Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P
KARAKTERISTIK EKSTERIOR DAN INTERIOR TELUR ITIK BALI (KASUS DI KELOMPOK TERNAK ITIK MANIKSARI DI DUSUN LEPANG, DESA TAKMUNG KEC.BANJARANGKAN, KAB. KLUNGKUNG, PROVINSI BALI) THE EXTERIOR AND INTERIOR CHARACTERISTIC OF BALINESE DUCK (CASE ON MANIKSARI DUCK BREEDER IN LEPANG HALMET, TAKMUNG VILLAGE, BANJARANGKANG SUBDISTRICT, KLUNGKUNG REGENCY, BALI) Francisco Hamonangan Prasetya*, Iwan Setiawan**, dan Dani Garnida** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian mengenai karakteristik eksterior dan interior telur itik bali, telah dilaksanakan di kelompok ternak itik Maniksari di dusun Lepang, desa Takmung Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, provinsi Bali mulai tanggal 21 Juli sampai dengan 24 Juli 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik eksterior dan interior telur itik Bali, meliputi bobot telur, tebal kerabang, bentuk telur atau shape index, indeks albumen, indeks yolk, kedalaman rongga udara dan nilai haugh unit telur. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksploratif, data yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur itik Bali memiliki dua warna kerabang yang berbeda yaitu putih dan hijau kebiruan, serta memiliki nilai kualitas yang baik sebagai telur konsumsi. kata kunci: itik bali, telur konsumsi, karakteristik eksterior dan interior
ABSTRACT
The study conducted at duck breeder of Maniksari Group in Lepang Hamlet, Takmung Village, Banjarangkang Subdistrict, Klungkung Regency, Bali; started on July 21 st until July 25th, 2014. The aims of the study was to find out the exterior and interior characteristics of consumption duck egg, which were egg weight, egg shell thikness, shape index, albumen index, yolk index, air shell depth and haugh unit. This study used explorative method, the data found was in the tabulation form and analysed by quantitative descriptive. The result of the study found that consumption egg of Balinese duck has two different eggshells those are white and teal. Egg of Balinese duck also has a good quality as cunsumption egg. keyword : balinese duck, consumptiom eggs, exterior and interior characteristic
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P PENDAHULUAN Itik Bali merupakan itik lokal Indonesia yang banyak berkembang di pulau Bali dan Lombok. Itik Bali juga diduga tercampur darah itik dari Jawa (itik Mojosari atau itik Tegal), karena hampir 10-20% produksi telurnya memiliki warna kerabang hijau kebiruan tidak lagi putih. Itik Bali umumnya bertelur pada usia 23-24 minggu dan tidak mempunyai sifat mengerami telurnya. Jika dibandingkan dengan itik – itik petelur lainnya, Itik Bali merupakan itik penghasil telur berukuran relative kecil. Itik Bali memiliki ciri khas warna bulu hitam sampai putih dengan paruh dan shank kuning atau hitam, diantaranya terdapat jambul dikepalanya. Saat ini itik Bali yang mempunyai ciri khas berjambul dan berbulu putih semakin jarang ditemukan karena Itik Bali tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi terutama bagi budaya Hindu. Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa standar yang menentukan baik kualitas internal maupun eksternal. Kualitas eksternal difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur, bentuk, warna kulit dan keutuhan telur. Kualitas internal mengacu pada putih telur (albumen) : Kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur. Penurunan kualitas interior dapat diketahui dengan meneropong rongga udara (air cell) dan dapat juga dengan memecah telur untuk diperiksa kondisi kuning telur, putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur, haugh unit (HU) dan ada tidaknya noda bintik darah (North and Bell, 1990; Anonim,2007). Besar telur ditentukan oleh banyak faktor termasuk genetik, umur dan beberapa zat makanan dalam ransum. Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino dalam ransum yang cukup, dan asam linoleat (Wahyu, 1997). Selain itu, telur konsumsi yang baik yaitu telur yang mempunyai ketebalan kerabang kuat sehingga dapat terhindar dari resiko pecah selama perjalanan. Ketebalan kerabang sangat menentukan kualitas telur karena dapat melindungi kualitas bagian dalam (Anggorodi, 1985). Karakteristik spesifik putih telur adalah kandungan protein (lisosom) yang berperan terhadap kualitas putih telur. Ketika telur dipecah pada kaca, maka terlihat bahwa putih telur kental melekat pada kuning telur dan menutupi semua permukaan kuning telur (Yuwanta, 2007). Untuk menentukan kualitas putih telur digunakan kriteria haugh unit. Haugh unit merupakan satuan nilai dari putih telur dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta, 2007).
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P Adapun pengukuran nilai kuning telur yang dilakukan dengan menggunakan indeks kuning telur yaitu perbandingan antara tinggi dengan diameter kuning telur. Daya tahan membran vitelina dari kuning telur terhadap pecahnya kuning telur penting untuk menyatakan kualitas kuning telur (Yuwanta, 2007). Dalam kondisi baru, kualitas telur tidak banyak mempengaruhi kualitas dalamnya. Jika telur tersebut dikonsumsi langsung, kualitas telur bagian luar tidak menjadi masalah. Tetapi jika telur tersebut akan disimpan atau diawetkan, maka kualitas telur yang rendah sangat berpengaruh terhadap awetnya telur. Kualitas isi telur tanpa perlakuan khusus tidak dapat dipertahankan dalam waktu lama. Dalam suhu yang tidak sesuai, telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan kocaknya isi telur dan bila dipecah isinya tidak menggumpul lagi (Anonim, 2009).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Telur Itik Bali yang diperoleh dari Kelompok Ternak Itik Maniksari Di Dusun Lepang, Desa Takmung Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Peralatan penelitian yang digunakan adalah: (1) Timbangan Digital Kenko dengan ketelitian 1 gram, (2) Jangka sorong manual tricle dengan ketelitian +/- 0.05 mm, (3) Mikrometer skrup manual tricle dengan ketelitian 0.01 mm, (4) Official air cell gauge, (5) Baskom plastik, (6) Tissue atau lap, (7) Egg tray, (8) Meja kaca dan (9) Kalkulator. Prosedur penelitian: (1) Seluruh telur satu per satu ditimbang beratnya memakai timbangan digital untuk mengetahui bobot telur, (2) Telur disimpan diatas egg tray dan masing - masing telur diberi nomer untuk mempermudah perhitungan selanjutnya, dan (3) Tahapan pengumpulan dan pengamatan data terhadap karakteristik telur itik meliputi pengamatan kualitas eksterior (berat telur, tebal kerabang telur, bentuk telur dan rongga udara) dan kualitas interior ( indeks albumen, indeks yolk dan HU ) pada telur-telur itik bali. Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif, data yang dihasilkan berupa tabulasi dan analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap ukuran pemusatan yaitu nilai rata-rata dan ukuran penyebaran yaitu nilai standar deviasi. Paramater yang diamati diantaranya bobot telur, tebal kerabang, bentuk telur atau shape index, indeks albumen, indeks yolk, kedalaman rongga udara telur dan nilai haugh unit telur.
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Karakteristik Kualitas Eksterior Karakteristik eksterior telur yang meliputi bobot telur, tebal kerabang dan shape index
merupakan bahan pertimbangan konsumen dalam memilih sejumlah telur yang ditawarkan. Dalam penelitian ini hasil pengukuran kualitas eksterior telur di tunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Data Kualitas Eksterior dan Kualitas Interior Pada Telur Itik Bali Kualitas Eksterior Parameter Warna Yang Diukur Kerabang Bobot Telur (g) Tebal Kerabang (mm) Shape Index
Putih Hijau Kebiruan Putih Hijau Kebiruan Putih Hijau Kebiruan
Kualitas Interior Indeks Putih Albumen Hijau Kebiruan Indeks Putih Yolk Hijau Kebiruan Rongga Putih Udara Hijau (cm) Kebiruan Haugh Putih Unit Hijau Kebiruan
S
KV
Max
Min
66,78 67,28
3,73 5,59
5,58 8,31
74,7 80,1
60,5 54,4
0,34 0,34
0,03 0,04
9,89 11,35
0,43 0,43
0,26 0,24
77,94 77,65
3,55 2,76
4,56 3,55
88,46 86,31
70,85 70,59
0,10 0,11
0,02 0,02
21,37 19,23
0,17 0,17
0,06 0,06
0,37 0,38
0,04 0,03
11,25 8,49
0,45 0,45
0,28 0,31
0,35 0,35
0,05 0,05
13,95 14,43
0,4 0,4
0,3 0,3
85,00 86,87
8,6 7,22
10,1 8,31
102,79 101,07
62,16 70,65
Hasil penelitian data eksterior menunjukkan bahwa telur konsumsi itik Bali memiliki dua warna kerabang yang berbeda yaitu putih dan hijau kebiruan. Sarwono (1996) mengatakan bahwa warna kulit telur agak biru muda merupakan itik Jawa seperti yang terdapat di Karawang, Tegal dan Mojosari. Akan tetapi, warna kulit telur Itik Bali, Alabio Putih dan Itik Manila berwarna putih agak kemerahan.
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P Dari hasil pengukuran didapat rata-rata bobot telur berwarna putih adalah 66,77 ± 3,72 g dengan koefisien variasi 5,58 dan bobot telur berwarna hijau kebiruan adalah 67,27 ±5,58 g dengan koefisien variasi 8,30. Bobot telur merupakan faktor penting dalam penentuan kualitas, karena bobot telur merupakan kriteria pertama dalam pemasaran telur. Bobot telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pakan, genetik, tingkat dewasa kelamin dan umur induk (Anggorodi, 1979). Konsumen telur, baik penggunaannya untuk telur konsumsi maupun telur tetas, selalu beranggapan bahwa telur dengan bobot yang tinggi adalah telur dengan kualitas yang lebih baik. Tebal kerabang telur berwarna putih mencapai 0,34 ± 0,03 mm dengan koefisien variasi 9,89 dan tebal kerabang telur berwarna hijau kebiruan adalah 0,33 ± 0,04 mm dengan koefisien variasi 11,35. Ketebalan kerabang pada telur konsumsi merupakan hal penting karena menentukan kualitas. Semakin tebal kerabang, maka kualitas telur semakin baik (Hauser et al., 1952). Kekuatan kerabang telur dapat diketahui dengan melihat tebal kerabang, berat jenis telur dan persentase telur yang retak (Orr dan Fletcher, 1972). Nilai shape index telur berwarna putih adalah 77,94 ± 3,55 dengan koefisien variasi sebesar 4,555 dan telur berwarna hijau kebiruan adalah 77,65 ± 2,76 dengan koefisien variasi 3,55. Nilai ini menunjukan bahwa telur itik Bali tergolong normal karena bentuknya oval. Telur yang dihasilkan dengan bentuk normal sangat penting dalam pemasaran karena apabila bentuk telur terlalu bulat atau runcing maka akan mengalami kesulitan dalam pengepakan serta kemungkinan retak atau pecah akan besar (Orr dan Fletchcer,1973). Dinyatakan pula bahwa indeks bentuk telur dipengaruhi oleh kesehatan ternak dan umur bertelur.
B.
Karakteristik Kualitas Interior Pengamatan kualitas telur bagian dalam dilakuakan dengan cara memecahkan telur. Dari
hasil pengukuran didapatkan hasil kualitas telur interior, seperti yang ditunjukan pada Tabel 1. Nilai indeks albumen telur berwarna putih adalah 0,10 ± 0,02 dengan koefisien variasi 21,386 dan telur berwarna hijau kebiruan adalah 0,109 ± 0,021 dengan koefisien variasi 19,234. Telur yang baru dihasilkan oleh induk mempunyai indeks putih telur antara 0,050 – 0,174 (Buckle et al. 1985). Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan, indeks putih telur dipengaruhi oleh temperatur dan lama penyimpanan. Lebih lanjut dinyatakan semakin tinggi temperatur penyimpanan dan lama waktu penyimpanan, maka turunnya indeks putih telur semakin cepat.
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P Nilai indeks yolk telur berwarna putih adalah 0,37 ± 0,04 dengan koefisien variasi 11,247 dan telur berwarna hijau kebiruan adalah 0,38 ± 0,03 dengan koefisien variasi 8,49. Indeks kuning telur yang baik berkisar antara 0,40-0,42, apabila telur terlalu lama disimpan, maka indeks yolk menurun menjadi 0,25 atau kurang. Hal ini disebabkan kuning telur semakin encer dan mempunyai indeks yolk sebesar 0,30 sampai dengan 0,50 (Indratiningsih dan Rihastuti,1996). Kedalaman rongga udara telur berwarna putih adalah 0,35 ± 0,05 cm dengan koefisien variasi 13,95 dan telur berwarna hijau kebiruan adalah 0,35 ± 0,05 cm dengan koefisien variasi 14,43. Rongga udara telur berguna sebagai tempat pemberi udara sewaktu embrio bernafas. Makin lama kantong udara, umur telur relatif makin lama. Membesarnya rongga udara disebabkan oleh menguatnya air di dalam isi telur (Sarwono, 1994). Bertambah besarnya rongga udara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekstur kerabang, temperatur serta kelembaban lingkungan (indratiningsih,1996). Semakin lama penyimpanan telur maka akan semakin besar kedalaman rongga udaranya. Hal ini disebabkan oleh penyusutan berat telur yang diakibatkan penguapan air dan pelepasan gas yang terjadi selama penyimpanan. Menurut Pescatore dan Jacob (2011) seiring bertambahnya umur, telur akan kehilangan cairan dan isinya semakin menyusut sehingga memperbesar rongga udara. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sarwono (1996) bahwa kenaikan ukuran rongga udara berarti menurunkan kualitas telur. Nilai haugh unit telur berwarna putih adalah 85,00 ± 8,60 mm dengan koefisien variasi 10,1 dan telur berwarna hijau kebiruan adalah 86,87 ± 7,22 mm dengan koefisien variasi 8,31. HU merupakan satuan unit yang menyatakan korelasi antara tinggi putih telur dengan berat telur (Stadelman dan Cotteril,1977). Putih telur yang diukur adalah putih telur kental. Semakin tebal putih telur, kualitasnya semakin baik (Benyamin et al. 1960). Lebih lanjut dinyatakan bahwa telur yang berkualitas baik mempunyai Haugh Unit 75-100, sedangkan telur yang dikategorikan sudah rusak apabila Haugh Unit nya berada di bawah 50. Nilai Haugh Unit ialah nilai yang menunjukan sifat keenceran putih telur dan dapat menentukan tingkatan kualitas dari telur itu (Hantoro, 2002) . Dari penjelasannya sudah dapat diketahui bahwa kekentalan putih telur sangat berpengaruh terhadap tingkat kualitas suatu telur.
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, telur itik Bali memiliki karakteristik Eksterior dan Interior yang baik sebagai telur konsumsi. Selain itu, kerabang telur Itik Bali terdiri atas dua warna yaitu putih dan hijau kebiruan.
Saran Itik Bali merupakan itik petelur dengan kualitas telur yang baik sehingga keberadaannya perlu terus dilestarikan. Agar itik selalu menghasilkan telur secara optimal, manajemen peternakan harus sangat diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R., 1985. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia. Jakarta. Anonim. 2009. Menetaskan Telur. Modul 15 pada semester ganjil. Benyamin, E.W., J.M. Gwin, E.L. Eaber, dan W.D. Termohlen. 1960. Marketing Poultry Product. 5 th Ed. John Wiley and Sons, Inc. New York. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia Press. UI – Press. Jakarta. Hantoro, Agustinus. dkk., 2002. Buku Ajar Teknologi Hasil Ternak . FakultasPeternakan Universitas Jenderal Soedirman : Purwokerto. Hauser, G.F., G.O. Hall dan J.H.. Bruckner. 1952. Poultry Management. J.B. Lippincott Company, Chicago. Philadelphia. New York. North, M.O and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual Fourth Edition. An Avi Book Published by Van Nostrand Reinhold, New York Orr, H.L.. dan D.A. Fletcher. 1973. Egg and Egg Products. Publication 1948. Canada Dept. of Agriculturel. Romanoff, A.L. dan A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Wiley and Sons, Inc. , New York. Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A. Daryanto. 2001. Telur Pengawetan dan Menfaatnya. Seri Industri Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Karakteristik Eksterior dan Interior Telur Itik Bali……………………Francisco Hamonangan P Stadelman, W.J. dan O.J. Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. The Avi Publishing Co.Inc Wesport, Connecticut. Wahyu, J., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Yuwanta, T. 2007. Telur dan Produks Telur. UGM Press. Yogyakarta