e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGANPENILAIANPROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPS DAN KEMAMPUAN PENALARAN KELAS IV SD NEGERI 26 PEMECUTAN Wahyuni Dwi Fazriah1, I Made Suara2, I Kmg Ngurah Wiyasa3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected], 3
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek tema “Cita-Citaku” siswa kelas IV SD Negeri 26 Pemecutan dan untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek tema “CitaCitaku” siswa kelas IV SD Negeri 26 Pemecutan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV C SD Negeri 26 Pemecutan yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 19 orang perumpuan dan 16 orang laki-laki. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa kelas IV C SD Negeri 26 Pemecutan setelah diterapkannya pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Pada pra siklus diperoleh persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS sebesar 66,37% dikategorikan sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 66,37%, pada siklus I diperoleh persentase rata-rata sebesar 73,71% dikategorikan sedang, sedangkan dengan nilai ketuntasan klasikal sebesar 71,45%, dan pada siklus II diperoleh persentase rata-rata sebesar 80,57% dikategirikan tinggi dengan ketuntasan klasikal sebesar 80%. Berkaitan dengan kemampuan penalaran siswa, siklus I diperoleh rata-rata sebesar 66,87% dengan kategori rendah dan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 81,75% dengan kategori tinggi. Berdasakan temuan penelitian ini dapat di simpulkan bahwa pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa kelas IV C SD Negeri 26 Pemecutan tahun pelajaran 2014/2015. Kata kunci: Pendekatan Saintifik, Penilaian Proyek, Hasil Belajar Pengetahuan IPS, dan Kemampuan Penalaran
Abstract To improve students' reasoning skills this paper introduces the scientific approach project "Cita-citaku" and to advance students capability in their social studies. Grade 4C of 26th National Elementary school Pemecutan under assessed based on the grading used within the project theme "Cita-citaku". This research was carried on
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
within the class in two cycles. Within each cycle, there are four major steps; planning, actioning, observing and reflecting. The subject chosen for this project is a class of 35 students, students are given in-class tests that needs to be filled out as a part of their class activities. Raw data collected from these tests results are analyzed using statisitic descriptive quantitative methods. the results of those data shows that students are improving their knowledge on social studies as well as reasoning skills after adapting the scientific approach. Before the approach was introduced, the percentage of students result for social studies are 66.37% and is categorized as low with the classical completeness of 66.37%. After the first cycle students were categorized as low they achieved 73.71%, with the classical completeness of 71.45%. While the second cycle accumulated a result of 80.57% categorized as high with classical completeness of 80%.For reasoning skills students in first cycle achieved the average of 66.87% and categorized as average and on the second cycle students result categorizing as high with 81,75%. Based on these statistical data it can be derived that the scientific approach implemented helped improve students with their social studies knowledge and reasoning capability across the board. Keywords: Scientific Approach, Assessment Project, Social Studies, and Reasoning Capability.
PENDAHULUAN Pada hakikatnya, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Pendidikan yang dimaksud guna membentuk sumber daya manusia yang beriman, mandiri, cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab serta produktif. Menurut UNESCO, pendidikan saat ini bersandar pada empat pilar, yaitu: 1) learning to know, yakni siswa mempelajari sesuatu untuk mendapatkan pengetahuan; 2) learning to do, yakni siswa belajar menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan ketrampilan; 3) learning to be, yakni siswa belajar menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk hidup; dan 4) learning to live together, yakni siswa 1 belajar untuk menyadari adanya saling ketergantungan sehingga perlu kesadaran untuk saling menghargai antar sesama manusia. Berdasarkan tujuan tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu bidang studi harus mampu menjadi sarana untuk meningkatkan daya nalar
siswa. Tetapi, dalam meraih suatu prestasi belajar ada yang sangat dibutuhkan yaitu proses belajar. Banyak hal yang telah diupayakan oleh pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia, mulai dari berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai dengan peningkatan mutu manajemen sekolah. Salah satu yang menjadi sorotan pemerintah saat ini yakni penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara periodik. Upaya pemerintah untuk memperbaiki hasil belajar yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan perilaku yakni melalui kurikulum 2013 yang diharapkan dapat diterapkan secara benar untuk menghasilkan insan cerdas yang beriman sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu, Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik atau ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang wajib digunakan pada pembelajaran di sekolah dasar, berdasarkan kurikulum 2013. Kemendikbud (2014) menyajikan konsepsi tentang pendekatan saintifik sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang didalamnya terdapat kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Imas & Berlin (2014:29) berpendapat, Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang „ditemukan‟. Kosasih (2014:72) menyatakan, Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuantemuan siswa. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah, siswa diberikan pemahaman bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, serta tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Menurut Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri dari lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan (Kosasih, 2014). Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi (penyelidikan) sejak dari perencanaan, pengumpilan data dan pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. (Agung, 2010 : 85). Pendekatan saintifik dengan penilaian proyek adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bersifat ilmiah dan dirancang sedemikaian rupa dengan melakukan penilaian proyek selama proses pembelajaran.
Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Jadi, IPS merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memberikan wawasan secara komprehensif tentang konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora kepada siswa sebagai bekal untuk menjadi warga negara yang baik. Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dari tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu bidang studi harus mampu menjadi sarana untuk meningkatkan daya nalar siswa. Di samping itu, penguasaan terhadap IPS juga dapat meningkatkan kemampuan bersosial dengan lingkungan sehari-hari. Karena pentingnya IPS dalam kehidupan, seyogianya pelajaran ini digemari oleh siswa. Namun, pada kenyataannya, hasil belajar siswa masih kurang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari penalaran para siswa dalam mengikuti pelajaran IPS yang berakibat pada perolehan hasil belajar yang masih rendah. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hamalik (dalam Asep jihad dan abdul haris 2013:15) juga berpendapat bahwa “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas”. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar , yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Proses belajar mengajar di kelas
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan tersebut akan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Sumaji (1998) memandang hasil belajar dari dua aspek yakni aspek kognitif dan nonkognitif. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual lainnya, sedangkan aspek nonkognitif erat kaitannnya dengan sikap, emosi (afektif), seta keterampilan fisik atau kerja fisik atau kerja otot. Berdasarkan pernyatan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang diperoleh siswa dalam aspek pengetahuan setelah mengikuti proses pembelajaran. Dari selain hasil belajar pengetahuan IPS yang dapat ditingkatkan oleh pendekatan saintifik dengan penilaian proyek, yaitu kemampuan penalaran siswa. Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berfikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu menalar). Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premise), data, fakta, atau informasi. Penalaran induktif menggunakan bukti khusu seperti fakta, data , informasi, pendapat dari pakar. Kesimpulan dibuat berdasarkan buktibukti empiris tersebut. Dan penalaran yang juga sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika maju berdasarkan observasi umum (premis mayor) ke observasi khusu atau pernyataan (premis minor) yang mengarahkan pada kesimpulan khusus. ( Ridwan, 2014 : 66). Kegiatan menalar,
yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemaumuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudia memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. ( imas dan berlin, 2014 : 52). Dalam hal ini mata pelajaran IPS dan kemampuan penalaran penting bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa. METODE Menurut Susilo, dkk (2007: 3) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pelajaran. Selanjutnya Suharsimi, Arikunto (2006) (dalam Iskandar 2012:20) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, jenis penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian tindakan partisipan yaitu peneliti akan terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus kegiatan. Masing-masing siklus kegiatan dalam penelitian ini terbagi dalam 4 tahapan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Salah satu tujuan suatu penelitian untuk untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa. Hasil dari penelitian itu haruslah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka penelitian itu harus dilaksanakan menurut metode atau langkah – langkah prosedur yang ada. Penelitian ini dibagi dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. Identifikasi Masalah
Perencanaan Pelaksanaan Refleksi
SIKLUS I
Pengamatan Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Perbaikan Perencanaan II Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Indikator tercapai.
Gambar 01. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Iskandar (2012)
Subjek penelitian ini melibatkan siswa kelas IVC SD Negeri 26 Pemecutan, dengan jumlah 35 orang yang terdiri dari 19 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan terlebih dahulu oleh peneliti untuk dipelajari lebih lanjut yang kemudian dari penelitian itu diperoleh informasi lalu ditarik kesimpulan dari penelitian itu. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu dua variabel terikat terdiri dari
hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa. Dan satu variabel terikat yaitu pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang tingkat hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa. Untuk memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data dengan metode tes. Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites, dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (Agung, 2012:66). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes digunakan untuk memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan. Tes ini sering digunakan dalam proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Mentode tes pada dasarnya sama dengan melakukan pengukuran, dimana setiap kegiatan mengukur akan menghasilkan suatu data yang bersifat skor (interval). Untuk mengetahui atau mengukur tentang tingkat hasil belajar pengetahuan IPS siswa, maka digunakanlah teknik menggunakan tes objektif. Tes objektif adalah seperangkat tes atau alat ukur yang setiap butirnya menuntut jawaban memilih, yang terdiri dari butir tes jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan, dan pilihan ganda dalam berbagai variasi. Dalam penelitian ini bentuk tes objektif yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah seperangkat tes yang setiap butirnya menyediakan pilihan jawaban dan salah satu opsinya merupakan jawaban yang benar, sedangkan opsi lainnya berfungsi sebagai distraktor atau pengocehan. (Koyan, 2011 : 48). Untuk mengukur variabel kemapuan penalara siswa, penelitian ini menggunakan tes uraian. Tes uraian adalah suatu alat penilaian hasil belajar. Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. (Sudjana, 2012 : 35). Dalam menskor tes uraian diperlukan pedoman penskoran. Pedoman ini digunakan untuk mempermudah pemerikasaan tes uraian yang diberikan sehingga dapat mengetahui kemampuan penalaran siswa.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu dites dengan uji validitas isi. Soal – soal tes hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran dibuat sendiri dengan beracuan pada silabus, materi dan telah diuji validitas secara empirik oleh expert judges. Lalu dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas isi diperoleh 20 butir soal yang layak digunakan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan IPS siswa dan sebanyak 4 butir soal yang layak digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran siswa.
Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Agung menyatakan bahwa ”metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012 : 67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyusun daftar distribusi frekuensi. Salah satu cara yang umum digunakan adalah menggunakan rumus Strurges. Usman & Akbar (2011) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat distribusi frekuensi yaitu: 1) urutkan data dari yang terkecil ke data terbesar; 2) hitung rentang atau range (skor tertinggi dikurangi skor terendah); 3) hitung banyak kelas interval dengan rumus Strurges (k = 1 + 3,3 log n); 4) hitung panjang kelas dengan rumus rentang dibagi banyak kelas; 5) menyusun interval kelas. Setalah data telah disusn dalam tabel distrubusi frekuensi setelah itu menghitung mean selanjutnya menghitung modus dan selanjutnya menghitung median. Metode analisis kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulanumum (Agung,2010). Data yang didapat lalu diubah persentase Tingkatan hasil belajar dan kemampuan penalaran siswa dapat ditentukan dengan
membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima. Untuk menentukan keberhasilan siswa, maka dilakukan penskoran dan penentuan standar keberhasilan belajar. Dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat memenuhi penguasaan materi dengan kategori sangat baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Sebelum dilaksanakannya pembelajaran Siklus I, sebelumnya melakukan prasiklus terlebih dahulu, dengan melakukan obsevasi dan wawancara kepada wali kelas serta mencatat kemampuan penalaran siswa kelas IV C SD Negeri 26 Pemecutan. Pra siklus ini berfungsi sebagai pembanding keadaan sebelum dan setelah dilakukan tindakan. Pada hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 12 Desember 2014 menunjukkan bahwa kualitas proses dan hasil belajar IPS siswa kelas IV masih rendah yaitu 43% dari 35 siswa memperoleh hasil belajar di bawah 7,1 (Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah). Data ini selanjutnya menjadi refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 1 diperoleh hasil mengenai hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran, yang pertama data hasil belajar pengetahuan IPS. Data hasil belajar pengetahuan IPS disusun pada tabel distrubusi frekuensi didapat hasil Mean = 14,74 , Modus = 15 dan Median = 14, 75. Data pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan menjadi grafik poligon sebagai berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Gambar 02. Grafik Poligon Hasil Belajar Pengetahuan IPS Siklus I
Grafik tersebut menunjukan bahwa harga statistik M < Me < Mo (14,74 < 14,75 < 15). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor hasil belajar IPS cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Dan didapat hasil persentase mean adalah M% = 73,71% dan ketuntasan klasikal sebesar KB = 71,42%. Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar IPS siklus I diperoleh persentase rata-rata hasil belajar IPS sebesar 73,71% dengan kriteria sedang. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 71,45%. Dimana baru 25 sisiwa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 35 siswa. Karena hasil analisis data dari siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Selanjutnya data kemampuan penalaran siswa setelah disusun pada tabel distrubusi frekuensi didapat hasil mean = 10,7 , modus =11,32 dan median = 10, 96. Data pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan menjadi grafik poligon sebagai berikut.
Gambar 03. Grafik Poligon Kemampuan Penalaran Siklus I Grafik tersebut menunjukan bahwa harga statistik M < Me < Mo (10,7 < 10,96
< 11,32). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor kemampuan penalaran cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Dan didapat hasil persentase mean adalah M% = 66,87% dengan kriteria sedang.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II diperoleh hasil mengenai hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran sebagai berikut. Data hasil belajar pengetahuan IPS disusun pada tabel distrubusi frekuensi didapat hasil Mean = 16,11 , Modus = 15,81 dan Median = 15,91. Data pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan menjadi grafik poligon sebagai berikut.
Gambar 04. Grafik Poligon Hasil Belajara Pengetahuan IPS Siklus II. Grafik tersebut menunjukan bahwa harga statistik Mo < Me < M (15,81 < 15,91
< 16,11). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
kebanyakan skor hasil belajar IPS cenderung rendah dan kurva juling positif. Dan didapat hasil persentase mean adalah M% = 80,57% dan ketuntasan klasikal sebesar KB = 80%. Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar IPS siklus II diperoleh persentase rata-rata hasil belajar IPS adalah 80,57% dengan kriteria tinggi. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 80% sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian hasil belajar pengetahuan IPS kelas IV SD Negeri 26 Pemecutan. Selanjutnya data kemampuan penalaran siswa setelah disusun pada tabel distrubusi frekuensi didapat hasil mean = 10,7 , modus =11,32 dan median = 10, 96. Data pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan menjadi grafik poligon sebagai berikut.
Gambar 05. Grafik Poligon Kemampuan Penalaran Siklus II Grafik tersebut menunjukan bahwa harga statistik Me < M < Mo (12,81 < 13,08
< 13,08). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor kemampuan penalaran cenderung tinggi dan kurva juling negatif . Dan didapat hasil persentase mean adalah M% = 81,75% dengan kriteria tinggi.
Dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilaksanakan baik pada hasil belajar pengethuan IPS dan kemampuan penalaran yang diperoleh pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian yang dilaksanakan ini terdiri
dari dua siklus yaitu siklus I dengan tiga kali pertemuan dan siklus II dengan tiga kali pertemuan. PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dan penghitungan tersebut, didapat bahwa secara umum penelitian yang telah dilakukan ini sudah dianggap berhasil dan sudah memenuhi kriteria yang diharapkan. Namun pada pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai hasil yang diharapkan. Data hasil belajar pengetahuan IPS pada siklus I menunjukkan persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS siswa adalah 73,71% bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase di atas, maka persentase hasil belajar pengetahuan IPS pada penilaian acuan patokan (PAP) skala lima berada pada interval 65-79% dengan kategori sedang. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 71,45% dimana baru 25 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 35 siswa. Hasil tersebut menunjukkan kriteria hasil belajar pengetahuan IPS yang diharapkan. Data kemampuan penalaran siswa juga dapat dilihat dari hasil analisis pada siklus I persentase skor rata-rata sebesar 66,87%, jika dikonversikan pada kriteria acuan (PAP) skala lima berada pada interval persentase 65-79% dengan kriteria sedang. Hal ini belum mencapai ketuntasan kemampuan penalaran dengan kriteria yang diharapkan yakni minimal mencapai kriteria tinggi pada interval 80-89%. Perbaikan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa. Dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan pada siklus I yaitu masih kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari banyak siswa yang merasa takut untuk mengajukan pertanyaan kerena tidak terbiasa berbicara di dalam kelas, kemampuan penalaran siswa masih kurang, hal ini terlihat ketika guru memberikan sebuah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pertanyaan permasalahan sosila, kerjasama dalam kelompok masih kurang, hal ini disebabkan adanya siswa yang tidak mau berbagi kepada temannya karena merasa lebih pintar dari temannya. Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka dilakukan refleksi pada pelaksanaan siklus II. Setelah diberikan tindakan pada siklus II, data hasil belajar pengetahuan IPS siswa secara umum menunjukkan terjadi peningkatan dimana persentase hasil belajar pengetahuan IPS siswa pada siklus I sebesar 76,92% yang berada pada kriteria sedang meningkat pada siklus II menjadi 80,57% yang tergolong pada kriteria tinggi. Data ketuntasan klasikal siklus I menunjukkan bahwa dari 35 siswa hanya 25 siswa yang mencapai ketuntasan yaitu baru mencapai 71,45% sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 80%, dimana 28 siswa sudah mencapai ketuntasan dan memenuhi nilai KKM. Berdasarkan data hasil pengetahuan IPS yang diperoleh, kriteria keberhasilan hasil belajar siswa sudah tercapai seningga hasil belajar pengetahuan IPS siswa dikatakan tuntas. Data persentase kemampuan penalaran siswa siklus I mengalami peningkatan dari 66,87% yang berada pada kriteria sedang meningkat menjadi 81,75% pada siklus II, yang tergolong dalam kriteria tinggi. Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek mengarahkan siswa untuk lebih kreatif, percaya diri dan mandiri sehingga membiasakan diri aktif dan berinteraksi bersama kelompoknya. Pada siklus II, terlihat siswa sudah mulai terbiasa belajar menggunkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Kemampuan penalaran siswa juga meningkat karena siswa lebih bias mampu menalar sebuah persoalan masalah sosial masyarakat yang diberikan guru. Siswa juga sangat antusia dalam belajar dan terlihat sanhat senang dalam mengikuti pelajaran yang diberikan sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan.
Pada prinsipnya, penilitian tindakan kelas dengan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek ini dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa karena membantu siswa untuk lebih kreatif dan melihat makna dari suatu teori atau bahan pelajaran dengan cara mengaitkan materi pelajaran yang diajarkan diolah menjadi sebuah proyek lalu disituasikan dengan dunia nyata, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari, pembentukan kelompok memungkinkan siswa saling bertukar pikiran dan ide. Berdasarkan analisis diatas, dengan penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa kelas IV SD Negeri 26 Pemecutan. Maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu hasil belajar tergantung ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan atau materi yang akan dibahas. PENUTUP Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Negeri 26 Pemecutan pada tema Cita-citaku. Hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,71%, dengan kriteria “sedang” dan ketuntasan klasikal hasil belajar yaitu sebesar 71,45%. Pada siklus II diperoleh persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS siswa sebesar 80,57% dengan kriteria “tinggi” dan ketuntasan klasikal hasil belajar yaitu sebesar 80%. Sehingga terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 6,86% dan ketuntasan klasikal sebesar 8,55%. .(2) Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas IV SD
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Negeri 26 Pemecutan pada tema Citacitaku. Hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh persentase rata-rata kemampuan penalaran sebesar 66,87% dengan kriteria “sedang”, sedangkan pada siklus II diperole persentase kemampuan penlaran siswa sebesar 81,75% dengan kriteria “tinggi”. Dengan demikian, peningkatan kemampuan penalaran yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 14,88%. saran yang dapat .Adapun disampaikan, berdasarkan hasil analisis tersebut adalah (1) Bagi siswa, disarankan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran yang dimiliki agar mampu mengatasi setiap kesulitan yang ada, serta meningkatkan juga minat yang dimiliki agar mampu belajar dengan cepat. (2) Bagi guru, disarankan untuk ikut membantu meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswanya dan juga memotivasi siswa agar memiliki minat belajar yang tinggi (3) Bagi sekolah, disarankan agar memperhatikan faktor – faktor lain yang dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa yang nanatinya juga akan memperlancar kegiatan pembelajaran. (4) Bagi orang tua siswa, disarankan untuk memantau dan melihat minat yang dimiliki anak yang membuat anak benar – benar terarah dalam mencapai cita – citanya, serta melatih anak agar memiliki hasil belajar pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran yang tinggi, sehingga anak mampu untuk megendalikan diri ditengat masalah yang dimilikinya. (5) Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas lagi, dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat yang menggunakan penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN Agung,Gede,2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Fakultas Ilmu Pendidikan. ---------,
2010. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contohcontohnya. Yogyakarta: Gava Media. Fitriani,
Hadi,
Winni. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnaments (Tgt) Dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Penddidikan Indonesia. Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena. -------.
2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Iskandar, 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : REFERNSI (GP Press Group) ----------.
2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi.
Kosasih, 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : Yrama Widya Koyan,
Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha Press
------------, 2011. Assesmen Dalam Pendidikan. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Nurul.
2010. Hubungan Antara Penerapan Penilaian Proyek (Project Assessment)Dengan Kreativitas Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di Sma Tamiriyah Surabaya. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultas Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya
Ridwan, Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikurum 2013. Jakarta : PT Bumi Aksara Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2014a. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Sumaatmadja, Nursid, 2007. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmad. 2014a. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. -------.
2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Tanco, Silver Petrus.,dkk, 2010. Kajian IPS SD. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional.