KATA PENGANTAR Puji serta Syukur Terpanjat Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi Berkah serta Ridho-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan Rencana Kerja 2013 dapat terselesaikan. Sejalan dengan penerapan sistem otonomi daerah maka pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan mengalami pergeseran pendekatan yang semula berorientasi pada produksi dan penyeragaman program dari pusat yang sering bersifat top-down menuju paradigma baru yang menekankan pada pembangunan faktor manusia yang bersifat bottom-up. Pembangunan pertanian merupakan pilar dari pembangunan nasional mengingat lebih dari 50% penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani sedangkan lapangan usaha yang terserap di sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan mencapai 20,66% dibawah penyerapan industri pengolahan yaitu mencapai 27,08%. Kualitas petani menentukan hasil pembangunan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani merupakan salah satu tujuan dari pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selain itu, sektor pertanian Kabupaten Bandung memberikan kontribusi ketiga terbesar PDRB, yakni sebesar 7,36% terhadap PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2009. Untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas kinerja pembangunan pertanian perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia sector pertanian serta dukungan sarana prasarana infrastruktur pertanian, berupa jaringan irigasi dan sarana produksi. Mengingat hal tersebut di atas, maka Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung pada Tahun 2013 mengajukan beberapa usulan kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan pedesaan di wilayah Kabupaten Bandung berbasis pertanian dalam satuan “Rencana Kerja Tahun 2013”.
D Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 2012
Penyusunan Rencana Kerja dalam proses pembangunan sektor pertanian merupakan suatu keharusan agar tujuan pembangunan pertanian dapat dicapai dengan sempurna Rencana Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2013 ini merupakan tindak lanjut dari Renstra (Rencana Strategis) SKPD periode 2011-2015 sebagai penjabaran dari RPJMD Kabupaten Bandung dan merupakan arah atau pedoman pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan pada tahun 2012. Rencana Kerja (Renja) 2013 ditujukan untuk mengkonsolidasikan kerjasama dan kemitraan dari semua aktor-aktor ekonomi yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam sektor agribisnis dan pembangunan lingkungan beserta semua pemangku kepentingan di sektor ini. Lebih lanjut, rencana kerja 2013 diwarnai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk agribisnis,
49
kelembagaan agribinis, dan struktur ekonomi pasar agribisnis, yang merupakan identitas lokal serta peningkatan kualitas infrastruktur dasar pertanian.
Rencana Kerja 2014
Semoga Rencana Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi, pedoman, evaluasi, penilaian, dan informasi mengenai kegiatan pada sub sektor pertanian di Kabupaten Bandung Tahun 2013.
50
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vi
BAB I.
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Landasan Hukum
15 PERTANIAN,
15
2.1 Gambaran Umum
19
2.2. Tugas Pokok dan Fungsi
21
2.3. Sumberdaya SKPD
24
BAB III. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA 2011
25
3.2. Permasalahan dan Upaya Penanganan
27
3.3. Analisis Kinerja
28
3.3.1. Analisis Kinerja Ekonomi Sektor Pertanian
28
3.3.2. Posisi Sektor Pertanian Kab. Bandung dalam Regional Jawa Barat
37
BAB IV. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN,INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
51
4.1.1. Rencana Program dan Kegiatan Propinsi Jawa Barat dan Nasional
32
25
3.1. Program dan Kegiatan Tahun 2011
4.1. Rencana Program dan Kegiatan
28
56
57
Rencana Kerja 2014
BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
51 51
51
61
4.2.
4.2.
Indikator Kinerja dan Kelompok Sasaran
52
57
4.2.1.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
58
4.2.2.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
58
4.2.3.
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
63
4.2.4.
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan
64
4.2.5. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan
65
4.2.6. Program Peningkatan Potensi Sumber Daya Hutan
68
4.2.7. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
69
4.2.8. Program Perlindungan dan Konservasi Hutan
70
Pembiayaan Kegiatan
BAB V. PENUTUP
71 72
Rencana Kerja 2014
4.1.2. Rencana Program dan Kegiatan Dinas pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
52
DAFTAR TABEL
Uraian
Halaman
2.1
Bentuk Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2010
19
3.1
Program dan Kegitan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2011
27
3.2
Pertumbuhan Nilai PDRB Bandung (Trilyun Rupiah)
3.3
Pertumbuhan PDRB Subsektor dalam Pertanian (Trilyun Rupiah)
30
3.4
Realisasi Produksi Padi Palawija Kab. Bandung Tahun 2010
32
3.5
Pertumbuhan Produksi Sub Pangan dan Hortikultura (Ton)
33
3.6
Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Sayuran Unggulan Kab. Bandung Tahun 2010
Sektoral
Sektor
Kabupaten
Tanaman
3.7
Pertumbuhan Produksi Hortikultura (Ton)
3.8
Pertumbuhan Bandung
3.9
Peranan Sektor dalam Ekonomi Regional (Persen)
Produksi
Subsektor
Tanaman
Perkebunan
Kabupaten
29
34 35 36
39
3.10 Perbandingan Kinerja Tenaga Kerja Antar Sektor
40
3.11 Perbandinmgan Indeks Produksi Komoditas dalam Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
40
3.12 Kinerja Produksi Bandung
44
Perkebunan
di
Kabupaten
Rencana Kerja 2014
No.
53
Perubahan
dan
Produksi
48
Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan tahun 2012
55
Sasaran dan Indikator Kinerja Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program 57
4.3
Sasaran dan Indikator Kinerja Peningkatan Ketahanan Pangan
Program
4.4
Sasaran dan Indikator Peningkatan Pemasaran Pertanian/Perkebunan
Kinerja Hasil
Program Produksi
63
Sasaran dan Indikator Kinerja Peningkatan Penerapan Pertanian/Perkebunan
Program Teknoligi
64
4.6
Sasaran dan Indikator Kinerja Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
67
4.7
Sasaran dan Indikator Kinerja Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
69
4.8
Sasaran dan Indikator Kinerja Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
70
4.9
Sasaran dan Indikator Kinerja Perlindunangan dan Konservasi Hutan
71
4.1
4.2
4.5
Program
4.10 Rencana Kebutuhan indikatif program dan kegiatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2012
60
72
Rencana Kerja 2014
3.13 Luas Areal, Laju Tebangan Hutan
54
DAFTAR GAMBAR
Uraian
Halaman
1.1
Hubungan Antar Komponen Permasalahan
3.1
Kuadran Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai PDRB
3.2
Nilai LQ pada Komoditas Pangan dan Hortikultura
43
3.3
Kuadran pertumbuhan Ekonomni dan Nilai PDRB Tahun Dasar Komoditas Perkebunan
46
3.4
Nilai LQ pada Komoditas Perkebunan
47
3.5
Nilai LQ pada Komoditas Kehutanan
49
4.1
Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
54
Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan SubSektor Kehutanan Kabupaten Bandung
55
4.2
4 42
Rencana Kerja 2014
No.
55
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Rencana Kerja 2014
Rencana kerja 2014 Dinas pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung merupakan periode ketiga dari Rencana Strategis Pembangunan Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan tahun 2011-2015. Seiring dengan RPJMD Kabupaten Bandung 2011-2015 dan Rencana strategis tersebut, tahapan keempat ditujukan untuk mematapkan kerjasama dan kemitraan dari semua aktor-aktor ekonomi yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam sektor agribisnis dan pembangunan lingkungan beserta semua pemangku kepentingan di sektor ini. Lebih lanjut, rencana kerja 2014 diwarnai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk agribisnis, kelembagaan agribinis, dan struktur ekonomi pasar agribisnis, yang merupakan identitas lokal. Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar ataupun kecil, akan memberikan dampak terhadap arah kebijakan pembangunan di segala strata dan sektor sampai ke tingkat yang paling bawah, termasuk di dalamnya pembangunan pertanian di daerah. Disamping itu, perubahan struktur dan tuntutan kemasyarakatan akan produk yang berkualitas dan berwawasan lingkungan juga telah berimbas terhadap akuntabilitas arah pembangunan pertanian dan kehutanan. Pemerintah sebagai fasilitator, mediator, dan promoter dalam pembangunan pertanian berkewajiban dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang dimaksud. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan agribisnis dituntut mampu beresolusi pada sistem dan manajemen produksi dalam rantai pasokan produk pertanian, sehingga menghasilkan produkproduk pertanian yang memiliki karakteristik: 1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal, yang mencirikan produk pertanian unggulan daerah; 2. Mampu berdaya saing secara global; dan 3. Green Products Selain itu, sektor pertanian merupakan sektor strategis yang harus didukung keberlagsungannya sebagai faktor pendorong percepatan pembangunan wilayah pedesaan dan juga merupakan sektor yang memperkuat ketahanan pangan, sebagai bahan baku pengolahan untuk agroindustri pedesaan, membuka kesempatan kerja dan perbaikan pendapatan petani. Jika dilihat dari fungsi, sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung, yang
56
Rencana Kerja 2014
dibuktikan dengan kontribusinya terhadap perekonomian daerah sebesar 7,36-7,13% atau 3,013 Triliun pada tahun 2009 (BPS, 2009). Menurut World Bank (2008), lima karakteristik yang harus dipenuhi untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dalam pembangunan wilayah adalah (1) Established Preconditions; (2) Comprehensive; (3) Differentiated dan kemitraan yang solid; (4) berkelanjutan, sinergitas antara ekonomi, sosial, dan lingkungan; dan (5) Feasible dalam manajemen data, penganggaran, program, kebijakan, dan dampak. Karakteristik tersebut harus menjadi agenda khusus dari hirarki kepemerintahan. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan yang merupakan lembaga teknis di Kabupaten Bandung telah menyusun strategi yang mampu mengkolaborasikan partisipasi masyarakat tani lokal, hirarki pemerintahan, stakeholder pendukung lainnya (seperti lembaga penelitian/ universitas sebagai mediator dan fasilitator transfer teknologi, lembaga financial, dan lembaga lainnya). Meningkatnya geliat usaha agribisnis dan berkembangnya diferensiasi usaha berbasis agribisnis yang tersinergi dengan pembangunan lingkungan menjadi salah satu arah kebijakan pembangunan yang secara makro ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan PDRB sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
57
Gambar 1 Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pembangunan Wilayah
Rencana Kerja 2014
Menurut Abdul Ajid, D (2001), pembangunan pertanian merupakan suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas faktor-faktor produksi pendukungnya, disertai dengan penataan dan pengembangan lingkungan fisik dan sosialnya sebagai manifestasi dari akumulasi dan aplikasi kemajuan ilmu dan teknologi, akumulasi modal serta organisasi dan manajemen. Dalam konteks pembangunan di Indonesia, pembangunan pertanian pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan beberapa pencapaian utama yaitu (1) terwujudnya sistem pertanian berdayasaing; (2) tercapainya ketahanan pangan yang mandiri; dan (3) terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian. Pencapaian ketiga tujuan tersebut diharapkan dapat menghapus masyarakat pertanian dari lingkaran kemiskinan yang selama ini menjadi simpul kritis pembangunan nasional dan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing global berbasis sumberdaya lokal. Di samping itu, dalam pembangunan pertanian proses industrialisasi serta berkembangnya sektor jasa telah mendorong perubahan sasaran
58
pembangunan pertanian dari sekedar dalam bentuk pertanian primer menjadi suatu sektor ekonomi modern dalam bentuk agribisnis. Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi, subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis (Hafsah, 1999). Pembangunan pertanian dalan konteks agribisnis, sesuai dengan arah pembangunan nasional jangka panjang 2005–2025 yang diorientasikan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat pertanian melalui perwujudan sistem pertanian industrial yang berdaya saing. Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu relasi kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumberdaya nasional, kearifan lokal serta ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang makin ketat (Departemen Pertanian, 2005). Sistem pertanian industrial harus memiliki karakteristik usaha tani yang bernilai tinggi melalui intensifikasi, diversifikasi, atau multi usaha intensif. Kabupaten Bandung sebagai salah satu sentra produksi pertanian Jawa Barat, regionalisasi pengembangan komoditas unggulan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian dan mendorong investasi baru berdasarkan keunggulan komparatif wilayah. Oleh karena itu, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan struktur ekonomi tersebut ditujukan untuk mengembangkan komoditas unggulan bernilai tinggi (high value commodities).
Rencana Kerja 2014
Pembangunan pertanian yang dijadikan fokus kembali strategi pembangunan nasional sejak digulirkannya program revitalisasi pertanian tahun 2005, telah mendorong berbagai pihak menitikberatkan dan mengubah arah pembangunan pertanian menjadi pengembangan pertanian yang berbasis kompetitif dan komparatif. Menurut Dudung, A (2001), pembangunan pertanian merupakan suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas faktor-faktor produksi pendukungnya, disertai dengan penataan dan pengembangan lingkungan fisik dan sosialnya sebagai manifestasi dari akumulasi dan aplikasi kemajuan ilmu dan teknologi, akumulasi modal serta organisasi dan manajemen. Berlangsungnya proses industrialisasi serta berkembangnya sektor jasa mendorong perubahan
59
sasaran pembangunan pertanian dari sekedar dalam bentuk pertanian primer menjadi suatu sektor ekonomi modern dalam bentuk agribisnis. Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi, subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis (Hafsah, 1999). Sektor pertanian yang telah terabaikan sejak dicapainya masa keemasannya pada periode 1980-an ternyata tampaknya telah menjelma menjadi satu-satunya solusi yang paling rasional di dalam mengatasi permasalahan di dalam pembangunan nasional yang selama ini sangat bergantung pada sektor industri. Stagnasi yang dialami oleh sektor industri pada dua dekade terakhir ini, terutama pada tingkat penyerapan tenaga kerja yang cenderung semakin rendah, merupakan indikator kurang berhasilnya strategi pembangunan yang dianut selama ini. Selain itu, tingkat impor barang ekonomi, terutama pangan, juga merupakan sinyal yang menunjukkan ketimpangan kinerja dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kombinasi dari kedua kondisi ini adalah pangsa tingkat kemiskinan yang cenderung semakin besar antar waktu. Mungkin telah tiba waktunya untuk kembali menyandarkan pertumbuhan ekonomi nasional kepada sektor pertanian. Telah banyak kajian yang dilakukan untuk mengidentifikasi peran sektor pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Ravallion and Datt (1996) dan Datt and Ravallion (1998) yang melakukan penelitian di negara-negara berkembang (least developing countries) menghasilkan beberapa temuan penting; (1) ternyata kinerja sektor primer (pertanian) secara signifikan memiki dampak terhadap laju kemiskinan, sementara sebaliknya untuk sektor sekunder (industri); (2) pertumbuhan ekonomi pedesaan ternyata dapat mereduksi tingkat kemiskinan di pedesaan dan juga di perkotaan, sementara pertumbuhan di perkotaan hanya akan mereduksi kemiskinan di perkotaan saja.
Rencana Kerja 2014
Selanjutnya Timmer (1997) yang meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di 35 negara berkembang menemukan bahwa meskipun produktivitas tenaga kerja di dalam sektor pertanian termasuk rendah namun secara konsisten dapat menjadi kontributor utama di dalam upaya pengentasan kemiskinan untuk keseluruhan sektor di dalam perekonomian. Delgado et.al. (1998) yang melakukan penelitian di beberapa negara miskin di Asia dan Afrika menunjukkan bahwa jika pendapatan nasional dapat didistribusikan secara
60
merata pada rumahtangga perdesaan dan pertanian maka akselerasi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan. Pada tingkat mikro, dikotomi paradigma pembangunan antara sektor pertanian dan industri tentunya sangat mewarnai dinamika perekonomian di Kabupaten Bandung. Sebagai kabupaten dengan PDRB sektor industri yang relatif sangat tinggi, tidaklah berlebihan jika Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah yang menjadi tulang punggung perekonomian regional Jawa Barat. Dan tidaklah juga berlebihan bahwa fokus pengembangan wilayah lebih dititikberatkan pada sektor ini. Namun begitu, gejala-gejala stagnasi sektor industri telah mulai terlihat; dimana tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor industri memiliki kecenderungan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya difusi teknologi manufaktur. Selanjutnya, keterkaitan yang semakin erat dengan pasar global menyebabkan sektor industri semakin memerlukan sumberdaya yang tidak bersifat lokal (tenaga kerja terdidik dan input produksi yang spesifik); dalam hal ini transfer sumberdaya dilakukan lintas regional yang berimplikasi pada terlewatinya peluang untuk menciptakan multiplier effect di tingkat regional. Pengabaian atas kondisi-kondisi faktual tersebut diperkirakan akan memicu kembali berputarnya vicious circle, baik di tingkat mikro kabupaten maupun regional Jawa Barat dan nasional. Ketika sektor industri diperkirakan akan mengalami turbulensi sebagai hasil dari proses liberalisasi maka diperlukan paradigma baru dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung yang dapat menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah dan sektoral. Seperti temuan yang telah banyak dihasilkan oleh kajian-kajian sebelumnya, sektor pertanian merupakan opsi yang paling rasional untuk digunakan sebagai motor pembangunan; tentunya dengan beragam kendala yang melingkupinya.
Rencana Kerja 2014
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung merupakan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang berperan dan berwenang dalam pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, wewenang dan peran yang dimiliki oleh Dinas tersebut tentunya akan mengalami perubahan yang cukup signifikan mengingat bahwa pada waktu sekarang dan ke depan, tugas pokok yang diemban akan semakin berat; dimana selain harus menjamin keberlangsungan pertumbuhan sektor, serta juga sebagai sektor yang diharapkan menjadi motor alternatif pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan strategis dalam pembangunan dan pengembangan sektor pertanian dalam konteks
61
pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung. Meskipun selama ini perencanaan pembangunan selalu menghadapi dilema antara penempatan prioritas pada pembangunan sektoral atau pembangunan wilayah, namun pada paradigma baru ini perencanaan pembangunan harus bersifat holistik. Jika sebelumnya pendekatan regional lebih menitikberatkan pada daerah “mana” yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baru kemudian ditentukan sektor yang sesuai untuk dikembangkan di masing-masing daerah dan pendekatan sektoral selalu dimulai dengan pertanyaan yang menyangkut sektor “apa” yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan secara keseluruhan, maka sekarang kedua pendekatan tersebut harus bersinergi. Keunggulan wilayah dan suatu sektor sangat ditentukan oleh derajat kesinergian kedua pendekatan tersebut. Peran berbagai sektor di berbagai dareah inilah yang selanjutnya dibutuhkan untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 1.2.
Dasar Hukum Pelaksanaan Program dan Kegiatan
Program dan kegiatan Tahun 2014 pada Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut: a. Landasan Idiil Pancasila b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Landasan Operasional : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400). Rencana Kerja 2014
c.
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
62
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438). 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009. 13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. 14. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).
Rencana Kerja 2014
15. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
63
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten Bandung. 17. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah. 18. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung. 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. 21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung. 22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 11 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015. 23. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan No. 521.1/1600/prog/2011 tanggal 15 Desember 2011 tentang Rencana Strategis Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
Rencana Kerja 2014
24. Rancangan RPKD Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2014.
64
1.3. Tujuan, Sasaran dan Keluaran Penyusunan Rencana Kerja tahun 2014 bertujuan untuk menentukan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian Tahun 2013 yang didasarkan pada Rencana Strategis Dinas 2011-2015 dan hasil evaluasi kegiatan tahun 2005-2010. Selanjutnya, Rencana Kerja juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk program pembangunan pertanian setiap tahunnya yang sangat diperlukan untuk perbaikan program tahun berikutnya. Sasaran penyusunan Rencana Kerja ini adalah pengambil kebijakan di bidang pertanian khususnya pihak eksekutif dan legislatif, personil Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung, para petani, dan stakeholders yang terkait dengan bidang pertanian. Keluaran yang diharapkan dari penyusunan Rencana Kerja ini adalah tersusunnya Rencana pelaksanaan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2014 sebagai arah atau pedoman pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian. Rencana Kerja disusun berdasarkan atas skala prioritas pengembangan komoditas dan kewilayahan yang disusun dalam program pembangunan pertanian dengan target dan sasaran yang terukur dan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan 20052010.
Establishment among members to develop agribusiness agglomeration through using local resources
Bab II
:
Sistematika Penulisan
Penyusunan Rencana Kerja Tahun 2014 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai
PENDAHULUAN mencakup justifikasi mengenai pentingnya penyusunan rencana kerja. Selanjutnya dipaparkan pula kerangka pemikiran yang melandasi penyusunan ini dan landasan penyusunan renja. Kerangka pemikiran dan metode kajian juga terdapat di bab ini. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN mencakup paparan mengenai kondisi internal, eksternal dan pemetaan wilayah basis produksi komoditas pertanian dan evaluasi program/kegiatan di tahun-tahun sebelumnya. Lebih lanjut, Bab ini menmuat review terhadap hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dan perkiraan capaian
Rencana Kerja 2014
berikut; Bab I :
1.4.
65
Bab III
:
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN memaparkan telaahan terhadap kebijakan nasional dan propinsi sebagaimana dimaksud yang menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional dan daerah propinsi yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi. Lebih lanjut, bab ini juga memuat tujuan dan sasaran program dan kegiatan Tahun 2014.
Bab VI
:
PENUTUP
Rencana Kerja 2014
tahun berjalan.
66
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Rencana Kerja 2014
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2012 Kebijakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012 diarahkan untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Bandung. Tujuan yang ingin dicapai dari program kerja Dinas Pertanian, perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2012 adalah: a. Meningkatkan kesejahteraan petani b. Meningkatkan keunggulan c. Meningkatkan posisi tawar petani d. Meningkatkan kesempatan kerja e. Meningkatkan ketahanan pangan f. Meningkatkan layanan kepada petani g. Kelestarian sumberdaya h. Memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Selama periode lima tahun ke depan (2010-2015), sasaran pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan diarahkan untuk membangun stabilitas pondasi pembangunan secara fisik maupun non fisik. Tahun 2012, sebagai tahun kedua dalam periode tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi potensi, peluang pengembangan, maupun masalah dan tantangan, dan secara simultan menata ulang dan atau memperkuat infrastruktur pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam program kerja Tahun 2012 adalah: a. Pengembangan manajemen data dan informasi pertanian, perkebunan, dan kehutanan, melalui: 1) Tersusunnya profil pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 2) Tersusunnya data pokok kondisi pertanian, perkebunan dan kehutanan berupa kondisi perkembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, perkembangan lahan pertanian, dan kondisi sumberdaya manusia pertanian secara berkala bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan; 3) Tersusunnya sasaran luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; 4) Terbangunnya manajemen database berbasis komputerisasi;
67
5) Terbangunnya local areal network (LAN) pengelolaan database pertanian; 6) Terbangunnya website Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan; 7) Tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan tahunan. b. Meningkatnya wawasan, pengetahuan dan ketrampilan petani dan pelaku agribisnis pertanian c. Mendorong terbentuknya pola kemitraan usaha tani di daerah sentra komoditas pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan, melalui kegiatan forum kemitraan, temu usaha pelaku, dan d. Meningkatnya hasil produksi, keragaman produksi dan konsumsi pertanian Pada Tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 177.320.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah) dari hasil pengelolaan balai-balai benih. Sampai dengan bulan Desember 2012, realisasi pendapatan dari 3 balai benih/kebun bibit tersebut mencapai Rp. 177.985.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 100,38% dari target pendapatan yang ditetapkan atau peningkatan 0,38% serta bila dibandingkan dengan Tahun 2011 terdapat kenaikan Rp15.085.000,- (Lima Belas Juta Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 9,26%. Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2012 Realisasi No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) (%) (Rp) 1 Balai Benih Padi Jelekong 115.785.00 115.785.000 100,00 0 2 Balai Benih Padi 40.110.000 40.775.000 101,66 Solokanjeruk 3 Balai Benih Buah Batu 21.425.000 21.425.000 100,00 Jumlah 177.320.0 177.985.00 100,38 00 0
68
3.1.1. Anggaran Belanja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012 mendapatkan alokasi anggaran Belanja sebesar Rp19.896.529.063,(Sembilan Belas Miliar Delapan Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Lima Ratus Dua Puluh Sembilan Ribu Enam Puluh Tiga Rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp4.621.660.309,- dan belanja langsung Rp15.274.868.754,-.
1.
Belanja Tidak Langsung (BTL)
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp4.621.660.309,- atau 23,22% dari total anggaran belanja. Dari target tersebut, terealisasi sebesar Rp4.464.268.774,- (Empat Miliar Empat Ratus Enam Puluh Empat Juta Dua Ratus Enam Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Tujuh Puluh Empat Rupiah) atau 96,59 persen. Tabel 3.2 Target dan realisasi Belanja Tidak Langsung Realisasi No Belanja Target (Rp) (Rp) 1 Gaji dan Tunjangan 3.685.894.00 3.541.603.97 0 7 2 Tambahan Penghasilan 935.766.309 922.664.797 PNS Jumlah 4.621.660.3 4.464.268.7 09 74
2.
(%) 96,09 98,60 96,59
Belanja Langsung
Rencana Kerja 2014
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun 2012, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp15.274.868.754,dan terealisasi sebesar Rp14.518.356.830,- atau 95,05% dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri dari belanja langsung SKPD Rp886.312.161,atau 95,27% dan belanja langsung urusan pilihan Rp13.632.044.669,- atau 95,03%. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja SKPD Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2012.
69
Tabel 3.2. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Tahun 2012 No. I.
URAIAN BELANJA SKPD
1.
Pelayanan Administrasi Perkantoran 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 3. Peningkatan Disiplin Aparatur 4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Kinerja Dan Keuangan
TARGET TA.2012 (Rp)
REALISASI TA.2012 (Rp)
%
SISA ANGGARAN
903.332.000 431.053.000
886.312.161 411.693.811
95,27 95,51
44.019.000 19.359.189
432.355.000
407.974.800
94,36
24.380.200
24.265.000
23.984.550
98,84
280.450
42.659.000
42.659.000
100,00
-
Belanja Langsung Pilihan
Rencana Kerja 2014
Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp14.344.536.754,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 6 program dan 20 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun 2012 sebesar Rp12.474.591.849,-; Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan sebesar Rp1.310.920.000,-, dan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2012 sebesar Rp559.024.905,-. Total realisasi anggaran Belanja Langsung Pilihan sebesar Rp13.632.044.669,dan terdapat sisa anggaran sebesar Rp712.492.085,-. Perincian belanja dapat dilihat pada Tabel 3.3.
70
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pert./Perkebunan 1. Penyusunan Data Base Potensi Produk Pangan 2. Penanganan Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil Pertanian 3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija 4. Pengembangan Diversifikasi Tanaman 5. Pengembangan Pertanian Pada Lahan Kering 6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan 7. Penelitian dan Peng. Sumber daya Pertanian/Perkebunan 8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan/Pertanian Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan. 1. Penelitian Dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan. 2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Unggulan Daerah 3. Pembangunan Pusat-Pusat Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan Program Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan 1. Pengadaan Sarana & Prasarana Tehnologi Pert./Perkebunan 2. Pemeliharaan Rutin/Berkala sarana dan prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 1. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan 2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan 1. Pengembangan hasil hutan non kayu Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 1. Pembuatan Benih/Bibit tanaman Kehutanan 2. Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan GRLK 3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan
Realisasi Anggaran (Rp)
Prosentase (%)
Sisa Anggaran (Rp)
281.000.000
281.000.000
100,00
-
5.124.466.905 404.000.000 402.000.000 1.401.875.000 86.400.000 1.284.135.000 350.000.000 637.032.000 559.024.905 1.034.300.000
4.904.117.730 403.301.000 393.882.500 1.388.322.325 83.871.000 1.249.196.690 348.284.650 632.153.650 405.105.915 1.027.442.650
95,70 99,83 97,98 99,03 97,07 97,28 99,51 99,23 72,47 99,34
75.000.000 625.000.000 334.300.000 1.943.650.000 1.285.525.000 658.125.000 2.162.700.000 1.157.400.000 1.005.300.000 300.000.000 300.000.000 3.433.803.000 230.000.000 1.528.775.000 1.675.028.500
75.000.000 620.991.450 331.451.200 1.818.502.250 1.161.417.500 657.084.750 2.111.288.150 1.124.418.500 986.869.650 297.422.050 297.422.050 3.127.655.589 216.369.250 1.308.608.839 1.602.677.500
100,00 99,36 99,15 93,56 90,35 99,84 97,62 97,15 98,17 98,17 98,17 91,08 94,07 85,60 95,68
220.349.175 699.000 8.117.500 13.552.675 2.529.000 34.938.310 1.715.350 4.878.350 153.918.990 6.857.350 4.008.550 2.848.800
64.616.349
64.616.250
100,00
125.147.750 124.107.500 1.040.250 51.411.850 32.981.500 18.430.350 2.577.950 2.577.950 306.147.911 13.630.750 220.166.161 72.351.000
D Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 2012
Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Tahun 2012 Target Program dan Kegiatan Anggaran (Rp)
99
71
1.
Sosialisasi Pencegahan dan Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
64.616.349
64.616.250
100,00
99
Evaluasi dan Analisis Kinerja Pelaksanaan Program/Kegiatan 2011 Secara menyeluruh pelaksanaan program/kegiatan tahun 2011 tidak mengalami hambatan atau kendala yang signifikan, namun masalah yang harus dihadapi adalah merekayasa perubahan iklim yang cukup signifikan. Masalah tersebut mempengaruhi adanya perubahan pola tanam terutama tanaman-tanaman yang berkebutuhan air cukup tinggi, seperti padi dan sayuran. Pola tanam cenderung bergeser 2 bulan. Berikut rekapitulasi evaluasi hasil pelaksanaan program/kegiatan sampai dengan tahun 2011. Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2011-2015 adalah “Meningkatkan
Sejalan dengan visi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung, pemahaman yang komprehensif atas kondisi aktual sektor pertanian merupakan suatu komponen yang esensial dalam proses implementasi rencana strategis pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung. Secara umum, pembangunan sektor pertanian diarahkan pada upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian melalui perbaikan kinerja ekonomi di dalam sektor pertanian itu sendiri. Kinerja dan perkembangan sektor pertanian di kabupaten Bandung dapat dilihat melalui perkembangan indikator-indikator ekonomi yang terdiri dari pangsa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian relatif terhadap total PDRB Kabupaten Bandung, pangsa PDRB subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan relatif terhadap total PDRB sektor pertanian, tingkat penyerapan tenaga kerja dan perkembangan volume produksi komoditas masing-masing subsektor. Berdasarkan nilai pertumbuhan nominal sektor pertanian rata-rata memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB kabupaten sebesar 10 persen, sementara sektor industri pengolahan dan perdagangan berkontribusi sebesar lebih dari 60 persen dalam pembentukan PDRB kabupaten. Kondisi ini menunjukkan fenomena serupa dengan kondisi sektor pertanian nasional, dimana struktur perekonomian telah mengalami transformasi dari sektor pertanian ke sektor-sektor industri pengolahan.
Rencana Kerja 2014
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”.
73
Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura) perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten Bandung khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat melalui perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti kontribusinya dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan perdagangan, disamping itu perkembangan sektor pertanian juga dapat dilihat dari kontribusinya dalam pembangunan ekonomi, ketahanan pangan, dan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Bandung. Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun 2010 dan 2011, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik Regional (PDRB) pada tahun 2001 mencapai Rp 3.452.210,59 juta bila dibandingkan dengan realisasi pencapaian PDRB sektor pertanian pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.007.028,13 juta (berdasarkan harga berlaku). Tabel 3.20. PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2011 dan 2012 Berdasarkan Harga Berlaku dan Konstan No
Lapangan Usaha
A1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PDRB
Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Laju Pertumbuhan (%) 2010 2011
2012
Distribusi Persentase PDRB (%) 2010 2011 2012
6,66 4,87 5,24 5,32 7,17 8,21 5,78 5,26 5,6 5,88
5,23 0,00 5,40 12,53 5,04 8,86 7,90 9,09 5,05 6,15
7,37 1,30 60,61 1,82 1,75 15,99 4,11 2,18 4,86 100
5,38 3,00 5,19 8,21 8,10 7,88 7,62 7,15 6,99 5,94
7,33 1,27 60,18 1,86 1,79 16,28 4,17 2,21 4,91 100
7,88 1,20 57,67 1,67 1,66 18,32 4,16 1,98 5,46 100
PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun 2011 dan 2010 dan kontribusi PDRB Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung sebesar 7,88 dan meningkat 0,55 bila dibandingkan dengan Tahun 2011. Sampai saat ini, penyumbang terbesar terhadap PDRB tahun 2011 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh produksi perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi kehutanan, dan PDRB Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan Sektor Pertanian masih tetap menempati posisi ketiga terbesar dibawah Sektor Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Rencana Kerja 2014
Sumber : Produk Domestik regional Bruto semesteran Kabupaten bandung 2012, BPS Kabupaten Bandung (Angka sangat Sementara).
74
Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2012
Hasil Sensus Pertanian 2003 (BPS Kabupaten Bandung) menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber matapencaharian dari 535.120 Rumah Tangga atau 52,2 % dari total jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Bandung sebesar 1.024.871, sisanya 47,8 % didominasi oleh kegiatan industri, buruh dan perdagangan. Informasi ini menunjukkan peran dominan kegiatan pertanian dalam struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan pertumbuhan perkonomian daerah.
47,8% Non-Pertanian
489.751
Pertanian
535.120
52,2% Pertanian
Petani Pemilik Lahan 245.411 Bukan Pengguna Lahan 3.793 Pengguna Lahan 285.916
Non-Pertanian
Sejalan dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap Gambar 3.3. Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian PDRB Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian pada tahun 2011, yang ditandai dengan naiknya LPE sektor pertanian, penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk berdasarkan lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2008), sektor pertanian mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 % penduduk Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya.
Rencana Kerja 2014
Sumber Sensus Pertanian 2003
75
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor pertanian masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi core bisnis di Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun merupakan sektor yang cukup stategis yang harus didukung keberlangsungannya sebagai faktor pendorong paling utama dalam percepatan pembangunan perdesaan. Tabel 3.21 Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Bandung 2006-2008 diatas usia 10 tahun dan Persentasenya pada tahun 2008. Sektor Lapangan Usaha PERTANIAN
2006
2007
2008
Persen Penduduk
697.709
268.273
239.004
1.169.604
957.878
917.659
*)
*)
*)
416.793
329.017
313.234
3. Listrik, Gas dan Air
*)
*)
*)
*)
4. Konstruksi
*)
*)
*)
*)
300.656
239.246
225.667
6. Angkutan dan Komunikasi
*)
*)
*)
*)
7. Keuangan
*)
*)
*)
*)
169.703
266.650
118.094
10,21
282.452
122.965
260.664
22,54
1.867.258
1.918.295
1.156.663
NON-PERTANIAN 1. Pertambangan dan Penggalian 2. Industri
5. Perdagangan
8. Jasa 9. Lainnya TOTAL
20,66 *) 27,08
19,51
100
Sumber : BPS Kabupaten Bandung 2008, Keterangan : *) data tidak tersedia.
Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang pertanian adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sector pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau tetap sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2011 terjadi kondisi iklim yang ekstrem seigga curah hujan menjadi sangat sedikit juga masih terjadinya fluktuasi harga minyak mentah dunia dan bencana alam yang tak diduga-duga sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan ternyata LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 terus mengalami peningkatan. Tabel 3.22. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung Tahun 2007-2012
Rencana Kerja 2014
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
76
No
Tahun
1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB (juta Rupiah) (atas dasar harga berlaku) 2.465.321,20 2.728.755,88 3.013.007,10 3.471.661,92 3.978.936,25
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2,51 3,97 5,31 5,88 5,94 6,15
Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor, sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, ataupun di Kabupaten Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri. Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta. Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, khusus untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung merupakan penghasil produklsi tertinggi di Jawa Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk tingkat Nasional. Sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh, kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang berasal dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian di ekspor. Pendapatan Petani
Berdasarkan hasil survey terhadap usahatani beberapa komoditas pertanian, menunjukkan rata-rata pendapatan bersih usaha tani di Kabupaten Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010. Meningkatnya produktivitas serta harga jual komoditas pertanian pada tahun 2011 merupakan salah satu dari
Rencana Kerja 2014
Sesuai dengan AKU APBD kabupaten bandung tahun 2011, pelaksanaan kegiatan pembangunan bidang pertanian salah satunya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani.
77
beberapa faktor yang telah mempengaruhi/menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan para petani/pengusaha bidang pertanian di Kabupaten Bandung. Tabel 3.23 Pendapatan Rata-rata Usahatani beberapa Komoditas Pertanian di Kabupaten Bandung Tahun 2012 Pendapatan Usaha Pendapatan per Komoditas Tani/Musim/Hektar Bulan/Hektar (Rp) (Rp) Padi Sawah 10.500.000 3.500.000 Jagung 10.800.000 3.600.000 Kacang Tanah 3.900.000 1.300.000 Ubi Kayu 25.000.000 2.083.333 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan bersih usahatani padi sawah tahun 2012 mencapai Rp. 10.500.000,- per musim atau kurang lebih Rp. 3.500.000,- per bulan per hektar (3 kali panen dalam satu tahun) dan bila dilihat rata-rata kepemilikan lahan sebesar 0,3 hektar, maka rata-rata pendapatan petani di Kabupaten Bandung tahun 2011 sebesar Rp. 1.050.000,- per bulan per kapita. Petani
B. Kelompok Tani dan Gapoktan Kelompok tani merupakan kumpulan orang-orang yang bergerak dalam bidang pertanian yang terikat secara informal dalam satu wilayah kelompok yang bekerja samaatas dasar saling percaya, saling asah dan
Rencana Kerja 2014
A. Rumah Tangga Petani (RTP) Petani dan keluarga tani perlu mengetahui dan meyakini adanya kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki penghidupan dan kehidupan, serta berkeinginan untuk itu, maka mereka perlu menerapkan teknologi baru untuk hasil produksi yang tinggi dan bermutu, mengorganisasikan dan mengelola serta memanfaatkan perkembangan dari permintaan usaha taninya secara lebih efektif juga efesien, dan memanfaatkan perkembangan dari permintaan dan harga pasar untuk keuntungan yang lebih besar. Secara umum pembinaan penyuluh pertanian diarahkan untuk memantapkan kemampuan, peranan dan peran serta petani beserta keluarganya sebagai upaya mencapai pertanian yang tangguh.
78
saling asuh untuk keberhasilan usaha taninya yang diketuai oleh seorang kontak tani dan berperan sebagai uit produksi, wahana kerjasama dan kelas belajar. Peranan Kelompok tani dalam pelaksanaan prongam pembangunan pertanian semakin penting dan strategis, sehingga pembinaannya perlu lebih diarahkan dan diintensifkan. Berdasarkan jenisnya, kelompok tani di Kab. Bandung tahun 2011 dibagi menjadi tiga yaitu Tani Dewasa sebanyak (terbagi dalam kelas pemula, lanjut, madya dan utama), Wanita Tani dan Pemuda Tani. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi dalam mengelola usaha taninya, kelompok tani bergabung menjadi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Selain itu, beberapa petani atau Kelompok Tani juga saling bergabung membentuk Asosiasi atau Paguyuban dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan, meningkat kuantitas dan kualitas produk serta meningkatkan pemasaran baik di tingkat lokal, regional ataupun eksport ke mancanegara. Asosiasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) dan Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA). C. Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengunaan air di tingkat Kelompok Tani maka diharapkan adanya peran serta aktif dari organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan pengaturan air ditingkat usahatani, yaitu dalam pengelolaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier dan pedesaan yang sasarannya adalah terlaksananya pemberian air yang optimal untuk setiap jenis tanaman guna menunjang peningkatan produksi pangan. Selain tujuan tersebut P3A Mitra Cai juga diharapkan dapat menunjang pelaksanaan Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) dalam rangka menggerakan partisipasi mesyarakat petani pemakai air dalam pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi. Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai dillihat dari segi kuantitas cukup menggembirakan, tetapi bila ditinjau dari aktivitasnya masih perlu pembinaan karena aktivitasnya belum seperti yang diharapkan. Tabel 3.24 Perkembangan dan Kondisi P3A Mitra Cai Tahun di Kabupaten Bandung Tahun 2012
1 2 3 4 5 6
Kecamatan Soreang Pasirjambu Ciwidey Nagreg Rancabali Margaasih
Jml Desa
Jml P3A (Unit)
10 10 7 6 5 6
4 6 9 3 2 2
Luas Areal (Ha) 1.900 210 1.573 461 460 318
Jumlah P3A Menurut Kondisinya SB -
SDB 4 2 9 2
BB 1 4 3 2 -
SK Bupati 4 2 8 2
Berbadan Hukum 1 -
Rencana Kerja 2014
No
79
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Bojongsoang Dayeuhkolot Banjaran Pameungpeuk Pangalengan Katapang Majalaya Ciparay Pacet Kertasari Cicalengka Cikancung Rancaekek Paseh Ibun Cileunyi Cimenyan Cilengkrang Margahayu Baleendah Arjasari Cimaung Solokan Jeruk Cangkuang Kutawaringin JUMLAH
6 6 11 6 13 7 11 14 13 7 12 9 13 12 12 6 9 6 5 8 11 10 7 7 11 277*
21 15 3 11 11 20 24 2 11 7 16 10 14 3 2 1 14 9 10 8 6 244
1.339 160 1.642 1.746 517 987 1.285 2.669 1.783 360 1.116 912 3.100 1.581 1.147 1.000 224 234 69 1.292 1.613 2.445 1.767 1.803 499 36.212
1 1 2 4
17 15 3 9 4 14 3 1 6 2 2 1 6 100
4 2 7 6 21 1 5 5 14 10 13 3 2 1 14 9 10 8 145
17 15 3 8 5 12 3 1 6 2 2 1 6 97
3 1 1 1 4 1 12
Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2011
Keterangan
:
- SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang - * 277 = 267 Desa dan 9 Kelurahan
Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsin dimulai Tahun 2010 Yang dilaksanakan di 3 Kecamatan, sampai Tahun 2010 telah berkembang hingga 9 Kecamatan. Pengembangan sentra penumbuhan Usaha Pelayanan Jasa Alsin merupakan salah satu alternative dalam rangka meningkatkan efektivitas dan evisiensi usahatani dan memasyarakatkan penggunaan alat panen dan pasca panen. Kondisi saat ini di Kabupaten Bandung telah terbentuk sebanyak 13 Kelompok UPJA dengan rincian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
Kecamatan
Traktor Tangan
Power Thresher
Pompa Air
Dryer
1 2 3 4 5
Soreang Bojongsoang Banjaran Ciparay Baleendah JUMLAH
2 1 2 1 6
1 1 1 3
1 1 3 1 6
1 1
Rice Miling Unit -
Jumlah Alsin (Unit) 4 1 2 6 3 16
Jumlah UPJA (Kelp) 1 1 1 2 1 5
Sumber: Bid.Tan.Pangan dan UPTD Alsin Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2009
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.25 Kelompok UPJA Sesuai Jenis Alat Tahun 2009/2010
80
Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor, sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, ataupun di Kabupaten Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri. Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta. Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, khusus untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung merupakan penghasil produklsi tertinggi di Jawa Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk tingkat Nasional. Sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh, kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang berasal dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian di ekspor. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2012, yang telah ditetapkan dalam Indikator kinerja utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan beberapa langkah rencana tindak tahun 2012 ke dalam 8 program dan 22 kegiatan. Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut, indikator kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga, terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan. Keadaan ini dicirikan antara lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang
Rencana Kerja 2014
Sasaran Strategis 1 Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
81
terjangkau oleh daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan, baik produk segar maupun produk olahan. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi onfarm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan dengan tahun 2012 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2012 ini. Tabel 3.3 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2012 INDIKATOR KINERJA
TARGET KINERJA
produksi Meningkatkan 1. Jumlah komoditas tanaman swasembada pangan unggulan: pangan lokal - Padi (ton) melalui 498.076 - Jagung (Ton) peningkatan 51.954 produktivitas - Ubi Kayu (Ton) 52.186 lahan dan 2. Jumlah produktivitas komoditas komoditas tanaman pangan pangan: unggulan lokal - Padi (kui/ha)
61,85 - Jagung (kui/ha)
REALISASI %
552.096 50.687
110,83 97,56
120.923
231,72
63,66 59,03
58,10 - Ubi Kayu (kui/ha)
0,2 – 5%
102,9 101,6
0 183,55
110,65 3. Prosentase kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan
3
165,8 8
0,4%
100,00
Rencana Kerja 2014
SASARAN STRATEGIS
82
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA 4. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam: - Padi - Jagung 5. Jumlah perluasan tanam yang telah menerapkan teknologi a. Padi - SL-PTT (ha) - SRI (ha) b. SL-PTT Jagung (ha) 6. Prosentase luas tanam yang telah menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang b. Penggunaan Benih Berlabel
TARGET KINERJA
REALISASI %
15% 10%
13% 11%
115,38 90,91
1.500 334 1.250
16.000 1.000 1.350
996,67 299,40 108,00
61,11%
62,92%
102,94
60,00%
68,32%
113,87
Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 87.862 ton (Jagung pipilan kering dan jagung yang dipanen muda/basah/sayur). Jagung Pipilan keringnya sebesar 50.687 ton. Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk yang jagung dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2012, petani lebih menginginkan panen muda karena dari sisi ekonomi lebih cepat pergulirannya. Dalam Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di Kabupaten Bandung tahun 2012 ini terjadi dalam peningkatan produksi dan
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai Desember 2012 ini mencapai 552.029 ton GKG atau dengan peningkatan Produksi sebesar 110,83% dari target atau mencapai 116,07% dari tahun 2011 dengan produktivitas sebesar 63,66 kuintal/hektar. Pencapaian ini melebihi target yang telah ditetapkan yang disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil.
83
produktivitas per satuan luas bila dibandingkan dengan realisasi MT. 2010/2011 dan MT. 2011 dan target tahun 2012. Hal ini dikarenakan kondisi iklim pada MT. 2012 lebih bersahabat untuk membudidayakan padi/ tanaman pangan lainnya, walaupun pada beberapa titik sentra produksi mengalami puso akibat kekeringan. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Tabel 3.4. Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2012 Uraian Komoditi
A
PADI
1
Padi Sawah Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Padi Gogo Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha)
2
Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) B 1
2
Realisasi 2011 (Ha)
Target 2012 (Ha)
Realisasi 2012 (Ha)
Perkembangan Realisasi Thdp Target 2012
% thdp 2011
74.171 71.055 450.652 63,50
75.770 73.607 477.848 64,92
78.969 78.029 518.032 66,39
104,22 106,01 108,41 102,27
106,47 109,81 114,95 104,55
7.137 6.231 22.337 35,85
5.956 5.377 20.228 37,62
7.950 7.885 33.997 43,12
111,39 126,54 152,20 120,28
81.308 77.286 472.989 61,20
81.726 78.984 498.076 63,06
86.919 85.914 552.029 63,66
133,48 146,64 168,07 114,62 JUMLAH PADI 106,35 108,77 110,83 100,95
106,90 111,16 116,71 104,02
PALAWIJA Jagung Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Kedelai Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton)
11.931 9.115 51.039 55,99
12.911 10.329 51.954 58,10
13.101 8.587 50.687 59,03
101,48 83,13 97,56 101,60
109,81 94,21 99,31 105,43
4 64 95
185 175 273
48 44 67
25,95 25,15 24,73
1.200,00 68,75 70,53
Rencana Kerja 2014
No
84
No
3
5
6
Uraian Komoditi Produktivitas (kwt/ha) Kacang Tanah Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Ubi Kayu Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Ubi Jalar Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) JUMLAH PALAWIJA Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha)
Realisasi 2011 (Ha)
Target 2012 (Ha)
Realisasi 2012 (Ha)
Perkembangan Realisasi Thdp Target 2012
% thdp 2011
14,84
15,03
15,34
102,06
103,37
1.297 1.308 2.202 16,83
2.145 2.038 3.018 14,81
1.673 1.655 2.853 17,24
77,98 81,21 94,53 116,41
128,99 126,53 129,56 102,44
6.674 7.565 144.990 191,66
6.483 6.159 118.013 110,65
6.540 6.588 120.923 183,55
100,88 106,97 102,47 165,88
97,99 87,09 83,40 95,77
1.965 2.618 37.692 143,97
2.140 2.033 26.501 130,35
1.737 1.820 26.503 145,62
81,17 89,52 100,01 111,71
88,40 69,52 70,31 101,15
21.871 20.670 236.018 114,18
23.864 20.734 213.867 103,15
23.099 18.694 201.032 107,54
96,79 90,16 94,00 104,26
105,61 90,44 85,18 94,18
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2012
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal 1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya. 2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian. 3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang. 4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen. 5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan. Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011 menjadi 2,01 pada Tahun 2012 dan produktivitas padi
Rencana Kerja 2014
melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah
85
meningkat dari 55,63 kuintal/ha di tahun 2005 menjadi 61,20 kuintal/ha di tahun 2011 dan 63,66 kuintal/ha pada Tahun 2012.
Gambar 3.1 perkembangan produktivitas padi Kabupaten Bandung
Rencana Kerja 2014
Gambar 3.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung
86
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya 1. Pupuk Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan tetapi pada tahun 2012 ini penggunaan pupuk kimia mulai dikurangi dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk an organik dan pupuk organik. Realisasi penyaluran pupuk tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5 Realisasi Penyaluran Pupuk Pada Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6
Jenis Sarana Produksi Urea SP- 36 (Superphos) ZA NPK Kujang NPK Ponska Petro Organik
Realisasi Tahun 2011 (Ton) 39.489 5.445 5.885 2.018 11.660 1.310
Sasaran Tahun 2012 41.000 7.500 7.000 3.500 15.000 3.500
Realisasi Tahun 2012 26.289,20 3.638,00 5.152,00 1.725,00 12.014,00 1.076,00
Perbandingan Realisasi terhadap Target 2012 64,12 48,51 73,60 49,29 80,09 30,74
Sumber: Bidang Pangan dan Hortikultura DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alatalat pengolahan pupuk organik.
Rencana Kerja 2014
Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik, pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos menjadi prioritas. Disamping mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2012, adalah:
87
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha. 3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten Bandung (KP3) Fasilitasi pengembangan unit pengolahan pupuk organik dialokasikan dari anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian Tahun 2012 pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sarana dan Prasarana dan APBD Kabupaten Bandung Tahun 2012. Tabel 3.6 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik No Jenis Sarana Volume Lokasi 1. Rumah Kompos 4 unit Solokanjeruk, Paseh, Bojongsoang, Pameumpeuk 2. Alat Pengolahan Pupuk 12 unit Paseh, Bojongsoang, Organik Pasirjambu, Pameumpeuk, Solokanjeruk, Rancabali dan Cangkuang Sumber: Bidang Teknis Distanbunhut, 2012
Rencana Kerja 2014
Melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik, Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil menyalurkan pupuk organik kurang lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang, juga telah bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna produk.
88
2. Pengelolaan Benih Kegiatan pada tahun 2012 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan hanya membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih. Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada Tahun 2012, telah dapat menyalurkan benih padi sebanyak 421,25 Ton dan 20,25 Ton benih jagung, yang terdiri dari: 35 Ton dari APBD Kabupaten Bandung sebagai Cadangan Benih Daerah (CBD) stimulan bencana alam dan pengembangan untuk 1.400 hektar dan dari BLBU dan CBN sebanyak 262,5 Ton untuk SL-PTT padi non hibrida; 93,75 Ton SL-PTT padi lading; 30 Ton untuk SL-PTT padi Hibrida; dan 20,25 Ton untuk SL-PTT Jagung. Lebih lanjut, pada Tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah melakukan penjajakan kerjasama dengan BATAN untuk melakukan pelepasan varietas padi lokal Kabupaten Bandung, yakni varietas Jembar. Kerjasama tersebut di mulai dengan uji multi lokasi dan uji adaptasi di beberapa titik di Kabupaten Bandung dan beberapa titik di luar Kabupaten Bandung, yang langkah selanjutnya akan dilaksanakan pada Tahun 2013. Disamping itu pula dalam upaya mengejar penyerapan
Rencana Kerja 2014
Gambar 3.2 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP Taruna Mukti
89
teknologi pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang (60%), Sintanur (3%), Mekongga (17%), IR64 (10%) dan benih Lokal sebanyak 10%.
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2011 ini jumlah alat mesin pertanian yang diberikan ke tingkat petani mengalami sedikit penurunan seperti pada tahun 2012, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut. Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga. Pada tahun 2012, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mengembangkan Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang bertujuan untuk mengelola dan memelihara alat dan mesin pertanian yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan
Rencana Kerja 2014
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
90
pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang menguntungkan. Tabel 3.7. Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani Kabupaten Bandung Tahun 2011 dan Tahun 2012 No
Jenis Alsintan
Tahun 2011 (Unit) Yang Total dapat Rusak digunakan
Tahun 2012 (Unit) Total
Yang dapat digunakan
Rusak
1
Alat Pengolahan Lahan
456
402
54
593
539
54
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Alat Pemupukan Alat Pemberantasan OPT Pompa Air Sabit Bergerigi Alat Pengolah Padi Alat Pengolah Jagung Alat Pengolah Non Jagung Perajang Grader
243 46.472 425 219 1.700 18 154 3 409
135 45.669 411 194 1.664 18 135 3 363
108 803 14 25 143 0 19 0 46
243 46.556 571 998 1.726 18 154 3 409
135 45.753 533 987 1.519 18 135 3 363
108 803 38 11 207 0 19 0 46
Pada Tahun 2012, pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah memberikan stimulan berupa alat mesin pertanian kepada kelompok tani sebagai langkah dalam pengembangan UPJA, berupa alat dan mesin baik pada sub sistem onfarm maupun sub sistem pasca panen dan pengolahan hasil. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha kelompok tani. Stimulan alat dan mesin tersebut berupa: 1. Traktor sebanyak 89 unit, terdiri dari 13 unit berasal dari APBD Kabupaten Bandung; 26 unit dari APBD Provinsi Jawa Barat; dan 50 unit dari APBN Kementerian Pertanian. 2. Alat pengendalian OPT berupa hand sprayer, emposan, dan power sprayer sebanyak 92 unit yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung. 3. Alat dan mesin perbengkelan pertanian sebanyak 2 paket. Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah dilaksanakan di Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA center tersebut diharapkan dapat memberikan efek positif untuk menjawab kebutuhan masyarakat tani akan alat dan mesin pertanian. 4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Rencana Kerja 2014
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT; Statistik DISTANBUNHUT Kab. Bandung 2012.
91
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat. Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para petani di desa dan kecamatan seKabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati. Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah: Tabel 3.8 Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2012 No Sarana Volume 1. Sarana pengendali agen hayati a. Trichogaamma sp 900 pias b. metharizium sp 800 bungkus c. Beauveria sp 800 bungkus 2. Teknologi trip barrier system 40 paket 3. Obat-obatan pengendalian OPT a. Rodentisida anti oagulan 300 kg b. Insektisida 300 kg c. Fungisida 250 kg d. Rodentisida/pengasapan 40 kg
Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian 1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Rencana Kerja 2014
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT
92
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupa bendungan, embung dan bangunan irigasiirigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik. Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini. di Kabupaten Volume (Juta m3) 20,0947 97,4462 30,2745 20,1326 18,6567 8,7039 6,5847 2,1192
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.9. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa Bandung Lokasi Nama No Kecamatan Sungai/ Desa DAM 1 Soreang - Sadu - Cibeureum - Buninagara - Leuwikuya 2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya 3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 4 Margaasih - Lagadar - Malang 5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya - Banyusari Kiarawuyeuh - Juntigirang - Juntihilir - Banyusari - Baros
93
Desa
6
Majalaya
- Wangisagara
7 8 9 10 16
Ciparay Pacet Rancaekek Ibun Cangkuang
-
Pakutandang Maruyung Rancaekek kulon Lampegan Jatisari
Nama Sungai/ DAM Wangisagara - Cirasea - Wanir - Ciajasana - Cikaro - Ciherang
Volume (Juta m3) 63,8793 93,5105 71,1452 46,1848 125 95,7811
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur pantek serta embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN. Pada Tahun 2012, ada beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), pembangunan embung; dan revitalisasi kelembagaan pengelolaan air irigasi - P3A mitra cai -. a. Alokasi anggaran dari APBD Kabupaten Bandung 1. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES) seluas 25 hektar di Kecamatan Solokanjeruk; 2. Rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT) seluas 60 hektar di Kecamatan Cileunyi; 3. Pembangunan jaringan irigasi air permukaan, berupa rumah pompa sebanyak 6 unit di Kecamatan Bojongsoang, Solokanjeruk, Baleendah, Cikancung, Ciparay, dan Rancaekek; 4. Stimulan pompa air sebanyak 23 unit; 5. Revitalisasi P3A Mitra Cai. b. Alokasi anggaran dari APBD provinsi Jawa Barat Revitalisasi kelembagaan pengelola air irigasi menjadi prioritas utama. c. Alokasi anggaran dari APBN Kementerian Pertanian 1. Rehabilitasi jaringan irigasi seluas 1.000 hektar di Kecamatan Cangkuang, Kutawaringin, Pameungpeuk, Rancaekek, Cicalengka,
Rencana Kerja 2014
Lokasi No Kecamatan
94
Solokanjeruk, Majalaya, Ciparay, Paseh, Cikancung, Nagreg, Ibun, Baleendah, Bojongsoang, Pacet, Katapang, Pasirjambu, Cimaung, Cileunyi.
2. Pengelolaan Lahan Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan bagi pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, sehingga dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan berproduktif. Lebih lanjut, pengotimalisasi lahan tersebut termasuk pembangunan infrastruktur dasar – jalan, optimalisasi, konservasi –. Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga dan mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang dilakukan bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian Pertanian, yang meliputi: 1) Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani Pada Tahun 2012, rehabilitasi jalan usaha tani dilakukan di Kecamatan Pacet sebanyak 1 km 2) Optimalisasi lahan tidak produktif, yang dilaksanakan seluas 500 hektar dengan mengembangkan budidaya pertanian tanaman pangan alternatif, seperti ubi kayu
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa pada tahun 2012 penerapan teknologi budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui metode PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) mengalami kenaikan dalam skala presentase di tingkat petani terutama dalam hal pemupukan berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih bermutu, namun demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang hasilnya tidak signifikan ini dimungkinkan karena benih tersebut tidak sesuai dengan iklim mikro di tempat/lahan para petani itu berada. Penerapan teknologi pertanian tanaman pangan melalui metode PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani thn 2011-2012
No
Metode Teknologi
Rencana Kerja 2014
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman
Penerapan Penerapan Perkembangan
95
1 2 3 4
Pupuk Berimbang Benih Bermutu/Berlabel Penerapan SRI SLPTT
Tahun 2011 (Ha) 11.650 12.433
Tahun 2012 (Ha) 22.637 24.477
Tahun 2012 thdp 2011 194,31 196,87
700 15.200
1.000 16.600
142,86 109,21
Berdasarkan data Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa desiminasi teknologi khususnya pada peningkatan produktivitas tanaman pangan dapat dikatakan telah menyebar hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan sawah di Kabupaten Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang dan benih bermutu/berlabel meningkat dari luas lahan sawah yang telah menerapkan teknologi pupuk berimbang 11.650 hektar menjadi 22.637 hektar pada tahun 2012 atau 62,92% dari total luas lahan sawah di Kabupaten Bandung dan 12.433 hektar luas lahan sawah yang menerapkan teknologi benih bermutu/berlabel menjadi 24.477 hektar pada Tahun 2012 atau 68,31% dari total luas lahan sawah. Lebih lanjut, 16.600 hektar atau 46,14% dari total luas lahan sawah telah mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). SL-PTT tersebut termasuk didalamnya SL-PTT padi sawah non hibrida, padi sawah hibrida, padi ladang, dan SL-PTT jagung. 1.000 hektar juga telah menerapkan teknologi System Rice of Intensification (SRI) yang merupakan cikal bakal pengembangan padi organik di Kabupaten Bandung. Pada Tahun 2012, Penerapan SRI fokus pengembangan pertanian di Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Baleendah, Banjaran, dan Solokanjeruk, yang memberikan dampak positif bagi petani. Petani secara antusias mengembangkan pertanian padi organik. Jumlah kelompok tani yang telah mendapat sertifikasi organik dari Inofice sebanyak 2 kelompok di Kecamatan Ciparay dan Bojongsoang. Salah satu diantaranya telah mendapatkan kerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm dan PT. Sarinah Agro Mandiri dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik Sarinah” Kecamatan Ciparay dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP. Lebih lanjut, untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan pertanian organik di Kabupaten Bandung, khususnya di wilayah Kecamatan Ciparay dibentuk “Asosiasi Organik”. Penerapan SRI tersebut dari sisi harga produk mengalami peningkatan. Dari semula harga jual gabah sebesar + Rp3.500 per kg dengan konvensional menjadi + Rp5.000/kg dan dalam bentuk beras kemasan dijual + Rp15.000/kg.
Rencana Kerja 2014
Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
96
Gambar 3.2 pengembangan pertanian organik Kelompok tani Sarinah
Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 untuk komoditas padi dan jagung memperlihatkan perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang ada, tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2011 dalam penanganan pasca panen mencapai 11,15% dan pada tahun 2012 ini menurun 0,75% menjadi 10,75%. Sedangkan pada komoditas jagung angka kehilangan hasil tahun 2010 sebesar 4,20% menurun menjadi 4,17% pada tahun 2011 (turun 0,03%), ditunjukkan pada Tabel 3.11. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil tersebut diukur pada kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan. Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya penggunaan alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran petani dan ketrampilan petani yang semakin meningkat sejalan
Rencana Kerja 2014
Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
97
dengan upaya pembinaan yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung. Tabel 3.11 Realisasi Tingkat Kehilangan Tahun 2010, 2011, dan 2012. Tahun 2010 N Komponen Jagun o Padi g 1 Panen 2,42 0,29 2 Perontokan 3,91 2,77 3 Pengeringan 2,83 0,72 4 Pengilingan 2,36 0,42 JUMLAH
11,52
4,20
Hasil Komoditas Padi dan Jagung Tahun 2011 Jagun Padi g 2,35 0,29 3,35 2,76 3,03 0,71 2,42 0,41 11,1 4,17 5
Tahun 2012 Jagun Padi g 0,58 0,27 3,33 2,76 3,83 0,70 3,01 0,41 10,7 4,14 5
Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
Rencana Kerja 2014
Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung oleh anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan APBD Provinsi Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok-kelompok pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman pangan, berupa: 1. Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 2 paket di Kecamatan Ciparay dan Rancaekek; 2. 2 unit power thresher multiguna di Kecamatan Nagreg dan Cikancung; 3. Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 18 unit di Kecamatan Ciparay, Cimaung, Bojongsoang, Cangkuang, dan Margaasih; 4. Combine harvester sebanyak 2 unit di Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay; 5. Mesin pengering vertical sebanyak 1 unit di Kecamatan Bojongsoang.
98
Sasaran Strategis 2 Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompokkelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu. Pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah. Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis 2 seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan dengan tahun 2012 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2012 ini. Tabel 3.12 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2012 Sasaran Strategis
Jumlah produksi komoditas unggulan: Sayuran (ton) Buah-buahan (ton)* Biofarmaka (ton)* Tan. Hias (tangkai) Kopi (ton) Teh (ton) Cengkeh (ton) 2. Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel) 3. Jumlah kelompok usaha rumah kemasan dan UPH: a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)
Target Kinerja
Realisasi
%
1.
1.060.004 574.281 859.830 388.369 4.064 3.261 116
783.488 184.842 399.729 1.070.448 6.362 3.124 62
73,91 32,18 46,49 275,63 156,54 95,80 53,45
9 -
11 -
122,22 100,00
2 2
8 7
400 350
Rencana Kerja 2014
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
Indikator Kinerja
99
Pencapaian Jumlah Perkebunan
Produksi
Komoditas
Hortikultura
dan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun 2012 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi. Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura dan perkebunan antara lain; kentang dari 110.793 ton menjadi 131.007 ton, bawang merah dari 20.887 ton menjadi 39.222 ton, produksi tomat dari 94.124 ton menjadi 94.486 ton, strawberry produksinya naik 429,9%, dari 35.342 ton menjadi 151.959 ton serta produksi tanaman perkebunan rakyat yaitu; teh 15.708,50 ton naik 100,07% (bahan mentah) dari tahun 2011, kopi mencapai 25.449,76 ton naik 136%, serta tembakau naik sebesar 123% dari tahun 2011.
Sayuran
Perkembangan yang cukup signifikan adalah pada komoditas stroberi dengan jumlah produksi sebanyak 151.959 ton dari luas areal 451 hektar. Komoditas stroberi tersebar di 3 kecamatan – Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali –. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Bandung mendeklarasikan da menetapkan sebagai “kabupaten stroberi” dengan
Rencana Kerja 2014
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut mengalami peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas. Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif jepang. Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.
10 0
memecahkan rekor muri. Melalui penetapan ini, memberikan komitmen dari pemerintah untuk mengembangkan komoditas unggul lokal.
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2012
Uraian Komoditi Bawang Merah Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Kentang Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Kubis Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Cabe Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Tomat Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Bawang Daun Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Kembang Kol Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Petsai/Sawi/Sosin Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Wortel Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Lobak Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton)
Realisasi 2010
Realisasi 2011
Realisasi 2012
Perkembangan Realisasi Th.2012 thdp Th.2011
2.098 2.378 26.990 113,98
2.827 1.799 20.887 116,10
3.116 3.265 39.222 120,13
110,22 181,49 187,79 103,47
4.834 5.606 114.919 204,99
6.527 5.346 110.793 207,25
6.711 7.036 131.007 186,19
102,82 131,61 118,24 89,84
4.424 4.424 102.747 232,2
5.394 4.592 109.326 238,08
5.266 5.242 125.606 239,61
97,63 114,16 114,89 100,65
711 969 20.684 213,58
787 740 20.682 87,74
226 691 20.376 294,88
28,72 93,38 98,52 336,07
1.344 1.499 86.960 580,12
1.295 1.339 94.124 702,95
1.174 1.097 94.486 861,31
90,66 81,93 100,38 580,12
2.764 2.696 38.479 142,73
3.147 2.969 49.570 166,96
3.549 3.512 54.115 154,09
112,77 118,29 109,17 92,29
294 289 5.419 187,51
466 418 8.091 193,56
512 511 9.958 194,88
109,87 122,25 123,08 100,68
2.788 2.787 55.536 199,27
3.128 3.015 61.396 203,63
3.176 3.218 67.581 210,01
101,53 106,73 110,07 103,13
1.566 1.457 31.738 217,83
2.131 2.006 42.524 211,99
1.745 1.796 40.316 224,48
81,89 89,53 94,81 105,89
365 345 7.525
376 360 8.027
306 313 7.228
81,38 86,94 90,05
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.12
10 1
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Uraian Komoditi Produktivitas (kwt/ha) Kacang Merah Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Kacang Panjang Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Jamur Luas Tanam (m2) Luas panen (m2) Produksi (ku) Produktivitas (kg/m2) Terung Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Buncis Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Ketimun Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Labu Siam Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Kangkung Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Bayam Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Seledri Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Cabe Rawit Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) Jumlah Sayuran Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton)
218,12
222,96
230,91
Perkembangan Realisasi Th.2012 thdp Th.2011 103,57
1.877 2.609 23.797 91,21
1.547 1.191 10.835 90,97
1.690 1.538 9.833 63,93
109,24 129,14 90,75 70,27
180 603 4.744 78,67
179 139 2.786 117,59
119 156 3.620 232,03
66,48 112,23 129,92 197,32
6.415 5.172 28.014 10,16
8.971 8.689 15.643 18,00
11.413 20.205 29.530 14,62
127,22 232,54 188,77 81,18
117 99 2.442 246,66
173 143 4.673 135,05
160 186 4.964 266,89
92,49 130,07 106,23 197,62
478 546 11.287 206,72
696 639 14.857 128,27
850 789 18.279 231,68
122,13 123,47 123,04 180,62
544 456 12.885 282,51
561 524 24.388 207,80
460 538 18.164 337,62
82,00 102,67 74,48 162,47
21 353 52.306 1481,75
55 62 66.493 10.724,68
87 69 60.089 8.708,49
158,18 111,29 90,37 81,20
193 224 2.752 122,9
266 242 9.092 135,91
260 255 9.495 372,37
97,74 105,37 104,44 273,98
106 120 793 66,08
153 128 1.250 97,64
259 267 2.953 110,61
169,28 208,59 236,29 113,28
1.624 1.866 35.501 190,25
1.560 1.596 30.479 190,97
1.516 1.441 28.516 197,89
97,18 90,29 93,56 103,62
377 324 6.619 67,61
432 424 11.943 68,45
282 324 8.150 251,54
65,28 76,42 68,24 367,48
33.120 34.822 672.137
40.671 36.361 1.060.004
42.877 52.449 783.488
105,42 144,25 73,91
Realisasi 2010
Realisasi 2011
Realisasi 2012
Rencana Kerja 2014
No
10 2
No
22
Uraian Komoditi Produktivitas (kwt/ha) Strowberry**) Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha)
19,30
19,74
19,94
Perkembangan Realisasi Th.2012 thdp Th.2011 101,10
156 1.764 27.949 158,44
172 188 35.342 179,93
148 141 151.959 10.777,21
86,05 75,00 429,97 5.989,81
Realisasi 2010
Realisasi 2011
Realisasi 2012
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2012 Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim
Buah-buahan Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian dan strawberry di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 umumnya dapat melampaui target serta memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2011, tetapi ada juga yang tidak bisa melampaui realisasi tahun 2011, ini disebabkan oleh kondisi alam yang cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan pembuahan tanaman banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman itu sendiri cukup tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua dan tidak produktif lagi serta tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi, dapat dilihat pada Tabel 3.13 di bawah ini. Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung Tahun 2012 *)
Produksi ( Kuintal ) No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Komoditi
Alpukat Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Besar Mangga Manggis Nangka/Campedak Nenas Pepaya Pisang
Realisasi Realisasi Tahun Tahun 2010 2011 93.734 3.149 283 8.672 15.926 3.179 3.277 6.942 92 49.705 29 9.270 292.095
78.576 3.236 140 12.067 25.458 10.384 9.833 27.508 118 34.810 18 9.981 150.041
Realisasi Tahun 2012 32.982 1.533 321 5.647 11.016 3.217 4.991 10.674 316 22.605 3 4.107 63.028
Persen Realisasi Produksi 2012 Thdp 2011 41,97 47,37 229,29 46,80 43,27 30,98 50,76 38,80 267,80 64,94 16,67 41,15 42,01
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.13
10 3
Produksi ( Kuintal ) No
14 15 16 17 18 19 20
Komoditi
Rambutan Salak Sawo Sirsak Sukun Melinjo Petai JUMLAH
Realisasi Realisasi Tahun Tahun 2010 2011 1.485 376 3.674 3.221 16.351 5.912 15.502 532.874
4.975 249 3.453 3.957 25.847 7.321 20.086 574.281
Realisasi Tahun 2012 4.598 147 2.080 2.260 8.688 2.060 4.569 184.842
Persen Realisasi Produksi 2012 Thdp 2011 92,42 59,04 60,24 57,11 33,61 28,14 22,75 32,18
Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012 *) Data sampai dengan s.d Triwulan II
Tanaman Hias dan Obat-obatan
Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera, serta komoditas tanaman obat di Kabupaten Bandung tahun 2012 yaitu diantaranya jahe, lengkuas, kencur, kunyit umumnya memperlihatkan realisasi produksi yang sedikit menurun dibanding target dan realisasi tahun 2011 ini dikarenakan cuaca yang cukup panas sehingga tidak mendukung terhadap pertumbuhan tanaman dikarenakan porositas, struktur serta agregat tanah menjadi lebih besar dan solid/keras terutama untuk perkembangan tanaman obatobatan yang kebanyakan berbentuk rimpang. Realisasi produksi tanaman hias tersaji pada tabel 3.14.
No
Komoditas
1 Anggrek 2 Anthurium Bunga 3 Gladiul 4 Helicania 5 Krisan 6 Mawar 7 Melati 8 Palem 9 Sedap Malem 10 Gerbera 11 Anyelir 12 Dracaena Jumlah
Luas Tanam (m2) 4.300 140 201 700 12.063 1.538 114 146 1.331 268 85 30 20.916
Target
Realisasi Produksi 2012 (Tangkai)
57.545 3.614 6.040 6.360 1.200 10.825 1.148 358 260.554 14.138 29.737 388.369
117.115 4.640 1.532 4.221 860.237 23.257 2.075 8.952 40.624 4.689 3.106 1.070.448
Perkemb realisasi thd Target (%) 203,52 128,39 25,36 66,37 71.686,42 214.85 180,75 2.500,56 15,59 33,17 10,44 -
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2012
10 4
Tabel 3.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2012 *) Produksi (Kg) No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Komoditas
Jahe Lengkuas Kencur Kunyit Lempuyang Temulawak Temu Ireng Kaji Beling Kapulaga Sambiloto Mengkudu/Pace
Jumlah
Luas Tanam Baru (m2) 33.953 8.892 6.881 8.925 342 2.170 750 263 6.047 118 1 68.342
Target 232.006 51.381 58.826 141.030 1.710 53.008 952 884 5.700 284 12.751 558.532
Realisasi
Perkemb Realisasi Produksi Thd Target (%)
75.700 25.213 17.436 33.510 865 5.600 275 292 12.294 146 13.275 184.606
32,628 49,071 29,640 23,761 50,585 10,564 28,887 33,032 215,684 51,408 104,109 33,052
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012 (Datas.d Triwulan II) *) Data sampai dengan s.d Triwulan II
Tanaman Perkebunan
Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru komoditas (Replanting) perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, agar supaya terjadi peningkatan produksi komoditas perkebunan, terutama produksi tanaman perkebunan unggulan Kabupaten Bandung. Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan (Perkebunan Rakyat) tahun 2012 di Kabupaten Bandung adalah diantaranya sebagai berikut: : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 15.708,5 ton meningkat 11,50 ton dari tahun 2011 yang hanya 15.697 ton, serta hasil olahan mencapai 3,142 ton. - Kopi : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 25.449,76 ton, dan Hasil Olahan mencapai 6.362,44 ton. Perbandingan produksi bahan mentah dengan tahun 2011 adalah mencapai 136 %. - Cengkeh : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 248,18 ton dan hasil olahan 62,05 ton dan perbandingan hasil bahan mentah antara 2012 dengan 2011 mencapai 123,65 %. : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 6.603,36 ton dan Tembakau hasil olahan 1.320,67 ton dan perbandingan bahan mentah antara 2012 dengan 2011 mencapai 123 %.
Rencana Kerja 2014
- Teh
10 5
Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2012
Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan Perkebunan Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi, pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi sasaran dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Pengembangan agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan petani. Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga terjalin kerjasama/kemitraan bisnis di antara para pelaku usaha dalam satu kesatuan system agribisnis, di mulai dari sistem off-farm hulu, onfarm, on-farm hilir dan pasar.
1. Alokasi Anggaran APBD Kabupaten Bandung a. Pembangunan embung 4 unit, di Kecamatan Cimenyan, Pangalengan, Pasirjambu, dan Kertasari; b. Fasilitasi bibit hortikultura: sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka (jahe) dan komoditas perkebunan: kopi, teh, dan cengkeh di Kecamatan Cikancung, Kutawaringin, Soreang, Pacet, Kertasari, Ciwidey, Cimaung, Cilengkrang, Cimenyan, Pasirjambu, Pangalengan, Rancabali, Arjasari, Cicalengka, dan Paseh; c. Pengembangan jaringan irigasi; d. Pembangunan/rehabilitasi jalan produksi dan jalan usaha tani; e. Pengembangan rumah kompos/ unit pengolahan pupuk organik 2. Alokasi Anggaran APBN Kementerian Pertanian a. Konservasi lahan b. Optimalisasi lahan
Rencana Kerja 2014
Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan agribisnis hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktorfaktor yang mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan pupuk organik (UPPO), pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi, dan pengembangan dan penyediaan sarana produksi benih menjadi fokus utama pada sub sistem off-farm hulu. Pada Tahun 2012, kegiatan yang menunjang peningkatan kapasitas sub sistem off-farm hulu dialokasikan dari anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, dan APBN Kementerian Pertanian.
10 6
Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan perkebunan tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil mengembangkan unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil dalam bentuk rumah kemasan (packing house) pada komoditas hortikultura dan UPH pada komoditas perkebunan. Kelompok-kelompok tersebut telah bekerjasama/berkemitraan dengan perusahaan, ekportir, dan industry pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok usaha Jaya Alam Lestari Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat organik untuk produk hortikulturan – sayuran – organik. Pengembangan keberdayaan kelembagaan pemasaran hasil hortikultura dan perkebunan dialokasikan dalam anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian Pertanian Tahun 2012.
Sasaran Strategis 3 Mengembangkan usaha ekonomi produktif stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
dalam
upaya
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Tabel 3.16. pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2012 Target Kinerja
Realisasi
%
1 unit 1 kel 1 kel
1 unit 2 kel 1 kel
100,00 200,00 100,00
-
-
-
4.415
6.097
138,10
Rencana Kerja 2014
Sasaran Indikator Kinerja Strategis Mengembangkan 1. Jumlah usaha usaha ekonomi agribisnis hasil produktif dalam non-kayu: upaya stabilitas - Jamur kualitas - Lebah Madu lingkungan hutan - Ulat Sutera dan lahan 2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu 3. Penanaman lahan kritis (hektar)
10 7
Pengelolaan Lahan Kritis Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahanlahan kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung. Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini telah menyebabkan rusaknya keseimbangan, daya dukung serta daya tampung lingkungan terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan fungsi sebagai daerah resapan air. Kondisi yang sama, dan dengan ditambah banyaknya pemukiman pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai (DAS), keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandung seperti banjir, longsor, kekeringan serta makin tingginya kualitas pencemaran yang terjadi di beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran dari rumah tangga maupun industri. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 2011 dan tahun 2012 ini telah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten Bandung melalui penanaman komoditas tanaman tahunan produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan, baik melalui kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN TA. 2012. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dan berhasil menanami lahan kritis serta tegalan seluas 6.096,67 Ha. Tabel 3.17 Luas Hutan dan Lahan Kritis yang Direhabilitasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LUAS HUTAN DAN LAHAN KRITIS YANG DIREHABILITASI Soreang Pasirjambu Ciwidey Nagreg Rancabali Margaasih Bojongsoang Dayeuhkolot Banjaran Pameungpeuk Pangalengan Katapang Majalaya Ciparay Pacet
2010 (Ha) 160,00 113,00 50,00 125,00 160,00 285,00 505,00 55,00 445,00
2011 (Ha) 200,91 547,25 356,82 97,15 230,00 77,27 11,81 306,82 38,35 2,27 256,82 716,77
2012 (Ha) 55,00 150,00 52,50 298,50 205,00 25,00 230,00 30,00 250,00
Rencana Kerja 2014
NO
10 8
LUAS HUTAN DAN LAHAN KRITIS YANG DIREHABILITASI 16 Kertasari 17 Cicalengka 18 Cikancung 19 Rancaekek 20 Paseh 21 Ibun 22 Cileunyi 23 Cimenyan 24 Cilengkrang 25 Margahayu 26 Baleendah 27 Arjasari 28 Cimaung 29 Solokan Jeruk 30 Cangkuang 31 Kutawaringin 32 Tersebar di Kab. Bandug JUMLAH NO
2010 (Ha) 25,00 200,00 100,00 1,00 125,00 135,00 225,00 185,00 235,00 1,00 70,00 470,00 285,00 131,00 81,00 4.167,00
2011 (Ha) 212,50 203,41 305,19 160,23 2,27 484,30 297,05 169,32 198,56 446,89 207,73 422,50 108,64 147,73 6.208,56
2012 (Ha) 75,45 248,18 252,00 200,00 302,00 25,00 52,50 75,00 212,36 215,00 172,95 300,00 2.670,23 6.096,67
Sumber: Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung 2012
4. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah satunya diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan masyarakat/petani dan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah perambah dan penjarah hutan serta mencegah terjadinya kembali aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi Dinas
Rencana Kerja 2014
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat diakui cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB (2001) menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidahkaidah konservasi tanah dan air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya di Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang sampai dengan berat. Hutan, khususnya hutan rakyat merupakan salah satu sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Bandung dan peranannya sangat penting, baik dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan hidup. Secara keseluruhan realisasi produksi kayu hutan rakyat di Kabupaten Bandung mencapai 272,70 m3 (Tabel 4.18), terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini dimungkinkan karena umur tebang kayu hutan tersebut belum mencukupi untuk dipanen/ditebang.
10 9
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui: - Penyediaan bibit Kopi; - Pemberian bantuan peralatan pengolahan Kopi; - Penyediaan bibit kayu-kayuan; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe, Manglid, Maesopsi, Campoleh, Petai, Sukun, Nangka, Gamelina, Mangga dan Mahoni Uganda. - Terfasilitasinya budidaya jamur tiram - Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan untuk usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2 kelompok tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu. Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para perambah itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem hutan, kemudian dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai gangguan terhadap sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan yang paling utama adalah mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani/masyarakat disekitar hutan.
1.3. Penelaahan usulan Program dan Kegiatan Masyarakat Program dan kegiatan yang diusulkan para pemangku kepentingan, baik kelompok masyarakat yang terkait dengan sektor pertanian, LSM, asosiasi-asosiasi, perguruan tinggi, maupun dari SKPD lainnya, secara garis besar didasarkan dari 3 tahapan pelaksanaan perencanaan, penelitian lapangan, dan pengmatan pelaksanaan, yakni: (1) Pelaksanaan Musrenbang Tingkat Kecamatan dan Tingkat Kabupaten; (2) pelaksanaan
Rencana Kerja 2014
1.2. Review terhadap Rancangan Awal Rencana Kerja Pelaksanaan program dan kegiatan Tahun Anggaran 2012 pada Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan secara umum didasarkan pada dokumen Rencana kerja Tahun 2012. Namun demikian, ada beberapa kegiatan yang mengalami perubahan karena (1) ketergantungan sektor pertanian terhadap iklim yang memasak terjadinya perubahan, walaupun tidak signifikan; (2) pelaksanaan secara teknis di lapangan, walaupun tidak mengubah indikator kinerja program ataupun kegiatan; (3) keterbatasan anggaran yang mendorong terjadinya pengurangan indikator kinerja Hasil review terhadap rancangan awal Rencana Kerja tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.25.
11 0
Rencana Kerja 2014
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian, Perkebunan, dan kehutanan; dan (3) hasil monitoring dan evaluasi. Lebih lanjut, usulan-usulan program dan kegiatan yang dimaksud di atas harus didasarkan pada kriteria teknis yang telah disusun berdasarkan penyepakatan, pedoman-pedoman umum, dan petunjuk teknis pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang diacu dari Kementrian Pertanian, kementrian Kehutanan Republik Indonesia dan dinas-dinas terkait lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Berikut kriteria teknis program dan kegiatan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan Tahun 2014: 1. Usulan program dan kegiatan dapat selaras dengan Rencana Kerja dari Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2014, sehingga akan lebih fokus dalam mencapai keberhasilan program dan kegiatan: 1. Pengembangan agribisnis pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi (padi dan sayuran) 1) Kriteria Lokasi a. Hamparan sawah beririgasi yang ketersediaan airnya terjamin yang dimiliki/dikelola oleh satu kelompok secara utuh seluas lahan yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut (kurang lebih 20 ha untuk SRI - Padi). b. Lokasi mudah dijangkau. c. Bukan daerah rawan genangan/banjir dan infrastruktur drainase cukup memadai. d. Diutamakan yang di daerah sekitarnya tersedia bahan organik (hijauan, kotoran hewan). e. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 ha/KK. f. Lokasi pengembangan merupakan wilayah/kawasan sentra komoditas pertanian. 2) Kriteria Calon Petani/Kelompok Tani a. Petani pemilik penggarap atau penggarap yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi serta berada dalam satu kelompok tani hamparan; b. Kelompok tani hamparan yang merupakan kelompok tani aktif dan dinamis serta berorientasi ekologis dan agrobisnis. c. Kelompok tani sasaran beranggotakan + 25 orang 3) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa:
11 1
Rencana Kerja 2014
a. Sekolah Lapang/ Laboratorium Lapang pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi; b. Stimulan Unit Pengolahan Pupuk Organik; c. Bimbingan Teknis Manajemen Kelembagaan, Manajemen Usaha, dan forum kemitraan bisnis; d. Usulan program/kegiatan tidak berupa pengadaan/stimulan sarana produksi, seperti benih dan pupuk 2. Pengembangan rumah kemasan 1) Kriteria Lokasi. a. Lokasi pengembangan merupakan wilayah/kawasan sentra komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi. b. Tersedianya/ dekatnya lokasi bahan baku untuk olahan rumah kemasan. c. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 ha/KK. 4) Kriteria Calon Petani/Kelompok Tani a. Petani pemilik penggarap atau penggarap yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan manajemen kemitraan rumah kemasan serta berada dalam satu kelompok tani hamparan; b. Kelompok tani hamparan yang merupakan kelompok tani aktif dan dinamis serta berorientasi ekologis dan agrobisnis. c. Kelompok tani sasaran beranggotakan + 25 orang d. Adanya petani mitra yang mempunyai kemauan untuk bermitra dengan kelompok usaha rumah kemasan. 5) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa: a. Bimbingan teknis manajemen kelembagaan, manajemen usaha, dan SOP GHP dan GMP komoditas hortikultura; b. Stimulan unit pengolahan merupakan perguliran kelembagaan kelompok usaha pertanian. c. Forum kemitraan bisnis 3. Pengembangan agribisnis unggulan hortikultura (sayuran bernilai ekonomi tinggi, buah-buahan termasuk didalamnya pengembangan agribisnis strawberry, serta tanaman hias) 1) Kriteria Lokasi a. Harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
11 2
Merupakan daerah pengembangan kawasan sentra produksi hortikultura Unggulan Kabupaten Bandung atau pemanfataan lahan pekarangan melalui pengembangan agribisnis tanaman toga (biofarmaka). c. Bebas banjir dan atau bisa dilakukan pengendalian banjir secara mudah dan murah. d. Mempunyai aksesibilitas yang baik, relatif dekat dari pemukiman sehingga mudah dijangkau. e. Mempunyai status kepemilikan yang jelas dan tidak dalam sengketa. f. Tidak tumpang tindih dengan program dan kegiatan proyek lain yang sejenis. g. Kesesuaian lahan sesuai untuk pertumbuhan komoditas hortikultura. h. Faktor ikilim (curah hujan, angin, kelembaban dan suhu) yang sesuai serta sumber daya air (sungai, danau, dam, air tanah dangkal dan air tanah dalam) tersedia untuk pengembangan hortikultura. i. Berada dalam wilayah binaan Petugas Penyuluh Lapang (PPL). 2) Kriteria calon petani/kelompok a. Belum pernah menerima kegiatan yang sama/ sejenis pada tahun sebelumnya dan jika telah menerima, usulan ditujukan untuk pengembangan usaha agribisnis. b. Pemilik penggarap dan atau penggarap. Kepemilikan lahan usaha tani per KK maksimal 1 Ha. c. Bersedia membentuk suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama dalam melakukan kegiatan pengembangan agribisnis hortikultura, diutamakan pada kelompok tani yang mempunyai respon dan partisipasi yang tinggi. d. Bersedia memberikan kontribusi, antara lain dalam bentuk tenaga mulai dari kegiatan konstruksi, penanaman dan pemeliharaan. e. Memiliki dedikasi yang baik dan bersedia memelihara lahan dan tanaman secara berkelanjutan sesuai anjuran Petugas Penyuluh Lapang (PPL). f. Tidak menuntut ganti rugi apabila dilakukan pembangunan infrastruktur pada lahannya. g. Masyarakat desa yang mempunyai keinginan bersama dalam memanfaatkan lahan pekarangan melalui tanaman biofarmaka secara kelompok. 3) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa:
Rencana Kerja 2014
b.
11 3
Rencana Kerja 2014
a. Bimbingan teknis dan sekolah lapang SOP GAP dan GHP, manajemen kelembagan, manajemen bisnis, dan forum kemitraan bisnis; b. Stimulan/pengadaan sarana produksi, kecuali pupuk dan benih tanaman semusim sayuran. 4. Pengembangan agribisnis unggulan perkebunan (kopi, teh, cengkeh) 1) Kriteria Lokasi a. Harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). b. Merupakan daerah pengembangan kawasan sentra produksi perkebunan Unggulan Kabupaten Bandung; c. Bebas banjir dan atau bisa dilakukan pengendalian banjir secara mudah dan murah. d. Mempunyai aksesibilitas yang baik, relatif dekat dari pemukiman sehingga mudah dijangkau. e. Mempunyai status kepemilikan yang jelas dan tidak dalam sengketa. f. Tidak tumpang tindih dengan program dan kegiatan proyek lain yang sejenis. g. Kesesuaian lahan sesuai untuk pertumbuhan komoditas Perkebunan dan faktor ikilim (curah hujan, angin, kelembaban dan suhu) yang sesuai serta sumber daya air (sungai, danau, dam, air tanah dangkal dan air tanah dalam) tersedia untuk pengembangan hortikultura. h. Berada dalam wilayah binaan Petugas Penyuluh Lapang (PPL). 2) Kriteria calon petani/kelompok a. Belum pernah menerima kegiatan yang sama/ sejenis pada tahun sebelumnya dan jika telah menerima, usulan ditujukan untuk pengembangan usaha agribisnis. b. Pemilik penggarap dan atau penggarap. Kepemilikan lahan usaha tani per KK maksimal 2 Ha. c. Bersedia membentuk suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama dalam melakukan kegiatan pengembangan agribisnis perkebunan, diutamakan pada kelompok tani yang mempunyai respon dan partisipasi yang tinggi. d. Bersedia memberikan kontribusi, antara lain dalam bentuk tenaga mulai dari kegiatan konstruksi, penanaman dan pemeliharaan. e. Memiliki dedikasi yang baik dan bersedia memelihara lahan dan tanaman secara berkelanjutan sesuai anjuran Petugas Penyuluh Lapang (PPL).
11 4
Tidak menuntut ganti rugi apabila dilakukan pembangunan infrastruktur pada lahannya. 3) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa: a. Bimbingan teknis dan sekolah lapang SOP GAP dan GHP, manajemen konservasi lingkungan, manajemen kelembagan, manajemen bisnis, dan forum kemitraan bisnis; b. Stimulan/pengadaan sarana produksi. 5. Peningkatan intensifikasi palawija (Jagung dan Ubi Kayu) 6. Pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan perkebunan (JITUT, JIDES, Embung, Sumur Pantek, pemanfaatan air permukaan, Jalan Usaha Tani, dan Jalan Produksi) 1) Kriteria Teknis Rehabilitasi Infrastruktur JITUT dan JIDES d. Syarat Lokasi - Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/ Daerah Irigasi Pemerintah yang jaringan irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami kerusakan. - Jaringan utama (primer dan sekunder) berfungsi baik. - Mempunyai potensi IP (Intensitas Pertanaman) dapat ditingkatkan. - Di lokasi tersedia petani pemilik / penggarap. e. Syarat calon petani - Telah terbentuk kelompok tani/P3A, apabila belum ada agar segera membentuknya sebelum penetapan lokasi. - Kelompok tani/P3A belum pernah mendapatkan bantuan sejenis. - Diutamakan kelompok tani/P3A yang mempunyai semangat partisipatif atau ada kemauan untuk sharing. - Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara JITUT/JIDES. - Adanya petani yang sanggup menanan padi lebih dari 2 kali dalam satu tahun. 2) Kriteria Teknis Pembangunan Embung dan Sumur Pantek a. Syarat Lokasi - Mempunyai potensi sumber air permukaan dan atau air tanah dangkal. Untuk potensi kegiatan Pengembagan Sumber Air yang tersedia paling tidak dapat memberikan air irigasi suplementer (supplementary irrigation) pada areal seluas kurang lebih 25 hektar sesuai jenis komoditas yang diusahakan (Pertanian dan Perkebunan).
Rencana Kerja 2014
f.
11 5
Diprioritaskan pada lokasi lahan sawah tadah hujan dan lahan kering kawasan pertanian dan sering mengalami kendala/kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau. - Embung dibangun pada cekungan diantara 2 punggung bukit (gully) tempat mengalirnya aliran permukaan saat terjadi hujan, dengan membendung pada bagian bawahnya. - Diupayakan lahan tempat embung dibangun tidak porus. - Di daerah atau sekitar daerah pertanian /perkebunan /peternakan yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi. b. Syarat calon petani - Telah terbentuk Kelompok Tani / P3A yang beranggotakan + 25 orang perwakilan dari daerah hulu, tengah, dan hilir. - Kelompok Tani / P3A terpilih belum pernah mendapat bantuan sejenis. - Bersedia menyediakan lahan tanpa ganti rugi yang dinyatakan dalam surat pernyataan bermaterai cukup. - Bersedia mengoperasikan dan memelihara bangunan yang dinyatakan dalam surat pernyataan. 3) Kriteria Teknis Rehabilitasi Jalan Usaha Tani dan Jalan Produksi a. Dimensi lebar badan jalan produksi minimal dapat dilalui kendaraan roda 4 (untuk Jalan usaha Tani) atau kendaraan roda 3 (untuk jalan produksi) dan dapat saling berpapasan atau dibuatkan tempat untuk berpapasan, dengan kapasitas tonase + 3 ton atau sesuai dengan jenis komoditas yang akan diangkut dan alat angkut yang akan digunakan. b. Spesifikasi dan dimensi komponen jalan produksi (bahu jalan, badan jalan, saluran drainase, gorong-gorong, jembatan dll) disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, dan aspirasi petani melalui musyawarah kelompok tani atau rembug desa dan dituangkan dalam desain sederhana. c. Untuk Jalan Usaha Tani pada wilayah sentra pertanian, tanaman pangan/hortikultura, sedangkan jalan produksi pada sentra produksi perkebunan rakyat; d. Petani bersedia bekerja dalam kelompok
Rencana Kerja 2014
-
11 6
8.
9. 10. 11.
12.
Rencana Kerja 2014
7.
e. Petani bersedia melepaskan sebagian lahannya tanpa ganti rugi untuk pengembangan jalan usaha tani dan jalan produksi, apabila diperlukan. f. Petani/kelompok tani bersedia untuk melakukan perawatan/pemeliharaan secara swadaya. Pengembangan pencitraaan/ identitas produk lokal unggulan pertanian di wilayah kecamatan dengan kriteria bahwa komoditas tersebut dapat dijamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya, Program dan kegiatan yang diusulkan ditujukan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan mengembangkan kemitraan usaha agribisnis: Program dan kegiatan sesuai dengan potensi lahan, kondisi wilayah, ketenagakerjaan, tata ruang, market di wilayah maupun potensi market ke luar wilayah. Menciptakan kemitraan usaha, diantaranya antar pelaku usaha pertanian (on-farm dan off-farm) dan dengan pelaku pasar terstruktur (Industri dan Pasar Modern/Ritel) melalui berbagai forum kemitraan. Upaya peningkatan kualitas dan kontinuitas produk unggulan pertanian, perkebunan dan kehutanan seperti melalui bimbingan teknis dan sosialisasi penerapan teknologi SOP GAP,SOP GMP dan SOP GHP, termasuk manajemen kelembagaan agribisnis. Program dan kegiatan yang bertujuan mendorong terciptanya lahan pertanian berkelanjutan (lahan sawah abadi). Program/kegiatan pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Rehabilitasi lahan kritis dan hutan melalui pendekatan konservasi fisik (penanaman lahan) dan ekonomi (usaha agribisnis alternatif, kayu dan non kayu) di sekitar masyarakat hutan, pengembangan hutan kota dan pembibitan hutan rakyat. Kriteria spesifik lainnya: a. Usulan program/kegiatan tidak berupa pengadaan/stimulan sarana produksi, seperti pupuk, benih tanaman musiman (padi dan sayuran musiman), kecuali benih/bibit tanaman tahunan (kopi, cengkeh, teh, tanaman kayu-kayuan)
11 7
Rencana Kerja 2014
b. Usulan program/kegiatan berupa alat mesin pertanian harus terkonsentrasi dalam lembaga UPJA di wilayah kecamatan. Adanya kemauan kelompok tani untuk mengembangkan UPJA sebagai kelompok usaha penyewaan jasa alsintan.
11 8
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Dalam rangka perencanaan program dan kegiatan diperlukan elemen pokok pendukung lain berupa: Indikator kerja sebagai parameter penilaian dari keberhasilan program dan kegiatan, kelompok sasaran merupakan objek dari program/kegiatan dan pendanaan indikatif sebagai indikasi awal besaran dana yang diperlukan untuk terlaksananya program dan kegiatan. Berikut adalah program/kegiatan, indikator kerja, kelompok sasaran serta pendanaan indikatif dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014.
3.1. Rencana Program dan Kegiatan Propinsi Jawa Barat dan Nasional Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Propinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 dan sesuai dengan misi 2 Propinsi Jawa Barat yaitu meningkatkan pembangunan perekonomian regional berbasis potensi lokal yang mencakup bidang pertanian dan bidang ketahanan pangan, yang meliputi program: 1. 2. 3. 4.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Program Peningkatan Produksi Pertanian Program Pemberdayaan Sumberdaya Pertanian Program Pemasaran dan pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan
1. Program Pemantapan Kawasan Lindung 2. Program Peningkatan Efektivitas Pengelolaan dan Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 3. Program Pengembangan Agribisnis 4. Program Perencanaan, Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan
Rencana Kerja 2014
Selanjutnya sesuai dengan misi 4 Propinsi Jawa Barat: meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan di bidang kehutanan, yang dilaksanakan melalui:
11 9
Disamping itu, dalam mewujudkan rencana strategis 2011-2015 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan, program nasional di bidang pertanian dan perkebunan yang akan dilaksanakan meliputi: 1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan 2. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan 3. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 4. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian 5. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian 6. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat 7. Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing Program nasional di bidang kehutanan yang akan dilaksanakan meliputi: 1. 2. 3. 4.
Program Pemantapan Kawasan Hutan Program Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS Program Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industry kehutanan Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan
3.2. Tujuan dan Sasaran Renja 2014 Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bandung tahun 2011-2015 pada misi 3 dan 7 serta guna mendorong tercapainya sasaran peningkatan konstribusi sektor
Rencana Kerja 2014
Disamping itu, pencapaian target 10 juta Ton surplus beras pada Tahun 2014 melalui program P2BN (Program Peningkatan Beras Nasional) mengharuskan setiap daerah mampu meningkatkan produksi minimal 5% setiap tahunnya. Untuk mencapai target tersebut diatas, Kabupaten Bandung menargetkan pencapaian produksi melalui peningkatan produktivitas (penerapan teknologi) dan peningkatan kualitas infrastruktur dasar pertanian.
12 0
pertanian pada PDRB sebesar 2.19%, maka diharuskan Program dan Kegiatan utama dapat tercapai dengan baik. Rencana kerja Tahun 2014 merupakan periode keempat dari Rencana Strategis 2010-2015 yang ditujukan untuk mengkonsolidasikan kerjasama dan kemitraan dari semua aktor-aktor ekonomi yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam sektor agribisnis dan pembangunan lingkungan beserta semua pemangku kepentingan di sektor ini. Lebih lanjut, rencana kerja 2014 diwarnai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk agribisnis, kelembagaan agribinis, dan struktur ekonomi pasar agribisnis, yang merupakan identitas lokal serta peningkatan kualitas infrastruktur dasar pertanian. Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2011-2015 adalah “Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan” Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
Rencana Kerja 2014
1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung dalam perekonomian regional dan nasional. 2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang bersifat lokal dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian. 3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui integrasi wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk pertanian. 4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas melalui pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar. 5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan
12 1
PASAR
1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan perilaku pasar. 2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar. 3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar (penekanan pada pasar ritel moderen).
4 Transformasi perilaku pasar yang informal (open negotiation based) menjadi formal (contract based). 5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche market dan pasar industri).
6 Penetrasi pasar nasional untuk komoditas terfokus beserta produk dan produk derivatifnya. Pemanfaatan peluang pasar global (extenderization).
KELEMBAGAAN
1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai). 2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian. 3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian. 4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan. 5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk. 6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan perkebunan. Pengembangan supply chain and network management (SCNM).
7 Pemetaan cluster komoditas dan produk. 8 Pengembangan sistem informasi cluster. 9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate social responsibility untuk pembentukan cluster. 10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang pembentukan aliansi strategis antar pelaku usaha dan stakeholders. Pengembangan biopartnership pada industri agrofarmaka. 11 Pengembangan collaborative decision making.
12 Pemanfaatan kekuatan kolaborasi dan SCNM untuk menciptakan co-innovation pada produk. Pengembangan sistem inovasi agribisnis. 13 Proses regenerasi dan suksesi pada generasi muda agripreneur.
PRODUK
1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi. 2 Penentuan fokus pengembangan komoditas. 3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang tersedia pada tingkat nasional dan internasional. 4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya; good agricultural practices, good pesticide practices).
5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya (penekanan pada good manufacturing practices, HACCP dan sistim traceability). 6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk pengembangan komoditas menjadi produk derivatif;.
7 Pengembangan industri pertanian di sektor hilir.
Jangka Pendek
Jangka Menengah
Jangka Panjang
1
Identifikasi pasar barang dan jasa lingkungan; menyusun target pasar. Penyusunan paketpaket produksi barang dan jasa lingkungan.
1
Pemetaan stakeholders kehutanan; terutama masyarakat sekitar hutan. Pembentukan komunitas hutan. Inisiasi pembentukan jaringan bisnis dan pendidikan.
1
Inventarisasi detil mengenai interaksi antara hutan dengan objek lainnya (aspek teknososio-ekonomi).
Jangka Pendek
2
Pemenuhan kebutuhan infrastruktur minimal dengan memanfaatkan jaringan dengan swasta.
2
Pembakuan mekanisme sharing manfaat dan tanggung jawab dengan stakeholders. Pengembangan sistim pendidikan lingkungan.
2
Adopsi dan pembakuan standar mengenai pengelolaan hutan sesuai konvensi internasional.
Jangka Menengah
3
Inisiasi pengintegrasian objek hutan ke dalam jaringan kepariwisataan nasional dan internasional.
3
Pemberlakuan audit sosial terhadap stakeholders. Pemanfaatan kekuatan kolaborasi untuk menciptakan co-innovation pada produk lingkungan.
3
Konvergensi sistim pertanian dengan produk dan jasa lingkungan.
Jangka Panjang
Rencana Kerja 2014
PRODUK
KELEMBAGAAN
PASAR
Gambar 3.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
12 2
Gambar 3.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan
Tabel 3.1. Komoditas Unggulan Kabupaten Bandung dan Nasional Kabupaten Bandung Nasional Komoditas Non Pangan Pangan Non Pangan Pangan Tanaman Padi, padi, jagung, kedelai, Pangan Jagung, dan kacang tanah, Ubi kayu kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar Hortikultura cabe, Jahe, cabe, bawang rimpang, bawang merah, tanaman tanaman merah, kentang, mangga, hias hias kentang, pisang, jeruk, kubis, tomat, durian, stroberi, manggis alpukat Perkebunan kopi, teh Cengkeh, kelapa sawit, karet, kapas, tembakau kelapa, kakao, kopi, lada, tembakau, jambu cengkeh, mete, teh, tebu jarak pagar, nilam, kemiri sunan Komoditas unggulan untuk pangan diharapkan dapat memberikan swasembada pangan terutama di pedesaan, terutama komoditas pangan
Rencana Kerja 2014
Tahun 2014, pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan ditujukan untuk memperkuat ketersediaan pangan secara lokal, membangun konsolidasi pelaku agribisnis dalam manajemen rantai pasok komoditas hortikultura dan perkebunan unggul. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian dalam periode lima tahun ke depan, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan akan lebih difokuskan pada komoditas yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Bandung. Komoditas tersebut berjumlah 17 komoditas, yang terdiri dari 3 komoditas tanaman pangan, 11 komoditas hortikultura dan 3 komoditas perkebunan.
12 3
utama seperti padi, jagung, dan kentang. Sasaran produksi tanaman pangan dan hortikultura serta pertumbuhannya periode 2011-2015, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Sementara, sasaran produksi tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.2. Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura 2014 No Komoditas Produksi Pertumbuhan 1. Padi 4,10% 491.447 2. Jagung 0,85% 51.801 3. Ubi Kayu 1,00% 58.474 4. Bawang Merah 1,21% 23.664 5. Cabe 8,08% 23.891 6. Kentang 4,89% 177.126 7. Tomat 4,64% 73.102 8. Kubis 4,47% 138.059
Adapun untuk tanaman perkebunan, sasaran produksi dan pertumbuhannya periode 2011-2015, dapat dilihat pada Tabel 3.3. Sementara, sasaran produksi tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada Lampiran
Peningkatan nilai produksi pada komoditas-komoditas tersebut lebih dikarenakan adanya peningkatan produktivitas per hektar-nya dan areal tanam pada komoditas perkebunan, terutama kopi dan teh. Untuk mencapai nilai produksi yang ditargetkan, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan bekerjasama dengan Dinas/Lembaga lainnya di Kabupaten Bandung harus berupaya untuk mempertahankan lahan-lahan produktif untuk pengembangan pertanian. Selain itu, hal tersebut membutuhkan sarana produksi yang efektif, seperti pupuk dan benih/bibit bermutu, dan
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.3 Sasaran Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat 2011 2012 2013 2014 2015 Komoditas Pertumbuhan Ton 1. Kopi 3.961,21 4.063,93 4.171,90 4.286,73 4.407,29 2,608% 2. Teh 3.193,45 3261,14 3.332,39 3.411,09 3.495,03 2,206% 3. Cengkeh 113,39 115,77 118,40 121,24 124,28 2,224%
12 4
Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Lokal Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada dua hal yakni sustainabilitas dalam peningkatan kualitas dan jumlah produk pertanian, baik segar maupun produk olahan untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian (segar dan olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk pertanian yang mendapatkan sertifikasi jaminan mutu (SNI, Organik, Good Agricultural Practices, Good Handling Practices, Good Manucfacturing Practices). Sat ini, sekitar 80 % produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk segar sedangkan 20% dalam bentuk olahan sehingga nilai tambahnya sangat kecil. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan dalam periode 20112015 menargetkan terbentuknya kelompok-kelompok usaha agribisnis berbasis komoditas unggulan lokal dan produk pertanian yang ramah lingkungan. Pengembangan agribisnis tersebut dalam pendekatan keterpaduan antara sub sistem hulu sampai dengan sub sistem hilir, terutama untuk komoditas-komoditas yang memiliki karakteristik high value commodities, seperti stroberi, sayuran eksklusif, biofarmaka, tanaman hias dan kopi. Jalinan kerjasama antara semua pelaku usaha agribisnis yang terlibat dalam manajemen rantai pasok pertanian melalui pengembangan rumah kemasan menjadi target utama dalam penciptaan agribisnis yang mandiri dan maju serta mampu berdaya saing dalam pasar internal dan eksternal. Seperti diketahui bahwa nilai pendapatan petani dapat bersumber dari usaha pertanian dan usaha non-pertanian. Nilai pendapatan yang bersumber dari usaha pertanian akan diperoleh dari selisih nilai penjualan komoditas usahatani yang dihasilkan dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Nilai penjualan hasil usahatani akan ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan serta harga jual. Makin besar volume produksi yang dihasilkan makin besar pula volume fisik yang dapat dijual, di mana upaya peningkatan volume produksi ini merupakan hal yang sudah banyak dipaparkan pada saat mengupayakan target peningkatan produksi. Sementara itu, walaupun komoditas pertanian berhasil ditingkatkan produksinya, hal tersebut hanya akan secara nyata meningkatkan nilai
Rencana Kerja 2014
pendukungan infrastruktur pertanian –pengairan, lahan, jalan, dan kemudahaan aksesibilitas lainnya–.
12 5
Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan melalui Konservasi Berbasis Ekonomi dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kawasan hutan di Kabupaten Bandung meliputi kawasan hutan negara dan kawsan hutan rakyat. Pengelolaan kawasan tersebut dilakukan melalui dua pendekatan yaitu (1) vegetatif dan (2) ekonomi. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidakefektifan kinerja jika dilakukan hanya melalui pendekatan vegetatif. Maka dari itu, dalam kurun waktu lima tahun ke depan pada periode 2011-2015, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dalam membangun dan mengendalikan kawasan hutan di wilayah Kabupaten Bandung. Usaha ekonomi merupakan pola penataan aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar hutan berbasis hasil kayu dan non-kayu – lebah madu, jamur, bambu, ulat sutera – melalui alternatif usaha agribisnis dan agroforestry. Program dan kegiatan ini akan mendorong perekonomian masyarakat di sekitar hutan dengan tetap menjaga stabilitas kawasan kehutanan. Pendekatan kedua dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan adalah melalui pendekatan vegetatif dan pemberdayaan masyarakat.
Rencana Kerja 2014
penjualan manakala harga jual paling tidak konstan atau lebih baik lagi kalau juga meningkat. Oleh karena itu hal fundamental yang perlu diupayakan dalam rangka peningkatan nilai jual ini adalah mempertahankan agar harga jual tidak mengalami penurunan. Salah satu upaya dalam menstabilkan harga produk pertanian adalah melalui pendekatan kemitraan bisnis dalam pengembangan rumah kemasan dan keterpaduan agribisnis. Selama periode 2011-2015, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan menargetkan adanya pengembangan 4 kelompok usaha rumah kemasan yang mampu menjalin kerjasama dengan petani-petani kecil sebagai sumber pasokan bahan baku di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, dan Arjasari. Selain itu pengembangan pertanian yang ramah lingkungan, baik padi, sayuran, maupun kopi menjadi sasaran target utama dalam menghadapi kerentanan kualitas lingkungan, keamanan pangan, dan perubahan persepsi konsumen pangan. Sasaran utama dalam pengembangan agribisnis, adalah (1) meningkatkan kualitas produk pertanian; (2) meningkatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan pertanian serta aksesibilitas permodalan dan kemitraan usaha; dan (3) meningkatkan aksesibilitas pasar produk pertanian unggulan.
12 6
Pemberdayaan masyarakat dalam upaya vegetatif merupakan upaya meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pengelolaan hutan dan lahan, seperti pengembangan KBR. 3.3. Program dan Kegiatan Menindaklanjuti rencana migrasi strategi pembangunan tersebut, khususnya dalam jangka pendek, maka Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung merumuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2014 sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4.
1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
4. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
5. Program Peningkatan Produksi
Kegiatan (1) Pelatihan petani dan Pelaku Agribisnis (1) Penyusunan Database Potensi Produk Pertanian/Perkebunan (2) Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian (3) Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi/Palawija (4) Pengembangan Diversifikasi Pangan (5) Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering (6) Pengembangan Perbenihan / Pembibitan (7) Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (8) Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Pertanian/Perkebunan (1) Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan (2) Promosi atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Unggul Daerah (3) Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan (1) Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/perkebunan tepat Guna (2) Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna (1) Penyediaan Sarana Produksi
Rencana Kerja 2014
Tabel 3.4. Program dan kegiatan Tahun 2014 Program
12 7
Program
Kegiatan
Pertanian/Perkebunan (2) 6. Program Pemanfataan Potensi Sumberdaya Hutan
(1) (2)
7. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(1) (2)
8. Program Perlindungan dan Konservasi Hutan
(1) (2)
Pertanian/Perkebunan Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu Pengembangan Industri dan Pemasaran Hasil Hutan Pembuatan Bibit/Benih Tanaman Kehutanan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pengembangan Pengujian dan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Sosialisasi Pencegahan kebakaran
Selain itu program dan kegiatan tersebut, dalam pencapaian arah kebijakan, sasaran, dan tujuan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan di Kabupaten Bandung, didorong melalui penitikberatan pada program unggulan, yaitu: 1. Pengembangan Managemen Database Berbasis Komputerisasi 2. Pengembangan pertanian padi organik (SRI) 3. Penumbuhan group pasca panen dan pengolahan hasil komoditas pangan (padi, Jagung, ubi kayu) 4. Pengembangan usaha agribisnis stoberi untuk menunjang pengembangan OVOP di wilayah paciran 5. Pengembangan agribisnis komoditas unggulan perkebunan (kopi) 6. Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan agribisnis berbasis komoditas unggulan lokal 7. Pengembangan rumah kemasan 8. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan 9. Konservasi hutan dan lahan melalui pengembangan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing
Sasaran pertama adalah Peningkatan PDRB Sektor Pertanian Sebesar 2,19%. Dalam mendorong tercapainya sasaran tersebut, maka di fokuskan terhadap program/kegiatan peningkatan ekonomi dari sektor pertanian.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Sasaran dan tujuan utama pembangunan sektor pertanian diantaranya adalah meningkatkan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam kegiatan
Rencana Kerja 2014
Indikator Kinerja dan Kelompok Sasaran
12 8
pertanian. Seperti kita etahui bahwa sektor pertanianmerupakan salah satu sektor perekonomian dengan penyerapan tenaga kerja terbesar diantara sektor perekonomian yang lain, sehingga sebagai subjek pertanian, kesejahteraan petani sangat penting artinya bagi perekonomian baik regional maupun nasional. Isu kesejahteraan petani juga merupakan salah satu arah kebijakan yang diambil oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung pada tahun 2014 dengan sasatan dan indikator kinerja yang ingin dicapai, seperti terlihat pada Tabel 3.5. berikut.
Tabel 3.5. Sasaran dan indikator kinerja Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program/Kegiatan -
Kegiatan Petani Pelaku Agribisnis
dan
Indikator Kinerja (1)
Berkembangnya kelompok usaha agribisnis hortikultura di kecamatan Pangalengan, Kertasari, Pasirjambu, Ciwidey, Rancabali, Cimenyan, Arjasari, Cileunyi, Cimaung dan Cikancung
(2) Meningkatnya kemampuan, keterampilan pelaku agribisnis hortikultura dengan cara : pembentukan kelompok usaha holtikultura organik (GAP) dan SLPHT sayuran
-
pengadopsian teknologi sub sistem hulu (GAP) untuk komoditas buah-buahan, tanaman hias dan biofarmaka
-
peningkatan kemampuan managemen agribisnis dan wirausaha hortikultura,
-
peningkatan kemampuan manajemen agribisnis dan wirausaha hortikultura
-
Terfasilitasinya proses kemitraan usaha agribisnis berbasis komoditas hortikultura
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Target utama program peningkatan ketahanan pangan adalah meningkatnya produksi tanaman pangan dan produktivitas bahan pangan tahun 2015, menurunnya kehilangan hasil tanaman pangan sebesar 0.2-5% pertahun
Rencana Kerja 2014
-
12 9
dan berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis komoditas tanaman pangan dan perkebunan. Disamping itu program peningkatan ketahanan pangan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas pangan utama (food crops) lokal, baik itu serealia maupun palawija dalam pendukungan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal. 1) Seleksi peserta dan jenis usaha Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya. 2) Pelatihan Teknis Agribisnis Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha. b. Pemberian bantuan Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau kombinasi keduanya. Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan pangan.
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
Rencana Kerja 2014
c. Pendampingan/pembinaan
13 0
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas sesuai dengan bidangnya. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 3.6 Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program peningkatan ketahanan pangan Program/Kegiatan 1.
Keg. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan.
Sasaran dan Indikator Kinerja a. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi agribisnis, pembangunan pertanian dan kehutanan b. Tersusunnya laporan dan sasaran data base produk pangan (luas tanam, panen, produksi dan produktivitas), hortikultura, perkebunan baik secara bulanan, triwulanan, semesteran maupun tahunan c. Sinkronisasi data dan informasi statistik pertanian d. Tersusunnya data potensi dan pelaku usaha agribisnis komoditas unggulan pertanian, perkebunan dan kehutanan e. Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui rapat koordinasi perencanaan pembangunan
2.
Keg. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian.
a) Berkembangnya pertanian padi organik (SRI) dengan indikator : - meningkatnya mutu dan produktivitas produk padi organik untuk penyesuanian standar kualitas dan keamanan pangan (GHP, GMP) - tersertifikasinya propuk padi organik (GHP) - tumbuhnya forum komunikasi kemitraan bisnis
Rencana Kerja 2014
f. Terevaluasinya dan termonitoringnya kegiatan pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan
13 1
produk organik di 16 kecamatan. b) Tumbuhnya grup pasca panen komoditas pangan (padi, jagung, ubi kayu) di 15 kecamatan melalui -
Terbentuknya 5 grup pengolahan hasil dan pasca panen komoditas pangan (padi, jagung, ubi kayu)
-
Terbimbingnya 2 kelompok melalui kegiatan bimbingan teknis pengolahan hasil dan penanganan pasca panen (padi, jagung, ubikayu),
-
Terbimbingnya 5 kelompok melalui bimbingan teknis kelembagaan
c) Terinventarisasinya pelaku olahan hasil pertanian dan pengilingan padi, jagung, dan ubi kayu d) Meningkatnya penanganan hasil pertanian tanaman pangan dengan menurunnya kehilangan/kerusakan tanaman sebesar 0,2-5%/tahun dan terbentuknya kelompok tani yang menerapkan penanganan pasca panen sesuai GHP dan standar mutu e) Terevaluasinya dan termonitornya data losis dan pertumbuhan grup pasca panen a) Berkembangnya pertanian padi organik (SRI) di 15 kecamatan melalui kegiatan -
perluasan areal pengembangan padi organik,
-
peningkatan kinerja sistem pemenuhan input produksi,
-
terfasilitasinya alat pangolahan pupuk (UPPO) dan rumah kompos,
-
peningkatan mutu dan produktifitas produk padi organik untuk penyesuaian standar kualitas dan keamanan pangan melalui pelatihan, sosialisasi dan bintek SOP GAP, penerapan tehnologi berimbang
b) Berkembangnya Agribisnis Jagung dan Ubi Kayu melalui: -
perluasan pengembangan jagung, peningkatan kinerja sistem pemenuhan input produksi dan peningkatan mutu dan produktivitas produk untuk penyesuaian standar
Rencana Kerja 2014
(3) Kegiatan Pengembangan intensifikasi tanaman padi palawija
13 2
kualitas dan keamanan pangan di Kec. Nagreg, Cikancung, Cicalengka, Arjasari, Cilengkrang, Cimaung, Cimenyan c) Terevaluasinya dan termonitornya pengembangan agribisnis tanasman pangan (4) Kegiatan Pengembangan Difersifikasi tanaman
a) berkembangnya diversifikasi tanaman pangan untuk pengembangan umbi-umbian dan kacang-kacangan yang tepat dan berkelanjutan termasuk untuk bahan bakar nabati melalui a) perluasan areal pengembangan SLPTT ubi kayu, b) pembentukan 1 kelompok agribisnis ubi kayu, c) peningkatan kinerja sistem pemenuhan input produksi, d) peningkatan mutu dan produktivitas produk untuk penyesuaian standar kualitas dan keamanan pangan (melalui bimbimbingan teknis SOP, GAP, GHP) di kecamatan Nagreg, Cicalengka, Cilengkrang, Arjasari dan Cimenyan c) Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya pengembangan agribisnis tanaman pangan a) pengembangan pertanian hortikultura organik (sayuran, buah-buahan, paprika) melalui pengembangan agribisnis pertanian organik, peningkatan kinerja sistem pemenuhan input produksi, peningkatan mutu dan produktivitas produk padi organik b) pengembangan usaha agribisnis stroberi untuk menunjang pengembangan OVOP di wilayah paciran (Pangalengan, Ciwidey, Rancabali), peningkatan mutu dan produktivitas produk organik untuk penyesuaian standar kualitas dan keamanan c) meningkatnya sistem pengawasan dan pengendalian saprodi untuk menunjang konservasi di DAS hulu dan daerah rawan bencana melauia bantuan bibit buah-buahan dan SL Pertanian Konservasi d) meningkatnya assesibilitas petani terhadap lembaga permodal e) Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya pengembangan agribisnis hortikultura organik dan stroberi
Rencana Kerja 2014
(5) Keg. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
13 3
(6) Kegiatan Pengembangan Perbenihan / Perbibitan
a) Terfasilitasinya penyediaan benih bermutu dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan keamanan pangan di Kecamatan Solokanjeruk, Baleendah dan Pangalengan melalui peningkatan ketersediaan benih bermutu pangan sebesar 2%, dan hortikultura sebesar 1% b) Berkembangnya benih lokal melalui teknologi mutu benih dan penerapan sistem pengujian benih pada tanaman pangan dan hortikultura c) Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya pengembangan perbenihan
(7) Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian
a) Berkembangnya kemitraan usaha agribisnis produk higienis berbasis komoditas perkebunan melalui kegiatan forum pembangunan perkebunan, sosialisasi pengembangan green product perkebunan (kopi), fasilitasi proses kemitraan dan peningkatan mutu hasil lokal b) Tersusunnya dokumen perencanaan dan pengawasan pengembangan agribisnis perkebunan (teh, kopi) dan pengelolaan lahan dan air melalui kegiatan konservasi c) Terkendalinya gangguan usaha perkebunan (OPT dan lainnya) di wilayah sentra perkebunan d) Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya forum kemitraan, pengembangan green product dan konservasi lahan a) Berkembangnya agribisnis tembakau melalui perluasan areal tembakau di kecamatan Paseh, Ibun dan Cikancung, terbentuknya kelompok tani tembakau di Arjasari, Cimaung, Soreang, Pasirjambu, Kutawaringin dan Ciwidey b) Meningkatnya kinerja sistem pemenuhan input produksi dan peningkatan hasil mutu hasil produk (tembakau, kopi, cengkeh) c) Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas kelembagaan petani tembakau d) Berkembangnya kemitraan usaha agribisnis tembakau untuk menunjang peningkatan aksesibilitas pemasaran produk tembakau
Rencana Kerja 2014
(8) Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu produk Perkebunan, Produk Pertanian
13 4
Program Peningkatan Perkebunan
Pemasaran
Hasil
Produksi
Pertanian/
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar merupakan suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung. Pada tahun 2014, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian,perkebunan dan kehutanan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi, dan merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas unggulan pertanian, perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Tabel 3.7. Sasaran dan indikator kinerja program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Program/Kegiatan
Sasaran dan Indikator Kinerja
1. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian / Perkebunan
a) Terbentuknya forum kemitraan dan pemasaran hasil pertanian di Kabupaten Bandung dengan adanya lembaga pemasaran hasil bagi petani, kerjasama antara petani dengan pasar modern dan tradisional serta peningkatan sebesar 2% terhadap jaringan pasar antar kecamatan
c) Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya pengembangan pemasaran hasil komoditas unggulan daerah 2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian / Perkebunan Unggul Daerah
a) meningkatnya jumlah pemasaran hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui pembentukan brand produk lokal di Kabupaten Bandung melalui: - pelaksanaan pameran komoditas unggulan
Rencana Kerja 2014
b) Tersusunya data dan informasi pelaku usaha dan harga pasar komoditas unggulan pertanian, perkebunan dan kehutanan lokal
13 5
pertanian, - gelar pasar tani produk unggulan, - Agro Expo b)Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya komoditas unggulan daerah 3. Pembangunan Pusatpusat Penampungan Produksi Hasil pertanian / Perkebunan Masyarakat yang Akan Dipasarkan
a. berkembangnya usaha rumah kemasan di kecamatan pasirjambu, pangalengan dan rancabali dengan pengembangan usaha rumah kemasan melalui: -
fasilitasi sarana prasarana penunjang pengembangan rumah kemasan hortikultura
-
pembentukan kerjasama petani dengan pasar modern
b. Termonitornya dan terevaluasinya serta tersosialisasinya pengembangan rumah kemasan
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah, kubis, alpukat, manggis, kopi, coklat, dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 3.8. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian / Perkebunan Tepat Guna
Sasaran dan indikator kinerja a)
Terselenggaranya sistem penyediaan dan pengawasan sarana produksi tanaman pangan yang efisien dan berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya yang tepat melalui: - penguatan UPJA pemula di kutawaringin - penguatan UPJA berkembang, - fasilitasi sarana prasarana pengembangan
Rencana Kerja 2014
Program/Kegiatan
13 6
agribisnis padi dan sayuran dan b)
2. Pemeliharaan Rutin / Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian / Perkebunan Tepat Guna
Terkendalinya serangan OPT di lokasi penerapan budidaya dengan proporsi luas serangan OPT utama hortikultura terhadap luas panen maksimal 5% dari luas serangan
a) Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air irigasi pertanian dan perluasan areal pertanian di Kabupaten Bandung melalui : -
pengelolaan air irigasi,
-
optimasi lahan pertanian dan jalan usaha tani
-
penyediaan pengembangan sumber air alternatif skala irigasi pedesaan, pengembangan air tanah, pompanisasi air permukaan yang berfungsi
-
penyediaan optimalisasi pemanfaatan air irigasi melalui perbaikan JITUT/JIDES yang berfungsi
b) Terlaksananya pengembangan pengelolaan lahan dan air pembnerdayaan kelembagaan revitalisasi P3A Mitra Cai dan Mitra Cai
fasilitasi dalam melalui upaya petani melalui revitalisasi GP3A
4.2.1. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
Rencana Kerja 2014
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
13 7
1) Seleksi peserta dan jenis usaha Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya. 2) Pelatihan Teknis Agribisnis Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha. b. Pemberian bantuan Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau kombinasi keduanya. Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan. c. Pendampingan/pembinaan Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan perkebunan sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas sesuai dengan bidangnya. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Rencana Kerja 2014
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
13 8
Tabel 3.9. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan Program/Kegiatan 1. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian / Perkebunan
Sasaran dan indikator kinerja a)
pengembangan agribisnis komoditas unggulan perkebunan di pangalengan, ciwidey, pasir jambu, kertasari, rancabali, ibun, pacet dan soreang melalui : -
rehabilitasi areal pengembangan perkebunan (kopi, teh, cengkeh) dan pembangunan komoditas usaha kopi dan tembakau;
-
Pembentukan kelompok tanaman perkebunan
-
Peningkatan kinerja sistem pemenuhan input produksi;
-
Peningkatan mutu dan produktivitas produk kebun untuk penyesuaian standar kualitas dan keamanan pangan (GAP, GHP, dan GMP)
-
pembangunan pusat penampungan pucuk hasil perkebunan
usaha
agibisnis
2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian / Perkebunan
-
Fasilitasi alat mesin dan benih
-
konservasi lahan terpadu pada lahan kering untuk menunjang perluasan tutupan vegetasi pada potensi lahan kritis melalui pemberdayaan lembaga petani
-
monitoring dan evaluasi
a) Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas hortikultura unggulan daerah di Pangalengan, Kertasari, Cimaung, Arjasari, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, b) meningkatnya laju peningkatan produktivitas kebun/lahan usaha hortikultura dengan perincian: -
buah-buahan 1,5%
Rencana Kerja 2014
b) Terlaksananya pengembangan fasilitasi terpadu dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air irigasi pertanian dan pengembangan agribisnis perkebunan di kecamatan pasirjambu, cimenyan, cikancung, ibun, nagreg, kutawaringin melalui:
13 9
-
sayuran 2,5%
-
biofarmaka 1%
-
tanaman hias 1%
c) meningkatnya kinerja produksi melalui :
sistem
pemenuhan
input
-
pengawasan dan pengendalian pengadaan sarana produksi dengan pengadaan bibit/benih bersertifikasi;
-
Pengawasan dan pengendalian dalam penyediaan prasarana produksi dengan fasilitasi pengelolaan lahan dan irigasi, screen house dan green house, SLPHT, rumah kompos.
d) Meningkatnya mutu dan produktivitas produk organik untuk penyesuaian standar kualitas dan keamanan pangan melalui penerapan GAP petani stroberi dan stimulan sarana pengolahan produk segar dan produk olahan hortikultura e) Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air irigasi pertanian dan pemberdayaan kelembagaan petani melalui pemberian bantuan bibit buahbuahan, biofarmaka, SL pertanian hortikultura f) Monitoring dan evaluasi
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Tabel 3.10. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Rencana Kerja 2014
Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan merupakan salah satu kebijakan untuk membantu masyarakat sekitar hutan meningkatkan kesejahteraannya melalui pengembnagan agribisnis hasil hutan non-kayu seperti pada komoditas lebah madu, jamur tiram dan ulat sutera. Indikator kinerja dan sasaran program ini adalah :
Program/Kegiatan
Sasaran dan indikator kinerja
1. Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu
a) Berkembangnya agribisnis non kayu berbasis komoditas lebah madu di Kecamatan Cicalengka, Nagreg, Cikancug,
14 0
Cangkuang dan Paseh b) Berkembangnya agribisnis hasil non kayu berbasis komoditas jamur tiram di Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, Kutawaringin, Cicalengka dan Pangalengan c) Pengembangan agribisnis hasil nonkayu berbasis komoditas ulat sutera di Kecamatan Pangalengan dan Pasirjambu d) Pengembangan agribisnis hasil nonkayu komoditas bambu di Kecamatan Banjaran
berbasis
e) Termanfaatkannya lahan bawah tegakan di Kecamatan Arjasari seluas 20 ha. f) Monitoring dan evaluasi 2. Pengembangan Industri Pemasaran Hutan
dan Hasil
a) Berkembangnya kemitraan agribisnis kehutanan dengan adanya pelaksanaan forum pertemuan petani kayu rakyat dan petani hasil hutan non-kayu dengan industri. b) Monitoring dan evaluasi
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk: a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis; b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) melalui pemberdayaan masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan peran aktif masyarakat; c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Adapun sasaran yang diharapkan, adalah:
b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis; c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari dan JABAR hijau Tabel 4.8. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Rencana Kerja 2014
a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman pada lahan kritis;
14 1
Program/Kegiatan
Sasaran dan indikator kinerja
1. Pembuatan a) bibit/benih tanaman kehutanan
Tersedianya kebun bibit tanaman untuk penghijauan di Kecamatan Pasirjambu, Kutawaringin, Baleendah, Soreang, Margasih, Dayeuhkolot, Katapang, Margahayu, Pameungpeuk
b)
Tersedianya kebun bibit rakyat untuk mengurangi luasan lahan kritis (3.000 ha)
c)
Tersedianya lahan Agroforestry
2. Peningkatan Peran a) Terlaksananya pencanangan Bulan Menanam Serta Masyarakat Nasional Dalam Rehabilitasi b) Terlaksananya pencanangan JABAR hijau Hutan dan Lahan berbasis sekolah di Kec. Arjasari seluas 50 ha c) Terlaksananya pembuatan bangunan sipil teknis di Kec. Ciparay d) Tertanganinya rehabilitasi lahan kritis seluas 500 ha di Kecamatan Kertasari, Pangalengan, Cikancung, Paseh, Pacet, Arjasari, Cimaung, Ibun, Ciparay, Baleendah, Cilengkrang, Rancaekek e) Terlaksananya pembuatan bangunan sipil teknis untuk mengendalikan terjadinya bencana di Kec. Kertasari, Pangalengan, Cikancung, Paseh, Pacet, Arjasari, Cimaung f) Terlaksananya kegiatan monitoring, evaluasi dan sosialisasi rehabilitasi lahan dan hutan
Program Perlindungan dan Konservasi Hutan
Program perlindungan dan konservasi hutan merupakan kebijakan yang ditujukan dalam melindungi kawasan hutan dan melakukan konservasi hutan di Kabupaten Bandung dengan mengajak peran serta masyarakat baik masyarakat sekitar hutan maupun masyarakat Kabupaten Bandung pada umumnya. Indikator kinerja dan sasaran ayng ingin dicapai dari program ini terlihat pada tabel berikut :
Rencana Kerja 2014
4.2.2.
14 2
Tabel 4.9. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program Perlindungan dan Konservasi Hutan Program/Kegiatan 1.
Pengembangan Pengujian dan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan
Sasaran dan indikator kinerja a) Tumbuhnya kesadaran hukum masyarakat yang menggunakan hasil hutan kayu dengan terlaksananya sosialisasi Permenhut peredaran hasil hutan b) Terlaksananya pemasangan rambu/papan larangan untuk mencegah kerusakan hutan c) Tumbuhnya kesadaran hukum masyarakat pengusaha industri kayu dalam perijinan hasil dengan terlaksananya sosialisasi Permenhut ijin usaha industri hasil hutan kayu a) Meningkatnya kepedulian kelestarian hutan
masyarakat
akan
b) Meningkatnya ketrampilan dan keahlian masyarakat dalam pengendalian gangguan / kebakaran hutan c) Tumbuhnya kesadaran masyarakat pengelolaan hutan dan lahan
dalam
d) Terlaksananya kegiatan monitoring, evaluasi dan sosialisasi perlindungan, pengendalian dan konservasi hutan
Rencana Kerja 2014
2. Sosialisasi pencegahan dan dampak kebakaran hutan dan lahan
14 3
BAB IV PENUTUP
Adanya tuntutan mutu, persaingan dengan wilayah produsen pertanian lainnya serta semakin tinggilnya tingkat impor komoditas dan produk pertanian mengharuskan Kabupaten Bandung untuk terus memacu produktifitas dan kinerja sektor pertaniannya melalui perwujudan agribisnis dan agroindustri.
Rencana Kerja 2014
Pencapaian tujuan pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung tentunya memerlukan berbagai dukungan intensif dalam hal penciptaan iklim pengembangan pertanian yang kondusif melalui peningkatan efisiensi birokrasi, peningkatan akses pada kredit serta peninjauan untuk peraturan perpajakan dan tarif pajak untuk sektor pertanian. Selanjutnya untuk menggerakkan sektor pertanian tersebut diperlukan kerjasama antara berbagai pihak sebagai pemangku kepentingan di sektor tersebut, seperti masyarakat petani pemerintah dan perbankan. Berbagai bentuk kerjasama, hubungan dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan tersebut sangat diperlukan agar sektor pertanian di Kabupaten Bandung mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan wilayah.
14 4
Rencana Kerja (Renja) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung 2013 disusun sebagai salah satu upaya untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian. Renja ini memaparkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman sebagai implikasi dari perubahan kondisi ekonomi yang selalu terjadi antar waktu. Dengan menggunakan seluruh komponen tersebut maka program, kebijakan dan kegiatan pembangunan dan pengembangan sektor pertanian dapat diformulasikan. Diharapkan dengan tersusunnya Renja dapat menjadi sebuah panduan baku dalam mengawal proses pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung secara berkelanjutan. Bandung, 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Kepala,
Rencana Kerja 2014
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP. Pembina Utama Muda NIP. 19640923 199203 1 005
14 5