PENGEMBANGAN KEGIATAN EKONOMI SEBAGAI UPAYA ADAPTASI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK PERAIRAN LAGUNA SEGARA ANAKAN CB HERMAN EDYANTO Peneliti Bidang Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pusat Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Wilayah dan Mitigasi Bencana
[email protected]; 3169655 Abstract Sedimentation is a natural process which is materialized in the river. It is made happen by the erosion processes and also often because of illegal logging in upstream . Segara Anakan is situated in central Java and is one of the largest lagoon in the world which experiences sedimentation year by year and at present the rest of the watery lagoon is not more than 600 ha. The environment has been being changed. Some of water area conversed to be the land naturally, and it is predicted that the specific biota like eel fish will be vanished. The lagoon cannot be protected anymore from the natural sedimentation processes. Adaptation to this change should, therefore, be made to convert the status quo land - called as land colmatation - to be the more economic activities for the people. Key words : lagoon, sedimentation, environmenti, colmatation 1. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Muara dalam konteks fisik yang lebih luas merupakan titik akhir dari sistim pengaliran sungai sebagai akumulasi dari kumpulan jaringan air dengan ukuran aliran yang kecil di daerah hulu. Sungai yang bermuara di daerah pantai ini biasanya dipengaruhi oleh pola pasang surut serta proses intrusi dimana air asin masuk hingga jauh ke arah hulu. Dalam banyak kasus sungai di Pulau Jawa proses sedimentasi juga merupakan bagian yang utama dari masalah pendangkalan muara sungai. Proses pendangkalan akan terjadi dengan cepat apabila mulut sungai dalam bentuk muara berada terutama pada cekungan teluk. Pada musim hujan banyak lahan di daerah hulu bersifat erosive dan seringkali terjadi longsor lumpur atau partikel partikel tanah dalam jumlah yang besar masuk ke dalam badan sungai dan selanjutnya dialirkan kearah hilir. Pengendapan kemudian terjadi di mulut muara dan menyebar ke arah daratan di sekitarnya sejajar dengan garis pantai. Bila muara sungai berada dalam suatu kawasan teluk maka proses pengendapan sedimentasi menjadi lebih cepat terjadi karena teluk akan berfungsi sebagai kantung perairan (reservoir) dari
partikel-partikel yang terbawa oleh arus sungai maupun oleh arus pasang surut. Dalam kasus kawasan muara ditemukan komunitas hutan bakau (mangrove), proses sedimentasi akan berjalan menjadi jauh lebih cepat terjadi oleh karena partikelpartikel tanah atau lumpur akan terjebak oleh bentuk perakaran pohon bakau dan selanjutnya akan membentuk daratan endapan yang baru. Proses berubahnya sebagian atau seluruh wilayah perairan ini menjadi lahan disebut sebagai proses kolmatasi. Proses ini berjalan secara alami secara kontinyu baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar, dan secara teknis proses sedimentasi di sungai ini sulit untuk dihindari. Dengan kenyataan ini maka pemikiran untuk mengembangkan kawasan seperti ini adalah dengan cara mengikuti hukum alam. Dengan demikian segala akibat kehidupan yang ditimbulkannya sebaiknya sudah dapat diperkirakan mulai dari saat sekarang, terutama dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan lahan di masa yang akan datang. Berdasarkan review PP 47 tentang RTRWN dan Draft Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa dan Bali kawasan laguna Segara Anakan merupakan bagian yang termasuk dalam kawasan Pangandaran Kali Pucang dan
Segara Anakan (Pacangsanak) yang telah Perkembangan wilayah di daerah hulu serta banyaknya penebangan hutan mengakibatkan banyaknya sedimentasi yang dibawa oeh sungai-sungai ke Segara Anakan yaitu sekitar 5,7 juta m3/tahun. Sedimentasi tersebut menyebabkan terjadinya pendangkalan yang sangat pesat di daerah Segara Anakan sehingga mengakibatkan tercemarnya biota alam dan rusaknya ekosistem yang menunjang kelestarian flora dan fauna. Salah satu sungai yang membawa sedimentasi terbesar yaitu sebesar 5 juta m3/tahun pada daerah Segara Anakan adalah Sungai Citanduy yang terletak di perbatasan Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sungai Citanduy memiliki arti penting karena melayani kebutuhan air bagi masyarakat Kab. Ciamis, Kab. Tasik, Kota administratif Banjar dan Kabupaten Cilacap. Sebagai upaya untuk mengatasi pendangkalan lebih besar dan sedimentasi yang dibawa oleh Sungai Citanduy tersebut, Ditjen Sumber Daya Air, Dep.PU melaksanakan kegiatan penanggulanan dengan pembangunan sodetan Sungai Citanduy yang berlokasi di Kecamatan Majingklak, Kab. Ciamis. Permasalahan yang berkaitan dengan aspek lingkungan mengakibatkan munculnya perdebatan antar pemerintah daerah yang berakhir dengan berhentinya bantuan dana yang dikucurkan ADB serta meninggalkan sisa permasalahan proses sedimentasi sungai dan eksesnya terhadap lingkungan fisiknya. Alam memiliki ‘kekuatan’ yang dinamis dan secara kontinyu melepaskan energi yang sulit untuk dihambat eksistensinya. Dalam beberapa hal usaha untuk penentangan kekuatan alam harus dibayar mahal melalui pengembangan teknologi . Dengan kenyataan ini perwujudan perencanaan sudah sewajarnya menyikapinya secara bijaksana (wise plan) dengan berbagai pertimbangan dan mencoba untuk dapat menyatukan seluruh wilayah perencanaan – khususnya koridor sungai Citanduydengan dinamika alam . Pembangunan yang berbasis pada dinamika alam menekankan akan arti pentingnya perencanaan fisik yang berjalan seiring dan sesuai dengan proses alam yang sedang berjalan, sehingga dalam pengembangan selanjutnya tidak terjadi kendala yang bertentangan dengan perilaku alam.
ditetapkan sebagai kawasan tertentu. 1.2. Pendekatan Prinsip utama dalam penyusunan tata ruang adalah berupaya mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan serta aspek pertahanan dan keamanan. Berdasarkan prinsip tersebut, maka penyusunan tata ruang mengacu pada : 1. Dinamika
alam,
Kelestarian
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fungsi lindung yang melekat pada ekosistem pesisir senantiasa menjadi penyeimbang fungsi yang dialokasikan pada suatu ruang pantai. Hal ini sangat krusial mengingat karakteristik pesisir yang rentan serta memiliki keterkaitan yang sangat erat antar ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, rumput laut dan terumbu karang. Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka yang pertama harus dilakukan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan laut adalah penentuan wilayah dengan fungsi lindung yang utama, wilayah yang tersisa barulah dimanfaatkan untuk kegiatan “budidaya”. Kegiatan “budidaya “ yang terpilih merupakan hasil kajian proses aktivitas yang akan berjalan dinamika alam beserta kemungkinan antisipasi untuk meminimisasikan terjadinya dampak terhadap lingkungan. 2) Kesesuaian Lahan Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di kawasan pesisir dan laut harus memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan (demand) dengan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya (supply). Selanjutnya, ketersediaan sumberdaya merupakan daya dukung (carrying capacity) kawasan untuk menopang seluruh aktivitas yang dialokasikan. Dengan mengacu kepada keseimbangan antara demand dan supply, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang antara kepentingan masa kini, masa yang akan datang serta menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja
mengacu kepada kondisi biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara aspek ekonomi. Secara ekonomi aktivitas yang akan dibangun seyogyanya mampu mencapai keuntungan (benefit) dan secara sosial mampu memberdayakan masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumberdaya di sekitarnya. 3) Keterkaitan Wilayah Interaksi antar beberapa aktivitas pada suatu wilayah dengan wilayah lainnya akan tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit wilayah manapun dengan wilayah sekitar (intra dan antar wilayah). Khusus sumberdaya perikanan yang tidak mengenal batas administrative, maka diperlukan kesepakatan-kesepakatan antar wilayah-wilayah yang berbatasan. Untuk itu, penyusunan pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan laut dibuat sedemikian rupa, sehingga kegiatan-kegiatan antar wilayah dapat saling menunjang dan memiliki keterkaitan fungsional dengan kawasan yang berbatasan 1.3. Metodologi Berdasarkan lingkup kegiatan pekerjaan ini yang mengarah pada penyusunan model berbasis pada dinamika alam dalam rangka pengelolaan suatu kawasan yaitu Kawasan Laguna Segara Anakan, dimana keluarannya merupakan strategi pengelolaan kawasan laguna yang dinamis maka metode analisis yang akan digunakan adalah metode SWOT Dalam metode analisis ini informasi yang diperoleh diuraikan maupun dirangkum untuk mendapatkan suatu penjelasan tentang dinamika alam seperti aspek sedimentasi, hidrologi, fauna dan flora, hutan lindung, kebencanaan meteorologi dan hal lain yang berkaitan dengan fenomena alam. Dalam hal ini penjabaran dari suatu informasi tidak hanya disajikan sebagaimana adanya tetapi digali lebih mendalam untuk mendapatkan pemahaman akan fenomena yang ada dibalik pernyataan-pernyataan yang ada dan selanjutnya disusun strateginya.
3. Hasil Analisis Berdasarkan atas analisis yang dilaksanakan berdasarkan metoda SWOT diatas maka dapat diberikan pembahasan sebagai berikut : Strategi S - O mengarahkan untuk melangkah kearah kebijaksanaan pelaksanaan yang menekankan perlunya peningkatan peran masyarakat petani yang didukung oleh penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian, serta bimbingan pemerintah di dalam implementasi kegiatan pertanian. Beberapa tindakan pelaksanaan diantaranya adalah : a. Pengembangan sistem pendidikan pertanian b. Penyediaan perangkat infrastruktur pendidikan c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi d. Pengembangan infrasruktur desa e. Penyediaan instalasi penampungan air bersih sederhana f. Perwujudan sistem irigasi yang optimal g. Penyiapan dan penataan ruang bagi kawasan permukiman dalam bentuk penyusunan site plan h. Penataan landscape dan penataan lingkungan di kawasan rencana permukiman i. Pengenalan teknologi tepat guna pertanian dan non pertanian j. Identifikasi kesesuaian teknologi tepat guna yang akan diterapkan Sehubungan dengan kebijaksanaan yang diambil tersebut , pola penerapan pengelolaannya akan mencakup berbagai tindakan (action) yang mencakup: a. Pendirian koperasi tani yang dilengkapi dengan usaha simpan pinjam b. Pembinaan para petani dalam bercocok tanam dengan pengenalan bibit yang sesuai, musim tanam dan mengatasi hama c. Membina dan menuntun petani melalui pelatihan dan penyuluhan d. Membentuk kemitraan dengan LSM pertanian
Tabel 1 ANALISIS SWOT PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN LAGUNA SEGARA ANAKAN
T2
T3
T4
S1
Tingkat kesuburan lahan yang tinggi Ketersediaan SDM dlm pengelolaan pertanian Ketersediaan sumberdaya air melalui sungai dan hujan Tingkat produktifitas lahan yang tinggi Dukungan koperasi dalam peningkatan usaha tani Aksesibilitas yang cukup tinggi ke ibukota Kabupaten Ketersediaan lahan krn pertambahan lahan kolmatasi seluas 600 ha Kebijaksanaan pemerintah utk mendukung pengembangan SDM desa
S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9
1.Mengembangkan
sector S5,S8,O1,O3,O4,07)
pertanian
pangan
(S1,S2,S3,S4,
2.
Penambahan jumlah penduduk pendatang secara terbatas dan bijaksana berbasis ketersediaan lahan. (S9,T2,T8)
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Infrastruktur desa (S5,S7,S9,O1, O2,O3, O5,O6,O7,O8)
3.
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup dengan mempertahankan keserasian dan keseimbangan lingkungan (S3,T5,T6,T7,T9)
4. Pemenuhan kebutuhan pokok perumahan yang terintegraisi dengan lahan kegiatan bekerja (S8,S9,01,04,05)
4.
Peningkatan kemampuan SDM untuk pengelolaan sumberdaya lahan secara bijaksana (S2,S8,T1,T9)
5. Penerapan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya lahan (S1,S2,S5,S9,02,O4,O5,07,08)
STRATEGI W – T
1. Penyediaan areal parkirr air untuk limpahan banjir (W1,W6,O1,O4,),
W3
3. Pembuatan penampungan dan sederhana(W4,W5,W6,04,O5,O7)
W8
T9
2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (S3,S8,S9,O1,O2,O4,O5,07)
2. Pembuatan saluran irigasi dan tanggul (W2,W4,W5,W7,O2, O6,O8)
W7
T8
Peningkatan pengawasan terhadap proses peralihan status kepemilikan lahan perorangan melalui badan pemerintah (BPN).(S1,S2,S8,T1,T2,T3,)
W2
W6
T7
1.
W1
W4 W5
T6
STRATEGI S – T
STRATEGI W – O
KELEMAHAN (WEAKNESS)
T5
Penguasaan lahan secara liar
T1
Terjadinya konversi tenga kerja nelayan menjadi petani lahan daratan
O8
Hilangnya species tertentu dan perairan laguna Segara Anakan
Timbulnya kawasan yang rawan akan banjir
O7
Perubahan fisik laguna akan merubah ekosisitem
Ketersediaan lahan kolmatasi dalam jumlah yang besar mampu mengundang sejumlah pendatang baru
O6
Infiltrasi sejumlah penduduk pendatang dari luar
O5
Terjadinya sistem calo jual beli tanah secara liar
Terbukanya lahan baru untuk berbagai kegiatan ekonomi
Terselenggaranya transmigrasi lokal
Peningkatan jumlah tenaga kerja produktif O4
Peningkatan kualitas SDM desa dlm pengembangan teknologi tepat guna
O3
STRATEGI S – O
Ketersediaan sumberdaya air sungai untuk dimanfaatkan sbg irigasi pertanian
Terjadinya luapan banjir di beberapa tempat Sebagian sawah masih berupa sistem pengairan tadah hujan Infrastruktur desa yang masih kurang memadai Ketersediaan air bersih belum memadai Dibutuhkan modal awal bagi para petani Tingkat pendapatan masyarakat yang masih rendah Musim kering mengakibatkan kesulitan dlm penyediaan air Proses sedimentasi berdampak gangguan terhadap lingkungan
O2
ANCAMAN (THREAT) Pengembangan ilmu pengetahuan untuk kepentingan masyarakat desa
O1
KEKUATAN (STRENGTH)
Terbukanya pasar di kawasan sekitar lokasi studi untuk pemasaran produk pertanian
FAKTOR INTERNAL
Ketersediaan teknologi tepat guna untuk system pengairan
Kebijkasanaan pemda dlm pengembangan sumberdaya lahan pertanian pangan
PELUANG (OPPORTUNITY)
Kerusakan lingkungan hutan bakau
FAKTOR EKSTERNAL
alat
processing
air
1.
Memperkuat koordinasi antar sektor dan antar daerah yang diharapkan program yang akan dilaksanakan terfokus dan saling bersinergis (W1,T2,T4,T7,T9)
2.
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan para stakeholders akan pentingnya kelestarian lingkungan laguna (W6,T4,T5,T7)
3.
Menyusun prioritas pembangunan infrastruktur. berbasis ketersediaan anggaran. (W3,W6,T4)
4.
Menyusun regulasi yang terkait dengan pemilikan lahan (W6,T1,T2,T8)
bersih
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana infrastruktur. Diharapkan aksesibilitas ke lokasi dan pendistribusian hasil produksi tidak sulit, sehingga menekan biaya operasional.(W3,W6,O3,O5,O6) 5.Pengembangan Telekomunikasi melalui peningkatan jaringan/kapasitas sambungan, pengembangan telepon seluler dan pengembangan jaringan dan pelayanan internet (W3,O2,O7,O8)
Tabel Strategi, Kebijaksanaan Pelaksanaan dan Penerapan Pengelolaan Kawasan Segra Anakan STRATEGI S – O (Kekuatan dan Peluang) 1. Mengembangkan sektor pertanian pangan (S1,S2,S3,S4, S5,S8,O1,O3,O4,07)
KEBIJAKSANAAN PELAKSANAAN •
Peningkatan peran masyarakat petani yang didukung oleh penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian, serta bimbingan pemerintah di dalam implementasi kegiatan pertanian.
PENERAPAN PENGELOLAAN • • • • •
2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (S3,S8,S9,O1,O2,O4,O5,07)
• • • •
Pengembangan sistem pendidikan pertanian Penyediaan perangkat infrastruktur pendidikan Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Pengembangan infrasruktur desa
• • • • •
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Infrastruktur desa (S5,S7,S9,O1, O2,O3, O5,O6,O7,O8)
• •
Penyediaan instalasi penampungan air bersih sederhana Perwujudan sistem irigasi yang optimal
•
•
Penyiapan dan penataan ruang bagi kawasan permukiman dalam bentuk penyusunan site plan Penataan landscape dan penataan lingkungan di kawasan rencana permukiman Pengenalan teknologi tepat guna pertanian dan non pertanian Identifikasi kesesuaian teknologi tepat guna yang akan diterapkan
4. Pemenuhan kebutuhan pokok perumahan yang terintegrasi dengan lahan kegiatan bekerja (S8,S9,01,04,05)
• 5.Penerapan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya lahan (S1,S2,S5,S9,02,O4,O5,07,08)
• •
• • • • • • •
STRATEGI S – T (Kekuatan dan ancaman) 1. Penambahan jumlah penduduk pendatang secara terbatas dan bijaksana berbasis ketersediaan lahan. (S9,T2,T8) 2. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup dengan mempertahankan keserasian dan keseimbangan lingkungan (S3,T5,T6,T7,T9) 3. Peningkatan kemampuan SDM untuk pengelolaan sumberdaya lahan secara bijaksana (S2,S8,T1,T9)
KEBIJAKSANAAN PELAKSANAAN • • •
Pertimbangan kemungkinan penambahan dan pemindahan penduduk lokal yang terbatas Penyuluhan kepada masyarakat untuk sadar lingkungan Pendidikan formal dan informal disektor pertanian dan pelatihan kerja
Pendirian koperasi tani yang dilengkapi dengan usaha simpan pinjam Pembinaan para petani dalam bercocok tanam dengan pengenalan bibit yang sesuai, musim tanam dan mengatasi hama Membina dan menuntun petani melalui pelatihan dan penyuluhan Membentuk kemitraan dengan LSM pertanian Perbaikan sistem irigasi Membuka sekolah kejuruan pertanian Pengadaan perangkat teknologi informasi Melakukan uji coba pengembangan jenis komoditi unggulan Peningkatan kapasitas dan kualitas jalan desa yang ada Pengembangan jaringan penghubung antara pusat koleksi dan distribusinya Pembuatan teknologi tepat guna perangkat keras pembersih air tawar menjadi air bersih. Pengenalan teknologi modern pengelola air bersih (R-O dsb) Pembangunan saluran irigasi Penyediaan perumahan sederhana bagi petani Pembangunan perumahan yang terpadu dengan pertanian dan berwawasan lingkungan Pemberian paket atau modul pelatihan kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan LSM Pengenalan dan pemberian dalam bentuk hibah perangkat lunak dan keras teknologi tepat guna Pelatihan dalam aplikasi dan pengembangannya
PENERAPAN PENGELOLAAN • •
Pembangunan infrastruktur pendidikan kejuruan pedesaan Penataan kembali kepemilikan lahan masyarakat dan lahan milik negara
STRATEGI W – O (kelemahan – peluang)
KEBIJAKSANAAN PELAKSANAAN banjir
• •
2. Pembuatan saluran irigasi dan tanggul (W2,W4,W5,W7,O2, O6,O8)
•
1. Penyediaan areal (W1,W6,O1,O4,),
parkir
air
untuk
limpahan
3. Pembuatan penampungan dan alat processing air bersih sederhana(W4,W5,W6,04,O5,O7)
• •
Penentuan dan penetapan lokasi areal parkir air Penentuan dan penetapan lokasi untuk embung dan penyediaan air pada waktu musim kemarau Pengadaan instalasi penjernihan air skala kecil untuk kepentingan air bersih Penetapan pusat koleksi dan distribusi yang potensial Penyiapan infrastruktur komunikasi pedesaan
PENERAPAN PENGELOLAAN • • • • •
Pembangunan areal parkir air Pembangunan saluran irigasi Pembangunan embung dan sistem penyimpanan air Pembangunan jalan penghubung antar pusat kegiatan distribuís dan koleksi Pembangunan perangkat keras telekomunikasi pedesaan
4. Meningkatkan kualitas prasarana infrastruktur dan aksesibilitas ke lokasi koleksi dan distribusi hasil produksi tidak sulit, sehingga menekan biaya operasional. (W3,W6,O3,O5,O6) 5. Pengembangan jaringan komunikasi melalui peningkatan jaringan/kapasitas sambungan, pengembangan telepon seluler dan pengem bangan jaringan dan pelayanan internet (W3,O2,O7,O8)
STRATEGI W - T W – T (kelemahan dan ancaman) 1. Memperkuat koordinasi antar sektor dan antar daerah yang diharapkan program yang akan dilaksanakan terfokus dan saling bersinergis (W1,T2,T4,T7,T9) 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan para stakeholders akan pentingnya kelestarian lingkungan laguna (W6,T4,T5,T7) 3. Mengarahkan prioritas pembangunan infrastruktur. desa berbasis ketersediaan anggaran. (W3,W6,T4) 4. Menyusun regulasi yang terkait dengan pemilikan lahan (W6,T1,T2,T8)
KEBIJAKSANAAN PELAKSANAAN • • • •
Meningkatkan kerjasama antara instansi horizontal Melaksanakan reboisasi hutan bakau dan penghijauan lahan gundul Menyusun rencana prioritas pengembangan kawasan Segara Anakan Menyusun regulasi yang baru atau merevisi regulasi yang sudah ada berkenaan dengan kondisi kawasan Segara Anakan kedepan
PENERAPAN PENGELOLAAN • • • • •
Menciptakan proyek bersama multi sektoral yang didukung oleh pendanaan masing masing sektor Membangun pusat penelitian dan pembibitan bakau Melaksanakan sosialisasi perlindungan hutan bakau Membangun dan meningkatkan kondisi jalan desa Menetapkan regulasi sesuai dengan kondisi kawasan Segara Anakan yang akan datang
e. Perbaikan sistem irigasi f. Membuka sekolah kejuruan pertanian g. Pengadaan perangkat teknologi informasi h. Melakuka uji coba pengembangan jenis komoditi unggulan i. Peningkatan kapasitas dan kualitas jalan desa yang ada j. Pengembangan jaringan penghubung antara pusat koleksi dan distribusinya k. Pembuatan teknologi tepat guna perangkat keras pembersih air tawar menjadi air bersih. l. Pengenalan teknologi modern pengelola air bersih (R-O dsb) m. Pembangunan saluran irigasi n. Penyediaan perumahan sederhana bagi petani o. Pembangunan perumahan yang terpadu dengan pertanian dan berwawasan lingkungan p. Pemberian paket atau modul pelatihan kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan LSM q. Pengenalan dan pemberian dalam bentuk hibah perangkat lunak dan keras teknologi tepat guna r. Pelatihan dalam aplikasi dan pengembangannya Strategi S - T mengarahkan untuk melangkah kearah kebijaksanaan pelaksanaan yang menekankan perlunya a. Pertimbangan kemungkinan pelaksanaan penambahan dan pemindahan penduduk lokal yang terbatas b. Penyuluhan kepada masyarakat untuk sadar lingkungan c. Pendidikan formal dan informal disektor pertanian dan pelatihan kerja Sehubungan dengan kebijaksanaan yang diambil tersebut diatas , pola penerapan pengelolaannya akan mencakup berbagai tindakan (action) yang mencakup a. Pembangunan infrastruktur pendidikan kejuruan pedesaan b. Penataan kembali kepemilikan lahan masyarakat dan lahan milik negara Strategi W - O mengarahkan untuk melangkah kearah kebijaksanaan pelaksanaan yang menekankan perlunya peningkatan peran masyarakat petani yang
didukung oleh penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian, serta bimbingan pemerintah di dalam implementasi kegiatan pertanian. Beberapa tindakan pelaksanaan diantaranya adalah : a. Penentuan dan penetapan lokasi areal parkir air b. Penentuan dan penetapan lokasi untuk embung dan penyediaan air pada waktu musim kemarau c. Pengadaan instalasi penjernihan air skala kecil untuk kepentingan air bersih d. Penetapan pusat koleksi dan distribusi yang potensial e. Penyiapan infrastruktur komunikasi pedesaan Sehubungan dengan kebijaksanaan yang diambil tersebut diatas , pola penerapan pengelolaannya akan mencakup berbagai tindakan (action) yang mencakup: a. Pembangunan areal parkir air b. Pembangunan saluran irigasi c. Pembangunan embung dan sistem penyimpanan air d. Pembangunan jalan penghubung antar pusat kegiatan distribuís dan koleksi e. Pembangunan perangkat keras telekomunikasi pedesaan Strategi W - T mengarahkan untuk melangkah kearah kebijaksanaan pelaksanaan yang menekankan perlunya peningkatan peran masyarakat petani yang didukung oleh penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian, serta bimbingan pemerintah di dalam implementasi kegiatan pertanian. Beberapa tindakan pelaksanaan diantaranya adalah : a. Meningkatkan kerjasama antara instansi horizontal b. Melaksanakan reboisasi hutan bakau dan penghijauan lahan gundul c. Menyusun rencana prioritas pengembangan kawasan Segara Anakan d. Menyusun regulasi yang baru atau merevisi regulasi yang sudah ada berkenaan dengan kondisi kawasan Segara Anakan kedepan. Sehubungan dengan kebijaksanaan yang diambil tersebut diatas , pola penerapan pengelolaannya akan mencakup berbagai tindakan (action) yang mencakup
a. Menciptakan proyek bersama multi sektoral yang didukung oleh pendanaan masing masing sektor b. Membangun pusat penelitian dan pembibitan bakau c. Melaksanakan sosialisasi perlindungan hutan bakau d. Membangun dan meningkatkan kondisi jalan desa e. Menetapkan regulasi sesuai dengan kondisi kawasan Segara Anakan yang akan datang. 4. Konsep Permukiman Sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan kawasan Segara Anakan adalah pentingnya untuk mempersiapkan kebutuhan pokok perumahan. Hal ini untuk dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi dikawasan tersebut, karena daya tarik wilayah serta ketersediaan lahan yang cukup besar serta tingkat kesuburan lahannya. Dengan demikian sebagai tindak lanjut dari strategi ini adalah melakukan penyediaan perumahan sederhana bagi petani dan pembangunan perumahan yang terpadu dengan pertanian dan berwawasan lingkungan. Pembangunan permukiman dikawasan waterfront terbesar di dunia adalah pembangunan waterfront Dubai 4.1. Pola Permukiman Petani Terpadu Permukiman petani terpadu merupakan keterpaduan antara ketersedian fasilitas perumahan dengan fasilitas kegiatan kerja dalam bentuk lahan pertanian (lahan basah atau lahan kering atau dan pertambakan) dan kegiatan sampingan lainnya seperti peternakan yang berwawasan lingkungan. Keterpaduan permukiman petani laguna memberikan dampak positif terhadap pengelolaan pertanian di kawasan laguna terutama dari sisi aksesibilitas. Suatu konsep yang akan dikembangkan adalah konsep permukiman secara terpadu dimana satu unit permukiman akan dipadukan dengan kegiatan pertanian dalam bentuk lahan garapan dan kegiatan sampingan dalam bentuk peternakan yang terdiri dari hewan ternak serta unggas, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatannya. Pola permukiman dapat berbentuk mengelompok (cluster), memanjang (linier) sedangkan kegiatan peternakan yang dapat dilakukan dengan pola terintegrasi dengan masing masing rumah, atau terpisah dengan perumahan.
Dengan sistem permukiman yang terpadu dengan pertanian, maka dasar pemikiran untuk pemanfaatan limbah pertanian akan diterapkan untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Untuk pertanian di lahan yang terbatas, pertanian terpadu dengan memperpanjang siklus biologi merupakan jawaban yang paling tepat sehingga Revolusi Hijau di bidang pertanian di lahan yang terbatas dapat dilanjutkan lagi tanpa harus memperluas lahan pertanian baru.Peningkatan produktivitas pertanian dan peternakan tidak lagi didasarkan kepada kepada luas lahan semata tapi lebih ditekankan kepada panjangnya mata rantai pakan yang dapat dikembangkan berdasarkan siklus biologi yang ada di alam.
Gambar. 1. Konsep Penataan Permukiman Terpadu Dengan Pola Linier rumah lahan pertanian
Gambar. 2. Konsep Penataan Permukiman Terpadu Dengan Pola Konsentris
5. Kesimpulan Erosi dan sedmentasi merupakan proses alam yang seringkali dianggap sebagi permasalahan di suatu kawasan. Namun proses alam yang berjalan secara kontinyu dan tidak pernah berhenti ini dapat dianggap sebagai anugerah pemberian alam yang mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Segara Anakan telah mengalami hal yang serupa, namun dibalik ini semua lahan kolmatasi sebagai bentukan hasil sedimentasi memberikan tingkat kesuburan yang tinggi
sehingga pada gilirannya masyarakat nelayan yang berada di sekitarnyapun mulai merubah pola mata pencahariannya dari nelayan menjadi petani lahan basah maupun kering. Lahan kolmatasi sebagai hasil proses sedimentasi menjadi sarana pendapatan masyarakat lokal dan mampu meningkatkan produksi beras bagi kepentignan masyarakat lokal. Daya tarik yang cukup tinggi ini mendorong sebagian masyarakat di luar kawasan Segara Anakan untuk masuk kekawasan ini. Penataan ruang kawasan perlu untuk disusun terutama kebutuhan pokok permukiman masyarakat dan kaitannya dengan aspek lingkungan, sehingga keterpaduan didalam pengelolaan kegiatan ekonomi serta perlindungan lingkungan seperti hutan bakau dapat diharmoniskan dan berjalan sesuai dengan harapan tercapainya kelestarian lingkungan yang stabil.
6. Daftar Pustaka 1. Agus, F et.al. 2007. Tanah Sawah Bukaan Baru. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 2. Coastal Revelations Vancouver Island BC Eco Tours ‘Green Shores Raising the Bar for Coastal Development’ Launch of coastal development rating system with Vancouver event June 23,2006 3. Clark, J.R. ,’Integrated Management of Coastal Zones’, FAO Fisheries, Technical Paper. No 327, Rome, Italy., 1992 4. Elsner, Gary H. and Richard C. Smardon, ed., ‘Our National Landscape’, Berkeley University California, 1979. 5. Lovejoy, Derek,’Land Use and Landscpe Planning”, Leonard Hill Books, Great Britain, 1973. 6. Park.,C.C.’Ecology and Environmental Management’, Wm Dawson and Sons Ltd., Britain, 1980