76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Letter of Comfort merupakan surat pernyataan yang memuat janji dari
penerbitnya bahwa yang bersangkutan akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada kondisi yang telah ditentukan, adapun tujuan dari penerbitan Letter of Comfort tersebut adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada penerimanya sehingga tujuan atau transaksi bisnis yang hendak dilakukan dapat terlaksana. Berdasarkan pengetahuan penulis Letter of Comfort belum diatur secara jelas dalam hukum positif Indonesia oleh karenanya penerbitan Letter of Comfort masih bersifat free format dan mengacu kepada keinginan para pihak bagaimana suatu Letter of Comfort dapat berlaku. Letter of Comfort dilihat dalam hukum perjanjian Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian sepihak yang menimbulkan perikatan sehingga sama sifatnya sebagai suatu kontrak. Hukum perjanjian Indonesia menganut sistem terbuka artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketentuan umum dan keasusilaan (freedom to contract). Hukum perjanjian tidak mengatur bagaimana suatu kontrak harus dibuat asas kebebasan berkontrak akan selalu memungkinkan bentuk-bentuk serta ukuran kontrak tersebut hadir dengan tampilan
77
bentuk dan ukuran yang tidak selalu seragam walaupun kontrak tersebut sama-sama mengatur hak dan kewajiban untuk suatu objek ataupun prestasi yang sama. Dalam suatu kegiatan masyarkat yang sederhana kontrak dapat dibuat hanya secara lisan dan dapat dilaksanakan sepanjang para pihak beritikad baik untuk melaksakan janjinya tersebut. Oleh karenanya Letter of Comfort juga merupakan suatu kontrak bagi para pihak meskipun Letter of Comfort hanya mengatur kewajiban salah satu pihak yaitu si penerbit Letter of Comfort tersebut. Kekuatan hukum Letter of Comfort sebagai suatu kontrak yang dibuat secara sepihak memiliki kekuatan hukum yang lebih lemah jika dibandingkan dengan kontrak yang dibuat dengan mencantumkan hak dan kewajiban para pihak, karena Letter of Comfort tidak mengatur secara detil hak dan kewajiban para pihak. Oleh karenanya jika terjadi sengketa di antara para pihak membutuhkan usaha lebih untuk mengintepretasikan maksud dari isi Letter of Comfort tersebut, karena keterbatasan isi dari Letter of Comfort. Penggunaan Letter of Comfort sebagai suatu instrumen yang dapat memberi rasa nyaman kepada penerimanya sering kali dianggap sebagai suatu jaminan. Letter of Comfort berbeda dengan jaminan karena hukum jaminan Indonesia bersifat tertutup artinya setiap orang tidak dapat membuat peraturan mengenai jaminan baru selain yang telah diatur oleh undang-undang, hal ini berbeda dengan sifat hukum perjanjian yang memiliki sifat terbuka. Sebagai suatu jaminan Letter of Comfort tidak
78
memenuhi asas jaminan di indonesia, Letter of Comfort dibuat atas kesepakatan para pihak dan bergantung bagaimana para pihak menafsirkan Letter of Comfort tersebut. Risiko kredit merupakan risiko yang paling rigid yang akan selalu melekat kepada bank, hal ini dikarenakan fungsi utama bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Pentingnya peran bank dalam ekonomi suatu Negara membuat bank harus dapat tumbuh secara sehat dan kuat, salah satu faktor penunjangnya adalah faktor permodalan bank, dengan faktor permodalan yang cukup bank akan mampu menjalankan operasionalnya dan dapat menentukan arah kebijakannya. Salah satu fungsi modal bagi bank adalah sebagai penyangga dana (buffer) bagi kredit bermasalah, semakin besar rasio kredit bermasalah suatu bank akan mempengaruhi rasio likuiditas hingga rasio permodalan suatu bank hingga pada akhirnya akan mengancam keberlangsungan suatu bank. Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator dan pengawas di bidang perbankan perlu melalakukan tindakantindakan guna penyelamatan bank bermasalah, salah satunya meminta komitmen pemegang saham dalam penyediaan bantuan likuiditas dan atau permodalan melalui penerbitan Letter of Comfort. Penggunaan Letter of Comfort sebagai suatu janji dari pemegang saham untuk membantu likuditas atau permodalah bank dalam hal terjadi kesulitan likuditas memiliki hambatan tersendiri, karena hukum korporasi menganut asas pertanggung jawaban terbatas. Para pemegang saham dapat melihat kegagalan dalam investasinya sebagai risiko bisnis yang memang mungkin dapat terjadi, sehingga pemegang saham
79
dapat mengatakan bahwa tanggung jawabnya sebagai pemegang saham hanya sebatas pada saham yang dimilikinya pada perseroan, sehingga tidak ada keharusan bagi pemegang saham untuk membantu likuiditas atau permodalan bank tersebut. Namun demikian Letter of Comfort dapat digunakan sebagai langkah konkrit untuk memberikan moral obligation bagi pemegang saham, sehingga para pemegang saham diharapkan dapat dengan serius dalam mengola investasinya mengingat perbankan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara, kegagalan suatu bank dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi suatu negara. B.
SARAN Berdasarkan peneilitian dilakukan penulis memiliki saran yang mungkin dapat
menjadi alternative dari pemberlakuan Letter of Comfort untuk menciptakan industri perbankan yang sehat, yaitu: 1. Pengaturan mengenai Letter of Comfort secara jelas perlu dilaksanakan karena frekuensi penggunaan Letter of Comfort terus meningkat, sifat Letter of Comfort yang free format, loose dan dapat ditafsirkan berdasaran kesepakatan para pihak dapat menimbulkan risiko hukum bagi pelaku industri perbankan di Indonesia. 2. Guna menciptakan industri perbankan yang sehat dari segi permodalan prinsip beneficiary owner sebagaimana yang di implementasikan pada konsep Know Your Customer perlu dilakukan, dengan demikian Otoritas
80
Jasa Keuangan akan mampu mengetahui lebih jauh sumber pendanaan investor dan menganalisis maksud dari investasi yang dilakukan investor, dengan demikian Otoritas Jasa Keuangan telah melakukan tindakan prefentif guna meminimalisir permasalahan yang dapat menganggu industry perbankan nasional dan menyelematkan perekonomian sebagai dampak dari adanya bank gagal.