I. PENDAHULUAN
Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 mengamanatkan bahwa hutan merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. tersebut
merupakan
landasan
konstitusi
dalam
Mandat
pengurusan
dan
pemanfaatan hutan di Indonesia yang tercantum di dalam undang-undang tentang kehutanan tersebut. Hutan merupakan sumberdaya alam yang bersifat multi dimensi dan multi fungsi senantiasa menempatkan kehutanan pada posisi geopolitik dan geo strategik yang sangat vital untuk pemenuhan kepentingan masyarakat dari lintas generasi. Faktor-fakfor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pola pengelolaan hutan, kawasan lindung/budidaya dan hutan rakyat di Provinsi Kalsel antara lain : (1) kebutuhan papan dan pangan, (2) nilai tambah industri kehutanan, (3) pola ruang, (4) kelembagaan pengelolaan hutan, (5) tata kelola hutan, (6) konservasi sumberdaya alam, (7) bencana dan perubahan lingkungan global. (8) penanganan pengelolaan mitigasi bencana alam. Dengan perkembangan tersebut, maka peranan hutan, kawasan lindung/budidaya dan hutan rakyat mempunyai interaksi sangat penting. Secara spasial akan mendudukkan pengelolaan hutan, kawasan lindung/budidaya dan hutan rakyat di provinsi sebagai simpul yang terkait satu dengan yang lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya pada sistem 1
informasi, kualitas lingkungan dan ketersediaan papan dan ketahanan pangan, tetapi juga pada kegiatan perekonomian, industri ,jasa dan perdagangan, Hutan bukan hanya sekedar sekumpulan pepohonan yang mampu menyediakan kayu, akan tetapi sebagai ekosistem penyangga kehidupan. Hutan di Kalsel bukan saja sebagai penyangga kehidupan bagi masyarakat setempat, melainkan penyangga kehidupan bagi masyarakat seluruh masyarakat lokal, dan bahkan masyarakat global. Hal tersebut dikarenakan hutan memiliki karakter yang tidak dimiliki oleh sumberdaya alam lainnya, antara lain : 1. Keanekaragaman sumberdaya.
Di dalam hutan tropika terdapat
beraneka ragam kehidupan yang secara bersama-sama membentuk mata rantai kehidupan yang bermanfaat bagi manusia. Berbagai macam jenis dan species flora dan fauna serta sistem abiotik yang membentuk hutan, memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di muka bumi.
Guna mempertahankan kelimpahan keanekaragaman hayati
tersebut memerlukan ruang dalam luasan tertentu yang bukan saja untuk mencapai ukuran ekonomi (economies of size), tetapi juga agar mata rantai kehidupan dapat berjalan normal. 2. Keragaman peluang pemanfaatan. Hutan tropika yang dikenal sebagai mega diversity menyimpan banyak peluang manfaat dan menciptakan peluang usaha yang tidak terkira jumlahnya. Saat ini kemampuan kita untuk memanfaatkan kekayaan hutan masih terbatas, sehingga masih lebih banyak lagi peluang pemanfaatan yang belum tergali, dan bahkan belum diketahui.
Pengalaman memperlihatkan, bahwa kekenyalan
usaha kehutanan adalah karena adanya keanekaragaman hayati, misalnya pada mulanya pemanfaatan hasil hutan hanya berupa kayu yang bersifat komersial.
Sejalan dengan kemajuan Iptek, kayu-kayu
yang pada saat itu merupakan lesser known species, saat ini juga memiliki nilai ekonomi tinggi, dan bahkan hasil hutan bukan kayu serta pemanfaatan berbagai satwa liar seperti kupu-kupu sampai dengan gajah, dan jasa lingkungan memberikan nilai ekonomi yang sangat besar. 2
Oleh karena itu, keberadaan keanekaragaman hayati perlu dijamin guna kelangsungan pemanfaatan sumberdaya hutan bagi sebesar-besar kesejahteraan manusia. 3. Kepentingan antar generasi.
Hutan bukanlah warisan dari generasi
terdahulu kepada generasi masa kini,
melainkan generasi masa kini
“meminjam” dari generasi mendatang.
Oleh karena itu, generasi
mendatang berhak mendapatkan warisan dengan kondisi hutan yang yang sama, bahkan lebih baik, dari generasi sekarang. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya hutan oleh generasi sekarang harus selaras dengan keperluan dan kepentingan generasi mendatang. 4. Memerlukan waktu yang panjang.
Hutan merupakan salah satu
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui apabila pemanfaatannya tidak melampai daya dukungnya. Akan tetapi, untuk memulihkan nilai hutan yang sudah mengalami kerusakan memerlukan waktu yang relatif panjang. Lamanya waktu proses pemulihan ini menyebabkan tingginya resiko dan ketidakpastian untuk mendapatkan investasi.
Terlebih lagi
manakala faktor keterpencilan menjadi pertimbangan investasi karena pada umumnya hutan-hutan terletak di daerah yang dukungan sarana dan prasarannya masih sangat terbatas. 5. Kepentingan umum. Manfaat keberadaan hutan diperlukan oleh semua lapisan masyarakat di dalam satu negara bahkan masyarakat di negara lain sekalipun. Hutan bukan saja memberikan hasil berupa barang, tetapi juga memberikan jasa, seperti supply oksigen, tata air dan penyerapan serta penyimpanan karbon. Dengan demikian, sumberdaya hutan dapat digolongkan sebagai common property resources, yang keberadaannya menjadi tanggung jawab semua pihak. 6. Interaksi dengan masyarakat. Adalah realita sosial bahwa di sekitar hutan terdapat komunitas yang peri kehidupannya berinteraksi dengan keberadaan hutan.
Didalam lingkungan kominutas tersebut terdapat
nilai-nilai dan norma-norma budaya yang berpotensi untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari. 3
Oleh karena itu, pengelolaan
sumberdaya hutan tidak dapat meniadakan realita interaksi masyarakat dengan hutan
4
II. KAWASAN HUTAN KALSEL A. Luas Kawasan. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki wilayah daratan seluas 3.753.052 Ha, saat ini sebagian berupa kawasan hutan dengan luas sekitar 1.779.982,00 Ha atau sekitar 47,43 % (Kpts Menhut No. 435/Kpts-II/2009 Tanggal 23 Juli 2009), yang terdiri dari : Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
:
213.285,00 Ha
Hutan Lindung
:
526.425,00 Ha
Hutan Produksi Terbatas
:
126.660,00 Ha
Hutan Produksi Tetap
:
762.188,00 Ha
Hutan Produksi yang dapat dikonversi
:
151.424,00 Ha
Pelestarian Alam (Darat dan Perairan)
1.779.982,00 Ha
Kawasan hutan tersebut tersebar di seluruh Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luasan yang beragam, secara rinci ditampilkan pada table berikut : No.
KABUPATEN/ KOTA
1
2
FUNGSI KAWASAN HUTAN HL
KSA-KPA
3
4
HP
HPT
5
JUMLAH
HPK
6
7
8
1.
TABALONG
86.201,098
-
94.611,624
53.697,826
13.263,075
247.773,623
2.
BALANGAN
66.330,102
-
24.568,490
23,255
-
90.921,847
3.
HSU
-
-
-
-
41.928,264
41.928,264
4.
HST
22.974,062
-
8.732,082
13.973,160
-
45.679,304
5
5.
HSS
23.919,580
240,434
13.162,778
-
18.730,714
56.053,506
6.
TAPIN
12.188,146
-
12.359,227
1.340,331
6.753,915
32.641,619
7.
BANJAR
29.719,934
92.537,589
81.763,134
25.568,113
2.395,479
231.984,249
8.
BATOLA
-
3.762,286
-
-
8.005,334
11.767,620
9.
BANJARBARU
2.028,576
42,556
-
-
-
2.071,132
10.
TANAH LAUT
15.861,220
29.015,519
71.659,556
5.291,061
12.174,946
134.002,302
11.
TANBU
95.933,701
6.841,188
164.456,465
25.519,396
25.683,075
318.433,825
12.
KOTABARU
171.268,581
80.761,502
290.874,644
1.246,858
22.489,198
566.640,783
13.
BANJARMASIN
-
83,926
-
-
-
83,926
526.425,000
213.285,000
762.188,000
126.660,000
151.424,000
1.779.982,000
JUMLAH
B. Penutupan Lahan Luas Penutupan lahan dalam Kawasan dan luar kawasan hutan berdasarkan Penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Kawasan Hutan (1.000 Ha)
HPK
Jumlah (7 + 8)
APL (1000 Ha)
8
9
10
Hutan Tetap No
Provinsi KSA +KPA + TB
1
2
A. Hutan 1 Hutan lahan kering
3
HL
HPT
HP
Jumlah (3+4+5+6)
4
5
6
7
Jumlah (1000 Ha) (9+10) 11
2001
8,785
38,386
1,752
0,309
49,233
0,000
49,233
0,000
49,233
Hutan lahan kering sekunder/bekas tebangan
2002
46,396
327,452
76,254
205,156
655,257
0,552
655,809
23,093
678,902
3
Hutan mangrove primer
2004
10,455
0,004
0,000
0,037
10,496
0,000
10,496
3,306
13,802
4
Hutan mangrove sekunder/bekas tebangan
20041
34,328
0,000
0,000
1,181
35,509
0,118
35,627
16,258
51,885
Hutan rawa sekunder /bekas tebangan
20051
0,895
0,000
0,000
2,247
3,142
3,321
6,463
4,263
10,727
2006
5,982
6,979
0,599
53,499
67,059
3,226
70,285
44,328
114,613
106,841
372,822
78,605
262,429
820,697
7,217
827,913
91,248
919,162
49,066
71,065
16,393
200,068
336,591
16,689
353,281
161,917
515,198
primer 2
5
6
Hutan tanaman LUAS HUTAN
B. Non Hutan 1
Semak belukar
2007
6
20071
12,752
0,937
0,000
5,354
19,043
14,967
34,010
115,472
149,482
Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak/ kebun campur
20091
8,966
14,840
1,385
64,430
89,620
36,043
125,664
599,385
725,049
20092
14,345
64,046
26,901
146,298
251,590
19,378
270,967
304,597
575,565
5 6
Sawah
20093
0,531
1,269
0,192
0,290
2,282
8,815
11,097
272,742
283,839
Tambak
20094
9,877
0,000
0,000
0,306
10,183
0,076
10,259
12,986
23,245
7 8
Perkebunan/Kebun
2010
5,077
0,636
0,649
38,130
44,492
18,209
62,701
235,626
298,327
Permukiman/lahan terbangun
2012
0,624
0,014
0,000
0,408
1,046
0,160
1,206
31,996
33,202
9
Transmigrasi
20122
0,000
0,000
0,000
0,670
0,670
0,048
0,718
7,879
8,597
10
Lahan terbuka
2014
4,646
0,994
1,051
12,831
19,522
23,377
42,899
58,160
101,059
11
Pertambangan
20141
0,864
1,296
1,316
23,702
27,178
4,940
32,118
31,882
64,000
12
Savana/padang rumput
3000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,003
0,003
13
Tubuh Air
5001
0,136
0,000
0,000
0,001
0,137
0,001
0,138
14,351
14,489
14
Rawa
50011
0,120
0,005
0,000
0,000
0,125
1,807
1,932
15,787
17,719
15
Bandara/Pelabuhan
20121
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,216
0,216
LUAS NON HUTAN
107,005
155,101
47,886
492,487
802,480
144,510
946,989
1862,998
2809,988
TOTAL LUAS
213,846
527,923
126,492
754,916
1623,176
151,727
1774,903
1954,247
3729,149
2 3 4
Semak belukar rawa
C. Luas Kawasan Hutan Yang Telah Ditetapkan Luas kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, adalah sebagai berikut : No
Kabupaten
Jumlah lokasi/Kelompok Hutan
Total Luas (Ha)
1
2
3
4
1 HSS
2 Tanah Laut
HL. Gn. Pagar Kayu
412,80
HL. Bambanin
253,20
HL. Riamtalo
486,70
HL. Mantiut Jumlah
196,10 1.348,80
HL. Gn. Batubasawar
2.318,10
7
Keterangan 5 SK.901/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.901/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.902/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.902/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013
SK.899/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013
HL. Langkaras
1.357,00
HL. Damarwulan
60,00
HL. Gn. Pacar
22,00
HL. Gn. Batu
309,00
HL. Gn. Belanda
110,00
HL. Bukit Panti
562,00
HL. Gn. Lintang I
1.275,00
HL. Gn. Lintang II
44,60
HL. Gn. Lintang III Jumlah
47,50 6.105,20
Jumlah (1+2)
SK.898/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.898/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.898/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.898/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.903/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.903/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.900/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.900/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013 SK.900/Menhut-II/2013, tgl 16-12-2013
7.454,00
D. Pemanfaatan Kawasan Hutan Pemanfaatan kawasan hutan oleh pihak ketiga di Kalimantan Selatan saat sekarang ini sudah sangat jauh menurun, hal ini dapat terlihat pada jumlah IUPHHK HA dan HT yang tidak sebanyak dulu. Penurunan ini juga dikarenakan potensi kayu kawasan hutan yang mulai habis, saat ini kawasan hutan lebih banyak dimanfaatkan oleh kegiatan non kehutanan. Berikut daftar pengelola kehutanan di Wilayah provinsi Kalsel : 1. IUPHHK HA : No.
Nama IUPHHK-HA
SK IUPHHK-HA
Kabupaten
1
PT. Aya Yayang Indonesia
840/Kpts-II/1999
Tabalong
87.241,00
2
PT. Elbana Abadi Jaya
139/Menhut-II/2007
Tabalong
15.480,00
3
PT. Kodeco Timber
849/Kpts-II/1999
Tanbu
99.570,00
4
PT. Inhutani II Pulau Laut
193/Menhut-II/2006
Kotabaru
40.950,00
5
PT. Hasnur Jaya Utama
28/Kpts-II/2001
Tabalong
3.693,00
Jumlah
Luas
246.934,00
8
2. IUPHHK HT :
No.
Nama IUPHHK-HT
1 1
2 PT. Inhutani II Pulau Laut PT. Inhutani II Senakin PT. Inhutani III Plehari PT. Inhutani III Riam Kiwa PT. Hutan Rindang Banua
2 3 4 5
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
PT. Kirana Chatulistiwa PT. Hutan Sembada PT. Jenggala Semesta PT. Aya Yayang Indonesia PT. Kodeco Timber PT. Trikorindo Wanakarya PT. Inni Joa PT. Prima Multi Buana PT. Dwima Intiga
Nomor & Tanggal SK IUPHHK-HT 3 SK.30/Menhut-II/2006, 13 Peb 2006 SK.505/Menhut-II/2009, 03 Sep 2009 SK.358/Menhut-II/2005, 13 Okt 2005 SK.61/Menhut-II/2013, 23 Jan 2013 SK.196/Kpts-II/1998, 27 Peb 1998, Add. SK.86/Menhut-II/2006, 06 Apr 2006 647/Kpts-II/1996, 22 Okt 1996 445/Kpts-II/1997, 10 Agt 1997 143/Kpts-II/1997, 24 Mar 1997 SK.513/Kpts-II/2005, 26 Des 2005 253/Kpts-II/1998, 27 Peb 1998 127/Kpts-II/1998, 18 Peb 1998 SK.77/Menhut-II/2009, 05 Mar 2009 SK.569/Menhut-II/2009, 17 Sep 2009 SK.717/Menhut-II/2009, 19 Okt 2009
Luas (Ha)
Lokasi
5 48.720
6 Kotabaru
30.730
Kotabaru
27.500
Tanah Laut
15.080
Banjar
268.585
14.400
Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru Tanah Bumbu
10.260
Tabalong
12.380
Tabalong
8.185
Tabalong
13.090 13.545
Tanah Bumbu, Kotabaru Tabalong
28.355
Tanah Bumbu
12.690
Banjar
9.140
HSS, Tapin, Banjar
3. Kegiatan Pertambangan Dalam Kawasan : No.
1 2 4 5 6 7 8
Kabupaten/Kota
Pertambangan Jumlah Unit Luas (Ha)
Tabalong Balangan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Selatan Tapin Banjar Barito Kuala
4 1 5 1 9
7.832,15 931,17 861,91 2.759,38 -
9 10 11 12 13
Tanah Laut Tanah Bumbu Kotabaru Banjarbaru Kodya Banjarmasin Kodya
7 8 12
10
2.618,50 17.348,76 10.871,33
III.
POTENSI DAN PRODUKSI SUMBER DAYA HUTAN
A. Potensi Saat ini kawasan hutan di Kalimantan Selatan meliputi areal kurang lebih seluas 1.779.982 hektar. Sebagai provinsi yang terletak di Pulau Kalimantan sebagian besar didominasi oleh tipe hutan hujan tropis, sekaligus dikenal sebagai tempat megadiversity sehingga menjadi pusat konsentrasi keragaman hayati baik di daratan maupun perairan yang mempunyai potensi-potensi sebagai berikut : 1. Potensi ekonomi. Dari aspek ekonomi, sektor kehutanan di Kalimantan Selatan merupakan salah satu penyumbang pendapatan daerah yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada data-data sebagai berikut : Potensi Rata-Rata Kayu Semua Jenis di Provinsi Kalimantan Selatan No. A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3. 4. 5. C. 1. 2. 3. 4. 5.
Potensi Rata-rata Dalam Kondisi Penutupan Lahan (m3/ha) Tipe / Fungsi Bekas Hutan Tidak Hutan Hutan Primer Tebangan Tanaman berhutan HUTAN MANGROVE KSA-KPA-TB 114,3 0,0 0,0 23,7 HL 115,0 18,2 0,0 23,7 HPT 127,9 5,4 5,4 38,2 HP 103,4 2,4 2,4 27,1 HPK 84,6 39,2 39,2 25,6 HUTAN TANAH BASAH (RAWA) KSA-KPA-TB 119,4 42,8 0,0 23,7 HL 117,6 29,1 32,0 23,7 HPT 122,6 44,7 44,7 38,2 HP 79,3 88,5 88,5 37,1 HPK 71,8 16,7 16,7 25,6 HUTAN TANAH KERING KSA-KPA-TB 143,4 89,5 0,0 51,7 HL 155,3 65,1 98,2 47,7 HPT 147,2 103,3 103,3 45,9 HP 106,4 84,5 84,5 63,3 HPK 85,5 83,6 83,6 42,3 11
Potensi Rata-Rata Kayu Jenis Perdagangan di Provinsi Kalimantan Selatan No. A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3. 4. 5. C. 1. 2. 3. 4. 5.
Potensi Rata-rata Dalam Kondisi Penutupan Lahan (m3/ha) Tipe / Fungsi Hutan Bekas Hutan Tidak Hutan Primer Tebangan Tanaman berhutan HUTAN MANGROVE KSA-KPA-TB 15,3 0,0 0,0 2,4 HL 18,2 0,0 0,0 2,4 HPT 18,3 0,3 5,4 16,3 HP 13.7 0,1 2,4 17,8 HPK 4,2 4,7 39,2 2,2 HUTAN TANAH BASAH (RAWA) KSA-KPA-TB 31,4 15,6 42,8 2,4 HL 29,1 11,9 32,8 2,4 HPT 26,4 24,0 44,7 16,3 HP 38,0 34,5 88,5 17,8 HPK 27,6 16,3 16,7 29,8 HUTAN TANAH KERING KSA-KPA-TB 50,7 50,7 89,5 13,2 HL 65,3 25,8 98,2 13,2 HPT 73,1 62,0 103,3 20,1 HP 45,8 51,4 84,5 31,0 HPK 35,7 26,4 83,6 16,7
Potensi Rata-Rata Non Kayu (Rotan) di Provinsi Kalimantan Selatan No. A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3. 4. 5. C. 1. 2. 3. 4. 5.
Tipe / Fungsi Hutan
Potensi Rata-rata Dalam Kondisi Penutupan Lahan (kg/ha) Hutan Primer
Bekas Tebangan
HUTAN MANGROVE KSA-KPA-TB 15,8 HL 15,8 HPT 9,1 HP 0,0 HPK 7,9 HUTAN TANAH BASAH (RAWA) KSA-KPA-TB 20,9 HL 20,90 HPT 44,9 HP 96,9 HPK 88,7 HUTAN TANAH KERING KSA-KPA-TB 109,2 HL 65,4 HPT 111,4 HP 88,7 HPK 29,8
12
Hutan Tanaman
Tidak berhutan
15,8 15,8 9,1 0,0 7,9
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 22,2 1,6
20,9 20,90 44,9 96,9 88,7
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 22,2 1,6
109,2 65,4 111,4 88,7 29,8
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
15,4 17,9 15,1 1,6 36,8
Peranan ini sebenarnya perlu dipertahankan tanpa harus merusak hutan. Sebaliknya, dengan semakin tinggi tingkat kerusakan hutan,
pemasukan
daerah
dari
sektor
ini
akan
mengalami
penyusutan. Di samping itu, hutan adalah pemasok oksigen. Populasi tanaman yang tumbuh di hutan mampu memasok oksigen untuk keperluan manusia serta hewan. Maka tidak heran jika hutan dijuluki paru-paru alam. Hutan juga memiliki peranan penting dalam penyediaan air tanah. Akar pepohonan secara alamiah mampu mengikat unsur air. Di samping itu, dengan ditampungnya air dalam tanah, bahaya banjir dapat dicegah. Dapat dibayangkan apabila suatu daerah terkena bencana banjir, berapa kerugian material yang diderita para warga di kawasan bencana tersebut? Padahal untuk mencegah bencana tersebut sebetulnya tidak sulit, hanya butuh kesadaran akan pentingnya hutan. 2. Potensi sosial. Hutan mendiami
merupakan
kawasan
di
“wahana dalam
interaksi” dan
sekitar
masyarakat hutan.
yang
Mereka
memanfaatkan hutan sebagai sumber makanan, serta sumbersumber kehidupan lainnya. Hutan juga merupakan wadah pemersatu para suku di pedalaman. Mereka memiliki banyak kepentingan vital yang sama terhadap hutan yang lestari. Masyarakat di dalam dan sekitar hutan memiliki modal sosial yang berkaitan dengan hutan. Secara sosial hutan dapat menjadi wahana pertemuan masyarakat kota dan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Dengan tujuan wisata, masyarakat kota pada hari-hari libur dapat melakukan berbagai aktivitas seperti berkemah, lintas alam dan kegiatan rekreasi lainnya. Kegiatan-kegiatan ini memerlukan fasilitasi masyarakat yang mendiami di dalam dan sekitar kawasan hutan. Dengan interaksi sosial tersebut, diharapkan semakin meningkat interaksi antara berbagai pihak, yang pada akhirnya bermuara kepada saling pengertian akan pentingnya kelestarian hutan. 13
3. Potensi keanekaragaman hayati. Hutan di Kalsel sebagai bagian dari hutan ”Borneo” sangat terkenal dengan keanekaragaman hayati. Tanaman dan satwa yang hidup dalam hutan merupakan potensi hutan yang tidak boleh diabaikan. Berbagai
spesies binatang menyusui, reptil dan amfibi,
burung dan ikan air tawar. Dalam kaitan dengan keanekaragaman hayati, komponen-komponen hutan di Kalsel menyediakan berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai penyedia oksigen, bahan makanan, bahan bangunan, serta obat-obatan. Tidak ketinggalan, hutan merupakan obyek wisata. Diperkaya oleh satwa yang menghuni hutan, semakin lengkap peranan hutan sebagai kawasan yang kaya unsur-unsur kehidupan yang ada di dalamnya. Kekayaan flora dan fauna di Kalimantan Selatan sedapat mungkin dipelihara sebagai bagian dari kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini dilakukan upaya konservasi sumber daya alam yang meliputi konservasi di dalam kawasan hutan dan konservasi diluar kawasan hutan. Khususnya konservasi didalam kawasan hutan dilakukan dengan melalui pembangunan suaka margasatwa, suaka alam, dan taman wisata serta taman hutan raya. Berbagai fauna yang tergolong satwa langka yang dilindungi yang tersebar pada hutan suaka alam dan wisata yaitu:
Bekantan (Nasalis Larvatus)
Kera Abu-abu (Maccaca Irrus)
Elang (Butatstur sp)
Beruang Madu (Hylarotis Malayanus)
Kijang Pelaihari (Muntiacus Salvator)
Owa - Owa (Hylobatus Mulleri)
Elang Raja Udang (Palargapais Carpusis)
Cabakak (Hakyan Chalaris)
Rusa Sambar (Cervus Unicular)
Biawak (Varanus Spesi) 14
Kuau (Argusianus Argus)
Pecuk Ular (Prebytus Rubicusida) Pusat-pusat konservasi flora dan fauna seperti disebutkan di
atas dapat lebih diperincikan sebagai berikut: a. Cagar Alam Pulau Kaget Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Bekantan (Nasalis Larvatus), Kera Abu-abu (Macaca Fasicularis) dan lainlain. b. Cagar Alam Gunung Kentawan Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung. c. Suaka Margasatwa Pelaihari - Martapura Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Beruang Madu (Helarctus Malayanus), Kuwau (Argusianus Argus), Pecuk Ular
(Cervus
Unicolor),
dan
Kijang
Pelaihari
(Muntiacus
Pleiharicus) d. Suaka Alam Pelaihari Tanah Laut Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan, burung raja udang (Palargopsis Capengis), rusa sambar, dan biawak (Varanus Salvator). e. Taman Wisata Pulau Kembang Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan , kera abu-abu, bajing tanah (Laricus Insignis) dan elang abu-abu (Butartur sp). f. Taman Hutan Raya Sultan Adam Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi berbagai jenis flora dan fauna, sekaligus sebagai kawasan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas lambung Mangkurat. 15
Terdapat tiga buah reservant masing-masing di Danau bangkau, Danau panggang, dan Sungai Buluh, sebagai kawasan untuk melindungi satwa air khususnya pada saat hewan tersebut berkembang biak. Hewan-hewan yang dilindungi di kawasan ini antara lain ikan Haruan (Ophiocephalus Striatus), Betok (Anabas Testudineus),
Sepat
Siam
(trichogaster
pectoralis),
tambakan
(helostoma temmincki), dan buaya taman (Crocodile sp) Selain itu, dalam usaha menjaga kelestariaan tumbuhtumbuhan yang sudah mulai langka telah dikembangkan penanaman tumbuhan langka khas Kalimantan Selatan di Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat yang dikelola oleh Fakultas Pertanian. Wilayah propinsi Kalimantan Selatan kaya akan sumber plasma nutfah dan dianggap sebagai tempat asal dari berbagai tumbuhan seperti : 1. Durian (Duriospesi) 2. Tebu (Sacharum Officinarum) 3. Kasturi (Mangifera Delmiana) 4. Rambutan (Nephelium Lappocum) Hutan Daratan rendah dan tinggi didominasi oleh spesies : 1. Meranti (Dipterocorpus Spesi) 2. Hopea (Hopea spesia) 3. Ulin (Eusideroxlyon) 4. Kempos (Komposia Spesi) 5. Damar (Agathis bornensis) 6. Sindor (Sindora Spesi) Di daerah hutan tanah bergambut pepohonan utamanya meliputi : 1. Ramin (Gonostylus Bancadud) 2. Jeluntung (Dura Spesi) 3. Ebony (Displyros Spesi) Di daerah hutan rawa dibagian barat Kalimantan Selatan banyak ditemui : 16
1. Xylopia Spesi 2. Tarantang (Comnaperma Spesi) 3. Nipah (Nipahfruitcans) Di daerah hutan air payau banyak terdapat : 1. Bakau (Rhizospora spesi) 2. Prapat (Soneratia spesi) 3. Api - Api (Avicenia spesi) 4. Bruguira spesi Dua spesies rotan yaitu spesi dan Daemonorps adalah tanaman memanjat terpenting. Tanaman memanjat lainnya adalah ficus spesi. Di atas pohon-pohon besar di dalam hutan terdapat berbagai anggrek. Di Kalimantan Selatan secara keseluruhan terdapat 10 unit kawasan konservasi, Tahura Sultan Adam yang terletak di kabupaten Banjar dan kabupaten Tanah Laut merupakan kawasan konservasi terluas di Kalimantan Selatan yang melebih 50 % dari total kawasan konservasi, secara rinci kawasan konservasi ditampilkan sebagai berikut : No. NAMA KAWASAN 1. Tahura Sultan Adam 2. Cagar Alam Pulau Kembang
KABUPATEN Banjar dan Tanah Laut Barito Kuala
3. Cagar Alam Pulau Kaget
Barito Kuala
4. Cagar Alam Gn. Kentawan
HSS
17
LUAS (Ha) Nomor/Tanggal SK 112.000,00 Keppres No. 52/89, Tgl. 19/12/1989 60,00 Mentan No. 780/Kpts/ Um/12/76, Tgl. 1/1/76 63,60 Mentan No. 701/Kpts/ Um/11/76 Tgl 6/11/76 SK. Menhutbun No.337/Kpts/II/99 SK. 24 Mei 1999 257,90 Mentan No. 109/Kpts/ Um/2/79 Tgl.
10/2/79 SK. Menhutbun No.336/Kpts/II/99 24 Mei 1999 5. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku
Kotabaru
6. Cagar Alam Teluk Pamukan
Kotabaru
7. Cagar Alam Sungai Bulan dan Sungai Lulan 8. Suaka Margasatwa Pelaihari
Kotabaru
9. Taman Wisata Alam Pelaihari
Tanah Laut
10. Taman Wisata Alam Pulau Bakut
Barito Kuala
Tanah Laut
66.650,00 Mentan No. 27/Kpts/ Um/2/82 dan Menhut No. 329/Kpts-II/1988 SK. Menhut No.329/ Kpts- II/97 14 Oktober 1997 20.619,00 Menhut No. 247/Kpts- II/84 Tgl. 18/12/1984 1.857,60 Menhut No. 247/Kpts- II/84 Tgl. 18/12/1984 6.000,00 Menhut No. 247/Kpts- II/91 Tgl. 11/10/1991 1.500,00 Menhut No. 247/Kpts- II/91 Tgl. 11/10/1991 18,70 Menhut No. 140/Kpts- II/03 Tgl. 21/4/2003
Untuk potensi wisata yang saat ini sedang digarap secara serius adalah potensi wisata yang ada di Tahura Sultan Adam, ada berbagai macam obyek wisata yang dapat ditemui di Tahura Sultan Adam antara lain : 1) Danau/Waduk PLTA Ir. P. M. Noor Berupa danau/waduk seluas +8.000 Ha dengan fungsi utama sebagai pembangkit listrik tenaga air satu-satunya di Propinsi Kalimantan Selatan. Berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi dan banjir. Sebagai obyek wisata alam, danau/waduk ini memiliki bentang alam yang menarik dengan panorama danau, lembah dan bukit disekelilingnya serta untuk kegiatan olah raga air. 18
2) Pulau Pinus Berupa pulau seluas +3 Ha, terletak ditengah danau/waduk, dapat ditempuh +15 menit dari Pelabuhan Tiwingan. Pulau ini didominasi oleh tanaman Pinus merkusii. 3) Pulau Bukit Batas Pulau seluas +1 Ha, ini berdekatan letaknya dengan Pulau Pinus, dapat ditempuh +30 menit dari Pelabuhan Tiwingan. Seperti halnya dengan Pulau Pinus, kawasan ini cocok untuk rekreasi santai dan olah raga air. 4) Air Terjun Surian Air terjun ini terdiri dari air terjun Surian, air terjun Batu Kumbang dan air terjun Mandin Sawa yang sangat menunjang kegiatan Bina Cinta Alam. Dari sungai Hanaru dapat dicapai +2 jam dengan menelusuri sungai Hanaru atau +13 jam melalui jalan patroli yang sudah ada. 5) Air Terjun Bagugur Air terjun ini terletak di hulu sungai Tabatan. dari desa Kalaan dapat ditempuh +1-2 jam melalui jalan reboisasi dan areal bekas perladangan berpindah. 6) Kawasan Wisata Mandiangin Kawasan ini terletak di daerah Mandiangin merupakan suatu komplek bangunan yaitu kantor pusat pengelola, kantor pusat informasi sumberdaya alam, plaza dan bumi perkemahan. Di areal ini terdapat prasasti peresmian berdirinya TAHURA Sultan Adam dan Puncak Penghijauan Nasional (PPN) ke 29 yang ditandatangani oleh Presiden RI Bapak Soeharto. Di lokasi ini pula pusat pengelolaan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan UNLAM. Pada pengembangan selanjutnya kawasan ini akan dikembangkan menjadi arboretum, penangkaran satwa, taman safari, kolam renang, taman burung, bumi perkemahan dan akan dilengkapi dengan souvenir shop dan lain-lain. 7) Air Terjun Sungai Karuh 19
Air terjun ini terdapat di gunung pahiyangan termasuk dalam desa Rantau Balai mempunyai ketinggian kurang lebih 20 meter dan belum begitu terjamah oleh banyak wisatawan sangat ideal untuk kegiatan Bina Cinta Alam. dapat dicapai +2 jam dari desa Rantau Balai.
Air Terjun Sungai Karuh di Rantau Balai 8) Air Terjun Mandiangin Air terjun ini terdapat di obyek wisata Tahura mandiangin cukup mudah dijangkau berjarak lebih krang 300 meter dari plaza
20
Tahura mandiangin. Air terjun ini sudah jadi tujuan wisata setiap sabtu dan minggu wisatawan lokal di Kalsel dan Kalteng.
9) Kolam Pemandian Belanda Berupa kolam renang peninggalan sejarah masa pendudukan Belanda di Kalsel/Kab. Banjar. Sudah di rehab pada tahun 2011 dan cukup nyaman untuk pengunjung mandi dan merasakan dinginnya air asli pegunungan
21
10) Jalur/tracking Mandiangin Jalur untuk pejalan kaki menikmati murninya udara hutan Tahura Mandiangin sambil menuju air terjun Mandingin 11) Benteng belanda Saksi sejarah pendudukan Belanda di Kalsel berupa beberapa buah bangunan yang kondisinya sudah berupa reruntuhan dan hanya teringgal pondasi bangunan namun demikian cukup menggambarkan keadaan bangunan pada saat itu. Menurut cerita, Belanda pada saat itu juga menggunakan tempat tersebut untuk
deposit house emas dan intan yang mereka dapatkan
disekitar Mandiangin 12) Bukit Batu Besar Bukit paling tinggi (±400 m dpl) yang ada di Mandiangin merupakan tujuan wisatawan pegunungan .
yang ingin menikmati view
Disini terlihat waduk riam kanan dan komplek
perkantoran Pemprov. Kalsel
SUNRISE DI BUKIT BESAR MANDIANGIN 22
13) Sungai mandiangin Sungai khas di kawasan hutan berkelak-kelok, air yang jernih dengan panjang sekitar 1 km dan dari berbagai mata air yang terdapat di pegunungan sekitar Mandiangin. 14) Camping Ground Ada 3 lokasi perkemahan yang terdapat di Mandiangin. Biasanya digunakan pelajar, mahasiswa serta lembaga pelatihan untuk pengembangan diri dan organisasi. 15) Outbound Ada 2 lokasi Outbound berupa permainan jalan di tali, jembatan, gantung dan meluncur (flying fox) untuk wisatawan umum ataupun organisasi pendidikan
sebagai sarana uji mental dan
kerjasama tim dalam hal pengembangan diri dan organisasi
Outbond
FARAH QUIN SHOOTING DI MANDIANGIN 23
PANJI SHOOTING DI MANDIANGIN B. Produksi Kayu Bulat Realisasi produksi kayu bulat provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 sebesar 391.029,59 M3 dengan rincian sebagai berikut : - IUPHHK Hutan Alam 23.494,83 M3 No.
Nama Perusahaan
Keterangan
Volume Produksi
1.
PT. Aya Yayang Indonesia
2.
PT. Elbana Abadi Jaya
-
3.
PT. Sumpol Timber
-
4.
PT. Hasnur Jaya Utama
8.517,44
5.
PT. Kodeco Timber
3.540,29
24
11.437,10
- IUPHHK H. Tanaman 325.262,29 M3 No. A. 1.
I P
Nama Perusahaan
Produksi Kayu Bulat
IUPHHK-HT PT. Inhutani II Pulau laut
50.416.07
2. K PT.Inhutani III Sebuhur 3. PT.Hutan Rindang Banua
10.066,68 231.588,65
4. 2 PT. Kirana Chatulistiwa 5. 8 PT. Inni Joa
20.480,22 7.414,36
B. 7 IUPHHK-HTR 1. , Kop. Akar Perjuangan
2.673,73
2.
2.622,58
Kop. Gemah Ripah Jumlah
325.262,29
- IPK/ILS 65.767,30 M3 C. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Hasil hutan bukan kayu di Provinsi Kalimantan Selatan saat ini belum terlalu banyak dimanfaatkan, hal ini dikarenakan masih terpolanya paradigma lama yang mengandalkan kayu sebagai hasil hutan andalan. Rendahnya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tersebut dapat terlihat selama lima tahun terakhir sebagaimana table di bawah ini :
1
JENIS HHBK 2 Rotan
Kg Ikat
-
JUMLAH PRODUKSI 2010 7 -
2
Gaharu
Kg
-
30
3
Madu
Liter
-
4
Sirap
Keping
5
Sarang burung
6
Arang
No. 1
SATUAN 3
2008 7
2009 8
2011 8
KET
2013 8
9
-
-
-
-
-
60
-
-
85 -
10.257.500
13.351.000
-
-
-
Kg
425
181
55
87
Kg
-
-
1.606.448,00
-
25
92 87 -
D. Pungutan Kehutanan Dari produksi kayu bulat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan pemungutan terhadap PSDH dan DR sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berikut ditampilkan perkembangan pungutan kehutanan pada lima tahun terakhir serta perkembangan penyaluran Dana Bagi Hasil PSDH untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan : No
Tabel Perkembangan Penerimaan PSDH dan DR TAHUN PSDH DR (Rp)
Rp
US Dollars
1
2007
3.489.093.896,29
4.697.635.477,48
354.621,26
2
2008
4.488.905.214,40
1.457.034.087,08
192.542,88
3
2009
3.411.528.586,27
6.662.883.378,95
669.635,45
4
2010
3.948.872.358,31
7.100.705.416,71
782.289,53
5
2011
2.967.685.384,02
5.646.588.266,14
644.063,69
6
2012
3.519.049.177,49
7.286.610.027,12
774.195,72
7
2013
3.034.391.657,00
555.785,89
Tabel Perkembangan Penyaluran Dana Bagi Hasil PSDH ALOKASI (Rp) No Thn JUMLAH 16% Provinsi 64 % Kab/Kota 1
2007
1.212.377.135
4.849.507.826
6.061.884.961
2
2008
6.463.386.472
25.869.460.863
32.332.847.335
3
2009
11.787.360
43.430.751
55.218.111
4
2010
12.783.680
646.943.403
659.727.083
26
5
2011
474.829.661
1.899.318.645
2.374.148.306
6
2012
563.047.868
2.252.191.473
2.815.239.341
7
2013
485.502.665,12 1.942.010.660,48 2.427.513.325,60
27
IV.
INDUSTRI & PEMASARAN HASIL HUTAN KAYU
A. Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Saat ini Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) di Kalimantan Selatan berjumlah 191 unit baik kapasitas di atas 6.000 M3/Tahun maupun kapasitas di bawah 6.000 M3/Tahun, secara rinci jumlah IPHHK adalah sebagai berikut : 1. Kapasitas di atas 6.000 M3 per tahun :
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kab/Kota Tabalong Balangan Banjar Barito Kuala Banjarmasin Tanah laut Tanah Bumbu Kotabaru Jumlah
∑ IUIPHHK sesuai Perijinan 3 1 1 7 9 1 1 3 26
∑ Kapasitas Terpasang 190.000 30.000 85.000 618.195 644.550 230.000 120.000 1.223.667 3.141.417
∑ Kapasitas Ijin 190.000 30.000 85.000 618.1195 644.550 230.000 120.000 1.223.667 3.141.417
∑ IUIPHHK Aktif 1 1 4 5 2 13
Grafik IUIPHHK Kapasitas di atas 6.000 m3/th Provinsi Kalimantan Selatan 9
10 7
8 6 4 2
4
3
1
1
0
1 1
5 3
1
1
0
0
0
2
∑ Izin ∑ Aktif
2. Kapasitas sampai dengan 6000 M3 per tahun No. 1 2 3 4 5 6
Kab/Kota Tabalong Balangan HSU HST HSS Tapin
∑ IUIPHHK sesuai Perijinan 20 4 7 2 11 5
∑ Kapasitas Produksi 64.450 18.400 30.700 11.800 38.600 25.000 28
∑ Kapasitas Ijin 64.450 18.400 30.700 11.800 38.600 25.000
∑ IUIPHHK Aktif 11 1 0 2 3 0
7 8 9 10 11 12 13
Banjar Banjarbaru Barito Kuala Banjarmasin Tanah laut Tanbu Kotabaru Jumlah
4 10 9 28 28 16 21 165
9.900 51.400 45.500 115.900 105.750 70.800 37.200 610.000
9.900 51.400 45.500 115.900 105.750 70.800 37.200 610.000
3 6 4 17 6 13 2 68
Grafik IUIPHHK Kapasitas s/d 6.000 m3/th Provinsi Kalimantan Selatan 30 25 20 15 10 5 0
28
20
28
17
11 4
7 1
0
11 3 22
5
0
43
10 6
9
4
16 13 6
21
2
∑ Ijin ∑ Aktif
B. Produksi Kayu Olahan Realisasi produksi kayu olahan di provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 sebesar 105.940,4948 M3 dengan rincian sebagai berikut : No
Volume Produksi
Jenis Produksi
1
Containaer Flooring
240,0923
2
Doorskin Plywood
3
Fancy Playwood
4
Polyester Plywood
5
Block board
6
Polyester Block Board
373,7536
7
Lumber Core
176,0617
8
Bare Core
9
Wood Working
59.595,9848 8426,0810 43,1225 2.317,2739
1.779,7543 93,6537 29
Ket.
10
Laminating Board
1.071,3700
11
Partickel Board
24.132,5800
12
Produk Lainnya
4862,9800
JUMLAH
162.135,4945
C. Pemasaran Kayu Olahan Sasaran pemasaran kayu olahan dari provinsi Kalimantan Selatan terbagi dua yakni untuk konsumsi dalam negeri serta eksport yang secara rinci ditampilkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel Penjualan Kayu Olahan Dalam Negeri
1
Daerah Tujuan Bali
2 3 4 5 6
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jateng Jawa Timur
No.
7 8 9 10 11 12
Kalimantan Selatan Kalteng Kaltim Makasar Manado NTB
Jenis Dokumen FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO
Jumlah Dokumen 35 123 305 265 171 289 4.311 3 928 2.524 1 44 778 1 1 14 30
Volume 152.732,0171 63847.752 9.598,1189 24.443,8533 6.894,2675 6.898,7741 2.784.166,7340 204.000 343.449 44.827,9054 9,98 600,4913 9.809,2185 48.000 18.000 1.725,7600
Satuan M3 Keping M3 M3 M3 M3 M3 Keping Ton M3 Ton M3 M3 Keping Keping M3
Keterangan Sirap
Sirap Arang kayu Arang kayu
Sirap Sirap
13 14 15 16 17
NTT Sulteng Sumsel Sumut Jogyakarta Jumlah
FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO FA-KO Kayu Olahan Sirap Arang kayu
2 1 1 3 4 12
144.000 170,3264 32.000 123,7493 246,2553 518,2413 667.669,9962 7.293.752 343.449,98
Keping M3 Keping M3 M3 M3 M3 Keping Ton
Sirap Sirap
Tabel Penjualan Kayu Olahan Luar Negeri No.
Negara Tujuan
Plywood + LVL
Veneer
Blockboard
Kayu Gergajian
Moulding
Woodworking
Arang Kayu
(M3)
(M3)
(M3)
(M3)
(M3)
(M3)
(Ton)
1
Amerika
6.265,7954
-
351,2720
111,3052
461,6187
-
-
2
Arab Saudi
3.808,1496
-
-
-
-
-
-
3
Argentina
80,4957
-
-
-
141,7626
-
-
4
Australia
1.840,1616
-
-
-
-
-
-
5
Belanda
84,6000
-
-
-
-
-
-
6
Cina
664,8950
-
122,1679
-
42,1039
-
-
7
Eropa
1.353,9310
-
-
-
20,2357
-
-
8
Hongkong
1.277,7619
-
727,1132
-
-
-
-
9
Jepang
138.078,3846
31,3310
6.769,6665
253,5360
-
-
-
10
Jerman
3.335,7854
38,6742
-
-
-
-
80
11
Kanada
1.764,2855
-
-
-
35,9485
-
-
12
korea
17.876,5581
-
160,2113
-
-
146,5330
-
13
Kuwait
2.651,4558
-
-
-
-
-
-
14
Lebanon
78,8033
-
-
-
-
-
-
15
Meksiko
-
-
-
-
20,4931
-
-
16
Portugal
41,1051
-
-
-
166,9917
-
-
17
Singapura
95.355,0868
817,2001
1.483,6985
-
-
-
-
18
Taiwan
21.342,5892
-
2.641,5268
295,7747
2.552,0240
-
-
19
Thailand
44,1996
-
-
-
-
-
-
20
Vietnam
42,4373
-
-
-
-
-
-
295.986,4809
887,2053
12.255,6562
660,6159
3.441,1782
146,5330
80
Jumlah
31
Tabel Eksport dan Nilai Devisa
NO
Tujuan
1
2
REALISASI EKSPORT DAN NILAI DEVISA VOLUME (M3)
DEVISA (US$)
3
4
5
1
India
3.871,7040
2.854.628,77
2
Taiwan
5.645,2204
2.530.419,36
3
Jepang
59.068,2055
35.812.373,12
4
Hongkong
122,1679
56.711,61
5
Australia
20,3287
10.047,22
6
Jerman
185,9037
183.676,54
7
Saudi Arabia
6.209,3963
4.904.635,49
8
Amerika
92,5904
40.007,46
9
Singapura
284,7903
92.009,15
10
Belgia
655,0030
475.723,61
11
Korea
5.558,3762
2.935,548,02
12
China
40,3891
28.960,86
13
Yordania
120,8819
7.551,19
Jumlah
81.874,9574
49.932.292,3955
32
KETERANGAN
V. REHABILITASI HUTAN LAHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN A. Lahan Kritis di Kalimantan Selatan
Hasil review Balai Pengelolaan
Daerah
Aliran
Sungai
(BPDAS) menunjukan bahwa luas Lahan Kritis yang ada di Kalimantan Selatan cenderung berkurang,hal ini dibuktikan pada Tahun 2009 luas lahan kritis dengan kategori kritis dan sangat kritis sekitar 761.041,00 Ha sedangkan pada Tahun 2013 meningkat menjadi sekitar 640.708,70 Ha. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi penurunan luas lahan kritis sebanyak 120.332,30 Ha atau terjadi pertambahan rata-rata pertahun 30.083,075 Ha. Lahan kritis tersebut tersebar di seluruh Kabupaten dan Kota di provinsi Kalimantan Selatan, secara rinci ditampilkan pada table berikut : Dalam dan Luar Kawasan
Tingkat ke Kritisan
No
Kabupaten/ Kota
Dalam Kawasan (Ha)
Luar Kawasan (Ha)
Jumlah (Ha)
Sangat Kritis (Ha)
Kritis (Ha)
Jumlah (Ha)
1
2
4
5
6
7
8
10
1
Banjarbaru
2
Banjar
3
1.351,70
26.150,20
27.501,90
3.166,50
2.044,80
5.211,30
152.882,70
121.326,60
274.209,30
16.598,50
95.977,80
112.576,30
Banjarmasin
0,00
6.578,60
6.578,60
0,00
0,00
0,00
4
Barito Kuala
5.254,00
96.685,70
101.939,70
0,00
19.079,40
19.079,40
5
Tapin
19.836,00
145.822,80
165.658,80
7.428,60
18.418,10
25.846,70
6
HSS
30.192,70
70.635,60
100.828,30
2.817,90
13.106,20
15.924,10
7
HST
16.861,00
44.398,00
61.259,00
489,60
8.946,20
9.435,80
8
HSU
22.599,80
11.370,00
33.969,80
0,00
4.520,60
4.520,60
9
Balangan
26.567,20
39.890,10
66.457,30
7.236,30
11.656,00
18.892,30
33
10
Tabalong
11
Tanah Laut
12 13
Tanbu Kotabaru Jumlah
110.244,40
35.454,70
145.699,10
8.111,60
17.536,00
25.647,60
98.329,00
174.996,50
273.325,50
27.502,50
65.639,90
93.142,40
125.137,20 251.834,60
123.121,10 190.705,90
248.258,30 442.540,50
35.456,40 23.726,70
84.296,80 166.952,30
119.753,20 190.679,00
861.090,30
1.087.135,80
1.948.226,10
132.534,60
508.174,10
640.708,70
B. Kegiatan Rehabilitasi Dalam rangka mengatasi lahan kristis Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan telah melaksanakan kegiatan rehabilitasi di dalam maupun di luar kawasan hutan meskipun laju penaman sangat tidak seimbang dengan laju perkembangan lahan kritis yang terjadi, berikut disampaikan data kegiatan rehabilitasi yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan provinsi Kalsel bersama BPDAS Barito pada tahun 2013 : Rehabilitasi Lahan Dalam Kawasan Hutan (Ha)
Luar Kawasan Hutan (Ha)
Kebun Penanaman Bibit Hutan (Ha) Rakyat (Ha) 6 7 1.050,00 1.781,66 4.190,00 502,16
No.
Kabupaten/ Kota
1 1 2
2 Banjar Tanah Laut
3 1.650,00 1.060,00
3
Kotabaru
1.760,00
20,00
160,00
4 5 6
Barito Kuala HSS Banjarmasin
525,00 700,00 -
14,00 6,00
100,00 -
7
Tabalong
-
-
5.000,00
1.494,06
8 9
HST HSU
-
-
1.025,00 -
666,87 473,01
10
Banjarbaru
-
-
50,00
125,63
11 12
Balangan Tapin Jumlah
50,00 100,00 5.845,00
34
4 -
40,00
254,63 -
50,00 416,20 301,76 11.625,00 6.015,98
Puncak Acara OBIT
Rehabilitasi Lahan Kritis
Peran serta Unlam, Bridgestone, Waseda University dan JIFPRO dalam rehabilitasi lahan kritis
C. Pemberdayaan Masyarakat Pada Tahun 2013 juga telah dilaksanakan kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar hutan secara langsung dalam pengelolaan dan pemanfaatan hasilhasil hutan, diantaranya kegiatan sebagai berikut :
35
1. Letak Dan Luas Areal Hutan Kemasyarakatan
No.
Kabupaten/ Kota
1
Tabalong
2
Hulu Sungai Selatan
3
Kegiatan Hutan Kemasyarakatan Pelatihan Penanaman Pelatihan Petugas Petani (Ha) Lapangan (orang) (orang)
Keterangan
765,43
-
-
HL
6.315,43
-
-
HP dan HL
Banjar
10.234,00
-
-
HL
Jumlah
17.314,86
0,00
0,00
2. Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Konservasi Kabupaten/ Kota
Jumlah Desa yang dilibatkan dalam kegiatan (unit)
Jumlah KK yang dilibatkan (KK)
1 1.
2 Tanah Laut
3 1 Unit
4 30 KK
2.
Kotabaru
1 Unit
90 KK
No
Kegiatan
Jenis 6 Model Desa Konservasi
Volume 7 Bantuan Modal Usaha Rp.50.000.000,-
Model Desa Konservasi
Bantuan Modal Usaha Rp.90.000.000,-
36
Keterangan
8 Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2011 di Desa Batakan Kecamatan Panyipatan dengan nama lembaga yaitu LMDK-WI. Untuk Kelompok diberikan bantuan modal untuk usaha sebesar Rp.50.000.000,- yang dibagikan ke setiap anggota dengan system pembayaran yang telah diatur dalam ADART LMDK-WI. Selain itu kelompok LMDK-WI juga mendapatkan bantuan peralatan berupa pelampung 39 buah, mesin penggiling daging 2 buah, mesin pemotong rumput 2 buah, garuk 4 buah, cangkul 4 buah, terpal 20 buah, lemari buku 1 buah, computer 1 unit. Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2011 di Desa Sakadoyan Kabupaten Kotabaru. Dengan bantuan modal usaha sebesar Rp.90.000.000,- untuk pengembangan usaha pembuatan gula merah. Kegiatan terdiri atas 3 Kelompok. Untuk
3.
Kandangan
1 Unit
42 KK
Bantuan Bibit Karet dari biji
4200 bibit
4.
Kotabaru
1 Unit
29 KK
Bantuan Sarana Produksi Pertanian dan Jaring
91 set
5.
Barito Kuala
1 Unit
10 RT
Bantuan Bibit buah
1300 bibit
Kelompok diberikan bantuan peralatan berupa Tungku, wajan, sendok wajan masing-masing 90 buah, lemari 3 buah, meja 6 buah, Kegiatan dilaksanakan tahun 2012 di Desa Hulu Banyu Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, bantuan berupa bibit karet dari biji yang diminta berdasarkan hasil rapat di kantor desa. Kegiatan dilaksanakan tahun 2012 di Desa Sungai Limau, Kecamatan Berangas Kabupaten Kotabaru. 1. Sarpras Pertanian berupa sprayer sebanyak 16 Unit untuk 16 KK 2. Jaring sebanyak 91 Set yang terdiri dari 28 set ukuran 028 3” 42 set ukuran 028 3,5”. 7 set ukuran 028 4,5”. 14 set ukuran 028 5,5” untuk 13 KK Kegiatan dilaksanakan di Desa Beringin Kecamatan Alalak Bantuan berupa bibit sawo 350 batang, bibit sirsak 600 batang, bibit 350 batang
3. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Untuk pemanfaatan
hasil
hutan
kayu
yang
melibatkan
masyarakat di sekitar hutan adalah berupa Hutan Tanaman Rakyat (HTR) sampai Tahun 2013ada beberapa unit, secara rinci sebagai berikut : No
Kabupaten
Unit HTR
Luas Areal Pencadangan (Ha)
Jumlah
Luas (Ha)
9 3 .900
10
11
9.035
9.035
7
2751
5.355
5.355
5
2.692
2009
2010
2011
2012
2013
2 Kotabaru
5 -
6 3.900
7 3 .900
8 3 .900
2
Tanah Bumbu
-
9.035
9.035
3
Tanah Laut
5.355
5.355
5.355
1 1
37
4
Banjar
3.160
3.160
3.160
3.160
3.160
5
HSS
818
818
818
818
818
6
Tabalong
7.490
7.490
7.490
7.490
7.490
7
Balangan
-
-
-
-
-
16.823
16.823
29.758
29.758
29.758
Jumlah
1
699,73
2
593,79
15
6.736,52
4. Peningkatan Usaha Masyarakat di Sekitar Hutan Produksi No.
Kabupaten/ Kota
Jumlah Desa Yang Dilibatkan Dalam Kegiatan (unit)
Jumlah KK Yang Dilibatkan (kk)
Anggaran (x R p .1 000)
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
3 Desa
PM
Rp
48,000,000
Pertanian Menetap
3 Desa
PM
Rp
314.072.141
Peningkatan Ekonomi
3 desa
PM
Rp
54,500,000
Pengembangan Sarana
1.
Tabalong
dan Prasarana 3 Desa
PM
Rp
78,200,000
Sosial Budaya
3 Desa
PM
Rp
14,250,000
Konservasi SDA Lingkungan
2.
Tanbu
2 Desa
PM
PM
Peningkatan Ekonomi dan pengembangan sarana dan prasarana
3.
Kotabaru
3 Desa
PM
PM
Pertanian Menetap
3 Desa
PM
PM
Peningkatan Ekonomi
3 desa
PM
PM
Pengembangan Sarana
3 Desa
PM
PM
Sosial Budaya
3 Desa
PM
PM
Konservasi SDA Ling-
dan Prasarana
kungan
38
Dalam
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
tenaga
penyuluh
kehutanan dan kelompok tani hutan dituntut untuk berperan aktif dalam mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, adapun jumlah tenaga penyuluh kehutanan dan kelompok tani hutan yang ada di Provinsi Kalsel adalah sebagai berikut : No.
Kabupaten/Kota
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
HSS HST Tanah Bumbu Tanah Laut Barito Kuala Tapin Balangan Banjar Kotabaru Tabalong Banjarbaru Jumlah
Tenaga Penyuluh Kehutanan (orang) Terampil Ahli Jumlah
Kelompok Tani Hutan Jumlah Kelompok
Jumlah Anggota (orang)
3
4
8
9
10
6 2
2 5
8 7
5
2 5 10 6 5 3 12 5
7 5 12 6 14 3 12 5
1 2 1 6 4 2 1 5 2
25 30 45 152 100 50 20 100 50
55
81
24
572
2 9
24
39
Keterangan
19
VI.
PENGAMANAN DAN PERLINDUNGAN HUTAN
Kegiatan Pengamanan dan Perlindungan Hutan bertujuan untuk menjaga kawasan hutan beserta hasil hutannya agar dapat dimanfaatkan secara legal sesuai aturan yang berlaku. Kegiatan pengamanan hutan berkaitan erat dengan pengelolaan dan pengusahaan hutan, dalam arti pengelolaan hutan yang baik hanya dimungkinkan terselenggara dalam situasi dan kondisi keamanan hutan yang kondusif. Tugas pembinaan keamanan kawasan hutan dan hasil hutan dilaksanakan dalam bentuk tindakan-tindakan persuasive, preventif dan represif serta penjagaan tata tertib dalam kawasan hutan. Pengamanan hutan secara persuasif berupa penngamanan hutan bersama masyarakat di sekitar hutan (PHBM), serta melalui upaya penerangan dan penyuluhan. Bardasarkan hasil kegiatan pendataan dan pengamatan yang dilakukan didapatkan data-data mengenai lokasi-lokasi yang merupakan lokasi rawan illegal logging dan perambahan kawasan hutan, secara rinci ditampilkan sebagai berikut : 1. Lokasi rawan illegal logging : -
Kabupaten Banjar ( Desa Belimbing, Desa Angkipih, Desa Bancing dan Desa Peramasan,DS, Remoh dll).
-
Pulau Laut Barat : Desa Semaras.
Pulau Laut Selatan : Desa
Ambung-ambungan, Kelumpang Tengah
Desa Sepapah dan
Geronggang. -
Hampang : Desa Hampang dan lalapin, Pamukan Utara : Desa Segayam, Sungai Durian : Desa Buluh
-
Kuning.
Kabupaten Kotabaru (Desa Pulau Laut Utara : Desa Sebelimbing, Gunung Ulin dan Mulyasari).
-
Kecamatan Pelaihari : Desa Tebing siring dan Desa Tanjung.
-
Kabupaten Tanah Bumbu
( Kecamatan Kusan Hulu :
Mangkalapi dan Teluk Kepayang).
40
Desa
2. Lokasi perambahan kawasan : NO
KABUPATEN
1
Tanah Bumbu
2
3.
Tanah Laut
Kab. Banjar
KEGIATAN PERAMBAHAN
PENANGANAN KASUS
Perkebunan PT Ladang Rumpun Sumber Abadi
Telah dilakukan lidik polda kalsel
Penambangan Batubara di Areal PKP2B PT. Arutmin
Dilaporkan Arutmin ke polres Tanbu
Tambang Emas Ds Bani Temunih 39 Unit
Laporan Dishut Tanbu (kasusnya sdh Tk Polda)
Pembukaan lahan masyarakat seluas 7 Ha
Kasusnya sdh tk. Polda
Pembukaan lahan untuk kelapa sawit masyarakat di Tahura SA
Tegoran Ka Balai Tahura
Kelapa Sawit PTP Pelaihari
Temuan Patroli pamhut (Belum ada penanganan)
Pembukaan lahan untuk tambang batubara di IUPHHK HTI PT. HRB
Patroli 2 kali oleh polhut Akan didata PT HRB Segera dilakukan operasi gabungan
Tambang Emas Oleh Masyarakat sebanyak 15 unit
Dimusnahkan Tim Gabungan (Kegiatan masih ada terus)
Perambahan di IUPHHK HTI Inhutani III 221 Ha
Ditangani DISHUT Banjar
Sarang burung di Tahura SA (1 unit)
Saran Polda untuk kemungkinan ijin pimjam pakai
41
3. Tenaga Pengamanan Hutan No
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabalong Balangan Hulu Sungai Utara Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Selatan Tapin Banjar Banjarbaru Barito Kuala Banjarmasin Tanah Laut Tanah Bumbu Kotabaru JUMLAH/
2009 4
2010 5
POLHUT 2011 6
2012 7
2013 8
7 4
7 8
8 7
7 7
7 7
8
8
7
4
4
24
24
21
21
21
12 23
11 23
10 23
10 23
10 23
78
81
76
71
71
4. Sarana dan Prasarana Pengamanan Hutan No. 1
JENIS SARANA/PRASARANA 2
SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 KET 3
5
6
7
8
8
1
Senjata Api Laras Panjang
Pucuk
90
90
90
90
90
2
Lemari senjata api
Buah
-
-
1
1
1
3
Sangkur/Pisau
Buah
-
-
18
18
18
4
GPS
Buah
6
6
6
6
6
5
Kendaraan Roda 2
Unit
-
-
-
-
-
6
Kendaraan Roda 4
Buah
3
3
4
4
4
7
Rig / Radio
Unit
-
-
-
-
-
8
HT
Unit
8
8
8
8
8
9
Senjata Api Laras Pendek
Pucuk
15
15
15
15
15
42
9
Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan provinsi Kalimantan Selatan dalam penanganan terhadap gangguan hutan dan hasil hutan : a. Tindakan Persuasif : 1. Penyuluhan dan penyebaran informasi tentang pencegahan Illegal logging 2. Inventarisasi daerah rawan illegal logging 3. Memetakan daerah rawan Illegal logging (sesuai koordinat) 4. Pembentukan kelompok masyarakat mitra sepaham 5. Seruan bersama majelis ulama Kalimantan Selatan dengan Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan b. Tindakan Preventif : 1. Meningkatkan Patroli rutin baik fungsional maupun gabungan
di
dalam dan disekitar kawasan termasuk daerah ex HPH 2. Peningkatan Kemampuan tenaga Pengamanan Hutan baik melalui penyegaran (short course) maupun Pelatihan / Kursus Teknis 3. Meningkatkan Koordinasi dengan instansi terkait c. Tindakan Represif : 1. Operasi
Gabungan
dilakukan
bersama-sama
dengan
aparat
keamanan terkait Kepolisian, TNI, POM TNI dan Kejaksaan baik dilokasai penebangan (sekitar pegunungan meratus) dan jalur edar Illegal logging baik di darat dan di laut 2. Operasi Fungsional dilakukan oleh aparat pengamanan Hutan Dinas Kehutanan (Polisi Kehutanan) Dari kegiatan operasi pengamanan hutan yang telah dilaksanakan pada tahun 2013 didapati sejumlah kasus pelanggaran, secara rinci ditampilkan sebagai berikut :
43
No.
1
Kabupaten /Kota
2
Unit Kerja Pelaksana
3
1 2
Banjarmasin Tanah Laut
UPPHH BM BKSDA Kalsel
3
Barito Kuala
BKSDA Kalsel
Jumlah
Temuan Kayu Olahan (m3)
4
81,9624 301,8270
Sitaan
Kayu Bulat (btg/phn/tgk /m3)
5
9
26,82 190,35
Gambar Kejadian
44
217,17
10
Barang bukti dimusnakan ditempat 1 unit Excavator merk SUMITOMO tipe PC 210
383,79
Keterangan
VII. HASIL PENELITIAN DAN DAN PENEMUAN BIDANG KEHUTANAN Pada Tahun 2013 telah pula dilakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pembangunan kehutanan di wilayah Provinsi Kalsel yang mana tugas ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru dengan hasil sebagai berikut : 1. Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan No.
Program/Judul UKP
1
Jumlah Kegiatan Penelitian
2
1 2 3 4 5
3
Pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman Pengelolaan DAS dan rehabilitasi hutan/lahan kritis Penelitian dan pengembangan produktivitas hutan Penelitian perubahan iklim dan kebijakan kehutanan Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
16 1 4 21
Jumlah
2. Hasil Penemuan Balitbang Kehutanan Yang Sudah Dan Akan Diusulkan Untuk Mendapatkan HKI Tahun 2013 No.
Jenis Temuan/Karya Tulis
1
2
1
2
Perlindungan HKI Hak Paten Hak Cipta 3
4
Keterangan 5
Alat pemadam kabakaran hutan (pompa punggung jufa, kepyok, stik jarum) Pemanfaatan gulma lahan g ambut untuk pupuk kompos
1
masih proses
1
masih proses
Jumlah
2
3. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Badan Litbang Kehutanan Tahun 2013 No.
Lokasi
Luas (Ha)
Dasar Hukum KHDT K (Ha)
U n i t Kerja
1
2
3
4
5
1
Riam Kiwa
1455
BPK Banjarbaru
2 3
Rantau Kintap
180 1000
SK. Menhut No.75/Menhut-II/2004 Tanggal 10 Maret 2004 SK.Menhut No.177/Menhut-II/2005 SK.Menhut No.83Menhut-II/2004 Tanggal 10 Maret 2004
Jumlah
2635
45
BPK Banjarbaru BPK Banjarbaru
VIII. PENUTUP
Sektor kehutanan adalah sektor yang mempunyai peran cukup penting dalam mewujudkan target sukses agenda pembangunan nasional dan daerah. Potensi sumber daya hutan yang besar merupakan modal pembangunan yang harus dikelola secara arif dan bijaksana demi kelangsungan fungsi dan manfaat hutan tersebut sebagai sistem penyangga kehidupan. Seiring
dengan
perjalanan
waktu,
aktivitas
pembangunan
mengakibatkan hutan banyak mengalami tekanan dan gangguan sehingga berkurangnya
kemampuan
hutan
dalam
mendukung
pembangunan.
Berbagai kepentingan untuk dapat mengelola dan memanfaatkan hutan merupakan potret
terhadap sumberdaya hutan di Provinsi Kalimantan
Selatan, tingkat kerusakan terhadap kawasan hutan yang disebabkan oleh okupasi kawasan oleh masyarakat sekitar dan dalam hutan, konversi hutan secara permanen, pembalakan liar (Illegal Logging), kebakaran hutan, penambangan tanpa ijin (Illegal Mining) serta izin pemanfaatan kawasan yang kurang memperhatikan kemampuan dan daya dukungnya. Hal–hal tersebut
di atas menyebabkan ketidakseimbangan dalam
prinsip pengelolaan hutan lestari dan di lain sisi tidak adanya kerja sama dengan masyarakat sekitar hutan sebagai komunitas yang memiliki kesamaan mata pencarian dengan hutan (profesi), keterikatan tempat tinggal bersama, yang memberikan dampak terhadap masalah sosial bagi kesejahteraannya. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk mengelola hutan yang diamanatkan kepada kita secara lestari, dimana pemanfaatan hasil hutan tetap dapat dilaksanakan untuk kesejahteraan berbagai pihak namun tidak meningggalkan jejak-jejak kerusakan terhadap hutan yang dapat berakibat fatal di masa mendatang. Dibutuhkan kebijakan pemikiran dan ilmu yang mumpuni dalam pengelolaan kawasan hutan, mari bersama kita jaga dan lestarikan kawasan hutan sebab hutan adalah pinjaman dari anak cucu kita. 46