Kedaulatan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Maritim Berbasis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
REKRISTALISASI AIR TUA GARAM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DIVERSIFIKASI PRODUK GARAM RAKYAT Dr. Bagiyo Suwasono1, Ali Munazid MT1, Prof. Dr. Sapto J. Poerwowidagdo2 1. Fakultas Teknik & Ilmu Kelautan, FTIK - UHT Surabaya, ftik.hangtuah.ac.id 2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, FISIP - UHT Surabaya, fisip.hangtuah.ac.id
[email protected] Anggota HAPPI Jawa Timur
ABSTRAK Saat ini pandangan masyarakat umum terhadap kegiatan produksi garam masih dianggap sebagai industri yang kurang menguntungkan dan tidak memerlukan tingkat keahlian apapun. Oleh karean itu pandangan ini memberikan dampak pada produk garam rakyat sebagai bahan baku belum mampu mencapai ketetapan mutu dan keseimbangan hasil produksi. Pengembangan teknologi evaporasi melalui metode rekristalisasi air tua garam rakyat dilakukan melalui (1) pengembangan unit rumah kaca dengan bahan baku dari sisa air tua garam yang berasal dari meja garam, dan (2) pengembangan unit evaporasi distilasi dengan bahan baku dari sisa air tua garam yang berasal dari air cuci garam krosok. Hasil akhir kedua unit tersebut diperoleh kristal garam mencapai kualitas 1 (satu) dengan NaCl mencapai 97%, garam cair dengan kadar NaCl ± 60%, dan air mineral dengan kualitas layak konsumsi. Kata kunci: rekristalisasi, air tua garam, diversivikasi produk garam
1. PENDAHULUAN Garam alami selalu mengandung senyawa Magnesium Klorida, Magnesium Sulfat, Magnesium Bromida, dan senyawa runut lainnya, sehingga warna garam selain merupakan Kristal transparan juga bisa berwarna kuning, merah, biru atau ungu. Garam banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam produk dan diestimasikan sekitar 14.000 produk menggunakan garam sebagai bahan tambahan (The Salt Manufacturer’ s Association, United Kingdom).
Gbr 1. Molekul NaCl atau Garam Sumber: Chemical Index, 1993
Menurut Dit. Industri Kimia Hilir (2009) menunjukkan bahwa garam dapat juga digunakan untuk pengasinan ikan,
industri khlor alkali, industri makanan, industri tekstil, penyamakan kulit, garam mandi/spa, perminyakan, farmasi dan perkebunan. Di sisi yang lain Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas lahan garam 43.052,10 Ha, tetapi sekitar 25.702,06 Ha (59,7%) dapat dimanfaatkan untuk memproduksi garam. Luas lahan garam tersebut tersebar dalam 10 propinsi, yaitu: Nanggroe Aceh Darusallam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Berdasarkan luas lahan tersebut, total produksi garam konsumsi tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 berturutturut sebesar 1,3 juta ton, 1,37 juta ton, 0,031 juta ton, dan 1,1 juta ton. Sedangkan total kebutuhan garam konsumsi tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 berturut-turut sebesar 2,89 juta ton, 2,96 juta ton, 3 juta ton, dan 3,4 juta ton. Di sisi yang lain sampai saat ini Indonesia belum mampu memproduksi garam industri, dimana kebutuhan garam industri tahun 2008 hingga 2011 mencapai 1,75 juta ton hingga 1,8 juta ton. Kondisi ini mendorong Indonesia untuk impor garam
Kedaulatan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Maritim Berbasis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
industri dari berbagai Negara, khususnya Australia dan India (Dahuri, 2012). Berdasarkan kondisi pemanfaatan luas lahan garam mencapai 25.702,06 Ha (59,7%) yang tersebar di 10 propinsi dan berbagai pemanfaatan macam produk garam yang diestimasi 14.000 produk, maka dilakukan upaya penelitian diversifikasi produk garam melalui rekristalisasi air tua garam.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN • Identifikasi Air Tua Garam Identifikasi air tua garam dilakukan pada lahan garam milik H. Amiril di lokasi kecamatan Pademawu Pamekasan Madura dan rancang bangun alat evaporasi bertingkat skala laboratorium dengan sistem tertutup maupun terbuka seperti ditampilkan pada Gambar 3.
2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk rekristalisasi air tua adalah sebagai berikut: Gbr 3. Model Evaporasi Skala Laboratorium Sumber: Suwasono, Munazid, Widodo, 2013
Air tua garam di lahan kristalisasi memiliki endapan kristal garam berwarna putih dan air tua hingga 310 Be yang berwarna kuning tua, dimana energi evaporasi menggunakan panas matahari dan angin dengan sistem terbuka seperti ditampilkan pada Tabel 1. Sedangkan kegiatan kristalisasi skala laboratorium hingga air tua garam mencapai 230 Be yang berwarna kuning muda memiliki endapan kristal garam berwarna putih bening bersih dan air kondensat seperti ditampilkan pada Tabel 2. Gbr 2. Alur Penelitian Air Tua Garam
•
•
Identifikasi Air Tua Garam Identifikasi air tua garam dilakukan pada meja garam dan air cuci garam, dimana kedua air tua tersebut akan diperlakukan sebagai bahan baku untuk proses rekristalisai dengan viskositas diantara 280 Be. Rekristalisasi Air Tua Garam Rekristalisasi dengan bahan baku dari air tua meja garam maupun air cuci garam dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: (1) Evaporasi energi matahari dengan perlakuan rumah kaca, dan (2) Evaporasi energi kayu bakar dengan perlakuan evaporasi-distilasi tertutup maupun terbuka.
Tbl 1. Uji Kimia Evaporasi Lahan Garam
Sumber : Suwasono, Munazid, Widodo, 2013 Tbl 2. Uji Kimia Evaporasi Skala Laboratorium
Sumber : Suwasono, Munazid, Widodo, 2013
Kedaulatan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Maritim Berbasis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
•
Rekristalisasi Air Tua Lahan Garam Bahan baku proses rekristalisasi air tua garam !280 Be diperoleh dari sisa air tua lahan kristalisasi milik H. Amiril di lokasi kecamatan Pademawu Pamekasan Madura, sedangkan proses rekristalisasi air tua garam melalui evaporasi energi matahari dengan perlakuan rumah kaca seperti ditampilkan pada Gambar 4.
Paciran Lamongan, sedangkan proses rekristalisasi air tua garam melalui evaporasi energi kayu bakar dan distilasi cooling tower seperti ditampilkan pada Gambar 5.
No. Paten Disc Mill S00201501148 No. Paten Wash Tank S00201508354
Gbr 4. Rekristalisasi Air Tua Lahan Garam
Hasil uji kimia untuk kristal garam dari proses rekristalisasi air tua garam melalui evaporasi energi matahari dengan perlakuan rumah kaca memiliki kadar NaCl !96%, harga jual mencapai Rp. 5.000,- per kilogram, dan produk ekspor ke Jepang. • Rekristalisasi Air Tua Cuci Garam Bahan baku proses rekristalisasi air tua garam !280 Be diperoleh dari sisa air cuci garam krosok milik H. Fathor Pademawu Pamekansan dan kegiatan rekristalisasi dilakukan di lokasi Litbang Garam Samudra
No. Paten Evap-Dist P00201508023 Gbr 5. Rekristalisasi Air Tua Cuci Garam
Hasil uji kimia untuk kristal garam dari proses rekristalisasi air tua cuci garam melalui evaporasi energi kayu bakar dengan perlakuan evaporasi-distilasi tertutup
Kedaulatan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Maritim Berbasis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
maupun terbuka dengan memiliki 3 (tiga) produk, yaitu: (1) kristal garam dengan kadar NaCl !97%, garam cair dengan kadar NaCl !60%, dan air mineral. 4. KESIMPULAN Proses rekristalisasi air tua garam melalui evaporasi energi matahari dengan perlakuan rumah kaca maupun evaporasi energi kayu bakar dengan perlakuan evaporasi-distilasi tertutup maupun terbuka memiliki hasil berupa kristal garam kualitas 1 (satu) dengan kadar NaCl mencapai 97% dimana harga jual ekspor Jepang mencapai kisaran Rp. 5.000,- per kilogram (jika dibandingkan dengan garam rakyat pada kadar NaCl !93% memiliki harga jual lokal mencapai Rp. 650,- per kilogram), garam cair dengan kadar NaCl !50%, dan air mineral layak konsumsi. 5. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih ditujukan kepada: (1) Direktorat Jenderal Penguatan Riset & Pengembangan Kemenristekdikti dan LPPM Universitas Hang Tuah dalam Skema Hibah Penelitian MP3EI Tahun 2014~2016, (2) Puslitbang Sumberdaya Laut & Pesisir Balitbang KP Kementerian Kelautan dan Perikanan, (3) Drs. H. Amiril, M.Si melalui Lahan Garam Pademawu Pamekasan, dan (4) Hj. Biyati Ahwarumi, SE. M.Ak melalui UD. Garam Samudra Ponpes Sunan Drajat Lamongan. 6. REFERENSI Anonim, 1993, Sodium Chloride dalam Chemical Index. Anonim, _____, The Salt Manufaturers’ Association, Manchester, United Kingdom.! Dahuri, R. 2012, Impor Meracuni Swasembada Garam, rokhmindahuri.info, Sinar Harapan 28 Pebruari 2012. Dit. Industri Kimia Hilir Dit. Jend, 2009, Agrokim, Paper Rapat Pengadaan dan Penyerapan Garam Tahun 2009 Suwasono, B., Munazid, A. & Widodo, AW., 2013, Keragaman Kualitas Air Laut, Garam Rakyat, dan Garam
Evaporasi Bertingkat di Wilayah Pesisir Jawa Timur, Jurnal Segara, Vol. 9, No. 2, hal. 145~155.