Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002
RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal . Seperti yang dilakukan Siregar, dkk ., 1975, mengenai pengaruh pengukuran beberapa tingkat konsentrasi kalium permanganat dan formalin 40% untuk penghapus hamaan telur tetas . Pada penelitian diatas menunjukkan bahwa kematian embrio pada hari ketujuh pengeraman untuk telur yang tidak difumigasi lebih tinggi yaitu 8,20% dan pada hari kedelapan belas pengeraman yaitu 4,14% . Begitu juga pada persentase telur yang menetas yang tidak difumigasi lebih rendah yaitu 77,43 % . Namun demikian mengenai daya tetas telur itik secara umum masih bervariasi, oleh karena itu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tatalakasana penetasan yang lebih baik .
PENDAHULUAN Penetasan telur merupakan cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup itik itu sendiri dan merupakan proses biologis yang kompleks . Didalam proses penetasan ada dua faktor penting yang tidak dapat dipisahkan yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan . Faktor genetik ialah faktor yang ada pada telur itu sendiri seperti keadaan (normal atau abnormal) dan asal usul telur (terkawini dengan baik atau tidak) . Sedangkan faktor lingkungan, menyangkut masalah penanganan telur sebelum ditetaskan dan tatalaksana penetasannya, sampai saat ini secara umum daya tetas telur itik masih bervariasi terutama yang mempergunakan inkubator . Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang lebih baik maka perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut .
PELAKSANAAN PENETASAN TELUR ITIK Didalam melaksanakan penetasan telur itik seharusnya dikumpulkan sesegera mungkin untuk menghindari mikro organisme masuk melalui pori-pori kulit telur dan bisa menyebabkan daya tetas rendah . Untuk menghindari masuknya mikro organisme penyakit dapat dilakukan beberapa cara . Menurut Siregar, dkk., (1975) menyatakan bahwa daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi dari pada yang tidak . Selain itu persentase embrio yang mati pada kelompok telur yang tidak difumigasi lebih tinggi dari pada yang difumigasi . Tabel dibawah ini menunjukkan pada penelitian beberapa konsentrasi fumigasi terhadap telur ayam ras Lenghorn putih berjengger tunggal (Siregar, dkk ., 1975) .
126
Lokakarya Fungsional Non Penetiti 1999
Tabel 1 . Persentase kematian embrio pada hari ketujuh pengeraman Per lakuan A B C D Kontrol
I 3,45 2,72 2,63 6,49 4,56
Angkatan Penetasan % II III 2,87 4,14 6,74 3,85 3,17 6 .53 3,99 5,98 7,04 12,84
IV 1,96 10,45 6,63 2,54 8,61
Rata-rata 3,85 5,95 4,76 4,73 8,20
Tabel 2 . Persentase kematian embrio pada hari kedelapan belas pengeraman Pe rlakuan A B C D Kontrol
Angkatan Penetasan % II III 2,01 4,31 5,33 3,23 2,66 3,93 1,44 3,22 4,55 1,42 3,99 3,24 4,27 4,18 3,23 I
Rata-rata % IV 4,37 0,90 4,32 4,24 4,97
3,99 2,68 3,39 3,23 4,14
Tabel . 3 . Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang bertunas Perlakuan A B C D Kontrol
I 85,92 80,97 85,09 79,06 82,91
Angkatan Penetasan % III II 81,32 78 .99 89,64 73,31 76,14 80,98 74 .07 80,06 76,54 74,03
IV 78,43 77,31 78,96 86,72 75,83
Rata-rata % 81,12 80,30 80,26 80,00 77,43
Daya tetas relur juga dipengaruhi oleh kesegaran telur . Telur yang disimpan 4 hari dalam suhu ruang didaerah tropis, waktu tetasnya akan bertambah 30 menit dan daya tetasnya akan berkurang 4% (Ngepkep Ginting, 1995) . Oleh karena itu seharusnya telur itik segera ditetaskan jangan disimpan terlalu lama .
PERLAKUAN AWAL UNTUK PENCUCIAN TELUR Di Balai Penelitian Ternak Ciawi khususnya Program Penelitian Ternak Itik, untuk menjaga kesegaran dan kebersihan telur yang akan ditetaskan juga dilakukan pencucian telur . Bahan anti kuman yang dipakai untuk mencuci telur itik yang akan ditetaskan ialah Savlon atau Hebicet (Hospital Cocentrate) . Bahan tersebut mengandung
127
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Chlor Hexidine Gluconate 1,5% b/v dan Centrimide 15,0 % b/v dengan konsentrasi 2,5 ml per liter air hangat pada suhu 35-36 °C . Penucian dilakukan dengan membasahi telur dengan kain halus atau handuk yang telah dicelupkan dengan larutan anti kuman tersebut satu demi satu . Setelah bersih telur diletakan pada rak telur dan dibiarkan sampai kering .
PENYIMPANAN TELUR Telur tetas sebaiknya segera ditetaskan, bila kapasitas mesin tetas tidak mencukupi atau jumlah telur terlalu sedikit sebelum penetasan, telur dapat disimpan pada ruangan yang dilengkapi dengan alat pendingin. Suhu yang dianjurkan 13-15°C dengan kelembaban nisbi 83 - 85% atau termometer basah (wet bulb) menunjukkan angka 11 .5-13 .5°C . Perlu diperhatikan bahwa telur sebaiknya disimpan dengan bagian yang tumpul atau rongga udara terletak dibagian atas dan dengan cara ini waktu simpanya bisa lebih lama sampai 7 hari pengumpulan . Telur yang akan dimasukkan ke mesin tetas yang berasal dari sistim penyimpanan dingin paling sedikit 18 jam .harus dianginkan disuhu ruang . Maksudnya ialah supaya suhu telur bisa beradaptasi terlebih dahulu .
FUMIGASI TELUR TETAS Setelah proses pencucian telur selesai, dilakukan fumigasi telur tetas . Dengan meletakan tempat telur (eggtry) yang diisi telur yang sudah bersih dan kering kedalam lemari fumigasi . Fumigasi dilakukan dengan menggunakan gas formaldehide yang terbentuk dari kalium permanganat dan formalin dengan konsentrasi 4-6 gram kalium permanganat dan 6 - 12 ml formalin 40%Ymeter kubik selama 10-15 menit . Caranya ialah dengan meletakkan kalium permanganat kedalam cawan plastik atau kaca dibawah rak telur dan kemudian dituangkan cairan formalin kedalamnya .
PENGATURAN MESIN TETAS (INCUBATOR) Pada penetasan komersial biasanya terdapat dua inkubator yang terpisah . Inkubasi pertama dilaksanakan mulai telur dimasukkan sampai dengan hari ke 24 . Suhu yang diperlukan berkisar antara 99,5-100°F dengan kelembaban nisbi 60-65% atau wet bulb menunjukkan angka 87-89°F . Selanjutnya pada hari ke 25 telur tetas dipindahkan ke inkubator kedua . Pada periode ini telur tetas sudah tidak perlu dibalik . Suhu yang diperlukan pada periode inkubator kedua ialah 98 - 99°F dengan kelembaban nisbi 70 80% atau wet bulb menunjukkan angka 90-94°F . Maksud dari penurunan suhu inkubator kedua ialah pada periode ini embrio sudah tidak mengalami proses pertumbuhan akan tetapi sudah memasuki proses penetasan, yang mana embrio justru perlu sedikit mengeluarkan panas didalam aktifitas untuk proses pemecahan kulit . Akan tetapi didalam periode ini untuk membantu keremahan kulit telur perlu kelembaban yang cukup tinggi yaitu 70 - 80% .
128
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
PEMBALIKAN ATAU PEMUTARAN TELUR Didalam suatu proses penetasan, telur itik perlu dibalik mulai awal penetasan sampai dengan hari ke 24 minimal 5 kali sehari . Tujuan pembalikkan ini ialah untuk meratakan panas dan mencegah embrio berpindah melalui putih telur dan melekat pada selaput kerabang sehingga mati .
PENDINGINAN TELUR Pendinginan telur juga perlu dilakukan mulai hari ke 5 - 24 penetasan . Caranya ialah rak telur tetas dikeluarkan dari mesin dan diletakan diatas meja . Sambil didinginkan seluruh permukaan telur tersebut disemprot dengan sprayer halus mempergunakan air hangat dengan suhu 40 - 45°C . Suhu air yang akan disemprotkan sengaja dibuat melebihi suhu mesin tetas karena pada waktu disemprotkan keatas permukaan telur suhu air tersebut akan mendekati suhu telur sehingga tidak terjadi perubahan yang mendadak . Maksud pendinginan ialah agar embrio didalam telur bisa mengambil oksigen sebanyak - banyaknya dari udara melalui pori-pori telur . Penyemprotan dengan air hangat dimaksudkan untuk menambah kelembaban telur yang sempat berkurang pada proses pertumbuhan embrio didalam mesin .
PEMERIKSAAN TELUR (CANDLING) Pemeriksaan telur dilakukan untuk melihat keadaan telur dan perkembangan embrio selama proses inkubasi berlangsung . Pemeriksaan ini ada beberapa tahap dengan cara meneropong telur itik tersebut satu demi satu dengan sinar lampu di ruangan gelap, waktu pemeriksaan telur a . Pemeriksaan pertama dilakukan pada hari ke 1 - 4 penetasan, untuk mengetahui telur yang berembrio atau tidak . 1 .Telur kosong/infertile Keadaan telur jernih/terang dengan bayangan kuning telur yang nyata . Telur ini tidak ada embrionya dan keaadaan ini disebut infertile .
2 . Telur hidup/berembrio Keadaan telur seperti pada telur infertile akan tetapi bila diamati secara seksama sambil digoyang pelan-pelan, akan kelihatan seperti gelembung udara sebesar biji kacang hijau yang melayang -layang waktu telur digerakkan . Pemeriksaan ini pada umur satu hari penetasan . Keadaan telur sudah kelihatan seperti adanya sarang laba-laba berwarna kemerahan . Pemeriksaan ini pada umur empat sampai tujuh hari penetasan .
1 29
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
3 . Telur yang mati embrionya Keadaan ini terlihat pada telur yang mati dan biasanya bila digoyangkan tidak bergerak seperti menempel pada selaput kulit telur . b. Pemeriksaan kedua, dilakukan pada hari ke 14 penetasan, untuk mengetahui telur yang mati dan yang hidup 1 . Telur hidup Keadaan telur sebagian sudah kelihatan gelap bila digoyang sedikit akan bergerak, akan tetapi tidak berubah dan tetap pada posisinya . 2 . Telur mati Telur yang mati tandanya bayangan hitam didalam telur kelihatan keruh bila digoyang bayangan tersebut hancur . c . Pemeriksaan ketiga, dilakukan pada hari ke 25 penetasan, untuk mengetahui telur yang mati dan dilanjutkan transfer atau pindah ke mesin dua 1 . 'Telur hidup Keadan telur sudah kelihatan gelap dan penuh kecuali rongga udara yang masih terang . 2 . Telur mati Telur yang mati dibawah garis batas rongga udara terlihata bayangan terang berwarna kuning kemerahan dan adanya bercak hitam bercampur cairan . Tatalaksana pemeriksaan telur itik selama proses penetasan berlangsung sangat penting . Sebab bila telur yang kosong atau telur yang mati embrionya tidak segera dikeluarkan dari mesin tetas akan menjadi busuk sehingga bisa berpengaruh terhadap daya tetas telur yang lain .
Tatalaksana Pemeriksaan Telur 1 . Pencucian telur 2 . Fumigasi telur 3 . Penyimpanan telur
4 . Pembalikan/pemutaran telur 5 . Pendinginan 6 . Pemeriksaan telur (candling)
KESIMPULAN DAN SARAN Penetasan telur itik yang memberikan hasil yang baik sampai saat ini masih didominasi oleh beberapa daerah saja di Indonesia . Hal ini disebabkan oleh tatalaksana penetasan telur itik dengan menggunakan inkubator belum mempunyai standar . Oleh karena itu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai keseragaman, umur
130
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
induk, rata-rata berat telur dan tatalaksana penetasannya itu sendiri, serta faktor kelembaban mesin tetas .
DAFTAR BACAAN Ngepkep Ginting, 1995 .Menejemen telur tetas dari panen hingga DOC . Poultry Indonesia bulan Januari . No . 179 : 11 - 12 . Siregar, A .P ., M .H . Togatorop dan Sumarni . konsentrasi
1975 . Pengaruh beberapa tingkat
kalium permanganat dan formalin 40% untuk penghapus hamakan telur tetas . Bulletin LPP, No . 14 : 34 - 38 .
131