Sumber: Jurnal Studi Indonesia, Maret 2005
UPAYA PENGEMBANGAN KEGIATAN EKONOMI PESISIR BERBASIS KELAUTAN Agus Susanto Susi Sulistiana Economic activities in marine based coastal areas, aim at improving community welfare. This article discusses the existence and development of marine- based economic activities in Penjaringan District, North Jakarta. Using a rapid appraisal approach and deep interviews, data on economic activities were gathered. The results show that there are four marine-based coastal economic activities in Penjaringan district, namely fishing, green mussel cultivation, fish processing industry, and horticulture. Fishing was operated in Kepulauan Seribu, Pulau Bawean, Gresik, Pulau Bangka Belitung, and South China Ocean. Fish processing industry includes dried fish. The four economic activities are financially feasible to be more developed. However, concerning health and ecology aspects, green mussel cultivation is not reccommended since the mussel contains poisonous heavy metal contaminant. Key
words: coastal cultivation.
economy,
fishing
industry,
marine-based,
mussel
PENDAHULUAN Secara geografis, wilayah Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah daratan di Jakarta Utara yang berbatasan langsung dengan laut. Kondisi fisik tersebut tentunya memberikan keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh Kecamatan lain yang tidak mempunyai wilayah pesisir. Dengan kondisi geografis seperti itu, maka Kecamatan Penjaringan yang mempunyai wilayah pesisir cukup luas adalah potensial untuk pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya demi kesejahteraan penduduknya. Potensi wilayah pesisir Kecamatan Penjaringan merupakan kawasan yang cukup luas dan membentang dari Barat ke Timur, yang meliputi 4 Kelurahan dari 5 Kelurahan yang ada dalam kecamatan tersebut (Anonim, 2002). Namun demikian sampai saat ini, dari 4 Kelurahan tersebut yang telah dikembangkan secara intensif, relatif baru wilayah pesisir yang berada di kawasan Timur yang meliputi Kelurahan Pluit, dan Kelurahan Penjaringan. Sedangkan wilayah pesisir yang lain yang meliputi Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara relatif belum berkembang dan bahkan masih tergolong wilayah miskin di Jakarta Utara. Kondisi tersebut ditandai dengan kondisi masyarakatnya yang jauh dari kondisi layak secara ekonomis. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi sumberdaya alam dan sosial yang ada di wilayah tersebut tidak kalah dengan wilayah yang telah berkembang. Selain itu, pengembangan wilayah pesisir yang dilaksanakan di wilayah Timur Kecamatan Penjaringan seharusnya bisa mendorong pengembangan kawasan Barat, sehingga ketimpangan pengembangan kawasan pesisir Kecamatan Penjaringan dapat direduksi. Pada akhirnya, diharapkan pengembangannya cukup merata dari Barat sampai ke Timur, sehingga terjadi peningkatan ekonomi daerah maupun kesejahteraan masyarakat.
Dari fenomena tersebut dapat diteliti lebih jauh tentang Peningkatan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, yaitu dengan mengamati keragaan kegiatan ekonomi masyarakat pesisir, identifikasi sarana dan prasarana, dan identifikasi sumberdaya pesisir. Dari data tersebut kemudian dirumuskan suatu konsep pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat pesisir Kecamatan Penjaringan secara spesifik. Sebagai kerangka pendekatan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan ekonomi kelautan Kecamatan Penjaringan perlu diketahui tingkat pendapatan usaha dan kelayakan usaha kegiatan ekonomi tersebut untuk dikembangkan. Aspek yang menjadi kajian dalam menganalisis kelayakan usaha meliputi aspek pasar, aspek potensi sumberdaya kelautan, aspek sarana dan prasarana, aspek teknis, aspek sosial, dan aspek finansial, seperti terlihat dalam bagan alir upaya pengembangan kegiatan ekonomi pesisir berbasis kelautan (Gambar 1). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terhadap nelayan, petani ikan, pengolah hasil perikanan/pertanian, dan instansi atau pihak-pihak yang terkait. Data primer yang dikumpulkan meliputi pendidikan, umur, serta komponen input dan output dari kegiatan/usaha ekonomi kelautan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan berupa laporan atau arsip dari lembaga atau instansi yang terkait yang meliputi keadaan umum daerah, perkembangan perikanan serta data dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode survey. Kegiatan/usaha Ekonomi Kelautan
* Investasi * Biaya Produksi * Penerimaan
Analisis Usaha
Tidak Menguntungkan
Stop Menguntungkan
* Pasar * Sumberdaya Perikanan * Sarana & Prasarana * Teknis * Sosial * Finansial
Analisis Kelayakan Usaha
Layak
Mengembangkan Usaha Tidak Layak
Pendapatan Meningkat
Gambar 1. Bagan Alir Upaya Pengembangan Kegiatan Ekonomi Pesisir Berbasis Kelautan
Untuk menunjang analisis kelayakan usaha kegiatan ekonomi yang berbasis kelautan, maka diperlukan analisis: (1) Analisis Pendapatan Usaha, (2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Revenue Cost Ratio), (3) Analisis Waktu balik Modal (Payback Period), (4) Analisis Break Event Point (BEP), (5) Analisis Net Prevent Value (NPV), (6) Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), (7) Analisis Internal Rate of Return (IRR)( Djamin, Z, 1984). HASIL DAN PEMBAHASAN Luas wilayah Penjaringan adalah 3.550,70 ha yang terdiri dari 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan Pluit, Penjaringan, Pejagalan, Kamal Muara, dan Kapuk Muara. Tanahnya banyak dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan jenis tanah aluvial, regosol, dan grumusol, sehingga keadaan tanahnya labil dan masih banyak dijumpai empang, sawah, dan hutan lindung. Secara rinci penggunaan lahan (land use) Kecamatan Penjaringan adalah sebagai berikut: (a) tanah daratan 1.617 ha (45.56%), (b) tanah empang dan rawa 865.90 ha (24.40%), (c) tanah sawah 200 ha (5.63%), (d) hutan lindung 775 ha (24.41%), (Kecamatan Penjaringan, 2002). Kondisi iklim menunjukkan bahwa suhu udara maksimum antara 26,3 – 34,5 oC, kelembaban udara sekitar 77%. Kondisi angin menunjukkan bahwa pada malam hari angin bertiup dari arah Tenggara, sedangkan pada siang hari angin bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan rata-rata 2,1 m/det. Kondisi angin ini dipengaruhi juga oleh angin musim Timur (Moonsonal Timur) yang terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dan angin musim Barat (moonsonal Barat) yang terjadi pada bulan November sampai dengan April. Kondisi curah hujan menunjukkan bahwa curah hujan terbesar jatuh pada bulan November sebesar 274,5 mm (16,04%) dan terkecil jatuh pada bulan Januari sebesar 3 mm (0,17%), sedangkan hari hujan berkisar antara 2 – 8 hari/bulan (Badan Perencanaan Kotamadya Jakarta Utara, 2002). Jumlah penduduk Kecamatan Penjaringan 170.038 jiwa yang terdiri dari 87.657 laki-laki, dan 82.381 perempuan, dengan kepadatan penduduk 4.087 jiwa/km2, dimana kelurahan Pejagalan kepadatannya paling tinggi yaitu 17.121 jiwa/km2, dan kelurahan Kamal Muara kepadatannya paling kecil yaitu 554 jiwa/km2. Sebagian besar (42.05%) mata pencaharian penduduk Kecamatan Penjaringan adalah sebagai industri kecil, 22.07% sebagai pengusaha kecil, dan yang bergerak dibidang nelayan adalah 20.82%. Dari jumlah tersebut sebagian besar merupakan nelayan pendatang dari Indramayu, Cirebon, dan Tegal, dengan perincian adalah: untuk nelayan menetap adalah sebesar 24.14%, sedangkan nelayan pendatang 75.86%. Sedangkan untuk nelayan menetap sebesar 50.48% dan itu merupakan nelayan pemilik, dan untuk nelayan pendatang lebih besar dari nelayan menetap yaitu sebesar 87.54%. Jumlah yang besar tersebut merupakan nelayan pekerja, (Kecamatan Penjaringan, 2002). Keragaan Usaha Keragaan usaha masyarakat pesisir kecamatan Penjaringan ada empat sector, yaitu: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya yaitu budidaya kerang hijau, (3) industri pengolah hasil perikanan yang terdiri dari: industri ikan asin, dan kerupuk ikan, dan (4) pertanian hortikultura. 1. Nelayan tangkap Di Teluk Jakarta penangkapan ikan terjadi pada saat musim Barat Barat, yaitu dari Bulan Desember sampai Maret sedangkan musim paceklik berlangsung dari bulan Juni sampai November. Daerah penangkapan (fishing ground) nelayan Penjaringan yaitu: Kepulauan Seribu, sekitar Pulau Bawean (Gresik), Pulau Bangka dan Belitung, dan Laut Cina Selatan. Ikan yang tertangkap tergantung pada jenis alat tangkapnya, dan jenis
alat tangkap yang dipakai oleh nelayan Kecamatan Penjaringan adalah: (a) kongsi/maroami; hasil tangkapan utama berupa ikan ekor kuning, dan pisang-pisang, (b) payang; hasil tangkapan utama adalah ikan selar, bawal, dan kembung, (c) bubu; hasil tangkapan utama adalah ikan ekor kuning, baronang, kerapu dan kakap, (d) pancing; hasil tangkapan utama adalah ikan tongkol, tenggiri, dan layur. Pemasaran; Ikan hasil tangkapan nelayan dengan alat kongsi di daratkan di Muara Angke dan Muara Baru dengan harga Rp 8.000,00 – Rp 15.000,00 (untuk ekor kuning) dan Rp 7.000,00/kg untuk ikan pisang-pisang. Selanjutnya ikan ini dijual ke industri pengolahan dan pedagang serta langsung ke konsumen, sedangkan hasil tangkapan dengan alat payang dijual ke pedagang pengumpul dan pengolah, selanjutnya ikan ini dijual ke konsumen. Ikan yang masuk ke pengolah akan mengalami pengolahan lebih lanjut (dibuat ikan asin). Ikan selar dijual dengan harga Rp 4.000,00 – Rp 6.000,00/kg, dan ikan bawal dijual dengan harga Rp 18.000,00/kg, serta ikan kembung Rp 4.000,00/kg. Ikan hasil tangkapan bubu biasanya didaratkan di Muara Angke , selanjutnya ikan dijual ke pedagang pengumpul untuk tujuan ekspor dan konsumsi (restoran dan konsumsi langsung), selanjutnya ikan dijual ke industri pengolahan dan pedagang serta konsumen langsung untuk dikonsumsi. Dan untuk Ikan hasil tangkapan pancing biasanya hanya untuk konsumsi sendiri (artisanal) atau dijual langsung. Hasil tangkapan dengan pancing seperti tongkol dijual langsung kepada konsumen, sedangkan yang masuk ke pengolah akan mengalami pengolahan lebih lanjut (sebagai bahan baku pembuatan kerupuk). Permasalahan; Sumberdaya manusia yang relatif rendah dilihat dari segi penguasaan teknologi manajerial. Tingkat penguasaan teknologi tentang penangkapan masih rendah sehingga dalam melakukan kegiatan penangkapan hanya mengandalkan pengalaman saja. Disamping itu, Masyarakat nelayan umumnya mempunyai sikap hidup yang konsumtif, dimana pendapatan dari hasil tangkapan dihabiskan pada saat itu juga tanpa ada yang disimpan untuk persediaan jika musim paceklik atau diinvestasikan untuk usaha lain. Analisis Usaha; Dalam pengembangan suatu usaha, harus diketahui dana yang diperlukan. Pada kajian ini , modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha penangkapan berbeda-beda tergantung dari jenis alat tangkap yang akan diusahakan. Modal investasi usaha penangkapan terdiri dari biaya pembelian kapal, mesin, alat tangkap dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha penangkapan di Kecamatan Penjaringan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Modal Investasi Usaha Penangkapan di kecamatan Penjaringan Tahun 2002 No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Investasi Kapal Mesin Alat Tangkap Perlengkapan Jumlah
Usaha Kongsi 20.000 20.000 10.000 15.000 65.000
Penangkapan (Rp. Payang Pancing 15.000 5.000 10.000 3.000 8.300 300 33.000 8.300
1.000) Bubu 18.000 3.000 680 5.000 26.680
Berdasarkan analisis terlihat bahwa modal investasi yang terbesar adalah untuk usaha penangkapan dengan alat muroami/kongsi. Hal ini juga berpengaruh terhadap pendapatan pemilik yang diperoleh kapal muroami juga lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Pendapatan yang diperoleh dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang diperoleh. Tabel 2. Analisis Usaha Penangkapan di Kecamatan Penjaringan Tahun 2002
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usaha Penangkapan (Rp. 1.000) Jenis Investasi Kongsi Payang Pancing Bubu Investasi 60.000 33.000 8.300 26.680 (Rp.) 246.000 131.560 28.630 123.678 Penerimaan 206.733 103.454 22.650 102.802 33.377 23.890 5.083 17.744 (Rp) 12.867 9.019 7.215 Total Biaya 1,19 1,27 1,26 1,20 (Rp) Pendt. Pemilik Pendt. ABK/org R/C
Hasil tangkapan nelayan Penjaringan didaratkan di Muara Angke, dan Muara Baru. Adanya potensi demand yang tinggi dari penduduk DKI Jakarta dan permintaan pasar (ekspor dan lokal) yang terus meningkat merupakan peluang bagi usaha penangkapan untuk dapat meningkatkan produksinya. Disamping itu, anjuran pemerintah untuk budaya makan ikan, sehingga dapat mendorong masayarakat untuk makan ikan. Jumlah produksi dan nilai produksi perikanan tangkap menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Jakarta Utara tahun 2002 disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap menurut TPI di Jakarta Utara, tahun 2001 Tempat Produksi No. Pelelangan (Kg) Ikan (TPI) 1. TPI Muara 43.157.713 2. Baru 2.151.571 3. PPI Pasar 285.200 4. Ikan 12.215.063 TPI Kamal Muara TPI Muara Angke Jumlah 57.809.547
Nilai Produksi (Rp) 51.173.408.263,00 1.443.227.000,00 448.639.000,00 39.728.667.095,00
92.833.941.358,00
Sumber: BPS dan Bapeko Jakarta Utara, 2002 Analisis Break Event Point (BEP); Perkiraan hasil tangkapan minimal dari sebuah usaha penangkapan dihitung berdasarkan analisis Break Event Point (BEP) yang dinyatakan dalam jumlah tangkapan minimal yang harus diperoleh setiap tahun pada tingkat tidak untung dan tidak rugi. Nilai BEP untuk usaha penangkapan di Kecamatan Penjaringan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Jumlah Tangkapan Minimal per Tahun Usaha Penangkapan di Kecamatan Penjaringan Tahun Proyek 1.
Kongsi (kg) 23.294
Usaha Penangkapan Payang Pancing (kg) (kg) 12.932 3.624
Bubu (kg) 7.985
2. 3. 4. 5.
23.294 23.294 23.294 23.294
12.932 12.932 12.932 12.932
3.624 3.624 3.624 3.576
7.985 7.985 7.985 7.777
Analisis Payback Period (PP); Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutupi modal investasi, dengan asumsi umur proyek selama 5 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Payback Perio (PP) untuk masing-masing usaha penangkapan adalah: 6.60, 3.45, 5.18, dan 3.9 tahun. Analisis Kelayakan Usaha; Dalam menganilisis aspek finansial dilakukan perhitungan cash flow dari usaha yang direncanakan, dengan beberapa asumsi: 1. Umur proyek selama 5 tahun 2. Nilai hasil tangkapan pada tahun ke 1 sampai tahun ke 5 diperkirakan tetap 3. Nilai sisa investasi sebesar 10% sesuai dengan umur teknisnya 4. Discount rate tetap yaitu sebesar 18% 5. Sistem bagi hasil dari tahun ke 1 sampai tahun ke 5 diperkirakan tetap 6. Pajak penghasilan bagi pemilik sebesar 15% setahun. Analisis Kriteria Investasi; Untuk menganalisis kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha penangkapan dari aspek finansial digunakan kriteria investasi yaitu: Net Prevent value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate Return IRR). NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang yang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan. Nilai kriteria investasi usaha penangkapan di Penjaringan disajikan dalam Tabel 5, dan menunjukkan bahwa usaha penangkapan memungkinkan/layak untuk dikembangkan. Tabel 5. Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan di Kecamatan Penjaringan Usaha No. Penangkapan 1. 2. 3. 4.
Kongsi Payang Pancing Bubu
Kriteria Investasi NPV Net IRR Keterangan B/C 49.220.430 2,9 56.42 Layak 47.838.176 4,0 83.05 Layak Layak 8.004.107 3,2 67.22 34.263.466 3,8 76.10 Layak
(b) Perikanan Budidaya Jumlah petani budidaya kerang hijau di Kecamatan Penjaringan adalah 397 orang yang dapat menyerap 658 tenaga kerja baik dari dalam kecamatan itu sendiri maupun dari luar kecamatan. Petani budidaya kerang hijau tersebut menggunakan bagan tancap dengan jumlah rakit sebanyak 475 buah. Luas laut yang digunakan untuk budidaya kerang hijau adalah 500 m2. Dengan jumlah bagan tersebut maka petani dapat memproduksi 71.200 ton/tahun (Dinas Perikanan Jakarta Utara, 2002). Pemasaran produksi petani budidaya kerang hijau di kecamatan Penjaringan adalah dijual ke pedagang pengumpul untuk konsumsi dalam kecamatan atau luar wilayah kecamatan Penjaringan, bahkan hampir ke seluruh wilayah Jakarta, disamping itu, kerang hijau dijual langsung ke konsumen di wilayah kecamatan Penjaringan. Permasalahan yang dihadapi petani budidaya kerang hijau adalah jumlah produksi kian
hari kian menurun akibat beban pencemaran di Teluk Jakarta yang dibawa dari daerah hulu. Permasalahan lain yang dihadapi petani kerang hijau adalah sering terjadi pencurian di bagan-bagan. Analisis kelayakan usaha atau profitabilitas finansial dari budidaya kerang hijau meliputi: Return of Invesment, Internal Rate Return (IRR), Net Prevent Value (NPV), Payback Period (PP), Break Event Point (BEP), Net Benefit Cost ratio (Net B/C0, dan Profitability index (PI). Rincian perhitungan masing-masing kelayakan usaha disajikan dalam Lampiran 5, dan ringkasannya adalah sebagai berikut: 1. Return of investment : 5.52 2. Internal Rate of Return (IRR) : 22% 3. Net Prevent Value (NPV) : Rp. 13.789.000,00 4. Payback Period (PP) : 5.5. tahun 5. Brek Event Point (BEP) : 4.935 ton 6. Benefit Cost ratio (BCR) : 9.89 7. Profitability Index (PI) : 1.08 (c) Industri Pengolah Hasil Perikanan Usaha pengolahan hasil perikanan yang ada di Kecamatan Penjaringan dan potensial untuk dikembangkan adalah pembuatan ikan asin, dan kerupuk ikan. Pengasinan dapat dilakukan untuk semua jenis ikan. Biasanya jenis ikan yang diasin adalah pepetek, teri, pirik, dan tembang, sedangkan untuk pembuatan kerupuk ikan adalah tenggiri, tongkol, kuwe dan uli-uli. Pemasaran produk ikan asin yang dihasilkan oleh pengolah hasil perikanan di Kecamatan Penjaringan pada umumnya dipasarkan didalam lingkup kecamatan, dan pedagang atau konsumen luar daerah yang berkunjung ke wilayah kecamatan Penjaringan, sedangkan Kerupuk ikan hasil produksi pengusaha di Kecamatan Penjaringan dijual ke konsumen lokal, pedagang lokal, dan pedagang luar kecamatan. Dari pedagang lokal kemudian dijual ke konsumen lokal dan pedagang luar kecamatan. Permasalahan utama yang dihadapi oleh para pengusaha pengolahan hasil perikanan meliputi: penyediaan bahan baku, kualitas produk, penampakan fisik dan kemasan produk, pemodalan, dan sumberdaya manusia. Dalam pengembangan suatu usaha harus diketahui dana yang diperlukan. Modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha industri kecil berbeda-beda tergantung dari jenis usaha industri kecil yang akan diusahakan. Modal investasi usaha pengolah hasil perikanan terdiri dari biaya pembelian kompor, penggorengan dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha pengolahan hasil perikanan di Kecamatan Penjaringan disajikan dalam Tabel 6. Dari hasil analisis terlihat bahwa modal investasi yang terbesar adalah untuk pembelian tampi (kerupuk ikan), kompor (kerupuk ikan dan ikan asin). Tabel 6. Modal Investasi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kecamatan Penjaringan, tahun 2002 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Investasi Langseng Pisau Tampi Bak adonan Lumpang
Usaha Industri Kecil (RP) Kerupuk Ikan Asin Ikan 80.000 240.000 10.000 120.000 600.000 21.000 36.000 15.000 30.000
No. 6. 7. 8.
Jenis Investasi Kompor Pengaduk Para-para Jumlah
Usaha Industri Kecil (RP) Kerupuk Ikan Asin Ikan 140.000 120.000 7.000 75.000 40.000 80.000 1.301.000 313.000
Tabel 7. Analisis Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kecamatan Penjaringan, tahun 2002 No.
Uraian
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Investasi (Rp) Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan Pemilik Pendapatan Buruh R/C Jumlah
Usaha Industri Kecil Kerupuk Ikan Asin Ikan 313.000 1.301.000 23.730.000 33.095.000 23.426.140 30.484.900 258.281 2.219.095 1.440.000 1,01 1,09 1.301.000
313.000
Dengan melihat tingkat keuntungan yang diperoleh, menunjukkan bahwa usaha pengohanan hasil perikanan di kecamatan Penjaringan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Analisis Break Event Point (BEP); Perkiraan hasil produksi minimal dari sebuah usaha pengolah hasil perikanan dihitung berdasarkan analisis break event point (BEP), yang dinyatakan dalam jumlah produksi minimal yang harus diperoleh setiap tahun pada tingkat tidak untung dan tidak rugi. Nilai BEP untuk usaha pengolah hasil perikanan disajikan dalam Tabel 8. Analisis Payback Period (PP); Analisis payback period ini digunakan untuk mengetahui lama waktu yang diperlukan untuk menutupi modal investasi, dengan asumsi umur proyek selama 5 tahun. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 8, dan 9, maka diperoleh nilai payback period (PP) untuk masing-masing usaha pengolah hasil perikanan adalah 1.61, dan 3.04 tahun. Tabel 8. Jumlah Produksi Minimal per Tahun Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kecamatan Penjaringan Tahun Proyek 1. 2. 3. 4. 5
Usaha Pengolah Hasil Perikanan Kerupuk Ikan Ikan Asin (bungkus) (bungkus) 13.320 14.993 12.194 14.993 12.112 15.002 12.194 14.993 11.812 14.961
Analisis Kelayakan Usaha; Dalam analisis kelayakan usaha menyangkut dua analisis, yaitu: (a) Perkiraan Cash Flow dari usaha pengolahan hasil perikanan dan digunakan asumsi-asumsi, yaitu: (1) Umur proyek selama 5 tahun, berdasarkan umur teknis unit usaha yang nilai investasinya terbesar, (2) Nilai hasil produksi pada tahun ke 1 sampai tahun ke 5 diperkirakan tetap, (3) Nilai sisa investasi sebesar 10% sesuai dengan umur teknis, (4) Discount rate tetap yaitu sebesar 18%, (5) Sistem pengupahan dari tahun ke 1 sampai tahun ke 5 diperkirakan tetap, (6) Pajak penghasilan bagi pemilik sebesar 15%/tahun, dan (b) Analisis Kriteria Investasi; Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi yang meliputi NPV, Net B/C, dan IRR menunjukkan bahwa usaha pengolah hasil perikanan di Kecamatan Penjaringan memungkinkan layak untuk dikembangkan, hasil rekapitulasi analisis investasi disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengolah Hasil Perikanan di Kecamatan Penjaringan No .
Usaha Penangkapan
1. 2.
Kerupuk Ikan Ikan Asin
Kriteria Investasi NPV Net IRR B/C 4.048.50 6,5 92.6 0 4,3 5 515.496 93.7 9
Keteranga n Layak Layak
(d) Pertanian Usaha pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Penjaringan adalah pertanian hortikultura dengan memanfaatkan lahan kosong milik/aset PEMDA maupun milik pengembang yang belum dimanfaatkan. Jenis tanaman yang diusahakan adalah: bayam, kangkung sawi, selada, dan caisim. Luas lahan tidur di kecamatan Penjaringan ± 288 ha dan yang sudah dimanfaatkan adalah 11.10 ha dengan produksi 457.50 ton/ha. Pemasaran hasil pertanian hortikultura di Kecamatan Penjaringan adalah untuk memasok kebutuhan dalam kecamatan (subsisten) dan belum berorientasi ke luar kecamatan. Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani hortikultura di Kecamatan Penjaringan adalah: keterbatasan lahan (hanya memanfaatkan lahan kosong dan lahan tidur), disamping itu, petani di Kecamatan Penjaringan umumnya pendatang dari Subang, Indramayu, Cirebon, dengan modal yang pas-pasan, sehingga hasilnya kurang optimal. Rencana pengembangan kegiatan ekonomi pesisir Penjaringan meliputi: 1. Usaha Perikanan tangkap, meliputi: 1. pengembangan unit usaha 2. penyuluhan dan peningkatan keterampilan para nelayan 3. meningkatkan dana pinjaman 4. peningkatan sarana dan prasarana 2. Usaha Perikanan Budidaya 5. pengembangan unit usaha, yaitu dengan usaha perikanan dengan komoditas ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, memakai karamba jaring apung 6. penyuluhan dan peningkatan keterampilan para nelayan 7. meningkatkan dana pinjaman 8. peningkatan sarana dan prasarana 3. Usaha Pengolah Hasil Perikanan 9. pengembangan unit usaha
10. pengembangan pemasaran produk 11. pengembangan kemasan produk 12. penyuluhan dan peningkatan keterampilan para nelayan 13. meningkatkan dana pinjaman 14. peningkatan sarana dan prasarana 4. Usaha Pertanian 15. pengembangan lahan pertanian 16. pengembangan keterampilan budidaya pertanian 17. peningkatan dana pinjaman 18. peningkatan sarana dan prasarana KESIMPULAN Kegiatan ekonomi pesisir Penjaringan, Jakarta Utara banyak ragamnya, tetapi yang berbasis kelautan hanya ada empat, yaitu: (a) perikanan tangkap dengan fishing ground meliputi Kepulauan Seribu, sekitar Pulau Bawean (Gresik), dan perairan Bangka belitung. Alat tangkap yang dikembangkan adalah: kongsi/maroami, payang, bubu, dan pancing, (b) perikanan budidaya yaitu budidaya kerang hijau yang menggunakan bagan tancap, (c) industri pengolah hasil perikanan yaitu dengan mengembangkan pembuatan ikan asin, dan kerupuk ikan, dan (d) pertanian hortikultura dengan jenis tanaman bayam, kangkung, sawi, selada, dan caisim. Berdasarkan analisis kelayakan usaha, keempat jenis usaha tersebut layak untuk dikembangkan, tetapi berdasarkan analisis ekologi dan kesehatan, kegiatan usaha perikanan budidaya dengan mengembangkan kerang hijau tidak layak, karena dalam tubuh kerang terdapat kandungan logam berat yang apabila dikonsumsi oleh manusia akan berbahaya. Rencana pengembangan kegiatan ekonomi pesisir Penjaringan per sektor usaha adalah pengembangan unit usaha, penyuluhan dan peningkatan keterampilan para nelayan, pengembangan pemasaran produk, meningkatkan dana pinjaman, peningkatan sarana dan prasarana. DAFTAR RUJUKAN Anonim (2002). Penyusunan rencana pengembangan kegiatan ekonomi kelautan di Kepulauan Seribu. Laporan Akhir. Bogor: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat IPB. Anonim (2002). Pengembangan kegiatan ekonomi pesisir Jakarta Utara. Laporan Akhir. Bogor: Lembaga Penelitian IPB. Anonim (2003). Profil Jakarta Utara, peluang investasi, Badan Perencanaan Kotamadya Jakarta Utara. Djamin, Z. (1984). Perencanaan dan analisis proyek, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Dinas Perikanan Jakarta Utara (2002). Laporan Tahunan, Dinas Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara Kecamatan Penjaringan (2002). Monografi Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Nazir, M. (1988). Metode penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.