Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5 (1), 2010, h. 1-6
Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikroba Agus Haryono dan Sri Budi Harmami Polymer Chemistry Group, Pusat Penelitian Kimia – LIPI Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang E-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak. Perkembangan nanoteknologi dapat meningkatkan nilai tambah pada serat tekstil. Ukuran nanopartikel yang berkisar antara 1 hingga 100 nanometer yang ditambahkan pada serat katun dapat memberikan fungsi khusus atau modifikasi fungsi serat katun. Penambahan sifat tekstil yang sedang dikembangkan salah satunya adalah sifat antimikroba dengan menggunakan senyawa perak pada serat katun. Larutan koloidal nanopartikel perak dapat dipreparasi dengan beberapa metode, seperti proses pencampuran larutan AgNO3 dengan larutan aminoterminated hyperbranched polymer (HBP-NH2), reduksi kimia larutan perak nitrat (AgNO3) dalam satu tahap lewat pencampuran dengan pengadukan yang kuat pada suhu ruang. Preparasi nanopartikel perak pada serat katun dilakukan dengan metode deposisi atau presipitasi interstisial nanopartikel perak dalam celah-celah serat. Sedangkan aktivitas antimikroba partikel perak yang terdeposisi pada serat katun, diuji terhadap bakteri Staphylococcus aureus atau E. Coli. Selain itu, hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-ray Photoelectron Spectroscopy (XPS) mengkonfirmasikan adanya nanopartikel perak yang terdispersi secara baik pada permukaan serat katun dan mayoritas perak berada dalam bentuk Ag0. Pada tulisan ini akan mengkaji ulang tentang aplikasi nanopartikel perak pada serat katun sebagai produk jadi tekstil yang mempunyai sifat antimikroba. Serta mengkaji ulang pengaruh nanopartikel perak pada serat katun terhadap aktivitas mikroba yang dihasilkan dimana telah dilakukan proses pencucian pada serat katun. Kata kunci: nanopartikel, perak, katun, antimikroba
Pendahuluan Serat katun merupakan salah satu jenis serat alam (natural fibers) yang berasal dari tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku industri tekstil atau lainnya. Hampir semua jenis serat alam yang berasal dari tumbuhan, komposisi kandungan serat secara kimia, yang utama dalam serat adalah selulosa, meskipun unsur-unsur lain yang jumlahnya bervariasi juga terdapat didalamnya seperti hemiselulosa, lignin, pektin, debu, waxes dan zat-zat lainnya.1 Kain katun sangat populer karena memiliki sifat-sifat yang sangat baik seperti regenerasi, biodegradasi, kelembutan, afinitas pada kulit dan higroskopik. Akan tetapi, kain katun merupakan media yang sangat baik untuk mikroorganisme tumbuh, karena area permukaan besar dan kemampuan untuk menjaga kelembaban.2 Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak bahan kimia yang telah digunakan. Aktivitas antimikroba pada kain katun, seperti senyawa perak telah banyak digunakan karena memiliki spektrum yang luas
dari aktivitas antibakteri menunjukkan toksisitas yang rendah terhadap sel mamalia.3-5 Berlawanan dengan efek bakteri partikel perak, antimikroba partikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel semakin besar efek antimikroba.6,7 Nano-partikel perak umumnya lebih kecil dari 100 nm dan mengandung perak sebanyak 20-15,000 atom. Pada skala nano, partikel perak memiliki sifat fisik, kimia dan sifat biologis yang khas, dan aktivitas antibakteri.8 Untuk mendapatkan sifat antimikroba perak pada kain katun, berbagai penelitian yang berhubungan dengan nanopartikel perak sudah diketahui secara baik dan beberapa metode telah dikembangkan untuk mendapatkan kontrol yang baik terhadap bentuk dan ukuran partikel, yang memberikan efek antimikroba yang baik pada serat katun.7 Aplikasi perak pada serat katun untuk mendapatkan sifat antimikroba telah dilakukan beberapa waktu yang lalu. Tetapi, karena beberapa Tabel 1. Komposisi kimia serat katun1 Komposisi kimia
Dapat dibaca di journal.kimiawan.org/jki
Serat katun (%)
Agus Haryono dan Sri Budi Harmami Alpha selulosa Pentosan Lignin Pektin Lemak dan wax Abu Zat-zat lain (protein, asam organic, dll)
larutan perak nitrat dipanaskan sampai mendidih selanjutnya dimasukkan trisodium sitrat tetes demi tetes sampai habis, pengadukan tetap dilakukan sampai larutan berubah warna menjadi kuning pucat, proses dimatikan dengan pengadukan tetap dilakukan sampai temperatur kamar.12 Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
94-96 2 0,9 0,6 1,2 1,3
9
Tabel 2. Karakteristik struktur pada serat katun Karakteristik Derajat kristalisasi, % Panjang ukuran kristal, nm Lateral ukuran kristal, nm Sudut monoklinik (γ ), o Berat jenis kristal katun (ρ), g/cm3
Serat katun (%) 63 83 5 96 1,611
bakteri menunjukkan kecenderungan yang meningkat pada daya tahannya terhadap antibiotik, aplikasi perak semakin banyak dipelajari. Sintesis nanopartikel perak sudah diketahui secara baik dan beberapa metode telah dikembangkan untuk mendapatkan kontrol yang baik terhadap bentuk dan ukuran partikel. Dispersi sejumlah kecil partikel pada matriks polimer telah terbukti sebagai metode yang efektif dan hemat biaya untuk meningkatkan kinerja sifat polimer yang sudah ada. Beberapa pendekatan telah dilakukan untuk preparasi nanokomposit polimer/logam. Metode yang umum adalah polimerisasi monomer dan pembentukan nanopartikel logam dilakukan secara terpisah, kemudian pencampuran secara mekanik dilakukan untuk membentuk komposit. Faktor yang mengurangi kinerja campuran sistem polimer adalah sifat komposit yang tidak seragam akibat dispersi partikel dalam polimer yang tidak merata. Modifikasi permukaan filler dengan coupling agent yang sesuai dianjurkan untuk meningkatkan dispersi partikel filler, dan juga untuk mencegah aglomerasi. Oleh karena itu, masih sangat diperlukan cara-cara yang efektif untuk preparasi nanopartikel dalam bahan polimer. Pembuatan nanopartikel perak Beberapa metode pembuatan nanoparikel perak telah dilakukan, seperti dengan proses reduksi kimia menurut yang Lee dan Meisel8, yang sudah dilakukan oleh Agus Haryono, dkk10,11 dari larutan perak nitrat (AgNO3) dengan menggunakan trisodium sitrat (C6H5O7Na3) sebagai reduktor. Pada metode ini 50 mL perak nitrat dengan konsentrasi 1.10-3 M dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang telah dilengkapi dengan pengaduk, refkuks dan thermometer sebagai pengatur suhu,
2
4Ag+ + C6H5O7Na3 + 2H2O C6H5O7H3 + 3Na+ + H+ + O2
4Ag0 +
Sintesis nanopartikel perak dengan menggunakan cairan ionik mono dan dihidroksilasi serta menggunakan surfaktan kation berbasis 1,3imidazolium dan anion halogen. Karakterisasi produk menggunakan transmission electron microscopy (TEM), electron diffraction, UV-Vis dan 1H-NMR.13 Sedangkan pembuatan nanopartikel perak dengan melakukan stabilisasi intermediet dalam reverse micelle amonium perfloropolieter (PFPE-NH4) menggunakan cairan CO2 superkritis. Karakterisasi nanopartikel secara in-situ menggunakan UV-vis spektroskopi dan transmission electron microscopy (TEM). Stabilisasi intermediet nanopartikel perak terjadi karena lingkungan unik yang terbentuk oleh surfaktan PFPE-NH4.14 Sintesis nano-koloid Ag dengan AgNO3 sebagai bahan awal yang dilarutkan dalam air beramonia dan formaldehid sebagai agen pereduksi. Polivinil pirolidon (PVP) digunakan sebagai penstabil partikel. Efek bakterisida nanopartikel perak diuji terhadap Escherchia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella typhii dan Mycobacterium tuberculosis.15 Secara tradisional, metode pembuatan nanopartikel perak, dilakukan dengan mengurangi sejumlah agen, seperti natrium borohidrida (NaBH4), formaldehida, natrium sitrat, hidrazin, asam askorbat, glukosa dan γ-ray atau UV iradiasi, telah dimanfaatkan untuk mengurangi kation perak16,17, dan beberapa bahan polimer, seperti poli (vinylpyrrolidone) (PVP), poly (ethylene glycol) (PEG), dan beberapa surfaktan digunakan sebagai stabilizer untuk mencegah aglomerasi nanopartikel.18-22 Proses preparasi larutan koloidal nanopartikel perak yang dilakukan dalam satu tahap dengan pencampuran larutan AgNO3 dan larutan aminoterminated hyperbranched polymer (HBPNH2) dengan dilakukan pengadukan yang kuat pada suhu ruang, proses ini serba guna dan ramah lingkungan. Dalam proses sintetis, HBP-NH2 memainkan peran yang penting dalam mengurangi ion perak (Ag+) untuk membentuk nanopartikel
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), 2010
Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikroba
perak (Ag0) sebagai agen stabilisasi yang sangat efektif dan mencegah aglomerasi nanopartikel perak. Dalam proses finishing, HBP-NH2 berfungsi sebagai pengikat untuk menanamkan dan memperbaiki nanopartikel perak pada kain katun yang mampu memberikan ketahanan antimikroba. Karakterisasi koloid nanopartikel perak menggunakan Dynamic Light Scattering (DLS), Transmission Electron Microscopy (TEM) dan UV /Visible Absorption spectrofotometri, aktivitas antimikroba nanopartikel perak pada kain katun menggunakan bakteri Gram-negatif (Escherichia coli) dan Gram positif (Staphylococcus aureus).23 Proses deposisi nanopartikel perak pada serat Proses deposisi nanopartikel perak pada serat, seperti yang dilakukan Agus Haryono, dkk24 dengan menggunakan metode polielektrolit multi layer (PEM). Nanopartikel perak yang dihasilkan dari proses foto reduksi perak nitrat di didalam larutan poli(asam metakrilat) Serat dilarutkan dalam poli(dialidimetilamonium klorida) sedangkan nanopartikel perak dilapisi dengan poli(asam metakrilat). Secuplik serat tekstil dipotong-potong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 x 3,5 cm selanjutnya diputar (dipusingkan) dalam variasi
larutan nanopartikel perak menggunakan motor DC. Selanjutnya produk dikeringkan selama 24 jam dan dibalut dengan plastik sebelum diukur dengan spektrofotometer. Pada penelitian ini, dlakukan variasi polielektrolit multi layer (PEMs) 2,4,8,16 dan 20 pelapisan. Sedangkan Uji antimikroba dilakukan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus.25 Pada proses deposisi antimikroba pada serat katun dengan nanopartikel perak, beberapa senyawa, seperti urea dimethyloldihydroxyethylene (DMDHEU), polyurethane resin dan Polyacrylic ester (PALS), dapat memperbaiki nanopartikel perak pada serat untuk memberikan sifat antimikroba yang lebih tahan lama.26 Oleh karena itu, aplikasi nanopartikel perak pada kain katun cukup sulit dan membutuhkan banyak proses. Dalam studi sebelumnya, polimer aminohyperbranched (HBP-NH2), mempunyai struktur tiga dimensi dan banyak memiliki jumlah kelompok amino (1o, 2o, dan 3o amina) seperti terlihat pada (Gambar 1). Proses pretreatment pada kain katun dengan HBP-NH2 dapat meningkatkan daya serat warna pada kain katun secara efektif.27
H2N
NH2
N NH2 O
HN N H
NH2
N O NH
H2N
N N NH
N
O
NH2
HN H N
NH
O NH
O O
NH
N O O
H N NH2
H2N
N H
NH2
NH
N O
NH
N
NH2 NH2
Gambar 1. Skematis gambaran tentang molekul struktur HBP-NH2's 27
3
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5 (1), 2010, h. 1-6
Sifat anti-mikroba nanokomposit perak pada serat Pertumbuhan mikroba pada bahan tekstil dianggap sebagai penyebab utama biodegradasi, sehingga menyebabkan pengembangan teknologi untuk tujuan sebagai bahan pengawet terhadap mikroba. Penelitian ini mendorong penelitian lebih lanjut antimikroba pada tekstil dengan berfokus pada pengembangan teknologi yang tahan lama dan kuat terhadap antimikroba.27-29 Beberapa senyawa yang umum, seperti natrium dichloroisosianurat, pentakloropenol, pentakloropenil laurat, kuaterner senyawa ammonium, diklorinasi fenol, dan senyawa organik timah.30-33 Itu merupakan bahan aktif yang sering digunakan dalam sebagai agent antimikroba yang sudah terkenal dan telah dibuktikan efektif dan aman, tidak beracun serta biodegradasi. Ion perak (Ag+) adalah sumber yang signifikan untuk terapi topikal berdasarkan dari sifat antiseptik34 dan seiring dengan toksisitas rendah pada sel mamalia.35 Mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencegahan dan pengobatan luka karena infeksi, dan kemampuannya membunuh bakteri atau jamur menjadi lebih efektif. 36,37 Metode awal dari Ag+ yang digunakan adalah (0,5% larutan AgNO3) tidak semuanya memenuhi persyaratan antimikroba sejauh ini ionisasi terjadi sangat cepat dan sebagian besar dari Ag+ menjadi inaktivasi terhadap bakteri karena afinitas tinggi secara biologis anion masuk ke dalam daerah luka. Ion klorida (berasal dari natrium klorida) menggabungkan dengan cepat untuk membentuk larutan perak klorida. Pada tahun 1968, perak sulfadiazin (SSD) mulai diperkenalkan sebagai agen antimikroba pada terapi luka bakar.38 SSD dengan kelarutan rendah dalam cairan tubuh, dapat memisahkan menjadi Ag+ dan sulfadiazin perlahan-lahan dan terus menerus dengan konsentrasi selektif racun bagi mikroorganisme.39 Karena itu aplikasi SSD memerlukan lebih sedikit daripada AgNO3. Selama ribuan tahun, telah diketahui bahwa ion-ion perak menunjukkan efek inhibisi yang kuat terhadap bakteri.40 Penelitian juga menunjukkan aktivitas antiviral terhadap human immune deficiency virus (HIV-1) dengan berbagai logam nanopartikel.41 Namun, mekanisme yang tepat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dengan senyawa perak belum sepenuhnya
dipahami. Beberapa penelitian telah mengusulkan mekanisme yang mungkin melibatkan interaksi ion perak dengan makromolekul biologis. Pada umumnya, diyakini bahwa melepaskan ion logam berat yang bereaksi dengan kelompok tiol (-SH) pada protein permukaan. Seperti protein pada membran sel bakteri, sehingga transportasi nutrisi melalui dinding sel. Gambar 2 menyajikan diagram skematik dinding sel bakteri gram-negatif, termasuk transportasi protein, disebut "membran luar" dan "transmembran" protein dalam gambar tersebut. Monovalen ion perak (Ag+) dipercaya dapat menggantikan kation hidrogen (H+) dari kelompok tiol sulfidril yang menonaktifkan protein, penurunan permeabilitas membran, dan pada akhirnya menyebabkan kematian selular.43 Gambar 3 menyajikan (a) struktur internal yang sehat sel Escherichia coli dan (b) struktur sel E. coli sekitar 12 jam setelah menjadi target media yang mengandung perak nitrat yang berlebihan.44 Terjerat perak pada dinding sel bakteri dilapisi dengan butiran elektron padat seperti yang ditunjukkan oleh tanda panah pada Gambar 3 (b) menjelaskan bahwa butiran-butiran padat elektron sedang dicegah dari menyerap melalui membran sel, transpor elektron penting untuk pertumbuhan bakteri yang normal.
Gambar 2. Skematis dari dinding sel bakteri gram 42 negatif
Dapat dibaca di journal.kimiawan.org/jki
Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikroba
Gambar 3. Struktur internal pada (a) sel E.coli sehat,(b) 44,45 E.coli dengan perak
Reaksi monovalen perak dengan senyawa sulfidril menghasilkan gugus S-Ag yang lebih stabil pada permukaan sel bakteri, hanya permukaan gugus yang terkena dampak SH.46 Ini dapat menjelaskan mengapa hanya bakteri dan virus dipengaruhi oleh ion perak, sebagai lawan dari sel-sel mamalia yang tidak memiliki gugus sulfidril. Ion perak mungkin tidak mampu menyerap melalui membran sel untuk bereaksi dengan gugus SH, partikel perak relatif tidak beracun bagi manusia dan hewan.47 Kesimpulan Beberapa metode telah dikembangkan dalam preparasi nanopartikel perak untuk mendapatkan kontrol yang baik terhadap bentuk dan ukuran partikel perak. Aplikasi nanopartikel perak pada serat, seperti serat katun dan nilon untuk mendapatkan sifat antimikroba telah semakin banyak dipelajari, beberapa bakteri menunjukkan kecenderungan yang meningkat pada daya tahannya terhadap antibiotik. Dispersi sejumlah kecil nanopartikel perak pada serat telah terbukti efektif dan hemat biaya untuk meningkatkan kinerja sifat serat terhadap mikroba. Pustaka 1. Kirby. Vegetable Fibres. Leonard Hill:London,1960 2. Lim, S.H.; Hudson, S.M. Color. Technol.,2004, 56, 227. 3. Galeano, B.;Korff, E.; Nicholson, W. L. Appl. Environ. Microbiol., 2003, 69, 4329. 4. Gaonkar, T. A.; Sampath, L. A.; Modak, S. M. Infect Cont. Hosp. Ep., 2003, 24, 506. 5. S. Thomas, S.; McCubbin, P. J. Wound Care, 2003, 12, 101. 6. Morones, J. R.; Elechiguerra, J. L.; Camacho, A.; Holt, K.; Kouri, J. B.; Ramírez, J. T.; Yacaman, M. J. Nanotechnology, 2005, 16, 2346. 7. Baker, C.; Pradhan,V.; Pakstis, L.; Pochan, D. J.; Shah, S. I. J. Nanosci. Nanotechnol., 2005, 5, 244.
8. Fang, J.; Zhong, C.; Mu, R. The Study of Deposited Silver Particulate Films by Simple Method for Efficient SERS. Chemical Physics Letters, 2005, 401, 271 – 275. 9. Elesini, U.; Chuden, A.; Richards, A.F. Study of the green cotton fibers. Acta Chim. Slov., 2009, 49, 815833 10. Agus Haryono, Dewi Sondari and Sri Budi Harmami. The Synthesis of Silver Nanoparticles Produced by Chemical Reduction of Silver Salt Solution, Indonesian Journal of Materials Science, 2008, 233236. 11. Agus Haryono, Dewi Sondari, Sri Budi Harmami dan M. Randy. Sintesa Nanopartikel Perak dan Potensi Aplikasinya. Jurnal Riset Industri, 2008, 156-163. 12. Asta Sileikaite. et al. Analysis of silver nanoparticles produced by chemical reduction of silver salt solution. Materrials Science, 2006, 12, 4. 13. Demberelnyamba Dorjnamjin, et al. Synthesis of silver nanoparticles using hydroxyl functionalized ionic liquids and their antimikrobial activity. Int. J. Mol. Sci. 2008. 14. Christopher B. Roberts, et al. Synthesis and stabilization of metallic nanoparticles and premetallic intermediates in PFPE/CO2 reverse micelle system. Dept. Of Chemical Engineering and Materials Engineering, Auburn University. 15. H. Y Song, et al. Fabrication of silver nanoparticles and their antimicrobial mechanisms. a European Cells and Materials Suppl.1, 2006, 11. 16. Chen, X.; Schluesener, H. J. Toxicology Letters, 2008, 176, 1 (2008). 17. Chou, K. S.; Lu, Y. C.; Lee, H. H. Mater. Chem. Phys., 2005, 94, 429. 18. Shchukin, D. G.; Radtchenko, I. L.; Sukhorukov, G. B. Chem. Phys. Chem., 2003, 4, 1101. 19. Khanna, P. K.;Subbarao, V. S. Mater. Lett., 2003, 57, 2242. 20. Choo, H. P.; Liew, K. Y.; Liu, H. F.; Seng, C. E. J. Mol. Catal. A Chem., 2001, 165, 127. 21. Shin, H. S.;Yang, H. J.; Kim, S. B.; Lee, M. S. J. Colloid Interf Sci., 2004, 274, 89. 22. Darya, R.; Andre, S.; Gleb, S.; Dmitry, S.; Helmuth, M. Macromol. Rapid Commun., 2007, 28, 848. 23. Stephan T. Dubas, et al. Layer-by-layer deposition of antimicrobial silver nanoparticles on textile fibers. Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects, 2006. 24. Agus Haryono, Sri Budi Harmami and Dewi Sondari, Antimicrobial Effect of Nylon Fiber Immersed with Nano-Silver, Southeast Asian International Advances in Micro/Nano-Technology, Chulalongkom University, Bangkok, Thailand 2010. 25. Martin, V; Jan, S. P.; Anders, E. C. P. Langmuir, 2005, 21, 11387 (2005) . 26. Tomši,B.; Simoni, B.; Orel, B.; Erne, L.; Taver, P.F.; Zorko, M.; Jerman, I.; Vil nik, A.;Kovac, J. J.Sol-Gel. Sci. Technol., 2008, 47, 44.
5
Agus Haryono dan Sri Budi Harmami 27. Zhang, F.; Chen, Y. Y.; Lin, H.; Lu, Y. H. Color. Technol., 2007,123, 351. 28. Sun, Y.; Sun, G. J. Appl. Polym. Sci., 2002, 84, 1592. 29. Sun, G.; Xu, X.; Bickett, J.R.; Williams, J.F. Ind. Eng. Chem. Res., 2001, 41, 1016. 30. Kim, Y.H.; Sun, G. Text. Res. J., 2002, 72, 1052. 31. Vigo, T. L. Handbook of Fiber Science and Technology, Chemical Processing of Fibers and Fabrics, Functional Finishes-Part A, M. Lewin and S. B. Sello Eds., Vol. II, pp.367-426, Marcel Dekker: New York, 1983. 32. Lee, S. Am. Dyestuff Rep., 1950, 39, 145. 33. Lewis, J. Wool Sci. Rev., 1973, 47, 25. 34. McCarthy, B.J.; Greaves, P.H. Wool Sci. Rev., 1988, 65, 27. 35. Freddi, G.; Arai, T.; Colonna, G.M.; Boschi, A.; Tsukada, M. J. Appl. Polym. Sci., 2001, 82, 3513. 36. Aymonier, C.; Schlotterbeck, U.; Antonietti, L,.; Zacharias, P.; Thomann, R.; Tiller, J.C.et al. Hybrids of silver nanoparticles with amphiphilic hyperbranched macromolecules exhibiting antimicrobial properties. Chem Commun (Camb), 2002, 24:3018- 9. 37. Jones, S.A.; Bowler, P.G.; Walker, M.; Parsons, D. Controlling wound bioburden with a novel silvercontaining Hydrofiber dressing. Wound Repair Regen, 2004, 12(3), 288- 94. 38. Crabtree, J.H.; Burchette, R.J.; Siddiqi, R.A.; Huen, I.T.; Handott, L.L.; Fishman, A. The efficacy of silver-ion implanted catheters in reducing peritoneal dialysis-related infections. Perit Dial Int, 2003, 23(4), 368- 74. 39. Mirkin, C.A.; Taton, T.A. Semiconductors meet biology. Nature, 2000, 405, 626- 7.
6
40. Catauro, M.; Raucci, M.G.; De Gaetano, F.D.; Marotta, A. Antibacterial and bioactive silvercontaining Na2O _ CaO _ 2SiO2 glass prepared by sol-gel method. J Mater Sci Mater Med, 2004;15(7):831 - 7. 41. Creighton, J.A.; Blatchford, C.G.; Albrecht, M.G. Plasma resonance enhancement of Raman scattering by pyridine adsorbed on silver or gold sol particles of size comparable to the excitation wavelength. J Chem Soc Faraday Trans II , 1979, 75, 790- 8. 42. Russell, A.D.; Hugo,W.B. Antimicrobial activity and action of silver. Progress in Medicinal Chemistry 31, 1994, 351-370. 43. Sun, R.W.Y. ; Chen, R et al. Silver nanoparticles fabricated in Hepes buffer exhibit cytoprotective activities toward HIV-1 infected cells. Chemical Communications, 2005, 5059-5061. 44. Heritage, J. (2006, April 2006). Medical Microbiology: A Brief Introduction from http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/ic u8/introduction/bacteria.html. Retrieved November 17, 2006, 45. Feng, Q. L.; Wu, J.et al. A mechanistic study of the antibacterial effect of silver ions on Escherichia coli and Staphylococcus aureus." J. of Biomedical Materials Research, 2000, 52(4), 662-668. 46. Feng, Q. L.; Kim, T.N. et al. Antibacterial effects of Ag-HAp thin films on alumina substrates. Thin Solid Films, 1998, 335(1-2), 214-219. 47. Davies, R.; Schurr, G.A.et al. Engineered Particle Surfaces." Advanced Materials, 1998, 10(15), 12641270.
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), 2010