KAJIAN PENGEMBANGAN USAHA IKM PANGAN KOMODITI ROTI DAN KUE DI KOTA BOGOR (Studi kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)
ADE HENDAR PURNAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : ”Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)” merupakan gagasan atau hasil penelitian Tugas Akhir saya sendiri di bawah arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Bogor,
Januari 2010
Ade Hendar Purnawan NIM : F 352 064 185
i
ABSTRACT
ADE HENDAR PURNAWAN. The Bogor’s Cake & Bakery Small-Medium Industries Development Analyses. (Elsari Brownies and Bakery Bogor Case Study). Supervised by WH LIMBONG as a Committee Chairman and SRI HARTOYO as a member. This research is aimed to analyze the prospect of small-medium bakery industry especially that is located in Bogor. The small industries generally still have the same problem when they need credit from the bank for their investment. This research will analyze these small industries by doing a case study in Elsari Brownies and Bakery Bogor. There are four investment criteria to be calculated or analyzed. They are NPV, IRR, B/C ratio and Payback Period. The results show that the values of four investment criteria are positive i.e. NPV value and IRR value respectively is Rp. 113.236.973,- and 66.81%, meanwhile B/C ratio value is 1.45 times and Payback Period is 31.69 months. But at normal/liquid condition which there is no wasted product causing by sales return, the analyses result show that to invest in this industry is very reasonable. At that condition the value of NPV is Rp. 267,157,761,-, IRR value’s is 132.35%, Payback Period is 18.4 months and B/C ratio is 2.21 times. As the results of sensitivity analyses, the decreasing of brownies sales factor has significant effect rather than the influence of the increasing of brownies raw materials price factor. But if both factors are happened at the same time, it will cause worst effect than if each factors occurred. The research is also to analyze the problems faced by the Elsari Brownies & Bakery industry. Firstly, the questionnaires are given to Elsari brownies customers. The result shows that 60% of respondents feel to be satisfied enough with this product (Elsari brownies) and 36 % of respondents are satisfied with this product. 74% of respondents said that the brownies price is cheap enough and 50% of respondents say that this product is delicious enough. Finally, the SWOT analyzed is to be done. The Internal-External Matrix shows that this industry is in fifth cell. The result recommends the Elsari industry to do the hold and maintain strategy. The appropriate strategies for fifth cell are market penetration and product development. Elsari should do the following strategy for market penetration i.e : (a) widening market network into well known-food restaurant and tourism places that located at outside Bogor as marketing main target, by making relationship with existing counters at those places or build a new branch. The appropriate strategy for product development is making more ‘broker’ product. Keywords : criteria investment, sensitivity analyses, SWOT analysis.
ii
RINGKASAN
ADE HENDAR PURNAWAN. Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi kasus di Industri Kecil Bogor). Dibawah bimbingan WH Limbong sebagai Ketua dan Sri Hartoyo sebagai anggota. Krisis ekonomi pada tahun 1998 dan tahun 2008 telah membawa dampak pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Di tengah kondisi perekonomian tersebut, industri roti dan kue kering termasuk perusahaan yang mampu bertahan. Industri Kecil Elsari bergerak di bidang pangan komoditi Roti dan Kue dengan produk utama berupa brownies dan bakery. Usaha ini dimulai sejak bulan Oktober tahun 2003 dengan jalan berjualan secara keliling dari satu rumah ke rumah lainnya (door to door) dengan modal awal sekitar Rp. 3 juta rupiah. Kapasitas produksi pada awal usaha hanya 600 box brownies per bulan namun saat ini telah mampu berproduksi berkisar 6000 box per bulan. Untuk dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan untuk menghadapi persaingan dari usaha sejenis maka IK Elsari memerlukan suatu strategi pengembangan usaha. Analisa kelayakan bisnis. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa prospek industri kecil menengah kue roti khususnya yang berlokasi di Kota Bogor. Industri kecil umumnya mempunyai masalah yang sama pada saat memerlukan kredit dari bank untuk keperluan investasi. Penelitian ini akan menganalisa industri-industri kecil menengah roti kue tersebut dengan melakukan studi kasus pada industi kecil Elsari Brownies dan Bakery Bogor. Terdapat empat kriteria investasi yang dianalisa yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C ratio (Benefit/Cost Ratio) dan Payback Period. Hasil penelitian menunjukan empat kriteria investasi yang positif yaitu Nilai NPV sebesar Rp. 113.236.973,- dan Nilai IRR sebesar 66.81%, sedangkan B/C ratio sebesar 1.45 kali dan Payback Period dicapai dalam 31.69 bulan. Namun dalam keadaan lancar dimana tidak ada produk yang terbuang dari pengembalian, hasil analisis terhadap keempat kriteria tersebut memperlihatkan bahwa usaha ini sangat menguntungkan yaitu bila dilihat dari nilai NPV sebesar Rp. 267,157,761,-, IRR sebesar 132.35%, Payback Period 18.4 bulan dan Benefit-Cost ratio sebesar 2.21 kali. Pada penelitian ini dilakukan pula analisa sensitivitas terhadap kemungkinan adanya penurunan penjualan, kenaikan harga bahan baku dan kombinasi keduanya dari kondisi Industri Kecil Elsari saat ini (kondisi sekarang) dan juga dilakukan beberapa analisa sensitivitas dari titik acuan kondisi Industri Kecil Elsari dengan ‘kondisi lancar’. Analisa sensitivitas terhadap penjualan Elsari dilakukan dengan menganalisa kondisi apabila ada penurunan penjualan sebanyak 2%, 4%, 6% dan kenaikan penjualan sebanyak 2%, 4%,6% dari kondisi Elsari saat ini. Analisa sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dilakukan dengan menganalisa kondisi apabila ada penurunan penjualan sebanyak 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan maksimum diambil 15% dari harga bahan baku sebagai sesuatu yang mungkin terjadi di pasar. Sebagai pelengkap dilakukan pula analisa sensitivitas terhadap penurunan penjualan dari ‘kondisi lancar’ untuk memperlihatkan hal-hal yang
iii
sangat berarti apabila seandainya masalah penjualan serta produk terbuang dapat teratasi. Kondisi yang dilihat adalah kondisi 5%, 10% dan 15% penurunan penjualan dengan titik acuan dari posisi ‘kondisi penjualan lancar’. Hasil dari analisa sensitivitas menunjukan bahwa faktor penurunan penjualan brownies mempunyai efek lebih berarti dibandingkan dengan pengaruh faktor peningkatan harga bahan baku.. Tetapi bila kedua faktor terjadi pada saat yang bersamaan akan menyebabkan pengaruh lebih buruk dibandingkan bila hanya salah satu faktor terjadi. Adanya penurunan penjualan menyebabkan adanya masalah yang dihadapi oleh IK Elsari yaitu bertambahnya produk terbuang dari retur penjualan (sales return). Biaya ini masuk ke dalam kerugian penjualan perusahaan. Bila hal ini dapat di atasi maka secara signifikan akan menaikkan keuntungan perusahaan. Selain masalah tersebut, penelitian juga menganalisa masalah-masalah lainnya yang dihadapi oleh industri kecil Elsari Brownies & Bakery. Dari hasil kuesioner diberikan kepada konsumen brownies Elsari memperlihatkan 60 % konsumen merasa cukup puas terhadap produk brownies Elsari dan 36% konsumen merasa puas dengan produk ini. Tujuh puluh empat persen (74%) dari konsumen menyatakan bahwa harga brownies cukup murah dan 50% konsumen mengatakan produk ini cukup lezat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tanggapan konsumen terhadap kinerja brownies Elsari untuk : (a) harga produk, (b) kelezatan produk dibanding produk sejenis lain, (c) ukuran brownies, (d) promosi, (e) merk, (f) keragaman dan variasi produk, (g) kepuasan pelanggan dalam membeli produk, perlu mendapat perhatian dari manajemen IK Elsari. Sedangkan:untuk kinerja : (a) aroma, (b) citarasa, (c) kemasan, (d) dicantumkannya label halal, (e) kemudahan memperoleh produk, (f) keramahan dan kesopanan dari brownies lain berada di atas rata-rata. Hambatan dan kelemahan Elsari pada saat ini adalah (a) mempunyai tingkat kualitas SDM yang masih rendah. (b) daya tahan produk terkadang lebih rendah dari perkiraan (c) pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan (d) peralatan produksi yang masih sederhana dan (e) struktur organisasi masih sederhana. Langkah selanjutnya dilakukan analisis SWOT. Untuk mendapatkan Matriks SWOT terlebih dahulu dibuat Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix). Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) dibuat dengan mengevaluasi hambatan yang dihadapi IK Elsari dan menentukan kelemahan Elsari dengan melakukan wawancara dan pengamatan di IK Elsari sedangkan Matriks EFE dibuat berdasarkan pengamatan pada lingkungan luar Elsari yang didapat dari berbagai sumber referensi dan hasil wawancara dengan narasumber. Dari Matriks IFE dan Matriks EFE diperoleh Matriks Internal-External (Matriks IE). Matriks Internal-External memperlihatkan bahwa industri kecil Elsari berada di sel V. Dengan hasil tersebut industri kecil Elsari direkomendasikan menjalankan strategi hold and maintain. Strategi yang cocok untuk sel ini adalah strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk. Untuk menentukan strategi yang dipilih dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Strategi-strategi yang didapat dari matriks SWOT dikelompokkan berdasarkan kelompok-kelompok strategi yaitu strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk, setelah dilakukan proses dengan mengambil nilai bobot yang sama dengan Matriks IFE
iv
dan Matrik EFE serta hasil wawancara dengan narasumber diperoleh peringkat strategi dengan nilai terbesar sampai terkecil. Industri Kecil Elsari sebaiknya melakukan strategi penetrasi pasar berupa : (a) Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempattempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor, dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. Strategi pengembangan produk yang disarankan adalah : (a) Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). Kata kunci : kriteria investasi, analisa sensitivitas, analisa SWOT.
v
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis initanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh KArya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
KAJIAN PENGEMBANGAN USAHA IKM PANGAN KOMODITI ROTI DAN KUE DI KOTA BOGOR (Studi kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)
ADE HENDAR PURNAWAN
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
vii
Judul Tugas Akhir
:
Nama Mahasiswa NIM
: :
Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus di Industri Kecil Elsari Bogor) Ade Hendar Purnawan F 352 064 185
Disetujui
Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. WH Limbong, MS Ketua
Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS Anggota
Diketahui, Dekan Sekolah Pascasarjana,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodipuro, MS
Tanggal Ujian : 8 Desember 2009
Tanggal Lulus : ................................
viii
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat, ilmu dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPS) Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS selaku ketua Komisi Pembimbing atas arahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir. 2. Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan perhatian penuh dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA selaku dosen penguji luar komisi pada ujian Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat bagi kesempurnaan Tugas Akhir ini. 4. Bapak H. Maman Surahman yang telah mengizinkan dilakukannya penelitian di Industri Kecil Elsari dan atas bantuannya yang sangat besar di dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini. 5. Bapak Gupuh Samirono, BBA, Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor yang telah banyak membantu di dalam penyusunan Tugas Akhir dan diperolehnya datadata pendukung yang sangat dibutuhkan. 6. Counter-counter di RM Gepuk Karuhun (Ibu Feby), Venus Jl Bangbarung, Venus Jl Pajajaran (seberang Bank BNI 46); teman-teman di Disperindagkop Kota Bogor, Ibu Shinta Juwita, SE di Bagian Perekonomian Setda Kota Bogor dan Marketing Elsari (Bapak Faisal dan Bapak Nana) atas bantuannya di dalam pengumpulan data mengenai respon pelanggan Elsari. ix
7. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar Program Studi MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala dan wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi. 8. Ayahanda (alm), Ibunda serta isteri dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do'a restu, dukungan dan semangat. 9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Bogor, Januari 2010 Penulis
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Mei 1969 sebagai anak kedua dari pasangan dr. Oman Kertaman Intadinata (alm.) dan Ny. O. Sri Lesmana. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Teknik Sipil ITB, lulus pada tahun 1994. Setelah lulus, penulis bekerja pada PT Hutama Prima suatu perusahaan swasta di Jakarta yang bergerak di bidang pemeliharaan jalan dan Asphalt Mixing Plant (AMP) selama kurang lebih lima setengah bulan sebelum bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (PT. IPTN) pada pertengahan bulan April tahun 1995. Selama bekerja di IPTN (15 April 2005 s.d. 31 Maret 2005), penulis ditempatkan di Astronautics Division dan mempelajari rancang bangun small satellite, selain itu pernah pula bekerja di bagian Aeroelastics Department Aircraft Design Division mengerjakan analisa struktur dinamik (normal modes analysis, flutter analyses dan dynamics gust response) pada pesawat CN-235 dan N-250. Mulai tanggal 01 Maret 2005 sampai sekarang penulis bekerja di Inspektorat Kota Bogor dan melakukan audit reguler pada beberapa instansi dilingkup Pemerintah Kota Bogor. Pada Mei tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
xi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL
...............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
I
.......................................................................................
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................................
1 2 3 4
II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah ......................................................... 2.2 Karakteristik UMKM Secara Umum .......................................................... 2.3 Kendala yang Dihadapi Oleh Sektor UMKM Secara Umum .................... 2.4 Pengembangan Industri Kecil ..................................................................... 2.5 Sumber Modal Usaha bagi Industri Kecil .................................................... 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi ................................. 2.7 Kriteria Investasi menggunakan NPV, IRR, B/C ratio dan Analisa Payback Period .............................................................................................................
18
III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran …………...................................................................... 3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 3.3 Data dan Sumber Data ................................................................................... 3.4 Metode Penarikan Sampel ............................................................................. 3.5 Metode Pengumpulan Data ……………........................................................ 3.6 Pengolahan Data ............................................................................................. 3.7 Analisa Data ................................................................................................... 3.8 Aspek Kajian ..................................................................................................
21 25 25 26 28 29 30 38
IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Kondisi Industri Kecil Menengah di Kota Bogor ........................................... 4.2 Riwayat Singkat Industri Kecil Elsari ........................................................... 4.3 Pola Pengadaan Bahan Baku ......................................................................... 4.4 Pola Pemasaran .............................................................................................. 4.5 Kondisi Lingkungan IK Elsari .......................................................................
39 44 47 48 49
V
5 6 6 10 15 17
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Umum Pelanggan Elsari ....................................................................... 50 5.2 Tanggapan Pelanggan Elsari terhadap Produk Brownies Elsari ................... 56 5.3 Perilaku Pembeli dan Pemasaran Produk ..................................................... 60 xii
5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10
Analisa Kelayakan Usaha Industri Kecil Brownies Elsari .......................... Analisa Lingkungan Internal Perusahaan .................................................... Analisa Lingkungan Eksternal Perusahaan ................................................. Pembuatan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ................................. Pembuatan Matriks EFE (External Factor Evaluation) ............................. Pembuatan Matriks Faktor Internal Eksternal ............................................ Pembuatan Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-OpportunitiesThreats). ........................................................................................................ 5.11 Pembuatan Keputusan Strategis ...................................................................
67 93 113 126 128 129 131 140
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 141 6.2 Saran ........................................................................................................... 142 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... LAMPIRAN .............................................................................................................
xiii
143 146
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1
Matriks SWOT .........................................................................
37
2
Jumlah Unit Usaha Industri di Kota Bogor Tahun 2006 – 2007....
40
3
Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Kota Bogor……............…...
41
4
Distribusi Jumlah dan Nilai Investasi Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Berdasarkan Kelompok Investasi dengan selang Rp. 50 juta..................................................................................................
42
Distribusi Jumlah Industri Pangan Komoditi Roti-Kue pada Kelompok Investasi di bawah Rp. 50 juta dengan selang Rp. 10 juta .................................................................................................
43
6
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................
50
7
Data Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan ..........................
51
8
Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan ..........................
51
9
Data Konsumen Berdasarkan Status Pekerjaan ............................
52
10
Data Konsumen Berdasarkan Pendapatan Dalam Sebulan ...........
53
11
Tanggapan Konsumen atas Harga Brownies Elsari ......................
54
12
Tanggapan Konsumen atas Pengeluaran Rata-rata dalam Sebulan
55
13
Tanggapan Konsumen atas Keragaman dan Variasi Produk …….
55
14
Tanggapan Konsumen atas Citarasa Kelezatan Brownies Elsari ..
56
15
Tanggapan Konsumen atas Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain ............................................................
57
16
Tanggapan Konsumen atas Aroma Brownies Elsari …………….
58
17
Tanggapan Konsumen atas Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain ................................................................................................
58
18
Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari ……….
59
19
Tanggapan Konsumen atas Kemudahan Memperoleh Produk .....
60
20
Tanggapan Konsumen atas Lokasi Pembelian Brownies Elsari ...
61
21
Tanggapan Konsumen atas Frekuensi Pembelian Brownies Elsari ……………………………………………………………..
61
Tanggapan Konsumen atas Pernah Tidaknya Membeli Brownies Elsari ..............................................................................................
62
5
22
xiv
No. 23
Halaman Tanggapan Konsumen atas didapatnya informasi Brownies Elsari pertama kali ……………………………………………….
62
24
Tanggapan Konsumen atas Kemasan Brownies Elsari ………….
63
25
Tanggapan Konsumen atas Merk Brownies Elsari ……………...
63
26
Tanggapan Konsumen atas Promosi Brownies Elsari …………...
64
27
Tanggapan Konsumen atas Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari ……………………………………………………………..
64
28
Tanggapan Konsumen atas Kepuasan Membeli Produk ………...
65
29
Tanggapan Konsumen atas Keramahan dan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari …………………………………
65
Tanggapan Konsumen atas Produk Brownies yang Merupakan Saingan Terdekat Elsari .................................................................
66
31
Modal awal (investasi) Industri Kecil Brownies Elsari ………….
68
32
Jumlah Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari ………...
69
33
Nilai Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari …………...
70
34
Umur Ekonomis Aset Industri Kecil Brownies Elsari …………..
71
35
Investasi Industri Kecil Brownies Elsari per Tahun ....................
72
36
Penjualan Elsari Tahun 2004 s.d. 2007 .........................................
73
37
Jumlah Bahan Baku yang Dibutuhkan untuk Produksi Brownies dari Tahun 2004 s.d. 2008 ............................................................
75
Biaya Bahan Baku Produksi Brownies Elsari dari Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2008 ...........................................................
75
30
38 39
Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Pinjaman Perorangan dan Pinjaman Saudara
78
40
Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Bank.
78
41 42
Analisa Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku Produksi dan Penurunan Penjualan Brownies Elsari ..................... Pinjaman Kredit Elsari dari Bank ..................................................
84 93
43
Jumlah Karyawan di Industri Kecil Elsari .....................................
98
44
Daftar Counter di Kota Bogor dan Sekitarnya yang Menyediakan Brownies Elsari ..............................................................................
101
Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari ..............................................................................................
101
45
xv
No.
Halaman
46
Produk Inovasi Elsari & Daftar Harga ...........................................
112
47
Daftar Industri Roti-Kue yang merupakan saingan utama potensial Bakery Elsari ..................................................................
117
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2003 — 2007 (Jutaan Rupiah ) ...........
123
49
PDRB Perkapita Kota Bogor 2003 — 2007 (Rupiah).........................
124
50
Matriks Internal Factor Evaluation…………………………………..
127
51
Matriks External Factor Evaluation …………………………….
128
52
Matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) …
131
48
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1
Diagram Hambatan Paling Besar yang Dihadapi oleh Perusahaan (Perkotaan dan Pedesaan) .................................................................
8
2
Alur Penelitian ...............................................................................
24
3
Matriks IE ......................................................................................
36
4
Perkembangan Jumlah Produksi IK Elsari Per Bulan (Tahun 2003 s.d. 2008) ...............................................................................
45
Perkembangan Jumlah Karyawan IK Elsari dari Tahun 2003 s.d. 2008 ................................................................................................
46
6 7
Pola Pengadaan Bahan Baku ……………………………………. Pola Pemasaran Industri Kecil Elsari …………………………….
47 48
8
Kemasan Brownies Elsari ………………………………………..
76
9
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (Titik acuan : Kondisi Elsari Sekarang) ..
86
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Presentase Penurunan Omzet Penjualan (Kenaikan Waste Product) dari Dua Titik Peninjauan ..
86
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap: Presentase Kenaikan Bahan Baku dan Presentase Penurunan Omzet Penjualan ........................
87
Perbandingan Sensitivitas Kriteria NPV terhadap : Presentase Kenaikan Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya …..........................................................
88
Perbandingan Sensitivitas Kriteria IRR terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya .............................................
89
Perbandingan Sensitivitas Kriteria B/C Ratio terhadap: Present Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Om Penjualan dan Kombinasi Keduanya ..............................................
90
15
Diagram Alur Proses Produksi Brownies ......................................
92
16
Alur Pemindahan Ruangan ............................................................
92
17
Struktur Organisasi Elsari ..............................................................
97
5
10
11
12
13
14
xvii
No.
Halaman
18
Peralatan Produksi dan Operasional Industri Kecil Elsari .............
107
19
Penjualan Brownies Elsari Tahun 2005 .........................................
108
20
Penjualan Brownies Elsari Tahun 2006 .........................................
108
21
Penjualan Brownies Elsari Tahun 2007 .........................................
109
22
Penjualan Brownies Elsari dari Tahun 2004 s.d. Tahun 2007 .......
109
23
Siklus Hidup Produk Brownies Elsari ...........................................
110
24
Persentase Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur (Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah 2008, diolah) ...................................
117
25
Laju Inflasi Indonesia dari Tahun 2000 s.d. 2008 .........................
119
26
Fluktuasi Harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum ..................
120
27
Perbandingan Turun Naiknya Harga BBM Dunia dan Nasional Periode Mei 2008 s.d Januari 2009 ......................................................
125
Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) untuk Industri Kecil Elsari ..
130
28
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1
Kuesioner untuk Konsumen Brownies Elsari.................................
147
2
Tanggapan Konsumen atas Kinerja Brownies Elsari ....................
151
3
Bahan Wawancara dengan Pemilik Elsari .....................................
154
4
Analisis Titik Pulang Pokok (Break Even Point) Industri Kecil Elsari …………………………………..................
157
5
Proyeksi Arus Kas 2003-2008 Industri Kecil Elsari .....................
158
6
Proyeksi Nilai Tunai Bersih Sekarang (NPV) & Tingkat Pengembalian Internal (IRR) Industri Kecil Elsari ........................
159
7
Perhitungan Bunga Bank Setelah Dikurangi Pajak ......................
160
8
Metode Payback Period & Discounted Payback Industri Kecil Elsari ..............................................................................................
161
Metode Profitability Index atau Benefit Cost Ratio Industri Kecil Elsari ..............................................................................................
162
10a
Perhitungan Biaya Bahan Baku Industri Kecil Elsari ....................
163
10b
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Industri Kecil Elsari
164
10c
Perhitungan Biaya Kemasan Industri Kecil Elsari .........................
165
10d
Perhitungan Biaya Gaji Manajemen Elsari ....................................
166
11
Perhitungan Biaya Overhead Industri Kecil Elsari ........................
167
12
Perhitungan Hasil Penjualan Industri Kecil Elsari .........................
168
12b
Perhitungan Retur Penjualan dan Spoiled Goods IK Elsari ...........
168
13
Perhitungan Biaya Administrasi Industri Kecil Elsari ...................
169
14
Proyeksi Penyusutan Investasi Industri Kecil Elsari dan Nilai Sisa Tahun 2008 ............................................................................
170
9
xix
No.
Halaman
14a
Proyeksi Penyusutan Investasi Industri Kecil Elsari.....................
171
15a
Proyeksi Bunga Pinjaman & Pembayaran Cicilan Pinjaman Industri Kecil Elsari .......................................................................
172
15b
Pinjaman Industri Kecil Elsari .......................................................
172
16
Proyeksi Pajak Industri Kecil Elsari ……………………………..
173
17
Proyeksi Laporan Laba Rugi Tahun 2003 - 2006 Industri Kecil Elsari ..............................................................................................
174
Pergerakan Jumlah Aset Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari ..............................................................................................
175
19
Nilai Investasi & Aset Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari
176
19b
Nilai Sisa Aset Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari ............
177
20
Matriks QSPM ...............................................................................
178
21
Foto-foto Peralatan dan Produk Elsari …………………………...
187
18
xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Adanya krisis global dengan episentrum Amerika Serikat telah membawa dampak pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Imbas krisis di Indonesia mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan Triwulan III 2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada Triwulan IV tahun 2008. Ditengah kondisi perekonomian Indonesia tersebut, masih terdapat perusahaan yang mampu bertahan diantaranya adalah industri roti dan kue kering. Diberbagai kota besar di Pulau Jawa, pada umumnya perusahaan roti dan kue masih dapat menjalankan usahanya walaupun dengan mengurangi volume produksi. Peluang pengembangan usaha industri roti dan kue tidak terlepas dari analisa permintaan dan penawaran produk tersebut. Kondisi ekonomi makro serta perubahan dari konteks negara agraris lambat laun menjadi negara industri/jasa secara signifikan akan mengubah pola kehidupan masyarakat termasuk di antaranya perubahan pola makan dan berubahnya perilaku kerja sebagian besar masyarakat. Perilaku / pola kerja tersebut sangat berpengaruh terhadap pola makan, dimana masyarakat kita dewasa ini merasa lebih praktis dan efisien bila pada pagi dan sore hari mengkonsumsi makanan yang mudah diperoleh dan cukup mengandung nutrisi yang di perlukan tubuh yaitu diantaranya dengan mengkonsumsi Roti & Kue. Beberapa perusahaan mengurangi volume produksinya pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia sekitar pertengahan 1997 hingga awal 1999. Pengurangan produksi tersebut disebabkan peningkatan harga bahan baku roti yang terlalu drastis sehingga berakibat meningkatnya biaya produksi dan harga jual produk. Di lain pihak karena krisis itu pula pendapatan masyarakat menurun drastis akibat terkena pemutusan hubungan kerja, sehingga sangat mengurangi daya beli.
2 Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan yang diambil secara acak di beberapa kota, sejak terjadi krisis ekonomi pada 1997 hingga awal 1999 industri roti dan kue melakukan pengurangan produksi sekitar 30 - 60%. Namun pada pertengahan tahun 1999, mereka mulai meningkatkan produksi sesuai dengan peningkatan permintaan. Industri Roti dan Kue disamping mengalami pengaruh kondisi perekonomian maka secara alamiah mengalami persaingan diantara mereka. Berdasarkan data Disperindagkop Kota Bogor bahwa industri kecil yang terlibat dalam pembuatan industri makanan cukup banyak dimana terdapat penambahan jumlah industri kecil formal dari 180 pada tahun 2006 menjadi 193 pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan sebesar 7.2% sedangkan untuk industri makanan informal terjadi kenaikan sebesar 1.94% yaitu dari 979 unit industri kecil informal pada tahun 2006 menjadi 998 unit pada tahun 2007. Serta terdapat 40 industri kecil formal yang bergerak pada pembuatan roti dan kue di Kota Bogor, dimana kapasitas produksi per tahun dan nilai investasi dari industri kecil tersebut bervariasi. Nilai Investasi ini terdiri dari nilai : mesin / peralatan, modal kerja selama 4 bulan meliputi: bahan baku, upah/gaji dan lain-lain (biaya air, listrik, telepon). Data Disperindagkop tersebut dapat dilihat pada Bab IV penelitian ini. 1.2
Perumusan Masalah Industri Kecil Elsari bergerak di bidang pangan komoditi Roti dan Kue dengan
produk utama berupa brownies dan bakery. Usaha ini dimulai sejak bulan Oktober tahun 2003 dengan jalan berjualan secara keliling dari satu rumah ke rumah lainnya (door to door) dengan modal awal sekitar Rp. 3 juta rupiah. Pada tahun 2003 awal usaha, kapasitas produksi masih berjumlah 600 box per bulan, sedangkan pada tahun 2008 IK Elsari telah mampu memproduksi sekitar 6000 box per bulan. Untuk pengembangan usaha, pada tahun 2005 Industri Kecil Elsari mendapat pinjaman dana dari saudara ipar, kemudian beberapa kali secara bertahap mendapat pinjaman dari Bank BRI untuk investasi modal/aset, dan pinjaman dari perorangan dengan bunga yang lebih besar (3% per bulan) untuk menutupi kas dan adanya
3 piutang (problem manajemen kas dan piutang) dikarenakan pembayaran tidak selalu dibayar cash tetapi diperbolehkan pembayaran dengan jangka waktu seminggu, dua minggu bahkan satu bulan (sistem credit). Pinjaman dari Bank tidak selalu mulus. Hambatan untuk mendapatkan modal pernah dirasakan oleh Industri Kecil Elsari pada saat pertama kali meminjam kredit pada Bank BRI untuk modal pengembangan usaha. Plafon yang diberikan hanya Rp. 10.000.000,- dari yang diminta Rp. 50.000.000,-. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya prinsip kehati-hatian dari bank yang melihat usaha Elsari pada saat itu baru berjalan
sehingga
tidak
terdapat
data
yang
mencukupi
untuk
menilai
perkembangannya dan analisa kelayakan bisnis, serta belum memiliki izin usaha. Untuk dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan untuk menghadapi persaingan dari usaha sejenis maka IK Elsari memerlukan suatu strategi pengembangan usaha, demikian pula untuk kemudahan memperoleh kredit dari bank maka diperlukan perhitungan analisa kelayakan bisnis. Analisa kelayakan bisnis juga merupakan salah satu input untuk menyusun strategi pengembangan usaha. Pada penelitian ini dilakukan kedua analisa tersebut. Dengan adanya analisa ini diharapkan Industri Kecil Elsari dapat meningkatkan daya saing industri dan kompetitif melalui alternatif-alternatif perbaikan yang disarankan. Pada penelitian ini permasalahan yang dirumuskan adalah : 1. Bagaimana kelayakan bisnis IK Elsari? 2. Faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi perkembangan perusahaan serta strategi pengembangan bisnis apa yang harus dilakukan perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu kajian ilmiah dan suatu hasil analisa permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Industri Kecil (IK) Elsari di lapangan serta mengajukan suatu pemecahan masalah dengan cara:
4 1. Melakukan analisa kelayakan bisnis. 2. Melakukan analisa faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi strategi perkembangan perusahaan (menganalisa hambatan-hambatan / kendala utama yang dihadapi Industri Kecil (IK) Elsari (kelemahan), kekuatan, peluang dan ancaman) 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Industri Kecil Elsari sebagai masukan untuk pengembangan industri, bahan evaluasi dan atau untuk proposal pengajuan kredit kepada perbankan. 2. Kepada pihak Perbankan sebagai informasi tambahan dan gambaran mengenai Industri Kecil Produsen Roti-Kue Kota Bogor untuk keperluan analisa kredit dengan belajar pada studi kasus Industri Kecil Elsari. 3. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor sebagai bahan masukan mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi oleh salah satu Industri Kecil Produsen Roti-Kue Kota Bogor yaitu Industri Kecil Elsari. 4. Pihak-pihak lain yang merasa berkepentingan dengan hasil penelitian.
5 BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undangundang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menggantikan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Kriteria Usaha Mikro, adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut :
6 a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Sedangkan yang dimaksud Usaha Besar berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 2.2 Karakteristik UMKM Secara Umum Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia secara umum dapat digambarkan seperti di bawah ini (Sukarman 2007): a) Tradisional b) Perorangan c) Sarat penggunaan sumber daya lokal d) Menghasilkan produk sederhana e) Teknologi yang digunakan tepat guna f) Usaha lebih fleksibel dan padat karya g) Khusus usaha mikro terutama berada pada golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. 2.3 Kendala yang Dihadapi Oleh Sektor UMKM Secara Umum Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia mempunyai kendala umum sebagai berikut (Sukarman 2007): a) Kualitas SDM rendah (94,7% SLTP ke bawah)
7 b) Akses pasar terbatas c) Manajemen sederhana atau tradisional d) Sistem pembukuan / administrasi keuangan belum baik e) Belum terdaftar secara formal f) Tidak memenuhi persyaratan bank teknis g) Kurang akses informasi dan pemanfaatan teknologi h) Kurang menjaga kualitas produk i) Permodalan untuk mengembangkan usahanya. Berdasarkan hasil survei RICS (Rural Investment Climate Survey) maka hambatan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan di pedesaan dan perkotaan seperti terlihat pada Gambar 1. Permintaan akan barang dan jasa (Demand for goods and services), akses terhadap kredit formal (Access to formal credit), dan akses jalan (Road access) merupakan tiga keluhan utama dari Perusahaan non-pertanian di pedesaan (Non-Farm Enterprise). Selain itu interest rates, access to market, uncertain economic policy, dan complicated loan procedures masing-masing merupakan peringkat hambatan kelima, keenam, kesembilan dan kesebelas (Indopov 2006). Namun penulis berpendapat bahwa interest rates dan complicated loan procedures ada kaitannya pula dengan kesulitan dengan access to formal credit sehingga responden belum merasakan kedua faktor tersebut. Posisi utama dari 'permintaan' pada daftar hambatan di atas memberikan konfirmasi tentang pentingnya hal ini. Tetapi hasil tersebut harus juga ditafsirkan dengan catatan. Kebanyakan perusahaan lebih suka menerima pesanan
yang
banyak
daripada
sedikit.
Kurangnya
permintaan
dapat
menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi pasar yang terlalu lokal. Jawaban terhadap hal ini adalah memperluas jangkauan pasar mereka dengan mengurangi biaya (baik yang terkait secara fisik maupun mengenai informasi) yang diperlukan untuk menjangkau pasar. Tetapi hal ini dapat juga merupakan suatu indikasi bahwa mutu barang dan jasa yang dihasilkan masih rendah dan
8 oleh sehingga perusahaan ini kehilangan pelanggan yang menyukai perusahaan modern dimana produk yang dihasilkan lebih bermutu (Indopov 2006).
perusahaan
Gambar 1
Diagram Hambatan Paling Besar yang Dihadapi oleh Perusahaan (Perkotaan dan Pedesaan). (Indopov 2006)
Akses terhadap kredit formal merupakan hambatan terbesar kedua yang dihadapi oleh Perusahaan non-pertanian pedesaan (Non-Farm Enterprise). Kuncinya di sini adalah kredit formal itu sendiri yang merupakan hambatan, dibandingkan dengan sumber kredit informal. Walaupun Indonesia cukup merasa bangga dengan reputasi internasionalnya untuk perbankan pedesaan, masih banyak celah yang perlu diperbaiki, dengan jumlah kelompok minoritas dengan perusahaan mikro dan kecil masih tetap tidak bisa mendapatkan akses terhadap sistem perbankan resmi. Ketiga, akses jalan masuk dan biaya transportasi terasa berat bagi Perusahaan non-pertanian di pedesaan (Non-Farm Enterprise, NFE). Akses jalan, biaya transportasi dan mutu jalan semuanya muncul di antara tujuh hambatan yang
9 dihadapi perusahaan non-pertanian di pedesaan (NFE). Ini mencerminkan mutu jalan di tingkat Kabupaten (Indopov 2006). Keluhan utama Perusahaan non-pertanian di pedesaan (NFE) sangat berbeda dengan keluhan perusahaan besar yang terletak di wilayah perkotaan . Walaupun sulit melakukan perbandingan secara langsung, penilaian terhadap iklim investasi perusahaan besar di perkotaan cenderung menggarisbawahi masalahmasalah yang berhubungan dengan instabilitas makroekonomi, ketidakpastian kebijakan, korupsi, sistem hukum dan isu perpajakan. Sementara beberapa dari ciri ini juga merupakan keluhan dari Perusahaan non-pertanian di pedesaan (NFE), tetapi jelas masalah itu tidak merupakan yang utama (Indopov 2006). Sedangkan menurut Hubeis, kendala pengembangan industri kecil dapat disebabkan oleh faktor kemampuan yang bersifat alamiah (mental dan budaya kerja), tingkat pendidikan SDM, terbatasnya keterampilan dan keahlian, keterbatasan modal dan informasi pasar, volume produksi yang terbatas, mutu yang beragam, penampilan yang sederhana, infrastruktur dan peralatan yang usang, beberapa kebijaksanaan dan tingkah laku dari pelaku bisnis yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkannya sangat beragam, baik dalam mutu, ukuran, warna maupun bentuk / desainnya, yang pada akhimya berdampak terhadap harga jual yang kurang kompetitif (Hubeis, 1997). Selain itu industri kecil belum memiliki bentuk organisasi yang mampu untuk menghadapi perubahan dengan cepat, karena struktur organisasi internalnya masih sederhana (mendekati organisasi lini), yaitu manajer umum (pemilik) merangkap jabatan pengawas, dan bagian lain (produksi, penjualan dan pemasaran, serta pembelian) diserahkan kepada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pegawai yang telah dipercayai. Struktur tersebut pada dasarnya telah mencerminkan adanya lalu lintas wewenang dan tanggung jawab secara vertikal, serta hubungan antar bagian secara horisontal, tetapi yang menjadi persoalan masil dominannya keterlibatan pemilik dalam segala kegiatan usaha (one man show). Untuk memperbaiki situasi tersebut diperlukan peningkatan. kemampuan personil (komunikasi, kerja kelompok, inovasi dan leadership) dan kemampuan manajerial
10 (kepemimpinan dan penerapan manajemen fungsional), serta gaya kerja, baik secara mutlak (necessary condition) maupun tambahan (sufficient condition) dalam mencapai kompetivitas secara spesifik maupun global (Hubeis, 1997). Industri kecil sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional terlibat mulai dari sektor primer, sekunder dan tersier. Dalam perkembangannya, sektor sekunder dari industri kecil, yaitu industri kecil pengolahan telah berkembang pesat dari segi jumlahnya, terutama yang memiliki omzet < Rp. 50 juta bila dibandingkan dengan yang lainnya. Terpusatnya industri kecil pada lapisan omzet < Rp. 50 juta, sebagaimana usaha kecil pada umumnya lebih disebabkan oleh keterbatasan faktor-faktor seperti modal, pemasaran, persaingan, bahan baku, teknik produksi dan manajerial. Di sisi lain, ternyata industri kecil yang bergerak di bidang pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, kerajinan dan umum memiliki kemampuan ekspor. Hal itu menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki kemampuan berkembang cepat dan berdaya saing kuat, karena dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, padat karya dan menerapkan teknologi produksi yang beragam. Oleh karena itu, industri kecil sebagai unsur dari sistem bisnis perlu dilengkapi dengan kompetensi, disamping telah menerapkan strategi untuk hidup dan tumbuh melalui kemampuan multi resources pooling (fleksibilitas) pada mutu, nilai-nilai dan ketersediaan barang dan jasa yang dihasilkannya (Hubeis, 1997). 2.4 Pengembangan Industri Kecil Agar industri kecil dapat berkompetensi / bersaing dalam pasar bebas maka yang harus dilakukan adalah melakukan investasi teknologi dan infrastruktur, pelayanan yang berorientasi pada pelanggan dan menghasilkan produk bermutu dengan harga kompetitif. Upaya lain untuk meningkatkan industri kecil adalah melakukan integrasi industri kecil melalui jaringan industri besar dengan tetap mempertahankan strukturnya, tetapi memberi keuntungkan bagi kedua belah pihak; melakukan usaha potensial untuk berkembang yang memerlukan sedikit polesan (kebersihan dan kemasan); memacu komoditi andalan (harga lebih rendah) menjadi produk unggulan (harga lebih tinggi) untuk mendobrak pasar melalui profesionalisme
11 dan penerapan teknologi yang didukung oleh penguasaan informasi pasar. Secara riil, apa yang dipaparkan telah diatur oleh Pemerintah dengan UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil untuk memberdayakan usaha kecil (termasuk industri kecil), diantaranya pelaksanaan kemitraan yang sehat dan seimbang melalui pola inti plasma, pola subkontrak (subcontracting), pola dagang umum (vendor), waralaba (franchise), keagenan. dan bentuk-bentuk lain (bapak-anak angkat, pembinaan oleh BUMN, kontak bisnis, kerjasama bisnis, keterkaitan bisnis). Hal ini ditujukan untuk merangsang iklim usaha yang kondusif antar pelaku ekonomi, membuka peluang usaha dan mencegah terbentuknya struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan tidak sehat antar pengusaha besar / menengah dan pengusaha kecil (Hubeis, 1997). Peluang pengembangan bisnis pada industri kecil sebagaimana usaha lainnya dapat dilakukan melalui pemerkuatan usaha yang ada, dengan cara berkonsentrasi pada mutu, produktivitas, sinergi (merger) atau aliansi strategik dan peningkatan produk dengan inovasi (tampil beda); kreativitas bisnis baru (ceruk pasar tertentu) dan pertarungan (better than competitors) baik secara mandiri maupun bekerjasama (kerjasama operasional, waralaba, kemitraan dan patungan). Kegiatan tersebut merupakan upaya restrukturisasi bisnis perusahaan untuk meningkatkan keunggulan daya saing (profesionalisme, efisiensi, efektivitas dan produktivitas) dalam jangka panjang yang didasarkan pada faktor keterbatasan aset, dana dan SDM, serta sistem dan teknologi. Hal ini tentunya tidak lepas faktor resiko finansial (produk tidak memuaskan), resiko fungsional (malfungsi dari terobosan yang dilakukan), resiko fisik (kerusakan fisik produk), resiko psikologis (perasaan tidak puas) dan resiko sosial (ketidakrespekan) (Hubeis, 1997). Alternatif tumbuh dari pengembangan bisnis baru dengan pola-pola yang dikemukakan sebelumnya dapat dikategorikan atas perluasan bisnis yang ada (perubahan produk, pasar dan lingkungan geografis; integrasi vertikal ke belakang dan ke depan), dan diversifikasi ke dalam bisnis baru (strategi horisontal dan konglomerasi). Hal ini didasarkan pada kebutuhan peningkatan pangsa pasar (menggarap peluang pasar yang relatif baru dan melayani segmen pasar yang
12 diabaikan pesaing lainnya), keunggulan teknologi (inovasi), kemampuan keuangan dan berbagai sumber daya lainnya. Dengan kata lain upaya tersebut (power play) sangat ditentukan oleh komponen fisik (muscle), uang (money) dan pikiran (mind) (Hubeis M 1997). Perencanaan strategis Manajemen Strategis menurut David (2003) (Strategic Management : Concepts and Cases) adalah : ”Strategic management can be defined as the art and science of formulating, implementing, and evaluating cross-functional decisions that enable an organization to achieve its objective. As this definition implies, strategic management focuses on integrating management, marketing, finance/accounting, production/operations, research and development, and computer information system to achieve organizational success ” (Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu mengenai perumusan, penerapan dan pengevaluasian fungsi silang keputusan-keputusan yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.) Sedangkan menurut Jauch dan Glueck (1988), di dalam bukunya berjudul Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, manajemen strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan. Kata lain dari manajemen strategis adalah perencanaan strategis (strategic planning), istilah ini lebih sering digunakan dalam dunia bisnis. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Skala Usaha Industri Kecil Faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha baik kecil, menengah maupun besar ditentukan oleh faktor eksternal (lingkungan usaha) dan faktor internal (dalam usaha). Faktor eksernal adalah faktor yang berada di luar kendali seorang pengusaha seperti kebijakan dan peraturan pemerintah, birokrasi dan politik dan keamanan.
13 Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berada dalam kendali perusahaan terkait dengan perilaku pengusaha itu sendiri yang dalam literatur tersebut dikenal dengan faktor kewirausahaan. Menurut Liles (1996) yang dikutip oleh Firmansyah et al. (2001) ciri-ciri atau sikap kewirausahaan dapat diidentifikasi melalui empatbelas sikap yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha, baik yang berada pada perusahaan swasta yang berorientasi mencari laba maupun pada organisasi nirlaba untuk mengembangkan usahanya. Keempatbelas sikap kewirausahaan tersebut adalah: 1.
Keberanian mengambil resiko
2.
Sikap percaya diri
3.
Kemampuan melihat peluang usaha
4.
Kemampuan membangun jaringan kemitraan
5.
Sikap percaya pada orang lain
6.
Sikap hemat
7.
Sikap menghargai waktu
8.
Ketekunan dan kerja keras
9.
Suka menghadapi tantangan
10. Disiplin dan tanggung jawab 11. Motivasi untuk maju 12. Keberanian melakukan perubahan 13. Berorientasi terhadap masa depan 14. Menepati janji Menurut Mead dan Liedholm (1998) seperti dikutip oleh Firmansyah et al. (2001), faktor-faktor yang diduga turut mempengaruhi pertumbuhan skala usaha industri adalah sebagai berikut : 1. Umur pengusaha (tua, muda); 2. Pendidikan (SD sampai dengan Perguruan Tinggi); 3. Jenis atau sektor usaha (makanan atau kebutuhan pokok lainnya, kerajinan, logam, elektronik, barang modal, dan lain-lain);
14 4. Lokasi usaha (desa, kota, sentra, non-sentra, lingkungan industri kecil); 5. Gender (laki-laki, perempuan); 6. Entreprenership atau kewirausahaan (visi, misi, strategi, langkah-langkah operasional, kemampuan manajemen, jaringan usaha); 7. Segmen pasar (kelas bawah, menengah, dan atas); 8. Orientasi pasar (lokal, nasional, internasional); 9. Struktur pasar (monopoli, oligopoli, persaingan monopolistik, persaingan sempurna); 10. Kebijakan
pemerintah
(perkreditan,
perpajakan,
perijinan,
kemitraan
perundang-undangan). Sementara itu dari hasil penelitian Thoha M (2000) memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan skala usaha Industri Kecil Rumah Tangga (IKRT) meliputi : 1. Umur pengusaha yang paling efektif dalam pengembangan skala usaha IKRT adalah kurang dari 45 tahun; setelah itu tampak mulai kurang efektif. 2. Tingkat
pendidikan
berpengaruh
positip
terhadap
keberhasilan
dalam
pengembangan skala usaha IKRT. 3. Rata-rata lama usaha yang diperlukan untuk peningkatan skala usaha dari IRT menjadi IK adalah sekitar 5 - 10 tahun. 4. Kerjasama antar sesama IKRT maupun dengan usaha yang lebih besar berpengaruh positip dalam pengembangan skala usaha, tetapi untuk kasus Bali kerjasama antar sesama IKRT tampak lebih efektif dibandingkan dengan usaha yang lebih besar. 5. Dari kelima aspek kewirausahaan yang diteliti, kesemuanya berpengaruh positip dalam pengembangan skala usaha IKRT. Kelima aspek tersebut meliputi: ketepatan dalam melayani pesanan/perjanjian bisnis, sikap dalam menghadapi persaingan dan ketidakpastian usaha, sikap optimisme dalam pengembangan usaha pada masa yang akan datang, visi usaha serta berbagai jenis inovasi yang telah dilakukan. Khusus untuk faktor inovasi, hanya unsur inovasi organisasi tempat kerja saja yang tidak berkorelasi positip dengan pengembangan skala
15 usaha. Sedangkan keempat aspek inovasi lainnya tampak berkorelasi positip yakni inovasi dalam: proses produksi, desain produk, kualitas produk serta kecanggihan peralatan/mesin yang dipakai. 2.5 Sumber Modal Usaha bagi Industri Kecil Sumber modal usaha bagi industri kecil dapat diperoleh dari peminjaman dari: keluarga, perbankan, atau Lembaga Keuangan Bukan Perbankan (perusahaan asuransi, lembaga dana pensiun, perusahaan investasi, perusahaan pembiayaan, pegadaian), dan sebagainya. 2.5.1 Perbankan Penggolongan Bank berdasarkan jenisnya menurut Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut: • Bank umum • Bank Perkreditan Rakyat 1) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam pembayaran. Kegiatan usaha bank umum antara lain adalah: a)
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b)
memberikan kredit;
c)
menerbitkan surat pengakuan utang;
d)
membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; dan
e)
kegiatan-kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku (Rahardja P 2008).
16 2) Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi BPR adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kegiatan-kegiatan usaha yang diperbolehkan dilakukan oleh BPR menurut undang-undang adalah: a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan; b) memberikan kredit; c) menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil; dan d) menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito dan atau tabungan pada bank lain.
2.5.2 Kebutuhan Kredit Usaha Kecil Usaha yang sangat kecil (usaha mikro) dan usaha kecil sederhana umumnya membutuhkan kredit dengan ciri-ciri (Sukarman 2007): a) Kredit yang relatif kecil dan luwes b) Prosedur /persyaratan kredit mudah dan cepat c) Jaminan fisik relatif fleksible d) Bisa sering meminjam e) Pinjaman dikembalikan dalam waktu singkat (antara 2 minggu – 3 bulan) Kredit dengan jenis ini telah diakomodir oleh KUPEDES BRI Unit, BNI Wirausaha, BPR, Koperasi, Rentenir, Bank Pasar, DSP Danamon, Bank Desa, dsb. , namun belum seluruhnya terjangkau.
17 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi (Rahardja, 2008). a.
Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return) Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. 1) Kondisi Internal Perusahaan Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi. Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas, tingkat pengembalian yang diharapkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonteknis, terutama di negara sedang berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi (Rahardja, 2008).
2) Kondisi Eksternal Perusahaan Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan. Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan
18 pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi. jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat, demikian pula dengan faktor keamanan (kondisi keamanan negara) (Rahardja, 2008).
b. Biaya Investasi Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun. Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Faktor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan. Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan (Rahardja, 2008).
2.7 Kriteria Investasi menggunakan NPV, IRR , B/C ratio dan Analisa Payback Period Untuk membuat suatu keputusan apakah rencana investasi diterima atau ditolak minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu : NPV, IRR, B/C ratio dan Analisa Payback Period. a. Net Present Value (NPV) NPV digunakan untuk menentukan nilai ekivalen pada saat ini dari aliran dana (pendapatan dan pengeluaran) di masa datang dari suatu rencana investasi atau aset tertentu. Sehingga apabila aliran dana di masa datang dapat diperkirakan dengan pasti, maka dengan tingkat suku bunga tertentu dipilih dapat dihitung nilai sekarang dari rencana investasi tersebut.
19 Secara umum dapat dikatakan, bahwa permasalahan analisis ekonomi dari suatu rencana investasi dapat dipecahkan baik dengan menggunakan metoda NPV, maupun metoda yang lainnya. Permasalahannya terletak pada penentuan kriteria pemilihan alternatif, yaitu harus menggunakan kriteria yang konsisten. Pada NPV, sebuah rencana investasi dapat diterima apabila rencana investasi tersebut mempunyai Nilai Sekarang Bersih (NSB) yang positip, NSB > 0. NSB ini merupakan selisih antara Nilai Sekarang Penerimaan dengan Nilai Sekarang Biaya (Siregar, 1988). b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) dari suatu investasi dapat didefinisikan sebagai "tingkat suku bunga" yang akan menyebabkan nilai ekivalen biaya/investasi sama dcngan nilai ekivalen penerimaan. Dengan demikian maka perumusan nilai sekarang (present value) dan nilai tahunan ('annual value') merupakan dasar bagi perhitungan IRR. Menghitung IRR pada dasarnya adalah menentukan i sedemikian rupa sehingga diperoleh Nilai Sekarang Bersih sama dengan nol (NPV=0). (Siregar, 1988). c. Analisis Rasio Manfaat - Biaya (RMB) atau B/C Ratio RMB merupakan pembandingan antara nilai ekivalen manfaat dengan nilai ekivalen biaya, atau dirumuskan sebagai berikut :
RMB =
Nilai Sekarang Manfaat ---------------------------------------Nilai Sekarang Biaya
Kriteria untuk menerima atau menolak sebuah alternatif adalah : proyek diterima bila RMB > 1 dan ditolak bila sebaliknya (Siregar, 1988).
20 d. Analisis Periode Pengembalian (APP) atau Payback Period Periode pengembalian atau 'payback period' dari suatu proyek dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama dengan jumlah investasi/ biaya. APP sering digunakan oleh karena mudah menggunakannya dan mudah dimengerti, terutama oleh pihak yang tidak akrab dengan konsep ekivalensi. Tetapi perlu hati-hati bila menggunakan metoda ini karena terdapat beberapa kelemahan yang nyata, yaitu : a. mengabaikan konsep nilai waktu dari uang, b. semua konsekuensi ekonomi setelah periode pengembalian tidak diperhitungkan, atau diabaikan. Oleh karena itu, APP hanya merupakan pendekatan saja, bukan suatu perhitungan yang pasti. Dengan demikian, biasanya metoda APP ini hanya digunakan sebagai evaluasi awal saja. Dalam APP, kriteria yang digunakan untuk menilai alternatif terbaik adalah periode pengembalian yang terpendek. Diterima atau ditolaknya suatu proyek dengan periode pengembalian tertentu tergantung pada periode pengembalian terpendek yang diinginkan oleh investor. Bila periode pengembalian proyek lebih kecil dari periode pengembalian terpendek yang diinginkan investor, maka proyek diterima, dan bila sebaliknya ditolak (Siregar, 1988).
BAB III METODE PENELITIAN
Pada Bab 3 ini dibahas mengenai kerangka pemikiran, penentuan lokasi, data dan sumber data, metode penarikan sampel, metode pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data. 3.1
Kerangka Pemikiran Penelitian ini mempunyai tujuan melakukan analisa faktor internal dan faktor
eksternal
yang
mempengaruhi
perkembangan
perusahaan
(menganalisa hambatan-hambatan / kendala utama (kelemahan) yang dihadapi Industri Kecil (IK) Elsari, kekuatan yang dimiliki, peluang dan ancaman yang ada). Berdasarkan data-data yang terkumpul tersebut disusun suatu strategi pengembangan bisnis yang sebaiknya dilakukan oleh Industri Kecil Elsari dalam menyiasati kondisi-kondisi tersebut. Analisa kelayakan bisnis merupakan salah satu hal yang dilakukan pada penelitian ini sebagai input dalam pembentukan matriks IFE. Pada analisa kelayakan bisnis dinilai berdasarkan kriteria investasi NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period. Selanjutnya analisa sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor : (1) kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan baku, (2) adanya penurunan penjualan yang berakibat terjadinya kenaikan wasted product akibat dari retur produk oleh counter yang tidak dapat termanfaatkan dikarenakan telah basi, berjamur atau berbau apek. Kondisi IK Elsari pada rentang pengamatan dari tahun 2003 s.d tahun 2008 mempunyai tingkat wasted product antara 6%-8% dari retur penjualan. Adanya kondisi wasted product ini merupakan salah satu kelemahan dari IK Elsari maka pada analisa sensitivitas ini acuan awal adalah kondisi Elsari sekarang dengan tingkat wasted product dari retur 6-8%. Selain itu dilakukan analisa sensitivitas terhadap penurunan penjualan dari kondisi
22 penjualan yang berjalan lancar tanpa ada retur dan persentase wasted product-nya nol. Kondisi ini diberi nama ‘kondisi lancar’. Pada analisis sensitivitas ini besarnya persentase kenaikan bahan baku yang dianalisis yaitu terjadinya kenaikan sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 15% dari kondisi sekarang dengan pertimbangan prosentase kenaikan tersebut sangat mungkin terjadi di pasar. Demikian pula dengan penurunan penjualan, analisa sensitivitas dilakukan dengan kemungkinan terjadinya penurunan penjualan sebesar 2%, 4%, dan 6% dari kondisi sekarang. Selain penurunan penjualan dilakukan pula sensitivitas terhadap kenaikan penjualan sebesar 2%, 4%, 6% untuk melihat trend keuntungan yang terjadi apabila terjadi kenaikan penjualan dan untuk kepentingan perbandingan dengan tinjauan penurunan penjualan sebesar 5%, 10% dan 15% dari kondisi lancar. Analisa sensitivitas terhadap penambahan wasted product tidak dilakukan secara khusus tetapi dikaitkan dengan analisa penurunan penjualan karena penurunan penjualan akan meningkatkan jumlah retur, dimana retur ini menjadi produk yang terbuang dikarenakan sifat dari produk (makanan) yang tidak tahan lama dan adanya regulasi yang melarang produk retur dijual lagi sebagai bahan makanan bagi manusia. Analisa sensitivitas ini lebih ditekankan kepada tujuan/kepentingan untuk melihat/menganalisa ketahanan IK Elsari terhadap faktor-faktor perubahan di atas dengan belajar dari pengalaman yang lalu karena analisa sensitivitas ini tidak dilakukan terhadap waktu yang akan datang, tetapi terhadap rentang waktu yang sedang dipelajari/diamati (tahun 2003 s.d. 2008). Matriks IFE selain disusun berdasarkan analisa kelayakan bisnis, juga didapatkan berdasarkan hasil survei dengan para pelanggan Elsari, wawancara dengan pihak pemilik Elsari dan wawancara dengan Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Matriks EFE selain didapat dari hasil wawancara dengan dua responden yaitu pemilik Elsari dan Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil
23 Hutan Disperindagkop Kota Bogor juga didapat dari beberapa literatur, koran Kompas cetak kurun waktu Februari 2008 s.d. Mei 2009, dan internet untuk mendapatkan kondisi eksternal yang sedang berkembang saat ini. Dari matriks IFE dan matriks EFE maka diperoleh matriks IE sehingga diperoleh posisi IK Elsari di dalam matriks IE. Matriks IE terdiri dari 9 segmen/cell dimana masing-masing segmen merekomendasikan jenis strategi yang harus ditempuh. Dengan diketahuinya posisi/letak IK Elsari pada segmen matriks IE maka dapat ditentukan jenis strategi apa yang cocok/sesuai untuk dikembangkan oleh perusahaan. Selanjutnya dibuat matriks SWOT yang merumuskan strategi-strategi apa yang cocok pada masing-masing kuadran sesuai dengan jenis strategi yang direkomendasikan oleh matriks IE sehingga dipilih tiga strategi yang cocok untuk masing-masing strategi S-O (Strengths-Opportunities), strategi S-T (Strengths-Threats), strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) dan strategi W-T (Weaknesses-Threats). Dari sembilan strategi yang terkumpul kemudian didiskusikan lagi dengan kedua responden di atas dengan menyusun matriks QSPM. Dari hasil wawancara dengan dua responden tersebut diperoleh nilai Attractive Score. Nilai Attractive Score ini apabila dikalikan dengan nilai Bobot (yang diperoleh pada saat penyusunan matriks IFE dan matriks EFE dengan cara matriks berpasangan) akan diperoleh nilai Total Attractive Score (TAS). Pada Matriks QSPM strategi dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan semua strategi diberi nilai Attractive Score sehingga diperoleh nilai Total Attractive Score (TAS). Strategi pada kelompok yang sama kemudian dibandingkan dan diberi peringkat Strategi yang dipilih merupakan satu atau dua strategi peringkat tertinggi untuk masing-masing kelompok strategi. Strategi-strategi inilah yang kemudian akan disarankan kepada pihak manajemen Industri Kecil Elsari sebagai strategi pengembangan usaha. Kerangka pemikiran tersebut dapat terlihat pada Gambar 2 mengenai Alur Penelitian.
24
Kuesioner pada pelanggan Elsari
Wawancara dengan narasumber Disperindagkop
Wawancara dgn pemilik Elsari (langsung maupun dgn kuesioner)
Literatur (buku, koran, internet, penelitian, dll) Peraturan & Kebijakan Pemerintah, Laporan instansi pemerintah (BI, BPS, Pemerintah Pusat, Pemda)
Tanggapan Pelanggan terhadap produk & kepuasan
Matriks IFE
Analisa Kelayakan Bisnis dgn Kriteria Investasi : IRR, NPV, PP, B/C ratio
MATRIKS IE
MATRIKS SWOT
Matriks QSPM
Strategi Pengembangan Industri Kecil Elsari Gambar 2 Alur Penelitian
Matriks EFE
25 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian tugas akhir dilakukan
di Industri Kecil Elsari Jl Pondok
Rumput 18 RT 03/RW 11, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2008 s.d pertengahan bulan Januari 2009 dilanjutkan kembali dari bulan Maret 2009 hingga bulan Mei 2009 dengan waktu selama 4.5 bulan. Lokasi penyebaran kuesioner yaitu : counter Venus Jl. Bangbarung, counter Venus Jl. Pajajaran (dekat Toko B-Bos) dan RM Gepuk Karuhun Jl Sukasari 1 Kota Bogor. 3.3 Data dan Sumber Data Data untuk penelitian pada tesis ini didapat dari data primer dan data sekunder termasuk studi pustaka. a. Data Primer dari Hasil Kuesioner (Questionnaire), Wawancara (interview) dan Observasi lapangan. Kuesioner diberikan kepada Industri Kecil Elsari dan pelanggan Elsari. Data-data primer yang diperoleh dari Industri Kecil Elsari sebagian besar (mayoritas) merupakan hasil wawancara dengan pemilik Elsari baik berupa wawancara secara terarah menggunakan alat bantu kuesioner maupun wawancara secara lisan. Beberapa informasi lainnya diperoleh dari Bpk. Gupuh (Disperindagkop Kota Bogor), Bpk Ade Lutfi dan Bpk Faisal dari marketing Elsari. Data pendukung yang diperlukan dalam penyusunan analisis SWOT di dapat dari hasil wawancara dengan pemilik Elsari dan Bpk. Gupuh (Disperindagkop Kota Bogor), yaitu pada saat penentuan angka bobot dan rating. Pada saat penelitian dilakukan didapati beberapa keterbatasan data terutama data-data pada awal berdirinya Elsari diantaranya data penjualan pada tahun 2003 sehingga lebih mengandalkan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Beberapa asumsi-asumsi yang diambil oleh penulis akibat dari keterbatasan data.
26 Beberapa data yang dianggap sensitif seperti data atau keterangan mengenai kondisi keuangan perusahaan terutama diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik Elsari. Hambatan yang dihadapi selain masih sederhananya penulisan pencatatan keuangan, juga tidak adanya rekapitulasi keuangan, dan catatan keuangan tidak berupa per rincian obyek.
b. Data sekunder dari Disperindagkop Kota Bogor. Data dari Disperindagkop Kota Bogor untuk melihat ruang lingkup secara keseluruhan pada tingkat kota dan investasi IKM di Kota Bogor. Data dari Disperindagkop tersebut meliputi a.l. klasifikasi jenis usaha, pertumbuhan / penambahan jumlah IKM/UMKM yang ada pada tahun 2006 dan 2007, jumlah IKM Pangan Komoditi Roti-Kue, nilai investasi IKM Pangan Komoditi Roti-Kue, data industri kecil sejenis yang dapat menjadi pesaing Industri Kecil Elsari serta pembinaan IKM yang telah dilakukan oleh Disperindagkop Kota Bogor termasuk di dalamnya mengikutsertakan IKM pada pelatihan-pelatihan pada instansi terkait. c.
Kepustakaan / Studi Pustaka Studi pustaka dari beberapa buku, koran, website (internet), dan hasil penelitian digunakan sebagai landasan teori dan bacaan penunjang. Sumber informasi dari surat kabar maupun internet digunakan untuk melihat permasalahan umum IKM dan situasi yang sedang berkembang sekarang.
3.4 Metode Penarikan Sampel Metode penarikan sampel dilakukan menggunakan metode convenient sampling. Definisi convenient sampling menurut Umar Sekaran yaitu : ”convenient sampling involves collecting information from members of populations who are conveniently available to provide the information”
27 dimana para responden akan memberikan data dan informasi secara sukarela (Umar Sekaran 1992, diacu dalam Agung 2005). Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 65 buah kuesioner dimana yang mengembalikan kuesioner sebanyak 55 responden dan diambil sampel sebanyak 50 responden dari 55 responden yang menjawab tersebut. Kuesioner dibuat dalam skala linkert untuk isian tanggapan responden terhadap produk brownies Elsari. Teorema tentang variabel tunggal atau univariat menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk ukuran sampel yang mendekati tak berhingga, sedangkan dalam praktek teorema limit sentral telah dapat diterapkan untuk ukuran sampel minimal 30 (Agung, 2005). Roscoe menganjurkan ukuran sampel berdasarkan the rule of thumb berikut : “ukuran sampel lebih besar daripada 30 dan lebih kecil dari 500 cocok dipakai untuk kebanyakan penelitian” (Roscoe 1975, diacu dalam Agung 2005). Untuk eksperimen sederhana dengan kendali yang ketat, keberhasilan penelitian dapat dicapai dengan memakai sampel berukuran 10 sampai dengan 20 (Agung, 2005). James J. Schlesselman menyatakan walaupun terdapat banyak rumusrumus yang dapat dipakai untuk memperkirakan ukuran sampel yang diperlukan akan tetapi ukuran sampel yang diperoleh tersebut hanya merupakan suatu pedoman bukanlah merupakan syarat yang absolut (Schlesselman 1982, diacu dalam Agung 2005). Menurut Agung (2005) suatu data sampel tidaklah mungkin akan dapat menjelaskan karakteristik populasi secara menyeluruh kecuali jika sampelnya merupakan seluruh populasi. Didalam penelitian Strategi Pengembangan Usaha IKM Roti Kue di Kota Bogor ini dengan studi kasus pada Industri Kecil Elsari diambil sampel sebanyak 50 sampel untuk masing-masing variabel dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Hal ini dikarenakan sifat penelitian yang tidak terlalu rumit, jumlah responden tidak diketahui dan hanya untuk mengetahui tanggapan secara umum dari pelanggan Elsari terhadap produk yang dihasilkan yaitu brownies.
28 3.5 `Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: a.
Data Primer : Metode Pengumpulan Data Survei dengan Alat Bantu Kuesioner
(Questionnaire),
Metode
Pengumpulan
Data
Melalui
Wawancara (interview) Langsung & Bantuan Alat Bantu Kuesioner dan Pengumpulan Data dengan Observasi Lapangan. Kuesioner diberikan kepada Industri Kecil Elsari dan pelanggan Elsari untuk mendapatkan data yang lebih terarah. Bentuk Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Selain melalui kuesioner, untuk mengetahui kendala/ hambatan-hambatan yang dialami Industri Kecil Elsari, pandangan pelanggan mengenai produk brownies Elsari dan untuk keperluan pembuatan analisa kelayakan bisnis serta analisa SWOT (mendapatkan matriks IFE, EFE dan Matriks IE) akan dilakukan melalui teknik komunikasi langsung melalui wawancara kepada pemilik Industri Kecil Elsari dan melakukan observasi lapangan di industri kecil tersebut. Selain kepada pemilik Elsari, untuk keperluan analisa SWOT (mendapatkan matriks IFE, EFE dan Matriks IE) maka dilakukan pula wawancara dengan Kepala Seksi Agro dan Hasil Hutan Disperindagkop yang mengetahui kondisi Elsari sebagai narasumber kedua. b. Penyebaran Questioner Untuk mendapatkan data tanggapan responden terhadap produk brownies Elsari maka dilakukan penyebaran questioner di tiga counter di Kota Bogor yaitu di counter Venus Bangbarung, counter Venus Pajajaran (lokasi di dekat Toko/factory outlet B-BOS dan seberang BNI Pajajaran), dan counter RM Gepuk Karuhun. Atas kebaikan jasa marketing Elsari diperoleh beberapa tanggapan responden yang berasal dari counter yang berlokasi di Sukabumi. Selain itu atas kebaikan Bpk Gupuh dari Dinas Perindagkop Kota Bogor diperoleh pula beberapa tanggapan responden di lingkungan Pemda Kota Bogor. Sebagian responden diperoleh dari Ibu
29 Shanty di Bagian Perekonomian Setda Kota Bogor dimana familinya ada yang ikut membantu pemasaran Elsari. 3.6 Pengolahan Data Dalam pengolahan dan analisa data dilakukan tahapan berikut : a. Editing data /penyuntingan data Penyuntingan data adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Masalahmasalah yang perlu diteliti kembali dalam melakukan editing data sebagai berikut: 1) Kelengkapan Pengisian Kuesioner Pada tahap ini perlu dicek apakah kuesioner yang telah disiapkan sudah diisi oleh responden dengan lengkap atau belum. Bila belum lengkap, apabila memungkinkan kuesioner tersebut bisa dilengkapi oleh peneliti dengan mendatangi kembali responden, namun adakalanya responden keberatan menyertakan nama dan alamat. 2) Keterbatasan Bacaan Kadang-kadang kuesioner yang dikirim kepada responden, setelah diisi, kurang jelas tulisannya atau ada kalimat yang kurang jelas bacaannya. 3) Kesesuaian Jawaban Kesesuian jawaban antara pertanyaan satu dengan pertanyaan lainnya perlu diteliti kembali. Jawaban responden jangan sampai ada yang saling bertentangan dalam satu kuesioner. Bila terjadi, misalnya pada saat melakukan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner (misalnya pada saat wawancara dengan pemilik Elsari) dapat ditanyakan kembali sehingga informasi menjadi jelas. 4) Relevansi Jawaban Jawaban responden harus relevan dengan pokok persoalan yang diteliti. Jawaban yang tidak relevan dengan maksud pertanyaan tidak dapat diterima sebagai data yang objektif.
30 5) Keseragaman dalam Satuan Ukuran Mengoreksi kembali satuan yang digunakan responden dalam menjawab pertanyaan. Misalnya dalam Kuesioner terdapat isian kebutuhan tabung gas yang diperlukan saat produksi, sebenarnya yang dimaksud oleh peneliti satuan yang diinginkan jumlah tabung gas per bulan yang dipakai, tetapi responden menjawab penggunaan tabung dalam rata-rata per hari. Jawaban seperti ini perlu dikoreksi dan ditanyakan kembali sebelum diolah lebih lanjut. b. Tabulasi data Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Dengan memasukkan data dalam bentuk tabel akan memudahkan dalam melakukan analisis. c. Menyajikan dalam bentuk tabel dan dalam bentuk grafik. setelah melakukan perhitungan atas besaran setiap peubah. Data-data yang disajikan dalam bentuk tabel terutama untuk data hasil survei pelanggan, data hasil wawancara dengan pemilik Elsari, data analisa kelayakan usaha,dll. Data yang disajikan dalam bentuk grafik misalnya data penjualan Elsari, data perkembangan jumlah karyawan Elsari, hasil analisa sensitivitas dsb.
3.7 Analisa Data a. Analisa Deskriptif Melakukan analisa deskriptif dengan teknik kuesioner, wawancara dan observasi langsung untuk menganalisa tanggapan konsumen Elsari terhadap produk brownies, hambatan-hambatan yang dihadapi IKM Pangan Komiditi Roti-Kue formal, sumber modal kerja utama IKM Pangan Komiditi Roti-Kue formal, kemungkinan-kemungkinan pemasaran dan pengembangan produk IKM Pangan Komiditi Roti-Kue formal (melakukan
audit
internal-eksternal-terbatas
mengenai
kekuatan,
31 kelemahan, peluang yang ada serta kemungkinan ancaman yang muncul bagi perusahaan yang diuraikan secara deskriptif). b. Analisa NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period Analisa NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period akan dilakukan pada industri kecil brownies Elsari. Analisa Payback period, IRR, NPV, B/C ratio tersebut akan digunakan untuk menganalisa kelayakan bisnis industri kecil brownies Elsari. c. Analisa SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities and Threats) Untuk keperluan strategi pengembangan usaha maka diperlukan suatu analisa SWOT, yaitu analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Model yang dipakai terdiri dari : a. Matrix Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) b. Matrix Evaluasi Faktor Internal (IFE) c. Matrix Internal Eksternal (IE) d. Matriks SWOT
a) Matrix Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor EvaluationEFE Matrix) memungkinkan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Menurut David (2005) Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan: 1.
Buat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh
faktor,
termasuk
peluang
dan
ancaman,
yang
mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman. Usahakan untuk
32 sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio. dan nilai komparatif bila mungkin. 2.
Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1.0.
3.
Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor tersebut, di mana 4 = respons perusahaan superior, 3 = respons perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons perusahaan rota-rota, dan 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (companybased), sedangkan bobot dalam Tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based). Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4.
Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang.
5.
Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi.
Penentuan Bobot Pada penelitian ini penentuan Bobot tidak sepenuhnya mengikuti David
(2005)
tetapi
dengan
menggunakan
matriks
banding
33 berpasangan seperti yang dilakukan pada penelitian terdahulu oleh Martianto (2004). Matriks banding berpasangan yang terdapat pada AHP (Analitycal Hierarchy Process). Input bagi pengisian kuesioner berupa skala keputusan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada. Penentuan
bobot
setiap
peubah
dilakukan
dengan
cara
mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen perusahaan (pemilik Elsari) dan seorang yang dianggap
mengetahui
Elsari
dengan
menggunakan
metode
pembandingan berpasangan. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara elemen dengan elemen lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Indikator horisontal dan indikator vertikal adalah peubah-peubah kekuatan dan kelemahan pada faktor strategis internal, serta peubah peluang dan ancaman pada faktor strategis eksternal. Metode ini membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap IK Elsari Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah (Saaty 1988, diacu dalam Martianto 2004). Perbandingan berpasangan merupakan kuantifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif, sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau perbandingan yang diskalakan secara berpasangan. Dengan pengalamannya, seseorang dapat dengan mudah, logis dan akurat memberikan persepsi perbandingan dua hal
34 (Priatmono, 2000). Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 20. Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai setiap peubah
terhadap
jumlah
nilai
keseluruhan
peubah
dengan
menggunakan rumus (Kinnear, 1991) seperti yang dikutip oleh Martianto (2004):
= Keterangan
:
α i = Bobot peubah ke - i Xi = Nilai peubah ke – i i
= 1,2,3,...,n
n = Jumlah peubah b) Matrix Evaluasi Faktor Internal (IFE) Seperti Matriks EFE maka Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap (David, 2005): 1. Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit
internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan lebih dahulu data kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan persentase, ratio, dan angka komparatif. 2. Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
35 3. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, di mana bobot di Langkah 2 adalah berdasarkan industri. 4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk
menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel. 5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk
menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. c) Matriks Internal dan Eksternal (lE) Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan informasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori. yaitu 1.0 - 1.99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0 - 2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3.0 - 4.0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda (David, 2005). Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II. atau IV dapat digambarkan sebagai grow and build (tumbuh dan kembangkan). Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi ini. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi hold and maintain (jaga dan pertahankan), penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini.
36 Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang. masuk dalam sel VI, VIII, dan IX adalah harvest dan divest (tuai atau divestasi).
IFE Kuat
4.0
Tinggi
Rataan
3.0
Lemah
2.0
1.0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3.0
EFE Sedang 2.0
Rendah
1.0 Gambar 3 Matriks IE
d) Matriks SWOT Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi, yaitu Strategi S-O (Strengths-Opportunities), Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), Strategi S-T (StrengthsThreats) dan Strategi W-T (Weaknesses-Threats). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
37 Strategi
S-O
(Strengths-Opportunities) merupakan
strategi
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, Strategi S-T (Strengths-Threats) adalah suatu
strategi
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman dan
Strategi W-T (Weaknesses-Threats) adalah strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Tabel 1. Matriks SWOT Internal
Strengths (S)
Weaknesses (W)
Tentukan 5-10 faktor Kekuatan internal
Tentukan 5-10 faktor Kelemahan internal
Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor Peluang eksternal
Strategi (S-O) Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (W-O) Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Tentukan 5-10 faktor Ancaman eksternal
Strategi (S-T) Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Eksternal
Sumber : Rangkuti, 2008
Strategi (W-T) Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
38
3.8 Aspek Kajian Aspek kajian dalam penelitian ini meliputi : a. Aspek Teknis / Produksi Pada aspek ini akan dibahas mengenai bahan baku untuk produksi, pemasok bahan baku, sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk produksi, proses produksi brownies Elsari, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses produksi. b. Aspek Pemasaran Pada aspek ini akan dibahas mengenai strategi pemasaran, pangsa pasar, distribusi pemasaran, harga dan cara pembayaran, serta promosi. Pembahasan aspek teknis / produksi dan aspek pemasaran disesuaikan dengan topik yang dibahas pada masing-masing Bab. c. Aspek Keuangan Pada aspek ini dibahas mengenai omset penjualan, kriteria investasi yang digunakan beserta perhitungan NPV, IRR, B/C ratio, dan Payback Period dan analisa sensitivitas terhadap perubahan penurunan penjualan sebesar 2%, 4%,dan 6%; kenaikan penjualan sebesar 2%, 4%,dan 6% serta perubahan kenaikan harga bahan baku sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 15% dari kondisi sekarang Elsari. Analisa sensitivitas terhadap penambahan persentase brownies yang terbuang sebagai wasted product karena tidak laku terjual dianggap sebanding dengan penurunan penjualan dimana hal tersebut akan menambah retur sebanyak produk yang tidak terjual.
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1 Kondisi Industri Kecil Menengah di Kota Bogor Usaha Kecil Menengah (UKM) yang terdapat di Kota Bogor terdiri dari berbagai jenis usaha industri dan perdagangan. Untuk Industri dapat dibagi ke dalam dua kelompok utama yaitu pertama: Kelompok Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan dan yang kedua adalah Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan kemudian dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok : makanan, minuman, kayu olahan dan rotan, pulp dan kertas, bahan kimia dan karet, bahan galian non Logam, dan kimia seperti diperlihatkan pada Tabel 2 di bawah ini. Industri kecil komoditi roti-kue Kota Bogor merupakan sub bagian dari industri pengolahan makanan Kota Bogor seperti yang tertera pada No I.B.1 pada Tabel 2. Sedangkan Tabel 3 memperlihatkan nama-nama Industri Roti-Kue formal yang ada di Kota Bogor. Dari data Disperindagkop Kota Bogor pada kedua tabel tersebut terlihat bahwa industri kecil yang terlibat dalam pembuatan industri makanan cukup banyak dimana terdapat peningkatan sebesar 7.2% jumlah industri kecil formal dari tahun 2006 (180 unit industri kecil) ke tahun 2007 (193 unit industri kecil), sedangkan untuk industri makanan informal terjadi kenaikan sebesar 1.94% pada periode 2006-2007 yaitu dari 979 unit menjadi 998 unit industri kecil informal. Pada Tabel 3 terdapat 40 industri kecil formal yang bergerak pada pembuatan roti dan kue di Kota Bogor, dimana kapasitas produksi per tahun dan nilai investasi dari industri kecil tersebut bervariasi. Nilai Investasi ini terdiri dari nilai : mesin / peralatan, modal kerja selama 4 bulan meliputi: bahan baku, upah/gaji dan lainlain (biaya air, listrik, telepon).
40
Tabel 2 Jumlah Unit Usaha Industri di Kota Bogor Tahun 2006 – 2007 NO
CABANG INDUSTRI
I
INDUSTRI KIMIA, AGRO DAN HASIL HUTAN (IKAH)
2006 ( unit usaha )
2007 ( unit usaha )
Persentase Peningkatan (%)
A. INDUSTRI MENENGAH / BESAR
1. Makanan 2. Minuman 3. Kayu Olahan dan rotan 4. Pulp dan Kertas 5. Bahan Kimia dan karet 6. Bahan Galian non logam 7. Kimia
9 8 10 8 6 2 5 48
15 9 10 10 7 2 6 59
180
193
22,92
B. INDUSTRI KECIL FORMAL
1.Makanan
2. Minuman 3. Kayu Olahan dan rotan 4. Pulp dan Kertas 5. Bahan Kimia dan karet 6. Bahan Galian non logam 7. Kimia
40 111 79 13 37 43 503
C. INDUSTRI KECIL NON FORMAL
1. Makanan
2. Minuman 3. Kayu Olahan dan rotan 4. Pulp dan Kertas 5. Bahan Kimia dan karet 6. Bahan Galian non logam 7. Kimia
Sub Total I II
49 114 79 13 37 58 543
979
998
203 80 28 35 23 1,348
207 82 33 35 23 1
1,899
1.980
7,95
2,23
4,26
INDUSTRI LOGAM, MESIN, ELEKTRONIKA DAN ANEKA A. INDUSTRI MENENGAH / BESAR 1. Mesin dan rekayasa 2. L o g a m 3. Alat angkut 4. Industri Tekstil 5. Industri Kulit 6. Industri Alpora 7. Industri Elektronika
10 5 23 2 1 3 44
10 5 23 2 1 3 44
0
5 79 92 81 68 8 7 340
6 81 92 84 68 9 7 347
2,06
129 65 142 316 14 37
132 65 145 321 16 -
B. INDUSTRI KECIL FORMAL 1. Mesin dan rekayasa 2. L o g a m 3. Alat angkut 4. Industri Tekstil 5. Industri Kulit 6. Industri Alpora 7. Industri Elektronika
C. INDUSTRI KECIL NON FORMAL 1. Mesin dan rekayasa 2. L o g a m 3. Alat angkut 4. Industri Tekstil 5. Industri Kulit 6. Industri Alpora 7. Industri Elektronika 703
Sub Total II Total
Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007
1,087 2,986
715
1,71
1.106 3.086
3,01
41
Tabel 3 Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Kota Bogor No.
Nama Industri Roti-Kue
1 2 3 4 5
Sukses Bakeri Bambi Delicius Manis Bakery Surya bakery
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Yun Yen Mahkota Bakery PT Eka Dasa Perkasa Berkah Bogasari Shany Bakery Tan Tjoan Dwi Rabo Bakery Dwi Kandi Meridien Venus SAE Bogor Permai Family Bakery Tista Pelangi Heroy Sari Mekar Jaya Ahlan Zein
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT. Ramayana Lestari Sentosa Parkindo Lestari Lautan Bakery Rifia Nila Rosa Bakery Noora Cake Evy Boy Virta's Cake PT Dunkindo Lestari Edi's Bakery De Paris PT Mustika Citra Rasa Holland Bakery Jumbo Bakery Merdeka Elsari PIA Apple Pie
Jenis Komoditi
Unit
Roti Roti dan kue Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti manis Roti Roti manis / tawar Roti Roti, kue Kue Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti Roti, kue Roti, kue Roti Roti manis Roti manis dan tawar
buah buah kg buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah kg buah buah buah kg buah kg buah dus buah buah buah kg buah buah
Roti manis Roti manis dan tawar Roti manis dan tawar Roti/brownies Pie Apple
Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007, diolah
Kapasitas Produksi Per Tahun 780.000 2.600.000 4000 260.000 180.000 500.000 600.000 180.000 750.000 150.000 200.000 150.000 180.000 195.000 150.000 1.800.000 750.000 1.080.000 180.000 360.000 50.000 100.000 75.000 180.000 7.200
Investasi (Rp.) 14,600,000 28,000,000 16,000,000 1,250,000 1,200,000 1,350,000 16,000,000 3,500,000 2,680,000 3,000,000 11,000,000 13,000,000 2,000,000 22,700,000 15,000,000 364,700,000 30,000,000 359,300,000 15,000,000 25,000,000 3,000,000 3,500,000 9,800,000 8,500,000
150.000 39.000 50.000 50.000 30.000 500.000 72.000 100.000 35.000 270.000
41,000,000 17,500,000 34,500,000 40,000,000 10,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 17,500,000 19,300,000 120,000,000
buah
46.000
140,400,000
buah buah buah loyang
108.000 270.000 16.800 7.500
80,000,000 175,000,000 85,000,000 81,500,000
42
Dari Tabel 3 ini kita dapat melihat secara umum kapasitas produksi per tahun mereka cukup banyak. Untuk melihat lebih jelas posisi dari masing-masing industri tersebut maka perlu dilakukan pengelompokan terhadap industri tersebut yang diperlihatkan pada dua Tabel di bawah ini. Industri Roti Kue tersebut merupakan saingan Industri Kecil Elsari dalam hal produksi bakery yang harus mendapat perhatian. Berdasarkan data Disperindagkop Kota Bogor tersebut, industri pangan komoditi roti-kue di kota Bogor bila dikelompokkan berdasarkan interval / range investasi Rp. 50 juta, mayoritas berada pada nilai investasi di bawah Rp. 50 juta berjumlah 32 industri seperti yang terlihat pada Tabel 4. Pengelompokan ini mengacu kepada pengelompokan usaha mikro dan usaha kecil dimana usaha mikro mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta dan usaha kecil mempunyai kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta. Untuk kelompok di bawah Rp. 50 juta distribusi jumlah industri pangan (mikro) komoditi roti-kue bila dikelompokkan berdasarkan nilai investasi seperti terlihat pada Tabel 5. Jumlah industri pangan komoditi roti-kue dengan nilai investasi s.d Rp.10 juta dan nilai investasi di atas Rp. 10 juta s.d Rp. 20 juta merupakan industri kecil pangan komoditi roti-kue yang paling banyak dengan jumlah masing-masing 13 dan 11 industri kecil. Tabel 4 Distribusi Jumlah dan Nilai Investasi Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Berdasarkan Kelompok Investasi dengan selang Rp. 50 juta. Pengelompokan Berdasarkan Besar Investasi
Jumlah
Nilai Investasi s.d Rp.50.000.000 Rp. 50.000.001 - Rp.100.000.000 Rp. 100.000.001 - Rp.150.000.000 Rp. 150.000.000 - Rp.200.000.000 Rp.200.000.001 atau lebih (Maks. Rp.500.000.000) Jumlah Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007, diolah
32 3 2 1 2 40
43
Tabel 5 Distribusi Jumlah Industri Pangan Komoditi Roti-Kue pada Kelompok Investasi di bawah Rp. 50 juta dengan selang Rp. 10 juta Pengelompokan Berdasarkan Besar Investasi
Jumlah
Nilai Investasi s.d Rp.10.000.000 Rp. 10.000.001 - Rp.20.000.000 Rp. 20.000.001 - Rp.30.000.000 Rp. 30.000.001 - Rp.40.000.000
13 11 4 3
Rp. 40.000.001 - 50.000.000
1
Jumlah
32
Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007, diolah
Dilihat dari pengelompokan investasi tersebut Industri Kecil Elsari berada pada kelompok Rp. 50.000.001 - Rp.100.000.000
dengan jumlah industri
sebanyak 3 unit (Tabel 4) sedangkan yang berada di bawah interval ini berjumlah 32 unit industri (80%) dan jumlah industri yang berada di atas interval sebanyak 5 unit industri (12.5%). Dengan demikian industri roti dan kue formal yang memiliki investasi yang sama atau lebih tinggi dari Industri Kecil Elsari berjumlah 20% dari jumlah total unit industri roti dan kue formal yang tercatat pada Disperindagkop Kota Bogor. Kelompok ini dapat merupakan potensi saingan bagi Industri Kecil Elsari untuk usaha bakery. Untuk kelompok dibawah Rp. 50 juta (Tabel 5) yang mempunyai potensi berkembang misalnya untuk kelompok investasi antara Rp. 30 - Rp. 40 juta dan Rp. 40 juta - Rp. 50 juta yang berjumlah 4 unit industri (10 %) yang juga harus dipertimbangkan. Selain dari sisi investasi tentunya kesamaan jenis komoditi dan pertimbangan dari sisi jumlah kapasitas produksi per tahun dari industri roti dan kue tersebut juga tentunya merupakan hal lain yang harus diperhitungkan. Disamping informasi yang diperoleh dari data Disperindagkop Kota Bogor tentunya riset pasar dibutuhkan untuk melihat kenyataan yang ada di lapangan. Permasalahan umum yang dihadapi oleh usaha/industri kecil menengah terutama adalah masalah : pemasaran produk, keterampilan (skill) tenaga kerja,
44
dan modal kerja (a.l. kapasitas produksi masih jauh dari optimal akibat sulitnya akses ke modal kerja). Selain kendala internal terdapat pula kendala external yang dihadapi usaha / industri kecil menengah seperti misalnya adanya regulasi dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang tidak tepat sehingga mengganggu perkembangan industri kecil menengah, susahnya pengurusan perizinan, beban biaya retribusi, belum berkembangnya institusi pendukung yaitu penyediaan jasa teknologi, jaringan pemasaran dan penjaminan permodalan, kondisi makro perekonomian yang dapat menurunnya daya beli masyarakat, inflasi, bertambahnya pengangguran, meningkatnya harga bahan baku, pengaruh resesi global, adanya fluktuasi harga BBM dan sebagainya. Kurangnya pengetahuan mengenai informasi pasar, bahan baku, dan sarana teknologi informasi dapat menyebabkan produk dipasarkan secara lokal. Sebaliknya bila pemasaran telah luas dan pesanan meningkat, hal yang harus diantisipasi tentunya kepada kapasitas produksi dan jumlah investasi aset yang harus ditanamkan, sumber modal untuk membeli aset, dan jumlah tenaga kerja trampil untuk dapat memenuhi permintaan pasar. 4.2 Riwayat Singkat Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari beralamat di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Kelurahan Kedung Badak Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Industri Kecil ini bergerak di bidang pangan komoditi Roti dan Kue dengan hasil produksi berupa brownies dan bakery. Nama Elsari merupakan nama singkatan istri yaitu Hj. Elli Ratnasari. Industri Kecil Elsari dimulai sejak bulan Oktober tahun 2003 setelah pemiliknya yaitu Bapak H. Maman Surahman tiga tahun pensiun dari PT Good Years pada bulan Oktober tahun 2000. Pada awal usaha beliau memulai dengan jalan berjualan secara keliling dari satu rumah ke rumah lainnya, satu perumahanke perumahan lainnya (door to door) dengan modal awal sekitar Rp. 3 juta rupiah. Usaha tersebut dirintis bersama isteri dan putra bungsunya. Uang modal satu juta rupiah dibelikan peralatan untuk investasi seperti loyang dan sebagainya.
45
Pada tahun 2003 awal usaha, kapasitas produksi berjumlah 7200 box per tahun (600 box per bulan). Pada tahun 2004 produksi rata-rata per bulan meningkat menjadi 2076 box. Tahun 2005 Industri Kecil ini mengalami peningkatan produksi sebanyak 4212 box per bulan. Produksi pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebanyak 5076 dan 5596 box per bulan dan terakhir pada tahun 2008 mengalami peningkatan produksi berkisar 6000 box per bulan. Seiring dengan peningkatan produksi maka jumlah karyawan pun dari tahun ke tahun meningkat. Gambar 4 dan Gambar 5 di bawah ini memperlihatkan hal tersebut.
7000 6000 5596
6000 5076
Jumlah Produksi (box)
5000 4212 4000
3000 2076 2000
1000
600
0 2003
2004
2005
Produksi rata rata per bulan (box)
Gambar 4
2006
Tahun
2007
2008
Produksi (bentuk garis)
Perkembangan Jumlah Produksi IK Elsari Per Bulan dari Tahun 2003 s.d. 2008
46
30 27 25 25
Jumlah Produksi (box)
20 20 15 15
10 6 5
3
0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun Jumlah karyawan
Gambar 5
Jumlah karyawan (bentuk garis)
Perkembangan Jumlah Karyawan IK Elsari dari Tahun 2003 s.d. 2008
Industri Kecil Elsari telah memiliki : Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda Daftar Perusahaan Perorangan (TDP) dari Disperindagkop Kota Bogor, Sertifikat Halal dari MUI, serta Sertifikat dari Dinas Kesehatan. Hal tersebut merupakan bagian dari strategi Industri Kecil Elsari dalam hal pemasaran yaitu untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat mengenai produk yang dihasilkannya. Pelatihan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor yang pernah diikuti pemilik Elsari antara lain : Pelatihan Gugus Kendali Mutu (GMK), Achievement Motivation Training (AMT), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis Critical Control Point (HCCP), Emotional Spiritual Quotient(ESQ), Wirausaha, Perpajakan, Perbankan dan Eksport. Serta atas
undangan
Disperindagkop
Kota
Bogor
pernah
mengikuti
studi
banding/kunjungan ke Bali. Hal-hal tersebut menambah wawasan pemilik Elsari dalam mengelola bisnis.
47
4.3 Pola Pengadaan Bahan Baku Bahan baku utama untuk pembuatan brownies yaitu : (a) tepung terigu, (b) telur, (c) coklat, (d) gula putih dan (e) minyak Tropikal. Selain kelima bahan utama tadi, terdapat bahan-bahan lain yang diperlukan yaitu: soda , vanili dan garam Bahan baku coklat didatangkan dari Bandung sedangkan bahan baku tepung terigu, gula, telur dan minyak Tropikal diperoleh dari beberapa pemasok/toko di Kota Bogor. Beberapa bahan lainnya seperti soda, bahan pengisi & penghias, garam dan vanili dibeli di pasar tradisional (Pasar Anyar Bogor). Pembelian bahan baku diatur berdasarkan jumlah brownies yang akan diproduksi (Gambar 6). Bahan-bahan dari dari pemasok (4, 5) dikirim di hari yang sama dengan hari pesanan (1, 2). Elsari melakukan pembayaran dalam jangka waktu 1 hari setelah menerima bahan-bahan dari pemasok (6). Sedangkan produksi dilakukan di hari yang sama dengan hari pemesanan bahan baku. Khusus untuk coklat dilakukan pengiriman setiap minggu (3) dan dibayar per bulan (7).
Bahan baku dari toko-toko di Bogor
(4)
Pemasok coklat (Bandung)
Pesanan (1)
(7) (6)
(3)
Kebutuhan Produksi Elsari
Produksi
Pengiriman
Pembayaran
(5) Pembelian (2)
Bahan-bahan dari pasar tradisional
1 hari
1 hari 1 bulan
Gambar 6 Pola Pengadaan Bahan Baku
Pembayaran
48
4.4 Pola Pemasaran Pemasaran yang dilakukan oleh Industri Kecil Elsari terutama adalah penjualan melalui counter-counter. Counter-counter tersebut tersebar di Kota Bogor dan di luar Kota Bogor seperti Bandung, Sukabumi dll. Selain dilakukan penjualan melalui counter juga dilakukan melalui: (a) jasa agen dan koperasi, (b) pembelian oleh tamu yang melakukan studi banding antar daerah, (c) instansi serta (d) hasil perolehan dari penjualan saat maupun pasca pameran. Penjualan dilakukan pula di counter Industri Kecil Elsari. Selain pemasaran di pulau Jawa, pernah dilakukan pula pengiriman ke luar pulau Jawa seperti Bali, Bengkulu dan Jambi. Gambar 7 memperlihatkan pola pemasaran IK Elsari.
Pameran
Kunjungan / tamu daerah
Instansi : PJKA,dll.
Counter Dalam Kota
Wasted product
IK Elsari
Counter Luar Kota
Counter IK Elsari
Pesanan Luar Pulau Jawa
Keterangan : −⎯ penjualan produk - - - - retur produk terbuang dari retur
Agen dan Koperasi
Konsumen
Gambar 7 Pola Pemasaran Industri Kecil Elsari Garis (.-.-.-) menunjukkan adanya wasted product dari retur yang tidak layak (basi) dibuang menjadi sampah.
49
4.5 Kondisi Lingkungan Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari berlokasi di Kota Bogor. Kota Bogor terletak diantara 106°43'30" BT - 106°51'00" BT dan 6° 30' 30" LS - 6° 41' 00" LS serta mempunyai ketinggian antara 190 m - 350 m dari permukaan laut dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km. Berpenduduk 905.132 jiwa pada tahun 2007. Kota Bogor memiliki udara
sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap
bulannya 26° C dan suhu udara terendah 21° C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70%. Kota Bogor dikenal dengan sebutan Kota Hujan. Lokasi Industri Kecil Elsari berada pada radius 2 km dari pusat Pemerintahan Daerah (Balaikota Bogor) dan Kebun Raya Bogor. Di sekitar Elsari terdapat beberapa pasar tradisional yaitu : Pasar Anyar dan Pasar Warung Jambu. Jarak dari IK Elsari ke Pasar Anyar sekitar 2 km dan jarak ke Pasar Warung Jambu sekitar 1.5 km. Jarak dari IK Elsari ke Perumahan Indraprasta (pemasok bahan baku) berjarak radius 2 km, namun karena tidak ada jalan yang lurus maka harus ditempuh dalam jarak ± 4.5 km. Pusat perbelanjaan yang ada di dekat IK Elsari misalnya Mall Hypermart dan Mall Yogya di Jl. KH Soleh Iskandar, Mall Jambu Dua di Jl Jend. Ahmad Yani. Lokasi IK Elsari berada di perumahan. Jalan di depan IK Elsari merupakan jalan kolektor (jalan penghubung/jalan perumahan) yang tidak begitu ramai. Tidak jauh dari Elsari terdapat Jalan Nasional yaitu Jl. KH. Soleh Iskandar. Akses ke jalan tol yang terdekat adalah pintu tol Kedung Halang yang berjarak ± 2.5 km dari IK Elsari. Kondisi jalan yang ada kondisinya baik. Fasilitas Air PDAM, listrik dan telpon telah ada di lokasi IK Elsari. Di sekitar Balaikota Bogor terdapat beberapa bank antara lain Bank BNI 46, BRI, Bank Mandiri, Bank NISP dan Bank Jabar Banten dengan jarak dari IK Elsari ± 2 km. Disperindagkop Kota Bogor berjarak ± 1 km dari IK Elsari.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai hasil kuesioner dan pendapat para pelanggan Elsari mengenai brownies Elsari serta kepuasan mereka membeli produk brownies Elsari. Setelah itu akan dibahas mengenai analisa kelayakan bisnis dan terakhir akan dilakukan analisa SWOT pada industri kecil Elsari. 5.1 Data Umum Pelanggan Elsari Pada Tabel 6 dapat kita lihat data umum konsumen dari pelanggan brownies Elsari. Jumlah konsumen yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 65 responden namun yang mengembalikan sejumlah 55 responden. Dari 55 responden dipilih 50 responden berdasarkan kelengkapan dalam pengisian kuesioner. a.
Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen adalah perempuan dengan prosentase sebesar 64%. Hal ini berkaitan dengan jenis barang yang diteliti berupa kue/brownies (makanan) dimana yang berbelanja umumnya wanita dan adanya peran seorang isteri di dalam rumah tangga didalam menyiapkan hidangan makanan bagi keluarga. Hasilnya mungkin akan lain bila yang diteliti mengenai peralatan mesin yaitu barang bersifat maskulin yang biasanya dilakukan/diminati oleh laki-laki. Tabel 6 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah
b.
Jumlah (orang) 18 32 50
Persentase (%) 36.0 64.0 100.00
Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan Sebagian besar dari konsumen yang diwawancara mempunyai status menikah (66%), 26% belum menikah dan 4% duda/janda.
51
Data ini mendukung data sebelumnya di atas bahwa sebagian besar konsumen berstatus sebagai seorang isteri, dimana dalam status sosial dituntut peran seorang isteri dalam menyiapkan atau menentukan hidangan makanan bagi keluarga. Pelanggan yang telah menikah (suami/isteri) umumnya membeli brownies dua kali atau lebih dalam sebulan. Tabel 7 Data Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Belum menikah Menikah Duda/Janda
Jumlah
c.
Jumlah (orang)
Persentase (%)
13 33 4
50
26.0 66.0 8.0
100.0
Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan Pada Tabel 8 terlihat bahwa konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebanyak 44%, tingkat pendidikan Diploma/Akademi dan Sarjana masing-masing sebanyak 28% dan 24%, sisanya berpendidikan SLTP 2% dan Pascasarjana 2%. Tabel 8 Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan Status Pendidikan terakhir
SD SLTP SLTA Diploma/Akademi Sarjana Pasca sarjana
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
0 1 22 14 12 1
50
0.0 2.0 44.0 28.0 24.0 2.0
100.0
Namun bila dikelompokkan berdasarkan konsumen yang telah mengecap pendidikan di perguruan tinggi dan yang tidak/belum belajar di perguruan tinggi diperoleh hasil jumlah pelanggan yang telah mengecap pendidikan di perguruan tinggi sebanyak 54% konsumen dan sisanya 46% adalah mereka yang tidak/belum belajar di perguruan
52
tinggi. Sehingga kelompok yang pernah mengecap pendidikan di Perguruan Tinggi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kelompok berpendidikan SLTA ke bawah. Biasanya mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi lebih selektif dan kritis di dalam memilih produk. Dengan melihat persentase tersebut produk brownies ini telah mendapat perhatian dari kelompok ini, maka hal-hal seperti label halal, merk, dan kemasan menjadi penting untuk diperhatikan oleh Elsari. Namun tetap harus diperhatikan, secara umum produk brownies Elsari mempunyai pelanggan berpendidikan SLTA ke atas. Pangsa Pasar Berdasarkan hasil survei seperti yang terlihat pada Tabel 9 maka pekerjaan konsumen terbanyak berasal dari kalangan pegawai swasta (38%), diikuti oleh pegawai negeri (26%). Peringkat selanjutnya adalah ibu rumah tangga (16%), wirausaha (14%), pelajar/mahasiswa (4%) dan pensiunan (2%). Dengan demikian pelanggan Elsari sebagian besar berasal dari kalangan pegawai yaitu sebesar 64% dari konsumen. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak manajemen Elsari di dalam merencanakan penjualan produknya. Tabel 9 Data Konsumen Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Berwiraswasta/wirausaha Pensiunan Ibu Rumah Tangga Lainnya: ..........................
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 13 19 7 1 8 0
50
4.0 26.0 38.0 14.0 2.0 16.0 0.0
100.0
Dari hasil survei diperoleh data bahwa pelanggan Elsari terbanyak adalah pelanggan yang mempunyai pendapatan dalam sebulan diantara Rp 1 juta sampai dengan Rp. 2 juta sebesar 42% dari konsumen. Namun apabila kelompok pendapatan dibagi menjadi kelompok pendapatan di bawah Rp. 2
53
juta, kelompok menengah dengan pendapatan diantara Rp. 2 juta s.d. Rp. 5 juta dan kelompok pendapatan di atas Rp. 5 juta maka akan didapat masingmasing prosentase sebesar 52%, 38% dan 10%. Dilihat dari hasil tersebut mayoritas pelanggan Elsari terutama berasal dari kelompok menengah ke bawah (pendapatan sampai dengan Rp. 5 juta) namun dari kelompok berpenghasilan diatas kelompok menengah (pendapatan Rp. 5 juta keatas) telah pula membeli produk ini dengan prosentase sebesar 10%. Bila dikaitkan dengan tujuan pemilik Elsari yang menginginkan produk Elsari ditujukan bagi kalangan menengah namun masih bisa dijangkau oleh kalangan bawah maka tujuan tersebut tercapai. Dengan demikian harga produk masih dapat diterima di kalangan menengah ke bawah. Namun demikian berdasarkan pengelompokan pada Tabel 10 maka kelompok yang berpendapatan diantara Rp.1 juta dan Rp. 2 juta merupakan pelanggan dominan Elsari yaitu mencapai 42% dibandingkan dengan kelompok lainnya yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian manajemen Elsari terutama bila akan melakukan kebijakan menaikkan harga. Tabel 10 Data Konsumen Berdasarkan Pendapatan dalam Sebulan Pendapatan dalam sebulan < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 — Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.001 — Rp.3.000.000 Rp. 3.000.001 — Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.000 — Rp. 5.000.000 > Rp. 5.000.000
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5 21 8 8 3 5
50
10.0 42.0 16.0 16.0 6.0 10.0
100.0
Untuk melihat hal tersebut maka pada Tabel 11 dapat dilihat tanggapan konsumen mengenai harga brownies Elsari. Sebagian besar konsumen (74% konsumen) berpendapat bahwa harga brownies Elsari cukup murah dan hanya 12% konsumen yang menyatakan bahwa brownies Elsari murah, sedangkan sisanya 14% menyatakan harga brownies Elsari mahal. Dengan mayoritas pelanggan menyatakan cukup
54
murah (sedang) maka harga jual produk masih aman dan masih dapat diterima namun manajemen Elsari tetap harus berhati-hati di dalam menaikkan harga, karena dikhawatirkan bila pendapat konsumen bergeser menilai produk menjadi ’mahal’, mereka akan memilih produk lain yang lebih kompetitif atau beralih membeli produk substitusi. Tabel 11 Tanggapan Konsumen atas Harga Brownies Elsari Harga Brownies Elsari Mahal Cukup Murah Murah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
7 37 6
Jumlah
50
14.0 74.0 12.0
100.0
Sebanyak 30% konsumen pelanggan Elsari mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan lebih dari Rp. 2 juta, urutan kedua yaitu sebanyak 28% konsumen mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 500 ribu sampai dengan Rp. 1 juta. Konsumen yang mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 1.5 juta s.d. Rp. 2 juta sebanyak 18%, urutan selanjutnya adalah konsumen yang mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 1 juta
s.d. Rp. 1.5 juta sebanyak 16%, dan terakhir konsumen yang
mempunyai pengeluaran di bawah Rp. 0.5 juta sebanyak 8%. Bila diperhatikan maka pelanggan Elsari yang mempunyai pengeluaran lebih dari Rp.1.5 juta sebanyak 48%, para pelanggan ini tentunya dapat menjadi pangsa pasar potensial bagi industri kecil Elsari. Industri kecil Elsari harus berupaya bagaimana agar kelompok ini membelanjakan biaya pengeluaran yang biasanya digunakan untuk membeli konsumsi kue merk lain sekarang digunakan untuk membeli lebih banyak produk Elsari, salah satunya adalah dengan melakukan promosi kepada kelompok ini dan melakukan pengembangan produk, membuat kreasi/inovasi baru sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan dan merasa tertarik untuk membeli salah satu produk Elsari.
55
Tabel 12 Data Konsumen Berdasarkan Pengeluaran Ratarata dalam Sebulan Pengeluaran rata-rata konsumen dalam sebulan (di luar cicilan rumah dan mobil) < Rp. 500.0000 Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 - Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.001 - Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
4 14 8 9 15
8.0 28.0 16.0 18.0 30.0
50
100.0
Data di atas ditunjang dengan hasil survei dimana pelanggan berpendapat bahwa keragaman dan variasi produk ini maka menurut 48% konsumen dinyatakan cukup beragam, 32% menyatakan beragam dan 14% konsumen yang menyatakan kurang beragam. Tanggapan konsumen sebenarnya telah di atas rata-rata, hal ini menjadi modal/keuntungan bagi Elsari pada saat menawarkan produk kepada pelanggannya sehingga diharapkan semakin banyak pembelian oleh para pelanggan Elsari. Namun demikian yang menyatakan ‘cukup beragam’ dan ‘kurang beragam’ jumlahnya cukup banyak (62%) juga sehingga Elsari diharapkan bisa menghasilkan lebih beragam produk lagi. Dari perhitungan tingkat kinerja maka keragaman dan variasi produk Elsari dibawah rataan (lihat Lampiran 2). Tabel 13 Tanggapan Konsumen atas Keragaman dan Variasi Produk Keragaman dan Variasi Produk Sangat Beragam Beragam Cukup Beragam Kurang Beragam Tidak Beragam Jumlah
Jumlah (orang) 3 16 24 7 0 50
Persentase (%) 6.0 32.0 48.0 14.0 0.0 100.0
56
5.2 Tanggapan Pelanggan Elsari terhadap Produk Brownies Elsari Pada saat survei ditanyakan kepada konsumen beberapa hal berkenaan dengan produk brownies industri kecil Elsari. Tanggapan dari konsumen tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 sd Tabel 18 di bawah ini. a.
Tanggapan Konsumen terhadap Citarasa Brownies Elsari Sebanyak 44% Konsumen berpendapat bahwa brownies Elsari memiliki citarasa kelezatan yang lezat dan 50% konsumen menyatakan cukup lezat. Sisanya 4% menyatakan citarasa kelezatan Brownies Elsari sangat lezat dan 2% menyatakan kurang lezat. Kecenderungan tanggapan konsumen 94% berada pada kisaran pendapat ‘lezat’ dan ‘cukup lezat’, hal ini memperlihatkan bahwa citarasa kelezatan brownies Elsari sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka citarasa produk Elsari sudah di atas rataan (lihat lampiran 2). Tabel 14 Tanggapan Konsumen atas Citarasa Kelezatan Brownies Elsari Citarasa Kelezatan Brownies Elsari Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat
Tanggapan
Persentase (%)
2 22 25 1 0
Jumlah
b.
Jumlah (orang)
Konsumen
50
terhadap
Kelezatan
4.0 44.0 50.0 2.0 0.0
100.0
Brownies
Elsari
Dibandingkan Produk Lain. Bila dibandingkan dengan brownies merk lainnya maka jumlah konsumen yang menyatakan brownies Elsari cukup/sama lezat sebanyak 62%. Tigapuluh dua persen (32%) konsumen menyatakan brownies Elsari lezat dan sisanya hanya 4% konsumen menyatakan sangat/lebih lezat dibandingkan dengan brownies merk lainnya,
57
sedangkan 2% konsumen menyatakan kurang lezat dibandingkan dengan brownies merk lainnya. Tabel 15 Tanggapan Konsumen atas Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain Kelezatan Brownies Elsari
Dibandingkan Produk Lain Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 16 31 1 0
Jumlah
50
4.0 32.0 62.0 2.0 0.0
100.0
Dengan demikian Industri kecil Elsari harus lebih meningkatkan kelezatan produknya karena lebih dari setengah konsumen (62%) menyatakan brownies Elsari cukup atau sama lezatnya dengan produk sejenis lainnya, sehingga masih ada kemungkinan pelanggan brownies Elsari memilih produk sejenis merk lainnya. Data dapat diperoleh dengan cara melakukan riset pasar untuk mengetahui citarasa yang diinginkan pelanggan dan menampung informasi balik yang dikeluhkan pelanggan untuk dievaluasi. Dari perhitungan tingkat kinerja maka Kelezatan Brownies Elsari dibandingkan Produk Lain masih di bawah rataan (lihat lampiran). c.
Tanggapan Konsumen terhadap Aroma Brownies Elsari Aroma brownies Elsari dinilai harum oleh lebih dari setengah jumlah konsumen yaitu sebanyak 56% konsumen, 38% konsumen menyatakan cukup harum. Hasil survei memperlihatkan tanggapan konsumen atas aroma brownies Elsari sudah baik dan harus tetap dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka aroma produk Elsari berada di atas rataan (lihat lampiran).
58
Tabel 16 Tanggapan Konsumen atas Aroma Brownies Elsari Aroma Brownies Elsari Sangat harum Harum Cukup harum Kurang harum Tidak harum
2 28 19 1 0
Jumlah
d.
Jumlah (orang)
50
Persentase (%) 4.00 56.00 38.00 2.00 0.00
100.0
Tanggapan Konsumen terhadap Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain. Ukuran brownies Elsari dibandingkan dengan ukuran brownies merk lain, mayoritas konsumen menyatakan sama besar (74%). Sedangkan yang menyatakan ‘sedikit lebih besar’ dan yang menyatakan ‘sedikit lebih kecil’ persentasenya sama yaitu 12%, yang menyatakan lebih besar sebanyak 2% dan tidak ada yang menyatakan lebih kecil. Tabel 17 Tanggapan Konsumen atas Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain Ukuran Brownies Elsari dari Brownies Lain Lebih besar sedikit lebih Besar sama besar sedikit lebih kecil Lebih kecil
Jumlah
Jumlah (orang) 1 6 37 6 0
50
Persentase (%) 2.0 12.0 74.0 12.0 0.0
100.0
Bila dilihat dari sisi besarnya ukuran produk maka ukuran yang dihasilkan selama ini sudah mencukupi kecuali pihak manajemen memandang lain merasa perlu diubah karena suatu alasan misalnya untuk meningkatkan daya saing ukuran brownies diperbesar atau sebaliknya misalnya karena faktor bahan baku yang meningkat sehingga perlu mengurangi sedikit ukuran kue dengan pertimbangan harga masih tetap terjangkau. Dari perhitungan tingkat kinerja maka ukuran produk Elsari berada di bawah rataan tingkat kinerja lainnya sehingga faktor ini dapat
59
menjadi prioritas rendah bila konsumen tidak terlalu memperhatikan hal tersebut dan menjadi prioritas utama bila ternyata konsumen menginginkan ukuran yang lebih besar. e.
Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari Sedangkan mengenai daya tahan produk 54% konsumen menyatakan daya tahan brownies Elsari baik. Tiga puluh enam persen (36%) konsumen menyatakan cukup baik. Enam persen menyatakan sangat baik. Hanya 4% yang menyatakan daya tahan brownies Elsari kurang baik. Hal ini menunjukkan daya tahan produk Elsari telah mengalami perbaikan dan harus tetap dipertahankan. Namun demikian harus diwaspadai kejadian di tahun 2005 dimana daya tahan produk menurun drastis dan banyak mengalami retur (pengembalian produk dari counter penjualan). Pendistribusian pada hari yang tepat dapat menjadi suatu pertimbangan bagi pihak manajemen sehingga diharapkan produk dapat cepat terserap pasar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pendistribusian dilakukan sedemikian rupa sehingga produk dapat tersedia pada hari-hari dimana biasanya ramai terjadi transaksi pembelian yaitu umumnya pada hari Jum’at sore sampai dengan hari Minggu yang umumnya merupakan waktu puncak pembelian (peak day) dalam seminggu. Dari perhitungan tingkat kinerja maka daya tahan brownies Elsari berada di atas rataan (lihat lampiran). Tabel 18 Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari Daya Tahan Brownies Elsari Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik
Jumlah (orang) 3 27 18 2 0
Jumlah
50
Persentase (%) 6.0 54.0 36.0 4.0 0.0
100.0
60
5.3 Perilaku Pembeli dan Pemasaran Produk Bila dilihat dari jumlah konsumen di atas maka pelanggan yang bekerja di kantor sebanyak 64% yaitu dari kalangan pegawai negeri dan pegawai swasta. Kecuali pada hari Sabtu dan Minggu, pada hari kerja waktu untuk berbelanja bagi kelompok ini terbatas pada saat jam istirahat kantor dengan waktu terbatas dan pada saat pulang kantor. Hal ini harus mendapat perhatian dari pihak Elsari yaitu dengan menempatkan produk pada lokasi-lokasi counter yang strategis dan mudah dicapai. Tempat lain yang dapat dipertimbangkan adalah rumah makan atau tempat yang sering dikunjungi karyawan pada saat makan siang. Untuk menampung kemungkinan karyawan membeli setelah pulang kerja maka sebagian produk sebaiknya ditempatkan pada counter-counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor. Apabila dilihat dari hasil survei maka hasil tersebut memperlihatkan 18% konsumen merasa sangat mudah mendapatkan produk, 44% merasa mudah memperoleh brownies Elsari., dan 38% menyatakan cukup mudah memperoleh brownies Elsari. Bahkan 18% menyatakan sangat mudah memperoleh produk tersebut. Hal survei ini memperlihatkan bahwa produk Elsari dapat diperoleh dengan mudah oleh pelanggannya, setidaknya hal ini harus dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor Kemudahan Memperoleh Produk berada di atas rataan (lihat lampiran). Tabel 19 Tanggapan Konsumen Memperoleh Produk Kemudahan untuk memperoleh produk Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Kurang Mudah Tidak Mudah Jumlah
atas Jumlah (orang)
9 22 19 0 0 50
Kemudahan Persentase (%) 18.0 44.0 38.0 0.0 0.0 100.0
Namun demikian usaha di atas tentunya dapat dipertimbangkan sehingga diharapkan jumlah pembeli meningkat dengan adanya kemudahan
61
di dalam menemukan produk sehingga prosentase pelanggan yang menyatakan ‘mudah’ meningkat dan yang menyatakan ‘cukup mudah’ menurun beralih kepada pendapat ‘mudah’. Tabel 20 memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap tempat pembelian yang sering mereka lakukan. Umumnya mereka membeli brownies Elsari di counter/toko (60%), di industri Elsari Jl. Pondok Rumput (22%) atau melalui teman kantor & saudara (16%). Dengan demikian jumlah yang membeli di counter mendominasi dari tempat pembelian lainnya, bahkan dari pembeli yang membeli langsung ke industri kecil Elsari sendiri. Hal ini dikarenakan pemasaran lebih diorientasikan pada counter-counter. Tabel 20 Tanggapan Konsumen Brownies Elsari Dimana anda sering membeli Elsari? Di counter/toko (Roti Venus, Gepuk Karuhun, RM Palem, TK. Buah Fortune, dll.) Di industri Elsari Jl. Pondok Rumput Melalui teman kantor, saudara Lainnya : ……………… Jumlah
atas
Lokasi
Jumlah (orang)
30 11 8 1 50
Pembelian Persentase (%)
60.00 22.00 16.00 2.00 100.0
Bila dilihat dari kebiasaan dan perilaku pembeli maka umumnya konsumen membeli secara tidak menentu (68%), tetapi ada pula yang teratur membeli satu kali dalam sebulan (4%), dua kali dalam sebulan (10%) dan lebih dari dua kali dalam sebulan (18%). Tabel 21 Tanggapan Konsumen atas Frekuensi Pembelian Brownies Elsari Berapa kali dalam sebulan anda membeli brownies Elsari? 1 kali 2 kali Lebih dari dua kali Tidak menentu Jumlah
Jumlah (orang)
2 5 9 34 50
Persentase (%) 4.00 10.00 18.00 68.00 100.0
62
Mereka umumnya (82%) telah membeli lebih dari dua kali brownies Elsari, selebihnya (18%) telah membeli brownies dua kali seperti yang terlihat pada Tabel 22. Melihat hal ini yaitu frekuensi pembelian yang tidak menentu dalam satu bulan bisa disebabkan kurangnya promosi yang dilakukan oleh pihak marketing Elsari atau target pemasaran masih pada golongan ekonomi menengah dimana kemungkinan membeli brownies lebih dari dua kali sebulan kurang dimungkinkan karena terbentur pada kebutuhan lain yang lebih utama. Tabel 22 Tanggapan Konsumen atas Pernah Tidaknya Membeli Brownies Elsari Berapa kali anda pernah membeli brownies Elsari? 1 kali / pertama kali 2 (dua) kali Lebih dari dua kali
Jumlah (orang)
0 9 41
Persentase (%) 0.00 18.00 82.00
Berdasarkan hasil survei pada Tabel 23, informasi yang mereka dapatkan pertama kali berasal dari teman (38%), secara coba-coba (34%), marketing Elsari (20%) dan Saudara/kerabat keluarga (8%). Sebagai suatu catatan bahwa marketing Elsari hanya mendapatkan 20% dan perilaku pembeli seperti disebutkan di atas 68% konsumen masih membeli secara tidak menentu sehingga sebaiknya usaha marketing Elsari ditingkatkan. Tabel 23 Tanggapan Konsumen atas didapatnya informasi Brownies Elsari pertama kali Dari mana Anda mendapatkan informasi brownies pertama kali?
Jumlah
Saudara/kerabat keluarga Teman Marketing Elsari Coba-coba /Mencoba membeli secara tidak sengaja Jumlah
4 19 10
8.00 38.00 20.00
17 50
34.00 100.0
(orang)
Persentase (%)
Bentuk kemasan brownies Elsari menurut 56% konsumen kemasan tersebut praktis & menarik dan sebanyak 36% menyatakan cukup praktis &
63
menarik. Dengan demikian desain kemasan produk Elsari yang telah ada sekarang dapat terus dipertahankan. Tabel 24 Tanggapan Konsumen atas Kemasan Brownies Elsari Kemasan Brownies Elsari
Jumlah (orang)
Sangat praktis & menarik Praktis & menarik Cukup praktis & menarik Kurang praktis & menarik Tidak praktis & menarik
3 28 18 1 0
Jumlah
50
Persentase (%) 6.0 56.0 36.0 2.0 0.0
100.0
Merk Elsari menurut 40% konsumen sudah sangat dikenal (6%) dan dikenal (34%). Sedangkan 48% konsumen menyatakan merk Elsari cukup dikenal (rata-rata). Terdapat 2% yang menyatakan baru mengetahui produk Elsari. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pemilik dan marketing Elsari untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor Merk berada di bawah rataan (Lampiran 2). Tabel 25 Tanggapan Konsumen atas Merk Brownies Elsari Merk Brownies Elsari Sangat dikenal Dikenal Cukup Dikenal Kurang Dikenal Tidak Dikenal/ Baru tahu
Jumlah (orang)
3 17 24 5 1
Persentase (%) 6.0 34.0 48.0 10.0 2.0
Tabel 26 memperlihatkan tanggapan konsumen atas promosi yang dilakukan oleh IK Elsari. Empatpuluh empat persen (44%) konsumen menyatakan promosi Elsari sedang/biasa saja, 24% konsumen menyatakan sering dan 14% menyatakan jarang, bahkan 10% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian Elsari diharapkan meningkatkan promosi dan iklan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor promosi berada di bawah rataan.
64
Tabel 26 Tanggapan Konsumen atas Promosi Brownies Elsari Jumlah
Promosi
(orang)
Sangat Sering Sering Sedang / Biasa saja Jarang Tidak pernah
4 12 22 7 5
Persentase (%) 8.0 24.0 44.0 14.0 10.0
Selain merk, maka label halal menurut 56% konsumen sangat penting, 24% konsumen menyatakan penting, dan 18% konsumen menyatakan cukup penting hanya 2% yang menyatakan tidak penting. Dengan demikian adanya label tersebut harus terus dipertahankan ada pada kemasan Elsari. Hasil perhitungan tingkat kinerja maka faktor Label Halal berada di atas nilai rataan. Tabel 27 Tanggapan Konsumen atas Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari
Jumlah (orang)
Sangat penting / yang pertama diperhatikan Penting Cukup penting Kurang penting Tidak penting
28 12 9 0 1
Jumlah
50
Persentase (%) 56.0 24.0 18.0 0.0 2.0
100.0
Tingkat Kepuasan Pelanggan Mengenai kepuasan membeli produk maka dari hasil survei melalui kuesioner ini didapat 60% konsumen menyatakan cukup puas, 36% konsumen menyatakan puas. Sehingga hanya 38% yang menyatakan di atas rata-rata (cukup puas) yaitu 2% konsumen merasa sangat puas dan 36% konsumen
menyatakan
puas.
Sehingga
menjadi
tantangan
untuk
meningkatkan rating kepuasan membeli produk brownies Elsari menjadi ‘puas’. Hasil perhitungan tingkat kinerja menunjukan faktor Kepuasan Membeli Produk masih berada di bawah nilai rataan.
65
Tabel 28 Tanggapan Konsumen atas Kepuasan Membeli Produk Kepuasan membeli produk Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 18 30 0 1 50
2.0 36.0 60.0 0.0 2.0 100.0
Pelayanan karyawan Elsari dalam melayani konsumen menurut konsumen, 44% menyatakan pelayanan cukup ramah/sopan dan 40% menyatakan ramah/sopan sementara 16% menyatakan sangat ramah dan sopan. Keramahan dan kesopanan karyawan ini diharapkan dapat dipertahankan dan akan lebih baik bila dapat ditingkatkan. Hasil perhitungan tingkat kinerja menunjukan faktor Keramahan dan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari sudah berada di atas nilai rataan. Tabel 29 Tanggapan Konsumen atas Keramahan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari Keramahan dan kesopanan Sangat Ramah / Sopan Ramah / Sopan Cukup Ramah / Sopan Kurang Ramah / Sopan Tidak Ramah / Sopan Jumlah
Jumlah (orang)
dan
Persentase (%)
8 20 22 0 0 50
16.0 40.0 44.0 0.0 0.0 100.0
Kepuasan pelanggan perlu ditingkatkan atau minimal dipertahankan dikarenakan menurut konsumen terdapat produk sejenis yang merupakan saingan terdekat brownies Elsari, mayoritas menyatakan bahwa brownies Amanda merupakan saingan terdekat Elsari (72%), kemudian disusul oleh brownies Kartika Sari (16%) dan merk brownies lainnya (6%), sedangkan yang menyatakan brownies Elsari tidak ada saingan hanya 6%.
66
Tabel 30 Tanggapan Konsumen atas Produk Brownies yang Merupakan Saingan Terdekat Elsari Menurut Anda produk brownies mana yang merupakan saingan terdekat Elsari? Brownies Kartika Sari Brownies Amanda Tidak ada saingan Brownies ..............
Jumlah (orang)
8 36 3 3
Persentase (%) 16.00 72.00 6.00 6.00
Dengan demikian hal-hal yang dapat dipertimbangkan untuk mendapat perhatian dari IK Elsari adalah mengenai penentuan harga produk, lebih meningkatkan kelezatan produk dibanding produk sejenis lain, ukuran brownies, peningkatan promosi, lebih mengenalkan Merk pada khalayak, menciptakan lebih banyak keragaman dan variasi produk, serta meningkatkan kepuasan pelanggan dalam membeli produk.
67
5.4 Analisa Kelayakan Usaha Industri Kecil Brownies Elsari ASPEK KEUANGAN Pada bagian ini akan dibahas analisa kelayakan usaha dari industi kecil Elsari. Untuk menghitung analisa kelayakan usaha dari Industri Kecil Brownies Elsari dengan menggunakan kriteria investasi : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C ratio dan Payback Period maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai Biaya Investasi yang telah dikeluarkan oleh Industri Kecil Elsari dari awal berdiri hingga sekarang, Biaya Operasional / Produksi, Biaya Bunga Pinjaman, Biaya Penyusutan dan biayabiaya lainnya (Biaya Administrasi, Biaya Overhead). Menurut Volume Produksi maka Biaya dapat dibagi menjadi Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) dimana besar dari Biaya Tetap tidak dipengaruhi oleh volume produksi sedangkan Biaya Tidak Tetap tergantung dari volume produksi. Biaya Total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (Fixed Cost) dengan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost). 1. Biaya Investasi Awal dan Aset Elsari
Pada awal usaha industri kecil Elsari mempunyai modal sebesar tiga juta rupiah. Uang tersebut dipergunakan sebagai modal awal untuk usaha. Modal tersebut diinvestasikan dalam bentuk aset/barang yaitu berupa peralatan untuk keperluan produksi (bila berdasarkan umur ekonomisnya sebagian berupa aset tetap tetapi sebagian merupakan supply karena umurnya kurang dari satu tahun) dan perlengkapan kantor. Aset Industri Kecil Elsari pada awal usaha adalah sebagai berikut : 1 (satu) buah unit kompor gas, 1 (satu) buah meja produksi yang terbuat dari kayu, 2 (dua) unit mixer kecil, 50 loyang, 2 (dua) unit oven duduk biasa, satu buah meja tulis dan dua buah kursi kerja seperti terlihat pada Tabel 31. Dengan investasi tersebut dapat dihasilkan produk brownies sebesar 600 box per bulan. Sistem pemasaran masih door to door dari satu komplek perumahan ke komplek perumahan lainnya.
68
Tabel 31 Modal awal (investasi) Industri Kecil Brownies Elsari Tahun 2003 ASET Kompor gas Meja Produksi Kayu Mixer Kecil Loyang Oven duduk biasa Meja Tulis Kursi Sumber : IK Elsari, 2009
Satuan
Jumlah Aset
unit
1
buah unit buah unit buah buah
1 2 50 2 1 2
Jumlah aset dari industri kecil Elsari dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 32 sampai dengan Tabel 35. Tabel 32 memperlihatkan jumlah aset Industri Kecil Elsari secara kumulatif dari tahun 2003 s.d. tahun 2009. Nilai kumulatif tiap tahun dari aset tersebut dapat dilihat pada Tabel 33. Pada Tabel-tabel tersebut aset dibagi dalam dua kelompok yaitu Aset Tidak Bergerak dan Aset Bergerak (Kendaraan Bermotor) Besarnya Investasi IK Elsari per tahun dapat dilihat pada Tabel 35. Sedangkan untuk melihat besarnya penambahan biaya investasi yang dilakukan tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19 dimana investasi/aset dikelompokkan kedalam : peralatan dan mesin produksi,
perlengkapan
kantor,
dan
supply
(barang
penunjang
produksi/barang pakai habis/persediaan karena umurnya maksimum satu tahun). Umur ekonomis dari peralatan tersebut dan Nilai Sisa diakhir umur ekonomisnya dapat dilihat pada Table 34. Umur ekonomis ini didapat dari hasil wawancara dengan pemilik IK Elsari berdasarkan pengalaman selama lebih dari lima tahun menjalankan usaha dan sebagian lainnya merupakan asumsi yang diambil. Asumsi yang dipakai untuk umur ekonomis dan Nilai Sisa barang adalah sebagai berikut : a. Kendaraan Bermotor = 5 tahun, Nilai Sisa = 80% dari harga awal.
69
b. Komputer = 3 tahun, Nilai Sisa = 50% dari harga awal dengan alasan cepatnya perkembangan teknologi komputer sehingga Nilai Sisa cenderung cepat turunnya. c. Kulkas = 3 tahun, Nilai Sisa = 25% dari harga awal d. Meja dan Rak terbuat dari stainless steel = 10 tahun. Nilai Sisa = 50% dari harga awal, dengan alasan meja/rak stainless steel pada umur tersebut masih mempunyai nilai jual cukup baik karena terbuat dari bahan stainless steel dan mempunyai kekuatan yang baik. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari Jumlah Kumulatif Aset pada Tahun (buah):
ASET 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Kompor gas
1
2
4
6
6
6
6
Meja Produksi Kayu
1
2
3
3
3
3
3
Meja Produksi Stainless Steel
-
-
-
-
-
2
2
Rak kayu
-
2
3
4
4
4
4
Rak stainless steel
-
-
-
-
-
2
2
Kulkas
-
1
1
1
1
1
1
Mixer Besar
-
-
1
1
1
1
1
Mixer Kecil
2
4
5
5
5
4
4
Loyang
50
200
300
600
500
500
500
Oven berdiri
-
-
1
1
1
2
2
Oven duduk biasa
2
4
4
4
4
4
4
Oven duduk kukus stainless steel
-
-
-
-
-
2
2
Oven Brownies Stainless Steel
-
-
-
-
-
8
8
Komputer
-
1
1
1
1
2
2
Meja Tulis
1
3
6
5
6
7
7
Kursi
2
5
6
6
6
6
6
I. ASET TIDAK BERGERAK
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor
-
1
2
3
4
3
3
Mobil Hijet
-
1
-
-
-
-
-
Mobil Carry
-
-
1
1
1
1
1
Mobil APV
-
-
-
1
1
1
1
Mobil Suzuki Carry Box
-
-
-
-
-
-
1
70
e. Nilai sisa untuk barang-barang lain yang rusak setelah umur ekonomis dianggap tidak mempunyai nilai sisa (nilai sisa = 0) f. Besarnya penyusutan ditentukan dengan Metode straight line. Proyeksi penyusutan investasi industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 14a. Pada Lampiran tersebut, untuk tahun 2008 masih terdapat beberapa aset yang belum mencapai nilai ekonomisnya sehingga pada tahun tersebut masih mempunyai nilai sisa. Tabel 33 Nilai Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari
No.
Nilai Kumulatif Aset pada Tahun ( dalam ribuan rupiah)
Uraian 2003
A
2004
2005
2006
2007
2008
2009
BIAYA INVESTASI I. ASET TDK BERGERAK Kompor gas
300
600
1,200
1,800
1,800
1,800
1,800
Meja Produksi Kayu
250
500
750
750
750
750
750
Meja Produksi Stainless Steel
-
-
-
-
-
8,000
8,000
Oven berdiri
-
-
3,000
3,000
3,000
6,000
6,000
Mixer Besar
-
-
3,000
3,000
3,000
3,000
3,000
1,000
2,000
2,500
2,500
2,500
2,000
2,000
Loyang
300
1,200
1,800
3,600
3,000
3,000
3,000
Kulkas
-
2,000
2,000
2,000
500
500
500
500
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Mixer Kecil
Oven duduk biasa Oven duduk kukus stainless steel Rak kayu
-
-
-
-
-
1,000
1,000
-
400
600
800
800
800
800
Rak stainless steel
-
-
-
-
-
8,000
8,000
Oven Brownies Stainless Steel
-
-
-
-
-
4,000
4,000
Komputer
-
3,000
3,000
3,000
3,000
6,000
6,000
Meja Tulis
500
1,500
3,000
2,500
3,000
3,500
3,500
Kursi
600
1,500
1,800
1,800
1,800
1,800
1,800
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor
-
12,500
25,000
37,500
50,000
37,500
37,500
Mobil Hijet
-
12,000
-
-
-
-
-
Mobil Carry
-
-
85,000
85,000
85,000
85,000
85,000
Mobil APV
-
-
-
117,000
117,000
117,000
117,000
Mobil Suzuki Carry Minibus
-
-
-
-
-
-
77,000
3,450
38,200
133,650
265,250
276,150
298,650
375,650
Jumlah Sub Total B =
Total Biaya Investasi
71
Tabel 34
Umur Ekonomis Aset Industri Kecil Brownies Elsari
Nama Barang
Umur Ekonomis Barang
Harga satuan ( x Rp. 1000)
Nilai Sisa ( x Rp. 1000)
I. ASET TIDAK BERGERAK Kompor gas Meja Produksi Stainless Steel Oven berdiri Mixer Besar Mixer Kecil Loyang Kulkas Oven duduk kukus stainless steel Rak stainless steel Oven Brownies Stainless Steel Komputer Meja Tulis Kursi
2 10 1 2 6 1 3
thn thn *) thn thn bln thn thn
300 4,000 3,000 3,000 500 6 2,000
2,000 500
1 10 1 3 10 10
thn thn *) thn thn *) thn thn
500 4,000 500 3,000 500 300
2,000 1,500 -
thn *) thn *) thn *) thn *) thn *)
12,500 12,000 85,500 117,000 77,000
10,000 9,600 68,400 93,600 61,600
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor Mobil Hijet Mobil Carry Mobil APV Mobil Suzuki Carry Minibus
5 5 5 5 5
Keterangan : *) berdasarkan asumsi
Di dalam analisa loyang dianggap mempunyai umur ekonomis maksimum satu tahun, hal ini dikarenakan kondisi perlakuan di pabrik berbeda dengan di rumah, demikian pula untuk kondisi loyang yang berkarat tidak dipakai lagi karena akan berpengaruh terhadap hasil akhir produk (brownies) yaitu dilihat dari sisi/sudut pandang
kesehatan
(keamanan produk terhadap kesehatan manusia). Begitu pula dengan mixer-kecil karena dipakai setiap hari berakibat pada cepat rusaknya mixer tersebut dan rata-rata hanya dapat bertahan selama enam bulan.
72
Tabel 35 Investasi Industri Kecil Brownies Elsari per Tahun
INVESTASI
Jmh Investasi Awal Thn 2003
Besar Investasi per Tahun (ribuan Rp.)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
I. INVESTASI BENDA TDK BERGERAK Kompor gas
300
300
900
600
900
Meja Produksi Kayu
600
900
250
250
250
0
0
0
0
Meja Produksi Stainless Steel
0
0
0
0
0
8,000
0
Rak kayu
0
400
200
200
0
0
0
Rak stainless steel
0
0
0
0
0
8,000
0
Kulkas
0
2,000
0
0
0
0
0 3,000
Mixer Besar Mixer Kecil Loyang Oven berdiri Oven duduk biasa Oven duduk kukus stainless steel
0
0
3,000
0
3,000
0
1,000
4,000
5,000
5,000
5,000
4,500
4,000
300
1,200
1,800
3,600
3,000
3,000
3,000
0
0
3,000
3,000
3,000
6,000
3,000
500
1,000
1,000
1,000
1,000
0
0
0
0
0
0
0
1,000
1,000
Oven Brownies Stainless Steel
0
0
0
0
0
4,000
4,000
Komputer
0
3,000
0
0
3,000
3,000
0
Meja Tulis
500
1,000
1,500
0
500
500
0
Kursi
600
900
300
0
0
0
0 0
II. INVESTASI BENDA BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor
0
12,500
12,500
12,500
12,500
0
Mobil Hijet
0
12,000
0
0
0
0
0
Mobil Carry
0
0
85,000
0
0
0
0
Mobil APV
0
0
0
117,000
0
0
0
0 3,450
0 38,550
0 114,450
0 142,900
0 31,900
0 38,600
77,000
Mobil Suzuki Carry Minibus
JUMLAH
2. Jumlah Produksi Brownies Elsari per Tahun
Untuk menentukan jumlah produksi brownies Elsari per tahun beberapa asumsi digunakan disini dikarenakan kurangnya data pendukung (data tidak tercatat) terutama pada awal berdirinya Elsari pada tahun 2003 dan 2004. Berdasarkan lembaran “Riwayat Hidup Elsari Brownies & Bakery” yang dibuat pada tanggal 18 Oktober 2008 oleh pemilik Elsari tertera produksi per bulan 600 box namun per tahun tertulis 6000 box bukan 7200 box sehingga untuk keperluan analisa diambil produksi pada tahun 2003 sebesar 600 box per bulan, dengan pertimbangan seseorang
95,900
73
lebih mudah mengingat dalam jangka waktu (selang waktu) pendek dibandingkan dalam kurun waktu yang lebih panjang. Pada tahun 2004 data penjualan tercatat hanya pada bulan Oktober, November dan Desember, sedangkan pada sembilan bulan diawal tahun tidak terdapat data. Asumsi produksi Elsari pada bulan Januari dianggap masih berproduksi 600 box per bulan, pada bulan Februari 2004 telah berproduksi 900 box per bulan, dua bulan selanjutnya (Maret dan April 2004) diasumsikan berproduksi 1200 box per bulan dan 1500 box per bulan, demikian seterusnya dimana setiap bulan diasumsikan naik 300 box/bulan sehingga pada bulan September 2004 jumlah brownies yang diproduksi berjumlah 3000 box per bulan. Diasumsikan juga jumlah produksi dianggap sama dengan jumlah penjualan. Tabel 36 Penjualan Elsari Tahun 2004 s.d. 2007 Tahun (box brownies)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Jumlah produksi per tahun
2004
2005
2006
2007
600 *) 900 *) 1200 *) 1500 *) 1800 *) 2100 *) 2400 *) 2700 *) 3000 *) 3483 4310 4416 2367.42
4139 4264 4799 4455 4003 3726 4051 4544 4306 4382 2993 4881 4211.92
4191 3938 4404 4661 5616 5647 5744 5920 4367 4722 6242 5457 5075.75
4085 5918 6864 7483 6517 5757 4456 5518 4367 4993 5595.80**)
28,409
50,543
60,909
67,150***)
Rata-rata (box brownies) 4857.3 4553.0 4429.3 5011.3 5494.3 5618.7 5437.3 5407.0 4376.3 4526.3 3890.0 4763.3
Sumber = Elsari, 2009, diolah *) = asumsi, kenaikan produksi disesuaikan dengan jumlah penambahan tenaga kerja per bulan pada tahun 2003 **) = rata-rata dari riil penjualan ***) = jumlah Januari s.d. Oktober 2007 + (2 x 5595.80 ) = tidak ada data / tidak diperoleh
74
Asumsi tersebut diambil berdasarkan keterangan pemilik Elsari bahwa penambahan tenaga kerja setiap bulan bertambah satu orang sehingga jumlah karyawan pada akhir tahun 2004 berjumlah 10 orang (untuk analisa diambil 6 orang yaitu pada tengah tahun) dan pernyataan dari pemilik Elsari bahwa pada bulan-bulan tersebut di tahun 2004 jumlah produksi telah mencapai 2000-2500 box per bulan. Sedangkan untuk tahun 2008 angka produksi sebesar 70.952 box di dapat dari nilai pendapatan Elsari tahun 2008 sebesar Rp. 1,546,753,600,per tahun dibagi dengan harga penjualan per box senilai Rp. 21.000/box untuk harga counter dan harga normal Rp. 25.000/box pada counter Elsari di Pondok Rumput, dimana 80% dari produk Elsari disebar ke countercounter dan 20% merupakan penerimaan dari counter Elsari. Perhitungan ini diambil dikarenakan data penjualan per bulan untuk tahun 2008 masih belum tersusun. 3. Biaya Tidak Tetap / Biaya Variabel
Biaya-biaya variabel (variable costs) adalah biaya - biaya yang dihubungkan terhadap pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya keluaran (output). Biaya tidak tetap mencakup biaya yang dikeluarkan pada saat peralatan beroperasi. Besarnya biaya tergantung pada jumlah jam kerja pemakaian atau jumlah produk yang dihasilkan. Biaya variabel pada pembuatan brownies Elsari terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya kemasan, biaya BBG elpiji serta biaya belanja barang peralatan produksi. Biaya Bahan Baku Brownies
Banyaknya bahan baku yang diperlukan oleh Industri Kecil Elsari setiap tahunnya terlihat pada Tabel 37.
75
Tabel 37 Jumlah Bahan Baku yang Dibutuhkan untuk Produksi Brownies dari Tahun 2004 s.d. 2008
No.
Bahan Baku
Jumlah Bahan Baku Terpakai pada Tahun :
Quantity per unit
Unit
2004
2005
2006
2007
2008
1,800
17,609
50,543
59,052
67,150
84,000
Jumlah Produksi
box
Tepung terigu
kg
0.01250
22.5
220.1
631.8
738.2
845.7
1050.0
2
Coklat
kg
0.03125
56.3
550.3
1579.5
1845.4
2114.3
2625.0
3
Gula
kg
0.01250
22.5
220.1
631.8
738.2
845.7
1050.0
4
Telur
peti
330.2
947.7
1107.2
1268.6
1575.0
kg
281.3
2751.4
7897.3
9226.9
10571.4
13125.0
11.3
110.1
315.9
369.1
422.9
7
Minyak Tropikal Bahan Pengembang / Soda Garam
0.01875 0.15625
33.8
5
8
Vanili
1
6
1
2003
ons
0.00625
bungkus ons
525.0
0.00313
5.6
55.0
157.9
184.5
211.4
262.5
0.00625
11.3
110.1
315.9
369.1
422.9
525.0
Biaya yang dibutuhkan oleh Industri Kecil Elsari untuk membeli bahan baku setiap tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, diperlihatkan pada Tabel 38. Tabel 38
Biaya Bahan Baku Produksi Brownies Elsari dari Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2008 Biaya Bahan Baku per Tahun :
No.
Bahan Baku
(Rp.) 2003
1
Tepung terigu
2
Coklat
2004
2005
2006
2007
2008
63,000
1,120,905
3,285,295
5,024,993
5,707,716
7,350,000
1,890,000
27,477,741
59,388,025
83,749,875
98,416,133
131,250,000
3
Gula
63,000
1,245,450
2,843,044
3,730,676
4,532,598
5,880,000
4
Telur
4,087,125
59,407,965
128,221,273
180,899,730
212,654,390
283,500,000
5
Minyak Tropikal Bahan Pengembang / Soda
3,768,750
54,877,641
118,460,156
167,499,750
197,251,950
262,500,000
150,750
2,195,106
4,738,406
6,699,990
7,890,078
10,500,000
2,250
31,136
63,179
95,170
104,921
131,250
6 7 8
Garam Vanili
189,000
2,755,558
5,938,803
8,374,988
9,862,598
13,125,000
JUMLAH BIAYA
10,213,875
149,111,501
322,938,181
456,075,172
536,420,383
714,236,250
Jumlah Produksi (box) BIAYA BAHAN BAKU PER BOX (Rp. / box)
1,800
24,909
50,543
60,909
67,657
84,000
5674
5986
6389
7488
7929
8503
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Lampiran 10b memperlihatkan biaya yang diperlukan untuk membayar tenaga kerja langsung. Data yang didapat berupa besarnya gaji seluruh pegawai per bulan, sehingga nilai biaya tahunan merupakan perkalian jumlah gaji perbulan dikalikan 12 bulan.
76
Biaya Kemasan
Biaya kemasan merupakan biaya untuk membuat kemasan brownies Elsari yang berupa box dari kertas karton cetak seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Harga satu kemasan naik dari Rp. 600,- pada tahun 2003 menjadi Rp.950,- pada tahun 2008. Harga kemasan per tahun merupakan perkalian dari harga satuan kemasan dikalikan jumlah produksi brownies pada tahun bersangkutan. Biaya kemasan dapat dilihat pada Lampiran 10c.
Gambar 8 Kemasan Brownies Elsari Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi
Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi yang dimaksudkan di sini adalah barang dengan umur pakai kurang dari atau maksimum satu tahun. Barang ini diperlukan dalam proses produksi, yang termasuk barang ini adalah loyang, oven (oven berdiri, oven duduk kukus stainless steel, oven brownies stainless steel), dan mixer kecil. Biaya Overhead Variabel
Yang dimasukkan ke dalam Biaya overhead variabel dalam analisa ini adalah biaya pemakaian bahan bakar gas elpiji. Biaya didapat dari pemakaian gas elpiji (dalam satuan tabung gas 12 kg) setahun dikalikan dengan harga gas tabung 12 kg. Tahun 2003 industri kecil Elsari mulai
77
berproduksi dari bulan Oktober 2003 (3 bulan) dengan jumlah produksi setiap bulannya 600 box. Biaya overhead dapat dilihat pada Lampiran 11. 4. Biaya Tetap
Yang dimasukkan ke dalam Biaya Tetap dalam analisa ini adalah biaya-biaya: Biaya Administrasi, Biaya Penyusutan, Biaya Overhead Tetap, dan Biaya Bunga Pinjaman. Biaya Overhead Tetap
Pada Lampiran 11 yang dimasukkan ke dalam Biaya Overhead Tetap adalah biaya sewa rumah per tahun yang digunakan sebagai tempat produksi Elsari, biaya listrik, biaya penggunaan air PDAM, biaya penggunaan telpon, biaya pemeliharaan kendaraan operasional, biaya akomodasi dan transport, biaya asuransi dan biaya perizinan. Biaya Administrasi
Biaya administrasi yang dmaksudkan dalam analisa ini berupa Biaya Perjamuan, Pengajian, Promosi, Biaya Perbaikan & Pengembangan, Alat Tulis Kantor, dan Biaya Administrasi Lainnya. Industri Kecil Elsari sering mendapat kunjungan tamu dari daerah lain sehingga perlu adanya biaya perjamuan. Bentuk Promosi antara lain: (a) pemberian produk Elsari (brownies) kepada seseorang dalam rangka promosi/pengenalan produk, (b) memberikan bonus gratis brownies pada saat mencapai jumlah tertentu. Perhitungan biaya administrasi ini berdasarkan suatu asumsi yang diambil, yaitu diambil sebesar 4.5% dari omzet penjualan, kecuali pada tahun 2003 diambil asumsi 1% karena jumlah : produksi dan biaya ATK masih sedikit serta belum adanya biaya perjamuan. Biaya administrasi dapat dilihat pada Lampiran 13. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan dari peralatan dan mesin produksi, penyusutan perlengkapan kantor, dan penyusutan kendaraan. Besarnya penyusutan aset tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 14a. Penyusutan dterapkan untuk barang dengan nilai
78
ekonomis lebih dari satu tahun. Tabel 34 memperlihatkan nilai ekonomis dari barang-barang yang ada di industri kecil Elsari. Biaya Bunga Pinjaman
Lampiran 15 a memperlihatkan besarnya bunga pinjaman yang harus dibayar oleh industri kecil Elsari tiap tahunnya dari pinjaman yang diperoleh dari berbagai sumber seperti yang terlihat pada Tabel 39, Tabel 40 dan Lampiran 15 b. Tingkat suku bunga dan jangka waktu pengembalian dari pinjaman perorangan diperlihatkan pada Tabel 39: Sedangkan tingkat suku bunga bank dan jangka waktu pengembalian dari Bank BRI diperlihatkan pada Tabel 40.
Tabel 39 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari pinjaman perorangan dan pinjaman saudara
Sumber Pinjaman Perorangan Saudara
Jangka waktu pinjaman
Tahun
Besar pinjaman
Tingkat suku bunga
2003-2004
Rp. 40.000.000,-
12 bulan
36% per tahun (3% per bulan)
2004
Rp. 40.000.000,-
12 bulan
25% per tahun*)
Keterangan : *) Jumlah pengembalian Rp.50.00.000,- merupakan selisih sebesar Rp. 10.000.000,- dari pinjaman awal dan merupakan pemberian kepada saudara atas inisiatif dari pemilik industri kecil Elsari namun untuk kebutuhan perhitungan dianggap setara dengan tingkat suku bunga : 25% per tahun)
Tabel 40 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Bank BRI
Tahun
Besar pinjaman
Jangka waktu pinjaman
2005
Rp. 10.000.000,-
10 bulan
2006
Rp. 30.000.000,-
10 bulan
2007
Rp. 65.000.000,-
24 bulan
2008
Rp. 80.000.000,-
36 bulan
Tingkat suku bunga 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan)
79
5. Definisi Kondisi Sekarang dan Kondisi Lancar Penjualan Elsari.
Pada tulisan ini akan dikemukakan dua istilah : kondisi sekarang dan kondisi lancar penjualan Elsari. ’Kondisi penjualan sekarang Elsari’ adalah kondisi penjualan Elsari saat ini dimana mengalami hambatan berupa adanya produk yang terbuang karena tidak laku di pasar dan menjadi sampah. Tingkat produk yang terbuang ini (wasted product) berkisar 6%8% dari produk yang dihasilkan. Istilah wasted product dipakai di sini untuk mendefinisikan produk yang terbuang akibat dari adanya retur penjualan yang tidak dapat dijual ulang karena produk tersebut rusak karena basi, berjamur atau kadaluarsa masa jualnya. Kondisi ini merupakan hambatan yang dihadapi oleh IK Elsari dalam sistem pemasaran dan dalam menciptakan daya tahan produk yang lebih baik. Kondisi
Elsari
menjadi
lebih
baik
setelah
diciptakan
brownies
kering(’broker’). Sedangkan istilah spoiled goods dipakai untuk produk yang rusak pada saat pembuatan/pabrikasi dan dikarenakan produknya adalah makanan sehingga tidak dapat diperbaiki
maka istilah spoiled
goods tersebut dirasa lebih cocok dibandingkan dengan istilah defect goods dimana pada defect good/defect product barang tersebut masih dapat diperbaiki kemudian dijual dengan harga normal. Apabila faktor wasted product dari retur penjualan (sales return) ini tidak ada atau sama dengan nol dalam perhitungan, sementara faktorfaktor lainnya tetap (spoiled goods tetap dihitung 2%, dll.) maka kondisi ini akan kita sebut ’kondisi lancar’ dengan pertimbangan bahwa hal tersebut sebenarnya merupakan kendala yang dapat diatasi, misalnya dengan mengupayakan perputaran penjualan yang lebih cepat, sistem penjualan secara cash dll. (lebih lanjut akan dibahas pada pembahasan mengenai analisa SWOT pada akhir bab ini). Di dalam tulisan ini Penulis lebih menyukai memakai istilah kondisi lancar dibanding kondisi ideal karena faktor spoiled goods (produk rusak saat pabrikasi) masih diperhitungkan sebesar 2%.
80
Pada kondisi lancar, spoiled goods dari produk hasil pabrikasi masih dipertimbangkan sehingga perhitungan menjadi lebih realistis. Pada contoh kasus dimana Elsari mendapat pesanan yang pasti dan dibayar secara tunai, maka dalam kondisi tersebut wasted product otomatis menjadi tidak ada, namun faktor kemungkinan adanya kegagalan pada saat pembuatan (spoiled goods) masih tetap ada. Kedua kondisi ini (kondisi lancar dan kondisi terdapat wasted produk) akan dianalisa untuk perhitungan NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period sebagai bahan perbandingan. 6. Besarnya Laba dan Biaya Pajak
Proyeksi laporan laba rugi industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 17. Pada tahun 2003 keuntungan bersih Elsari sebesar Rp. 3 juta (berkisar 9.8% dari nilai penjualan) dengan kecenderungan nilai omzet meningkat namun menurun apabila dihitung terhadap prosentase penjualan. Pada tahun 2008 keuntungan bersih Elsari sekitar Rp. 54 juta atau hanya berkisar 3.79% dari nilai penjualan. Pada ’kondisi lancar’ maka proyeksi keuntungan bersih Elsari pada tahun 2003 keuntungan bersih Elsari sebesar Rp. 3 juta (9.8%) dan pada tahun 2008 keuntungan bersih sekitar Rp. 117,7 juta atau berkisar 7.76% dari nilai penjualan. Perhitungan besarnya pajak dari laba industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan tersebut didasarkan dari besarnya ’laba sebelum pajak’ pada Laporan Laba Rugi Lampiran 17. Berdasarkan Peraturan Pajak Tahun 1994 besarnya adalah sebagai berikut : − 10% untuk Rp. 10 juta pertama − 15% untuk Rp. 40 juta berikutnya − 30% untuk sisa laba berikutnya 7. Analisa Break Even Point (BEP)
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai BEP untuk tahun 2003 sebesar Rp. 22,272,897,- yaitu setelah terjual 1310 box brownies Elsari. Sedangkan
81
untuk tahun 2008 didapat nilai BEP sebesar Rp. 965,861,660,- yaitu setelah dapat menjual sebanyak 45.993 box brownies Elsari. Analisa Break Even Point dapat dilihat pada Lampiran 4. Untuk kondisi lancar nilai BEP sama dengan kondisi sekarang, karena nilai BEP ditujukan untuk mencari berapa jumlah produk yang harus terjual sehingga nilai penjualan sama dengan nilai biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi jumlah tersebut, sehingga wasted product tidak ikut dihitung. 8. Analisa Net Present Value (NPV) dan Internal Rate Return (IRR)
Analisa Net Present Value (NPV) untuk produksi brownies dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil analisa tersebut didapat nilai NPV sebesar Rp. 113.236.973,- dan nilai IRR sebesar 66.81%. Tingkat diskonto diambil sebesar 20% yaitu berdasarkan tingkat bunga pinjaman bank yang masih berkisar antara 15 – 16%. Analisa Net Present Value (NPV) untuk kondisi lancar didapat nilai NPV sebesar Rp. 267.157.761,- atau nilai NPV di atas angka nol (positif) sehingga menguntungkan; dan nilai IRR sebesar 132.35%, jauh di atas bunga deposito Bank yang hanya di bawah 10% sehingga investasi ini sangat menarik bila permasalahan penjualan dan wasted product dapat di atasi. 9. Analisa Payback Period (PP) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Untuk kondisi sekarang Elsari, Payback Period tercapai setelah 31.7 bulan (2.64 tahun) sedangkan untuk Discounted Payback Period dicapai dalam 33.8 bulan (2.82 tahun). Nilai Benefit-Cost Ratio menunjukkan nilai 1.45 lebih besar dari 1.0 sehingga dianggap menguntungkan (telah memenuhi persyaratan lebih besar dari satu). Sedangkan analisa Payback Period untuk produksi brownies Elsari dalam kondisi lancar memperlihatkan bahwa usaha tersebut akan kembali modal dalam waktu 18.4 bulan (1.53 tahun), namun bila discount factor (DF) ikut diperhitungkan dengan menganggap DF sebesar 20%,
82
pengembalian modal baru tercapai dalam waktu 18.5 bulan (1.54 tahun). Sedangkan
dari
hasil
analisa
Benefit-Cost
Ratio
pada
kondisi
normal/lancar didapat nilai 2.21 dimana perbandingan jumlah present value dari arus kas operasional 2.57 kali lebih besar dari nilai investasi. Dengan nilai B/C ratio lebih besar dari 1 menunjukkan usaha ini menguntungkan bila masalah penjualan dan wasted material bisa diatasi. 10. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan untuk kondisi Elsari sekarang diperoleh empat nilai kriteria investasi berada di atas persyaratan yaitu nilai NPV sebesar Rp. 113.236.973,- dan nilai IRR sebesar 66.81%, Payback Period dicapai pada 2.64 tahun dan B/C ratio sebesar 1.45 kali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha brownies IK Elsari adalah layak. Apabila permasalahan penjualan dan wasted product teratasi maka berdasarkan empat kriteria investasi yang dihitung yaitu : NPV sebesar Rp. 267.157.761,- , IRR sebesar 132.35%, Payback Period selama 18.4 bulan,
dan B/C ratio sebesar 2.21, maka usaha ini menjanjikan. 11. Analisa Sensitivitas
Pada analisa sensitivitas ini dihitung pengaruh dari naiknya bahan baku sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 15% dari kondisi Elsari sekarang; turunnya penjualan sebanyak 5%, 10% dan 15% yang diikuti dengan (berubah menjadi) penambahan wasted product akibat dari retur penjualan sebesar 5%, 10% dan 15% dari turunnya penjualan tersebut. Selanjutnya dilakukan analisa pengaruh penurunan dan penambahan penjualan dari kondisi Elsari sekarang sebagai titik awal dimana Elsari pada saat ini mengalami wasted produk dari retur sebanyak 6-8%. Analisa sensitivitas tersebut dilakukan untuk kenaikan penjualan sebesar 2%, 4% dan 6% dari kondisi penjualan Elsari sekarang dan analisa sensitivitas untuk penurunan penjualan sebesar 2%, 4%, dan 6% dari kondisi penjualan Elsari sekarang.
83
Selain itu dilakukan pula analisa sensivitas untuk kondisi kombinasi yaitu : (a) kondisi terjadi penurunan penjualan 2% disertai dengan kenaikan bahan baku sebesar 2% dan (b) kondisi terjadi penurunan penjualan 4% disertai dengan kenaikan bahan baku sebesar 4%. Semua analisa ini untuk memperlihatkan ketahanan dari Elsari terhadap perubahan yang terjadi dan untuk memperlihatkan apabila hambatan pada Elsari dapat diatasi yaitu teratasinya masalah penjualan dan waste product dari retur/pengembalian maka usaha ini sebetulnya sangat menguntungkan. Untuk memudahkan dalam uraian maka kondisi-kondisi tersebut diberi nama Kondisi A, Kondisi B, Kondisi C, Kondisi D, Kondisi E dan Kondisi F dengan penjelasan sebagai berikut: kondisi dimana terjadinya kenaikan bahan baku
a. Kondisi A(x%) :
U
U
sebesar x% dari kondisi Elsari sekarang U
b. Kondisi B(x%) :
kondisi
U
dimana
terjadinya
penurunan U
U
omzet
penjualan sebesar x% dari kondisi Elsari sekarang U
c. Kondisi C (x%) : kondisi
dimana
terjadinya
penurunan U
U
U
omzet
penjualan sebesar x% d. Kondisi D (x%) : kondisi dimana terjadi kombinasi kenaikan bahan U
U
baku x% dan penurunan omzet penjualan sebesar x%. e. Kondisi E
: kondisi Elsari sekarang yaitu kondisi dimana tidak U
U
U
terjadi/ada kenaikan bahan baku dan penurunan U
omzet penjualan serta banyaknya wasted product dari retur sebanyak 6%-8% (≈7.4%) f. Kondisi F
: kondisi lancar yaitu kondisi dimana tidak terjadi U
U
U
U
kenaikan bahan baku dan penjualan berjalan lancar tidak ada retur, sehingga tidak timbul adanya wasted U
U
U
product (retur dan wasted product = 0%). U
Hasil dari analisa sensitivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 41 di bawah ini.
84
Tabel 41 Analisa Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku Produksi dan Penurunan Penjualan Brownies Elsari
Kriteria Investasi No.
Kondisi
PP (bulan)
NPV (i = 20 %) IRR (%) (Rp.)
Payback Period
Discounted Payback (i = 20 %)
B/C ratio (times)
1
Kondisi Lancar (Penjualan lancar tdk ada retur)
267,157,761
132.35
18.4
18.5
2.21
2
Kondisi Sekarang Elsari (wasted product dari retur = 6 - 8%)
113,236,973
66.81
31.69
33.82
1.45
Naik/turunnya Penjualan dari Kondisi Elsari skrg (retur/wasted product 6-8%) 3
Penjualan naik 6% (wasted product = 1.4%)
227,290,546
116.27
20.3
20.6
1.99
4
Penjualan naik 4% (wasted product = 3.4%)
189,635,741
99.99
22.8
23.4
1.81
26.4
26.6
1.63 1.25
5
Penjualan naik 2% (wasted product = 5.4%)
151,980,937
83.73
6
Penjualan turun 2% (wasted product = 9.4%)
73,035,877
49.28
> 63
> 63
7
Penjualan turun 4% (wasted product = 11.4%)
28,409,446
30.12
> 63
> 63
1.04
-19,654,958
9.47
> 63
> 63
0.82
8
Penjualan turun 6% (wasted product = 13.4%)
Turunnya persentase penjualan sebesar persentase retur/wasted product: 10 11
89.39
24.6
25.4
1.73
Penjualan turun 10% (wasted product = 10%)
59,660,721
43.64
> 63
> 63
1.22
12
Penjualan turun 15% (wasted product = 15%)
-70,949,473
-14.32
> 63
> 63
0.61
Penjualan turun 5% (wasted product = 5%)
166,014,408
Kenaikan Bahan Baku 13
Kenaikan Bahan Baku 2%
96,383,709
59.42
35.3
38.2
1.36
14
Kenaikan Bahan Baku 4%
79,121,858
51.90
> 63
> 63
1.28
15
Kenaikan Bahan Baku 5%
70,150,786
48.02
> 63
> 63
1.24
60,765,940
43.98
> 63
> 63
1.20
41,628,121
35.78
> 63
> 63
1.10
22,213,856 -29,598,580
27.48
> 63
> 63
1.01
5.20
> 63
> 63
0.77
16
Kenaikan Bahan Baku 6%
17
Kenaikan Bahan Baku 8%
18 19
Kenaikan Bahan Baku 10% Kenaikan Bahan Baku 15%
Kombinasi Penjualan Turun dan Kenaikan Harga Bahan Baku 20
21
Kombinasi Penjualan turun 2% dan Kenaikan Harga Bahan Baku 2%
54,163,185
41.16
> 63
> 63
1.16
Kombinasi Penjualan turun 4% dan Kenaikan Harga Bahan Baku 4%
-12,309,851
12.65
> 63
> 63
0.85
Hasil analisa memperlihatkan bahwa pengaruh dari penurunan penjualan lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan bahan baku. Hal ini terlihat pada kondisi terjadinya penurunan penjualan 4% dibandingkan dengan kondisi kenaikan bahan baku 4%. Pada kondisi terjadinya penurunan penjualan 4% (Kondisi B(4%)), nilai IRR, NPV, PP dan B/C ratio masing-masing bernilai 30.12%, Rp. 28.409.446, >63 bulan dan 1.04 kali dibandingkan pada saat terjadinya kenaikan bahan baku 4% (Kondisi
85
A(4%)) dimana nilai IRR, NPV, PP dan B/C ratio masing-masing bernilai 51.90%, Rp. 79.121.858, >63 bulan, dan 1.28 kali. Kombinasi penurunan penjualan sebesar 4% (Kondisi C) diikuti dengan kenaikan bahan baku 4% membuat penurunan beberapa kriteria investasi turun tajam, IRR turun dari 66.81% pada kondisi sekarang Elsari menjadi hanya 12.65%, NPV turun dari Rp. 113.236.973,- pada kondisi sekarang Elsari menjadi Rp. -12.309.851. Demikian pula dengan B/C ratio menjadi 0.85 kali dari kondisi awal 1.45 kali. Payback Period pada kedua kondisi tersebut lebih besar dari 63 bulan (waktu pengamatan). Pada kondisi Elsari sekarang (Kondisi E), empat nilai kriteria investasi masih memenuhi syarat yaitu nilai NPV sebesar Rp. 113.236.975,- , IRR sebesar 66.81%, Payback Period dapat dicapai dalam 31.69 bulan (2 tahun 8 bulan) dan B/C ratio sebesar 1.45 kali. Namun pada kondisi lancar (Kondisi F) dengan menggunakan kriteria investasi di atas, maka semua kriteria memenuhi yaitu : nilai NPV > 0, IRR masih di atas tingkat dikonto, bunga deposito dan BI rate, jangka waktu Payback Period pendek (kurang dari 2 tahun/24 bulan) dan B/C ratio > 1 sehingga layak untuk menanam investasi pada usaha ini, yaitu bila masalah penjualan, retur dan wasted produk teratasi. Gambar 9 di bawah ini memperlihatkan sensitivitas Elsari terhadap perubahan persentase penjualan, dengan titik acuan kondisi Elsari sekarang (label kotak,
). Pada kondisi terjadi penurunan penjualan
sebesar 6% dari kondisi Elsari sekarang, nilai NPV menjadi negatif. Dari hasil interpolasi, nilai NPV=0 diperoleh pada penurunan penjualan sebesar 5.18%. Penurunan penjualan ini mengakibatkan bertambahnya waste product dari retur sebanyak 5.18% karena tidak dapat dimanfaatkan lagi. Karena kondisi Elsari saat ini telah mempunyai nilai retur sebesar 7.4% sehingga nilai total retur yang sebenarnya terjadi sebesar 5.18% ditambah 7.4% atau sebesar 12.58% dimana retur ini akhirnya menjadi wasted product (Gambar 10).
86
250,000,000 227,290,546 200,000,000 189,635,741
151,980,937
150,000,000
113,236,973 NPV (Rp.)
100,000,000 73,035,877 50,000,000 28,409,446 0 -8
-6
-19,654,958
-4
-2
0
-45,408,716
2
4
6
8
-50,000,000 Posisi Elsari
NPV
-100,000,000 Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (%)
Gambar 9.
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (Titik acuan : Kondisi Elsari Sekarang) 300,000,000 Rp267,157,761
250,000,000 Rp227,290,546
200,000,000
Rp189,635,741
Rp166,014,408
Rp151,980,937
NPV (Rp.)
150,000,000
Rp113,236,973
113,236,973
100,000,000 Rp73,035,877
Rp59,660,721
50,000,000 Rp28,409,446
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
Rp(19,654,958)
0 0.00
5.00
10.00
-50,000,000
Rp(45,408,716) Rp(70,949,473)
-100,000,000 Persentase Kenaikan (Penurunan) Penjualan(%)
Posisi Elsari Penurunan Omzet Penjualan (dilihat secara keseluruhan) Penurunan penjualan (ditinjau dari titik awal kondisi Elsari skrg)
Gambar 10.
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Presentase Penurunan Omzet Penjualan (Kenaikan Waste Product) dari Dua Titik Peninjauan
87
Pada Gambar 10 terlihat adanya translasi dari Grafik Penurunan Penjualan dengan acuan Kondisi Elsari sekarang (label ∆ ) kepada Grafik S
S
Penurunan Penjualan secara keseluruhan (label ◊ ). Kondisi Elsari terlihat S
S
pada Grafik dengan Label Kotak, . Besarnya translasi sama dengan nilai retur yang terjadi pada Elsari saat ini yaitu 7.4%. Kondisi ‘lancar’ dalam grafik diwakili dengan Label Lingkaran,Ο, pada sumbu ordinat dan berada di atas kondisi Elsari. Hal ini menunjukkan bahwa apabila masalah penjualan dapat teratasi − dimana di dalam kasus ini diikuti dengan retur yang berakibat pada produk terbuang (wasted product) − maka akan diperoleh kenaikan keuntungan yang cukup signifikan. Gambar 11 merupakan perluasan dari Gambar 9 dimana pada gambar ini ditambahkan Grafik Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku (label S
∆ S
) dengan titik awal Kondisi Elsari sekarang. Kenaikan Harga
Bahan Baku menyebabkan nilai NPV menurun. Nilai NPV negatif terjadi pada saat kenaikan harga bahan baku melebihi 12.14%. 250,000,000
Posisi Elsari 227,290,546
Penurunan Omzet Penjualan
200,000,000 189,635,741
Kenaikan Harga Bahan Baku
150,000,000 151,980,937 113,236,973
Kombinasi 2% Kenaikan Harga Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan
96,383,709
NPV (Rp.)
100,000,000 113,236,973 73,035,877
41,628,121
54,163,185
50,000,000
Kombinasi 4% Kenaikan Harga Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
79,121,858 70,150,786 60,765,940
22,213,856
28,409,446
0
-12,309,851
-19,654,958 -45,408,716
-29,598,580
-50,000,000
-100,000,000 -10
-5
0
5
10
15
Kenaikan Harga Bahan Baku dan/atau Penurunan Omzet Penjualan (%)
Gambar 11.
Sensitivitas Kriteria NPV terhadap: Presentase Kenaikan Bahan Baku dan Presentase Penurunan Omzet Penjualan
20
88
150,000,000
Posisi Elsari 113,236,973
Penurunan Omzet Penjualan
113,236,973
100,000,000 113,236,973
96,383,709 79,121,858
Kenaikan Harga Bahan Baku
70,150,786 60,765,940 73,035,877
Kombinasi 2% Kenaikan Harga Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan
41,628,121
NPV (Rp.)
50,000,000 54,163,185
Kombinasi 4% Kenaikan Harga Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
22,213,856 28,409,446
0
-29,598,580
-12,309,851 -45,408,716
-50,000,000
-100,000,000 0
5
10 Persentase Kenaikan Harga Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (%)
15
20
Gambar 12. Perbandingan Sensitivitas Kriteria NPV terhadap : Presentase Kenaikan Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya
Gambar 12 merupakan cara lain untuk membandingkan besarnya pengaruh dari masing-masing grafik sensitivitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah absis dari gafik tersebut bernilai positif, sehingga nilai penurunan omzet penjualan 5% mempunyai arti negatif yaitu penambahan omzet penjualan sebanyak -5%, nilai penurunan omzet penjualan 10% mempunyai arti penambahan omzet penjualan sebanyak -10%, demikian seterusnya. Dengan
disatukannya
ketiga
grafik
tersebut
dalam
satu
kuadran/gambar dimaksudkan untuk mempermudah melihat perbandingan diantara ketiga grafik (tiga kondisi) tersebut dengan lebih jelas. Pada Gambar 12 tersebut terlihat grafik kenaikan harga bahan baku (label S
∆ ) mempunyai gradien yang lebih landai daripada grafik S
penurunan omzet penjualan ( ◊ ). Hal ini memperlihatkan penurunan S
S
omzet penjualan lebih sensitif terhadap perubahan variabel pada ordinat yaitu NPV daripada kenaikan bahan baku. Pada nilai (mutlak) presentase
89
yang sama, diperoleh nilai NPV akibat penurunan omzet penjualan lebih kecil daripada akibat perubahan kenaikan bahan baku. Kondisi kombinasi yaitu terjadi kenaikan bahan baku sebesar 2% dan penurunan omzet penjualan sebesar 2% terlihat pada grafik dengan satu label segitiga di kiri bawah. Sedangkan untuk kondisi kombinasi kenaikan bahan baku sebesar 4% disertai penurunan omzet penjualan sebesar 4% ditandai dengan label lingkaran di kiri bawah. Kondisi dimana terjadinya kombinasi dua variabel tersebut (Kondisi C) menyebabkan pengaruh yang lebih besar/signifikan dibandingkan pengaruh bila hanya masing-masing variabel terjadi (Kondisi A dan Kondisi B). Trend ini berlaku untuk Gambar 12 s.d Gambar 14. Kondisi Elsari saat ini (Kondisi E) terlihat pada satu label segiempat di kiri atas gambar. Gambar 13 memperlihatkan hal yang sama dengan Gambar 13, yang membedakan yaitu ordinat dari gambar merupakan nilai IRR. Pengaruh penurunan omzet penjualan (kondisi B) lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku (Kondisi A). Keterangan label sama dengan keterangan label pada gambar-gambar sebelumnya. 80.00
Posisi Elsari 70.0066.81 66.81 60.00
Penurunan Omzet Penjualan (=penambahan wasted product) Kenaikan Bahan Baku
59.42
49.28
50.00
Kombinasi 2% kenaikan Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan
51.90 48.02
Kombinasi 4% kenaikan Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
IRR (%)
43.98
41.16
40.00
35.78 30.12
30.00 27.48
20.00 12.65 10.00 5.20 -1.71
0.00 0
5
10
15
20
-10.00 Persentase Kenaikan Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (=penambahan wasted product) (%)
Gambar 13 Perbandingan Sensitivitas Kriteria IRR terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya
90
1.60 1.45 1.45 1.40
1.36 1.25
1.20
1.28
1.24 1.20
1.16
B/C Ratio (times)
1.04
1.10 1.01
1.00 0.85 0.80
0.77
0.70
Posisi Elsari 0.60
Penurunan Omzet Penjualan 0.40
Kenaikan Bahan Baku
0.20
Kombinasi 2% kenaikan Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan Kombinasi 4% kenaikan Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan
0.00 0
5
10 Persentase Kenaikan Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (%)
15
20
Gambar 14 Perbandingan Sensitivitas Kriteria B/C Ratio terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya
Gambar 14 adalah analisis sensitivitas untuk kriteria investasi BenefitCost ratio. Gambar 14 menceritakan hal yang sama dengan gambargambar sebelumnya dimana Kondisi B lebih berpengaruh dari Kondisi A. Kondisi Elsari sekarang (Kondisi E) diwakili dengan label kotak, , di kiri atas. Jumlah produk yang terbuang (wasted product) dalam analisa ini sama dengan jumlah retur (sales return) karena retur tersebut tidak bisa dijual kembali, sedangkan barang retur terjadi akibat penurunan penjualan. Dengan demikian persentase produk yang terbuang karena rusak/basi berbanding lurus dengan persentase penurunan penjualan produk yang tidak laku. Dilihat dari Grafik Penurunan Omzet Penjualan dampak dari penurunan penjualan produk (yang berarti pula jumlah persentase wasted product) lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku.
Gradient Grafik Penurunan Omzet Penjualan lebih curam
dibandingkan dengan Grafik Kenaikan Harga Bahan Baku
sehingga
perubahan sedikit saja pada sumbu horisontal (absis) akan menyebabkan
91
sensitivitas yang lebih tinggi. Namun demikian kombinasi pengaruh dari penurunan omzet penjualan dan kenaikan harga bahan baku memberikan pengaruh yang paling signifikan dibandingkan dengan kedua grafik lainnya. ASPEK PRODUKSI Proses Produksi U
Proses produksi untuk membuat brownies adalah sebagai berikut : pertama adalah pengecekan terhadap bahan baku yang akan dipergunakan. Langkah kedua adalah melakukan pengayakan bahan baku seperti tepung terigu. Proses ini berlangsung kurang lebih sepuluh menit. Langkah selanjutnya adalah dilakukan penimbangan. Kemudian pada langkah keempat dilakukan pengocokan telur dan gula sampai merata dimana proses ini memakan waktu selama sepuluh menit. Pengocokan atau pengadukan ini menggunakan mixer besar. Langkah kelima setelah pengadukan adalah memasukkan terigu, coklat, vanili dan soda, proses ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke loyang dan diratakan, dan ditunggu hingga 5 menit. Setelah itu kemudian dipanggang ke dalam oven duduk selama 15 menit dengan suhu berkisar 70-90o C. Setelah selesai P
P
kemudian dikeluarkan dari loyang dan didinginkan selama sepuluh menit. Proses selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan dengan membuat tester. Setelah semuanya berjalan dengan baik dan pada suhu sudah mulai dingin sekitar 40o C maka brownies telah siap dimasukkan kedalam P
P
kemasan dan selanjutnya disimpan di gudang distribusi yang siap dikirim ke konsumen atau ke counter namun biasanya pembuatan dilakukan pada sore hari dan pada pagi hari siap dikirim. Proses pembuatan brownies ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram proses di bawah ini :
92
Pengayakan Bahan Baku (±10 menit)
Pengecekan Bahan Baku
Pemasukan bahanbahan terigu, coklat, vanili, soda (±15 menit)
Didinginkan (± 10 menit)
Pengisian adonan ke loyang & diratakan (± 5 menit)
Diperiksa dan dibuat tester
Pengocokan telur dan gula sampai merata (±10 menit)
Penimbangan
Dipanggang dalam oven (± 15 menit)
permukaan brownies dihias
Dikeluarkan dari loyang
Dimasukkan ke dalam kemasan
Disimpan di gudang distribusi
Dikirim ke counter Gambar 15 Diagram Alur Proses Produksi Brownies
Alur Pemindahan Ruangan U
Dalam proses produksi brownies ini dilakukan tiga kali pemindahan (Gambar 16), yaitu : 1. Ruangan dapur 2. Ruang Penyimpanan Barang Kondisi Panas, pada ruang ini brownies didinginkan kemudian dihias permukaan atasnya. 3. Ruang Distribusi yaitu ruang penyimpanan sebelum diistribusikan ke counter-counter, brownies telah diberi kemasan
Dapur
Ruang Penyimpanan Barang Kondisi Panas Gambar 16 Alur Pemindahan Ruangan
Ruang Distribusi
93
5.5 Analisa Lingkungan Internal Perusahaan 1. Keuangan / Finance Seperti telah diceritakan di muka, pada awal usaha Industri Kecil Elsari mempunyai modal usaha sebesar Rp. 3 juta. Namun dengan berkembangnya usaha, Industri Kecil Elsari memerlukan modal yang lebih besar. Modal tersebut didapat dari pinjaman saudara (adik ipar) pemilik Elsari sebesar Rp. 40 juta untuk membeli peralatan dan biaya sewa tempat usaha, modal tersebut dikembalikan satu tahun kemudian sejumlah Rp. 50 juta. Dana bantuan / pinjaman dari Bank BRI semenjak awal usaha terlihat pada Tabel 42. Pada awalnya Bank BRI hanya memberikan pinjaman Rp 10 juta dari Rp. 50 juta jumlah kredit yang diajukan. Tetapi setelah dalam waktu 8 bulan kredit pinjaman telah dikembalikan IK Elsari, BRI mulai menaikkan plafon kredit yang diberikan kepada IK Elsari pada pengajuan kredit yang kedua kalinya. Selain dari Bank BRI, Elsari mendapat tawaran kredit dari beberapa bank lainnya seperti Bank BNI, Bank Jabar dan Bank Mandiri. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa pembayaran kredit yang dilakukan Elsari tidak pernah bermasalah (sistem perbankan kita telah memiliki database nasabah bermasalah yang dapat diketahui oleh setiap bank). Kepercayaan dari bank-bank besar tersebut
merupakan
salah
satu
kekuatan
Elsari
dikarenakan
kemampuannya dapat membayar kewajiban kredit pada Bank BRI tepat waktu, disamping itu dapat pula dianggap sebagai suatu peluang untuk mendapatkan modal lebih untuk pengembangan usaha. Tabel 42 Pinjaman Kredit Elsari dari Bank BRI Besar Pinjaman
No.
Tahun
1
2005
10.000.000,-
2
2006
30.000.000,-
3
2007
65.000.000,-
4
2008
80.000.000,-
(Rp.)
94
Pinjaman terakhir sebesar Rp. 80 juta dipergunakan Elsari untuk keperluan penggantian peralatan seperti meja dan oven dari bahan stainless steel. Dana tersebut juga digunakan untuk menanggulangi dana-dana yang tertahan, maka Elsari melakukan seleksi terhadap counter-counternya. Sebagian dana diperoleh dari pinjaman perorangan dengan bunga 3% per bulan. Elsari mempunyai kemampuan memproduksi brownies dan bakery sebulan berkisar antara 6000 s.d 7000 box dan bila satu box brownies dan bakery dianggap mempunyai harga yang sama yaitu Rp. 21.000,- (harga jual Elsari kepada counter) akan didapat omzet Elsari per bulan sebesar rata-rata 6000 box * Rp. 21.000,- /box atau senilai Rp. 126.000.000,/bulan. Analisa lebih jauh mengenai kelayakan usaha melalui indikator NPV, IRR, B/C ratio, Payback Period dibahas di muka secara terpisah pada bagian analisa kelayakan bisnis.
2. Manajemen Manajemen menurut Stoner & Wankel, seperti yang dikutip pada buku
Manajemen
penerbit
ITB
(Siregar,1988),
adalah
proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usahausaha organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (Siregar,1988) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Industri Kecil Elsari telah menerapkan strategi pemasaran secara sederhana. Kajian mengenai pengaruh lingkungan eksternal maupun lingkungan internal oleh perusahaan masih belum dilakukan kajian secara khusus. Perencanaan pemasaran berada di tangan pemilik Elsari. Pemilik merencanakan expansi pasar, sebagai contoh : pada saat memasuki pasar di Kota Bandung (tahun 2004) maka dipasarkan terlebih dahulu di
95
Terminal Leuwipanjang (segmen golongan menengah ke bawah) dengan strategi melengkapi apa yang tidak disediakan/dilakukan oleh pesaing (Brownies Kartika Sari, Amanda) yaitu dengan sistem meminimalkan resiko pada si pemasar/counter. Saat itu sistem Kartika Sari mengharuskan membayar dimuka dengan DP dan counter akan menanggung resiko rugi bila dagangan tersebut tidak laku terjual, sementara itu Elsari menerapkan strategi menawarkan sistem pembayaran di belakang dan sistem retur bila dagangan tidak laku dijual sehingga counter tidak menanggung resiko. Counter akan diberi lebih satu box bila berhasil menjual 50 box. Disini pemilik menetapkan target jumlah penjualan, bila dinilai berhasil maka pemasaran akan dilanjutkan ke wilayah Cihampelas dimana banyak wisatawan datang ke Cihampelas untuk berbelanja, disini pemilik telah memperkirakan segmen pasarnya adalah golongan menengah dan ditetapkan target penjualan. Sedangkan pada tahun 2005 pemilik merencanakan masuk ke Karawang dan sekarang telah berjalan. Strategi pembayaran di belakang tersebut selain terdapat keuntungan seperti diuraikan dimuka, juga mempunyai kelemahan yaitu seringnya dana tertahan di counter dalam jangka waktu tertentu padahal produksi tetap harus berlangsung (defisit kas) sehingga Elsari harus meminjam uang/dana ke perorangan berupa dana segar untuk produksi dengan bunga yang cukup tinggi yaitu 3% per bulan. Visi dan Misi Perusahaan Hasil wawancara dengan pemilik perusahaan mengenai visi dan misi perusahaan adalah seperti uraian di bawah ini. Industri kecil Elsari mempunyai visi sosial dan meningkatkan tingkat keagamaan pegawai dengan misi yaitu mempekerjakan tenagatenaga muda yang menganggur menjadi tenaga yang terampil sehingga diharapkan mereka bisa berusaha sendiri. Dengan kata lain perusahaan mempunyai misi menjadikan karyawannya menjadi tenaga ahli yang terampil di segala bidang khususnya di bidang administrasi, produksi, delivery dan pemasaran / marketing. Visi dan misi ini dilandasi oleh
96
ibadah, dimana pemilik perusahaan telah menjalani masa pensiun tetapi tidak mau bergantung dari pemberian anak-anaknya. Visi
dan
misi
ini
telah
membangkitkan
eratnya
rasa
persaudaraan/kekeluargaan dan keagamaan antara pemilik dengan karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja maksimal untuk perusahaan disamping merasa terbekali dengan keterampilan yang baru karena pemilik tidak segan-segan mendidik tenaga yang tadinya tidak mempunyai keterampilan sama sekali di bidang roti, khususnya brownies, menjadi tenaga yang terampil dilandasi rasa ibadah. Siraman ibadah diberikan berupa pengajian : setiap hari Sabtu pagi jam 8.00 – 9.00 WIB dan setelah sholat Jum’at hingga sore hari dilakukan pada minggu keempat tiap bulannya, disamping adanya keharusan menjalankan kewajiban sholat tepat waktu. Dengan demikian moral karyawan dibentengi dengan keagamaan. Tujuan usaha diselaraskan dengan ibadah. Hal ini memberikan rasa memiliki tujuan, arah dan peluang bersama pada setiap karyawan perusahaan. Tujuan perusahaan dimengerti oleh karyawannya sehingga mendapatkan respon yang positif. Kondisi ini merupakan kekuatan tersendiri bagi perusahaan; hubungan kekeluargaan menjadi tinggi dan moral karyawan meningkat. Organisasi Struktur
Organisasi
Industri
Kecil
Elsari
sudah
terdapat
pembagian tugas/fungsi dan dibagi menjadi enam bagian yaitu Bagian Produksi Brownies, Bagian Produksi Bakery, Bagian Administrasi Keuangan, Bagian Pemasaran dan Bagian Delivery adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Namun sebagaimana kebanyakan Industri Kecil pada umumnya, pemilik masih memegang peranan/kendali yang besar. Hierarki telah terbagi namun kewenangan tidak sepenuhnya dipegang kepala bagian tetapi masih sebatas formalitas, pengaruh pemilik masih besar. Pergantian Kepala Bagian bisa dua kali dilakukan dalam satu tahun.
97
Pemilik H. Maman Surahman
Penanggung Jawab Hj. Elli Ratnasari
Kabag Produksi Brownies Rahmat
Kabag Produksi Bakery Yusep G
Kabag Personalia Lidya Sabariah
Kabag Adm. Keuangan Erfi Septiany
Kabag Pemasaran Lutfi Noerman
Kabag Delivery Wahyu K
Ahmad D. Asep M Sofyan
Ahmad A. Yana Lilim Neneng
Agus M A Rizal Yusup
Nurhaenil
Faisal R Nana M Max Ezri
Richi I Lukman F Rian M
Gambar 17 Struktur Organisasi Elsari
Buku aturan kepegawaian tentang job description untuk setiap Bagian pernah dibuat, namun sekarang tidak terpakai, job description setiap pegawai lebih sering dalam bentuk penyampaian secara lisan oleh pemilik Elsari. Struktur organisasi Elsari masih termasuk sederhana dan cukup memadai untuk kondisi sekarang, namun untuk tantangan ke depan diperlukan tenaga R&D untuk inovasi produk, riset pasar dan strategi pengembangan. Tidak ada tenaga R&D karena pengembangan dan inovasi produk masih dilakukan oleh pemilik perusahaan. Seiring dengan peningkatan produksi maka jumlah karyawan pun dari tahun ke tahun meningkat. Pada awal usaha tahun 2003 berjumlah 3 orang (Bapak H. M. Surahman, isteri, dan satu orang anak), akhir tahun 2004 mencapai 10 orang, pada tahun 2005 jumlah karyawan meningkat menjadi 15 orang, tahun 2006 menjadi 20 orang karyawan, tahun 2007 jumlah karyawan menjadi 25 orang dan terakhir pada tahun 2008 jumlah karyawan menjadi 27 orang. Tabel 43 di bawah ini memperlihatkan perkembangan jumlah karyawan Elsari.
98
Tabel 43 Jumlah Karyawan di Industri Kecil Elsari Tahun
Jumlah Karyawan (orang)
2003-2004
3-10
2005
15
2006
20
2007
25
2008
27
Penghargaan khusus bagi pegawai yang berprestasi belum dilakukan, sistem reward kepada pegawai masih belum diterapkan. Penunjukan Kepala Bagian didasarkan pada senioritas (sudah lama kerja) dan pekerjaan/skill yang lebih bagus. Pencatatan absensi pegawai telah dilakukan walaupun masih secara manual.
3. Marketing/Pemasaran Segmen Pasar Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Elsari, segmen pasar yang dibidik oleh Elsari sebenarnya lebih ke segmen golongan menengah tetapi diharapkan masih terjangkau oleh golongan bawah sehingga harga jual tidak dibuat terlalu mahal. Pengaruh luar seperti kenaikan harga BBM sempat membuat kekhawatiran Elsari karena kenaikan harga bahan baku akan menyebabkan kenaikan harga produk yang akan mempengaruhi besarnya penjualan (turunnya permintaan). Dalam kondisi demikian maka yang dilakukan Elsari adalah tidak menaikkan sebesar kenaikan bahan baku karena dikhawatirkan akan sangat menurunkan permintaan tetapi hanya menaikkan harga sedikit sehingga diharapkan permintaan masih lebih banyak dan perputaran lebih cepat sehingga keuntungan tetap sama dengan bila menaikkan harga sesuai kenaikan bahan baku. Pasar untuk wilayah Bogor masih terbuka luas untuk produk kue brownies ini. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Bogor
99
maka pangsa pasar diharapkan meningkat. Selain itu Kota Bogor yang sering mendapatkan kunjungan wisatawan lokal menjadi keuntungan tersendiri, serta menjadi peluang pasar bagi Elsari. Saat ini setiap peningkatan jumlah produksi brownies Elsari masih terserap pasar, namun demikian kondisi pasar tetap harus diperhatikan karena pada saat ini setiap pengiriman brownies pada counter selalu harus dicadangkan/dilebihkan paling sedikit dua counter tujuan pengiriman untuk mengantisipasi belum terserapnya produk di counter-counter yang dituju tersebut. Pemasaran dibagi menjadi pemasaran ke pasar yang baru dan pasar lama yang telah dimasuki. Untuk penjualan kepada pasar lama biasanya pengiriman berdasarkan hasil pengalaman tahun lalu. Pada saat-saat tertentu seperti tanggal 25 s.d. tanggal 5 setiap bulan, disaat Lebaran dan liburan sekolah, pengiriman ditingkatkan. Sehingga pengiriman bersifat fluktuatif. Pendistribusian produk biasanya dilakukan melalui counter, koperasi dan agen akan dibahas di bawah ini. Sedangkan untuk bakery biasanya didasarkan atas jumlah pesanan. Untuk pasar lama pegawai delivery lebih berperan sedangkan untuk pasar baru pegawai marketing dan pemilik Elsari yang lebih berperan. Sebagai contoh pemasaran yang dilakukan oleh pemilik perusahaan hingga terjadinya transaksi penjualan atas usaha pemilik terlihat pada saat penjualan brownies ke PJKA, dimana pada saat para tenaga marketing Elsari mengalami jalan buntu, transaksi terjadi atas usaha pemilik menemui manajer PJKA. Pelanggan Elsari berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh Rizki (2007) dalam kaitannya dengan penelitian ”Kajian Manajemen Kualitas Perspektif Six Sigma pada Perusahaan Elsari Brownies & Bakery Bogor” diketahui bahwa konsumen Elsari sebagian besar berusia 17-28 tahun (86%), bekerja sebagai karyawan swasta (88%), berpendidikan SLTA (88%) dan berstatus sebagai ibu/isteri (62%) dengan 72% konsumen berpenghasilan Rp.500.000 – Rp.1.500.000. Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan kuesioner seperti yang telah diuraikan dimuka diperoleh data sebagai
100
berikut : mayoritas pelanggan Elsari bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta (64%), prosentase terbesar berpendidikan SLTA (44%), sebagian besar telah menikah (66%) dan
konsumen berpenghasilan di bawah
Rp.2.000.000 sebanyak 52%.
Distribusi Pemasaran Penjualan brownies disamping dijual sendiri juga dijual pada counter-counter yang tersebar di Kota Bogor yaitu counter Latuye, counter Gepuk Karuhun, beberapa counter Venus (roti unyil), dan beberapa counter toko kue maupun ke luar Kota seperti ke Bandung, Sukabumi, Tangerang, Karawang, Serang, Banten, Merak, Bengkulu, Jambi dan Bali. Tabel 44 dan Tabel 45 memperlihatkan counter-counter yang menjual Elsari untuk daerah Bogor dan sekitarnya serta daerah Bandung. Selain itu brownies Elsari disalurkan juga melalui koperasi dan agen. Yang dimaksud dengan agen disini adalah orang-orang/pelanggan di dalam perusahaan-perusahaan yang melakukan pesanan langsung ke IK Elsari atau Marketing Elsari. Biasanya yang menjadi agen adalah pegawai bagian Marketing, General Affair, Receiptionist, atau orang perorangan di perusahaan agen tersebut, misalnya untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan di perusahaan ditempat agen tesebut bekerja. Elsari mensyaratkan pada setiap counter untuk menjual dengan harga minimum Rp. 25.000,00 atau lebih kepada pembeli akhir. Counter membeli brownies dari Industri Kecil Elsari dengan harga Rp. 21.000,00, sedangkan untuk pembeli dengan maksud menjual kembali (sebagai penjual brownies, penjual antara, termasuk pula marketing Elsari diperbolehkan menjadi penjual antara) mendapat harga
Rp. 23.000,-.
Sedangkan untuk Koperasi diberi discount maksimum 10%. Elsari tidak mengenal Harga Eceran Tertinggi tetapi yang ada adalah Harga Eceran Terendah.
101
Tabel 44
Daftar Counter di Kota Bogor dan Sekitarnya yang Menyediakan Brownies Elsari BOGOR DAN SEKITARNYA
No.
COUNTER
KOTA
No.
1 2 3 4 5 6 7
Venus Lutuye Venus Damri Venus Bangbarung Tk. Buah Fortune Tk. Simpang Tiga RM. Palem Gepuk Karuhun
Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor
14 15 16 17 18 19 20
8
Eviboy
Bogor
21
9 10 11 12 13
Al-Amin Tk. Maju Tk. Ahu Tk. Kita Tk. Mocy
Bogor
22 23 24 25
Tabel 45
COUNTER Tk. Berkah Baru Inti Cake Tk. Mukala Tk. Asinan Tajur Tk Barokah Wemart 1 Total Buah Segar Fatmawati Total Buah Segar Rawamangun Tk Clarisa Tk Degung Raya Tk Nasib Putra Tk Oleh-Oleh
Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari BANDUNG
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
COUNTER Karya Umbi Ojolali Sari Rasa Oleh-Oleh Camilan Rumah Snack Hanaya Sari Raos 1 Sari Raos 2 Sari Raos 4 Sari Raos 5 Sari Raos 6 Isola
No. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
COUNTER Yani KPAD Sarina Maya Novisari Syifasari Indosnack Kabita Snack Istana Brownies Cinta Laksana Bintang Laksana Tk 89 Rinie Mayasari
KOTA
102
Tabel 45
Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari (lanjutan).
BANDUNG No.
COUNTER
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
No.
Cecep Marni Borma Marni Swalayan Putri Putri 2 Putri 3 Putri 4 Lavi Ud. Snack Pengkolan
37 38 39 40 41 42 43 44 45
COUNTER Setuju Sari Gurih Kartika Rasa Sari Priangan Citra Rasa Wendi Sari Nikmat Istana Antapani Parahiangan
Pemasaran melalui sistem counter ini dirasakan pemilik Elsari sebagai penjualan yang efektif. Pemilihan lokasi counter merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan mengingat pelanggan Elsari berdasarkan hasil survei yang diuraikan di muka, persentase terbesar adalah pegawai / karyawan. Promosi Promosi tidak langsung terjadi ketika perusahaan diwawancarai oleh surat kabar setempat seperti Surat Kabar Radar Bogor, atau dari liputan televisi nasional seperti TVRI, JakTV, dan dari penyiaran RRI Kota Bogor serta dimasukkannya dalam Buku ”Potensi dan Prospek Kota Bogor” dimana semuanya tidak mengeluarkan biaya. Disamping itu Industri kecil Elsari sering mendapat kunjungan dari industri kecil luar kota sebagai industri kecil yang ditunjuk/dipilih oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Bogor. Atas
permintaan
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
(Disperindagkop) Kota Bogor, Industri Kecil Elsari turut berpartisipasi mengikuti antara lain : (a) Festival Makanan se-Jawa Barat di Bandung pada bulan Juli 2008, (b) Indonesian City Expo di Solo pada bulan JuliAgustus 2008 dan (c) Pameran Kongres Kebudayaan Indonesia yang menampilkan produk-produk Kota Bogor dimana Brownies Elsari
103
merupakan salah satunya. Event ini dimanfaatkan Elsari sebagai ajang promosi. Disperindagkop Kota Bogor kadang berperan pula dalam pemasaran Elsari dengan membawa contoh produk Elsari pada event-event di luar Kota Bogor (sebagai perantara) sebagai salah satu produk yang mewakili Kota Bogor, dalam hal ini Disperindagkop selektif dalam memilih industri kecil karena ada implikasi akibat dari event tersebut misalnya harus siap memasok/menyediakan produk akibat adanya permintaan/pesanan dari pengunjung pameran. Salah satu alat lain untuk promosi adalah Merk, Melalui Disperindagkop Kota Bogor atas tawaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan biaya Dirjen HAKI Departemen Kehakiman dan HAM maka Industri Kecil Elsari telah didaftarkan merknya pada 5 Juni 2008, dan sertifikatnya saat ini telah selesai. Dengan adanya merk maka diharapkan Citra Produk Elsari semakin meningkat. Biaya promosi masih sedikit yang dikeluarkan oleh Elsari untuk mengenalkan produknya pada masyarakat luas. Akan lebih baik apabila Elsari meningkatkan dana untuk biaya iklan dan promosi. Elsari pernah membuat iklan di Koran Bopuncur namun sekarang tidak dilakukan lagi. Namun pemilik Elsari merasa telah puas dengan sistem promosi yang ada sekarang seperti diterangkan di atas. Pemilik Elsari meyakini bahwa promosi dari mulut ke mulut merupakan promosi yang paling baik. Pemberian cuma-cuma brownies kepada tamu Elsari dan para calon pelanggan juga merupakan bentuk promosi. Disamping itu
kemasan
didesain menarik sehingga diharapkan orang akan tertarik pada kemasannya dan mau mencicipi brownies Elsari dan mau membeli kembali, dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan. Bonus 1 box brownies terhadap counter yang berhasil menjual 50 box brownies merupakan promosi lainnya. Pemberian gratis kepada pelanggan counter yang merasa brownies Elsari yang dibelinya tidak enak. Pemilik Elsari juga selalu berpesan kepada setiap marketing Elsari agar selalu berlaku ramah, bersikap sopan santun dalam melayani pelanggan dan tidak mudah
104
menyerah. Berdasarkan keterangan pemilik Elsari, Elsari menganggarkan biaya 10% dari biaya produksi untuk losses (kehilangan), retur dan bonus. Market research Pada saat penyerahan pesanan kepada counter-counter, pegawai marketing dan atau pegawai delivery Elsari akan menanyakan keluhankeluhan dari counter maupun pelanggan. Hal ini merupakan feedback bagi perusahaan meskipun masih dilakukan secara lisan (berupa obrolan). Keluhan tersebut akan disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan perbaikan. Sebagai contoh, ada keluhan dari pelanggan yang merasa bosan dan menanyakan apakah ada produk yang baru, hal tersebut merupakan masukan bagi pemilik yang akhirnya ditindaklanjuti dengan munculnya inovasi terciptanya produk-produk brownies lainnya. Market research masih dilakukan dari adanya penyampaian keluhan pelanggan secara lisan belum dilakukan sebagai suatu penelitian tersendiri yang terencana. Kualitas Produk Harga brownies yang relatif murah dengan mempertahankan kualitas yang baik dan rasa yang enak merupakan kekuatan dari Elsari. Kualitas produk brownies umumnya baik dan bisa bertahan dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Bila dalam jangka waktu kurang dari satu minggu brownies telah basi (buluk) maka produk tersebut dapat dikembalikan (retur) tanpa harus membayar. Namun penurunan kualitas produk tersebut secara umum jarang terjadi, pernah terjadi kejadian tersebut pada tahun bulan Februari 2005 sehingga terdapat retur sekitar 200 box brownies disebabkan brownies telah basi sebelum waktunya. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya karena bahan yang dipergunakan tetap sama. Diperkirakan musim hujan merupakan salah satu faktor penyebabnya dimana udara menjadi lembab. Untuk memperpanjang umur produk maka diciptakan produk baru yaitu Brownies Kering atau sering disingkat menjadi Broker. Daya tahan produk ini lebih lama bisa mencapai satu bulan. Brownies kering Elsari ini
105
sekarang telah ditiru oleh pembuat brownies lainnya seperti Kartika Sari Bandung. Pendidikan dan Pelatihan (Training) Pegawai Pemasaran Pegawai pemasaran Elsari belum diberikan / mendapatkan diklat mengenai pemasaran dari perusahaan. Beberapa diklat mengenai desain grafis dari Pemda Kota Bogor pernah diikuti pegawai pemasaran, namun tentunya diklat ini bukan diklat pemasaran. Frekuensi pendidikan dan pelatihan untuk manajer pemasaran belum ada, namun diharapkan dapat menimba ilmu dari pengalaman selama enam tahun berdirinya Industri Kecil Elsari (2003 – 2009). 4. Manajemen Sistem Informasi Industri Kecil Elsari sebagaimana umumnya Industri Kecil di Indonesia masih belum menerapkan Sistem Informasi Manajemen sebagaimana mestinya. Penggunaan komputer terbatas pada penggunaan untuk pengetikan, pembuatan administrasi penjualan, dll. dengan mempergunakan software Microsoft Excell dan Microsoft Word. Pada struktur organisasi Elsari belum mencantumkan Sistem Informasi sebagai bagian tersendiri karena belum dirasakan perlu. 5. Produksi Dan Operasional Bahan Baku Pasokan bahan baku Industri Kecil Elsari di dapat dari dalam dan luar kota. Bahan baku coklat didatangkan dari Bandung yaitu coklat Delfi sedangkan tepung terigu,gula dan telur didapat dari pemasok yang berlokasi di Perumahan Indraprasta Kota Bogor, minyak Tropikal dibeli dari pemasok di daerah Keradenan Bogor. Bahan-bahan lain seperti soda, bahan pengisi&penghias, garam dan vanili dibeli di Pasar Anyar Bogor. Lokasi Produksi Lokasi Elsari terletak di dalam perumahan sehingga berada di pinggir jalan komplek yaitu Jl Pondok Rumput Raya No.18, dan bila dilihat dari tingkat keramaian lalu lintas maka sebenarnya tingkat lalu
106
lintasnya rendah sehingga bila digunakan sebagai tempat counter kurang menguntungkan. Namun karena Elsari merupakan produsen brownies dimana sistem penjualannya/distribusinya melalui counter-counter lain dan koperasi, maka hal itu tidak merupakan suatu masalah. Pemilik Elsari sendiri bahkan merasa tempat tersebut strategis dan membawa keberuntungan. Hal yang harus diperhatikan adalah memilih countercounter yang berlokasi strategis dan ramai dikunjungi. Peralatan yang dimiliki Industri Kecil Elsari telah memiliki peralatan untuk produksi dan operasional seperti yang tertera pada Tabel 32 dan Tabel 33 di halaman 69. Peralatan tersebut kondisinya masih baik dan secara teratur memerlukan penggantian alat (Tabel 34), beberapa bahkan merupakan peralatan yang baru dibeli seperti peralatan-peralatan yang terbuat dari stainless steel. Keuntungan dari penggunaan peralatan stainless steel adalah: (a) cepat panas, (b) cepat dingin, (c) perawatan lebih mudah dan tahan lama (d) hasil produksi lebih bagus Seperti telah dibahas di atas, peralatan tersebut dibeli dari modal yang dipinjam dari Bank BRI dengan bunga 12% setahun. Dengan peralatan-peralatan yang ada telah memenuhi kebutuhan produksi dan pesanan yang ada. Namun demikian apabila peralatan lebih modern misalnya dengan adanya oven listrik maka pengaruh cuaca dapat diminimalkan sehingga kualitas produksi bisa terjaga meskipun sedang dalam musim hujan. Selain itu dengan oven listrik suhu didalam oven dapat terpantau dan terjaga secara otomatis dimana selama ini menjadi kendala karena tidak diketahui suhu saat pengovenan. Bila Industri Kecil Elsari telah berkembang menjadi Industri Menengah tentunya modernisasi peralatan menjadi sangat dibutuhkan. Foto-foto pada Gambar 18 menampilkan beberapa peralatan yang dimiliki Elsari (kompor, oven dan loyang).
107
Gambar 18 Peralatan Produksi dan Operasional Industri Kecil Elsari
Produksi dan Penjualan Produksi Elsari seperti diterangkan di atas berfluktuasi. Dalam memproduksi brownies biasanya Elsari menyediakan stock sebanyak 10 persen dan biasanya stock tersebut sudah habis dalam waktu dua hari setelah pembuatan 1). Gambar 19, Gambar 20 dan Gambar 21 memperlihatkan trend jumlah produksi/penjualan brownies Elsari dari tahun 2005, 2006 dan 2007. Penjualan di sini belum dikurangi retur penjualan, tetapi merupakan jumlah produk yang dilempar ke pasar dari hasil produksi. 1)
Sumber : Bpk. Ade Lutfi, Marketing Elsari.
108
Penjualan Elsari Tahun 2005 4881
4799
5000
4544
4455 4500
4139
4306
4264 4051
4003
4000
4382
3726
3500
Jumlah (box)
2993 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Januari
Maret
Mei
Juli Bulan
September
November
Gambar 19 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2005
Penjualan brownies Elsari tahun 2005 memperlihatkan dinamika penjualan, dimana terdapat jumlah penjualan yang tidak sama setiap bulannya tetapi terdapat turun-naik penjualan dengan periode tertentu. Pada tahun 2005 bulan : Maret, Agustus dan Desember
merupakan
puncak penjualan di tahun 2005 (Gambar 19). Penjualan Elsari Tahun 2006 6242
7000
5457 5920 5616
6000
5647
5744
4661
5000
4722 4367
4404
4191
Jumlah (box)
3938 4000
3000
2000
1000
0 Januari
Maret
Mei
Juli Bulan
September
November
Gambar 20 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2006
Pada tahun 2006 bulan Mei s.d Agustus dan bulan November merupakan puncak penjualan pada tahun tersebut. Pada bulan November terdapat penjualan(diproduksi) sebanyak 6242 box (Gambar 20).
109
Penjualan Elsari Tahun 2007 7483
8000 6864
6517
7000 5918
5757
6000
5518 4993
Jumlah (box)
5000
4456
4367
4085 4000
3000
2000
1000
0 Januari
Maret
Mei
Juli Bulan
September
November
Gambar 21 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2007
Pada tahun 2007 bulan April merupakan puncak penjualan pada tahun tersebut. Pada bulan tersebut diproduksi sebanyak 7483 box (Gambar 21).
Penjualan Periode 2004 s.d. Oktober 20072007 Penjualan Brownies ElsariOktober Periode Oktober 2004 s.d Oktober 8000
7000
5000
4000 Series1
3000
14 bulan
14 bulan 2000
1000
Hujan
Kemarau
Kemarau
Hujan
Kemarau
Hujan
bulan
Gambar 22 Penjualan Brownies Elsari dari Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
Oktober 2007**)
September 2007
Juli 2007
Agustus 2007
Mei 2007
Juni 2007
April 2007
Maret 2007
Januari 2007
Februari 2007
November 2006
Desember 2006
Oktober 2006**)
September 2006
Juli 2006
Agustus 2006
Mei 2006
Juni 2006
April 2006
Maret 2006
Januari 2006
Februari 2006
Nov 2005**)
Desember 2005
Oktober 2005
September 2005
Juli 2005
Agustus 2005
Mei 2005
Juni 2005
April 2005
Maret 2005
Januari 2005
Februari 2005
Nov 2004**)
Desember 2004
0 Oktober 2004
(box)
Penjualan brownies
6000
110
Bila diperhatikan pada grafik di atas maka terdapat peningkatan jumlah produksi rata-rata setiap tahun (Gambar 22). Terlihat pula adanya pola periodik tahunan dengan perioda 14 bulan yaitu dari bulan Oktober 2004 – November 2005 dan November 2005 – Januari 2007. Terdapat pola peningkatan penjualan (produksi) setelah satu bulan dari bulan Lebaran yaitu pada bulan Desember 2004, Desember 2005, dan November 2006 disamping itu bulan Desember juga merupakan musim liburan anak sekolah
dan
menjelang
Tahun
Baru
Masehi,
dimana
terdapat
kecenderungan pembelian produk di atas rata-rata. Bulan dimana terdapat hari Lebaran (hari raya Idul Fitri) ditandai dengan tanda kotak segiempat pada grafik. Puncak penjualan terjadi pada bulan April 2007 dimana diproduksi brownies sebanyak 7483 box brownies. Tidak terdapat pola yang jelas hubungan antara penjualan di musim hujan dan di musim kemarau, namun pada musim kemarau terjadi peningkatan penjualan ratarata dan pada bulan Februari terjadi penurunan. Bila jumlah produksi/penjualan dihitung per tahun kemudian digambarkan dalam bentuk grafik maka akan didapat siklus hidup produk terlihat seperti di bawah ini (Gambar 23). Siklus Hidup Produk 80000 70000 67149.6 60000
70952
60909
50543 (box)
Penjualan
50000 40000 30000
28409 y = 306.59x 3 - 6390.75x 2 + 45415.40x - 37934.87 R2 = 1.00
20000 10000 1800
0 0
1
2
2003
2004
3 4 Tahun ke -
2005
2006
5
2007
6
7
2008
Gambar 23 Siklus Hidup Produk Brownies Elsari
Dalam siklus produk dikenal tahapan : (a) tahap pengembangan produk, (b) tahap pengenalan, (c) tahap pertumbuhan, (d) tahap
111
kematangan dan kejenuhan serta (e) tahap penurunan. Dari grafik tersebut maka produk brownies Elsari berada diantara : tahap pertumbuhan, dan tahap kematangan / kejenuhan. Dengan demikian maka sebaiknya Elsari selalu menerapkan strategi yang disesuaikan dengan siklus hidup produk misalnya dengan memperkenalkan produk-produk baru atau modifikasi produk untuk menggantikan produk-produk lama, membuka segmen pasar baru, dll. Quality Control dan Pelatihan Pegawai khusus yang mengurus Quality Control belum ada di Industri Kecil Elsari. Quality Control masih dipegang oleh Kepala Bagian Produksi. Garansi yang diberikan oleh Elsari selama 1 – 2 minggu dan apabila kue kualitasnya jelek dapat dikembalikan kepada Elsari tanpa membayar. Pemilik
Elsari
pernah
mengikuti
Pelatihan
dari
Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor antara lain : Pelatihan Gugus Kendali Mutu (GMK), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis Critical Control Point (HCCP) yang dapat menunjang pengetahuan produksi dan Quality Control yang baik.
6. Research And Development Industri Kecil Elsari belum mempunyai tenaga R&D secara khusus. Pengembangan produk masih dilakukan oleh pemilik Elsari dan isteri. Produk baru terakhir hasil inovasi Elsari adalah Brownies Kering atau Broker. Produk-produk tersebut dipromosikan dari mulut ke mulut kepada pelanggan lama. Hasil Inovasi Elsari selama enam tahun terakhir ini beserta harganya dapat dilihat pada Tabel 46 di bawah ini.
112
Tabel 46 Produk Inovasi Elsari & Daftar Harga PRODUK INOVASI ELSARI & DAFTAR HARGA (April 2009) BROWNIES PANGGANG COKLAT 1 Maises 2 Coklat Chips 3 Kismis 4 Kacang Mede 5 Keju Panggang 6 Keju Basah / Parut 7 Kombinasi 8 Pisang Keju
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
BESAR 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 26,000.00 27,000.00 26,000.00 27,000.00
BORJU (SUSU) 1 Kacang Mede 2 Keju Panggang 3 Keju Basah / Parut
Rp 25,000.00 Rp 26,000.00 Rp 27,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
KECIL 13,000.00 13,000.00 13,000.00 13,000.00 13,500.00 14,000.00 13,500.00 14,000.00
Rp 13,000.00 Rp 13,500.00 Rp 14,000.00
BROWNIES KUKUS COKLAT 1 Coklat Chips 2 Kismis 3 Kacang Mede 4 Keju Basah / Parut 5 Pisang Keju 6 Maises Kombinasi 7 Ketan Hitam 8 Pandan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
BESAR 27,000.00 27,000.00 27,000.00 28,000.00 28,000.00 27,000.00 27,000.00 27,000.00
BROWNIES KUKUS COKLAT 1 Kacang Mede 2 Keju Basah / Parut 3 Pisang Keju
Rp 27,000.00 Rp 28,000.00 Rp 28,000.00
KECIL -
-
LAIN-LAIN 1 2 3 4 5 6
Lapis Legit Lapis Surabaya Pisang Bollen Pastri Brownies Kering PP Panggang
Rp Rp Rp Rp
32,000.00 30,000.00 32,000.00 28,000.00 Rp 27,000.00
Rp 19,000.00 Rp 18,000.00 Rp 15,000.00 -
113
5.6 Analisa Lingkungan Eksternal Perusahaan 1.
Competitor Produk Sejenis Menurut narasumber seorang marketing Elsari, terdapat beberapa produk brownies yang terdapat di Kota Bogor diantaranya : Brownies Bogor, Tresna Rasa, Marlin Brownies, Bintang Brownies, Ramana Brownies, Manika Brownies, Resky Brownies, Panorama cake dan Laksana Cake & Brownies Namun menurut Bpk Gupuh salah seorang Kepala Seksi di Disperindagkop Kota Bogor menurutnya untuk lingkup Kota Bogor produk brownies Elsari hampir tidak mendapat saingan berarti dari produk sejenis yang berasal dari Kota Bogor. Industri mikro yang memproduksi Brownies di Kota Bogor hanya bersifat temporer tidak ada yang spesialis. Puteri dari Bpk. H. M Surahman bergerak pula di bidang brownies namun bukan merupakan saingan. Saingan yang ada (yang terdaftar di Disperindagkop) Kota Bogor hanya Brownies Bie Biee yang beralamat di Jl. Batu Tulis Gg Lurah No. 12A, pemiliknya Bpk. Didi Karnadi namun sekarang mulai beralih ke pembuatan kue donut. Usaha brownies di kota Bogor kebanyakan merupakan usaha perumahan kecil-kecilan dan memproduksi banyak jenis kue sehingga brownies hanya merupakan bagian dari produksinya dan dibuat bila ada pesanan. Saingan Industri Kecil Elsari dari produk sejenis justru datang dari produsen brownies berasal dari Bandung yang memasuki pasar Kota Bogor seperti Brownies Amanda dan Brownies Kartika Sari. Kedua produk brownies tersebut telah terlebih dahulu memasuki pasar dan telah dikenal orang lebih dahulu, sedangkan brownies Elsari baru berdiri pada tahun 2003 atau baru beroperasi lima setengah tahun. Dari sisi pandang pemilik Elsari menilai bahwa kekurangan produk brownies Amanda adalah kurang variatif. Dari sisi harga, brownies Elsari lebih murah dibandingkan pesaingnya baik dari brownies Kartika Sari ataupun brownies Amanda, namun dari sisi rasa tidak kalah enak dari brownies Amanda maupun Kartika Sari. Sebaliknya beberapa konsumen
114
brownies Elsari dari hasil kuesioner berpendapat bahwa brownies Amanda justru lebih lezat, enak tidak enek(terlalu manis), legit, lebih empuk, lebih gurih, lebih terasa coklatnya, dan aromanya lebih harum. Ada pula yang menilai bahwa brownies Amanda lebih higienis, lebih menarik, lebih murah, lebih variatif, lebih khas, dan lebih dikenal. Kelebihan lainnya dari brownies Amanda adalah konsumen langsung mendapatkan produk brownies saat keluar dari oven dalam kondisi hangat sehingga konsumen merasa yakin bahwa produk tersebut baru dan tidak basi, serta karena baru masak dari oven jangka waktu kadaluarsa lebih terjamin, hal ini berbeda dengan sewaktu konsumen membeli di counter dimana konsumen harus meyakinkan apakah produk tersebut baru dan belum melampaui masa kadaluarsa. Brownies Amanda telah mempunyai toko di Kota Bogor yang terletak di Jl. Pajajaran. Tabel 47
No.
Daftar Industri Roti-Kue yang merupakan saingan utama potensial Bakery Elsari
Nama Industri Roti
Alamat
1 2 3
Bambi Venus Bogor Permai
Jl Sawo Jajar 12/22 Jl Siliwangi 17A Jl. Sudirman 23A
4
Sukses Bakeri
5
Berkah
6 7
Mahkota Bakery Yun Yen
8
Evy Boy
9 10
Tista De Paris
11
Merdeka
Gg Besi Rt 02/11 Kebun Pala Jl Blk Fakultas Rt 06/04 Tegalgundil Jl Roda Gg Liti Belakang Fakultas Tegallega Jl Perintis Kemerdekaan Gg Tirta No.1 Jl Julang I No.3 Jl Suryakencana No. 299 Jl Bangbarung Blok AA-AB Ruko Vila Indah
Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007
Jenis Komoditi Roti dan kue Roti manis Roti manis/tawar Roti
Kapasitas Produksi per Tahun (buah) 2.600.000 1.800.000 1.080.000 780.000
Roti
750.000
Roti Roti
600.000 500.000
Roti, kue
500.000
Roti, kue Roti manis dan tawar Roti manis dan tawar
360.000 270.000 270.000
115
Sebaliknya, untuk produk bakery Elsary banyak pesaing untuk produk sejenis di Kota Bogor, setidaknya terdapat 39 industri roti-kue yang mempunyai TDI terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Di antara jumlah tersebut yang menjadi pesaing utama adalah industri roti yang mempunyai kapasitas produksi yang cukup besar.
2.
Pemasok Bahan Baku Bahan Baku untuk brownies, seperti telah diterangkan di depan, sebagian besar diperoleh dari Kota Bogor kecuali untuk coklat didatangkan dari Bandung (coklat Delfi). Pengiriman bahan baku coklat dilakukan setiap minggu dan dilakukan pembayaran sebulan sekali. Bahan baku tepung terigu, gula dan telur didapat dari pemasok yang berlokasi di Perumahan Indraprasta, sedangkan bahan baku minyak Tropikal diperoleh dari Keradenan Bogor. Bahan-bahan lain seperti soda, bahan pengisi dan penghias, garam serta vanili diperoleh dari pasar tradisional (Pasar Anyar Bogor). Selama ini pengiriman dan pembayaran berjalan dengan baik dan lancar tidak terdapat masalah. Posisi tawar berimbang seperti umumnya pembeli dengan penjual.
3.
Distributor Distributor brownies dilakukan oleh : (a) counter-counter yang berada di dalam dan di luar Kota Bogor, (b) para agen yang merupakan orang perorangan di dalam perusahaan langganan yang ingin menjualkan sendiri dan (c) melalui koperasi. Hubungan relasi dengan para distributor terjaga dan berjalan dengan baik Pada umumnya penjualan melalui distributor ini berjalan dengan baik, namun dalam beberapa kasus terjadi kemacetan pembayaran, oleh karena itu pemilik Elsari menerapkan sistem seleksi terhadap para distributor tersebut untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran (piutang).
116
4.
Penyedia Modal Modal Elsari didapat dari beberapa pinjaman, yaitu : modal yang berasal dari pinjaman perorangan dengan bunga yang cukup besar yaitu 3% per bulan atau 36% per tahun, pinjaman dari saudara dan pinjaman dari perbankan (Bank BRI), sedangkan modal awal hanya berjumlah Rp. 3 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli peralatan kerja dan investasi, biaya sewa tempat usaha, dan biaya operasional perusahaan. Bank BRI pada awalnya hanya memberikan pinjaman dibawah jumlah kredit yang diajukan. Tetapi berangsur mulai menaikkan plafon kredit yang diberikan kepada IK Elsari pada pengajuan kredit selanjutnya. Bahkan sekarang selain dari Bank BRI, Elsari mendapat tawaran kredit dari beberapa bank lainnya seperti Bank BNI, Bank Jabar dan Bank Mandiri. Hal tersebut tentunya merupakan keuntungan bagi Elsari. Pembayaran kredit kepada Bank BRI selama ini berjalan dengan lancar.
5.
Kondisi Politik Pada saat penelitian dan penulisan tesis ini berlangsung, telah diadakan pemilihan Kepala Daerah/Walikota Bogor serta anggota DPRD Kota Bogor pada tahun 2008 akhir dan dilangsungkannya PEMILU untuk pemilihan anggota DPR RI yang dilanjutkan dengan pemilihan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009.
6.
Demografi Kota Bogor Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2007 tercatat sebanyak 905.132 jiwa terdiri dari laki-laki 457.717 jiwa dan perempuan sebanyak 47.415 jiwa. Dengan kepadatan penduduk 7.746 jiwa per km2 ([Bappeda, BPS Kota Bogor] 2008b).
117
Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Kota Bogor Tahun 2008 mengenai komposisi penduduk Kota Bogor berdasarkan kelompok umur terlihat pada Gambar 24. 67.03 70
60
Persentase (%)
50
40 28.94
30
20
4.03 10
0 0-14
15-64
65+
Kelompok Umur
Gambar 24 Persentase Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur (Sumber : Bapeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor 2008a, diolah)
Bila dilihat dari komposisi umur maka kelompok umur 15-64 tahun merupakan kelompok yang dominan (Gambar 24) dengan nilai ratarata 67.03%, yang juga merupakan kelompok produktif maka terdapat peluang dengan besarnya jumlah penduduk Kota Bogor IK Elsari dapat meningkatkan penjualannya. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Rizki (2007) pelanggan terbesar Elsari berada di kelompok ini. Demikian pula dengan hasil penelitian/survei penulis dimana konsumen terbesar adalah dari kelompok karyawan. Potensi Sosial Ekonomi Daerah. Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak - Cianjur juga merupakan
118
potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. ([Bappeda, BPS Kota Bogor] 2008b). Kondisi Kota Bogor sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan menjadi peluang tersendiri bagi IK Elsari untuk meningkatkan penjualannya dan menjadikan citra Elsari sebagai makanan oleh-oleh asal Kota Bogor lainnya sebagaimana makanan khas Bogor seperti Asinan/Manisan Bogor, Taleus Bogor, Roti Unyil yang telah dikenal masyarakat di luar Kota Bogor lebih dahulu. 7. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) Kebijakan Suku Bunga BI dan Bank Umum Beberapa tahun terakhir ini Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate dengan maksud supaya sektor riil berkembang lebih cepat. Dengan suku bunga pinjaman yang rendah diharapkan pengusaha terutama pengusaha kecil-menengah dapat meminjam modal dari bank tanpa beban bunga yang terlalu berat. Kredit Bank merupakan salah satu sumber pinjaman modal untuk pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah . Kebijakan Bank Indonesia menurunkan suku bunga BI akan bermanfaat bagi industri kecil bila segera diikuti oleh turunnya suku bunga pinjaman di bank-bank umum. Penurunan SBI tersebut dapat menjadi suatu keuntungan bila Elsari dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Namun
Elsari
tetap
mempertimbangkan
harus
kemampuan
menganalisa keuangan
dengan perusahaan
baik
dan
bila
akan
melakukan pinjaman untuk investasi. Kredit Usaha Rakyat Dengan adanya program KUR ini dimana sebagian besar jaminan dijamin pemerintah merupakan suatu kebijakan pemerintah yang memberi peluang bagi industri kecil untuk mendapatkan modal pinjaman tanpa harus ada agunan sepenuhnya dari pihak industri kecil, dimana umumnya masalah agunan merupakan masalah atau kendala utama bagi industri mikro dan kecil pada saat akan meminjam uang untuk modal usaha.
119
Peluang tersebut juga merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri kecil Elsari untuk modal pengembangan usaha. 8. Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Inflasi di Indonesia berdasarkan sumber BPS seperti yang dikutip oleh koran harian Kompas dapat dilihat pada Gambar 25 yang memperlihatkan laju inflasi di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Laju Inflasi Indonesia Tahun 2000 s.d. 2008 18.00 17.11 16.00
14.00 12.55 12.00 11.06 10.03
Inflasi
10.00 9.35 8.00
6.59
6.40
6.00
6.60 5.06
4.00
2.00
0.00 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Sumber : BPS, Litbang Kompas, 3 Februari 2009, diolah
Gambar 25 Laju Inflasi Indonesia dari Tahun 2000 s.d. 2008
Faktor inflasi dapat menjadi bahan pertimbangan dalam analisa bisnis dimana inflasi akan menyebabkan kenaikan harga bahan baku yang pada akhirnya akan berpengaruh pada harga produk Elsari. Bila tidak disertai dengan peningkatan penghasilan konsumen adanya inflasi akan menyebabkan daya beli konsumen menurun. Melihat pengalaman lalu pada saat terjadi krisis di tahun 1998 dimana terjadi inflasi yang sangat besar dan sempat terjadi nilai kurs rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp.15.000 per US$, menyebabkan harga produk melambung tinggi misalnya harga susu pada saat itu naik beberapa kali lipat. Hal tersebut tentunya sangat memberatkan bagi rakyat dan bagi
120
kalangan industri yang membutuhkan produk tersebut sebagai bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. 9. Naiknya Harga Bahan Baku Tepung Terigu Gambar 26 memperlihatkan fluktuasi harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Kenaikan harga tepung terigu dapat dipicu oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya kenaikan harga gandum di pasar internasional, terganggunya lahan produksi gandum akibat kebakaran, dan sebagainya. Pasokan bahan baku tepung terigu yang masih didatangkan dari luar negeri/import akan sangat berpengaruh terhadap harga tepung terigu. Bila permintaan tetap tinggi dan atau pasokan bahan baku sulit didapat maka harga tepung terigu juga akan mengalami kenaikan. . Tepung terigu merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan brownies namun demikian karena persentase biaya pembelian bahan baku tepung terigu hanya 1% dari biaya bahan baku total, maka kenaikan harga tepung terigu pengaruhnya tidak terlalu besar. Biaya bahan baku terbesar justru muncul dari pembelian telur (40%), minyak tropikal (37%) dan coklat (18%) yang merupakan bahan baku produksi lokal (Tabel 38).
Sumber : Harian Kompas, 11 Februari 2009.
Gambar 26 Fluktuasi Harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum
121
10. Pengaruh Perekonomian Global Resesi Ekonomi di Amerika Serikat Krisis finansial yang membuat krisis perekonomian dunia, dipicu oleh hancurnya pasar perumahan di Amerika Serikat (AS) yang dimulai sejak 2006. Subprime mortgage adalah kredit perumahan berbunga tinggi karena risiko yang tinggi akibat rendahnya aset dari peminjam rumah. Subprime
mortgage
merupakan
kredit
perumahan
yang
skema
pinjamannya telah dimodifikasi sehingga mempermudah kepemilikan rumah oleh orang miskin yang sebenarnya tidak layak mendapat kredit. Ekonomi AS membutuhkan suntikan likuiditas segera dikarenakan sebagian investor terus mencairkan investasinya. Kondisi semakin parah karena pada saat bersamaan semua pihak membutuhkan likuiditas, yang berakibat terjadinya kelangkaan likuiditas (credit crunch).Untuk menutupi kebutuhan likuiditas, mayoritas investor terpaksa menjual portofolionya, termasuk sahamnya, secara besar-besaran, di seluruh dunia yang mengakibatkan terempasnya pasar modal dunia. Adanya berita negatif tentang perusahaan-perusahaan raksasa yang bangkrut dan bank yang mulai kering likuiditas setiap hari membuat kepanikan pada para investor yang terlihat dari jatuhnya indeks. (Hermawan, 2008) Dampak dari krisis ekonomi global tersebut yaitu naiknya harga dollar AS, terjadinya desinvestasi, sulitnya menarik investor dan semakin berhati-hatinya investor menanamkan modal, berkurangnya pesanan eksport, meningkatnya pengangguran, harga barang import naik dikarenakan naiknya kurs dollar AS, menurunnya daya beli masyarakat dan hal-hal lain yang merupakan bentuk sebab akibat dari hal-hal di atas. Pengangguran, Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS dan Daya Beli Masyarakat Adanya krisis global telah menambah pengangguran baru di dunia sebanyak 20 juta orang sehingga tingkat pengangguran dunia saat ini mencapai lebih dari 220 juta orang.(Hermawan, 2008). Adanya pengangguran akibat krisis global ini, khususnya di Indonesia, harus menjadi pertimbangan industri kecil Elsari dalam
122
pengembangan
produk
dengan
bersikap
hati-hati
dan
melihat
perkembangan pasar. Bertambahnya pengangguran erat kaitannya dengan penurunan daya beli masyarakat sehingga pangsa pasar kemungkinan menurun, dengan demikian jumlah produksi harus diperhatikan; pengamatan terhadap konsumen utamanya harus diperhatikan apakah dampak krisis berpengaruh terhadap pembelian/jumlah pesanan brownies Elsari ataukah tidak ada pengaruh berarti. Lemahnya daya beli masyarakat tentunya akan berpengaruh pada penghasilan Industri Kecil karena ada kemungkinan hasil penjualan produksinya mengalami penurunan. Industri kecil yang terpengaruh oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terutama adalah industri kecil yang membutuhkan bahan baku import dikarenakan harus membayar dalam dollar AS sedangkan Industri Kecil yang bergerak dalam bidang makanan dimana mayoritas bahan bakunya berasal dari dalam negeri (lokal) tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Indonesia meskipun mengalami penurunan dari pertumbuhan ekonomi sebelum krisis, Bank Dunia (2009) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,4 persen, atau masih di bawah China (7,5 persen) dan India (5,8 persen). Level ini masih di atas kompetitor terdekat Indonesia dalam menarik modal global, yaitu Thailand sebesar 3,6%, Malaysia sebesar 3,7% dan Filipina sebesar 3,0%, sedangkan Singapura, Hongkong
dan
Korea
Selatan
justru
masing-masing
mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -2.2%, -1% dan -1.7% (Kompas, 2009). 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor PDRB Kota Bogor sebagai potret keadaan perekonomian memberikan gambaran situasi serta merupakan alat untuk mengkaji dan mengevaluasi perekonomian Kota Bogor. Nilai PDRB yang disajikan adalab PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000. Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2007 secara umum seluruh Sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 17.92 persen dibanding tahun 2006, yaitu dari Rp.
123
7.257.742,09 juta pada tahun 2006 menjadi Rp. 8.558.035,70 juta di tahun 2007. ([Bappeda, BPS Kota Bogor], 2008c). Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 mengalami pertumbuhan sebesar 6,09 persen dari Rp. 3.782.273,71 juta di tahun 2006 menjadi Rp. 4.012.743,18 juta pada tahun 2007 (Tabel 48). Tabel 48
No.
(1)
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2003 — 2007 (dalam Jutaan Rupiah )
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan rupiah)
Tahun
(2)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Jutaan rupiah)
(3)
(4)
1
2003
4.165.569,13
3.168.185,54
2
2004
5.245.746,82
3.361.438,93
3
2005
6.191.918,90
3.567.230,91
4 5
2006 *)
7.257.742,09 8.558.035,70
3.782.273,71 4.012.743,18
2007 **) *)
Angka Perbaikan
**)
Angka Sementara
Dengan melihat bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 4.165.569,13 juta di tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 8.558.035,70 juta di tahun 2007 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatan dari Rp. 3.168.185,54 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 4.012.743,18 juta di tahun 2007,. maka hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan riil yang walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat atau tingkat inflasi yang terjadi (Tabel 49). PDRB Perkapita/Pendapatan perkapita Pendapatan Perkapita (PDRB Perkapita) merupakan hasil bagi antara Pendapatan Regional (Nilai PDRB) dengan jumlah penduduk Pendapatan Perkapita ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk. Dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Pendapatan perkapita Kota Bogor menunjukkan peningkatan dari Rp. 5,26 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 9,98 juta di tahun 2007.
124
Demikian pula terjadi peningkatan pada PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 ([Bappeda, BPS Kota Bogor], 2008a, 2008c). Tabel 49 PDRB Perkapita Kota Bogor No. URAIAN (1)
1
2
(2)
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000
PDRB (Rp. juta / Kapita) 2003 (3)
2004 (4)
2005
2006
(5)
(6)
2007 (7)
5.26
6.49
7.51
8.63
9.98
4.00
4.16
4.33
4.50
4.68
Sumber : Bappeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor, 2008c.
Bila dilihat dari PDRB maka perekonomian di Kota Bogor mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan PDRB perkapita maka dapat diperkirakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor dari adanya peningkatan penghasilan per kapita penduduk Kota Bogor. Dengan meningkatnya penghasilan diharapkan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi semakin meningkat dikarenakan daya beli semakin meningkat. Elsari dapat berharap jumlah penjualan browniesnya meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan masyarakat kota Bogor, namun tentunya harus disertai rencana pemasaran yang baik agar penjualan dapat meningkat. 12. FLUKTUASI HARGA BBM DAN KRISIS ENERGI Harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang besar selama tahun 2008. Produsen minyak OPEC bahkan menuduh adanya spekulan di belakang naiknya harga minyak. Harga minyak sempat menembus angka lebih dari US$ 145 per barrel. Seiring dengan naik turunnya harga BBM dunia, maka harga BBM di dalam negeri juga mengalami fluktuasi . BBM Premium/bensin misalnya, setelah mengalami kenaikan mencapai Rp. 6000,- per liter, beberapa bulan terakhir ini Pemerintah menurunkan harga premium secara bertahap turun dari Rp 6000 per liter menjadi Rp. 5500 per liter kemudian turun kembali menjadi Rp. 5000,- per liter masingmasing pada tanggal 1 Desember dan 15 Desember 2008 dan terakhir
125
turun menjadi Rp.4500,- per liter mulai tanggal 15 Januari 2009 (Gambar 27). Naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM) akan menyebabkan mahalnya biaya produksi, biaya distribusi dan mahalnya harga bahan baku produksi yang berakibat pada naiknya harga produk yang dibuat. Kondisi naik turunnya BBM, sempat membuat industri kecil Elsari berada dalam posisi yang sulit, margin keuntungan menjadi kecil dan menjadi suatu dilema untuk menaikkan harga. Pada akhirnya manajemen Elsari memilih kebijakan untuk tidak terlalu menaikkan harga sebesar kenaikan BBM dengan harapan perputaran penjualan yang cepat dan konsumen Elsari masih mampu membeli sehingga tidak terlalu kehilangan pelanggan. Adanya penurunan harga BBM yang terjadi saat ini merupakan suatu peluang bagi industri kecil Elsari supaya lebih kompetitif di dalam penentuan harga saat memasuki pasar baru atau mempertahankan pasar yang telah ada.
Gambar 27 Perbandingan Turun Naiknya Harga BBM Dunia dan Nasional Periode Mei 2008 s.d Januari 2009
126
5.7 PEMBUATAN MATRIK IFE (INTERNAL FACTOR EVALUATION) Dari hasil analisa lingkungan internal perusahaan di atas melalui audit dengan teknik observasi lapangan dan wawancara dengan pemilik Elsari, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan matriks IFE. Matriks IFE terdiri dari faktor-faktor yang merupakan kekuatan perusahaan dan kelemahan perusahaan. Faktor-faktor yang merupakan kekuatan perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha b. Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat
Halal dari MUI c. Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai
keagamaan yang kuat d. Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri,
BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal e. Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop f. Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk g. Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dengan
tetap mempertahankan kualitas yang baik h. Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku i.
Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial)
j.
Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran. Sedangkan faktor-faktor yang merupakan kelemahan perusahaan adalah
sebagai berikut : a. Tingkat kualitas SDM yang masih rendah b. Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan c. Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya
tenaga pembukuan.
127
d. Mesin/Peralatan masih sederhana e. Struktur organisasi masih sederhana
Untuk memperoleh Matriks IFE terlebih dahulu ditentukan Bobot dan Rating. Bobot dan Rating didapat setelah melakukan diskusi dan wawancara dengan pemilik perusahaan dan seorang yang dianggap mengetahui industri kecil Elsari (expert) yaitu Bpk Gupuh Samirono, BBA, Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor yang membawahi bidang industri karena mengetahui kondisi industri kecil Elsari. Setelah nilai Rating dan Bobot diperoleh maka selanjutnya nilai Matriks IFE didapat (Tabel 50). Tabel 50 Matriks Internal Factor Evaluation Faktor Strategi Internal A 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran Sub Jumlah A =
Bobot a
Rating b
Skor c = axb
0.069
4.0
0.276
0.054
3.5
0.188
0.069
3.5
0.242
0.057
3.5
0.200
0.057 0.070
2.5 3.0
0.143 0.211
0.077
2.0
0.155
0.070
3.0
0.211
0.058
3.0
0.175
0.082
3.0
0.246 1.624
128
Tabel 50 Matriks Internal Factor Evaluation (lanjutan) Faktor Strategi Internal B 1 2
KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan
3
Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan
4
Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana Sub Jumlah B =
5
Bobot a
Rating b
Skor c = axb
0.062
3.5
0.217
0.077
3.0
0.232
0.065
3.0
0.196
0.077 0.054
3.0 3.0
0.232 0.161 1.038
JUMLAH (A + B) =
2.663
Dari hasil analisa tersebut diperoleh nilai / skor IFE sebesar 2.663.
5.8 PEMBUATAN MATRIK EFE (EXTERNAL FACTOR EVALUATION) Dengan cara yang sama seperti pada saat mendapatkan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation), maka dari hasil wawancara dengan dua narasumber tersebut diperoleh nilai Rating dan Bobot. Setelah nilai Rating dan Bobot diperoleh maka selanjutnya nilai Matriks EFE (External Factor Evaluation) didapat ( Tabel 51 ). Tabel 51 Matriks External Factor Evaluation Faktor Strategi Eksternal C.
Bobot a
Rating b
Skor c = axb
PELUANG
1
Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor
0.071
4.0
0.286
2
Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah
0.085
2.5
0.213
3
Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman
0.070
3.0
0.210
4
PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat
0.062
2.5
0.155
5 6
Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
0.071
3.0
0.214
0.067
2.5
0.168
Sub Jumlah C =
1.246
129
Tabel 51 Matriks External Factor Evaluation (lanjutan) Bobot
Rating
Skor
a
b
c = axb
Faktor Strategi Eksternal D
ANCAMAN
1
Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
0.056
2.0
0.113
2
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat
0.060
2.0
0.121
3
Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang
0.078
2.0
0.157
4
Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk
0.066
1.5
0.099
0.076
2.0
0.151
5 6
0.081
2.5
0.203
7
Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
0.080
2.5
0.199
8
Adanya produk substitusi
0.076
3.5
0.264
Sub Jumlah D = JUMLAH (C + D) =
Dari hasil analisa tersebut diperoleh nilai / skor EFE sebesar 2.552.
5.9 PEMBUATAN MATRIK FAKTOR INTERNAL- EXTERNAL Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Sumbu horizontal Matrik IE dibagi menjadi 3 bagian yaitu range antara 1.00 – 1.99 (lemah), range antara 2.00 – 2.99 (rataan), dan range antara 3.00 – 4.00 (kuat) demikian pula sumbu vertikal dibagi menjadi 3 bagian yaitu : dibagi menjadi 3 bagian dengan range antara 1.00 – 1.99 (rendah), range antara 2.00 – 2.99 (sedang), dan range antara 3.00 – 4.00 (tinggi) Dari hasil Matriks IFE dan EFE sebelumnya didapat nilai IFE 2.663 dan EFE 2.552. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat posisi industri kecil Elsari pada Matrik IE berada pada kotak sel V, yaitu pada kotak ‘jaga dan
1.306 2.552
130
pertahankan’ (hold and maintain). Visualisasi posisi industri kecil Elsari pada Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 28 di bawah ini.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
I Tinggi 3.0 - 4.0
1.0 - 1.99
III
II
Grow and Build Strategi intensif atau integratif
Grow and Build
Hold and Maintain
Strategi intensif atau integratif
Penetrasi pasar dan pengembangan produk
V
IV Menengah 2.0 - 2.99
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Strategi intensif atau integratif
Penetrasi pasar dan pengembangan produk
VII Rendah 1.0 - 1.99
Lemah
Rata 2.0 - 2.99
3.0 - 4.0
VIII
Hold and Maintain Penetrasi pasar dan pengembangan produk
Harvest or Divest IX
Harvest or Divest
Harvest or Divest
Sumber : David, 2005
Gambar 28
Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) untuk Industri Kecil Elsari
131
5.10
PEMBUATAN MATRIK SWOT (STRENGTHS-WEAKNESSES-
OPPORTUNITIES-THREATS) Dari hasil Matriks IE industri kecil Elsari pada matriks tersebut berada pada sel V dengan strategi hold and maintain dimana untuk sel ini strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk sel ini. Strategi ini disebut pula sebagai strategi intensif. Strategi penetrasi pasar (market penetration) berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini secara luas digunakan baik sendirian maupun dikombinasikan
dengan
strategi
lainnya. Penetrasi pasar mencakup
meningkatkan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas (David, 2005). Pengembangan produk (product development) adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini. Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar (David, 2005). Pengembangan pasar (market development) melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru (David, 2005). Analisa SWOT untuk industri kecil Elsari dapat dilihat pada Tabel 52 di bawah ini. Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) dicantumkan pada baris (Horizontal) sedangkan Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) pada kolom (Vertikal). Analisa SWOT terbagi menjadi empat alternatif strategi yaitu : analisa S-O (Strengths – Opportunities), W-O (Weaknesses-Opprtunities), S-T (Strengths-Threats) dan W-T (WeaknessesThreats).
Tabel 52 Matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) KEKUATAN (STRENGTHS) 1. 2.
Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI. 3. Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat. 4. Mendapat tawaran / kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal. 5. Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop 6. Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk 7. Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dengan tetap mempertahankan kualitas yang baik. 8. Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku 9. Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dengan maksud membantu (visi sosial). 10. Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran.
PELUANG (OPPORTUNITIES) 1. Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor
KELEMAHAN (WEAKNESSES) 1. Tingkat kualitas SDM yang masih rendah. 2. Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan 3. Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan 4. Mesin / Peralatan masih sederhana 5. Struktur organisasi masih sederhana
STRATEGI S-O 1.
2. Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah
W-O
Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor (S1, S2, S5, S10, O2, O3), dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru.
1.
Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). (W2, O1, O4,O5)
2.
Meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari (W1, O1, O4, O5), dan SDM yang ada termasuk tenaga administrasi dan akuntansi
3.
Melakukan Investasi untuk memodernkan/mengganti Peralatan dan Mesin yang ada. (W4, O3)
3. Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman
2.
4. PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat
Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5)
3.
Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3)
5. Jumlah penduduk yang meningkat
STRATEGI
6. Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
STRATEGI S-T
ANCAMAN (THREATS) 1. Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009 2. Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat 3. Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang 4. Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global 5. Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk 6. Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Amanda dan Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor 7. Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor 8. Adanya produk substitusi
1.
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8)
2.
Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor, atau di Mall dan di toko-toko besar (S2, S8, S10, T6, T7)
3.
Membuat produk-produk baru atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6)
STRATEGI
W-T
1.
Fokus pada produk yang mempunyai segmen terbesar (W4, T6, T7, T8)..
2.
Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies (W4, T6, T7, T8)
3.
Memantau perkembangan perekonomian nasional dan isu ekonomi-politik yang berkembang (W2, T2), dengan terus melakukan efisiensi, menekan biaya produksi dan pemborosan; atau melakukan perampingan organisasi bila situasi mendesak namun hanya dilakukan sebagai jalan terakhir (W1, W2, W4, W5, T1, T2, T5)
150
133
Srategi S-O (Strengths – Opportunities) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang adalah : a. Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor (S2, S5, S10, O2, O3), dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. Kekuatan yang dimiliki oleh industri kecil Elsari diantaranya adalah telah mempunyai sertifikat Depkes dan telah memiliki Label Halal. Dengan adanya kedua hal tersebut maka akan membuat konsumen merasa terjamin dari sisi kesehatan maupun dari kehalalan produk Elsari. Pada strategi ini, Elsari diharapkan memperluas wilayah jaringan pemasaran
Daerah-daerah wisata merupakan daerah potensial untuk
memasarkan produk terutama pula tempat-tempat yang merupakan tempat wisata kuliner karena konsumen datang khusus untuk membeli makanan atau mencicipi makanan khas tertentu. Hal ini merupakan kesempatan bagi Elsari untuk ikut memasarkan produknya pada tempattempat tersebut dan juga dengan bekal hubungan baik/relasi yang tercipta selama ini. Daerah di sekitar Bogor maupun di DKI Jakarta terdapat banyak tempat-tempat wisata dan tempat wisata kuliner yang dapat dijadikan sebagai sasaran/target pemasaran. Adanya daerah-daerah wisata di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor tersebut (Kawasan Puncak dsb.) dan juga meningkatnya daya beli masyarakat Bogor membuka kesempatan bagi Elsari untuk meningkatkan penjualan dan memperluas pasar. Dengan menambah supply produk pada tempat-tempat wisata tersebut diharapkan dapat menambah jumlah penjualan dan sebagai ajang promosi mengenalkan produk Elsari ke berbagai wilayah asal wisatawan. Namun demikian, pemilihan countercounter sebelum dilakukannya kerjasama dengan counter-counter
134
tersebut seperti yang telah dilakukannya sekarang ini, merupakan cerminan sikap kehati-hatian manajemen Elsari berdasarkan pengalaman yang didapat pada masa lalu serta merupakan hasil pengamatan dan penilaian/evaluasi dari pemilik Elsari dalam memilih counter secara selektif, masih tetap harus dilakukan. Untuk daerah-daerah potensial dimana perputaran produk tinggi dapat dibuka cabang baru Elsari dengan keuntungan
:
pembayaran
dilakukan
secara
cash,
konsumen
mendapatkan produk brownies yang masih hangat/baru, penjualan disesuaikan dengan tingkat permintaan sehingga retur tidak ada dan diharapkan wasted product dapat terkontrol. b. Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5). Pada strategi ini Elsari diharapkan lebih meningkatkan promosi dengan mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun pihak swasta. Kesempatan seperti itu dapat dipergunakan untuk memperkenalkan produk-produk baru Elsari. Promosi lainnya misalnya dapat berupa discount harga penjualan kepada konsumen akhir selama periode tertentu, dsb. Hal ini tentunya untuk meningkatkan jumlah penjualan kepada konsumen Elsari dimana terdapat peluang dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor, peningkatan PDRB Kota Bogor yang berarti pula peningkatan penghasilan penduduk Kota Bogor dan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Untuk menggaet lebih banyak pelanggan membutuhkan promosi berupa pengenalan produk. c. Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3). Dengan memiliki SIUP dan telah mempunyai sertifikat dari Dinas Kesehatan akan lebih (relatif) memudahkan di dalam mendapatkan pinjaman dari bank, karena SIUP merupakan salah satu persyaratan dalam mendapatkan pinjaman bank.
135
Adanya program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat membantu industri kecil seperti Elsari karena sebagian jaminan diberikan oleh pemerintah. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan
Elsari
untuk
menambah
modal
kerja
didalam
meningkatkan jumlah produksi. Srategi W-O (Weaknesses – Opportunities) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang adalah : a. Meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari dan SDM yang ada termasuk administrasi dan akuntansi (W1, O1, O4, O5) Lemahnya SDM marketing yang ada akan dapat diminimalisasi dengan meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) atau melalui kursus singkat/seminar yang berkaitan dengan masalah marketing. Untuk mendapatkan kepercayaan dan penilaian yang baik pada saat mengajukan Kredit Usaha Rakyat atau kredit lainnya dari bank dengan nilai kredit yang relatif lebih besar dan kemudahan dalam analisa kredit pembukuan
yang
baik
sangat
diperlukan.
Untuk
menghasilkan
pembukuan yang baik dalam mengelola dana perusahaan maka perlu adanya usaha untuk melakukan peningkatan pengetahuan karyawan yang ada melalui pelatihan/diklat atau kursus, sehingga karyawan tersebut mengerti dan dapat melakukan pembukuan dengan baik. Hal ini dilakukan apabila dana terbatas untuk mempekerjakan seorang karyawan dari jurusan akuntansi (D-III atau S-1) yang berpengalaman. Adanya teknologi informasi dapat dipergunakan untuk tujuan pemasaran dalam wilayah yang lebih luas. Namun untuk hal itu terkendala dengan kemampuan SDM yang rendah, maka hal yang dapat dilakukan adalah mengikutkan karyawan untuk mengikuti diklat/kursus komputer.
136
b. Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). (W2, O1, O4, O5). Untuk meningkatkan daya tahan produk sehingga dapat disimpan lebih lama maka salah satu alternatifnya adalah dibuat dalam bentuk kue kering. Karena sifatnya yang tahan lama tersebut maka kue tersebut dapat disimpan lebih lama dan mempunyai keuntungan berupa waktu jual menjadi lebih lama. Dengan demikian untuk menangkap peluang penjualan kepada wisatawan yang berkunjung atau konsumen lainnya menjadi semakin besar disamping itu dengan adanya brownies kering ini diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat dari tidak terjualnya produk sehingga menjadi kadaluarsa dan terbuang. IK Elsari selalu terpilih oleh Pemerintah Kota Bogor sebagai tujuan kunjungan dari Pemerintah Daerah lain apabila ada studi banding (dimana biasanya membawa pengusaha dari daerahnya) sehingga untuk kesiapan tersedianya
produk
salah
satunya
adalah
dengan
menawarkan/menyediakan produk brownies kering. c. Melakukan Investasi untuk memodernkan/mengganti Peralatan dan Mesin yang ada. (W4, O3) Untuk menambah produksi diperlukan kuantitas peralatan yang lebih banyak dan peralatan yang lebih baik. Disamping itu peralatan yang ada mempunyai umur ekonomis dan membutuhkan penggantian dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengganti dan memperbaharui tentunya memerlukan dana investasi. Sehingga Elsari memanfaatkan kesempatan dari adanya kebijakan pemerintah di dalam membantu pendanaan industri kecil yaitu dengan mengajukan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan menggunakannya sebagai dana investasi sehingga dapat meningkatkan produksi untuk mengisi peluang meningkatnya permintaan pasar. Srategi S-T (Strengths – Threats) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman adalah :
137
a. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1, S8, T1, T2, T6, T7, T8). Pada strategi ini pemilik secara berkala melakukan evalusi terhadap hasil penjualan secara berkala terutama adanya kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan dan masuknya competitor pada wilayah pemasaran Elsari. Dengan riset pemasaran berkala diharapkan dapat diketahui kondisi pasar dan kecenderungan pasar yang sebenarnya sehingga dapat direncanakan strategi pemasaran lebih lanjut. Pihak Elsari juga diharapkan selalu menampung keluhan pelanggan dan melakukan perbandingan dengan hasil riset pemasaran, sehingga dapat diketahui kemungkinan keinginan dari pelanggan. b. Membuat produk-produk baru atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6). Industri kecil Elsari agar tetap melakukan inovasi dengan menghasilkan produk-produk baru dan berusaha meningkatkan kualitas. Hal ini untuk mengurangi ancaman dari competitor sejenis, maupun adanya produk substitusi. Untuk mempertahankan harga sementara adanya kenaikan bahan baku akibat dari kenaikan BBM maka Elsari dapat mengurangi ukuran dengan mempertahankan harga jual. Untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada pelanggan ditengah-tengah adanya competitor maka dapat dilakukan layanan-siapantar, sehingga pelanggan dapat memesan produk yang langsung diantar ke rumah/tujuan . Elsari diharapkan dapat membuat produk baru yang mempunyai ciri khas/keunikan yang membedakan yang tidak dimiliki oleh pesaing Elsari. c. Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam
138
pulang kantor, atau di Mall dan di toko-toko besar (S2, S8, S10, T6, T7). Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dimuka sebagian besar konsumen Elsari adalah pegawai, sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada segmen ini Elsari sebaiknya menyediakan produk pada counter-counter dimana lokasinya dapat terjangkau oleh kelompok pelanggan ini setelah istirahat makan siang, dan pada counter-counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor. Mall dan toko-toko besar biasanya tutup pada jam 9 malam sehingga membuka kesempatan kepada karyawan yang bekerja dapat membeli brownies disaat pulang kerja. Mall dan toko-toko besar sejenisnya cenderung lebih banyak dikunjungi konsumen sehingga kemungkinan terjual menjadi lebih tinggi. Diharapkan pula dengan banyaknya pengunjung perputaran produk menjadi lebih tinggi dan lebih sering terlihat sehingga menjadi lebih dikenal masyarakat. Hal lain yang mungkin didapat adalah berupa citra produk lebih meningkat, misalnya dengan menitipkan produk pada kios roti di dalam mall yang telah mempunyai nama atau bekerjasama membuatkan salah satu bagian produk mereka (sub pekerjaan). Di dalam hal pembayaran, Mall dan toko-toko besar lebih dapat dipercaya sehingga kemungkinan modal dibawa lari (hal tersebut pernah terjadi pada Elsari) atau pembayaran yang macet tidak terjadi. Srategi W-T (Weaknesses – Threats) Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman adalah : a. Fokus pada produk yang mempunyai segmen konsumen terbesar (W4, T6, T7, T8). Pada kondisi yang tidak menguntungkan dimana terdapat kelemahan-kelemahan pada perusahaan dan adanya ancaman dari luar, maka salah satu alternatif strateginya yang dapat diterapkan oleh IK Elsari adalah tetap fokus pada pembuatan dan penjualan brownies yang
139
telah mempunyai segmen konsumen terbesar dibandingkan dengan produk
bakery,
sambil
berusaha
secara
perlahan
memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada. b. Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies (W4, T6, T7, T8). Adanya hambatan pada sederhana dan terbatasnya mesin/peralatan maka yang harus dilakukan adalah menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies. Konsumen
Elsari
berdasarkan
hasil
penyebaran
kuesioner
mayoritas merupakan pegawai (64%) dan 82% konsumen telah mengkonsumsi brownies lebih dari tiga kali, namun yang selalu mengkonsumsi satu sampai tiga kali sebulan berjumlah 32%. Sebanyak 68% konsumen membeli secara tidak menentu. Elsari setidaknya harus mempertahankan jumlah pelanggan yang selalu mengkonsumsi satu sampai tiga kali sebulan berjumlah 32% tersebut dan melakukan promosi lebih kepada 68% pelanggan yang masih membeli secara tidak menentu. Diantara dua kelompok produk Elsari yaitu brownies dan bakery maka sebaiknya Elsari tetap bertahan pada produk brownies, yang merupakan segmen terbesar. c. Memantau perkembangan perekonomian nasional dan isu ekonomipolitik yang berkembang. (W2, T2) dengan terus
melakukan
efisiensi, menekan biaya produksi dan pemborosan; atau melakukan perampingan organisasi bila situasi mendesak namun hanya dilakukan sebagai jalan terakhir (W1, W2, W4, W5, T1, T2, T5). Pemilik Elsari harus sensitif terhadap setiap perubahan yang terjadi di bidang ekonomi, dan cepat dalam bertindak. Oleh karena itu pemilik Elsari harus memantau perkembangan perekonomian nasional dan isu ekonomi-politik yang berkembang. Adanya Pemilu di Tahun 2009 dan kondisi perekonomian global mengharuskan semua pelaku bisnis berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan, begitu pula dengan Elsari. Oleh karena itu Elsari harus
140
meningkatkan frekuensi evaluasi, memonitor hasil penjualan dan cepat bertindak menyelesaikan persoalan lapangan bila ada. Untuk dapat survive dengan kondisi perekonomian yang sedang mengalami krisis, kondisi politik yang relatif kurang stabil akibat dari adanya Pemilu dan adanya ancaman meningkatnya harga BBM maka manajemen Elsari harus melakukan efisiensi, menekan biaya produksi dan pemborosan atau merampingkan organisasi sebagai jalan terakhir (W1,T2) karena tidak sesuai dengan semangat Elsari (Visi dan Misi Perusahaan) untuk mempekerjakan karyawan dengan maksud membantu (visi sosial), mengoptimalkan penggunaan peralatan/mesin yang ada.
5.11
PEMBUATAN KEPUTUSAN STRATEGI Seperti telah dibahas di atas, industri kecil Elsari berdasarkan Matriks
IE berada pada sel V dengan strategi hold and maintain dimana untuk sel tersebut disarankan melakukan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari analisa Matriks SWOT maka diperoleh beberapa strategi yang disarankan. Setelah dilakukan penilaian menggunakan Matriks QSPM (Lampiran 20) maka dipilih 2 strategi yang merupakan peringkat teratas masing-masing kelompok strategi, yaitu : 1. Strategi penetrasi pasar yaitu : Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. 2. Strategi pengembangan produk terdiri dari : Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker').
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian/pengkajian terhadap industri kecil Elsari maka
dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Dari hasil analisa kelayakan bisnis maka usaha brownies dari industri kecil Elsari ini memperlihatkan : a. Pada kondisi saat ini diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 113,236,973,-, IRR sebesar 66.81%, BEP2003 diperoleh setelah dapat menjual sebanyak 1,310 box brownies Elsari dengan nilai sebesar Rp. 22,272,897,- dari awal usaha, Payback Period dicapai setelah 31.69 bulan atau 2.64 tahun (2 tahun 7.7 bulan), dan B/C ratio sebesar 1.45 kali, sehingga semua kriteria memenuhi, sehingga sebenarnya usaha ini layak atau masih menguntungkan. b. Pada kondisi lancar dimana masalah penurunan penjualan dan wasted product dari retur (pengembalian produk) teratasi maka usaha ini menjanjikan dengan nilai NPV sebesar Rp. 267,157,761,- ; IRR sebesar 132.35%, Payback Period dalam waktu 18.4 bulan atau 1 tahun 6.4 bulan, dan B/C ratio sebesar 2.21 kali, sehingga pada kondisi ini dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak atau menguntungkan. c. Penurunan penjualan lebih sensitif pengaruhnya dibandingkan kenaikan harga bahan baku terhadap nilai kriteria investasi. Kombinasi keduanya untuk penurunan penjualan
dan kenaikan bahan baku
membuat
penurunan nilai kriteria investasi cukup signifikan. 2. Berdasarkan analisa matriks SWOT dan matriks QSPM maka strategi pengembangan usaha yang disarankan adalah : a. Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih
142
dan di daerah wisata di luar Bogor dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. a. Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). 6.2 SARAN Beberapa saran bagi industri kecil Elsari dari hasil penelitian ini adalah : 1. Diharapkan IK Elsari dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk pengembangan usahanya. 2. Industri kecil Elsari diharapkan dapat melakukan riset pasar sendiri dengan membuat kuesioner standar yang dilakukan secara berkala atau kuesioner untuk tujuan tertentu, yang dikemas dalam bentuk promosi. 3. IK Elsari agar tetap menampung keluhan-keluhan pelanggan seperti yang telah dilakukan sekarang ini dengan membuatkan/menyediakan lembaran keluhan counter/pelanggan di counter-counter penjualan Elsari 4. Industri kecil Elsari diharapkan melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan dan berusaha menekan wasted product. 5. Hasil survey memperlihatkan hal-hal yang sebaiknya mendapat perhatian dari manajemen IK Elsari adalah mengenai: (a) harga produk, (b) kelezatan produk dibanding produk sejenis lain agar lebih ditingkatkan (c) ukuran brownies, (d) peningkatan promosi, (e) lebih mengenalkan Merk pada khalayak, (f) menciptakan lebih banyak keragaman dan variasi produk, serta (g) meningkatkan kepuasan pelanggan dalam membeli produk 6. Penelitian ini awalnya hanya untuk mendapatkan tanggapan umum dari para pelanggan Elsari sehingga tidak disiapkan kuesioner untuk tingkat kepentingan konsumen. Namun untuk mendapatkan gambaran secara utuh mengenai analisa kepuasan pelangggan maka pada penelitian selanjutnya perlu diketahui pula ‘tingkat kepentingan menurut konsumen’ tersebut sehingga didapat matriks IPA seperti dalam Umar (2003).
1
DAFTAR PUSTAKA Agung IGN. 2005. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.Jakarta : Raja Grafindo Persada. [Bapeda Kota Bogor] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, [BPS Kota Bogor] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2008a. Data Survey Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor. Bogor : Bapeda Kota Bogor. [Bapeda Kota Bogor] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, [BPS Kota Bogor] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2008b. Index Pembangunan Manusia Kota Bogor. Bogor : Bapeda Kota Bogor. [Bapeda Kota Bogor] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, [BPS Kota Bogor] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2008c. Produk Domestik Regional Bruto 2003-2007. Bogor : Bapeda Kota Bogor. David FR. 2005. Strategic Management : Concepts and Cases. Ed ke-10. New Jersey: Pearson Education. DAY. 4 Maret 2008. Harga komoditas mendorong inflasi, masyarakat miskin paling terpukul. Kompas : 17 (kolom 3-5) DeGarmo EP, Sullivan WG, Bontadelli JA, Wicks EM. 1997. Engineering Economy. Ed ke-10. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Djohanputro B. 2008. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta : PPM Manajemen. Dtc. 10 Maret 2007. Pemerintah siapkan Rp.1,4 triliun. Sriwijaya Post: 10 (kolom 1-2) FAJ. 8 Februari 2008. Penurunan suku bunga tetap berlanjut. Kompas : 19 (kolom 1-2). FAJ. 24 Maret 2008. Kredit usaha rakyat tumbuh pesat. Kompas :19 (kolom 1-2). FAJ/OSA. 21 Januari 2008. Suku bunga kredit bisa turun drastis. Kompas : 19 (kolom 5-7). FAJ/OSA. 2 Maret 2008. Kredit usaha, plafon kredit perlu dikurangi demi jangkau usaha mikro. Kompas : 19 (kolom 1-2) FAJ/UTI/INU. 3 Februari 2009. Deflasi 0,07 persen, masyarakat mulai mengerem konsumsi. Kompas : 18 (kolom 3-6). Firmansyah, Wie TK, Thoha M, Zarida, Sarana J. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta : P2E-LIPI.
2
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : UI-Pr – Johns Hopkins. HAN/OSA. 11 Februari 2009. Harga terigu melambung, akibat cuaca buruk distribusi terganggu. Kompas: 18 (kolom 3-7) Hermawan L. 2008. Keluar dari Krisis Global. Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu. Hubeis M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen industri. Bogor : IPB. Indopov. 2006. Revitalisasi Ekonomi Pedesaan : Penilaian Iklim Investasi Pedesaan yang Dihadapi Perusahaan Non-petani di Tingkat Kabupaten. Jakarta : Kantor Perwakilan Bank Dunia Jakarta. Jauch LR, Glueck WF. Murad, Sitanggang ARF, penerjemah; Drama A, editor.1988. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Ed ke-3. Jakarta : Erlangga. Kotler P. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Volume ke-1.Ed ke-7. Jakarta : LP FE-UI. Lawrence R.J. dan William F. Glueck, 1988. Longenecker JG, Moore CW, Petty JW. 2001. Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta : Salemba Emban Patria. Martianto A. 2004. Kajian Strategi Pemasaran pada PD Morda Jaya. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB. Mead DC, Ledholm C. 1998. The dynamics of micro and small enterprises in developing countries. World Development 26. OIN/INU/DOT. 13 Januari 2009. Harga BBM, belajar dari gerakan harga minyak. Kompas: 1 (kolom 3-5) OIN. 12 Februari 2009. KUR jadi Rp. 34 triliun, kucuran dana langsung ditolak oposisi. Kompas: 17 (kolom 3-7) [Pemerintah Kota Bogor]. 2007. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Bogor : Pemkot Bogor. Rahardja P. 2008. Teori Ekonomi Makro. Jakarta : FE-UI. Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Rizki M. 2007. Kajian Manajemen Kualitas Perspektif Six Sigma pada Perusahaan Elsari Brownies & Bakery Bogor. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB.
3
Saaty TL. 1988. Decisión Making for Leaders: The Analitycal Hierarchy Process for Decision in Complex World. Pittsburgh: RWS Publication. Sadewa PY. 7 April 2008. Analisis danareksa : suku bunga tidak harus naik. Kompas: 21 (kolom 1-7) Sadewa PY. 9 Februari 2009. Analisis danareksa : jangan hanya terpaku pada inflasi. Kompas: 19 (kolom 1-7) Schlesselman JJ. 1982. Case Contol Studies Design, Conduct, Analysis. Oxford University Pr. Siregar AB. 1988. Manajemen. Bandung : ITB. Soechan L. 2006. Seri Usaha Boga : Brownies Kukus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sukarman W. 2007. Modul Kuliah (MAN 542) Pengelolaan Industri : Peran Industri Perbankan dalam Mendukung Sektor UMKM di Indonesia. Bogor: Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana IPB. Surakhmad W. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metoda, Teknik. Bandung: Tarsito. Tika MP. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta : Bumi Aksara Thoha M. 2000. Dinamika Usaha Kecil dan Rumah Tangga. Jakarta : PEP-LIPI. Umar H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Revisi Ed ke-3. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Umar H. 2008. Strategic Management in Action: Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Strategic Business Unit Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David dan Wheelen-Hunge Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
147
Lampiran 1 : Kuesioner untuk Konsumen brownies Elsari Formulir isian ini diperuntukkan untuk keperluan penyusunan Thesis. Partisipasi Bapak /Ibu sangat kami harapkan. Atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi formulir ini kami ucapkan banyak terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN Nama : ……………………………………*)
*) = Boleh tidak diisi bila keberatan
Alamat : …………………………………..*) Usia
: …………… tahun
Petunjuk : Lingkari salah satu A. DATA UMUM 1. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
b. Menikah
c. Duda/Janda
2 . Status Pernikahan : a. Belum menikah 3 . Pendidikan terakhir a. SD
d. Diploma/Akademi
b. SLTP
e. Sarjana
c. SLTA
f. Pasca sarjana
4 . Pekerjaan a. Pelajar / Mahasiswa
e. Pensiunan
b. Pegawai Negeri
f. Ibu Rumah Tangga
c. Pegawai Swasta
g. Lainnya
: ..........................
d. Berwiraswasta/wirausaha 5 . Berapa pengeluaran rata-rata Anda dalam sebulan (di luar cicilan rumah dan mobil) ? a. < Rp. 500.0000
d. Rp. 1.500.001 - Rp. 2.000.000
b. Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
e. > Rp. 2.000.000
c. Rp. 1.000.001 - Rp. 1.500.000 6 . Berapa pendapatan Anda dalam sebulan a. < Rp. 1.000.000
d. Rp. 3.000.001 — Rp. 4.000.000
b. Rp. 1.000.000 — Rp. 2.000.000
e. Rp. 4.000.000 — Rp. 5.000.000
c. Rp. 2.000.001 — Rp.3.000.000
f. > Rp. 5.000.000
148
B. BROWNIES ELSARI Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada tanda kurung yang disediakan sesuai piIihan Anda. Bagaimana menurut anda mengenai brownies Elsari ? 1.
Harga Produk brownies Elsari ( ) Sangat Mahal
2.
( ) Tidak Lezat
( ) Lezat
( ) Cukup Lezat
( ) Kurang Lezat
( ) Tidak Lezat
( ) harum
( ) Cukup harum
( ) Kurang harum
( ) Tidak harum
( ) Cukup baik
( ) Kurang baik
( ) Tidak baik
( ) Cukup praktis & menarik
( ) Kurang praktis & menarik
( ) Tidak praktis & menarik
( ) sama besar
( ) sedikit lebih kecil
( ) Lebih kecil
( ) Cukup penting
( ) Kurang penting
( ) Tidak penting
( ) Sedang / ( ) Jarang Biasa saja
( ) Tidak pernah
( ) baik
( ) praktis & menarik
( )
sedikit lebih Besar
Label Halal pada brownies Elsari ( )
9.
( ) Kurang Lezat
Ukuran brownies Elsari dari brownies lain ( ) Lebih besar
8.
( ) Cukup Lezat
Kemasan brownies Elsari ( ) Sangat praktis & menarik
7.
( ) Lezat
Daya Tahan Produk brownies Elsari ( ) Sangat baik
6.
( ) Sangat Murah
Aroma brownies Elsari ( ) Sangat harum
5.
( ) Murah
Kelezatan produk brownies Elsari dibandingkan produk lain yang anda ketahui ( ) Sangat Lezat
4.
( ) Cukup Murah
Citarasa Kelezatan brownies Elsari ( ) Sangat Lezat
3.
( ) Mahal
Sangat penting / yang pertama diperhatikan
( ) penting
Promosi brownies Elsari ( ) Sangat Sering
( ) sering
149
10. Merk brownies Elsari ( ) Sangat dikenal
11.
) Sangat Beragam
( ) Beragam ( ) Cukup Beragam
( ) Puas
( ) Cukup Puas
( ) Kurang Beragam
( ) Tidak Beragam
( ) Kurang Puas
( ) Tidak Puas
Kemudahan untuk memperoleh produk brownies Elsari ( ) Sangat Mudah ( ) Mudah
14.
( ) Tidak Dikenal/ Baru tahu
Kepuasan membeli produk brownies Elsari ( ) Sangat Puas
13.
( ) Cukup Dikenal ( ) Kurang Dikenal
Keragaman dan Variasi Produk brownies Elsari (
12.
( ) Dikenal
( ) Cukup Mudah
( ) Kurang Mudah
( ) Tidak Mudah
( ) Kurang Ramah / Sopan
( ) Tidak Ramah / Sopan
Keramahan dan kesopanan karyawan Elsari ( )
Sangat Ramah / Sopan
( ) Ramah / ( ) Sopan
Cukup Ramah / Sopan
15. Urutkan faktor- faktor berikut ini, yang merupakan faktor pertama yang anda lihat atau anda pertimbangkan pada saat memilih/membeli brownies Elsari dengan cara memberi nomor urut 1 sd 10 pada kolom ”urutan ke-”. Nomor urut /urutan ke - 1 merupakan urutan paling penting .
No.
Faktor
Urutan ke-
1
Harga
.............
2
Kelezatan
.............
3
Aroma
.............
4
Ukuran brownies
.............
5
Kemasan
.............
6
Label Halal
.............
7
Kandungan Gizi
.............
8
Sedang ada Promosi
.............
9
Lainnya : …………
.............
10
Lainnya : …………
.............
150
16. Berapa kali anda pernah membeli brownies Elsari? a. 1 kali / pertama kali
b. 2 (dua) kali
c.Lebih dari dua kali
17. Berapa kali dalam sebulan anda membeli brownies Elsari? a. 1 kali
b. 2 kali
c. Lebih dari 2 kali
d. Tidak menentu
18. Dari mana Anda mendapatkan informasi brownies pertama kali? a. Saudara/kerabat keluarga
b. Teman
c. Marketing Elsari
d. Coba-coba /Mencoba membeli secara tidak sengaja 19. Dimana anda p aling sering membeli Elsari? U
U
a. Di counter/toko (Roti Venus, Gepuk Karuhun, RM Palem, TK. Buah Fortune, dll.) b. Di industri Elsari Jl. Pondok Rumput c. Melalui teman kantor, saudara d. Lainnya : …………………………………….. 20. Menurut Anda produk brownies mana yang merupakan saingan terdekat Elsari? a. Brownies Kartika Sari
b. Brownies Amanda
c. Tidak ada saingan
d. Brownies ..............
21. Kelebihan saingan Elsari menurut Anda adalah : ........................................... .................................................................................................................... 22. Saran Anda terhadap produk Elsari (bila ada)? : …………...........……………….........................................................………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………
☺ Terima kasih atas kesediaan Anda
Lampiran 2 Tanggapan Responden atas Kinerja Brownies Elsari No. (1)
Kriteria
SKOR
JUMLAH RESPONDEN
(2)
(3)
(orang) (4)
5 4 3 2 1
0 7 37 6 0
0 28 111 12 0
5 4 3 2 1
2 22 25 1 0
10 88 75 2 0
5 4 3 2 1
2 16 31 1 0
10 64 93 2 0
5 4 3 2 1
2 28 19 1 0
10 112 57 2 0
5 4 3 2 1
3 27 18 2 0
15 108 54 4 0
5 4 3 2 1
3 28 18 1 0
15 112 54 2 0
5 4 3 2 1
1 6 37 6 0
5 24 111 12 0
TINGKAT KINERJA
RATA-RATA
(5)=(3) x (4)
(6)= ∑(5)/∑(4)
BROWNIES ELSARI
A.
1 Harga Produk brownies Elsari Sangat Mahal Mahal Cukup Murah Murah Sangat Murah 2 Citarasa Kelezatan brownies Elsari Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat 3 Kelezatan produk dibanding produk lain
4
5
6
7
Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat Aroma Sangat harum Harum Cukup harum Kurang harum Tidak harum Daya Tahan Produk Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik Kemasan Sangat praktis & menarik Praktis & menarik Cukup praktis & menarik Kurang praktis & menarik Tidak praktis & menarik Ukuran dari brownies lain Lebih besar sedikit lebih Besar sama besar sedikit lebih kecil Lebih kecil
3.02
3.5
3.38
3.62
3.62
3.66
3.04
No. (1)
JUMLAH RESPONDEN
TINGKAT KINERJA
RATA-RATA
(4)
(5)=(3) x (4)
(6)= ∑(5)/∑(4)
5 4 3 2 1
28 12 9 0 1
140 48 27 0 1
5 4 3 2 1
4 12 22 7 5
20 48 66 14 5
5 4 3 2 1
3 17 24 5 1
15 68 72 10 1
5 4 3 2 1
3 16 24 7 0
15 64 72 14 0
5 4 3 2 1
1 18 30 0 1
5 72 90 0 1
5 4 3 2 1
9 22 19 0 0
45 88 57 0 0
5 4 3 2 1
8 20 22 0 0
40 80 66 0 0
Kriteria
SKOR
(2)
(3)
(orang)
8 Label Halal Sangat penting / yang pertama diperhatikan
9
10
11
12
13
Penting Cukup penting Kurang penting Tidak penting Promosi Sangat Sering Sering Sedang / Biasa saja Jarang Tidak pernah Merk Sangat dikenal Dikenal Cukup Dikenal Kurang Dikenal Tidak Dikenal/ Baru tahu Keragaman dan Variasi Produk Sangat Beragam Beragam Cukup Beragam Kurang Beragam Tidak Beragam Kepuasan membeli produk Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Kemudahan untuk memperoleh produk
Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Kurang Mudah Tidak Mudah 14 Keramahan dan kesopanan Sangat Ramah / Sopan Ramah / Sopan Cukup Ramah / Sopan Kurang Ramah / Sopan Tidak Ramah / Sopan
RATA-RATA Keterangan : = di bawah rata-rata
4.32
3.06
3.32
3.3
3.36
3.8
3.72
3.48
154
Lampiran 3. Bahan Wawancara dengan Pemilik Elsari A. Keuangan 1. Pada saat akan memulai usaha berapa modal awal usaha yang Bapak punya? 2. Di dalam perjalanan usaha apakah perusahaan Bapak pernah mengalami kesulitan keuangan? Bagaimana Bapak mengatasinya? 3. Apakah perusahaan pernah melakukan pinjaman dari Bank? Berapa kali Bapak mengajukan pinjaman dan berapa besar jumlah kredit yang diajukan? 4. Apakah Bapak mengalami kesulitan pada saat pertama kali mengajukan kredit ke Bank? 5. Apakah ada pinjaman lain selain pinjaman dari Bank? 6. Berapa omzet perusahaan per bulan? 7. Apakah setiap transaksi telah tercatat dengan baik? 8. Apakah perusahaan telah membuat laporan keuangan? B. Manajemen 1. Apa Visi, Misi dan Tujuan perusahaan? 2. Apakah industri kecil Elsari telah menerapkan konsep manajemen strategis? 3. Bagaimana bentuk struktur organisasi perusahaan? 4. Apakah struktur organisasi yang ada mencukupi? 5. Apakah wewenang telah terdelegasikan dengan baik? 6. Berapa jumlah pegawai perusahaan di waktu mulai usaha dan berapa jumlahnya sekarang? 7. Apa yang Bapak lakukan agar moral pegawai baik? 8. Apakah telah dibuat job description untuk tiap Bagian? 9. Apakah sistem pengawasan telah berjalan dengan baik dan apakah terdapat sistem penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi? C. Pemasaran / Marketing 1. Segmen pasar mana yang merupakan sasaran Elsari? 2. Bagaimana strategi pemasaran Elsari? 3. Bagaimana menurut Bapak posisi perusahaan Elsari diantara saingan yang ada? 4. Apakah Elsari telah atau selalu melakukan penelitian pasar? Dan bagaimana cara memperkirakan jumlah penjualan setiap bulannya? 5. Ke daerah mana saja penjualan brownies Elsari? 6. Bagaimana cara Elsari memperkenalkan produk? Apa saja promosi yang telah dilakukan? 7. Apakah Elsari dipasarkan sendiri ataukah melalui distributor/counter? 8. Apakah tenaga pemasaran telah mendapat training atau diklat mengenai marketing? Apakah tenaga pemasar tersebut telah berpengalaman di bidang marketing sebelumnya?
155
9. Menurut pandangan Bapak, apakah telah sesuai antara kualitas dengan harga brownies Elsari yang dibebankan kepada pelanggan? Berapa harga tiap jenis produk brownies Elsari? Apakah ada perbedaan harga yang diberikan kepada konsumen akhir dan kepada distributor/perantara? D. Sistem Informasi Manajemen 1. Apakah Sistem Informasi Manajemen telah berjalan di Elsari? Bila sudah, apakah selalu dilakukan pemutahiran secara teratur dan apakah sistem informasi manajemen tersebut telah dilengkapi password untuk keamanan? 2. Apakah ada Bagian Sistem Informasi Manajemen tersendiri di Elsari? 3. Sudah sejauh mana penggunaan komputer di industri kecil Elsari? 4. Apakah pernah dilakukan diklat/pelatihan tentang komputer untuk karyawan Elsari? 5. Apakah data penjualan telah dimasukkan ke dalam komputer? E. Produksi dan Operasional 1. Dari mana Bapak mendapatkan bahan baku? 2. Apa saja peralatan dan mesin yang diperlukan untuk produksi brownies Elsari saat awal memulai usaha dan kondisi sekarang ? 3. Apakah peralatan dan mesin tersebut masih dalam kondisi yang baik? 4. Apakah peralatan yang ada sekarang masih dirasa perlu diganti dengan yang berteknologi lebih baik? 5. Bagaimana quality control di Elsari? 6. Apakah lokasi industri kecil Elsari dirasa cukup strategis? F. Research and Development 1. Apakah Elsari mempunyai Bagian R&D tersendiri? 2. Berapa jumlah karyawan R&D dan apakah memenuhi persyaratan? Apa yang telah dilakukan oleh Bagian R&D? 3. Bila belum ada Bagian R&D, siapa yang melakukan tugas Bagian R&D?
Lampiran 4
19 Januari 2010
Analisis Titik Pulang Pokok (Break Even Point) Industri Kecil Elsari Tahun No. I II
III
Keterangan Penjualan Jumlah Penjualan per Tahun Biaya Variabel 1. Biaya Pemakaian Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Kemasan 4. Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi 6. Biaya Overhead Variabel Total Biaya Variabel Biaya Tetap 1. Biaya Overhead Tetap 2. Biaya Administrasi 3. Biaya Penyusutan 4. Biaya Bunga Pinjaman Total Biaya Tetap
Keterangan
Unit
1 2003
Rp.
30,600,000 1,800.00
448,862,200 28,409.00
899,665,400 50,543.00
1,236,452,700 60,909.00
1,463,861,280 67,149.60
1,546,753,600 70,952.00
Lampiran 12 Lampiran 12
Rp. Rp. Rp.
10,213,875 1,800,000 1,080,000
170,063,376 24,000,000 18,465,850
322,938,181 120,000,000 40,434,400
456,075,172 180,000,000 51,772,650
536,420,383 264,000,000 60,434,640
603,291,553 288,000,000 67,404,400
Lampiran 10a Lampiran 10b Lampiran 10c
Rp.
1,800,000
6,200,000
10,800,000
12,600,000
12,000,000
18,500,000
Lampiran 19
Rp. Rp.
1,760,000 16,653,875
27,500,000 246,229,226
34,400,000 528,572,581
40,660,000 741,107,822
50,520,000 923,375,023
65,850,000 1,043,045,953
Lampiran 11
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
5,960,000 306,000 285,000 3,600,000 10,151,000
83,664,000 20,199,000 2,645,000 20,800,000 127,308,000
152,700,000 40,485,000 8,575,000 1,000,000 202,760,000
188,188,000 55,640,000 13,395,000 3,000,000 260,223,000
196,120,000 65,874,000 13,445,000 8,268,000 283,707,000
187,330,000 69,604,000 13,725,000 19,066,080 289,725,080
Lampiran 11 Lampiran 13 Lampiran 14a Lampiran 15
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
IV
Break Even Point Dalam Kuantitas
Box
1,310
20,103
30,993
35,489
39,137
45,993
V
Harga Brownies Elsari Per Box
Rp.
17,000
15,000
17,000
19,500
21,000
21,000
VI
Break Even Point Dalam Rupiah
Rp.
22,272,897
301,548,936
526,881,118
692,031,480
821,886,838
965,861,660
VII
Prosentase Terhadap Penjualan
72.79
67.18
58.56
55.97
56.15
62.44
%
Lampiran 12
Lampiran 5
Proyeksi Arus Kas 2003-2008 Industri Kecil Elsari Dalam Rupiah Tahun Keterangan
No. I
ARUS PENERIMAAN KAS OPERASIONAL Penerimaan Penjualan TOTAL PENERIMAAN KAS OPERASIONAL
ARUS PENGELUARAN KAS OPERASIONAL Biaya Langsung Biaya Pembelian Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Kemasan Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi Biaya spoiled goods ( produk rusak) Total Biaya Langsung B. Biaya Pabrikasi 1 Overhead 2 Biaya Administrasi Total Biaya Pabrikasi TOTAL ARUS PENGELUARAN KAS OPERASIONAL
0
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
Total Tahun 0-6
6 2008
Keterangan
30,600,000 30,600,000
418,862,200 418,862,200
854,665,400 854,665,400
1,186,452,700 1,186,452,700
1,423,861,280 1,423,861,280
1,516,753,600 1,516,753,600
5,431,195,180 5,431,195,180
Lampiran 12
0
170,063,376 24,000,000 18,465,850 6,200,000 6,732,515 225,461,741
322,938,181 120,000,000 40,434,400 10,800,000 13,903,522 508,076,103
456,075,172 180,000,000 51,772,650 12,600,000 18,965,221 719,413,042
536,420,383 264,000,000 60,434,640 12,000,000 22,846,837 895,701,860
603,291,553 288,000,000 67,404,400 18,500,000 25,109,713 1,002,305,666
2,099,002,539 877,800,000 239,591,940 61,900,000 88,019,316 3,366,313,795
Lampiran 10a Lampiran 10b Lampiran 10c Lampiran 19 Lampiran 12b
0
10,213,875 1,800,000 1,080,000 1,800,000 461,508 15,355,383
111,164,000 20,199,000 131,363,000 356,824,741.07
187,100,000 40,485,000 227,585,000 735,661,102.68
228,848,000 55,640,000 284,488,000 1,003,901,042.41
246,640,000 253,180,000 65,874,000 69,604,000 312,514,000 322,784,000 1,208,215,859.95 1,325,089,665.82
1,034,652,000 252,108,000 1,286,760,000 4,653,073,795
Lampiran 11 Lampiran 13
0.00
7,720,000 306,000 8,026,000 23,381,382.65
2,950,000 4,900,000 24,500,000 32,350,000
4,350,000 1,800,000 97,500,000 103,650,000
800,000 0 129,500,000 130,300,000
3,900,000 3,500,000 12,500,000 19,900,000
16,600,000 3,500,000 0 20,100,000
29,150,000 14,800,000 264,000,000 306,300,000
Lampiran 19 Lampiran 19 Lampiran 19
1,650,000
0 0
333,362 20,800,000 21,133,361.73
508,348 1,000,000 1,508,348.29
5,658,410 3,000,000 8,658,409.80
13,372,132 8,268,000 21,640,132.48
16,007,055 19,066,080 35,073,135.30
35,879,308 55,734,080 91,613,388
Lampiran 16 Lampiran 15
0.00
3,600,000 3,600,000.00
0.00 30,000,000.00 50,000,000.00 80,000,000.00
10,000,000.00 0.00 0.00 10,000,000.00
30,000,000.00 0.00 0.00 30,000,000.00
32,500,000.00 0.00 0.00 32,500,000.00
32,500,000.00 0.00 0.00 32,500,000.00
105,000,000 40,000,000 50,000,000 195,000,000
Lampiran 15 Lampiran 15 Lampiran 15
0.00
0.00 10,000,000.00 0.00 10,000,000.00
1,650,000.0
13,600,000.0
133,483,361.7
115,158,348.3
168,958,409.8
74,040,132.5
87,673,135.3
592,913,388
0.00 40,000,000.00
0.00
10,000,000.00
30,000,000.00
65,000,000.00
80,000,000.00
185,000,000 40,000,000 40,000,000 3,000,000
Lampiran 15 Lampiran 15 Lampiran 15 Lampiran 15 Lampiran 19b Lampiran 19b Lampiran 19b
II. A.
1 2 3 4 5
III A. 1 2 3 B. 1 2 C. 1 2 3
IV 1 2 3 4 5
ARUS PENGELUARAN KAS NON OPERASIONAL Investasi Mesin & Peralatan Pembelian Perlengkapan Kantor Kendaraan Total Investasi Lain-lain Pajak Bunga pinjaman Total Lain-lain Cicilan Pinjaman Pinjaman Bank BRI Pinjaman Perorangan Pinjaman dana dari Saudara Total Cicilan Pinjaman TOTAL ARUS PENGELUARAN KAS NON OPERASIONAL
550,000 1,100,000
ARUS PENERIMAAN KAS NON OPERASIONAL Pinjaman Bank BRI Pinjaman Perorangan Pinjaman dana dari Saudara Dana Pribadi Nilai Penjualan Aset : a. Mesin dan Peralatan Pabrik b. Perlengkapan Kantor b. Kendaraan
3,000,000.00
TOTAL ARUS KAS MASUK-NON OPERASIONAL
3,000,000.00
40,000,000.00
0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00
0.00 350,000.00 11,040,000.00
0.00 1,500,000.00 0.00
0.00 0.00 10,500,000.00
0.00 0.00 0.00
0 1,850,000 21,540,000
40,000,000.00
40,000,000.00
21,390,000.00
31,500,000.00
75,500,000.00
80,000,000.00
288,390,000
V.
ARUS KAS BERSIH OPERASIONAL
0.00
7,218,617.35
62,037,458.93
119,004,297.32
182,551,657.59
VI
ARUS KAS BERSIH NON OPERASIONAL
1,350,000.00
26,400,000.00
(93,483,361.73)
(93,768,348.29)
(137,458,409.80)
VII
AKUMULASI ARUS KAS BERSIH
1,350,000.00
34,968,617.35
3,522,714.54
28,758,663.57
73,851,911.36
215,645,420.05 1,459,867.52 290,957,198.93
191,663,934.18 (7,673,135.30) 183,990,798.89
778,121,385.42 (304,523,387.60) 616,049,904.64
Lampiran 6
Proyeksi Nilai Tunai Bersih Sekarang (NPV) & Tingkat Pengembalian Internal (IRR) INDUSTRI KECIL ELSARI Tahun No. I 1 2 3 4 II 1 2 3 III A. 1 2 3 B. IV V
Keterangan
Tahun 0
Arus Kas Awal Pinjaman Bank BRI Pinjaman Perorangan Pinjaman dana dari Saudara Dana Pribadi Total Arus Kas Awal Arus Kas Operasional Laba Bersih Setelah Pajak Penyusutan Bunga Pinjaman x (1-Pajak) Total Arus Kas Operasional Arus Kas Akhir Nilai Sisa Aktiva Mesin & Peralatan Perlengkapan Kantor Kendaraan Total Nilai Sisa Aktiva Pengembalian Modal Kerja Total Arus Kas Akhir Total Arus Kas Nilai Total Arus Kas (PV=CFxDF)
k = DF =
2 2004
0 (40,000,000)
3 2005 0
4 2006
5 2007
Keterangan
6 2008
(10,000,000)
(30,000,000)
(65,000,000)
(80,000,000)
Lampiran 15 Lampiran 15 Lampiran 15 Lampiran 15
(40,000,000) (3,000,000) (3,000,000)
0.00
(40,000,000)
(40,000,000)
(10,000,000)
(30,000,000)
(65,000,000)
(80,000,000)
3,000,256 285,000 3,600,000 6,885,256
4,575,135 2,645,000 16,640,000 23,860,135
35,397,656 8,575,000 1,000,000 44,972,656
57,868,309 13,395,000 3,000,000 74,263,309
64,016,462 13,445,000 6,614,400 84,075,862
54,007,347 13,725,000 15,252,864 82,985,211
Lampiran 17 Lampiran 14a Lampiran 7
Lampiran 19b Lampiran 19b Lampiran 19b
0 0 0 0
0 0 0 0
0 350,000 11,040,000 11,390,000
0 1,500,000 0 1,500,000
0 0 10,500,000 10,500,000
0 (3,000,000)
0 (33,114,744)
0 (16,139,865)
11,390,000 46,362,656
1,500,000 45,763,309
10,500,000 29,575,862
9,080,000 7,350,000 207,360,000 223,790,000 -1,350,000 222,440,000 225,425,211
(3,000,000)
(27,595,620)
(12,889,476)
30,854,777
25,379,922
13,668,757
86,818,614
1
0.83333
0.69444
0.57870
0.48225
0.40188
0.33490
0.59880 -19,829,188 -109,101
0.35856 -5,787,180
0.21471 9,954,487
0.12857 5,883,714
0.07699 2,276,958
0.04610 10,392,108
0.60241 -19,948,641 476,295 1% -585,396
0.36290 -5,857,115
0.21861 10,135,473
0.13169 6,026,776
0.07933 2,346,373
0.04779 10,773,429
Lampiran 5
20 %
NPV = Io + PV Cash Flow =
Rp. k1 = DF=
k2 = DF=
Selisih :
IRR
1 2003
(Internal Rate of Return)
=
113,236,973 67 % 1 -3,000,000 NPV 1 = 66 % 1 -3,000,000 NPV 2= ∆ k= ∆ NPV = 67 %
=
66.81363 %
-
1%
*
(
109100.6735
/
585396.055
)
Lampiran 7
Perhitungan Bunga Bank Setelah Dikurangi Pajak Tahun No.
1 2
Keterangan
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Bunga Pinjaman Pajak Psl 4(2): - dibawah Rp. 7.5 jt (0 %) - Rp.7.5 jt atau lebih (20 % Final)
3,600,000
20,800,000
1,000,000
3,000,000
8,268,000
0 0
0 4,160,000
0 0
0 0
0 1,653,600
0 3,813,216
Bunga Pinjaman - Pajak
3,600,000
16,640,000
1,000,000
3,000,000
6,614,400
15,252,864
Keterangan
19,066,080 Lampiran 15
Lampiran 8
Metode Payback Period & Discounted Payback INDUSTRI KECIL ELSARI No.
I
Keterangan
Metoda Payback Period Pengeluaran Modal Arus Kas Operasional Akumulasi Arus Kas Operasional Selisih (Akumulasi Arus Kas Op.Pengeluaran Modal) 5 Selisih Dalam 1 th (Bulan x 12) 6 Payback Period 1 2 3 4
II
Metode Discounted Payback Discounted (1 + 20%) PV Arus Kas Operasional Akumulasi Arus Kas Operasional Selisih (Akumulasi Arus Kas Op.Pengeluaran Modal) 5 Selisih Dalam 1 th (Bulan x 12) 6 Discounted Payback 1 2 3 4
0
3,000,000
1
1
2
2003
2004
40,000,000 6,885,256 6,885,256
40,000,000 23,860,135 30,745,390
(36,114,744)
(52,254,610)
0.83333 5,737,713 5,737,713
0.69444 19,054,969 24,792,682
(30,595,620)
(39,318,429)
Tahun 3 2005 10,000,000 44,972,656 75,718,046
4
5
6
2006
2007
2008
30,000,000 74,263,309 149,981,355
65,000,000 84,075,862 234,057,217
80,000,000 82,985,211 317,042,428
26,981,355 0.61
46,057,217
49,042,428
0.57870 29,929,719 54,722,400
0.48225 41,185,767 95,908,167
0.40188 38,856,434 134,764,601
0.33490 31,960,316 166,724,917
(15,175,748) 0.57 2.82 33.8
11,542,426 0.43
24,276,818
29,445,296
(17,281,954) 0.39 2.64 thn 31.7 bln
Keterangan
Lampiran 6 Lampiran 6
(I.2) x (II.1)
Lampiran 9
Metode Profitability Index atau Benefit Cost Ratio INDUSTRI KECIL ELSARI Tahun No.
I.
Keterangan
Metode Profitability Index 1. Investasi 2. PV Investasi 3. Total PV Investasi 4. Arus Kas (Operasional+ Akhir) 5. Discounted (1+20%) 6. PV Arus Kas (Operasional+ Akhir) 7. Total PV Arus Kas Operasional 8. B/C Ratio atau PI
0
3,000,000
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Keterangan
40,000,000 33,333,333
40,000,000 31,944,444
10,000,000 6,655,093
30,000,000 16,637,731
65,000,000 30,040,349
80,000,000 30,810,614
Lampiran 6
6,885,256 0.83333 5,737,713
23,860,135 0.69444 19,054,969
56,362,656 0.57870 37,509,869
1,500,000 0.48225 831,887
84,763,309 0.40188 39,174,144
306,515,862 0.33490 118,049,273
Lampiran 6
152,421,564 1 220,357,855 1.45
Lampiran 10a
Perhitungan Biaya Bahan Baku Industri Kecil Elsari
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Bahan Baku Tepung terigu Coklat Gula Telur Minyak Tropikal Bahan Pengembang / Soda Garam Vanili
2003 63,000 1,890,000 63,000 4,087,125 3,768,750 150,750 2,250 189,000
2004 1,278,405 31,338,678 1,420,450 67,755,465 62,588,578 2,503,543 35,511 3,142,746
Biaya Bahan Baku per Tahun : (Rp.) 2005 2006 3,285,295 5,024,993 59,388,025 83,749,875 2,843,044 3,730,676 128,221,273 180,899,730 118,460,156 167,499,750 4,738,406 6,699,990 63,179 95,170 5,938,803 8,374,988
2007 5,707,716 98,416,133 4,532,598 212,654,390 197,251,950 7,890,078 104,921 9,862,598
2008 6,208,300 110,862,500 4,966,640 239,463,000 221,725,000 8,869,000 110,863 11,086,250
JUMLAH BIAYA
10,213,875
170,063,376
322,938,181
456,075,172
536,420,383
603,291,553
Jumlah Produksi (box)
1,800
28,409
50,543
60,909
67,150
70,952
5674
5986
6389
7488
7988
8503
BIAYA BAHAN BAKU PER BOX (Rp. / box)
Lampiran 10b
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Industri Kecil Elsari Tahun No. I
Keterangan
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1 Jumlah Tenaga Kerja 2 Total Gaji Tenaga Kerja per bulan Total Biaya Tenaga Kerja Langsung
orang
2
6
Rp.
600,000
2,000,000
Rp.
1,800,000
24,000,000
15 10,000,000 120,000,000
20
25
27
15,000,000
22,000,000
24,000,000
180,000,000
264,000,000
288,000,000
Lampiran 10c
Perhitungan Biaya Kemasan Industri Kecil Elsari Tahun No. I
Keterangan
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Biaya Kemasan 1 Jumlah Produksi 2 Biaya satu kemasan/box
box
1,800
28,409
50,543
60,909
67,150
70,952
Rp.
600
650
800
850
900
950
Total Biaya Kemasan
Rp.
1,080,000
18,465,850
40,434,400
51,772,650
60,434,640
67,404,400
Lampiran 10d
Perhitungan Biaya Gaji Manajemen Elsari Industri Kecil Elsari Tahun No. I
Keterangan
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Biaya Gaji Manajemen Elsari Jumlah Total Gaji Manajemen/bulan Total Gaji Manajemen/tahun
orang
1
3
Rp.
1,000,000
3,000,000
Rp.
3,000,000
36,000,000
3
3
3
3
6,000,000
6,000,000
6,000,000
6,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
Lampiran 11
Perhitungan Biaya Overhead Industri Kecil Elsari Tahun No.
A
Keterangan
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
BIAYA OVERHEAD LANGSUNG
I
Kebutuhan Bahan Bakar 1 Kebutuhan Gas LPG/bln 2 Kebutuhan Gas LPG/thn 3 Harga (Isi) Gas LPG / tabung Total Biaya Bahan Bakar (Gas) II Pembelian Fisik Tabung Gas 1 Jumlah Tabung 2 Harga satuan tabung
45 540 60,000 32,400,000
53 636 60,000 38,160,000
53 636 70,000 44,520,000
60 720 80,000 57,600,000
tabung Rp.
2 100,000
4 125,000
10 200,000
10 250,000
12 500,000
15 550,000
Rp.
200,000
500,000
2,000,000
2,500,000
6,000,000
8,250,000
Rp.
1,760,000
27,500,000
34,400,000
40,660,000
50,520,000
65,850,000
Rp.
2,000,000
8,000,000
8,000,000
10,000,000
10,000,000
10,000,000
Rp.
1,000,000
3,000,000
6,000,000
6,000,000
6,000,000
6,000,000
Rp.
3,000,000
36,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
Rp. Rp.
100,000 300,000
100,000 1,200,000
250,000 3,000,000
250,000 3,000,000
270,000 3,240,000
270,000 3,240,000
Rp. Rp.
60,000 180,000
80,000 960,000
130,000 1,560,000
160,000 1,920,000
150,000 1,800,000
150,000 1,800,000
Rp.
160,000 480,000
400,000 4,800,000
650,000 7,800,000
800,000 9,600,000
800,000 9,600,000
850,000 10,200,000
unit
16,100 0
16,900 1
18,000 2
21,100 3
22,500 3
24,000 3
Rp. unit
0 0
811,200 1
1,728,000 2
3,038,400 3
3,240,000 4
3,456,000 3
I
Biaya Sewa Rumah per tahun Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 1 Gaji Manajemen per bulan (3 org, kecuali thn 2003 : 1 org) Total Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung per tahun Biaya Listrik 1 Biaya Listrik per bulan 2 Total Biaya Listrik
IV Biaya Penggunaan Air 1 Biaya Air PDAM per bulan 2 Total Biaya Air PDAM V
45 540 50,000 27,000,000
TOTAL BIAYA OVERHEAD LANGSUNG BIAYA OVERHEAD TIDAK LANGSUNG
III
13 39 40,000 1,560,000
Biaya Pembelian Tabung Gas
B
II
tabung tabung Rp. Rp.
Biaya Penggunaan Telpon 1 Biaya Telpon per bulan 2 Total Biaya Telpon
VI Biaya Overhead Lainnya 1 Biaya Pemeliharaan Kendaraan Operasional - Harga per liter olie - Jumlah Mobil - Biaya Penggantian Olie Mobil Liter per mobil/bulan) - Jumlah Sepeda Motor - Biaya Penggantian Olie Sepeda Motor (1 Liter per sepeda motor/bulan) Total Biaya Penggantian Olie Kendaraan 2 Biaya Akomodasi + Transport Biaya Transport Sepeda Motor (Bensin+Makan) Marketing per hari Total Biaya Transport Sepeda Motor Marketing Biaya Transport & Akomodasi Mobil Marketing per minggu (luar kota) Total Biaya Transport (Bensin, Makan) & Akomodasi Mobil Marketing (luar kota)
(4
Rp.
0
202,800
432,000
759,600
1,080,000
864,000
Rp.
0
1,014,000
2,160,000
3,798,000
4,320,000
4,320,000
0
30,000
30,000
30,000
30,000
30,000
0
9,390,000
18,780,000
28,170,000
37,560,000
28,170,000
0
350,000
350,000
350,000
350,000
350,000
Rp. Rp. Rp. Rp.
0
18,200,000
36,400,000
54,600,000
54,600,000
54,600,000
Rp.
0
27,590,000
55,180,000
82,770,000
92,160,000
82,770,000
3 Asuransi
Rp.
0
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
4 Biaya Perizinan Sertifikat Depkes Sertifikat Halal SIUP, TDI, TDP Total Biaya Perizinan
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
0 0 0 0
350,000 750,000 0 1,100,000
0 0 0 0
350,000 750,000 1,000,000 2,100,000
0 0 0 0
0 0 0 0
Total Biaya Overhead Lainnya
Rp.
0
32,704,000
60,340,000
91,668,000
99,480,000
90,090,000
VI TOTAL BIAYA OVERHEAD TIDAK LANGSUNG (I+II+III+IV+V+VI)
Rp.
5,960,000
83,664,000
152,700,000
188,188,000
196,120,000
187,330,000
VII TOTAL BIAYA OVERHEAD
Rp.
7,720,000
111,164,000
187,100,000
228,848,000
246,640,000
253,180,000
2003
2004
2005
2006
2007
2008 *)
5.06
6.4
6.6
6.59
11.06
Total Biaya Akomodasi + Transport
Tingkat Inflasi Sumber : BI
17.11
Lampiran 12
Perhitungan Hasil Penjualan Industri Kecil Elsari Tahun No.
I
Keterangan
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Penjualan Harga utk Distributor/counter per Box Harga Normal per Box
Box Rp. Rp.
1,800 17,000 17,000
28,409 15,000 19,000
50,543 17,000 21,000
60,909 19,500 23,500
67,150 21,000 25,000
70,952 21,000 25,000
Total Penjualan Dalam Rupiah (80 % Harga Counter + 20% Harga Normal)
Rp.
30,600,000
Piutang
Rp.
448,862,200
899,665,400 1,236,452,700 1,463,861,280 1,546,753,600
(30,000,000)
(60,000,000)
(80,000,000)
(80,000,000)
(70,000,000)
(15,000,000)
(30,000,000)
(40,000,000)
(40,000,000)
15,000,000
30,000,000
40,000,000
40,000,000
Piutang tdk tertagih (50 %) Pembayaran Piutang
Rp.
Penerimaan Penjualan
Rp.
30,600,000
418,862,200
854,665,400 1,186,452,700 1,423,861,280 1,516,753,600
Total Tahun 0-6
279,763
5,626,195,180
Lampiran 12b
Perhitungan Retur Penjualan dan Spoiled Goods Industri Kecil Elsari Tahun No.
I
II
Keterangan
Unit
1 2003
2004
2005
2006
2007
2008
1 Penjualan
Box
1,800
28,409
50,543
60,909
67,150
70,952
2 Harga utk Distributor per Box
Rp.
17,000
15,000
17,000
19,500
21,000
21,000
Spoiled Goods dari pabrikasi/produksi 1 (Produk rusak, 1.5%)
Box
36
568
1,011
1,218
1,343
1,419
%
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
Rp.
461,508
6,732,515
13,903,522
18,965,221
22,846,837
25,109,713
Rp.
461,508
6,732,515
13,903,522
18,965,221
22,846,837
25,109,713
2 Persentase spoiled goods Nilai kerugian akibat spoiled goods (nilai jual 3 prod rusak-hrg pokok produk rusak) : Rp. 0,- x II.1 - HPP/I.1 x II.1 III
Total Produk Terbuang :
2
3
4
5
6
Total Tahun 0-6 279,763
Keterangan
Lampiran 13
Perhitungan Biaya Administrasi Industri Kecil Elsari Tahun No I
Keterangan
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
Biaya Administrasi Biaya Perjamuan, Pengajian, Promosi, Biaya Perbaikan & Pengembangan, Alat Tulis Kantor, dan Biaya Administrasi Lainnya (Asumsi 5 % dari omzet penjualan, kecuali pada tahun 2003 asumsi 1 %)
Rp.
306,000
20,199,000
40,485,000
55,640,000
65,874,000
69,604,000
Total Biaya Administrasi
Rp.
306,000
20,199,000
40,485,000
55,640,000
65,874,000
69,604,000
Asumsi pada tahun 2003 diambil 1 % berdasarkan pertimbangan jumlah produksi masih sedikit dan penjualan masih door to door sehingga biaya perjamuan dan ATK tidak banyak keluar
Lampiran 14
Proyeksi Penyusutan Investasi Industri Kecil Elsari
No.
I
Keterangan
Unit
Harga satuan
Prosentase Penyusutan
Tahun
Nilai Sisa sd Tahun 2008
1
2
3
4
5
6
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Penyusutan Aktiva 1 Mesin & Perlengkapan Pabrik Kompor gas
Rp.
300,000
50 % Pertahun
150,000
150,000 150,000
300,000
300,000 450,000
450,000 300,000 25,000 200,000 1,500,000
0 0 300,000 100,000 3,800,000 0 500,000
Meja Produksi Kayu Meja Produksi Stainless Steel Mixer Besar Kulkas
Rp. Rp. Rp. Rp.
250,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000
10 % Pertahun 5 % Pertahun 50 % Pertahun 25 % Pertahun
25,000 0 0 0
25,000
150,000 450,000 25,000 1,500,000 500,000
1,500,000 500,000
1,500,000
500,000
Rak kayu
Rp.
200,000
10 % Pertahun
0
40,000
40,000 20,000
40,000 20,000 20,000
40,000 20,000 20,000
Rp.
4,000,000
10 % Pertahun
40,000 20,000 20,000 80,000
200,000 120,000 140,000 3,920,000
175,000
865,000
2,685,000
2,855,000
2,355,000
2,635,000
9,080,000
0
500,000
500,000
500,000 500,000
500,000 500,000
2,000,000 2,500,000
100,000 150,000 50,000 60,000 90,000 60,000
500,000 900,000 400,000 240,000 450,000 360,000 7,350,000
Rak stainless steel Total Penyusutan Mesin & Peralatan
Rp.
450,000 25,000
25,000
2 Perlengkapan Kantor Komputer
Meja Tulis
Rp.
Rp.
Kursi
Rp.
Total Penyusutan Perlengkapan Kantor
Rp.
3,000,000
500,000
300,000
16.67 % Pertahun
10 % Pertahun
10 % Pertahun
50,000
50,000 100,000
50,000 100,000 150,000
100,000 150,000
60,000
60,000 90,000
60,000 90,000 60,000
60,000 90,000 60,000
100,000 150,000 50,000 60,000 90,000 60,000
110,000
800,000
1,010,000
960,000
1,010,000
1,510,000
0
500,000
500,000 500,000
500,000 500,000 500,000
1,000,000 480,000 3,400,000
1,500,000 0 3,400,000 4,680,000
500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000 0 3,400,000 4,680,000
0 500,000 500,000 500,000 1,500,000 0 3,400,000 4,680,000
3 Kendaraan Sepeda motor
Total Penyusutan Sepeda Motor Mobil Hijet Mobil Carry Mobil APV Mobil Suzuki Carry Minibus
Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Total Penyusutan Kendaraan
Rp.
Total Penyusutan Aktiva
Rp.
12,500,000
4 % Pertahun
0 12,000,000 85,000,000 117,000,000 77,000,000
4 % Pertahun 4 % Pertahun 4 % Pertahun 4 % Pertahun 0
321,050,000
285,000
500,000 480,000
980,000 2,645,000
4,880,000 8,575,000
9,580,000 13,395,000
10,080,000 13,445,000
9,580,000 13,725,000
10,500,000 11,000,000 11,500,000 33,000,000 71,400,000 102,960,000
207,360,000
223,440,000
Lampiran 14a
Proyeksi Penyusutan Investasi Industri Kecil Elsari No.
I
Keterangan
Unit
Harga satuan
Prosentase Penyusutan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Penyusutan Aktiva 1 Mesin & Perlengkapan Pabrik Kompor gas
Rp.
300,000
50 % Pertahun
Meja Produksi Kayu Meja Produksi Stainless Steel Mixer Besar Kulkas Rak kayu
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
250,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 200,000
10 % Pertahun 5 % Pertahun 50 % Pertahun 25 % Pertahun 10 % Pertahun
Rak stainless steel
Rp.
4,000,000
10 % Pertahun
Rp.
3,000,000
16.67 % Pertahun
2 Perlengkapan Kantor Komputer
Meja Tulis
Kursi
3 Kendaraan Sepeda motor
Rp.
500,000
10 % Pertahun
150,000
150,000 150,000
450,000 25,000
25,000 0 0 0 0
500,000 40,000
1,500,000 500,000 40,000 20,000
1,500,000 500,000 40,000 20,000 20,000
0
500,000
500,000
500,000
50,000
25,000
300,000 150,000 450,000 25,000
50,000 100,000
50,000 100,000 150,000
100,000 150,000
300,000 450,000
450,000 450,000 300,000 25,000 200,000 1,500,000
300,000 25,000 200,000 1,500,000
40,000 20,000 20,000
40,000 20,000 20,000 80,000
40,000 20,000 20,000 80,000
500,000
500,000 500,000
500,000 500,000
100,000 150,000 50,000 60,000 90,000 60,000
100,000 150,000 50,000 60,000 90,000 60,000
100,000 150,000 50,000 60,000 90,000 60,000
500,000 500,000 500,000
25,000 1,500,000
Rp.
300,000
10 % Pertahun
60,000
60,000 90,000
60,000 90,000 60,000
60,000 90,000 60,000
Rp.
12,500,000
4 % Pertahun
0
500,000
500,000 500,000
500,000 500,000 500,000
500,000 500,000 500,000 500,000
0 500,000 500,000 500,000
3,400,000 4,680,000
3,400,000 4,680,000
3,400,000 4,680,000
Mobil Hijet Mobil Carry Mobil APV Mobil Suzuki Carry Minibus
Rp. Rp. Rp. Rp.
Total Penyusutan Aktiva
Rp.
12,000,000 85,000,000 117,000,000 77,000,000 321,050,000
4 % Pertahun 4 % Pertahun 4 % Pertahun 4 % Pertahun
480,000
285,000
2,645,000
480,000 3,400,000
8,575,000
13,395,000
13,445,000
13,725,000
3,400,000 4,680,000 3,080,000 16,805,000
Lampiran 15.a.
Proyeksi Bunga Pinjaman & Pembayaran Cicilan Pinjaman INDUSTRI KECIL ELSARI Tahun Keterangan
No. I
Pinjaman Bank BRI 1 Tingkat Suku Bunga Per Tahun 2 Pinjaman Bank 3 Jumlah Bulan Pengenaan Bunga 4 Cicilan Pokok Pinjaman Bank 5
II
Pinjaman Perorangan 1 Tingkat Suku Bunga Per Tahun 2 Besar Pinjaman 3 Jumlah Bulan Pengenaan Bunga 4 Cicilan Pokok Pinjaman 5
II
Bunga Pinjaman Bank
Bunga Pinjaman
Pinjaman Saudara 1 Tingkat Suku Bunga Per Tahun 2 Besar Pinjaman 3 Jumlah Bulan Pengenaan Bunga 4 Pembayaran /Pelunasan Pinjaman 5
IV
Total Tahun 0-6
Unit
1 2003
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
6 2008
% Rp. Bulan Rp.
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
12.00 10,000,000.00 10 10,000,000
12.00 30,000,000.00 10 30,000,000
12.00 65,000,000.00 24 32,500,000
Rp.
0.00
0.00
1,000,000
3,000,000
8,268,000
12.00 80,000,000.00 36 32,500,000 26,666,667 8,268,000 10,798,080
% Rp. Bulan Rp.
36.00 40,000,000.00 3 10,000,000.00
36.00 0.00 9 30,000,000.00
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
Rp.
3,600,000.00
10,800,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00 0
0.00
25.00 40,000,000.00 12 50,000,000.00
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
10,000,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00 0
10,000,000.00
20,800,000
1,000,000
3,000,000
8,268,000
19,066,080
55,734,080.00
Total Tahun 0-6
% Rp. Bulan Rp.
Bunga Pinjaman
Rp.
Total Bunga Pinjaman
Rp.
3,600,000
185,000,000.00
31,334,080.00
40,000,000.00
14,400,000.00
40,000,000.00
Lampiran 15.b.
Pinjaman Industri Kecil Elsari Tahun No.
Keterangan
Unit
1 2003 3,000,000
I
Dana Pribadi
Rp.
Rp
II
Pinjaman Perorangan
Rp.
Rp 40,000,000
III
Pinjaman Saudara
Rp.
IV
Pinjaman Bank 1. Pinjaman Bank BRI ke-1 2. Pinjaman Bank BRI ke-2 3. Pinjaman Bank BRI ke-3 4. Pinjaman Bank BRI ke-4
Rp. Rp. Rp. Rp.
2
3
4
5
6
2004
2005
2006
2007
2008 Rp
3,000,000
Rp 40,000,000 Rp 40,000,000
Rp 40,000,000 Rp185,000,000
-
- Rp 10,000,000 - Rp 30,000,000 - Rp -
65,000,000 - Rp 80,000,000 -
Lampiran 16
Proyeksi Pajak Industri Kecil Elsari Tahun No
I Il
Description
Laba Sebelum Pajak
1 2003
Rp.
3,333,617
5,083,483
41,056,065
71,240,442
333,362
508,348
1,000,000
0
0
0
Pajak Peraturan Tahun 1994 (Progressive) 1 10% x 10 Juta Pertama Rp. 2 15% x 40 Juta Berikutnya Rp. 3 30% x Sisa Laba Berikutnya
III
Unit
Rp.
6 2008
Keterangan
80,023,518
67,867,638
Lampiran 17
1,000,000
1,000,000
2,500,000
4,658,410
6,000,000
6,000,000
6,000,000
0
0
6,372,132
9,007,055
5,360,291
2 2004
3 2005
4 2006
5 2007
Total Pajak
Rp.
333,362
508,348
5,658,410
13,372,132
16,007,055
13,860,291
Pembayaran Pajak
Rp.
333,362
508,348
5,658,410
13,372,132
16,007,055
13,860,291
Lampiran 17
15 Januari 2010
Proyeksi Laporan Laba Rugi Tahun 2003 - 2006 Industri Kecil Elsari Dalam Rupiah Tahun Keterangan
No
1
%
2003 I
II
4
%
2006
5
%
2007
6
Keterangan %
2008
100.00
418,862,200
108.70
854,665,400 108.70
1,186,452,700
108.70
1,423,861,280
108.70
1,516,753,600
106.38
Lampiran 12
Penjualan x (100% - 6 sd 8 %) akibat retur
30,600,000
100.00
385,353,224
100.00
786,292,168 100.00
1,091,536,484
100.00
1,309,952,378
100.00
1,425,748,384
100.00
Lampiran 12
10,213,875 1,800,000 1,080,000
33.38 5.88 3.53
170,063,376 24,000,000 18,465,850
44.13 6.23 4.79
322,938,181 120,000,000 40,434,400
41.07 15.26 5.14
456,075,172 180,000,000 51,772,650
41.78 16.49 4.74
536,420,383 264,000,000 60,434,640
40.95 20.15 4.61
603,291,553 288,000,000 67,404,400
42.31 20.20 4.73
Lampiran 10a Lampiran 10b Lampiran 10c
1,800,000
5.88
6,200,000
1.61
10,800,000
1.37
12,600,000
1.15
12,000,000
0.92
18,500,000
1.30
Lampiran 19
461,508 7,720,000 23,075,383
1.51 25.23 75.41
6,732,515 111,164,000 336,625,741
1.75 28.85 87.36
13,903,522 187,100,000 695,176,103
1.77 23.80 88.41
18,965,221 228,848,000 948,261,042
1.74 20.97 86.87
22,846,837 246,640,000 1,142,341,860
18.83 87.20
25,109,713 253,180,000 1,255,485,666
1.76 17.76 88.06
Lampiran 11
7,524,617
24.59
48,727,483
12.64
91,116,065
11.59
143,275,442
13.13
167,610,518
12.80
170,262,718
11.94
306,000 285,000
1.00 0.93
20,199,000 2,645,000
5.24 0.69
40,485,000 8,575,000
5.15 1.09
55,640,000 13,395,000
5.10 1.23
65,874,000 13,445,000
5.03 1.03
69,604,000 13,725,000
4.88 0.96
Harga Pokok Penjualan 1. Pemakaian Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Kemasan 4. Biaya Pembelian Barang Produksi Habis Pakai
III
Laba Kotor
IV
Biaya Operasional Lainnya 1. Biaya Administrasi 2. Biaya Penyusutan Total Biaya Operasi Lainnya
Vll
%
2005
30,600,000
6. Biaya Overhead Total Harga Pokok PenjuaIan
VI
%
2004
3
Penjualan
5. Rugi dari Spoiled Goods (produk rusak)
V
2
Laba Operasi
Lampiran 13 Lampiran 14a
591,000
1.93
22,844,000
5.93
49,060,000
6.24
69,035,000
6.32
79,319,000
5.57
83,329,000
5.84
6,933,617
22.66
25,883,483
6.72
42,056,065
5.35
74,240,442
6.80
88,291,518
6.74
86,933,718
6.10
3,600,000 3,600,000 3,333,617
11.76 11.76 10.89
20,800,000 20,800,000 5,083,483
5.40 5.40 1.32
1,000,000 1,000,000 41,056,065
0.13 0.13 5.22
3,000,000 3,000,000 71,240,442
0.27 0.27 6.53
8,268,000 8,268,000 80,023,518
0.63 0.63 6.11
19,066,080 19,066,080 67,867,638
1.34 1.34 4.76
Lampiran 15
333,362
1.09
508,348
0.13
5,658,410
0.72
13,372,132
1.23
16,007,055
1.22
13,860,291
0.97
Lampiran 16
3,000,256
9.80
4,575,135
1.19
35,397,656
4.50
57,868,309
5.30
64,016,462
4.89
54,007,347
3.79
Biaya Non Operasi 1. Biaya Bunga Total Biaya Non Operasi Laba Sebelum Pajak
VIII
Pajak
IX
Laba Bersih
Keuntungan per bulan
1,000,085
381,261
2,949,805
4,822,359
5,334,705
4,500,612
Lampiran 18
PERGERAKAN JUMLAH ASET INDUSTRI KECIL ELSARI ASET
Harga Satuan
Satuan
Jmh Aset Awal Thn 2003
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
T
K
T
K
T
K
T
K
T
K
T
K
Jmh Aset s.d. Thn 2009
I. ASET TDK BERGERAK (Peralatan & Mesin Produksi dan Perlengkapan Kantor) Kompor gas Meja Produksi Kayu Meja Produksi Stainless Steel Mixer Besar Kulkas Rak kayu Rak stainless steel Komputer Meja Tulis Kursi
300,000 250,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 200,000 4,000,000 3,000,000 500,000 300,000
1
1
-
3
1
2
-
3
3
2
2
3
3
6
1
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
buah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
2
unit
-
-
-
1
-
-
-
1
1
-
-
1
1
unit
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 -
1
unit
-
2
-
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
4
unit
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
2
unit
-
1
-
-
-
-
-
1
1
1
-
-
-
2
buah
1
2
-
3
-
-
1
1
-
1
-
-
-
7
buah
2
3
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
unit
-
1
-
1
-
1
-
1
-
-
1
-
-
3
unit
-
1
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
0
unit
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
unit
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
unit
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
Jmh Aset s.d. Thn 2009
unit
II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor) Sepeda motor Mobil Hijet Mobil Carry Mobil APV Mobil Suzuki Carry Pickup T = Penambahan jumlah aset
ASET
12,500,000 12,000,000 85,000,000 117,000,000 77,000,000
K = Pengurangan jumlah aset
Harga Satuan
Satuan
Jmh Aset Awal Thn 2003
Tahun
2004 T
2005 K
T
2006 K
T
2007 K
T
2008 K
T
2009 K
T
K
BARANG PERALATAN PRODUKSI HABIS PAKAI Oven berdiri Mixer Kecil Loyang Oven duduk biasa Oven duduk kukus stainless steel Oven Brownies Stainless Steel T = Penambahan jumlah aset
3,000,000 500,000 6,000 250,000 500,000 500,000
unit
-
-
-
1
-
1
1
1
1
2
1
1
2
8
6
10
9
10
10
10
10
9
10
8
1 8
2
unit buah
50
200
50
300
200
600
300
500
600
500
500
500
500
500
unit
2
4
2
4
4
4
4
4
4
-
-
unit
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
2
2
2
unit
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
-
8
8
8
K = Pengurangan jumlah aset
4 4
Lampiran 19
NILAI INVESTASI & ASET INDUSTRI KECIL ELSARI
INVESTASI
Harga Satuan
Satuan
Jmh Investasi Awal Thn 2003
Besar Investasi per Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
I. INVESTASI PERALATAN & MESIN Kompor gas
300,000 unit
300,000
300,000
900,000
600,000
900,000
600,000
Meja Produksi Kayu
250,000
250,000
250,000
250,000
0
0
0
0
4,000,000 buah
0
0
0
0
0
8,000,000
0
Mixer Besar
3,000,000 unit
0
0
3,000,000
0
3,000,000
0
3,000,000
Kulkas
2,000,000 unit
0
2,000,000
0
0
0
0
0
200,000 unit
0
400,000
200,000
200,000
0
0
0
Meja Produksi Stainless Steel
Rak kayu Rak stainless steel
4,000,000 unit
TOTAL INVESTASI PERALATAN & MESIN
900,000
0
0
0
0
0
8,000,000
0
550,000
2,950,000
4,350,000
800,000
3,900,000
16,600,000
3,900,000
II. INVESTASI PERLENGKAPAN KANTOR Komputer
3,000,000 unit
Meja Tulis
500,000 buah
Kursi
300,000 buah TOTAL INVESTASI PERLENGKAPAN KANTOR
0
3,000,000
0
0
3,000,000
3,000,000
0
500,000
1,000,000
1,500,000
0
500,000
500,000
0
600,000
900,000
300,000
0
0
0
0
1,100,000
4,900,000
1,800,000
0
3,500,000
3,500,000
0
III. INVESTASI KENDARAAN Sepeda motor
12,500,000 unit
0
12,500,000
12,500,000
12,500,000
12,500,000
0
0
Mobil Hijet
12,000,000 unit
0
12,000,000
0
0
0
0
0
Mobil Carry
85,000,000 unit
0
0
85,000,000
0
0
0
0
Mobil APV
117,000,000 unit
0
0
0
117,000,000
0
0
0
77,000,000 unit
0
0
0
0
0
0
77,000,000
0
24,500,000
97,500,000
129,500,000
12,500,000
0
77,000,000
1,650,000
32,350,000
103,650,000
130,300,000
19,900,000
20,100,000
80,900,000
Mobil Suzuki Carry Box
TOTAL INVESTASI KENDARAAN
JUMLAH
INVESTASI
Harga Satuan
Satuan
Jmh Investasi Awal Thn 2003
Besar Investasi per Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
NILAI (Rp.)
BARANG PENUNJANG PRODUKSI / BARANG PAKAI HABIS Oven berdiri Mixer Kecil Loyang
3,000,000 unit
0
0
3,000,000
3,000,000
3,000,000
6,000,000
3,000,000
500,000 unit
1,000,000
4,000,000
5,000,000
5,000,000
5,000,000
4,500,000
4,000,000 3,000,000
300,000
1,200,000
1,800,000
3,600,000
3,000,000
3,000,000
Oven duduk biasa
250,000 unit
6,000 buah
500,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
0
0
Oven Brownies Stainless Steel
500,000 unit
0
0
0
0
0
4,000,000
4,000,000
Oven duduk kukus stainless steel
500,000 unit
JUMLAH
0
0
0
0
0
1,000,000
1,000,000
1,800,000
6,200,000
10,800,000
12,600,000
12,000,000
18,500,000
15,000,000
Responden = H. Maman Surahman
Faktor Strategi Internal
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI - 1 Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor. (S2, S5,S10,O2,O3)
Attractive Score (AS)
A B
C D
E
F G
H I
J
K L M N O
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana
Faktor Strategi Internal
A B
C
D E F
G
PELUANG Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat
I
Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
K
L
M
N
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 3 Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 4 Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor (S2, S8, S10, T6, T7) Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 5 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0.069
4
0.28
3
0.21
2
0.14
2
0.14
3
0.21
0.054
3
0.16
4
0.21
3
0.16
3
0.16
2
0.11
0.069
3
0.21
3
0.21
2
0.14
2
0.14
2
0.14
0.057
4
0.23
4
0.23
2
0.11
1
0.06
2
0.11
0.057
0
2
0.11
0
1
0.06
0.070
3
0.21
-
4
0
0.28
2
0.14
2
0.14
2
0.14
0.077
3
0.23
2
0.15
3
0.23
2
0.15
2
0.15
0.070
4
0.28
3
0.21
3
0.21
2
0.14
3
0.21
0.058
3
0.18
2
0.12
2
0.12
1
0.06
1
0.06
0.082
3
0.25
4
0.33
3
0.25
2
0.16
2
0.16
0.062
2
0.12
2
0.12
2
0.12
2
0.12
1
0.06
0.077
2
0.15
3
0.23
2
0.15
2
0.15
2
0.15
-
-
0.065
3
0.20
3
0.20
2
0.13
2
0.13
2
0.13
0.077 0.054
3 1
0.23 0.05
1 1
0.08 0.05
2 2
0.15 0.11
2 2
0.15 0.11
3 1
0.23 0.05
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI - 1 ALTERNATIF STRATEGI - 2 ALTERNATIF STRATEGI - 3 ALTERNATIF STRATEGI - 4 Memasukkan produk di Menambah modal kerja counter-counter yang Menggalakkan usaha (bahan baku, upah kerja,dll.) mempunyai tempat strategis pemasaran oleh marketing agar peralatan yang ada dapat a.l. di pusat kota yang dapat Elsari misalnya dengan menghasilkan produk secara dicapai saat jam istirahat mengikuti pameran dan optimal dan atau untuk pegawai dan counter yang promosi lainnya (S6, S7, S8, meningkatkan jumlah produksi masih buka beberapa jam S10, O1, O4, O5) (S2, S4, S5, O3) setelah jam pulang kantor (S2, S8 S10 T6 T7) Total Attractive Total Attractive Total Attractive Total Attractive Attractive Attractive Attractive Score (TAS) Score (TAS) Score (TAS) Attractive Score (AS) Score (AS) Score (AS) Score (AS) Score (TAS)
Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor. (S2, S5,S10,O2,O3)
ALTERNATIF STRATEGI - 5 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8) Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0.071
4
0.29
3
0.21
3
0.21
2
0.14
2
0.14
0.085
3
0.26
1
0.09
2
0.17
1
0.09
2
0.17
0.070
2
0.14
2
0.14
2
0.14
2
0.14
1
0.07
0.12
0.062
2
0.12
2
0.12
2
0.12
1
0.06
2
0.071
3
0.21
1
0.07
2
0.14
1
0.07
2
0.14
0.067
4
0.27
2
0.13
1
0.07
1
0.07
1
0.07
-
ANCAMAN Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
H
J
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 2 Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5)
0.056
1
0.06
1
0.06
1
0.06
2
0.11
2
0.11
0.060
1
0.06
2
0.12
2
0.12
3
0.18
2
0.12
0.078
4
0.31
3
0.23
2
0.16
3
0.23
3
0.23
0.066
3
0.20
1
0.07
2
0.13
1
0.07
2
0.13
0.076
2
0.15
2
0.15
1
0.08
4
0.30
1
0.08
0.081
2
0.16
2
0.16
1
0.08
2
0.16
2
0.16
0.080
4
0.32
2
0.16
2
0.16
2
0.16
2
0.16
0.076
1
0.08
1
0.08
1
0.08
1
0.08
1
0.08
Adanya produk substitusi
Total Skor
2.000
5.40
4.43
4.00
3.69
3.78
Responden = H. Maman Surahman
Faktor Strategi Internal
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI - 6 Membuat produk-produk baru, diversifikasi produk atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6)
Attractive Score (AS)
A B
C D
E
F G
H I
J
K L M N O
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana
Total Attractive Score (TAS)
2
0.14
2
0.054
2
0.11
0
0.069
3
0.21
0
0.057
2
0.11
2
B
C
D E F
G
PELUANG Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat
I
Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
J K
L
M
N
0.14
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
3
0.21
4
0.28
2
0.14
-
4
0.21
3
0.16
3
0.16
-
3
0.21
2
0.14
2
0.14
2
0.11
3
0.17
2
0.11
0.11
0.057
1
0.06
1
0.06
3
0.17
1
0.06
2
0.11
2
0.14
3
0.21
3
0.21
2
0.14
2
0.14
0.077
1
0.08
1
0.08
3
0.23
2
0.15
3
0.23
0.070
2
0.14
2
0.14
4
0.28
3
0.21
3
0.21
0.058
2
0.12
0
3
0.18
2
0.12
3
0.18
0.082
2
0.16
2
3
0.25
2
0.16
3
0.25
0.062
2
0.12
3
0.19
2
0.12
2
0.12
2
0.12
0.077
1
0.08
3
0.23
2
0.15
1
0.08
2
0.15
-
0.16
0.065
2
0.13
2
0.13
3
0.20
2
0.13
2
0.13
0.077 0.054
2 1
0.15 0.05
4 1
0.31 0.05
3 2
0.23 0.11
1 1
0.08 0.05
3 2
0.23 0.11
Bobot
Membuat produk-produk baru, diversifikasi produk atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6) Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 7
ALTERNATIF STRATEGI - 8
Melakukan Investasi untuk Memperbanyak produk kue memodernkan/mengganti kering/brownies kering Peralatan dan Mesin yang ada. ('broker'). (W2, O1, O4,O5) (W4, O3)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 9 ALTERNATIF STRATEGI - 10
Meningkatkan profesionalisme Fokus pada produk yang tenaga marketing Elsari (W1, mempunyai segmen terbesar. O1, O4, O5)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0.071
2
0.14
3
0.21
3
0.21
3
0.21
2
0.14
0.085
3
0.26
2
0.17
2
0.17
2
0.17
2
0.17
0.070
1
0.07
2
0.14
2
0.14
1
0.07
3
0.21
0.062
2
0.12
2
0.12
3
0.19
2
0.12
2
0.12
0.071
2
0.14
2
0.14
3
0.21
2
0.14
2
0.14
0.067
1
0.07
2
0.13
2
0.13
1
0.07
2
0.13
-
ANCAMAN Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
H
Total Attractive Score (TAS)
0.070
Attractive Score (AS) A
Attractive Score (AS)
0.069
ALTERNATIF STRATEGI - 6
Faktor Strategi Internal
ALTERNATIF STRATEGI - 7 ALTERNATIF STRATEGI - 8 ALTERNATIF STRATEGI - 9 ALTERNATIF STRATEGI - 10 Melakukan Investasi untuk Memperbanyak produk kue Meningkatkan profesionalisme Fokus pada produk yang memodernkan/mengganti kering/brownies kering tenaga marketing Elsari (W1, mempunyai segmen terbesar. O1, O4, O5) Peralatan dan Mesin yang ada. ('broker'). (W2, O1, O4,O5) (W4, O3)
0.056
1
0.06
2
0.11
2
0.11
2
0.11
2
0.11
0.060
2
0.12
1
0.06
2
0.12
3
0.18
2
0.12
0.078
2
0.16
2
0.16
3
0.23
3
0.23
3
0.23
0.066
2
0.13
2
0.13
2
0.13
1
0.07
2
0.13
0.076
2
0.15
2
0.15
2
0.15
2
0.15
2
0.15
0.081
2
0.16
1
0.08
2
0.16
2
0.16
2
0.16
0.080
2
0.16
3
0.24
2
0.16
3
0.24
2
0.16
0.076
1
0.08
1
0.08
1
0.08
1
0.08
2
0.15
Adanya produk substitusi
Total Skor
2.000
3.62
3.75
5.08
4.06
4.57
Responden = H. Maman Surahman ALTERNATIF STRATEGI - 11 Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan setia brownies
Faktor Strategi Internal
Bobot
Attractive Score (AS)
A B
C D
E
F G
H I
J
K L M N O
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana
Total Attractive Score (TAS)
A B
C
D E F
G
I J K
L
M
N
Total Attractive Score (TAS)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
4
0.28
3
0.21
-
-
-
0.16
3
0.16
-
-
-
0.069
3
0.21
2
0.14
-
-
-
0.057
2
0.11
3
0.17
-
-
-
0.057
2
0.11
2
0.11
-
-
-
0.070
2
0.14
3
0.21
-
-
-
0.077
3
0.23
3
0.23
-
-
-
0.070
3
0.21
4
0.28
-
-
-
0.058
3
0.18
3
0.18
-
-
-
0.082
3
0.25
3
0.25
-
-
-
0.062
3
0.19
2
0.12
-
-
-
0.077
3
0.23
2
0.15
-
-
-
0.065
2
0.13
2
0.13
-
-
-
0.077 0.054
3 2
0.23 0.11
3 2
0.23 0.11
-
-
-
ALTERNATIF STRATEGI - 13
ALTERNATIF STRATEGI - 14
ALTERNATIF STRATEGI - 15
Bobot
Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan setia brownies
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 12 Proporsi pembuatan brownies kering lebih dominan/banyak, pemasaran dan promosi 'broker' ditingkatkan, produksi kue basah bila sudah jelas pembelinya (berdasarkan pesanan) Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0.071
3
0.21
3
0.21
-
-
-
0.085
2
0.17
2
0.17
-
-
-
0.070
3
0.21
3
0.21
-
-
-
0.062
3
0.19
2
0.12
-
-
-
0.071
3
0.21
3
0.21
-
-
-
0.067
2
0.13
1
0.07
-
-
-
-
-
-
-
ANCAMAN Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
Attractive Score (AS)
0
3
0.056 H
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 15
ALTERNATIF STRATEGI - 14 0
0.069
Attractive Score (AS) PELUANG Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
Attractive Score (AS)
ALTERNATIF STRATEGI - 13
0.054
ALTERNATIF STRATEGI - 11
Faktor Strategi Internal
ALTERNATIF STRATEGI - 12 Proporsi pembuatan brownies kering lebih dominan/banyak, pemasaran dan promosi 'broker' ditingkatkan, produksi kue basah bila sudah jelas pembelinya (berdasarkan pesanan)
2
0.11
2
0.11
0.060
2
0.12
2
0.12
-
-
-
0.078
3
0.23
2
0.16
-
-
-
0.066
2
0.13
2
0.13
-
-
-
0.076
2
0.15
3
0.23
-
-
-
0.081
2
0.16
2
0.16
-
-
-
0.080
2
0.16
2
0.16
-
-
-
0.076
1
0.08
1
0.08
-
-
-
Adanya produk substitusi
Total Skor
2.000
5.04
4.83
-
-
-
Responden = Bpk. Gupuh S
Faktor Strategi Internal
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI - 1 Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor. (S2, S5,S10,O2,O3)
Attractive Score (AS)
A B
C D
E
F G
H I
J
K L M N O
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana
Faktor Strategi Eksternal
A B
C
D E F
G
PELUANG Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat
I
Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
K
L
M
N
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 3 Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3)
Attractive Score (AS)
0.069
4
0.28
3
0.21
4
0.054
4
0.21
3
0.16
0
0.069
3
0.21
3
0.21
3
0.057
3
0.17
3
0.17
4
-
0
-
Total Attractive Score (TAS)
0.28
ALTERNATIF STRATEGI - 4 Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor (S2, S8, S10, T6, T7) Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 5 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
4
0.28
4
0.28
4
0.21
2
0.11
0.21
3
0.21
3
0.21
0.23
2
0.11
1
0.06
-
0.057
0
4
0.23
0
0.070
2
0.14
2
0.14
3
0.21
3
0.21
2
0.14
0.077
3
0.23
3
0.23
3
0.23
4
0.31
3
0.23
0.070
3
0.21
3
0.21
2
0.14
3
0.21
3
0.21
0.058
1
0.06
0
0.082
4
0.33
3
0.062
4
0.25
4
0.25
4
0.25
1
0.06
3
0.19
0.077
4
0.31
4
0.31
4
0.31
4
0.31
4
0.31
0.13
3
0.20
-
0
0.25
2
-
0.16
0
4
0.065
2
0.13
2
0.13
2
0.13
2
0.077 0.054
4 1
0.31 0.05
1 0
0.08 -
4 0
0.31 -
0 0
Bobot
-
-
0.33
-
ALTERNATIF STRATEGI - 1 ALTERNATIF STRATEGI - 2 ALTERNATIF STRATEGI - 3 ALTERNATIF STRATEGI - 4 Memasukkan produk di Menambah modal kerja counter-counter yang Menggalakkan usaha (bahan baku, upah kerja,dll.) mempunyai tempat strategis pemasaran oleh marketing agar peralatan yang ada dapat a.l. di pusat kota yang dapat Elsari misalnya dengan menghasilkan produk secara dicapai saat jam istirahat mengikuti pameran dan optimal dan atau untuk pegawai dan counter yang promosi lainnya (S6, S7, S8, meningkatkan jumlah produksi masih buka beberapa jam S10, O1, O4, O5) (S2, S4, S5, O3) setelah jam pulang kantor (S2, S8 S10 T6 T7) Total Attractive Total Attractive Total Attractive Total Attractive Attractive Attractive Attractive Score (TAS) Score (TAS) Score (TAS) Attractive Score (AS) Score (AS) Score (AS) Score (AS) Score (TAS)
Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor. (S2, S5,S10,O2,O3)
-
0
0
3
0 0
-
-
0.25
-
ALTERNATIF STRATEGI - 5 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8) Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0.071
4
0.29
3
0.21
0
1
0.07
4
0.085
1
0.09
1
0.09
1
0.09
1
0.09
0
-
0.070
2
0.14
2
0.14
2
0.14
1
0.07
0
-
0.29
0.062
2
0.12
3
0.19
2
0.12
1
0.06
0
0.071
2
0.14
3
0.21
3
0.21
1
0.07
2
0.14
0.067
2
0.13
3
0.20
-
3
0.20
2
0.13
1
0.07
-
ANCAMAN Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
H
J
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 2 Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5)
0.056
1
0.06
1
0.06
0
-
0
-
0
0.060
1
0.06
1
0.06
0
-
0
-
2
-
-
0.12
0.078
3
0.23
0
1
0.08
3
0.23
1
0.08
0.066
2
0.13
1
0.07
1
0.07
1
0.07
1
0.07
0.076
3
0.23
2
0.15
1
0.08
1
0.08
1
0.08
0.081
4
0.32
4
0.32
3
0.24
3
0.24
3
0.24
0.080
4
0.32
4
0.32
3
0.24
3
0.24
3
0.24
0.076
3
0.23
2
0.15
2
0.15
2
0.15
3
0.23
Adanya produk substitusi
Total Skor
2.000
5.38
4.51
4.30
3.88
3.71
Responden = Bpk. Gupuh S
Faktor Strategi Internal
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI - 6 Membuat produk-produk baru, diversifikasi produk atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6)
Attractive Score (AS)
A B
C D
E
F G
H I
J
K L M N O
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana
Total Attractive Score (TAS)
B
C
D E F
G
PELUANG Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
4
0.21
0
0.069
4
0.28
2
0.14
2
0.14
3
0.057
3
0.17
3
0.17
3
0.17
0
0.057
0 4
0.28
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat
I
Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
K
L
M
N
0
0
-
2
0.14 0.15
0.28
Attractive Score (AS)
0.054
-
4
Total Attractive Score (TAS)
4
0.070
0.28
Attractive Score (AS)
0.28
-
4 0
Total Attractive Score (TAS)
0.28 0.21 -
Attractive Score (AS)
4
Total Attractive Score (TAS)
0.28
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0.077
4
0.31
2
3
0.23
3
0.23
3
0.23
0.070
4
0.28
0
-
4
0.28
2
0.14
2
0.14
0.058
0
0
-
0
0.082
3
0.25
0
-
4
0.062
4
0.25
4
0.25
3
0.077
4
0.31
2
0.15
4
0.065
0
0.077 0.054
2 0
-
0.15 -
Bobot
Membuat produk-produk baru, diversifikasi produk atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6) Total Attractive Score (TAS)
0 4 0
-
0
0.31 -
ALTERNATIF STRATEGI - 7
3 0
-
0.33
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
-
0.25
0.19
4
0.25
0.31
0
0.23 -
ALTERNATIF STRATEGI - 8
Attractive Score (AS)
0
3
Melakukan Investasi untuk Memperbanyak produk kue memodernkan/mengganti kering/brownies kering Peralatan dan Mesin yang ada. ('broker'). (W2, O1, O4,O5) (W4, O3)
Total Attractive Score (TAS)
2
-
0.16
4
0.25
1
0.08
0
-
0
-
0 0
-
0 0
-
ALTERNATIF STRATEGI - 9 ALTERNATIF STRATEGI - 10
Meningkatkan profesionalisme Fokus pada produk yang tenaga marketing Elsari (W1, mempunyai segmen terbesar. O1, O4, O5)
Attractive Score (AS)
-
1
0.085
1
0.09
0
-
0
-
0
-
0
-
0.070
3
0.21
4
0
-
0
-
0
-
-
0
-
0
3
0.19
0
-
0
3
0.21
0
-
2
0.067
0
-
1
0.07
0.14
1
0.07
1
Total Attractive Score (TAS)
0
0.062
0.07
Attractive Score (AS)
0.21
0.071
1
Total Attractive Score (TAS)
3
0.28
0.07
-
0
0.071
2
0.07
0.14
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
1
-
ANCAMAN Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
H
J
Total Attractive Score (TAS)
4
Attractive Score (AS) A
Attractive Score (AS)
0.069
ALTERNATIF STRATEGI - 6
Faktor Strategi Eksternal
ALTERNATIF STRATEGI - 7 ALTERNATIF STRATEGI - 8 ALTERNATIF STRATEGI - 9 ALTERNATIF STRATEGI - 10 Melakukan Investasi untuk Memperbanyak produk kue Meningkatkan profesionalisme Fokus pada produk yang memodernkan/mengganti kering/brownies kering tenaga marketing Elsari (W1, mempunyai segmen terbesar. Peralatan dan Mesin yang ada. ('broker'). (W2, O1, O4,O5) O1, O4, O5) (W4, O3)
0.056
0
0.060
1
0.06
0.16
0.078
2
0.066
0
0.076
1
0.081
-
0
1
0.06
-
1
0.06
0.08
0.06
0
-
1
0
-
1
0.07
0
-
0
-
0
-
0.08
1
0.08
1
0.08
0
-
0
-
4
0.32
4
0.32
4
0.32
4
0.32
4
0.32
0.080
4
0.32
4
0.32
4
0.32
4
0.32
4
0.32
0.076
3
0.23
3
0.23
3
0.23
3
0.23
3
0.23
-
0
-
Adanya produk substitusi
Total Skor
2.000
4.84
3.01
3.37
2.44
2.28
Responden = Bpk. Gupuh S ALTERNATIF STRATEGI - 11 Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan setia brownies
Faktor Strategi Internal
Bobot
Attractive Score (AS)
A B
C D
E
F G
H I
J
K L M N O
KEKUATAN Usaha dijalankan dan dipantau langsung oleh pemilik usaha Produk sudah mempunyai Sertifikat dari Dinas Kesehatan dan Sertifikat Halal dari MUI Hubungan kekeluargaan antar karyawan yang baik disertai dengan nilai keagamaan yang kuat Mendapat tawaran/kepercayaan dari beberapa Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Jabar) untuk menambah kredit modal Usaha telah mempunyai izin SIUP dari Disperindagkop Kemampuan inovasi dan diversifikasi produk Harga jual produk dibawah harga pasar sehingga bisa bersaing dg tetap mempertahankan kualitas yang baik Hubungan baik dengan para counter dan pemasok bahan baku Adanya Visi dan Misi Perusahaan mempekerjakan karyawan dgn maksud membantu (visi sosial) Pendistribusian produk ke counter dilakukan dengan sistem seleksi untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran KELEMAHAN Tingkat kualitas SDM yang masih rendah Daya tahan produk kadang lebih rendah dari perkiraan Pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan Mesin/Peralatan masih sederhana Struktur organisasi masih sederhana
Total Attractive Score (TAS)
A B
C
D E F
G
I J K
L
M
N
0.28
Total Attractive Score (TAS)
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
4
0.28
4
-
-
-
0.16
0
-
-
-
-
0.069
0
-
4
0.28
-
-
-
0.057
0
-
0
-
-
-
-
0.057
0
-
0
-
-
-
-
0.070
0
0.077
4
0.31 0.21
-
3
0.21
-
-
-
3
0.23
-
-
-
4
0.28
0.070
3
0.058
0
0.082
3
0.25
0.062
4
0.25
4
0.25
-
-
-
0.077
4
0.31
4
0.31
-
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
3
0.25
-
-
-
0.065
0
-
0
-
-
-
-
0.077 0.054
0 0
-
3 0
0.23 -
-
-
-
ALTERNATIF STRATEGI - 13
ALTERNATIF STRATEGI - 14
ALTERNATIF STRATEGI - 15
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI - 12 Proporsi pembuatan brownies kering lebih dominan/banyak, pemasaran dan promosi 'broker' ditingkatkan, produksi kue basah bila sudah jelas pembelinya (berdasarkan pesanan)
Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan setia brownies
Total Attractive Score (TAS) 0.29
Attractive Score (AS) 2
Total Attractive Score (TAS) 0.14
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0
Attractive Score (AS)
Total Attractive Score (TAS)
0.071
4
-
-
-
0.085
0
-
0
-
-
-
-
0.070
0
-
0
-
-
-
-
0.062
4
0.25
2
0.12
-
-
-
0.071
4
0.29
4
0.29
-
-
-
0.067
3
0.20
2
0.13
-
-
-
-
-
-
-
ANCAMAN Kondisi politik dan keamanan semasa Pemilu 2009
Pengaruh dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat dari krisis keuangan dunia (likuiditas) terhadap harga dan daya beli masyarakat Sering tertahannya perputaran uang di counter/Tidak lancarnya perputaran uang Adanya kemungkinan naik turunnya suku bunga pinjaman bank akibat krisis keuangan global Adanya kemungkinan naiknya harga BBM sesuai fluktuasi harga BBM dunia yang akan mempengaruhi harga produk Adanya Produk Brownies dari Luar Kota seperti Merk Kartika Sari (Bandung) yang masuk ke Kota Bogor dan adanya pendatang baru serta banyaknya usaha brownies di Kota Bogor Banyaknya pesaing untuk produk Bakeries di Kota Bogor
Attractive Score (AS)
0
3
0.056 H
Total Attractive Score (TAS)
ALTERNATIF STRATEGI - 15
ALTERNATIF STRATEGI - 14 0
0.069
Attractive Score (AS) PELUANG Banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Bogor Turunnya Harga BBM menjadi Rp. 4500 dari semula Rp. 6000 sehingga biaya distribusi menjadi rendah Kebijakan Pemerintah yang mendukung kepada usaha kecil dengan menurunkan tingkat suku bunga BI rate, adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana besarnya jaminan sebagian besar ditanggung pemerintah, dan adanya kemudahan pinjaman PDRB dan daya beli penduduk Kota Bogor tahun 2007 yang sedikit meningkat Jumlah penduduk yang meningkat Perkembangan Teknologi Informasi dan meningkatnya pengetahuan penduduk mengenai komputer
Attractive Score (AS)
ALTERNATIF STRATEGI - 13
0.054
ALTERNATIF STRATEGI - 11
Faktor Strategi Eksternal
ALTERNATIF STRATEGI - 12 Proporsi pembuatan brownies kering lebih dominan/banyak, pemasaran dan promosi 'broker' ditingkatkan, produksi kue basah bila sudah jelas pembelinya (berdasarkan pesanan)
0
-
0.060
2
0.12
0.078
0
-
0
-
2
0.12
0
-
-
-
-
-
-
-
0.066
0
-
0
-
-
-
-
0.076
0
-
0
-
-
-
-
0.081
4
0.32
2
0.16
-
-
-
0.080
4
0.32
2
0.16
-
-
-
0.076
4
0.30
2
0.15
-
-
-
Adanya produk substitusi
Total Skor
2.000
3.85
3.59
-
-
-
RANKING STRATEGI TERPILIH DARI PROSES PERHITUNGAN DENGAN MA QSPM MENURUT KELOMPOK STRATEGI Responden = H. Maman Surahman & Gupuh S
A. Penetrasi Pasar No.
STRATEGI
1
Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor. (S2, S5,S10,O2,O3)
2
Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5)
3
Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies
4
Proporsi pembuatan brownies kering lebih dominan/banyak, pemasaran dan promosi 'broker' ditingkatkan, produksi kue basah bila sudah jelas pembelinya (berdasarkan pesanan)
5
Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor (S2, S8, S10, T6, T7)
6
Melakukan Investasi untuk memodernkan/mengganti Peralatan dan Mesin yang ada. (W4, O3)
7
Meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari (W1, O1, O4, O5)
B. Fokus pada produk No. 1
STRATEGI Fokus pada produk yang mempunyai segmen terbesar (W4, T6, T7, T8).
C. Pengembangan Produk No.
STRATEGI Membuat produk-produk baru atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6)
1-2 Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). (W2, O1, O4,O5)
3
Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3)
4
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8)
RANKING STRATEGI TERPILIH DARI PROSES PERHITUNGAN DENGAN MATRIKS QSPM Responden = H. Maman Surahman & Gupuh S
No.
STRATEGI
1
Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor. (S2, S5,S10,O2,O3)
2 3
Kelompok Strategi
SKOR
Penetrasi Pasar
5.39
Menggalakkan usaha pemasaran oleh marketing Elsari misalnya dengan mengikuti pameran dan promosi lainnya (S6, S7, S8, S10, O1, O4, O5)
Penetrasi Pasar
4.47
Menjaga dan melakukan promosi pada pelanggan tetap brownies
Penetrasi Pasar
4.45
Pengembangan Produk
4.23
Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker'). (W2, O1, O4,O5)
Pengembangan Produk
4.23
6
Proporsi pembuatan brownies kering lebih dominan/banyak, pemasaran dan promosi 'broker' ditingkatkan, produksi kue basah bila sudah jelas pembelinya (berdasarkan pesanan)
Penetrasi Pasar
4.21
7
Menambah modal kerja (bahan baku, upah kerja,dll.) agar peralatan yang ada dapat menghasilkan produk secara optimal dan atau untuk meningkatkan jumlah produksi (S2, S4, S5, O3)
Pengembangan Produk
4.15
8
Memasukkan produk di counter-counter yang mempunyai tempat strategis a.l. di pusat kota yang dapat dicapai saat jam istirahat pegawai dan counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor (S2, S8, S10, T6, T7)
Penetrasi Pasar
3.78
9
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil penjualan, menampung keluhan pelanggan, pihak counter dan melakukan riset pasar (S1,S8,T1,T2, T6, T7, T8)
Pengembangan Produk
3.74
Fokus pada produk
3.42
Membuat produk-produk baru atau membuat produk dengan ukuran yang sedikit lebih kecil tetapi harga tetap (S6, T2,T5,T6)
4-5
10
Fokus pada produk yang mempunyai segmen terbesar (W4, T6, T7, T8).
11
Melakukan Investasi untuk memodernkan/mengganti Peralatan dan Mesin yang ada. (W4, O3)
Penetrasi Pasar
3.38
12
Meningkatkan profesionalisme tenaga marketing Elsari (W1, O1, O4, O5)
Penetrasi Pasar
3.25
Lampiran 21
Foto-foto Peralatan dan Produk Elsari
Beberapa Peralatan
Pemilik Elsari, H. M. Surahman di IK Elsari
Mixer Besar
Loyang
Oven Berdiri
Rak Stainless Steel
Oven duduk stainless steel dan Kompor Gas
Produk
Kue
Brownies panggang
Brownies Kukus