlu adanya
Hubungan antara pengetahuan dengan pemeliharaan anjing dalam mencegah rabies Hasil dalam penelitian ini
upaya pemberian pengetahuan uang terus
menunjukkan bahwa dari total 96 responden
pengetahuan
yang
32
kesadaran akan pentingnya pemeliharaan
pemeliharaan
anjing yang benar dalam upaya mencegah
dilakukan
penelitian
responden
(69,9%)
anjingnya
kurang
yang baik
terdapat
kepada
masyarakat
ataupun
pemelihara anjing sehingga dapat menambah mereka
dan
menimbulkan
memiliki
rabies. Upaya masyarakat dalam mencegah
pengetahuan yang kurang baik, dan dari
rabies kadang belum dapat langsung di lihat
hasil analisis bivariat dengan chi square
karena sikap merupakan kesiapan atau
diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α<0,05),
kesediaan untuk bertindak bukan merupakan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pelaksanaan
hubungan pengetahuan responden dengan
sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi
pemeliharaan
kadang ditafsirkan terlebih dahulu dalam
anjing
juga
menerus
dalam
upaya
motif
tertentu.
Manifestasi
pemcegahan kejadian rabies. Hal ini sesuai
perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003)
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hubungan
Moningka dkk (2013) yang mendapatkan
pemeliharaan anjing dalam mencegah
bahwa
rabies
pengetahuan
masyarakat
berhubungan terhadap pemeliharaan anjing
Hasil
antara
dalam
sikap
dengan
penelitian
ini
yang juga berhubungan langsung dengan
menunjukkan bahwa dari total 96 responden
pencegahan rabies dari masyarakat.
yang
dilakukan
penelitian
responden
dan
seseorang
anjingnya kurang baik juga memiliki sikap
terhadap objek
yang kurang baik, dan dari hasil analisis
tertentu, pengetahuan dapat menjadikan
bivariat dengan chi square diperoleh nilai p
seseorang mampu melakukan perubahan
sebesar 0,000 (α<0,05), sehingga dapat
terjadi
setelah
melakukan penginderaan
13
yang
36
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
(78,3%)
terdapat
pemeliharaan
disimpulkan bahwa ada hubungan sikap
dalam upaya pemcegahan kejadian rabies.
Hubungan sumber informasi dengan pemeliharaan anjing dengan pencegahan rabies. Hasil dalam penelitian ini
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
menunjukkan bahwa dari total 96 responden
yang dilakukan oleh Hontong (2012) yang
yang
menyatakan ada hubungan antara sikap
responden
responden dengan tindakan pencegahan
anjingnya kurang baik juga mendapatkan
rabies.
sumber informasi yang kurang baik, dan dari
responden
dengan
Pendapat
pemeliharaan
yang
dilakukan
penelitian
(71,7%)
terdapat
yang
32
pemeliharaan
dengan
hasil analisis bivariat dengan chi square
penelitian ini dikemukakan oleh Moningka
diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α<0,05),
dkk (2013) bahwa tidak terdapat hubungan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
yang
hubungan
bermakna
pemeliharaan
berbeda
anjing
antara
anjing
sikap
dalam
dengan
sumber
informasi
responden
pencegahan
dengan pemeliharaan anjing dalam upaya
rabies. Hubungan antara sikap dan tindakan
pencegahan kejadian rabies. Hal yang sama
pencegahan rabies yang dilakukan oleh
didapatkan
masyarakat
dengan
Tahulending, dkk (2014) dimana terdapat
pengetahuan yang diperoleh masyarakat,
hubungan yang bermakna antara sumber
juga informasi yang diperoleh. . Sikap
informasi
responden yang baik tidak selalu tampak
rabies.
sangat
berkaitan
dari
dengan
hasil
penelitian
tindakan
pencegahan
dalam perilaku yang baik pula yang dapat
Perubahan perilaku harus disertai
menghindarkan responden dari kejadian
sumber informasi yang jelas dan diberikan
penyakit.
dengan intensif karena perubahan perilaku
Terjadinya kasus rabies bukan karena
yang terjadi tidak atau belum didasari oleh
dipengaruhi oleh sikap saja namun dapat
kesadaran
dipengaruhi oleh pengetahuan dan tindakan.
informasi-informasi tentang cara mencapai
Pentingnya pemberian pengetahuan yang
hidup sehat,cara pemeliharaan kesehatan,
berkesinambungan
dengan
cara menghindari penyakit rabies , dan
bahaya penyakit rabies kepada pemelihara
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
anjing
dapat
masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya
menimbulkan kesadaran mereka sehingga
dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan
masyarakat dapat merubah sikap mereka
menimbulkan
dalam
melakukan
anjing
akhirnya menyebabkan orang berperilaku
dalam
upaya
rabies.
sesuai
dan
sehubungan
masyarakat
agar
pemeliharaan
untuk
mencegah
sendiri.
Dengan
kesadaran
dengan
memberikan
mereka,
pengetahuan
dan
yang
Keyakinan masyarakat terhadap terjadinya
dimilikinya.
kasus rabies yang ditularkan lewat gigitan
karakter individu dalam melakukan evaluasi.
Hubungan anjuran tenaga kesehatan dengan pemeliharaan anjing dengan pencegahan rabies. Hasil dalam penelitian ini
Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
menunjukkan bahwa dari total 96 responden
tindakan (Notoadmojdo, 2003).
yang
hewan penyebab rabies dipengaruhi oleh
14
dilakukan
penelitian
terdapat
32
responden
(69,6%)
yang
pemeliharaan
suatu upaya baik moril dan materiil yang di
anjingnya kurang baik juga mendapatkan
lakukan oleh tenaga kesehatan yang mampu
anjuran tenaga kesehatan yang kurang baik,
mempengaruhi
dan dari hasil analisis bivariat dengan chi
menggerakkan
square diperoleh nilai p sebesar 0,000
kesehatan (Sarwono,2003).
(α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
anjing
Hubungan anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan anjing dengan pencegahan rabies. Hasil dalam penelitian ini
dalam upaya pemcegahan kejadian rabies.
menunjukkan bahwa dari total 96 responden
Hasil penelitian oleh Tahulending dkk
yang
(2015) dikatakan bahwa terdapat hubungan
responden
yang bermakna antara peranan petugas
anjingnya kurang baik juga mendapatkan
kesehatan dengan pencegahan rabies.
anjuran tokoh masyarakat yang kurang baik,
ada hubungan anjuran tenaga kesehatan responden
dengan
pemeliharaan
masyarakat prilaku
dilakukan
positif
penelitian
(34,8%)
yang
dan terhadap
terdapat
16
pemeliharaan
Anjuran petugas masyarakat terhadap
dan dari hasil analisis bivariat dengan chi-
pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah
square diperoleh nilai p sebesar 0,003
rabies tergantung dari cara penerimaan
(α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
setiap orang, dimana dalam menerima
ada hubungan anjuran tokoh masyarakat
anjuran dari petugas kesehatan setiap orang
responden
mempunyai kesadaran dan persepsi yang
dalam upaya pencegahan kejadian rabies.
berbeda
menimbulkan
Penelitian yang dilakukan Sudarshan (2012)
perbedaan dalam pemeliharaaan anjing.
mengenai Rural Rabies Prevention Project
Perubahan perilaku dari yang tidak baik
mendapati peran tokoh masyarakat pada
menjadi
berbagai
beda
baik
sehingga
dapat
dipengaruhi
oleh
dengan
kegiatan
pemeliharaan
tingkat
anjing
masyarakat
berbagai hal termasuk dari informasi yang
dilakukan termasuk peran tokoh masyarakat
jelas dan diberikan oleh pihak yang lebih
pada
tahu dan kompeten.
mengenai pencegahan dan pengendalian
Informasi ini dapat diberikan oleh
sikap
dan
praktek
masyarakat
manusia dan hewan rabies.
petugas kesehatan dimana petugas kesehatan
Sebagai salah satu aspek budaya
mengetahui dengan jelas bagaimana cara
tokoh masayarakat sangat berperan dalam
pencegahan
karena
kehidupan
masyarakat
dan
dalam
mengambil
peran
dalam
seseorang
penyakit yang
rabies
berkompeten
strategis
dapat hal
bidangnya dapat memberikan sugesti kepada
pencegahan penyakit rabies dengan terus
oranglain dan akan lebih mudah di terima,
melakukan sosialisasi mengenai pencegahan
dapat menimbulkan rasa percaya bahwa apa
penyakit rabies dalam masyarakat. Dimana
yang di informasikan itu benar karena sesuai
anjuran dapat dilakukan dalam pertemuan-
dengan bidangnya sehingga pendapatnya
pertemuan atau kegiatan bermasyarakat.
dapat di terima dimana pendapat yang diberikan itu mengandung unsur unsur yang baik.
Anjuran petugas kesehatan adalah
15
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Tahulending J.M.F, G.D Kandow, B. Ratag (2015) Faktor faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit rabies di kelurahan makawidey kecamatan aertembaga kota Bitung. Jurnal Jikmu Vol.5 no.2 ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu /article diakses 1 Mei 2016. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Cetakan 3, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudarshan, M.K (2013).Rural Rabies Prevention Project - A ‘One Health’ Experiment in India: An Overview, International Journal of TROPICAL DISEASE & Health, 2013www.sciencedomain.org, diakses 2 Mei 2016.
Daftar Pustaka Sudarshan, M.K (2013).Rural Rabies Prevention Project - A ‘One Health’ Experiment in India: An Overview, International Journal of TROPICAL DISEASE & Health, 2013www.sciencedomain.org, diakses 2 Mei 2016. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Cetakan 3, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. World Health Organization (WHO). (2013). Media Center Rabies Strategis For The Control And Elimination of Rabies in Asia. Report of WHO interregional Consultation Geneva Switzerland: 1-19, diakses 2 Mei 2016. Kementrian Kesehatan RI, (2014) Data Rabies Nasional. Subdit Pengendalian Zoonosis Direktorat PPBL, Ditjen PP & PL. Moningka, F., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pemilik Anjing Dengan Tindakan Pencegahan Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Ongkau Kabupaten Minahasa Selatan. Skripsi. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Samratulangi Manado http://ejournal. unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article di akses 1 Mei 2016. Notoatmodjo,S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
16