KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA BRONKITIS KRONIS DI RSUD DR. MOEWARDI
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh : WURI LISTYANI RAHARJO 2011.1389
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Penelitian dengan judul “Kajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Bronkitis Kronis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”, Telah Diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis IImiah Program DIII Keperawatan STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DisusunOleh: WURI LISTYANI RAHARJO NIM.2011.1389
Pada: Hari Tanggal
: Sabtu : 12 Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
SitiSarifah, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIDN.0620047603
Nanang Sri Mujiono, S.Kep NIDN. 0623077001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Kajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Bronkitis Kronis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Disusun oleh WURI LISTYANI RAHARJO NIM. 2011.1389
Penguji I
Weni Hastuti,.S.Kep.,M.Kes NIDN. 0618047704
Penguji II
Penguji III
Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep Siti Sarifah,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIDN. 0623087703 NIDN. 0620047603
Mengetahui,
Ketua STIKES
Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes NIDN. 0618047704
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA BRONKITIS KRONIS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya saya sendiri (ASLI). Dan isi tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2014
WURI LISTYANI RAHARJO NIM. 2011.1389
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk yang memberikan kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan karya studi kasus ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyusun Karya Studi Kasus ini dengan lancar. Penyusun Karya Studi Kasus ini mengambil judul “ Kajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Bronkitis Kronis di RSUD Dr. Moewardi. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Studi Kasus ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namunberkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Drg. R. Basoeki Soetardjo, MMR selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan studi kasus. 2. Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan data keterangan dan bimbingan selama Studi Kasus.
v
3. Weni Hastuti.,S.Kep.,M.Kes, selakuKetua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Studi Kasus. 4. Siti Sarifah.,S.Kep.,Ns,M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Stusi Kasus ini. 5. Nanang Sri Mujiono.,S.Kep., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Studi Kasus ini. 6. Ayah, Ibu, dan adik-adikku yang baik serta teman-teman seperjuangan, terima kasih telah memberikan doa dan dukungan selama menyusun Karya Studi Kasus ini. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Karya Studi Kasus ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Studi Kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis mengharapkan semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan umumnya dan semua perawat khususnya.
Surakarta,Juli 2014 Penulis
(Wuri Listyani Raharjo)
vi
INTISARI
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA BRONKITIS KRONIS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Wuri Listyani Raharjo1, Siti Sarifah2, Nanang Sri Mujiono3 Latar Belakang. bronkitis kronis merupakan penyakit yang penyebab utamanya adalah merokok, dan hampir semua pasien dengan bronkitis kronis memiliki riwayat merokok. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan juga berkontribusi terhadap terjadinya bronkitis kronis.Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan hasil, angka kejadian bronkitis kronis di RSUD dr, Moewardi Surakarta pada anak-anak sebesar 40,55% dan pada dewasa sebesar 59,45%. Tujuanmendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses dan asuhan keperawatan secara komperehensif terhadap klien bronkitis kronis. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan bronkitis kronis di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Hasil penelitianangka kejadian bronkitis kronis di RSUD dr, Moewardi Surakarta pada anak-anak sebesar 40,55% dan pada dewasa sebesar 59,45%. KesimpulanHasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari mendapatkan hasil yang cukup mengurangi keluhan pasien.
Kata Kunci : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, Bronkitis kronis 1. Mahasiswa Program D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Pembimbing I Diploma III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Pembimbing II Diploma III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta
vii
ABSTRACT
STUDY IN NURSING CARE TN. T INTERFERENCE WITH MEETING NEEDS oxygenation ON chronic bronchitis IN Hospital dr. Moewardi SURAKARTA
WuriListyani Raharjo1, Siti Sarifah2, Nanang Sri Mujiono3
Background.chronic bronchitis is a disease which is the man cause smoking, and almost all patients with chronic bronchitis had a history of smoking. Dust, odors, and environmental pollution also contribute to the occurrence of chronic bronchitis. Based on the obtained results of the preliminary study, the incidence of chronic bronchitis in dr.Moewardi Surakarta in children was 40.55% and by 59.45% in adults. Objectiveof obtaining an overview and experience of the determination process and nursing care to clients comprehensively chronic bronchitis. MethodsThis study is a descriptive research. The population in this study were patients with chronic bronchitis in dr. Moewardi Surakarta. Resultsof the study the incidence of chronic bronchitis in dr, Moewardi Surakarta in children was 40.55% and by 59.45% in adults. Conclusions The results obtained after nursing care for three days to get enough results reduce patient complaints.
Keywords: Disorders of the needs of oxygenation, chronic bronchitis 1. Student Nursing Program D III PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Diploma Nursing Supervisor I PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Diploma Nursing Supervisor II PKU Muhammadiyah Surakarta
viii
MOTTO
“JikakamumenghitungnikmatAllah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (Q.S. Ibrahim: 34)
Yakin dan percaya pada setiap hal yang Allah berikan, entah hal baik ataupun buruk semua ada tujuan dan hikmahnya.
Semua hal didunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Semua hal sudah diatur olehNya. Karena Kuasa Nya.
Tugaskitabukanuntukberhasil, tapi untuk mencoba, karena saat mencoba kita akan menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil. Setiap usahamu pasti menghasilkan sesuatu.Mengeluh tidak membantu kamu mendapatkan apapun. @harrysuryadii Dalam hal kesuksesan, pasanglah target sebagai orang yang ditonton!! Bukan sebagai penonton. It’s better to fail in the struggle of reaching dreams rather than failing without ever knowing how the fees of struggle Anyone who never made a mistake, then he has never tried anything new. Life is simple, you make choice and don’t look bac k.
ix
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur dan penuh cinta atas kehadirat Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW, penulis sembahkan karyakecilkuini pada: 1. Bunda dan ayahku yang selalu tak lupa mendoakan untuk semua keberhasilanku, dorongan serta motivasi yang tak pernah terputus, sehingga studi ini dapat selesai dengan lancar. 2. Adekku yang selalu memberikan semangat dan doa tulus untuk keberhasilan dan kelancaranku. 3. Teruntuk Wawan Junian Pradana, Ibu Tri dan Bp. Joko, terimakasih sudah memotivasi aku dalam menyelesaikan karya kecilku ini, thankiss dear . 4. My besties, mimod (rima), vita, dian,dan kesayangan-kesayangan aku (arum, jia, munaroh, ojib) yang tak pernah lupa memberikan support serta doa nya untukku. Selalu ada saat aku semangat ataupun lelah. 5. Teruntuk Bu Siti Sarifah,Pak Nanang, Bu Weni dan Bu Cemy selaku pembimbingku, yang dengan sangat sabar dan sukarela membimbingku sampai studi ini selesai. 6. Teruntuk teman-teman yang membantuku dengan sukarela.Khususnya Deg Nunu. You are my besties nunu. 7. Dan tak lupa Almamater tercinta dan semua teman-temanku tingkat 3 yang aku sayang.
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
ABSTRAK.....................................................................................................
vii
MOTTO .........................................................................................................
ix
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Tujuan ......................................................................................
3
C. Manfaat ....................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTeori Diagnosa Medis ...............................................
6
1. Pengertian Bronkitis Kronis ..............................................
6
2. Etiologi ..............................................................................
6
3. Patofisiologi .......................................................................
7
4. Anatomi Fisiologi ..............................................................
8
5. Klasifikasi Bronkitis Kronis ..............................................
9
6. Manifestasi Klinis ..............................................................
10
7. Pemeriksaan Penunjang .....................................................
11
xi
8. Komplikasi ........................................................................
14
9. Penatalaksanaan .................................................................
14
10. Asuhan Keperawatan Bronkitis Kronis .............................
14
B. TinjauanTeori Oksigenasi .......................................................
23
1. Pengertian ..........................................................................
23
2. Fungsi Pernapasan .............................................................
23
3. Kebutuhan Oksigen ...........................................................
24
4. Faktor Resiko yang Memperberat Masalah Oksigenasi ....
24
5. Perubahan Fungsi Pola Napas ...........................................
26
6. Manifestasi Klinis ..............................................................
27
7. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .................................
27
8. Pathway ............................................................................
39
BAB III METODE STUDI KASUS A. Desain Studi Kasus ..................................................................
40
B. Tempat dan Waktu ..................................................................
40
C. Subyek Studi Kasus .................................................................
40
D. Instrumen .................................................................................
41
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
41
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN A. RESUME KASUS ...................................................................
43
1. Pengkajian .........................................................................
43
2. Analisa Data ......................................................................
47
3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ..............................
48
B. PEMBAHASAN......................................................................
53
BAB V PENUTUP ........................................................................................
60
A. SIMPULAN .............................................................................
60
B. SARAN ...................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan .............................................................
19
Tabel 2.2 Analisa Data ...................................................................................
47
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Asuhan Keperawatan Lampiran 5. Surat Pengantar Penelitian Lampiran 6.Surat Balasan Penelitian Lampiran 7. Surat Penyelesaian Penelitian Lampiran 8. Lembar Konsultasi
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bronkitis kronis adalah salah satu komponen dari penyakit paru obstruksi kronis. Deskripsi standart tentang bronktis kronis adalah batuk berdahak yang terjadi selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. Eksaserbasi akut bronkitis kronis didefinisikan sebagai memburuknya gejala respirasi seperti: batuk, sekresi dahak yang berlebihan, dan kesulitan bernafas. Bronkitis kronis terutama terjadi pada orang dewasa dan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Ikawati, 2011). Bronkitis kronis adalah batuk berulang dan berdahak selama lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3 tahun. Sebab utamanya adalah merokok, berbagai penyakit akibat pekerjaan, polusi udara, dan usia tua, terutama pada laki-laki. Hipersekresi dan tanda-tanda adanya penyumbatan saluran napas yang kronik merupakan tanda dari penyakit ini. Beberapa faktor sering dikaitkan dengan patogenesis bronkitis kronik, tetapi penyebab persisnya tidak diketahui (Ikawati, 2011). Faktor utama bronkitis kronis adalah merokok, dan hampir semua pasien dengan bronkitis kronis memiliki riwayat merokok. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan juga berkontribusi terhadap terjadinya bronkitis kronis (Rab, 2010). Sebagaimana telah diketahui bahwa bronkitis kronis termasuk ke dalam kelompok PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis). Berdasar data
1
2
yang didapat dari World Health Organization (WHO) ditunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO, 2002). Di negara barat, kekerapan bronkitis diperkirakan sebanyak 13% diantara populasi (WHO, 2003). Di indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinikklinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita, penyakit ini dapat diderita oleh anak-anak bahkan dapat merupakan kelainan kongenital. Gejala bronkitis kronik adalah batuk dengan dahak yang banyak, sesak (bersifat progesif), dan penurunan toleransi terhadap aktivitas dan latihan (Rahayu, 2004). Dari catatan medik ditemukan penderita bronkitis kronis pada anak sebesar 40,55 % dan pada dewasa sebesar 59,45 %. Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan kondisi yang tidak seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Peranan perawat sebagai profesi kesehatan dimana salah satu tujuan pelayanan keperawatan adalah membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Asmadi, 2008). Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup
3
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 kejaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis (Harahap, 2005). Oksigenasi memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional menhalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang utama dan paling vital bagi tubuh (Asmadi, 2008). Penulis tertarik mengambil kasus bronkitis kronik karena penyebab tersering dari penyakit ini dipandang hal yang sudah biasa di lingkungan kita akibat pencemaran udara dan pemahaman masyarakat tentang bahaya merokok masih rendah. Ditempat – tempat umum masih banyak kita jumpai orang – orang yag merokok, mereka tidak menyadari bahwa merokok tidak hanya membahaykan dirinya sendiri tetapi juga merugikan anak – anak dan orang lain.
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Mahasiswa
mendapat
gambaran
dan
pengalaman
tentang
penetapan proses dan asuhan keperawatan secara komperehensif terhadap klien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
4
2.
Tujuan Khusus Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan bronkitis kronis, mampu: a.
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
b.
Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
c.
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
d.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
e.
Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
C. Manfaat 1.
Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2.
Bagi InsitusiPendidikan a.
Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan bacaan kepustakaan.
5
b.
Dapat
sebagai
wacana
bagi
institusi
pendidikan
dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang. 3.
Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada pasien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
4.
Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan pada pasien bronkitis
kronis
dengan
gangguan
pemenuhan
kebutuhan
oksigenasi.Supaya derajat kesehatan pasien lebih meningkat. 5.
Bagi pasien atau keluarga Pasien penderita bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi bisa menerima perawatan yang maksimal dari petugas kesehatan.Sehingga keluarga bisa menjaga anggota keluarga yang lain supaya terhindar dari penyakit bronkitis kronis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis 1. Pengertian Bronkitis Kronis Bronkitis kronis adalah salah satu komponen dari penyakit paru obstruksi kronis. Deskripsi standart tentang bronktis kronis adalah batuk berdahak yang terjadi selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. Eksaserbasi akut bronkitis kronis didefinisikan memburuknya gejala respirasiseperti : batuk, sekresi dahak yang berlebihan, dan kesulitan bernafas. Bronkitis kronis terutama terjadi pada orang dewasa dan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Ikawati,2011). Bronkitis kronis adalah batuk berulang dan berdahak selama lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3 tahun. Sebab utamanya adalah merokok, berbagai penyakit akibat pekerjaan, polusi udara, dan usia tua, terutama pada laki-laki. Hipersekresi dan tanda-tanda adanya penyumbatan saluran napas yang kronik merupakan tanda dari penyakit ini (Rab, 2010). 2. Etiologi Beberapa faktor sering dikaitkan dengan patogenesis bronkitis kronik, tetapi penyebab persisnya tidak diketahui. Faktor utama bronkitis kronis adalah merokok, dan hampir semua pasien dengan bronkitis kronis
6
7
memiliki riwayat merokok. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan juga berkontribusi terhadap terjadinya bronkitis kronis. Dikenal istilah industrial bronkitis, yaitu bronkitis kronis yang disebabkan oleh paparan polutan yang berasal dari lingkungan atau tempat kerja (pabrik asbes atau tambang, dan lain-lain) dingin, perubahan iklim yang drastis juga dapat memicu bronkitis kronis, termasuk hipersekresi mukus pada penderita asma juga bisa memicu terjadinya bronkitis kronis. Fakta menunjukkan bahwa infeksi saluran napas kambuhan yang sering terjadi merupakan faktor predisposisi seseorang untuk mengalami bronkitis kronis.Infeksi virus dan bakteri berperan dalam 7% sampai 64% kejadian eksaserbasi akut bronkitis kronis (Ikawati, 2011). Virus yang paling sering dijumpai pada eksaserbasi akut bronkitis kronis adalah : (1) Influenza A atau B ; (2) Parainfluenzae ; (3) Coronavirus ; (4) Rhinovirus. Bakteri yang paling sering dijumpai pada eksaserbasi akut bronkitis kronis adalah : (1) Staphylococcus pneumonia; (2) Staphylococcus aureus; (3) Haemophilus influenza; (4) Haemophilus parainfluenzae ; (5) Moraxella catarrhalis; (6) Spesies Neisseria; (7) Spesies Pseudomonas. 3. Patofisiologi Beberapa abnormalitas fisiologis pada mukosa bronkus dapat menyebabkan bronkitis kronis. Telah diketahui bahwa pasien bronkitis kronis lebih kerap mengalami infeksi saluran nafas karena terjadinya kegagalan pembersihan mukosiliar terhadap inhalasi kronis berbagai
8
senyawa iritan. Faktor yang menyebabkan gagalnya pembersihan mukosiliar adalah adanya proliferasi sel goblet (sel yang memproduksi mukus) dan pergantian epitel yang bersilia dengan yang tidak bersilia. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan bronkus pada penderita bronkitis kronis untuk membersihkan dahak yang kental dan lengket (Ikawati, 2011). Perubahan
mukosa
bronkus
lainnya
yang
menyebabkan
kecenderungan terjadinya infeksi adalah hipertrofi dan dilatasi kelenjar penghasil mukus. Selain itu, inhalasi iritan toksik dapat menyebabkan obstruksi bronkus karena terjadi stimulasi aktivitas kolinergik dan peningkatan tonus bronkomotor. Bakteri yang bertempat di epithelial bronkus
(flora
nasofaring)
juga
cenderung
menyebabkan
pasien
mengalami eksaserbasi akut bronkitis kronis. Bakteri Haemophilus influenzae dan mikroorganisme lain yang tinggal di epitel bronkus akan menjadi patogenik jika daya tahan tubuh pasien melemah. Daya tahan tubuh melemah antara lain jika kemampuan fagositosis bakteria oleh neutrofil berkurang, aktivitas bekterisidal berkurang, jumlah makrofag berkurang, atau berkurangnya kadar immunoglobulin A (Ikawati, 2011). 4. Anatomi Fisiologi Bronkus yang berbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampak paru. Bronkus kanan lebih
9
pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat dibawah arteri, disebut dengan bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah. Fungsi bronkus yaitu agar udara dapat bebas masuk ke dalam paru-paru bronkus-bronkus tersebut akan berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampak paru-paru (Pearce, 2009). Terdapat beberapa divisi bronchus didalam setiap lobus paru. Pertama adalah bronchus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri). Bronchus lobaris dibagi menjadi bronchus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk klien tertentu. Bronchus
segmental
kemudian
dibagi
lagi
menjadi
bronchus
subsegmental. Bronchus ini diliputi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limpatik dan saraf (Manurung, 2009). 5. Klasifikasi Bronkitis Kronis Macam-macam bronkitis menurut Ikawati, (2011) dapat dibagi menjadi 2, yaitu : a. Bronkitis akut Bronkitis akut adalah suatu peradangan bronki dan kadangkadang mengenai trakea, batuk produktif dengan dahak purulent.
10
b. Bronkitis kronis Bronkitis kronis adalah kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun yang disertai dengan batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak ± 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun. Tingakatan bronkitis kronis : 1) Kelas I
: trakheobronkitis akut
2) Kelas II
: bronkitis kronis
3) Kelas III
: bronkitis kronis dengan komplikasi
4) Kelas IV
: infeksi bronkitis kronis
Secara klinis, bronkitis kronis dapat dibagi menjadi 3 jenis, yakni : 1) Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan. 2) Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis with obstruction) ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi. 3) Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaaan klinik oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah. 6. Manifestasi Klinis Tanda gejala bronkitis kronis menurut Ikawati, (2011) yaitu : a. Batuk produktif dahak meningkat
11
b. Batuk disertai dahak purulen c. Batuk berdarah (hemoptysis) d. Dada sesak e. Mengi f. Anoreksia ( nafsu makan menurun) g. Demam Tanda gejala bronkitis kronis menurut Rab,(2010) yaitu : a. Batuk terutama pada pagi hari pada perokok. b. Dispnea, makin lama makin berat dan sehari penuh, terutama pada musim dimana udara dingin dan berkabut. c. Sesak nafas pada malam hari. 7. Pemeriksaan Penunjang Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkitis kronis menurut Rab (2010) meliputi : a. Rontgen thoraks b. Analisa sputum c. Tes fungsi paru d. Pemeriksaan Kadar gas darah arteri 1) Pemeriksaan fungsi paru Respirasi (pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal 12 – 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru.
12
Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri. Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada
tiap
orang
sangat
bervariasi
tergantung
pada
saat
pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkhiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. 2) Analisa gas darah Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan ph sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit.
13
Pemeriksaan fisik dan data-data laboratorium lainnya. Ukuran – ukuran dalam analisa gas darah sebagai berikut: a) PH normal
: 7,35 – 7,45
b) Pa CO2 normal
: 35 – 45 mmHg
c) Pa O2 normal
: 80 – 100 mmHg
d) Total CO2 dalam plasma darah normal : 24 – 31 mEq e) HCO3 normal
: 21 -30 mEq
f) Base ekses normal
: -24 s.d +2,3
g) Saturasi O2 lebih dari
: 90%
3) Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan foto thoraks posterior anterior dilakukan untuk menilai derajat progesivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun. 4) Pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberkulosis paru. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronkitis, sputum jumlahnya banyak sekali, purulen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 lapisan.
14
a) Lapisan teratas agak keruh b) Lapisan tengah jernih terdiri atas saliva (ludah) c) Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (celluler debris). 8. Komplikasi Komplikasi bronkitis kronis menurut Rab, (2010) meliputi : a. Korpulmonale b. Gagal jantung kanan c. Gagal pernapasan 9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Ikawati, (2011) meliputi: a. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok. b. Beri saran kepada pasien agar menghindari inhalasi udara yang terpolusi. c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan (banyak minum air putih). d. Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban udara. 10. Asuhan Keperawatan Bronkitis Kronik a. Pengkajian 1) Identitas Nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , penanggung jawab, agama, status kawin, alamat, nomor rekam medik, ruang
15
rawat, tanggal masuk, diagnosa medik, yang mengirim atau merujuk, tinggi badan dan berat badan, sumber informasi. 2) Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama : Batuk persisten, produksi sputum seperti warna kopi, dispnea dalam beberapa keadaan, sesak nafas. b) Riwayat kesehatan dahulu Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun, dan paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut, adanya riwayat merokok. c) Riwayat kesehatan keluarga Penelitian terakhir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prevalensi terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi. Selain itu, klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronkitis mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah, dan bukan penyakit yang diturunkan (Muttaqin, 2012). 3) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik menurut (Muttaqin, 2012) meliputi : a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
16
b) B1 (Breathing) 1) Inspeksi Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronkitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning
kehijauan
sampai
hitam
kecoklatan
karena
bercampur darah. 2) Palpasi Taktil fremitus biasanya normal. 3) Perkusi Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh pada lapang paru. 4) Auskultasi Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronkial dan ronkhi basah.
17
c) B2 (Blood) Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum,denyut nadi takikardi,tekanan darah normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran. d) B3 (Brain) Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak mengalami komplikasi penyakit serius. e) B4 (Bladder) Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok. f) B5 (Bowel) Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. g) B6 (Bone) Kelemahan
dan
kelelahan
fisik,
secara
umum
sering
menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. 4) Data subyektif : a) Pasien mengatakan kesulitan bernafas b) Pasien mengatakan merokok c) Pasien mengatakan sesak napas
18
5) Data obyektif : a) Suara nafas tambahan : ronkhi, weezing (akibat obstruksi bronkus) b) Sputum (+) c) Pola nafas tidak teratur : Dispnea, edema, penggunaan otot bantu pernapasan. d) Sianosis e) Penurunan berat badan b. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronkitis adalah : 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan bronkospasme (Manurung, 2008). 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen (Manurung, 2008). 3) Hipertermi
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
laju
metabolisme sekunder dari bakteremia/viremia (Muttaqin, 2012). 4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan ventilasi : hiperventilasi (Amin, 2012) 5) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, dispnea (Amin, 2012).
19
c. Perencanaan Keperawatan Tabel 2.1. Perencanaan Keperawatan No 1.
Diagnosa medis Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan bronkospasme
Tujuan dan kriteria hasil Tujuan : bersihan jalan nafas efektif. Kriteria hasil : a. Sputum (-) b. Bunyi nafas vesikuler c. Batuk berkurang atau hilang d. Sesak nafas berkurang atau hilang e. Klien tidak merokok f. Tanda-tanda vital normal
Intervensi Intervensi : a. Kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, keceptan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan. b. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi. c. Ajarkan dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif. d. Pertahankan hidrasi adekuat, asupan cairan 4050 cc/kg BB/24jam. e. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontra indikasi. f. Anjurkan klien untuk menghindari iritasi seperti asap rokok, aerosol dan asap. g. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik.
2.
Gangguan Tujuan : gangguan Intervensi : pertukaran gas pertukaran gas teratasi a. Pertahankan posisi tidur berhubungan Kriteria hasil : fowler. dengan perubahan a. Nilai analisa gas b. Ajarkan klien pernafasan suplai oksigen darah dalam batas diafragmatik dan normal. pernafasan bibir. b. Kesadaran kompos c. Kaji pernafasan, mentis. kecepatan dan kedalaman c. Klien tidak bingung. serta penggunaan otot bantu pernafasan. d. Sputum (-). e. Klien melakukan d. Kaji secara rutin warna kulit dan membran pernafasan mukosa. diafragmatik dan pernafasan bibir. e. Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, f. Sianosis (-).
20
g. Fremitus hilang. h. Tanda vital dalam batas normal.
f. g. h. i.
hisap lendir jika diindikasikan. Awasi tingkat kesadaran atau status mental klien, catat adanya perubahan. Ukur tanda vital setiap 45 jam dan awasi irama jantung. Palpasi fremitus. Berikan oksigen sesuai indikasi.
3.
Hipertermi yang Tujuan : suhu tubuh Intervensi : berhubungan kembali kebatas normal. a. Monitor status suhu tubuh dengan peningkatan Kriteria hasil : secara periodic. laju metabolisme a. Suhu tubuh dalam b. Berikan kompres hangat sekunder dari batas normal. di area kepala dan lipatan bakteremia/viremia b. Tekanan darah dalam ketiak. batas normal. c. Berikan perawatan mulut c. Denyut nadi normal. tiap 4 jam jika sputum berbau busuk. d. Pernapasan dalam batas normal. d. Pertahankan kesegaran ruangan. e. Kolaborasi dengan ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama demam. f. Dukung klien untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein. g. Berikan makanan dengan porsi sedikti tapi sering dan mudah dikunyah jika ada sesak napas.
4.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan ventilasi : hiperventilasi
NOC : NIC : a. Respiratory status : Arway management ventilation a. Buka jalan nafas, gunakan b. Respirator status : tehnik chin lift atau jaw airway patency thrust bila perlu c. Vital sign status b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
21
Definisi pertukaran inspirasi ekspirasi adekuat.
: Kriteria hasil : udara a. Mendemonstrasikan atau batuk efektif dan tidak suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea Batasan (mampu karakteristik : mengeluarkan sputum dan mampu bernafas a. Penurunan dengan mudah, tidak tekanan ada pursed lips) inspirasi. b. Menunjukkan jalan b. Penurunan nafas yang paten tekanan (pasien tidak merasa ekspirasi tercekik, irama nafas, c. Penurunan frekuensi nafas dalam pertukaran udaa renyang normal, tidak per menit ada suara nafas d. Menggunakan tambahan) otot pernafasan c. Tanda-tanda vital tambahan dalam rentang normal e. Nasal faring (tekanan arah, nadi, f. Dyspnea respirasi, dan suhu) g. Orthopnea h. Perubahan ekskursi dada i. Fase ekspirasi memanjang j. Pernafasan bibir mecucu k. Peningkatan diameter anteriorposterior l. Melakukan posisi tiga titik m. Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan : a. Hiperventilasi b. Ansietas c. Deformitas tulang d. Kelainan bentuk dinding dada
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan d. Pasang mayo bila perlu e. Lakukan fisioterapi dada bila perlu f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan h. Lakukan suctn pada mayo i. Berikan bronkodilator bila perlu j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl lembab k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan l. Monitor respirasi dan status O2 Terapi oksigen a. Bersihkan hidung, mulut dan sekret trakea b. Pertahankan jalan nafas yang paten c. Atur peralatan oksigen d. Pertahankan posisi pasien e. Observasi adanya tandatanda hipoventilasi f. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
22
e. Kelelahan f. Gangguan musculoskeletal g. Obesitas h. Posisi tubuh i. Kelelahan otot pernafasan j. Sindrom hipoventilasi 5.
Nutrisi kurang dari NIC : kebutuhan a. Nutrition status : berhubungan makanan dan cairan dengan anoreksia, yang masuk dispnea Kriteria hasil : Definisi : intake a. Adanya peningkatan nutrisi tidak cukup berat badan sesuai untuk keperluan dengan tujuan metabolism b. Berat badan ideal sesuai tinggi badan Batasan c. Mampu karakteristik : mengidentifikasi a. Berat badan kebutuhan nutrisi 20% atau lebih d. Tidak ada tanda-tanda dibawah ideal malnutrisi b. Dilaporkan e. Tidak terjadi adanya intake penurunan berat makanan yang badan kurang dari RDA (Recommended Daily Allowance) c. Membran mukosa dan konjungtiva pucat d. Kelemahan otot yang dgunakan untuk meneln atau mengunyah e. Luka, inflamasi pada rongga mulut
NIC : Nutrition management a. Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe d. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi protein dan vit C e. Berikan substansi gula f. Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi g. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Nutrition monitoring a. BB pasien dalam batas normal b. Monitor adanya penurunan BB c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan d. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan e. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
23
f. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan g. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan h. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
f. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
B. Tinjauan Teori Oksigenasi 1. Pengertian Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Saryono, 2011). Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Tarwoto, 2004). 2. Fungsi Pernapasan Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan dapat mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkat ke seluruh tubuh (sel-sel) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa
24
pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak dibutuhkan oleh tubuh (Mubarak, 2008). 3. Kebutuhan Oksigen Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500 – 5000 ml (4,5 – 5 liter). Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% (+ 500 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa (Mubarak.2008). 4. Faktor Risiko yang Memperberat Masalah Oksigenasi Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenasi menurut Tarwoto (2004) yaitu : a. Faktor fisiologi 1) Menurunnya kapasitas mengingat O2 seperti pada anemia. 2) Menurunnya konsentrasi yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. 3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu. 4) Meningkatkan metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain. 5) Kondisi yang mempengaruhi dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal. b. Faktor perkembangan 1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
25
2) Bayi dan anak-anak adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut. 3) Anak usia sekolah dan remaja resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok. 4) Dewasa muda dan paru baya (pertengahan) disebabkan oleh kondisi stress, diet yang tidak sehat, kebiasaan merokok, kurang olahraga yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru. 5) Dewasa tua (lansia) adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun. c. Faktor perilaku 1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan ekspansi paru menurun, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang. 2) Olahraga : latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen. 3) Ketergantungan zat adiktif : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan
penurunan
hemoglobin,
alkohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan. 4) Emosi : perasaan takut, cemas, dna marah dapat menyebabkan metabolisme meningkat.
26
5) Gaya hidup : merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang dan nikotin dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner. d. Faktor lingkungan 1) Tempat kerja. 2) Suhu lingkungan. 3) Ketinggian tempat dan permukaan laut. 5. Perubahan Fungsi Pola Napas a. Hiperventilasi : peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan CO2. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh asidosis, infeksi dan kecemasan. b. Hipoventilasi : penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik untuk penyaluran O2 dan pembuangan CO2. Biasanya ini disebabkan oleh penyakit otot pernapasan, obatobatan, anastesi. c. Hipoksia : kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan O2 pada tingkat sel. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan konsentrasi, kelemahan, peningkatan tanda-tanda vital.
27
6. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis menurut Mubarak (2008) meliputi : a. Pola nafas tidak normal. b. Batuk disertai dahak. c. Dispnea. d. Penurunan keluaran urine. e. Takhipnea. 7. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1) Riwayat keperawatan a) Masalah keperawatan yang pernah dialami. (1) Pernah mengalami pola napas. (2) Pernah mengalami batuk sputum. (3) Pernah mengalami nyeri dada. (4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejalagejala diatas. b) Riwayat penyakit pernapasan (1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain. (2) Bagaimana
frekuensi
setiap
kejadian
.riwayat
kardiovaskuler. (3) Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal jantung ventrikel kanan dan lain-lain) atau peredaran darah.
28
c) Gaya hidup Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok. 2) Pemeriksaan fisik a) Mata (1) Konjungtiva pucat. (2) Konjungtiva sianosis. (3) Konjungtiva terdapat petekie. b) Kulit (1) Sianosis perifer. (2) Penurunan turgor. (3) Edema. (4) Edema periorbital. c) Jari dan kuku (1) Sianosis. (2) Clubbing finger. d) Mulut dan bibir (1) Membran mukosa sianosis. (2) Bernapas dengan mengerutkan mulut. e) Hidung Pernapasan dengan cuping hidung. f) Vena leher Adanya distensi atau bendungan.
29
g) Dada (1) Retraksi otot bantu napas. (2) Pergerakkan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri. (3) Taktil fremitus (getaran pada dada karena adanya udara) (4) Suara napas normal. (5) Cara napas normal (vesikuler) (6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness). h) Pola penapasan (1) Pernapasan normal (eupnea). (2) Pernapasan cepat (takipnea). (3) Pernapasan lambat (bradipnea). i) Pemeriksaan penunjang (1) EKG. (2) Kultur apus tenggorok. (3) Bronkhoskopi. (4) Pemeriksaan darah lengkap dan tes fungsi paru-paru. b. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi 1) Tidak efektifnya cara pembersihan saluran nafas. Definisi : kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret atau slem, sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dalam rangka mempertahankan saluran pernafasan (Tarwoto, 2004). Kemungkinan berhubungan dengan :
30
a) Menurunnya energi dan kelelahan. b) Infeksi trakheobronkial. c) Gangguan kognitif dan persepsi. d) Trauma. e) Bedah thorax. Kemungkinan data yang ada : a) Suara napas tidak normal. b) Penurunan jumlah pernapasan. c) Batuk. d) Sianosis. e) Demam. f) Kesulitan bernapas (dispnea). Kemungkinan masalah klinik pada : a) ARDS, cystic fibrosis. b) Pneumonia, injuri dada. c) Ca. paru, gangguan neuromuskuler. d) COPD. Tujuan yang diharapkan : a) Saluran pernapasan pasien menjadi lebih bersih. b) Pasien dapat mengeluarkan secret. c) Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal. Intervensi dan rasional : a) Sediakan alat suction dalam kondisi baik
31
Rasional : peralatan dalam keadaan siap. b) Monitor jumlah, bunyi nafas, AGD, efek pengobatan bronchodilator. Rasional : indikasi dasar kepatenan atau gangguan saluran pernafasan. c) Pertahankan intake cairan 3000 ml/hari. Rasional : membantu mengencerkan secret. d) Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan batuk efektif. Rasional : memberikan rasa nyaman. e) Bantu oral hygiene setiap 4 jam. Rasional : memberikan rasa nyaman. f) Mobilisasi pasien setiap 2 jam. Rasionalisasi : mempertahankan sirkulasi. g) Berikan
pendidikan
kesehatan
(efek
rokok,
alkohol,
menghindari alergen, latihan bernafas). 2) Tidak efektifnya pola napas. Definisi : kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru (Tarwoto, 2004). Kemungkinan berhubungan dengan : a) Obstruksi tracheal. b) Perdarahan aktif. c) Menurunnya ekspansi paru. d) Infeksi paru.
32
e) Depresi pusat pernapasan. f) Kelemahan otot pernapasan. Kemungkinan data yang ada : a) Perubahan irama pernafasan dan jumlah pernafasan. b) Dispnea. c) Penggunaan otot tambahan. d) Suara nafas tidak normal. e) Batuk disertai dahak. f) Menurunnya kapasitas vital. g) Kecemasan. Kondisi klinik berhubungan dengan : a) Penyakit kanker, infeksi pada dada. b) Penggunaan obat dan keracunan alkohol. c) Trauma dada. d) Myasthenia gravis, Guillian Barre Syndrome. Tujuan yang diharapkan : a) Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernafasan yang efektif. b) Data obyektif menunjukkan pola pernafasan yang efektif. c) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas. Intervensi dan rasional : 1) Berikan oksigen sesuai program. Rasional : mempertahankan oksigen arteri.
33
2) Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, kulit dan AGD. Rasional : mengetahui status pernafasan. 3) Laksanakan program terapi dari dokter. Rasional : memperlancar pernafasan. 4) Posisikan pasien semi fowler. Rasional : meningkatkan pengembangan paru. 5) Bantu dalam terapi inhalasi. Rasional : membantu mengeluarkan secret. 6) Alat-alat emergency dipersiapkan dalam kondisi baik. Rasional : kemungkinan terjadi kesulitan pernafasan yang akut. 7) Berikan penkes : a) Perubahan gaya hidup. b) Menghindari allergen. c) Tehnik bernafas. d) Tehnik relaksasi. Rasional : perlu adaptasi baru dengan kondisi yang sekarang 3) Menurunnya perfusi jaringan tubuh. Definisi : kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat menurunnya nutrisi dan oksigen pada ringkat seluler (Tarwoto, 2004). Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Vasokontriksi. 2) Hipovolemia.
34
3) Thrombosis vena. 4) Edema. 5) Perdarahan. 6) Immobilisasi. Kemungkinan data yang ada : 1) Edema. 2) Pulsasi perifer kecil. 3) Capillary refill lambat. 4) Perubahan warna kulit atau pucat. 5) Menurunnya sensasi. 6) Penyembuhan luka lama. 7) Siaonis. Kondisi klinis berhubungan dengan : 1) CHF. 2) Infark miokardial. 3) Peradangan pada jantung. 4) Hipertensi. 5) Syok. 6) COPD. Tujuan yang diharapkan : 1) Menurunnya insufisiensi jantung. 2) Suara pernafasan dalam keadaan normal.
35
Intervensi dan rasional : 1) Monitor denyut jantung dan irama. Rasional : mengetahui kelainan jantung. 2) Monitor tanda-tanda vital, bunyi jantung, CVP, edema dan tingkat kesadaran. Rasional : data dasar untuk mengetahui perkembangan pasien. 3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit, darah lengkap. Rasional : mengetahui keadaan umum pasien. 4) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan. Rasional : mengurangi kecemasan dan pasien lebih kooperatif. 5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan. Rasional : meningkatkan perfusi. 6) Ukur intake dan output cairan. Rasional : mengurangi kelebihan dan kekurangan cairan. 7) Lakukan perawatan kulit, seperti pemberian lotion. Rasional : menghindari gangguan integritas kulit. 8) Hindari terjadinya palsava maneuver (membuang napas scara paksa dengan cara menutup bibir dan hidung) seperti mengedan, menahan nafas, dan batuk. Rasional :mempertahankan pasokan oksigen. 9) Batasi pengunjung. Rasional : mengurangi stress dan energy bicara.
36
10) Berikan pendidikan kesehatan : a) Proses terapi b) Perubahan gaya hidup c) Tehnik relaksasi d) Program latihan e) Diet f) Efek obat Rasional : meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya kambuh dan komplikasi. 4) Gangguan pertukaran gas Definisi : suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbondioksida diantara alveoli paru dan system vaskuler (Tarwoto, 2004). Kemungkinan penyebab : 1) Penumpukan cairan dalam paru. 2) Gangguan pasokan oksigen. 3) Obstruksi saluran nafas. 4) Bronkhospasme. 5) Atelaktasis. 6) Edema paru. 7) Pembedahan paru. Kemungkinan data ditemukan : 1) Sesak nafas.
37
2) Penurunan kesadaran. 3) Nilai AGD tidak normal. 4) Perubahan tanda vital. 5) Sianosis atau takhikardia. Kondisi klinik berhubungan dengan : 1) COPD 2) CHF 3) Asma 4) Pneumonia Tujuan yang diharapkan : 1) Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas. 2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti : tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah. Intervensi dan rasional : 1) Monitor atau kaji, catat tanda-tanda vital, nyeri, kesulitan bernafas, hasil laboratorium, retraksi sterna, penggunaan otot bantu pernafasan, penggunaan oksigen, X-ray. Rasional : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut. 2) Jaga alat emergency dan pengobatan tetap tersedia seperti ambu bag, ET tube, suction, oksigen. Rasional
:
pernafasan.
persiapan
emergency terjadinya
masalah
akut
38
3) Suction jika ada indikasi. Rasional : meningkatkan pertukaran gas. 4) Monitor intake dan output cairan. Rasional : menjaga keseimbangan cairan. 5) Berikan posisi fowler atau semi fowler. Rasional : mengurangi kesulitan bernafas. 6) Batasi pengunjung. Rasional : mengurangi tingkat kecemasan. 7) Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak. Rasional : menurunkan kebutuhan energy pencernaan. 8) Berikan pendidikan kesehatan tentang : a) Nafas dalam b) Latihan bernafas c) Mobilisasi d) Kebutuhan istirahat e) Efek merokok dan alkohol 9) Jelaskan tehnik suction pada keluarga. Rasional : dapat mengerjakan sendiri dirumah jika memungkinkan.
39
40
BAB III METODE STUDI KASUS
A. DesainStudi Kasus Metode penulisan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus dan metode studi kepustakaan.
B. Tempat dan Waktu Penulisan studi kasus ini penulis mengambil satu kasus yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan bronkitis kronis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tempat yang akan dijadikan sasaran untuk pengkajian asuhan keperawatan yaitu di ruang Anggrek 1. Waktu pengambilan kasus atau pengolahan data untuk dijadikan asuhan keperawatan yaitu pada tanggal 17-19 Juni 2014 (selama 3 hari).
C. Subyek Studi Kasus Penyusunan dalam studi kasus ini penulis membutuhkan subyek atau pasien sesuai dengan kasus yang dikelola yaitu pasien bronkitis kronis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Kriteria pasien laki-laki atau perempuan, berumur + 25-60 tahun.
40
41
D. Instrumen Penulis menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data yang berasal dari format pengkajian yaitu identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, pola-pola fungsional (11 pola fungsi gordon), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien. Data objektif adalah data yang diperoleh dari ekspresi yang penulis lihat dari diri pasien. Adapun dalam pengumpulan data pasien tersebut, dibutuhkan bolpoin dan kertas format pengkajian data.
E. Teknik Pengumpulan Data Penulis dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1. Studi literature Adapun studi literature yaitu mengumpulkan bahan-bahan dan buku keperawatan maupun sumber lain yang berkaitan dengan bronkitis kronis. 2. Observasi Partisivasi Penulis mengadakan pengamatan secara langsung pada keluarga dengan menggunakan panca indera. Teknik pengumpulan data secara observasi partisipasi digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan anggota keluarga, pola kebiasaan keluarga, keadaan lingkungan dan sebagainya, misalnya melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital dan
42
dokumentasi yaitu dengan melihat danmempelajari catatan medik, catatan keperawatan dan hasil-hasil pemeriksaan (penunjang atau laboratorium). 3. Wawancara Penulis melakukan tanya jawab kepada anggota keluarganya serta pasien yang bersangkutan. 4. Pemeriksaan. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan catatan keperawatan pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe.
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus 1. Pengkajian Pada bab ini akan disampaikan asuhan keperawatan pada Tn. T selama 3 hari di bangsal anggrek 1 di RSUD dr. Moewardi Surakarta, yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 juni 2014 jam 08.00 WIB dengan metode wawancara langsung dengan pasien dan keluarga pasien, serta studi dokumentasi. Dari wawancara tersebut didapatkan identitas pasien yaitu nama nama pasien dengan inisial Tn. T, alamat Pacaran Rt 12/03, Sawit, Boyolali, umur 53 tahun, jenis kelamin laki–laki, agama islam, pekerjaan buruh, pendidikan SMA, alamat colomadu, tanggal masuk rumah sakit 15 juni 2014 , No. RM 450550, diagnosa medis bronkitis kronis. Didapatkan identitas penanggung jawab pasien yaitu nama dengan inisial Tn. D, alamat Pacaran Rt 12/03, Sawit, Boyolali, umur 46 tahun, pekerjaan buruh, hubungan dengan pasien adalah adik pasien. Pengkajian keluhan utama didapatkan hasil Tn. T mengeluh sesak napas, batuk dan dahak susah keluar. Riwayat kesehatan sekarang, klien mengalami batuk dan sesak nafas sejak + 3 minggu yang lalu. Kemudian
43
44
klien pergi berobat ke puskesmas terdekat dan diberi obat batuk oleh petugas puskesmas dan klien merasa batuknya berhenti setelah mengkonsumsi obat tersebut. Tetapi setelah beberapa hari pasien mengalami batuk terus menerus lalu pada tanggal 15 Juni 2014 keluarga membawa
klien
ke
IGD
RSUD
dr.Moewardi
Surakarta
untuk
mendapatkan perawatan. Kemudian di ruang IGD pasien mendapatkan tindakan medis berupa pemberian infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, oksigen 2 liter per menit. Pada riwayat kesehatan dahulu didapatkan hasil Tn. T mengatakan sebelumnya sudah pernah mengalami batuk dan sesak nafas, tetapi tidak pernah berobat dan hanya minum obat yang dibelinya dari warung dan pasien merupakan perokok aktif, sehari menghabiskan + 1-2 bungkus. Pada riwayat kesehatan keluarga didapatkan hasil Tn. T tidak memiliki keluarga yang menderita penyakit keturunan maupun menular. Pengkajian pola fungsional menurut Gordon, biologis : pola oksigenasi : pasien mengatakan ± 3 minggu sesak nafas, batuk dan susah mengeluarkan dahak, RR 26 x/menit, menggunakan otot bantu pernapasan, pola cairan dan elektrolit : pasien mengatakan minum ± 4-5 gelas/hari air putih, terpasang infus RL 20 tpm di ekstremitas atas bagian kiri, pola nutrisi : pasien mengatakan makan 3x/hari dengan porsi yang diberikan dari rumah sakit dengan komposisi nasi, tahu daging, sayur, dan buah, pasien mengatakan habis 4-5 sendok makan saja, karena pasien merasa tidak nafsu makan dan merasa mual bahkan ingin muntah, pola eliminasi BAK dan BAB : pasien mengatakan BAK ± 5-6 x/hari, dengan
45
warna kuning jernih, bau khas amonia, pasien BAB 1x/hari konsistensi lembek, warna kuning. Pola keamanan dan kenyamanan : pasien mengatakan merasa aman karena ditunggui keluarganya, pola personal hygiene : pasien mengatakan mandi 2x/hari disibin oleh keluarga, pola istirahat tidur : pasien mengatakan tidur ± 4-5 jam/hari, pasien tidak dapat tidur dengan nyenyak karena batuk dan dada sesak, pola aktivitas dan latihan : pasien dalam beraktivitas dan dalam pemenuhan kebutuhannya dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat. Konsep diri : gambaran diri : pasien berbadan kurus, kulit sawo matang, ideal diri : pasien berharap sakitnya dapat sembuh dan cepat pulang, harga diri : pasien tidak mengalami gangguan dalam harga dirinya, identitas diri : pasien mengatakan dirinya sebagai laki-laki, peran : pasien berperan sebagai suami dan seorang ayah dari 3 orang anaknya, pola seksual : pasien mempunyai 3 orang anak, pasien tidak mengalami gangguan dalam reproduksi, psikologis : pasien mengatakan sedikit cemas dengan penyakit yang dialami sekarang ini, sosial : pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan orang lain terjalin baik, spiritual dan kultur : pasien beragama islam, dan selalu berdoa untuk kesembuhannya, pengetahuan : pasien sudah mengetahui penyakitnya tetapi belum paham betul. Pemeriksaan fisik : keadaan umum : lemah, tingkat kesadaran : compos mentis, GCS E : 4, M : 5, V: 6 = 15, tanda tanda vital : TD :
46
130/80 mmHg, nadi : 84 x/ menit, RR : 26 x/menit, suhu : 36°C. kepala : kulit kepala tampak bersih, rambut pendek, beruban, mata : kanan kiri simetris, konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan, hidung : tidak terdapat sekret, tampak bersih, septum berada di tengah, telinga : kanan kiri simetris, tidak terdapat serumen, tampak bersih, tidak memakai alat bantu pendengaran, mulut tampak bersih tidak ada caries, tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering, leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, dada : paru-paru : inspeksi : dada simetris, menggunakan otot bantu pernafasan, nafas pendek , pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi : vokal fremitus raba kanan dan kiri sama, perkusi : sonor, auskultasi : suara vesikuler, jantung : inspeksi : ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis kuat angkat, perkusi : pekak, auskultasi : bunyi jantung I dan II murni regular, abdomen : inspeksi : perut rata dengan dada, tidak ada lesi, auskultasi : peristaltik usus 15 x/menit, perkusi : timpani, palpasi : tidak ada nyeri tekan, genetalia tidak terpasang kateter, kulit : tidak terdapat lesi, bersih, warna kulit sawo matang, turgor kulit kering, ekstremitas atas : bagian kiri terpasang infus RL 20 tpm, pada tangan kanan tidak terdapat lesi, dapat gerak bebas, bagian kiri dapat digerakkan, ekstremitas bawah bagian kanan dan bagian kiri : masih utuh dapat digerakkan seperti biasa. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium pada tanggal 15 juni 2014, hematologi : hemoglobin 16 g/dl normal laki-laki 13-18 gr/dl, jumlah leukosit : 6.500/mm3 normal 4000-11.000/mm3, jumlah
47
eritrosit, 5,34/mm3 normal laki-laki 4,5-5,5/mm3, hematokrit : 40 % normal laki-laki 40-50 %, jumlah trombosit : 180.000 /mm3 normal : 150.000-400.000/mm3, golongan darah : A, kimia darah : SGOT : 83 U/L normal laki-laki : < 35 U/L, SGPT : 51 U/L normal laki-laki : < 41 U/L, ureum : 35,7 mg/dl normal 10-50 mg/dl, kreatinin 0,9 mg/dl normal : lakilaki : 0,9-1,3 mg/dl, gula darah sewaktu : 140 mg/dl normal : 70-115 mg/dl, hasil pemeriksaan radiologi, pada pemeriksaan toraks didapatkan gambaran bronchitis kronis disertai bronchiectosis. Program terapi: dexametason 4 mg/8jam iv, methyl prednisolone 4mg/12 jam iv, GG 3x1, dextrometopharn 3x1, aminophilin 10ml/drip/8 jam, nebulizer combivent+vhentolin, O2 2 liter permenit,Infus RL 20 tetes permenit. 2. Analisa Data Tabel 2.2 Analisa Data No Data 1. DS: Pasien mengatakan batuk berdahak tidak dapat dikeluarkan DO: Bunyi tidak produktif, sekret yang dikeluarkan purulen, warna jernih. RR 26 kali permenit, nafas pendek. Tanda-tanda vital : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 84 kali permenit, RR 26 kali permenit, suhu 36oC.
Etiologi Problem Penumpukan Ketidakefektifan sekret yang bersihan jalan nafas berlebihan
48
2.
DS : Penurunan nafsu Gangguan nutrisi : Pasien mengatakan makan kurang dari tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh merasa mual dan ingin muntah, makan hanya habis 4-5 sendok saja. Do : Pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, BB sebelum sakit 56 kg, selama sakit 53 kg
3. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi a. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sekret yang berlebihan. Intervensi pada diagnosa keperawatan 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret yang berlebihan dilaksanakan pada tanggal 17 juni 2014. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bersihan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil : Jalan nafas efektif, tidak ada penumpukan sekret, dahak dapat dikeluarkan. Intervensi : observasi tanda-tanda vital, rasionalisasi untuk mengetahui keadaan umum klien, auskultasi bunyi nafas, rasionalisasi untuk mengetahui apakah ada nafas tambahan atau tidak, bantu pasien dalam
pengambilan
posisi
yang nyaman,
rasionalisasi
untuk
mengurangi sesak nafas, ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif, rasionalisasi untuk membantu mengeluarkan dahak, anjurkan pasien untuk minum air putih hangat, rasionalisasi untuk mengencerkan
49
dahak dan mengurangi sesak nafas, menganjurkan kepada pasien apabila dahak sulit dikeluarkan dapat mempraktekkan dengan teknik nafas dalam dan batuk efektif, rasionalisasi untuk membantu memperlancar keluarnya dahak, kolaborasi dalam pemberian obat pengencer dahak, rasionalisasi untuk mempermudah pengeluaran dahak. Implementasi pada hari selasa tanggal 17 juni 2014 pukul 10.00 WIB : mengobservasi tanda-tanda vital, respon subyektif : pasien mengatakan bersedia dilakukan cek tanda-tanda vital dan respon obyektif tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84 kali permenit, suhu 36o C, respirasi 26 kali permenit, pukul 10.15 WIB mengkaji bunyi nafas,respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diperiksa dan respon obyektif didapatkan bunyi nafas vesikuler. Implementasi hari rabu tanggal 18 juni 2014 pukul 09.00 WIB membantu pasien dalam pengambilan posisi yang nyaman (semifowler), respon subyektif pasien mengatakan akan mengikuti anjuran dari perawat dan respon obyektif pasien kooperatif dan tampak mempraktekkan yang telah diajarkan oleh perawat, pukul 09.15 WIB mengajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif, respon subyektif pasien mengatakan sebelumnya belum pernah melakukan tehnik nafas dalam dan batuk efektif dan respon obyektif pasien tampak mempraktekkan apa yang telah diajarkan oleh perawat dan pasien tampak antusias. Implementasi pada hari kamis tanggal 19 juni 2014 pukul 11.00 WIB menganjurkan
50
pasien untuk minum air putih hangat, respon subyektif pasien mengatakan sudah minum air hangat dan respon obyektif pasien tampak kooperatif dan mengikuti anjuran dari perawat, pukul 11.15 WIB menganjurkan kepada pasien apabila dahak sulit dikeluarkan dapat mempraktekkan dengan teknik nafas dalam dan batuk efektif, respon subyektif pasien mengatakan akan mengikuti anjuran dari perawat dan respon obyektif pasien tampak mempraktekkan apa yang telah diajarkan oleh perawat, pukul 11.30 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat atau tindakan nebulizer, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat atau nebulizer dan respon obyektif pasien diberikan terpai GG 3 x 1 dan nebulizer combivent dan vhentolin. Evaluasi dilakukan pada tanggal 20 juni 2014 pukul 08.30 WIB didapatkan hasil : Subyektif : pasien mengatakan sedikit lega karena dahak dapat dikeluarkan, Obyektif : bunyi nafas vesikuler, dahak dapat dikeluarkan warna jernih, purulen, Assesment : masalah teratasi sebagian, Planning : intervensi dilanjutkan dengan menganjurkan kepada pasien untuk melakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif apabila dahak sulit dikeluarkan, anjurkan untuk minum air putih hangat. b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
51
Intervensi pada diagnosa keperawatan II Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dilaksanakan pada tanggal 17 juni 2014. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi pasien adekuat dengan kriteria hasil : nafsu makan pasien meningkat, makanan habis satu porsi setiap kali makan, turgor kulit elastis atau kenyal, berat badan pasien dalam batas normal. Intervensi : kaji penyebab mual, muntah dan anoreksia, rasionalisasi mengetahui penyebab gangguan nutrisi pasien, anjurkan pasien untuk melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, rasionalisasi untuk menjaga kebersihan mulut, anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering, rasionalisasi untuk mengurangi rasa mual dan rasa ingin muntah, anjurkan kepada pasien untuk makan selagi hangat, rasionalisasi untuk mengurangi rasa mual, anjurkan keluarga untuk timbang berat badan pasien satu minggu satu kali, rasionalisasi untuk mengetahui perkembangan berat badan pasien, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit, rasionalisasi untuk menentukan diit yang sesuai untuk pasien. Implementasi pada hari selasa tanggal 17 juni 2014 pukul 10.15 WIB : mengkaji penyebab mual, muntah dan anoreksia, respon subyektif pasien mengatakan mual dan muntah karena lidah terasa pahit dan respon obyektif pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, pukul 10.30 WIB menganjurkan pasien untuk melakukan perawatan
52
mulut sebelum dan sesudah makan, respon subyektif pasien mengatakan akan mengikuti anjuran perawat dan respon obyektif pasien
kooperatif
dan
tampak
mengikuti
anjuran
perawat.
Implementasi pada hari rabu tanggal 18 juni 2014 pukul 11.30 WIB menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering, respon subyektif pasien mengatakan akan mengikuti anjuran dari perawat dan respon obyektif pasien tampak makan snack yang disediakan dari rumah sakit, pasien kooperatif. Implementasi pada hari kamis tanggal 19 juni 2014 pukul 09.00 WIB menganjurkan kepada pasien untuk makan selagi hangat, respon subyektif pasien mengatakanakan mengikuti anjuran dari perawatdan respon obyektifpasien makan setelah diit dari rumah sakit diberikan, pukul 09.15 WIB berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit, respon subyektif pasien mengatakan mengikuti saja dengan makanan apa yang diberikan dari rumah sakit dan respon obyektif pasien mendapatkan diit (nasi, lauk, sayur dan buah). Evaluasi : subyektif : pasien mengatakan makan habis ½ porsi, masih sedikit mual dan ingin muntah. Obyektif : mukosa bibir lembab, asupan nutrisi cukup. Assesment : masalah teratasi sebagian. Planning : lanjutkan intervensi (anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, makan selagi hangat).
53
B. Pembahasan Pada bab ini npenulis akan membahas proses keperawatan yang dilakukan pada tanggal 17-19 juni 2014 di ruang Anggrek 1 RSUD dr. Moewardi
Surakarta.
Prinsip
dari
pembahasan
ini
adalah
dengan
memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan Sekret yang Berlebihan Diagnosa keperawatan ini ditegakkan pada Tn. T karena ditemukannya data pasien mengatakan batuk berdahak tetapi dahak tidak bisa dikeluarkan, sekali dahak keluar biasanya berwarna bening dan kental tidak disertai darah, batuk biasa terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur, Pada pengkajian Tn. T dihasilkan warna sputum berwarna bening, kualitas sama setiap waktu, warna sama sepanjang hari, sputum kental, sputum tidak berbau, sputum tidak terdapat hemoptisis. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah kegagalan dalam membersihkan cairan sekret dan sumbatan dari saluran nafas untuk menjaga kebersihan dari jalan udara. (Istiqomah, 2010). Tidak efektifnya pembersihan saluran nafas adalah kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret atau slem, sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dalam rangka mempertahankan saluran pernafasan (Tarwoto, 2004).
54
Batuk sulit untuk dievaluasi dan hampir setiap orang pernah mengalami batuk. Klien yang menderita batuk kronik cenderung untuk menyangkal, meremehkan, atau meminimalkan batuk mereka. Pasien dengan bronkitis kronik umumnya memproduksi sputum sepanjang hari, walaupun jumlah sputum yang paling banyak dihasilkan setelah bangun dari posisi semi rekumben atau posisi terlentang datar. Hal ini merupakan akibat akumulasi sputum yang menempel di jalan napas dan disebabkan oleh penurunan mobilitas. Karakteristik sputum meliputi warna sputum yaitu jernih, putih, kuning, bercampur darah, hijau, cokelat, merah. Karakteristik kualitas yang meliputi sama setiap waktu, meningkat, menurun. Karakteristik perubahan warna meliputi warna sama sepanjang hari, warna menjadi jernih jika batuk, warna secara progresif lebih gelap. Karakteristik konsistensi meliputi berbuih, berair, kental.Karakteristik
bau meliputi
bau tidak berbau.Karakteristik
kandungan darah meliputi kadang-kadang, pada awal pagi hari, merah cerah atau merah gelap, mengandung darah. (potter dan perry, 2006 : 1571). Diagnosa keperawatan ini ditegakkan sebagai prioritas utama, karena menurut Abraham Maslow kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigenasi, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
55
Pada oksigenasi menempati urutan yang pertama, sehingga pada kasus oksigenasi harus segera ditangani agar tidak menjadi fatal. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bersihan jalan nafas efektif. Dengan kriteria hasil jalan nafas efektif, tidak ada penumpukan sekret, dahak dapat dikeluarkan. Rencana tindakan yang ditetapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah observasi tanda-tanda vital dengan rasionalisasi untuk mengetahui keadaan umum klien, auskultasi bunyi nafas dengan rasionalisasi untuk mengetahui apakah ada nafas tambahan atau tidak, bantu pasien dalam pengambilan posisi yang nyaman dengan rasionalisasi untuk mengurangi sesak nafas, ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif dengan rasionalisasi untuk membantu mengeluarkan dahak, anjurkan pasien untuk minum air putih hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak dan mengurangi sesak nafas, menganjurkan kepada pasien apabila dahak sulit dikeluarkan dapat mempraktekkan dengan teknik nafas dalam dan batuk efektif dengan rasionalisasi
untuk
membantu
memperlancar
keluarnya
dahak,
kolaborasi dalam pemberian obat pengencer dahak dengan rasionalisasi untuk mempermudah pengeluaran dahak. Tindakan yang diberikan pada Tn. T untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah membantu pasien dalam pengambilan posisi yang nyaman (semifowler). Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif.
56
Posisi semifowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan 15-60 derajat. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. Posisi semifowler berfungsi untuk meningkatkan rasa nyaman, meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru, memberikan perasaan lega pada klien sesak nafas. Tehnik napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal. Tehnik nafas dalam dilakukan dengan cara pasien diajarkan untuk menarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2 detik, lalu Keluarkan secara perlahan dari mulut, kemudian yang terakhir anjurkan pasien untuk melakukan 4-5 kali latihan, melakukan minimal 3 kali sehari (pagi, siang, sore). Batuk efektif dilakukan dengan cara instruksikan kepada Tn. T untuk mengangkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff, lalu kontrol nafas kemudian ambil napas pelan 2 kali, anjurkan kepada Tn. T untuk mengulangi tehnik batuk diatas sampai mukus sampai ke belakang tenggorokkan, setelah itu
57
batukkan dan keluarkan dahak. Faktor yang mendukung dalam melakukan tindakan keperawatan adalah pasien kooperatif dalam melakukan (semifowler)
tindakan untuk
keperawatan mengurangi
memberikan sesak
posisi
napas.Kelemahan
nyaman dalam
melakukan tindakan keperawatan ini adalah Tn. T belum maksimal dalam melakukan tehnik napas dalam dan batuk efektif dikarenakan pasien baru pertama kali melakukan tehnik napas dalam dan batuk efektif. Hasil akhir yang dicapai setelah dilakukan keperawatan selama 3 hari, masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas baru teratasi sebagian dikarenakan pasien masih batuk, dahak hanya sedikit yang dapat keluar, jalan nafas belum efektif dan masih tampak adanya penumpukan sekret. Hal ini dapat dibuktikan dengan pasien mengatakan masih sedikit sesak dan masih batuk serta dahak masih susah dikeluarkan, pasien masih terlihat batuk-batuk, tampak menggunakan otot bantu, sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan dengan anjurkan pasien untuk minum air putih hangat. 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan. Diagnosa keperawatan ini ditegakkan pada Tn. T karena ditemukannya data pasien mengatakan tidak nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah, makan hanya habis 4-5 sendok saja. Data obyektif
58
didapatkan hasil pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, BB sebelum sakit 56 kg, selama sakit 53 kg. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh. (Istiqomah, 2010). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh. (Tarwoto, 2004). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan individu memiliki penurunan kemampuan mengonsumsi cairan atau makanan padat dari mulut ke lambung. (Potter dan Perry, 2006). Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Dengan kriteria hasil nafsu makan pasien
meningkat, makanan habis 1 porsi setiap kali makan,
turgor kulit elastis atau kenyal, berat badan pasien dalam batas normal. Rencana tindakan yang ditetapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji penyebab mual, muntah dan anoreksia, rasionalisasi mengetahui penyebab gangguan nutrisi pasien, anjurkan pasien untuk melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, rasionalisasi untuk menjaga kebersihan mulut, anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering, rasionalisasi untuk mengurangi rasa mual dan rasa ingin muntah, anjurkan kepada pasien untuk makan selagi hangat, rasionalisasi untuk mengurangi rasa mual, anjurkan keluarga untuk timbang berat badan pasien
satu
minggu
satu
kali,
rasionalisasi
untuk
mengetahui
perkembangan berat badan pasien, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
59
menentukan komposisi diit, rasionalisasi untuk menentukan diit yang sesuai untuk pasien. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan, kekuatan yang mendukung dalam pelaksanaan intervensi adalah respon pasien dan keluarga
yang sangat
kooperatif
selama
berlangsungnya
proses
keperawatan dan tidak mengalami hambatan. Kelemahannya adalah penulis tidak dapat mengobservasi selama 24 jam tetapi penulis telah melakukan pendelegasian pada perawat jaga. Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam adalah subyektif : pasien mengatakan makan habis ½ porsi, masih sedikit mual dan ingin muntah. Obyektif : mukosa bibir lembab, asupan nutrisi cukup. Assesment : masalah baru teratasi sebagian, dikarenakan nafsu makan pasien belum meningkat (makan hanya habis ½ porsi), turgor kulit sudah lembab, berat badan pasien belum mengalami kenaikan yang spesifik (BB : 53 Kg). Planning : lanjutkan intervensi (anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, makan selagi hangat).
BAB V PENUTUP
Bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari pemberian asuhan keperawatan pada Tn. T dengan Bronkitis kronis A. Simpulan Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. T selama tiga hari dan melakukan pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengkajian yang dilakukan terhadap Tn. T didapatkan hasil pasien mengatakan batuk disertai dahak tidak bisa keluar dan sesak napas dan mempunyai riwayat merokok, sesak bertambah saat aktivitas berlebihan dan lebih sering terjadi pada malam hari. Dari data obyektif didapatkan hasil pasien terpasang oksigen 2 Lt/menit, respirasi 26 kali permenit, pasien menggunakan otot bantu pernapasan. 2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret yang berlebihan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan. 3. Intervensi yang muncul sudah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan klien dilihat dari situasi dan kondisi klien serta kebijakan dari instansi rumah sakit.
60
61
4. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan, kekuatan yang mendukung dalam pelaksanaan intervensi adalah respon pasien dan keluarga
yang
sangat
kooperatif
selama
berlangsungnya
proses
keperawatan dan tidak mengalami hambatan. 5. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari mendapatkan hasil yang cukup mengurangi keluhan pasien, yaitu dari diagnosa yang pertama ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret didapatkan hasil masalah teratasi sebagian, diagnosa yang kedua gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan didapatkan hasil masalah teratasi sebagian.
B. Saran Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada ; 1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan halhal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah harus dapat menjaga diri agar tidak terjadi kondisi yang memperparah penyakitnya. 2. Untuk perawatan pasien dengan bronchitis kronis, harus ada kerjasama antara perawat ruangan dan keluarga agar selalu memberikan informasi
62
tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memberi pendidikan
kesehatan tentang brpnkitis kronis, pengobatan, penyakit yang diderita pasien pada keluarga yang paling sederhana dan senantiasa memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kesehatan pasien. 3. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Dan perawat juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, psikiatri dan pekerja sosial) dalam melakukan perawatan atau penanganan pasien dengan bronkitis kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Zullies (2011).Penyakit System Pernafasandan Terapinya.bursa ilmu:Karangkajen Jogjakarta.
Tatalaksana
RabTabrani (2010).Ilmu Penyakit Paru. TIM:Jakarta. Pearce, EC (2009).Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Herdman.HT (2009).Diagnosis Keperawatan :Definisi dan Klasifikasi.20092011.penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta. Wartonah, Tarwoto (2006). 3,Salemba:Medika.
KDM
dan
Proses
Keperawatan
Edisi
Wahid.Iqbal Mubarak (2008) Buku Ajar KDM :Teori dan Aplikasi Dalam Praktik, penerbit :Buku Kedokteran EGC. Manurung (2008). Seri Asuhan Keperawatan Gangguan System Pernapasan Akibat Infeksi.TIM.Trans Info Media:Jakarta. Mutaqin (2012).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan.Salemba:Medika. Harahap, Ikhsanudin Ahmad (2005) Oksigen Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. (http//:01-gdl;rosnitayul-202-1-rosnita-4.pdf) diakses tanggal 18 februari 2014 pukul 18.00 wib. Asmadi, 2008.Tehnik Prosedural Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. (http//:01-gdl;rosnitayul-202-1-rosnita-4.pdf) diakses tanggal 18 februari 2014 pukul 18.00 wib. Smeltzer, Bare 2002.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (http//:jtptunimus-gdl-indrafariz-6701-2-babii) diakses pada tanggal 16 november 2013 jam 19.00 wib.
Asih, Niluh Gede Yasmin (2004) Keperawatan Medical Bedah :Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan . Niluh Galih Yasmin Asih, Crhistiantie Effendi : editor, Monica Ester.Jakarta : EGC http://ml.scribd.com/doc/189448799/TERAPI-INHALASI-SEDERHANA pada tanggal 04 juli 2014 pukul 10.00 WIB Smith,
diakses
Kelly (2010) DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFINISI DAN KLASIFIKASI. Kelly Smith, Martha Craft-Rosernberg : editor, Fatiah Istiqomah.Yogyakarta:Digna Pustaka
Potter, Patricia A (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Proses, Konsep dan Praktik. Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; Alih bahasa, Renata Komalasari : editor, edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulian. Edisi 4.Jakarta : EGC
LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Wuri Listyani Raharjo
NIM
: 2011.1389
Alamat
: Paten, Cokro, Tulung, Klaten.
Mahasiswa Progam Diploma III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, akan melakukan penelitian tentang : KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA BRONKITIS KRONIS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Tujuan penelitian kasus ini adalah untuk asuhan keperawatan pada pasien bronkitis kronis. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan klien untuk menjadi responden. Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya mengucapkan terimakasih.
Surakarta, juni 2014 Peneliti
₰ (Wuri Listyani Raharjo)