Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
RINGKASAN
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabuputaen Banyuwangi Tahun 2009 mencapai 68,24 atau naik 0,44 dibanding dengan tahun 2008 yang sebesar 67,80. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya Indeks Pendidikan sebesar 0,43 atau dari 72,48 di tahun 2008 menjadi 72,91 di tahun 2009, Indeks Kesehatan naik 0,08 atau dari 69,64 di tahun 2008 menjadi 69,72 di tahun 2009 dan Indeks Daya Beli naik sebesar 0,82 atau dari 61,37 di tahun 2008 menjadi 62,09 di tahun 2009. Apabila IPM Kabupaten Banyuwangi ini dibandingkan dengan IPM Provinsi Jawa Timur, angkanya selalu berada di bawah angka Jawa Timur dengan urutan ke 26. Ini merupakan urutan yang relatif tertinggal karena menempati di tiga perempat bagian terbawah. Artinya jalan untuk menuju sasaran ideal yang berupa pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai dengan kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi untuk bisa segera terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama. Kinerja di bidang pendidikan. Berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf diperoleh bahwa Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi, Bangorejo dan Benculuk merupakan wilayah yang paling tertinggal pendidikannya. Sedang wilayah yang paling berhasil di bidang pendidikan berada di Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi dan Genteng. Kinerja di bidang kesehatan. Berdasarkan Angka Harapan Hidup (AHH) di masing-masing wilayah eks kawedanan, diperoleh bahwa keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tercapai di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi, Banyuwangi dan Genteng serta sebaliknya ketertinggalan pembangunan di bidang kesehatan terjadi di Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo dan Benculuk. Kinerja di bidang daya beli. Secara umum daya beli penduduk Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2008 hingga 2009 menjadi lebih baik meskipun masih berada di bawah angka rata-rata Provinsi Jawa Timur. Apabila setiap tahunnya selalu menunjukkan pola yang menurun, tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan kemampuan daya beli penduduk Kabupaten Banyuwangi akan semakin tertinggal bila dibandingkan dengan kemampuan daya beli rata-rata penduduk Provinsi Jawa Timur.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya publikasi penyusuan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini bisa diselesaikan. Publikasi ini dibutuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai bahan evaluasi dan penyusunan perencanaan pembangunan khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini, disusun dengan menggunakan pendekatan model adaptasi dari The United Nations Development Programme (UNDP) dalam menghitung Human Development Index (HDI). Berbagai indikator dalam publikasi ini disajikan dari tingkat kabupaten hingga wilayah eks kawedanan agar informasinya bisa dijelaskan lebih luas.
Selain itu beberapa indikator input yang diduga sangat signifikan pengaruhnya terhadap perkembangan indikator pendidikan, kesehatan dan daya beli tetap disajikan guna mendukung arah dan tujuan dari publikasi ini.
Demikian semoga bermanfaat.
Banyuwangi,
2010
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUWANGI
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI
Ir. MUHAMAD WAHYUDI Pembina TK. I NIP. 19600620 198312 1 002
Ir. H. SUHARTOYO, SH, M.Si Pembina TK. I NIP. 19570728 198003 1 010
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
ii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................ KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI......... ............................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Pengertian ............................................................................... 1.3 Dasar Penyusunan.................................................................. 1.4 Maksud, Tujuan Dan Manfaat ................................................. 1.5 Ruang Lingkup ........................................................................ 1.6 Hasil yang Diharapkan ............................................................ BAB II METODOLOGI ................................................................................... 2.1 Prinsip Dasar Penyusunan...................................................... 2.2 Metodologi Penyusunan.......................................................... BAB III POTENSI SUMBERDAYA ................................................................... 3.1 Geografis................................................................................. 3.2 Kependudukan ........................................................................ 3.3 Pendidikan............................................................................... 3.4 Kesehatan ............................................................................... 3.5 Pendapatan per Kapita............................................................ BAB IV SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA .............................................. 4.1 Indikator Pendidikan................................................................ 4.2 Indikator Kesehatan ................................................................ 4.3 Indikator Daya Beli .................................................................. BAB V STATUS DAN KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA...................... 5.1 Derajat Pendidikan .................................................................. 5.2 Derajat Kesehatan................................................................... 5.3 Derajat Daya Beli .................................................................... 5.4 Indeks Pembangunan Manusia............................................... BAB VI PENUTUP........................................................................................... LAMPIRAN........ ................................................................................................
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
i ii iii iv v vi 1 1 3 5 5 6 7 8 8 9 15 15 17 17 18 19 21 21 27 28 36 36 39 42 43 46 50
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
2.1
4.1
Tabel Nilai Minimum dan Maksimum Indikator Komponen IPM ..........................................................................................
11
APS dan Angka Putus Sekolah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 .............................................................................
22
Tabel
4.2
Angka Buta Huruf di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 .....
23
Tabel
4.3
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Laki-laki 15 Tahun, 2009 .......................................................................
25
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
4.4
4.5
4.6
4.7
Pendidikan
Tertinggi
yang
Ditamatkan
Penduduk
Perempuan 15 Tahun, 2009.................................................
25
Persentase Balita Berdasarkan Status Gizi Kab. Banyuwangi dan Prov. Jatim Tahun 2009 ...................................................
28
TPAK dan TPT Menurut Wilayah Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008 - 2009 ...........................
32
Jumlah Angkatan Kerja dan TKK Menurut Wilayah Eks Kawedanan Tahun 2009 .........................................................
35
Tabel
5.1
Komponen IPM Kabupaten Banyuwangi Tahun 2007-2009 ...
43
Tabel
5.2
Komponen IPM Menurut Wilayah Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ......................................
44
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Status Pembangunan Manusia ...............................................
12
Gambar 3.1
Luas Kab. Banyuwangi Dirinci Menurut Penggunaannya Tahun 2009 .............................................................................
15
Banyaknya Buta Huruf Dirinci Menurut Kelompok Umur Kab. Banyuwangi Tahun 2009.........................................................
24
AKB Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur Tahun 20052009 ........................................................................................
27
Gambar 4.3
TPAK di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ........................
29
Gambar 4.4
Alasan Utama Mencari Pekerjaan Tahun 2009.......................
31
Gambar 4.5
TPT di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2009 .................
33
Gambar 5.1
Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah di Kab. Banyuwangi Tahun 2006 - 2009 .............................................
37
Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur Tahun 2004 - 2009 ..................................................................
38
Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Menurut Wilayah Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ........................................................................................
39
Angka Harapan Hidup Menurut Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ......................................
40
Indeks Harapan Hidup Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005 - 2009 .............................................
40
Klasifikasi Angka Harapan Hidup Kabupaten Banyuwangi Menurut UNDP Tahun 2009....................................................
41
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Indeks Daya Beli Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur Tahun 2005 - 2009 ............................................................................. 42
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
v
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Luas Wilayah, Persentase Luas Terhadap Luas Kabupaten, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009.....
50
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009......................
51
Banyaknya Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ............
52
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru TK Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009............................................
53
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SD Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009............................................
54
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru MI Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009............................................
55
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SMP Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 ...............................
56
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru MTs Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 ...............................
57
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SMA Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 ...............................
58
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru MA Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009............................................
59
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SMK Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 ...............................
60
Banyaknya Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Jenisnya Tahun 2009 ..............................................................
61
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2009 ........................................................................................
62
Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2009 ........................................................................................
63
Banyaknya Pasien RSU Rawat Inap Menurut Jenis Penyakit yang Paling Banyak Penderitanya di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan Tahun 2009 ...........................................
64
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
vi
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Pola Penyakit Kasus Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan Tahun 2009 ...........................................
65
Banyaknya Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Jenisnya Tahun 2009 ..............................................................
66
Banyaknya Pasien RSU Rawat Inap Menurut Jenis Penyakit yang Paling Banyak Penderitanya di Rumah Sakit Umum Daerah Genteng Tahun 2009..................................................
68
Pola Penyakit Kasus Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Genteng Tahun 2009..................................................
69
PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009 Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)...
70
PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)..
71
Peranan Sektoral PDRB Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009 Atas Dasar Harga Berlaku (%)..............................
72
Peranan Sektoral PDRB Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009 Atas Dasar Harga Konstan (%).............................
73
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009 (%) ...................................
74
Inflasi/Deflasi Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009 (%) ..............................................
75
Ringkasan PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2004-2009
76
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah,
implementasinya
terkadang
bisa
menimbulkan
penafsiran
yang
beragam. Hal ini bisa terjadi karena secara komprehensif keberhasilan pembangunan itu tidaklah cukup untuk bisa diukur dengan menggunakan berbagai indikator makro ekonomi dan sosial saja. Dengan demikian untuk menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah haruslah menggunakan indikator yang secara resmi sudah digunakan oleh badan dunia, yaitu The United Nations Development Programme (UNDP). Program pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. bahwa
kesejahteraan
masyarakat
yang
ditandai
Disebutkan
meningkatnya
kualitas
sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat harus bisa diwujudkan. Untuk mengevaluasi tingkat capaian misi dimaksud sudah barang tentu Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membutuhkan sebuah ukuran dalam bentuk indikator dengan tingkat akurasi dan validitas yang bisa dipertanggung jawabkan. Secara
umum
Pemerintah
Kabupaten
Banyuwangi
dalam
mengimplementasikan program pembangunan tentunya tidak terlepas dari berbagai kendala yang ada. Salah satunya keterbatasan dana yang bisa dialokasikan. Akibatnya, secara geografis sangat mungkin di beberapa daerah tertentu belum bisa merasakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, karena belum
seluruhnya
sarana
prasarana
pokok
dan
penunjang
kebutuhan
masyarakat yang bisa dibangun keberadaannya dapat tersebar dan bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat secara umum. Kendala demikian ini diduga
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
1
telah menciptakan berbagai ketimpangan antar daerah satu dengan yang lain. Untuk mencermati ketimpangan antar daerah ini pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli akan diukur secara spasial berdasarkan wilayah eks kawedanan. Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan sampel sebagai obyek penelitian yang tidak bisa dilanggar, utamanya terhadap kaidahkaidah yang sudah dibangun di dalam metodologi. Menyikapi berbagai hal yang terkait dengan evaluasi tingkat capaian pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat. The United Nations Development Programme (UNDP) dalam menghitung Human Development Index (HDI), telah mampu memberikan rekomendasi dan sekaligus memberikan arahan terhadap beberapa negara dalam melaksanakan
program
pembangun-annya,
perlu
kiranya
diteladani
oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Sebab model HDI tersebut merupakan salah satu metoda yang bisa digunakan untuk mengukur refleksivitas hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan terhadap warga masyarakat Kabupaten Banyuwangi khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat. Perlu diketahui, bahwasanya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan model adaptasi dari HDI yang dikembangkan oleh UNDP.
IPM
terbentuk dan terukur atas tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap paling esensial (longetivity, knowledge, decent living). Sedang keterkaitan antar bidang pembangunan manusia yang tidak digunakan dalam pembentukan indeks komposit IPM urgensinya sudah sangat pasti. Seperti dalam menghitung life expectancy at birth sebagai salah satu komponen IPM dari bidang kesehatan, sebenarnya sudah merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan saja. Dengan demikian sangatlah beralasan apabila IPM telah digunakan sebagai alat ukur kinerja pembangunan manusia khususnya untuk mengevaluasi tingkat capaian kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
2
1.2
PENGERTIAN
Untuk mendapatkan pemahaman yang sama, maka perlu disusun berbagai
pengertian-pengertian
yang
berhubungan
dengan
Indeks
Pembangunan Manusia. Pengertian dimaksud telah disesuaikan dengan rumusrumus matematis yang digunakan dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia, adalah sebagai berikut : a.
Indeks secara matematis didefinisikan sebagai rasio penghitungan periode tahun tertentu terhadap periode tahun sebelumnya dikalikan seratus. Dan biasanya periode tahun sebelumnya dimaksud disepakati sebagai tahun dasar.
Tahun dasar adalah tahun yang dijadikan tahun konstan bernilai
seratus dan setiap tahun berjalan sesudahnya pada saat menghitung indeksnya mengacu ke tahun dasar tersebut. b.
Pembangunan Manusia adalah pembangunan manusia seutuhnya, bernilai hakiki dan sangat kompleks arti harfiahnya. Dalam kajian ini yang dimaksud dengan pembangunan manusia adalah upaya-upaya menciptakan manusia yang berpengetahuan sebagai refleksi tingkat capaian sumber daya manusia yang berkualitas, hidup sehat dan berusia panjang sehingga mampu beraktifitas secara ekonomi untuk meperoleh penghasilan yang layak dan pada akhirnya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
c.
Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen dasar yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. Indeks Pembangunan Manusia akan mempunyai makna apabila hasil penghitungan indeks kompositnya yang berupa besaran tertentu dipadukan kedalam tabel standard yang berisi ukuran status atau klasifikasi. Artinya berapa besar IPM Kabupaten Banyuwangi dan dalam tabel standard besaran IPM dimasud berada atau jatuh pada kolom status pembangunan manusia yang bagaimana atau klasifikasinya apa.
d.
Indeks
pendidikan
didefinisikan
sebagai
refleksi
keberhasilan
pembangunan di bidang pendidikan. Indeks pendidikan juga merupakan besaran kuantitatif tertentu sebagaimana Indeks Pembangunan Manusia. Hanya saja Indeks Pembangunan Manusia merupakan ukuran status kinerja pembangunan manusia, sedangkan indeks pendidikan merupakan
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
3
derajat pendidikan yang terukur atas tingkat capaian pembangunan di bidang pendidikan. e.
Indeks kesehatan didefinisikan sebagai refleksi keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Indeks kesehatan juga merupakan besaran kuantitatif tertentu sebagaimana Indeks Pembangunan Manusia. Hanya saja Indeks Pembangunan Manusia merupakan ukuran status kinerja pembangunan manusia, sedangkan indeks kesehatan merupakan derajat kesehatan yang terukur atas tingkat capaian pembangunan di bidang kesehatan.
f.
Indeks daya beli didefinisikan sebagai refleksi keberhasilan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial ekonomi. Indeks daya beli juga merupakan besaran kuantitatif tertentu sebagaimana Indeks Pembangunan Manusia. Hanya saja Indeks Pembangunan Manusia merupakan ukuran status kinerja pembangunan manusia, sedangkan indeks daya beli merupakan derajat kesejahteraan sosial ekonomi yang terukur atas tingkat capaian pembangunan di bidang ekonomi.
g.
Shortfall Reduction dihitung dan didefinisikan sebagai tingkat kemajuan dari kinerja pembangunan manusia dari tahun ke tahun. Seperti halnya semua besaran indeks yang dihitung dalam kajian ini, Shortfall Reduction juga mempunyai intepretasi semakin tinggi angkanya semakin cepat pula kinerja pembangunan manusia menuju sasaran ideal. Yang dimaksud dengan sasaran ideal adalah terciptanya manusia yang berpengetahuan sebagai refleksi tingkat capaian sumber daya manusia yang berkualitas, hidup sehat dan berusia panjang sehingga mampu beraktifitas secara ekonomi untuk meperoleh penghasilan yang layak dan pada akhirnya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Manusia yang berpengetahuan diukur dengan menggunakan indikator pendidikan, hidup sehat dan berusia panjang diukur dengan indikator kesehatan dan pemenuhan hidup yang layak diukur dengan indikator daya beli.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
4
1.3
DASAR PENYUSUNAN
Dasar
penyusunan
Indeks
Pembangunan
Manusia
Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2009 adalah : 1.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005;
2.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
3.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik;
4.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik;
5.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010;
6.
Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010
7.
Nota Kesepakatan Kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Nomor 188/1162/429.202/2010 Tanggal
20 Mei 2010 tentang
Kerjasama pengumpulan dan Analisis Statistik Daerah
1.4
MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT
1.4.1
Maksud
Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran status pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Apakah berstatus rendah, menengah bawah, menengah atas ataukah tinggi yang dihitung dan disajikan berdasarkan wilayah eks kawedanan. Selain status pembangunan manusia, derajat kesehatan, pendidikan dan daya beli juga menjadi topik bahasan yang lebih rinci sebagai bahan kajian di setiap wilayah eks kawedanan.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
5
1.4.2
Tujuan
Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini bertujuan untuk menyajikan status kinerja pembangunan manusia antar waktu, tepatnya dari tahun 2005 yang diduga sudah terjadi pemulihan ekonomi sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi sampai dengan tahun 2009. Selain itu akan dilihat pula keterbandingan antarwilayah eks kawedanan dalam Kabupaten Banyuwangi yang meliputi Eks Kawedanan Bangorejo, Benculuk, Genteng, Rogojampi dan Banyuwangi. Khusus keterbandingan Kabupaten Banyuwangi akan dilihat berdasarkan perspektif kinerja dalam Propinsi Jawa Timur.
1.4.3
Manfaat
Hasil penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan evaluasi terhadap program pembangunan yang telah dilaksanakan, serta dapat memberikan acuan intervensi apa dan di bidang pembangunan mana yang perlu mendapat skala prioritas. Khususnya kebijakan dalam program-program pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan dan peningkatan pendapatan masyarakat atau yang lebih sering disebut dengan daya beli.
1.5
RUANG LINGKUP
1.5.1
Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009, meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Karena dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi akan mendapat alokasi rumah tangga terpilih sampel, hal ini terkait dengan persebaran sampel sebagaimana kaidah-kaidah yang dijelaskan dalam metodologi yang mendasari publikasi ini.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
6
1.5.2
Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1.
Tujuan dari Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009;
2.
Potensi dan Permasalahan yang ada terkait Pembangunan Manusia di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009;
3.
Strategi penanganan program yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
1.5.3
Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1.
Identifikasi potensi sumberdaya manusia di wilayah Kabupaten Banyuwangi;
2.
Inventarisasi pola kebijakan khususnya kebijakan dalam program-program pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan dan peningkatan daya beli masyarakat;
3.
Menyusun dan menetapkan Rencana Program dan Operasionalisasi pelaksanaan
program-program
pembangunan
khususnya
di
bidang
kesehatan, pendidikan dan peningkatan daya beli masyarakat.
1.6
HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : 1.
Tersusunnya
publikasi
Indeks
Pembangunan
Manusia
Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2009 sebagai alat ukur status kinerja pembangunan manusia,
khususnya
untuk
mengevaluasi
tingkat
capaian
kualitas
sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi;
2.
Ditetapkannya Strategi Pembangunan Manusia di Kabupaten Banyuwangi.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
7
BAB II METODOLOGI
2.1
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN
Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia yang representatif pada level kabupaten sampai dengan wilayah eks kawedanan. Sehingga untuk mendapatkan ukuran kesejahteraan masyarakat
yang
ditandai
meningkatnya
kualitas
sumberdaya
manusia,
terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat yang harus segera terwujud bisa terkaji dan terevaluasi secara terus menerus.
2.1.1
Acuan Rancangan
Studi ini mengacu pada sebuah konsep yang dikembangkan oleh badan dunia The United Nations Development Programe (UNDP) dalam menghitung Human Development Index (HDI). Yang kemudian dibuat sebagai acuan rancangan dalam mengevaluasi program pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi khususnya di bidang pembangunan pendidikan, kesehatan dan daya beli pada tahun 2009.
2.1.2
Prinsip-Prinsip Dasar
Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 yaitu : a.
Akurat dalam memberikan rekomendasi dan intervensi apa yang perlu mendapatkan
prioritas
ketika
program
pembangunan
itu
diimplementasikan;
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
8
b.
Validitas
datanya
bisa
dipertanggungjawabkan
dan
mempunyai
kesinambungan dalam mengukur pembangunan manusia khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli.
2.1.3
Kerangka Landasan Analisis
Kerangka landasan Analisis yang digunakan dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009, berupa Analisis statistik sederhana atau lazimnya disebut dengan statistik deskriptif.
2.2
METODOLOGI PENYUSUNAN
Metodologi penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009, disusun berdasarkan kaidah teknis sampling dengan mekanisme sebagai berikut :
2.2.1
Penentuan Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan yang berupa sumber data utama untuk penyusunan publikasi ini menggunakan data primer hasil observasi lapangan secara sampel. Observasi dilakukan pada rumahtangga yang secara acak terpilih sebagai sampel. Karena keterbatasan anggaran, jumlah sampel yang diambil ditentukan hingga memenuhi “Minimum Sample Size” untuk menghasilkan estimasi data pada level eks kawedanan dan kabupaten. Dalam survei ini wilayah pencacahan yang digunakan sebagai unit sampling bukanlah desa/kelurahan ataupun RT/RW, melainkan Blok Sensus. Blok Sensus adalah bagian dari desa/kelurahan yang dibatasi oleh batas jelas (bisa batas alam seperti sungai maupun batas buatan misalnya jalan). Satu Blok Sensus biasanya terdiri dari 80 – 120 rumahtangga, satu desa/kelurahan terbagi habis dalam beberapa Blok Sensus.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
9
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam survei adalah Pengambilan Sampel Dua Tahap (Two Stage Random Sampling) : 1.
Tahap pertama, dari kerangka sampel Blok Sensus diambil sejumlah Blok Sensus secara probability proporsional to size, dengan size banyaknya rumah tangga;
2.
Tahap kedua, dari setiap blok sensus terpilih diambil 16 (enam belas) rumahtangga secara stratified random sampling (pengambilan sampel berstrata) dengan strata golongan pengeluaran rumah tangga.
2.2.2
Metode Pendekatan dan Tahapan Penyusunan
Untuk memperoleh data yang akurat dengan tingkat validitasi yang tinggi dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini, pendekatan yang digunakan adalah metode wawancara langsung dengan responden. Setelah seluruh dokumen dari responden terpilih sample diolah dan dianalisis, selanjutnya dilakukan penghitungan secara matematis terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 yang dapat diilustrasikan sebagai berikut : Tahap pertama dari penghitungan IPM ialah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (e0, pendidikan dan standar hidup layak) dengan formula sebagai berikut :
I
(i )
X
(i )
X
X (i ) Maks
(i )
Min
X (i ) Min
………………..……….. (1)
di mana : I(i)
: Indeks X(i); (i=1,2,3)
X(i) Maks
: Nilai maksimum X(i) (lihat Tabel 3.1) ;
X(i) Min
: Nilai minimum X(i) (lihat Tabel 3.1) ; Formula di atas akan menghasilkan nilai 0 ≤ Xi
≤ 1 ; untuk
mempermudah cara membaca skala ini dinyatakan dalam 100. Untuk menstandarkan nilai maksimum dan nilai minimum di suatu daerah harus disepakati berapa besar nilai maksimum dan minimumnya sehingga bisa dipakai untuk membandingkan dengan daerah lain. Daerah lain yang dimaksud di sini adalah wilayah eks kawedanan Bangorejo, Benculuk, Genteng, Rogojampi dan Banyuwangi. LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
10
Tabel 2.1 Tabel Nilai Minimum dan Maksimum Indikator Komponen IPM Indikator (1)
Nilai
Nilai
Maks.
Min.
(2)
(3)
Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama
Catatan (4)
85
25 Sesuai dengan Standar UNDP
100
0 Sesuai dengan Standar UNDP
15
0 UNDP menggunakan Combined
Sekolah
Gross Enrolment Ratio UNDP menggunakan PDB riil 737.720
Daya Beli
300.000 per kapita yang telah 360.000 disesuaikan
Keterangan :
737.720 perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 360.000 penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Tahap kedua, ialah dengan menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indek X(i). Formula untuk menghitung rata-rata ini adalah sebagai berikut:
1 IPM ( X 1 3
X
2
X
3
)………………..……….. (2)
dimana : X(1) :
Indeks harapan hidup;
X(2) :
Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf)+1/3 (indeks rata-rata lama sekolah);
X(3) :
Indeks hidup layak.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
11
Gambar 2.1 Status Pembangunan Manusia IPM
Hasil penghitungan IPM akan memberikan
gambaran
seberapa
jauh
suatu wilayah telah mencapai sasaran 100………….. Tinggi
yang ditentukan. Seperti angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi
80…………… Menengah atas 66…………… Menengah bawah 50……………
semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali sudah memenuhi kriteria dari program Wajib Belajar Sembilan Tahun serta tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah
Rendah
mencapai standar hidup layak. Semakin 0…………….
dekat besaran IPM suatu wilayah terhadap angka 100 akan semakin dekat jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan manusia seutuhnya. UNDP membagi tingkat status pembangunan manusia suatu wilayah ke dalam tiga golongan yaitu rendah (apabila IPM kurang dari 50), sedang atau menengah (IPM antara 50 dan 80) dan tinggi (IPM di atas 80). Untuk keperluan perbandingan antar daerah Tingkat II golongan menengah dipecah lagi menjadi dua yaitu menengah atas (antara 66 dan 80) dan menegah bawah (antara 50 dan kurang dari 66). Sebagai
ukuran
kemajuan
pembangunan
manusia,
IPM
dapat
digunakan untuk mengkaji kemajuan pembangunan manusia dalam dua aspek. Pertama, untuk perbandingan antarwilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah relatif terhadap wilayah berdasarkan besaran IPM yang disusun dalam suatu peringkat dari kemajuan pembangunan manusia di berbagai wilayah dalam kawasan yang sama. Kedua, untuk mengkaji kemajuan dari pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode. Pengukuran tingkat kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal IPM dihitung setiap tahun dalam suatu periode. Pengukuran tingkat kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal IPM dihitung setiap tahun dalam suatu periode disebut shortfall reduction per tahun. Penghitungannya dengan formula sebagai berikut : 1
t IPM t1 IPM t 0 x100 ……………………………(3) IPM ref IPM t 0
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
12
dimana : IPMt0
= IPM tahun dasar
IPMt1
= IPM tahun terakhir
IPMref
= IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100 Semakin besar shortfall reduction per tahun semakin besar kemajuan
yang dicapai daerah tersebut dalam periode itu. Dengan menggunakan shortfall reduction per tahun ini maka dapat dilihat seberapa besar kemajuan pencapaian pembangunan manusia tiap tahun di semua wilayah, sehingga akan diketahui wilayah-wilayah mana yang maju lebih cepat dibanding dengan wilayah lainnya.
Ilustrasi Penghitungan IPM Misal suatu kabupaten A pada tahun 1996 memiliki data-data sebagai berikut : 1.
IPM pada tahun 1990 adalah
= 61,9
2.
Angka harapan hidup
= 67,8 tahun
3.
Angka melek huruf
= 90,1 persen
4.
Rata-rata lama sekolah
= 7 tahun
5.
Konsumsi riil per kapita disesuaikan
= Rp. 576.300,-
Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung indeks masing-masing komponen sebagai berikut : 1.
Indeks angka harapan hidup
= (67,8-25)/(85-25)x100 = 71,3
2.
Indeks angka melek huruf
= (90,1-0)/(100-0) x 100 = 90,1
3.
Indeks rata-rata lama sekolah
= (7-0)/(15-0) x 100 = 46,7
4.
Indeks pendidikan
= 1/3 (46,7) + 2/3(90,1) = 75,6
5.
Indeks konsumsi rill perkapita yang disesuaikan = (576,3-300)/(733,7-300) x 100 = 63,7
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
13
IPM daerah A dapat dihitung dengan rumus 1 :
1/3 (71,3 + 75,6 + 63,7)
= 70,2
Sedangkan shortfall reduction per tahun antara 1990 – 1996 dihitung dengan cara membandingkan IPM antara kedua tahun sesuai dengan rumus 3 :
((70,2-61,9)/(100-61,9) x 100) (1 / 6 ) = 1,67
Kriteria Shortfall Reduction ( R ): 1. Sangat lambat
:
R 1,30
2. Lambat
:
1,30 R 1,50
3. Menengah
:
1,50 R 1,70
4. Cepat
:
R 1,70
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
14
BAB III POTENSI SUMBERDAYA
3.1
GEOGRAFIS
Dengan luas sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan ini diperkirakan telah mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah permukiman penduduk dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat Gambar 3.1 Luas Kabupaten Banyuwangi Dirinci Menurut Penggunaannya Tahun 2009
yang
ada,
ladang Selain
seperti
dan
jalan,
lain-lainnya.
penggunaan
luas
daerah yang demikian itu, Kabupaten memiliki
Banyuwangi panjang
garis
pantai sekitar 175,8 km, serta jumlah pulau ada 10 buah.
Seluruh
wilayah
tersebut telah memberikan manfaat
besar
bagi
Hutan (31,72 %)
Sawah (11,44 %)
kemajuan
ekonomi
Lain-lain (17,48 %)
Ladang (2,80 %)
penduduk
Kabupaten
Perkebunan (14,21 %)
Permukiman (22.04 %)
Banyuwangi.
Tambak (0,31 %)
Secara Kabupaten
geografis Banyuwangi
terletak di ujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
15
tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7 43’ - 8 46’ Lintang Selatan dan 113 53’ - 114 38’ Bujur Timur. Secara administratif sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah Timur Selat Bali, sebelah Selatan Samudera Hindia serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Umumnya daerah bagian Selatan, Barat dan Utara merupakan daerah pegunungan, sehingga pada daerah ini mempunyai tingkat kemiringan tanah dengan rata-rata mencapai 40 serta dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah yang lain. Daerah datar terbentang luas dari bagian Selatan hingga Utara yang tidak berbukit. Daerah ini banyak dialiri sungai-sungai yang bermanfaat guna mengairi hamparan sawah yang luas. Daratan yang datar tersebut sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 diikuti rata-rata curah hujan yang cukup memadai, sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Dari gambaran kondisi alam yang demikian itu menjadikan Kabupaten Banyuwangi pernah mendapat peringkat sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang merupakan daerah lumbung padi. Selain itu menurut data statistik juga memberikan adanya indikasi sebagai kabupaten potensi pertanian yang relatif besar setelah Kabupaten Malang dan Jember di kawasan Propinsi Jawa Timur. Dengan demikian berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya yang terkait dengan peningkatan potensi kelautan. Karena dari sepanjang garis pantai yang ada, yang merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain itu masih belum dikelola secara optimal. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gajahmada Jogjakarta pada tahun 2002 menyebutkan bahwa, dari seluruh potensi laut yang ada itu masih kurang dari 10 persen yang baru bisa dikelola oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
16
3.2
KEPENDUDUKAN
Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk telah digunakan sebagai salah satu penimbang terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Karena penduduk merupakan bagian dari pembangunan, maka posisi penduduk bisa sebagai subyek sekaligus bisa menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri. Sampai dengan akhir tahun 2009 penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat sekitar 1.587.403 jiwa. Yang terdiri dari laki-laki sejumlah 776.371 jiwa dan perempuan ada sebanyak 811.032 jiwa. Dari sejumlah penduduk ini kepala keluarganya mencapai 461.255 kepala keluarga.
3.3
PENDIDIKAN
Pada tahun 2009 jumlah fisik sekolah, murid dan guru untuk Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) jumlahnya masih mempunyai kecenderungan yang meningkat baik berstatus negeri maupun swasta. Bahkan keberadaan TK ini penyebarannya sudah bisa ditemui di setiap desa/kelurahan dengan jumlah sedikitnya ada satu lembaga sekolah. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang mempunyai kecenderungan jumlah lembaganya menurun dengan jumlah murid yang menurun pula. Penurunan jumlah lembaga SDN belakangan ini sebagai akibat dari kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan menyatukan dua SDN menjadi satu SDN, kebijakan ini diambil dengan mempertimbangkan jumlah murid pada SDN yang ada di bawah standar kecukupan sehingga perlu adanya efisiensi. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat jumlah sekolah negeri perkembangannya terus bertambah, yang diikuti dengan naiknya jumlah SMP sederajat yang dikelola oleh pihak swasta. Pada sisi lain program pendidikan dasar atau yang lebih sering disebut-sebut dengan istilah Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, secara kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi sudah dapat dikategorikan cukup memadai, karena dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi seluruhnya sudah mempunyai SMP bahkan jumlahnya minimal ada satu SMP yang berstatus negeri. Pada jenjang LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
17
pendidikan setingkat lebih tinggi yang disebut dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Lembaga SMA sederajat sampai dengan tahun 2009, keberadaannya di setiap kecamatan sudah relatif merata karena dari setiap kecamatan yang ada umumnya sudah mempunyai lembaga SMA sederajat minimal ada satu SMA baik negeri maupun swasta. Apabila setiap jenjang sekolah dari SD sederjat hingga SMA sederajat dihitung berdasarkan perbandingan antar jumlah lembaganya diperoleh bahwa, 5:1 untuk SD sederajat terhadap SMP sederajat, serta 2:1 untuk SMP sederajat terhadap SMA sederajat. Sedang perbandingan untuk jumlah muridnya diperoleh sekitar sekitar 3:1 untuk SD sederajat terhadap SMP sederajat, serta ada sekitar 2:1 untuk SMP sederajat terhadap SMA sederajat. Arti dari angka perbandingan tersebut bisa dimaknai bahwa dari setiap jumlah lulusan 5 SDN sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMP sederajat jumlahnya baru sekitar sepertiganya. Dan dari setiap jumlah lulusan 2 SMP sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMA sederajat jumlahnya baru sekitar separuhnya.
3.4
KESEHATAN
Perkembangan program pembangunan di bidang kesehatan pada tahun 2009 bisa dilihat berdasarkan jumlah fisik dari masing-masing lembaga yang ada. Seperti lembaga Rumah Sakit (RS) Umum/Khusus yang sebanyak 12 RS, Puskesmas sebanyak 45 lembaga serta Poliklinik/BP ada sebanyak 43 unit. Beberapa kecamatan yang terletak di kawasan Selatan Kabupaten Banyuwangi sampai dengan tahun 2009 masih belum tersedia fasilitas kesehatan yang berupa Rumah Sakit, atau masih dicukupi dengan adanya Puskesmas Rawat Inap. Seharusnya di kawasan Selatan Kabupaten Banyuwangi ini dibangun RS, karena bagaimana pun juga RS mempunyai fasilitas yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan Puskesmas Dengan Dokter. Selain fasilitas kesehatan yang harus dibangun secara fisik, tenaga kesehatan atau para medis juga perlu mendapat tempat untuk bisa diupayakan keberadaannya, karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi setiap manusia mempunyai sifat yang paling mendasar. Bila diperhatikan jumlah Dokter (142 orang), Perawat dan Bidan (1.230 orang) pada tahun 2009, persebaran LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
18
Dokter masih belum sebanding dengan persebaran penduduk. Sedang untuk Perawat dan Bidan mungkin dengan jumlah sebanyak 1.230 orang di tahun 2009 diperkirakan belum bisa mencukupi apabila dirasiokan dengan jumlah penduduk yang mencapai 1.587.403 jiwa.
3.5
PENDAPATAN PER KAPITA
Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan per kapita. Walaupun kurang representatif pendapatan per kapita harus tetap disajikan untuk memperoleh gambaran sejauh mana pendapatan masyarakat secara rata-rata. Selain itu besaran pendapatan per kapita bisa digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan daerah satu dengan yang lain. Intepretasinya bila diperoleh angka pendapatan per kapitanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang lain, maka daerah yang lebih tinggi angka pendapatan per kapitanya tersebut lebih tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pada tahun 2009 angka pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi tercatat sekitar Rp,12.444.122,71 yang mengandung maksud bahwa dari seluruh penduduk Kabupaten Banyuwangi diperkirakan mempunyai pendapatan rata-rata dalam setahunnya sebesar Rp, 12.444.122,71. Angka pendapatan per kapita ini naik sekitar 12,61 persen bila dibandingkan dengan angka pendapatan per kapita tahun 2008. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa angka pendapatan per kaipta bisa diintepretasikan sebagai tingkat kesejahteraan masyarakat, dengan demikian apabila angka pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 naik sebesar 12,61 persen, maka sama artinya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyuwangi naik sebesar 12,61 persen. Secara spasial bagi setiap kecamatan di Kabupaten Banyuwangi mempunyai angka pendapatan per kapita yang relatif sama. Kecuali Kecamatan Licin dan Kalipuro, karena di kedua kecamatan ini khususnya Kecamatan Licin yang merupakan satu-satunya kecamatan penghasil barang tambang di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit, akan menghasilkan angka pendapatan per kapita yang reletif lebih besar. Sedang untuk Kecamatan Kalipuro yang merupakan daerah potensial bagi Sub Sektor LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
19
Pengangkutan Rel, Laut dan Penyeberangan di Kabupaten Banyuwangi, akan menghasilkan angka pendapatan per kapita yang reletif lebih besar pula. Pada tahun 2007 angka pendapatan per kapita terendah dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi berada di Kecamatan Siliragung yang jumlahnya baru mencapai
Rp.3.610.000,00,-
dan
Kedua
Kecamatan
Tegalsari
sebesar
Rp.3.950.000,00,-. Kedua kecamatan ini merupakan dua kecamatan baru dari hasil pemekaran beberapa tahun yang lalu. Di dua kecamatan ini pula diperoleh hasil penghitungan PDRB yang terendah dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Jadi bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa Kecamatan Siliragung dan Tegalsari ini harus mendapat perhatian yang lebih bila dibanding dengan kecamatan lain terkait dengan pelaksanaan program pembangunan daerah, utamanya dalam rangka memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
20
BAB IV SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA
4.1
INDIKATOR PENDIDIKAN
Ada tiga variabel di dalam indikator pendidikan yang kerap kali digunakan
oleh
para
pemerhati
ketika
mengkaji
keberhasilan
program
pembangunan di bidang pendidikan. ketiga variabel itu terdiri dari Angka Partisipasi Sekolah (APS), kemampuan baca tulis atau angka melek huruf dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dengan diplihnya ketiga variabel ini bukan berarti variabel pendidikan yang lain menjadi kurang maknanya, akan tetapi dengan alasan bahwa ketiga variabel ini sudah cukup representatif untuk mengukur berhasil atau tidaknya program pembangunan di bidang pendidikan. APS dalam prakteknya dibedakan menurut tiga kelompok umur. Pertama kelompok umur usia Sekolah Dasar (SD) sederajat yaitu umur 7 – 12 tahun. Kedua pada kelompok umur Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat yaitu 13 – 15 tahun dan ketiga pada kelompok umur Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yaitu 16 – 18 tahun. Arti dari angka APS menggambarkan peran serta atau partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggarakan pendidikan. Indikasi dari angka APS ini apabila semakin tinggi angkanya maka semakin berhasil program pendidikan yang diselenggarakan. Besarnya angka APS maksimal 100 persen yang mempunyai arti bahwa seluruh anak pada kelompok umur tertentu semuanya sedang bersekolah. Angka APS pada umumnya mempunyai ciri semakin tinggi kelompok umur yang diukur, akan semakin rendah angka APS pada kelompok umur tersebut. Keadaan yang demikian ini menandakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat masih rendah, karena kemampuan untuk membiayai sekolah pada jenjang yang lebih tinggi semakin tidak mampu. Atau sebagai akibat dari semakin tingginya biaya pendidikan yang terjadi dari jenjang ke jenjang yang lebih tinggi, yang pada akhirnya putus sekolah menjadi pilihan. Hal ini terbukti dari angka putus sekolah sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1.
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
21
Tabel 4.1 APS dan Angka Putus Sekolah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 No.
Usia Sekolah
Jenjang Sekolah Sederajat 7 – 12
1.
2.
SD/MI
SLTP
Tdk/blm pernah sekolah
0,67 %
Tidak sekolah lagi
0,34 %
Tdk/blm pernah sekolah
SLTA
16 – 18
2,00 %
Tidak sekolah lagi 3.
13 – 15
11,14 %
Tdk/blm pernah sekolah
0,01 %
Tidak sekolah lagi
40,24 %
Angka Putus Sekolah Kab. Banyuwangi
0,34 %
11,14 %
40,24 %
APS Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo
99,09 %
80,50 %
45,64 %
APS Wilayah Eks Kawedanan Benculuk
99,11 %
85,46 %
52,77 %
APS Wilayah Eks Kawedanan Genteng
99,25 %
88,43 %
61,28 %
APS Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi
98,51 %
87,04 %
54,21 %
APS Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi
98,96 %
87,29 %
58,75 %
APS Kabupaten Banyuwangi
98,99 %
86,86 %
59,75 %
APS Propinsi Jawa Timur
98,93 %
87,91 %
59,23 %
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Pada tahun 2009 angka APS untuk kelompok umur 7 – 12 tahun sebesar 98,99 persen. Artinya dari setiap 100 anak yang berumur 7 – 12 tahun yang ada di Kabupaten Banyuwangi 1 hingga 2 anak di antaranya akan ditemukan tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out). Kelompok umur 13 – 15 tahun dengan angka APS sebesar 86,86 persen. Artinya dari setiap 100 anak yang berumur 13 – 15 tahun yang ada di Kabupaten Banyuwangi 3 hingga 4 anak di antaranya akan ditemukan tidak/belum pernah sekolah dan sekitar 11 hingga 12 anak tidak sekolah lagi (Drop Out). Kelompok umur 16 – 18 tahun dengan angka APS sebesar 59,75 persen. Artinya dari setiap 100 anak yang berumur 16 – 18 tahun yang ada di Kabupaten Banyuwangi 1 anak di antaranya akan ditemukan tidak/belum pernah sekolah dan sekitar 40 hingga 41 anak tidak sekolah lagi (Drop Out).
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
22
Angka APS Kabupaten Banyuwangi ini apabila dibandingkan dengan angka APS Propinsi Jawa Timur masih relatif tertinggal, karena angka APS pada kelompok umur 16 – 18 tahun masih berada di bawah angka APS Propinsi Jawa Timur. Jadi tingkat capaian situasi pembangunan manusia melalui program pembangunan bidang pendidikan masih belum berhasil. Keterkaitannya dengan keberhasilan program pendidikan dasar sembilan tahun di Kabupaten Banyuwangi, berdasarkan angka APS dan putus sekolah sebagaimana Tabel 5.1 tersebut juga belumlah cukup untuk dikatagorikan berhasil. Karena mereka yang putus sekolah ditambah dengan yang tidak/belum pernah sekolah jumlahnya masih ada. Berikutnya adalah angka melek huruf. Angka melek huruf ini diukur dengan menggunakan pendekatan penduduk berumur ≥ 10 tahun. Pada tahun 2009 angka melek huruf di Kabupaten Banyuwangi tercatat sekitar 88,21 persen, atau bila diukur dengan angka buta hurufnya sebesar 11,79 persen. Artinya dari setiap 100 penduduk Kabupaten Banyuwangi yang berumur ≥ 10 tahun, akan ditemukan antara 11 hingga 12 orang di antaranya belum bisa baca tulis atau buta huruf. Dari angka buta huruf yang sebesar 11,79 persen ini ada sekitar 151.762 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 35.504 orang dan perempuan sebanyak 116.258 orang, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Angka Buta Huruf di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 (%) Wil. Eks. Kawedanan Bangorejo Benculuk Genteng Rogojampi Banyuwangi Angka Kabupaten
Laki-laki N 2.793 6.366 10.252 7.618 8.475 35.504
Perempuan %
0,49 0,79 0,59 0,65 0,24 2,76
N 11.640 28.188 32.864 21.640 21.926 116.258
% 2,18 2,54 1,68 1,70 0,93 9,03
Jumlah N 14.433 34.555 43.117 29.256 30.401 151.762
% 2,67 3,33 2,27 2,35 1,17 11,79
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
23
Berdasarkan penduduk
yang
tersebut,
Apabila
jumlah
buta
huruf
Gambar 4.1 Banyaknya Buta Huruf Dirinci Menurut Kelopok Umur Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
dihitung
perbandingannya
antara 4,96 5
perempuan yang buta huruf
4,5
diperoleh
laki-laki
3,5
dibanding 3 hingga 4 orang
2,5
perempuan yang buta huruf.
1,5
2,63 2,3
3
2
diperoleh
30-39
umur,
0 20-29
kelompok
0,5
15-19
tersebut bila dirinci menurut
1
0,69 0,07 0,04 0,23
10-14
Selain itu angka buta huruf
1,19
orang
65 +
1
4
60-64
dengan
50-59
laki-laki
40-49
penduduk
informasi bahwa semakin tua umur
penduduk
Kabupaten
Banyuwangi semakin banyak yang buta huruf. Angka buta huruf terendah ada pada kelompok umur 10 – 39 tahun dan tertinggi pada kelompok umur ≥ 60 tahun. Kondisi yang demikian ini tampak searah dengan tingkat capaian program pembangunan bidang pendidikan yang secara bertahap terus diupayakan peningkatannya oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Secara rinci disajikan pada Gambar 5.1. Variabel ketiga adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Variabel ini mengukur sampai seberapa tinggi pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten
Banyuwangi.
Umur
penduduk
yang
diukur
pendidikannya
menggunakan pendekatan penduduk berumur ≥ 15 tahun. Diplihnya kelompok umur ini karena ada keterkaitannya dengan kelompok umur pendidikan dasar sembilan tahun. Pada tahun 2009 bagi penduduk Kabupaten Banyuwangi yang berumur ≥ 15 tahun terbanyak menamatkan pendidikannya pada jenjang SD sederajat yang jumlahnya mencapai 32,11 persen atau sekitar 387.043 orang. Kedua terbanyak pada mereka yang menamatkan pendidikannya di jenjang SMP sederajat dengan jumlah 20,62 persen atau sekitar 248.564 orang. Urutan ketiga pada mereka yang belum tamat SD sederajat sebesar 16,90 persen atau sekitar 203.784 orang. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4.
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
24
Tabel 4.3 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Laki-laki ≥ 15 Tahun, 2009 Tdk Pernah Sekolah Bangorejo 4.123 Benculuk 7.605 Genteng 14.447 Rogojampi 8.988 Banyuwangi 6.241 Angka Kabupaten 41.404 Wilayah Eks Kawedanan
Blm Tamat SD 7.731 22.694 28.041 16.261 20.054 94.781
SD
SMP
SMA
21.646 47.578 57.671 28.989 36.147 192.031
14.431 30.440 43.686 24.774 24.177 137.508
11.853 19.176 39.386 14.278 31.110 115.803
D-I/II/III D-IV/S-1 S-2/3 515 1.074 2.665 1.032 1.078 6.364
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Penduduk Kabupaten Banyuwangi yang berumur ≥ 15 tahun pada tahun 2009 jumlahnya ada sekitar 1.205.532 orang. Bila ditinjau dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan serta dibedakan antara laki-laki (Tabel 5.3) dan perempuan (Tabel 5.4), mempunyai kecenderungan semakin rendah jenjang pendidikan yang ditamatkan semakin banyak jumlah penduduk perempuan. Sebaliknya semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan semakin banyak jumlah penduduk laki-laki.
Tabel 4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Perempuan ≥ 15 Tahun, 2009 Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo Benculuk Genteng Rogojampi Banyuwangi Angka Kabupaten
Tdk Pernah Sekolah 16.492 23.596 42.532 30.789 24.272 137.681
Blm Tamat SD 8.761 27.508 33.973 19.010 19.751 109.003
SD
SMP
SMA
14.430 39.763 68.417 29.114 43.288 195.012
14.430 28.849 33.106 14.836 19.835 111.056
5.153 13.328 20.209 4.689 14.029 57.408
D-I/II/III D-IV/S-1 S-2/3 964 1.488 2.011 522 2.496 7.481
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Berikut adalah gambaran umum berdasarkan situasi pembangunan manusia di bidang pendidikan, diambil dari tiga variabel pendidikan yang dikaji dan dibedakan menurut wilayah Eks kawedanan diperoleh informasi sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
25
1.
Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo Situasi pembangunan manusia di wilayah Eks kawedanan Bangorejo ini
masih belum cukup untuk dikatagorikan berhasil, karena menurut ketiga variabel pendidikan yang diukur dengan rata-rata tingkat capaian yang masih berada di bawah angka Kabupaten Banyuwangi. 2.
Wilayah Eks Kawedanan Benculuk Sebagaimana situasi pembangunan manusia yang terjadi di Wilayah
Eks Kawedanan Bangorejo, Wilayah Eks Kawedanan Benculuk ini juga masih belum cukup untuk dikatagorikan berhasil, karena menurut ketiga variabel pendidikan yang diukur dengan rata-rata tingkat capaian yang masih berada di bawah angka Kabupaten Banyuwangi. 3.
Wilayah Eks Kawedanan Genteng Situasi pembangunan manusia di Wilayah Eks Kawedanan Genteng ini
tampak lebih berhasil bila dibandingkan dengan Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo dan Benculuk, karena menurut ketiga variabel pendidikan yang diukur dengan rata-rata tingkat capaian yang sudah berada di atas angka Kabupaten Banyuwangi. 4.
Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi Sebagaimana situasi pembangunan manusia yang terjadi di Wilayah
Eks Kawedanan Bangorejo dan Benculuk, Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi ini juga tampak kurang berhasil, karena menurut ketiga variabel pendidikan yang diukur dengan rata-rata tingkat capaian yang masih berada di bawah angka Kabupaten Banyuwangi. 5.
Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi Situasi pembangunan manusia yang terjadi di Wilayah Eks Kawedanan
Banyuwangi ini tampak berhasil seperti yang terjadi di Wilayah Eks Kawedanan Genteng, yaitu dengan ketiga variabel pendidikan yang diukur dengan rata-rata tingkat capaian yang sudah berada di atas angka Kabupaten Banyuwangi.
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
26
4.2
INDIKATOR KESEHATAN
Mendasarnya kebutuhan kesehatan bagi setiap orang sama halnya dengan mendasarnya kebutuhan pendidikan. Terkait dengan hal tersebut pemerintah kerap mencanangkan program-program yang diarahkan untuk memajukan tingkat capaian pembangunan di bidang kesehatan ini. Seperti Indonesia Sehat Tahun 2010, Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan seterusnya. Untuk mengukur tingkat capaian program pembangunan bidang kesehatan ada beberapa variabel yang biasa digunakan oleh para pemerhati. Di antaranya adalah Angka Kematian Bayi (AKB), balita gizi buruk dan pemberian imunisasi terhadap balita, variabel
Dari
AKB. Sejak tahun 2005
Gambar 4.2 AKB Kab.Banyuwangi dan Jawa Timur Thn 2005 – 2009
sampai dengan 2009 AKB
50
di Kabupaten Banyuwangi
45
jumlahnya tergolong tinggi
40
bila dibandingkan dengan
35
AKB Propinsi Jawa Timur.
30
Kisaran selisih-nya ratarata
mencapai
10
bayi
yang meninggal dari setiap seribu
kelahiran.
Contohnya 2009
pada
tahun
AKB
Kabupaten
Banyuwangi
angkanya
sekitar 42 hingga 43 bayi
46,32
36,65
44,85
43,91
35,32
35,09
25
43,30
42,11
32,20
32,09
2008
2009
20 15 10 5 0 2005
2006
2007
B.Wangi
Jatim
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
yang meninggal dari setiap seribu kelahiran. Pada tahun yang sama AKB Propinsi Jawa Timur tercatat 32 hingga 33 bayi yang meninggal dari setiap seribu kelahiran. Variabel balita gizi buruk. Ada empat katagori dalam pengklasifikasian status gizi balita, yaitu buruk, kurang, baik dan lebih. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 kondisi gizi buruk dan kurang jumlahnya tampak menurun, kondisi yang demikian ini searah dengan jumlah gizi buruk dan kurang rata-rata balita di Propinsi Jawa Timur. Demikian juga untuk status gizi baik dan lebih yang
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
27
kenaikan
angkanya
searah
dengan kenaikan angka Propinsi
Tabel 4.5 Persentase Balita Berdasarkan Status Gizi Kabupaten Banyuwangi dan Prov. Jatim ‘09
Jawa Timur. Artinya perbaikan gizi
balita
yang
terjadi
di
Banyuwangi
Prop. Jatim
Status Gizi
2008
berhasil yang didukung dengan
Buruk
2,14
2,38
2,71
2,63
rendahnya
Kurang
14,74
14,66
16,57
14,94
Baik
80,83
81,05
78,74
80,27
Lebih
2,29
1,91
1,98
2,16
Kabupaten Banyuwangi tampak
buruk
jumlah
dan
angkanya
balita
kurang
berada
di
gizi yang
bawah
angka Propinsi Jawa Timur.
2009
2008
2009
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Untuk balita atau anak usia 1 sampai dengan 4 tahun pada tahun 2009 kelengkapan imunisasinya masih perlu mendapat perhatian serius, karena dari sejumlah balita yang ada di Kabupaten Banyuwangi baru sebanyak 96,89 persen yang mendapatkan imunisasi. Khusus untuk balita berumur 0 – 11 bulan atau balita umur < 1 tahun dengan angka 88,69 persen yang sudah pernah mendapatkan pelayanan imunisasi. Hal ini menunjukkan masih belum berhasilnya program Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) di Kabupaten Banyuwangi. Dari ketiga variabel kesehatan ini dua di antaranya yaitu AKB dan balita gizi buruk masih belum layak apabila disajikan sampai dengan tingkat wilayah Eks kawedanan. Karena keterbatasan jumlah sampel yang digunakan serta kejadian di lapangan dari kedua variabel itu sangatlah jarang terjadi. Misalnya kematian bayi per seribu kelahiran, akan dibutuhkan setidaknya ada seribu kelahiran di wilayah Eks kawedanan dan hal ini kecil kemungkinannya untuk terjadi.
4.3
INDIKATOR DAYA BELI
Pada
dasarnya
indikator
daya
beli
ini
bisa
didekati
dengan
menggunakan indikator lain yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemampuan daya beli penduduk dalam suatu daerah. Di antara indikator itu adalah indikator ketenagakerjaan, karena dengan tersedianya perluasan usaha dan kesempatan kerja sudah barang tentu akan diikuti dengan meningkatnya pendapatan penduduk bagi daerah tersebut.
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
28
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Gambar: 4.3 TPAK di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009.
berdasarkan kerja
dibagi dengan usia kerja
72
dalam persen. Indikator ini
70
menunjukkan penduduk
jumlah
yang
mem-
68 66
butuhkan pekerjaan, yang dimaksud
dengan
64
membutuhkan pekerjaan di sini bisa saja penduduk tersebut
sudah
memiliki
71,73
angkatan
67,71
jumlah
70,91
dihitung
TPAK
69,04
Angka
71,37
4.3.1
Bangorejo
Benculuk
Genteng
Rogojampi
Banyuwangi
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
pekerja-an maupun sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, sudah diterima tetapi belum mulai bekerja dan mereka yang putus asa sebagai akibat dari usahanya dalam mencari pekerjaan yang tidak pernah berhasil tetapi masih mengharapkan dari pekerjaan yang mereka cari tersebut. Pada tahun 2009 penduduk Kabupaten Banyuwangi yang membutuhkan pekerjaan ada sekitar 70,37 persen yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 44,79 persen dan perempuan 25,58 persen. Sedang selebihnya yang sebanyak 29,63 persen merupakan akumulasi dari jumlah penduduk yang sedang bersekolah, mengurus rumahtangga dan mereka yang melakukan kegiatan lain seperti hanya melakukan olehraga dan sejenisnya. Adapun indikasi dari angka TPAK ini masih belum bisa dipastikan apakah semakin tinggi angka TPAK akan memberikan informasi semakin baik pula kegiatan yang diukur dengan indikator ini. Karena masih harus dilihat seberapa
banyak
mereka
yang
sedang
mencari
pekerjaan,
sedang
mempersiapkan usaha, sudah diterima tetapi belum mulai bekerja dan mereka yang putus asa sebagai akibat dari usahanya dalam mencari pekerjaan yang tidak pernah berhasil tetapi masih mengharapkan dari pekerjaan yang mereka cari tersebut apabila ikut naik, maka angka TPAK yang tinggi tidak akan mempunyai makna yang signifikan. Kecuali apabila angka TPAK tinggi dan
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
29
angka penganggurannya rendah itulah yang diharapkan oleh para pengambil kebijakan. Berdasarkan wilayah Eks kawedanan. Di Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo dengan angka TPAK sebesar 71,37 persen yang terdiri dari 47,16 persen merupakan angka TPAK penduduk laki-laki dan sebesar 24,21 persen angka TPAK perempuan. Artinya di Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo ada sekitar 71,37 persen dari penduduk yang berumur 15 – 59 tahun sedang membutuhkan pekerjaan. Di Wilayah Eks Kawedanan Benculuk dengan angka TPAK sebesar 69,04 persen yang terdiri dari 44,59 persen merupakan angka TPAK penduduk laki-laki dan sebesar 24,45 persen angka TPAK perempuan. Artinya di Wilayah Eks Kawedanan Benculuk ada sekitar 69,04 persen dari penduduk yang berumur 15 – 59 tahun sedang membutuhkan pekerjaan. Di Wilayah Eks Kawedanan Genteng dengan angka TPAK sebesar 70,91 persen yang terdiri dari 43,68 persen merupakan angka TPAK penduduk laki-laki dan sebesar 27,23 persen angka TPAK perempuan. Artinya di Wilayah Eks Kawedanan Genteng ada sekitar 70,91 persen dari penduduk yang berumur 15 – 59 tahun sedang membutuhkan pekerjaan. Di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi dengan angka TPAK sebesar 67,71 persen yang terdiri dari 43,44 persen merupakan angka TPAK penduduk laki-laki dan sebesar 24,27 persen angka TPAK perempuan. Artinya di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi ada sekitar 67,71 persen dari penduduk yang berumur 15 – 59 tahun sedang membutuhkan pekerjaan dan di Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi dengan angka TPAK sebesar 71,73 persen yang terdiri dari 42,77 persen merupakan angka TPAK penduduk laki-laki dan sebesar 28,96 persen angka TPAK perempuan. Artinya di Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi ada sekitar 71,73 persen dari penduduk yang berumur 15 – 59 tahun sedang membutuhkan pekerjaan.
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
30
4.3.2
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Secara matematis angka TPT ini
dihitung
berdasarkan pembagian jumlah
Gambar: 4.4 Alasan Utama Mencari Pekerjaan Tahun 2009
hasil antara
pengangguran
dengan
jumlah
angkatan kerja dalam persen.
Indikator
mengukur
ini
tingkat
pengangguran terbuka
Tmt Sekolah (38,54)
Tangg. Jaw ab (45,26 %)
Menambah Pengh. (5,66 %)
Lainnya (10,54 %)
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
di kalangan angkatan kerja. Indikasi dari indikator ini apabila semakin rendah angkanya maka semakin baik pula angka pengangguran di daerah tersebut. Adakalanya angka TPT ini dibeda-kan menurut jam kerja dan pendidikan dari para pencari kerja. Berdasarkan jam kerja didefinisikan apabila jam kerjanya selama seminggu kurang dari 35 jam terhadap jam kerja normal dikatagorikan sebagai pengangguran terselubung, dan ber-dasarkan pendidikan menghasilkan tingkat pengangguran terdidik. Dalam hal ini pendidikan dibedakan menurut jenjangnya seperti Sekolah Dasar (SD) sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat dan seterusnya. Pada tahun 2009 angka TPT di Kabupaten Banyuwangi tercatat sekitar 4,05 persen. Artinya dari 850.200 orang penduduk yang berumur 15 – 59 tahun yang berstatus angkatan kerja, sebanyak 34.460 orang di antaranya menyandang katagori penganggur. Dari sejumlah penganggur ini ada sekitar 22.182 orang berjenis kelamin laki-laki dan 12.278 orang perempuan. Alasan mereka sebagai pengangguran yang mencari pekerjaan sebagai akibat dari tanggungjawab mencari nafkah ada sebanyak 15.596 orang (45,26 %), karena tamat sekolah atau tidak sekolah lagi ada sekitar 13.281 orang (38,54 %), mereka yang beralasan menambah penghasilan ada sebanyak 1.950 orang (5,66 %) dan yang beralasan lainnya selain ketiga alasan tersebut jumlahnya mencapai 3.633 orang (10,54 %).
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
31
Keterkaitan antara angka TPAK dengan TPT (Kedua indikator) ini sebetulnya saling terkait satu dengan yang lain. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa apabila diperoleh angka TPAK tinggi yang diikuti dengan angka TPT yang rendah, maka kemajuan atau tingkat capaian dalam menanggulangi pengangguran bagi daerah tersebut bisa dikatagorikan berhasil. Pada tahun 2009 angka TPAK dan TPT di Kabupaten Banyuwangi dapat dikatagorikan sebagai tingkat capaian yang berhasil dalam menanggulangi pengangguran, keadaan yang demikian ini didukung oleh pergeseran angka TPAK dan TPT tahun 2008 yang bergerak lebih baik ke arah tahun 2009 sebagaimana disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 TPAK dan TPT Menurut Wilayah Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008 – 2009 (%)
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Wilayah Eks Kawedanan
2008 TPAK
Bangorejo Benculuk Genteng Rogojampi Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi
2009 TPT
TPAK
TPT
68,26 69,81 70,54 75,77 71.13
6,53 5,75 7,33 4,23 8,04
71,37 69,04 70,91 67,71 71,73
2,12 1,39 4,60 6,51 4,60
71,58
5,62
70,27
4,05
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Keberhasilan dalam menanggulangi pengangguran ini apabila dikaji sampai dengan wilayah Eks kawedanan akan memberikan indikasi yang berbeda antar satu kawedanan dengan yang lain. Angka TPT tertinggi terdapat di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi yang mencapai 6,51 persen, serta terendah ada di Wilayah Eks Kawedanan Benculuk dengan angka TPT sebesar 1,39 persen. Akibatnya dari keragaman angka TPAK dan TPT yang terjadi antar wilayah Eks kawedanan tersebut, akan mempengaruhi kemampuan antar wilayah Eks kawedanan dalam usahanya menanggulangi pengangguran. Contohnya dari lima wilayah Eks kawedanan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, ada empat wilayah Eks kawedanan yang terdiri dari Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo, Benculuk, Genteng dan Banyuwangi yang mempunyai pola kemiripan dalam kemajuannya menanggulangi pengangguran di wilayahnya masing-masing. Namun seperti
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
32
Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi tampak sebaliknya, yaitu telah mengalami kemunduran dalam menangani pengangguran yang terjadi di wilayahnya. Tampak yang demikian ini didukung oleh angka TPAK dan TPT tahun 2008 yang bergerak menurun ke arah tahun 2009. Sejak tahun 2005 Gambar 4.5 TPT di Kab. Banyuwangi Tahun 2005 – 2009
hingga 2009 angka TPT di Kabupaten
Banyuwangi 9
secara grafis seperti yang ada
di
Gambar
5.5
7
atau
6
kecenderungan me-nurun,
5
Menurunnya angka TPT
4
mempunyai
yang
pola
demikian
tentunya
bagi
daerah harapan
6,71 5,8
4,05
2
setiap
1 0 2005
sekaligus
acuan sebagai gambaran atau
5,62
3
ini
merupakan dan
7,66
8
2006
2007
2008
2009
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
kondisi
ketenagakerjaan bagi daerah yang bersangkutan. Bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi gambaran yang obyektif dan faktual tentang Ketenagakerjaan menjadi
bahan
evaluasi
dan
sekaligus
menjadi
bahan
perencanaan
pembangunan di masa mendatang yang lebih komprehensif. Sedangkan bagi para akademisi, peminat dan pemerhati masalah sosial angka TPT ini diharapkan
bisa
digunakan
sebagai
refrensi
ketika
mengkaji
kondisi
ketenagakerjaan di Kabupaten Banyuwangi. Bahkan secara luas angka TPT ini merupakan salah satu dari indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap dikaji dan dipergunakan oleh para pengambil keputusan dalam kaitannya dengan keberhasilan pembangunan. Karena ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia yang mencakup dimensi ekonomi maupun sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan adalah berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap individu untuk berkarya dalam suatu bidang pekerjaan. Oleh karena itu upaya
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
33
pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Pengangguran menurut kelompok umur. Umumnya para pencari kerja di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 didominasi oleh mereka-mereka yang berumur 15 – 19 tahun. Jumlahnya ada sekitar 13.890 orang atau sebesar 40,31 persen dari total penganggur. Alasan utama dalam upayanya mencari pekerjaan dari kelompok umur ini dilatarbelakangi karena sudah merasa tamat sekolah atau sudah tidak sekolah lagi yang jumlahnya mencapai 9.409 orang. Urutan kedua pada kelompok umur 20 – 24 tahun yang berjumlah 8.394 orang. Alasan utama dari kelompok umur ini dalam usahanya mencari pekerjaan sama dengan kelompok umur 15 – 19 tahun yaitu merasa tamat sekolah atau sudah tidak sekolah lagi yang jumlahnya mencapai 3.386 orang. Para pencari kerja di Kabupaten Banyuwangi itu apabila dibedakan menurut jenis kelamin dan kelompok umurnya, tampak penduduk laki-laki lebih berupaya untuk memperoleh pekerjaan dibandingkan dengan perempuan. Karena penduduk laki-laki sejak memasuki usia produkstif umur 15 tahun hingga umurnya mencapai tidak produktif lagi yaitu umur 60 tahun mereka terus membutuhkan pekerjaan. Berbeda dengan penduduk perempuan yang ketika memasuki usia produktif umur 15 tahun hingga berumur 39 tahun saja yang membutuhkan pekerjaan, selebihnya mereka yang berumur 40 – 59 tahun lebih menyukai mengurus rumah tangganya dari pada harus mencari pekerjaan.
4.3.3
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)
Formula matematis yang digunakan untuk menghitung indikator ini diperoleh dengan cara jumlah penduduk yang bekerja dibagi dengan jumlah angkatan kerja. Kegunaan indikator ini untuk mengukur seberapa besar tingkat penyerapan terhadap angkatan kerja. Yang dimaksud dengan kesempatan kerja di sini jangan diartikan ada lowongan kerja, namun hanya sebuah istilah yang terkait dengan penduduk yang bekerja saja. Indikasinya apabila angka TKK ini semakin tinggi maka penyerapan terhadap angkatan kerja semakin baik. Atau pemenuhan dan perluasan kesempatan kerja bagi daerah yang bersangkutan dapat dikatagorikan berhasil.
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
34
Pada tahun 2009 angka TKK di Kabupaten Banyuwangi tercatat 95,95 persen. Artinya dari setiap 100 orang angkatan kerja yang ada ditemukan 96 orang di antaranya sedang bekerja. Apabila angka TKK ini diamati berdasarkan wilayah Eks kawedanan di Kabupaten Banyuwangi, diperoleh angka TKK tertinggi berada di Wilayah Eks Kawedanan Benculuk sebesar 97,76 persen dan terendah ada di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi sebesar 93,92 persen. Serta secara luas angka-angka TKK ini bisa diartikan bahwa di antara lima wilayah Eks kawedanan yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang paling berhasil dalam memenuhi dan memperluas kesempatan kerjanya berada di Wilayah Eks Kawedanan Benculuk, lebih rinci ada pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Jumlah Angkatan Kerja dan TKK Menurut Wilayah Eks Kawedanan Tahun 2009 (Orang) Kegiatan
Bangorejo
Benculuk
Genteng
Rogojampi
Banyuwangi
72.541
162.459
272.727
119.661
188.352
2. Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha dan Putus Asa.
1.876
3.730
12.204
7.759
8.891
Jumlah
74.417
166.189
284.931
127.420
197.243
TKK (%)
97,48
97,76
95,72
93,92
95,50
1. Bekerja
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR IndEks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
35
BAB V STATUS DAN KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA
5.1
DERAJAT PENDIDIKAN
Derajat pendidikan ini diukur dengan menggunakan pendekatan indikator pendidikan yang terdiri dari rata-rata lama sekolah (mean year of schooling) dan angka melek huruf (literacy rate). Kegunaan indikator ini yang berupa rata-rata lama sekolah adalah menggambarkan seberapa tinggi tingkat pendidikan rata-rata dalam tahun di suatu daerah dan angka melek huruf menggambarkan seberapa banyak penduduk suatu daerah sudah bisa membaca dan menulis dalam persen. Indikasinya apabila diperoleh rata-rata lama sekolah semakin tinggi dan angka melek hurufnya juga semakin tinggi, maka pembangunan di bidang pendidikan bagi daerah tersebut bisa dikatagorikan berhasil. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan indikator ini sebagaimana UNDP menghitung HDI. Sehingga ukuran keberhasilannya pun mengikuti standar UNDP ketika menentukan tingkat capaian program pembangunan di bidang pendidikan. Yang dimaksud dengan tingkat capaian di sini adalah seberapa dekat keberhasilan program pembangunan bagi daerah tersebut menuju ke arah sasaran. Misalnya standar UNDP dalam menentukan angka rata-rata lama sekolah selama 15 tahun sebagai sasaran, kalau dijabarkan ke dalam jenjang pendidikan di Indonesia waktu selama 15 tahun tersebut merupakan waktu yang ditempuh pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sederajat selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat selama 3 tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat selama 3 tahun dan setingkat yang lebih tinggi dari SMA sederajat selama 3 tahun seperti D-III. Pada tahun 2009 angka rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun di Kabupaten Banyuwangi tercatat selama 6,73 tahun atau rata-rata lamanya penduduk Kabupaten Banyuwangi dalam menjalani pendidikan selama 6 tahun 9 bulan yang setara dengan kelas I (satu) SMP sederajat. Dibanding dengan rata-rata lama sekolah tahun 2008 tampak ada penurunan, akibat dari
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
36
penurunan angka ini bukan berarti program pembangunan di bidang pendidikan mengalami kemunduran, namun sebagai akibat dari kelambatan dalam mengupayakan tingkat capaian dari program pembangunan di bidang pendidikan itu sendiri. Gambar 5.1 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 6,73
2009
6,82
2008
6,54
87,89
2007
6,68 15
88,21
87,33
2006
84,86
UNDP
Rata-rata Lama Sekolah (th)
100 Angka Melek Huruf (%)
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Untuk kemampuan baca dan tulis standar UNDP adalah angka 100 persen sebagai angka sasaran yang mempunyai arti bahwa seluruh penduduk di Kabupaten Banyuwangi tidak ada yang buta huruf, namun kondisi di lapangan telah ditemukan adanya sejumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi yang tidak bisa baca dan tulis huruf latin maupun huruf lainnya yang biasa digunakan sebagai media komunikasi. Umur penduduk yang diamati adalah mereka yang berumur ≥ 10 tahun dengan angka buta hurufnya sebesar 11,79 persen. Dengan memperhatikan tingkat capaian dari dua pendekatan yang lazim digunakan oleh UNDP ini, maka langkah untuk menuju sasaran ideal sesuai ukuran UNDP khususnya dalam mencerdaskan kehidupan penduduk Kabupaten Banyuwangi agar mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas masih membutuhkan waktu yang relatif lama. Perlu dipahami bahwa pembangunan manusia melalui bidang pendidikan telah menjadi agenda di dalam visi dan misi pembangunan dihampir setiap daerah kabupaten/kota di negeri ini. Untuk itu agar tidak tertinggal dengan daerah lain seyogyanya kebijakan yang telah diambil
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
37
oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang berupa pendidikan gratis itu dapatnya diimplementasikan lebih komprehensif dan optimal. Dengan
memperhatikan
rendahnya
tingkat
pendidikan
rata-rata
penduduk Kabupaten Banyuwangi tersebut, akan membawa dampak yang serius terhadap kehidupan sosial ekonominya. Seperti terhadap kualitas pekerja dan pengangguran. Untuk kualitas pekerja dengan rata-rata pendidikan yang relatif rendah
sudah
barang
tentu akan mempengaruhi terhadap nilai jual pekerja
Gambar 5.2 Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur Tahun 2004 - 2009
itu sendiri, sedang untuk kualitas
penganggur
dengan tingkat pendidikan
74
yang relatif rendah akan
73
menyusahkan
74,57
75
73,97
73,73
72,81 72,24
mereka 72
dalam
memperoleh
kesempatan
kerja
pada
yang
71
umumnya
70
diperebutkan kompetiter
dengan lain,
sudah
71,41 70,25
70,2
69 68 2004
2005
2006
2007
2008
2009
maka B.Wangi
ketertinggalan pembangunan
72,91
kalau
demikian
keadaannya
72,17
70,92
72,48
Jatim
manusia
bidang pendidikan di Kabupaten Banyuwangi akan menjadi lebih serius sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5.2. Selama enam tahun terakhir tepatnya dari tahun 2004 hingga 2009, indeks pendidikan yang terukur di Kabupaten Banyuwangi angka-nya masih selalu berada di bawah angka rata-rata Provinsi Jawa Timur. Ini artinya ketertinggalan pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Banyuwangi masih belum bisa teratasi dengan baik. Kurang berhasilnya pembangunan manusia di bidang pendidikan ini apabila dikaji berdasar-kan wilayah Eks Kawedanan diperoleh informasi bahwa di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi merupakan wilayah yang paling tertinggal dengan rata-rata lama sekolah selama 5,77 tahun serta dengan angka melek huruf sebesar 85,93 persen. Sedang
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
38
wilayah yang paling berhasil berada di Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi dengan rata-rata lama sekolah selama 6,99 tahun serta dengan angka melek huruf sebesar 88,26 persen. Dengan demikian apabila akan dilakukan peningkatan capaian pembangunan di bidang pendidikan, maka yang perlu penanganan secara khusus dapatnya diberlakukan di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi. Secara rinci bisa diperhatikan pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Menurut Wil. Eks Kawedanan Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 6,32
Kaw. Bangorejo
6,38
Kaw. Benculuk
6,51
88,75 87,47 89,63
Kaw. Genteng
5,77
85,93
Kaw. Rogojampi
6,99
Kaw. Banyuwangi
88,26
Kabupaten Banyuwangi
88,21
6,73 Rata-rata Lama Sekolah (th)
Angka Melek Huruf (%)
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
5.2
DERAJAT KESEHATAN
Seperti halnya derajat pendidikan, UNDP juga memberikan ukuran dalam mengkaji tingkat capaian pembangunan di bidang kesehatan, ukuran dimaksud
dihitung
dengan
menggunakan
pendekatan
Angka
Harapan
Hidup/AHH (life expectacy at birth). Dalam hal ini AHH didefinisikan sebagai ratarata lama hidup manusia dalam tahun yang dihitung mulai dari lahir hingga akhir hayatnya. Alasan dipilihnya AHH sebagai salah satu ukuran keberhasilan pembangunan
di
bidang
kesehatan
oleh
UNDP,
karena
AHH
dapat
mengidentifikasi hidup yang sehat akan mem-punyai peluang hidup berumur panjang. Pada tahun 2009 AHH bagi penduduk Kabupaten Banyuwangi terukur
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
39
66,44 tahun. Artinya rata-rata
Gambar 5.4 Angka Harapan Hidup Menurut Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Th.2009
lama hidup bagi penduduk Kabupaten
Banyuwangi
selama 66 tahun 5 bulan.
wilayah
kawedanan
dalam
eks
wilayah
Kabupaten Banyuwangi, AHH terendah terdapat di Wilayah
66,59
66,60
66,44 65,97
berdasarkan
66,61
66,40 66,20 66,00
65,46
dikaji
Bila
66,60
66,80
65,80 65,60 65,40 65,20
Eks
Kawedanan
Benculuk
yaitu selama 65,46 tahun atau
65,00 64,80
65 tahun 5 bulan dan AHH tertinggi berada di Wilayah
Kaw . Banyuw angi
Kaw . Rogojampi
Kaw . Genteng
Kaw . Benculuk
Kaw . Bangorejo
Kab. Banyuw angi
Eks Kawedanan Rogojampi selama 66,61 tahun atau 66 tahun 6 bulan. Jadi keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tercapai di Wilayah Eks Kawedanan Rogojampi, Banyuwangi dan Genteng serta sebaliknya ketertinggalan pembangunan di bidang kesehatan terjadi di Wilayah Eks Kawedanan Bangorejo dan Benculuk. Secara rinci AHH ini disajikan pada Gambar 5.4. Untuk
dapat
mengidentifikasi
Gambar 5.5 Indeks Harapan Hidup Preovinsi Jawa Timur dan Kabupaten Banyuwangi Th.2005-2009
sampai
seberapa jauh keberhasilan pembangunan kesehatan
di
secara
untuk
bidang
75
umum
74
Kabupaten
72,45
keterbandingan
70
72,67
69
capaian
yang
diperoleh
Jawa
Timur
makna
Provinsi
dari
kabupaten/kota. Gambar
rata-rata
5.5 bahwa
setiap Pada
diperoleh
73,58
72 71
tingkat
73,5
73
Banyuwangi, perlu dilakukan dengan
73,17
69,64
68 67 66
68,33
69,72
69,09
67,67
65 64 Banyuw angi
Jaw a Timur
tingkat
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
40
capaian Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Banyuwangi masing-masing dengan angka yang cenderung naik untuk setiap tahunnya. Hanya saja ketika angka Indeks Harapan Hidup Provinsi Jawa Timur naik, angka Kabupaten Banyuwangi masih berada di bawahnya dengan selisih angka rata-rata sekitar 10 tahun. Jadi tingkat capaian pembangunan di bidang kesehatan untuk Kabupaten Banyuwangi masih belum cukup untuk bisa dikatagorikan berhasil, karena selain Kabupaten Banyuwangi mempunyai AHH selama 66,44 tahun yang masih jauh terhadap batasan yang diberikan oleh UNDP selama 85 tahun, perkembangan dari tahun ketahun juga semakin tertinggal bila dibandingkan dengan tingkat capaian yang diperoleh Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian untuk bisa mencapai keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan ada dua hal yang harus diperhatikan, pertama harus bisa mewujudkan AHH sedekat mungkin terhadap batasan yang diberikan oleh UNDP dan kedua tingkat capaian AHH dari tahun ke tahun harus konsisten naik. Batasan yang diberikan oleh UNDP untuk AHH sebagaimana Gambar 5.6. Gambar 5.6 Klasifikasi Angka Harapan Hidup Kabupaten Banyuwangi Menurut UNDP Tahun 2009 Max
Min
UNDP Kabupaten Banyuwangi
66,93
Jawa Timur
0
25
69,74
85
Tahun
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
41
5.3
DERAJAT DAYA BELI
Ukuran UNDP yang lazimnya menggunakan paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) dalam mengkaji keberhasilan kemampuan daya beli penduduk sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), BPS menggunakan pendekatan konsumsi riil per kapita per bulan yang disesuaikan karena kondisi teknis di lapangan, adapun hasil penghitungannya sudah dapat pengakuan secara resmi oleh UNDP. Pada tahun 2009 angka PPP untuk penduduk Kabupaten Banyuwangi sekitar Rp.600.000,- yang berada di antara Rp.360.000,- yang merupakan angka penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru hingga Rp.737.720,- perkiraan maksimum pada akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) Tahap II tahun 2018. Berdasarkan angka Indeks Daya Beli pada Gambar 5.7 sejak tahun 2005 hingga 2009 kemampuan daya beli penduduk Kabupaten Banyuwangi tampak lebih baik searah dengan rata-rata Provinsi Jawa Timur, tetapi setelah memasuki
tahun
2006
hingga 2007 keadaannya berubah lambat
menjadi terhadap
rata-rata
Gambar 5.7 Indeks Daya Beli Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur Tahun 2005 – 2009
lebih angka
66 64,77 65 64 62,58 63
Provinsi
Jawa
Memasuki
tahun
62
2008 hingga 2009 Indeks
61
Daya
penduduk
60
Banyuwangi
59
Timur.
Beli
Kabupaten
58
meskipun masih berada di
57
bawah
lebih
angka
rata-rata
Provinsi
Jawa
Timur.
Bahkan
apabila
secara
61,46 60,6
62,09 61,27
baik
menjadi
63,92
59,71
2005
59,94 60,16
2006
2007
B.Wangi
2008
2009
Jatim
grafis ini selalu menunjukkan pola yang menurun, tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan kemampuan daya beli penduduk Kabupaten
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
42
Banyuwangi akan semakin tertinggal bila dibandingkan dengan kemampuan daya beli rata-rata penduduk Provinsi Jawa Timur.
5.4
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
dihitung
secara
komposit
berdasarkan tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli. Hasil penghitungannya seperti tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1
Nilai
Shortfall
Indeks
Reduction
2009
1. eo
65,94
66,53
66,93
2. LIT
87,33
87,89
88,21
3. MYS
6,54
6,82
6,73
4. PPP
600,64
620,71
643,40
2007
2008
2009
69,09
69,64
69,72
72,17
72,48
72,91
60,16
61,27
62,09
Banyuwangi
67,24
67,80
68,24
Prop. Jatim
69,79
70,38
70,98
2004 – 2009
2008
2008 – 2009
2007
2006 – 2007
IPM
Komponen
Komponen IPM Kabupaten Banyuwangi Tahun 2007 – 2009
1,22
1,29
1,64
2,00
1,66
IPM Keterangan: 1. eo
:
Life Expectancy at Birth/Angka Harapan Hidup (tahun)
2. LIT
:
Adult Literacy Rate/Angka Melek Huruf (%)
3. MYS
:
Mean Years of Schooling/Rata-rata Lama Sekolah (tahun)
4. PPP
:
Purchasing Power Parity/Paritas Daya Beli (ribu rupiah)
Dari tahun 2007 hingga 2009 IPM Kabupaten Banyuwangi nilainya tampak naik meskipun masih berada di bawah angka rata-rata Provinsi Jawa Timur. Kenaikan ini sebagai akibat dari naiknya ketiga indeks komponen IPM yang terdiri dari Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli. Namun apabila IPM Kabupaten Banyuwangi ini dibandingkan dengan IPM LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
43
Provinsi Jawa Timur, akan menghasilkan ketertinggalan pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli. Artinya jalan untuk menuju sasaran ideal yang berupa pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai dengan kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi untuk bisa segera terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama. Ketertinggalan pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi ini yang biasanya disebut dengan kinerja pembangunan manusia, apabila dikaji secara spasial berdasarkan wilayah eks kawedanan yang ada, maka Wilayah Eks
Kawedanan
Rogojampi
merupakan
wilayah
eks
kawedanan
yang
mempunyai kinerja pembangunan manusia terendah dengan IPM sebesar 68,11, sedang yang tertinggi kinerja pembangunan manusianya berada di Wilayah Eks Kawedanan Banyuwangi dengan IPM sebesar 70,85. Secara rinci bisa diperhatikan pada Tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Komponen IPM Menurut Wilayah Eks Kawedanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
No.
Eks Wilayah Kawedanan
IPM
Indeks Pendidikan
Indeks Kesehatan
Indeks PPP
Ranking IPM
1.
Banyuwangi
70,85
74,37
69,33
68,83
1
2.
Rogojampi
68,11
70,11
69,35
64,86
5
3.
Genteng
70,35
74,22
69,32
67,51
2
4.
Benculuk
69,59
72,49
67,43
68,83
3
5.
Bangorejo
68,34
73,21
68,28
63,54
4
68,24
72,91
69,72
62,09
25
Kab. Banyuwangi
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
44
Apabila seluruh nilai IPM dari setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur diurutkan dari nilai IPM tertinggi hingga terendah, maka IPM Kabupaten Banyuwangi yang sebesar 68,24 itu menduduki urutan ke 26 dari 38 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Urutan ke 26 ini masih
merupakan urutan yang relatif tertinggal karena menempati di tiga perempat bagian terbawah. Selain urutan IPM sebagai status kinerja pembangunan manusia, menurut klasifikasi UNDP terhadap nilai IPM Kabupaten Banyuwangi adalah dengan status kinerja pembangunan manusia pada tingkat menengah atas (66 IPM 80).
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
45
BAB VI PENUTUP
Bab ini menyajikan hasil kinerja, rekomendasi dan intervensi yang disusun dalam bentuk berjenjang. Jenjang pertama mengkaji tingkat capaian serta perkembangan dari bidang pendidkan, jenjang kedua di bidang kesehatan dan ketiga di bidang daya beli. Tingkat capaian yang dimasud diambil dari situasi pembangunan manusia yang terukur berdasarkan indikator yang bersesuaian. Khusus untuk percepatan dari kinerja pembangunan manusia diambil dari shortfall reduction.
Kinerja Bidang Pendidikan
Melambatnya
perkembangan
pembangunan
bidang
tingkat
pendidikan
di
capaian Kabupaten
Banyuwangi, telah mengakibatkan program kerja yang diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan penduduk Kabupaten Banyuwangi agar mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas masih membutuhkan waktu yang relatif lama untuk bisa terwujud. Akibatnya pembangunan manusia di bidang pendidikan menjadi tertinggal,
ketertinggalan
ini
diukur
dengan
menggunakan perbandingan terhadap perkembangan tingkat capaian yang diperoleh Provinsi Jawa Timur dari setiap kabupaten/kota.
Rekomendasi
Agar tidak tertinggal dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Jawa Timur, seyogyanya kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang berupa pendidikan gratis itu dapatnya bisa dioperasionalkan memberikan
dengan
kemudahan
mudah.
Utamanya
terhadap
mereka
ketika yang
tergolong kurang atau tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya terhadap biaya pendidikan. Dalam hal ini agar secara kuantitas penduduk Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
46
bisa lebih banyak mengenyam pendidikan, dan diharapkan pendidikan yang ditempuhnya berakhir pada jenjang SMA sederajat.
Intervensi
pemanfaatan
Mengoptimalkan
dana
Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Dana khusus dari Anggaran Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
yang
dialokasikan terhadap pembangunan bidang pendidikan secara bertahap harus ada peningkatan. Jemput mereka yang tidak bersekolah secara proforsional, seperti terhadap keluarga tidak mampu yang belum pernah sekolah agar memperoleh haknya untuk menjalani pendidikan, serta bagi mereka yang putus sekolah agar dapat kembali ke bangku sekolah.
Kinerja Bidang Kesehatan
Untuk dapat mengidentifikasi tercapainya hidup sehat dan berumur panjang yang menjadi ukuran dalam menentukan
seberapa
jauh
tingkat
capaian
pembangunan di bidang kesehatan, kiranya perlu dukungan beberapa program kerja yang terkait dengan Angka Harapan Hidup. Di antaranya berupa pemberian imunisasi terhadap semua balita, menekan angka kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan. Adapun melambatnya
perkembangan
tingkat
capaian
pada
program pembangunan di bidang kesehatan ini pada tahun 2009 telah menjadikan kinerja bidang kesehatan di Kabupaten Banyuwangi menjadi tertinggal bila diukur dengan
menggunakan
perbandingan
terhadap
perkembang-an tingkat capaian yang diperoleh Provinsi Jawa Timur dari setiap kabupaten/kota.
Rekomendasi
Instrumen kesehatan yang berupa fasilitas dan tenaga kesehatan di ujung depan harus tetap eksis, utamanya pada daerah sulit dan terpencil. Seperti Bidan Desa,
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
47
Posyandu, maupun Polindes yang terkesan hanya melayani balita dan Ibu hamil diharapkan juga bisa melayani umum. Dan perlu bermitra dengan tenaga non medis
yang
sudah
dilatih.
Hal
ini
penting
direkomendasian karena instrumen inilah yang paling dekat
dengan
masyarakat.
Sehingga
pertolongan
pertama untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi setiap penduduk, akan bisa dilayani oleh instrumen yang ada. Serta kurangi kesan mahalnya biaya kesehatan dengan tetap memberikan prioritas gratis terhadap biaya kesahatan dasar.
Intervensi
Tetap membuka kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh
pelayanan
kesehatan.
Optimalisasikan
pemberian imunisasi melalui program lima imunisasi dasar lengkap dan pelayanan terhadap ibu hamil. Utamanya diberikan kepada keluarga miskin agar risiko fatal terhadap balita, ibu hamil dan ibu nifas dapat teratasi secara dini.
Rekomendasi Kinerja Bidang Daya Beli
Tingkat capaian situasi pembangunan manusia di bidang daya beli ini perkembangannya dapat dikatagorikan sama tertinggalnya bila dibandingkan dengan kemajuan yang diperoleh di bidang pendidikan dan kesehatan. Daya beli penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 masih berada di bawah angka daya beli rata-rata penduduk Provinsi Jawa Timur. Pantau dan awasi dengan baik pelaksanaan Upah Minimum Kabupaten (UMK), karena masih ada beberapa pengusaha yang belum
mematuhi
aturan
UMK
ini.
Tingkatkan
profesionalisme dari calon tenaga kerja, agar mempunyai daya saing tinggi serta dengan upah yang lebih baik. Selain perluasan busaha dan kesempatan kerja yang harus tetap dibangun, ada baiknya konsentarsi tidak
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
48
terpusat
di
satu
atau
dua
daerah
saja.
Namun
diharapkan perluasan dan kesempatan kerja ini bisa menyebar ke seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Intervensi
Undang investor agar mau menanamkan modalnya di bumi Blambangan. Dan sebar investor tersebut menurut potensi wilayah yang ada. Serta ciptakan suasana nyaman bagi para investor. Apabila ini semua bisa tercipta maka penyerapan tenaga kerja akan tertata dengan baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan penduduk Kabupaten Banyuwangi.
Status Kinerja Pembangunan Manusia
Sejak IPM kabupaten/kota dihitung pertama kalinya oleh BPS Provinsi Jawa Timur pada tahun 1990, IPM Kabupaten Banyuwangi pada saat itu menempati ranking ke 23 di Provinsi Jawa Timur dengan besaran 61,67 dengan status kinerja pembangunan manusia menegah bawah. Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Banyuwangi sebesar 68,24 menduduki rangking ke 26 dengan status kinerja pembangunan manusia menengah atas. Dengan demikian dari tahun 1990 sampai dengan 2009 atau selama 19 tahun status kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi naik dari status menengah bawah menjadi menengah atas. Bila dihitung tingkat percepatannya dari tahun 2004 hingga 2009, shortfall reduction IPM Kabupaten Banyuwangi sebesar 1,64 dengan status kinerja pembangunan manusia pada tingkat menengah (1,50 1,64 1,70).
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
49
LAMPIRAN
Tabel 1 Luas Wilayah, Prosentase Luas Terhadap Luas Kabupaten, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009
1.
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Prosentase thd. Luas Kabupaten
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
13,88
50.455
63 481
Pesanggaran
802,5
2.
Siliragung
95,15
1,65
45.811
3.
Bangorejo
137,43
2,38
61.732
449
4.
Purwoharjo
200,30
3,46
67.783
338
1.341,12
23,20
63.397
47
5.
Tegaldlimo
6.
Muncar
146,07
2,53
130.319
892
7.
Cluring
97,44
1,68
72.362
743
8.
Gambiran
66,77
1,15
46.832
701
1,13
60.151
922 170
9.
Tegalsari
65,23
10.
Glenmore
421,98
7,30
71.582
11.
Kalibaru
406,76
7,04
61.695
152
12
Genteng
82,34
1,42
85.167
1.034
1,74
89.811
891 926
13
Srono
100,77
14
Rogojampi
102,33
1,77
94.734
15
Kabat
107,48
1,86
67.604
629
16
Singojuruh
59,89
1,04
48.938
817
3,02
74.120
42
301,84
5,22
53.145
176
76,75
1,33
11.325
148
169,25
2,93
28.677
169
0,52
108.591
3.604
21,31
0,35
28.520
1.338
17
Sempu
18
Songgon
19.
Glagah
20.
Licin
21.
Banyuwangi
174,83
30,13
22.
Giri
23.
Kalipuro
310,03
5,36
68.722
222
24.
Wongsorejo
464,80
8,04
73.281
158
5.782,50
100,00
1.587.403
275
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
50
Jumlah
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 Penduduk No
Kecamatan
(1) 1 2
(2) Pesanggaran Siliragung
Laki-laki
Perempuan
(3)
(4)
22.893 24.897
Jumlah
Sex Ratio
(5)
(6)
22.918
50.455
99.9
25.558
45.811
97.4 96.4
3
Bangorejo
30.306
31.426
61.732
4
Purwoharjo
33.417
34.366
67.783
97.2
5
Tegaldlimo
31.394
32.003
63.397
98.1
66.465
130.319
96.1 96.1
6
Muncar
63.854
7
Cluring
35.467
36.895
72.362
8
Gambiran
23.387
23.445
46.832
99.8
9
Tegalsari
29.001
31.150
60.151
93.1
36.973
71.582
93.6 91.0
10
Glenmore
34.609
11
Kalibaru
29.387
32.308
61.695
12
Genteng
42.009
43.158
85.167
97.3
13
Srono
43.602
46.209
89.811
94.4
49.485
94.734
91.4 108.6
14
Rogojampi
45.249
15
Kabat
35.196
32.408
67.604
16
Singojuruh
23.736
25.202
48.938
94.2
17
Sempu
36.717
37.403
74.120
98.2
26.891
53.145
97.6 93.4
18
Songgon
26.254
19
Glagah
13.846
14.831
11.325
20
Licin
15.971
18.003
28.677
88.7
21
Banyuwangi
52.481
56.110
108.591
93.5
14.598
28.520
95.4 95.2
22
Giri
13.922
23
Kalipuro
33.515
35.207
68.722
24
Wongsorejo
35.261
38.020
73.281
92.7
Jumlah
776.371
811.032
1.587.403
95,72
Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
51
Tabel 3 Banyaknya Rumah Tangga dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
No
Kecamatan
RumahTangga
(1)
(2)
(3)
Penduduk
Rata-rata Penduduk per RumahTangga
(4)
(5)
1
Pesanggaran
12.614
50.455
4
2
Siliragung
11.453
45.811
4
3
Bangorejo
20.577
61.732
3
4
Purwoharjo
22.594
67.783
3
5
Tegaldlimo
15.849
63.397
4
6
Muncar
32.580
130.319
4
7
Cluring
18.091
72.362
4
8
Gambiran
11.708
46.832
4
9
Tegalsari
15.038
60.151
4
10
Glenmore
23.861
71.582
4
11
Kalibaru
15.424
61.695
4
12
Genteng
21.292
85.167
3
13
Srono
22.453
89.811
4
14
Rogojampi
31.578
94.734
3
15
Kabat
22.535
67.604
4
16
Singojuruh
16.313
48.938
3
17
Sempu
24.707
74.120
3
18
Songgon
17.715
53.145
3
19
Glagah
33.974
11.325
3
20
Licin
9.559
28.677
3
21
Banyuwangi
27.148
108.591
4
22
Giri
9.507
28.520
3
23
Kalipuro
22.907
68.722
3
24
Wongsorejo
24.427
73.281
3
461.255
1.587.403
4
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
52
Tabel 4 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru TK Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No. (1) 1
Swasta
Kecamatan (2) Pesanggaran
Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
(3)
(4)
(5)
(7) 43
(8) 914
-
-
-
(6) 19
Guru
Murid
2
Siliragung
-
-
-
23
59
1.270
3
Bangorejo
-
-
-
21
63
1.271
4
Purwoharjo
-
-
-
28
95
1.619
5
Tegaldlimo
-
-
-
40
78
1.407
6
Muncar
-
-
-
45
150
3.103
7
Cluring
-
-
-
36
112
1.641
8
Gambiran
-
-
-
38
126
1.880
9
Tegalsari
-
-
-
27
77
1.178
10
Glenmore
-
-
-
45
108
1.973
11
Kalibaru
-
-
-
14
54
1.084
12
Genteng
-
-
-
48
240
3.087
13
Srono
-
-
-
45
140
2.295
14
Rogojampi
-
-
-
34
119
2.405
15
Kabat
-
-
-
28
76
1.381
16
Singojuruh
-
-
-
9
30
834
17
Sempu
-
-
-
40
118
2.041
18
Songgon
-
-
-
14
32
653
19
Glagah
-
-
-
11
37
686
20
Licin
-
-
-
5
14
224
21
Banyuwangi
1
12
79
37
195
2.646
22
Giri
1
10
137
11
38
542
23
Kalipuro
-
-
-
33
97
1.637
24
Wongsorejo
-
-
-
22
67
1.140
2
22
216
673
2.168
36.911
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
53
Tabel 5 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SD Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No.
Swasta
Kecamatan Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
1
Pesanggaran
38
310
4.980
-
-
-
2
Siliragung
25
276
3.823
-
-
-
3
Bangorejo
56
320
5.128
-
-
-
4
Purwoharjo
27
335
4.637
5
42
716
5
Tegaldlimo
34
362
4.234
2
14
191
6
Muncar
48
526
10.741
3
46
858
7
Cluring
46
398
5.649
2
13
138
8
Gambiran
31
349
5.512
1
12
149
9
Tegalsari
43
242
3.535
2
23
411
10
Glenmore
44
365
7.151
2
18
137
11
Kalibaru
34
289
6.687
-
-
-
12
Genteng
36
434
7.840
8
73
1.249
13
Srono
45
420
7.568
-
-
-
14
Rogojampi
47
417
8.286
1
9
136
15
Kabat
39
319
5.176
-
-
-
16
Singojuruh
30
243
4.834
-
-
-
17
Sempu
32
329
6.210
-
-
-
18
Songgon
30
252
4.532
-
-
-
19
Glagah
19
181
2.551
-
-
-
20
Licin
24
163
2.494
-
-
-
21
Banyuwangi
33
430
10.514
6
100
1.844
22
Giri
13
148
2.307
3
15
428
23
Kalipuro
27
253
4.946
-
-
-
24
Wongsorejo
36
265
5.772
-
-
-
837
7.626
6.257
35
365
6.257
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
54
Tabel 6 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru MI Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No.
Swasta
Kecamatan Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
1
Pesanggaran
-
-
-
3
27
245
2
Siliragung
-
-
-
8
67
1,153
3
Bangorejo
-
-
-
12
109
1,557
4
Purwoharjo
-
-
-
12
122
1,679
5
Tegaldlimo
-
-
-
15
144
1,999
6
Muncar
-
-
-
15
156
2,123
7
Cluring
-
-
-
16
140
1,612
8
Gambiran
1
14
5
54
717
9
Tegalsari
-
-
-
9
86
983
10
Glenmore
-
-
-
8
83
1,038
11
Kalibaru
-
-
-
4
50
650
12
Genteng
-
-
-
7
73
1,110
13
Srono
-
-
-
19
164
2,078
14
Rogojampi
-
-
-
8
77
1,543
15
Kabat
-
-
-
18
167
2,276
16
Singojuruh
-
-
-
3
27
235
17
Sempu
-
-
-
13
123
1,763
18
Songgon
1
16
183
7
78
855
19
Glagah
-
-
-
2
18
161
20
Licin
-
-
-
5
47
694
21
Banyuwangi
1
14
234
4
41
397
22
Giri
-
-
-
4
39
456
23
Kalipuro
-
-
-
14
148
2,246
24
Wongsorejo
-
-
-
15
163
2,198
3
44
618
Jumlah
201
225 2,203
29,771
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
55
Tabel 7 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SMP Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No
Swasta
Kecamatan Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
1
Pesanggaran
3
40
721
3
50
566
2
Siliragung
4
103
1,853
4
45
516
3
Bangorejo
3
68
1,4669
2
34
232
4
Purwoharjo
3
85
1,329
6
85
1,329
5
Tegaldlimo
2
65
1,257
4
75
1,138
6
Muncar
4
101
2,187
8
125
1,636
7
Cluring
2
71
1,503
4
63
904
8
Gambiran
2
71
1,293
3
33
299
9
Tegalsari
2
55
1,137
2
44
563
10
Glenmore
4
83
1,633
4
55
547
11
Kalibaru
5
88
1,258
3
46
563
12
Genteng
4
145
2,738
10
177
1,883
13
Srono
3
101
1,898
7
97
1,006
14
Rogojampi
4
108
2,419
4
49
544
15
Kabat
2
48
924
-
-
-
16
Singojuruh
3
71
1,298
-
-
-
17
Sempu
3
76
1,575
6
116
1,155
18
Songgon
3
67
1,216
1
14
223
19
Glagah
2
44
1,234
-
-
-
20
Licin
2
27
511
-
-
-
21
Banyuwangi
5
169
3,223
4
83
1,506
22
Giri
1
51
828
2
25
328
23
Kalipuro
3
56
1,183
2
19
104
24
Wongsorejo
4
43
773
3
32
211
73
1,836
35,460
82
1,267
15,253
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
56
Tabel 8 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru MTs Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009
No
Negeri
Kecamatan
(1)
(2)
Swasta
Sekolah
Guru
(3)
(4)
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(6)
(7)
(8)
1 Pesanggaran
-
-
-
1
18
218
2 Siliragung
1
27
649
-
-
-
3 Bangorejo
1
45
805
1
21
323
4 Purwoharjo
1
23
459
2
24
242
5 Tegaldlimo
-
-
-
2
29
417
6 Muncar
1
33
1,035
6
115
1,418
7 Cluring
1
43
750
4
47
434
8 Gambiran
-
-
-
2
25
254
9 Tegalsari
-
-
-
4
85
1,275
10 Glenmore
1
24
464
4
60
634
11 Kalibaru
1
23
481
-
-
-
12 Genteng
1
47
922
2
45
772
13 Srono
1
51
1,138
3
60
439
14 Rogojampi
1
36
882
3
66
1,157
15 Kabat
-
-
-
6
108
922
16 Singojuruh
-
-
-
1
22
235
17 Sempu
-
-
-
2
40
263
18 Songgon
-
-
-
3
51
783
19 Glagah
-
-
-
-
-
20 Licin
-
-
-
3
38
360
21 Banyuwangi
-
-
-
3
47
419
22 Giri
1
31
911
1
19
107
23 Kalipuro
-
-
-
8
107
1,182
24 Wongsorejo
1
25
458
6
99
1,055
12
408
8.954
67
1.126
12.909
Jumlah
-
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
57
Tabel 9 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SMA Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No
Swasta
Kecamatan Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
1
Pesanggaran
1
42
684
-
-
-
2
Siliragung
-
-
-
1
28
275
3
Bangorejo
1
36
552
1
17
45
4
Purwoharjo
1
43
832
2
54
925
5
Tegaldlimo
1
41
587
2
28
251
6
Muncar
1
36
630
2
30
399
7
Cluring
1
38
716
-
-
-
8
Gambiran
1
41
724
1
23
122
9
Tegalsari
-
-
-
1
17
98
10
Glenmore
1
38
756
3
46
375
11
Kalibaru
-
-
-
1
21
151
12
Genteng
2
98
1.741
5
127
1.261
13
Srono
1
32
631
3
57
298
14
Rogojampi
1
44
757
2
29
241
15
Kabat
-
-
-
1
21
151
16
Singojuruh
1
40
463
-
-
-
17
Sempu
-
-
-
-
-
-
18
Songgon
-
-
-
1
16
77
19
Glagah
1
53
861
-
-
-
20
Licin
-
-
-
-
-
-
21
Banyuwangi
1
44
707
3
61
728
22
Giri
1
66
959
1
45
372
23
Kalipuro
-
-
-
1
20
129
24
Wongsorejo
1
29
518
1
23
170
17
721
12.118
32
662
6.260
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
58
Tabel 10 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru MA Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No
Swasta
Kecamatan
(1)
(2)
Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1 Pesanggaran
1
25
524
1
18
32
2 Siliragung
0
0
0
0
0
0
3 Bangorejo
0
0
0
0
0
0
4 Purwoharjo
0
0
0
1
12
37
5 Tegaldlimo
0
0
0
1
15
113
6 Muncar
0
0
0
2
39
407
7 Cluring
0
0
0
1
16
183
8 Gambiran
0
0
0
0
0
0
9 Tegalsari
0
0
0
1
27
366
10 Glenmore
0
0
0
1
14
84
11 Kalibaru
0
0
0
1
12
95
12 Genteng
1
40
1.047
1
20
91
13 Srono
1
27
430
0
0
0
14 Rogojampi
0
0
0
0
0
0
15 Kabat
0
0
0
2
37
154
16 Singojuruh
0
0
0
0
0
0
17 Sempu
0
0
0
0
0
0
18 Songgon
0
0
0
2
24
143
19 Glagah
0
0
0
0
0
0
20 Licin
0
0
0
1
12
83
21 Banyuwangi
1
45
864
0
0
0
22 Giri
0
0
0
1
19
70
23 Kalipuro
0
0
0
1
19
80
24 Wongsorejo
0
0
0
4
68
417
4
137
2.865
21
352
2.355
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
59
Tabel 11 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SMK Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2009 Negeri No
Swasta
Kecamatan Sekolah
Guru
Murid
Sekolah
Guru
Murid
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
1
Pesanggaran
0
0
0
1
19
334
2
Siliragung
0
0
0
1
30
445
3
Bangorejo
0
0
0
1
12
176
4
Purwoharjo
0
0
0
0
0
0
5
Tegaldlimo
0
0
0
2
41
582
6
Muncar
1
52
791
1
22
607
7
Cluring
0
0
0
2
77
2.011
8
Gambiran
0
0
0
0
0
0
9
Tegalsari
1
45
456
1
27
540
10 Glenmore
0
0
0
1
25
233
11 Kalibaru
1
58
871
0
0
0
12 Genteng
0
0
0
3
107
2.583
13 Srono
0
0
0
2
33
530
14 Rogojampi
0
0
0
2
76
2.063
15 Kabat
0
0
0
0
0
0
16 Singojuruh
1
48
601
0
0
0
17 Sempu
0
0
0
1
31
381
18 Songgon
0
0
0
0
0
0
19 Glagah
1
168
2.095
0
0
0
20 Licin
0
0
0
0
0
0
21 Banyuwangi
0
0
0
4
126
1.276
22 Giri
1
60
1.400
3
124
1.722
23 Kalipuro
0
0
0
0
0
0
24 Wongsorejo
1
29
453
0
0
0
7
460
6.667
25
743
13.493
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
60
Tabel 12 Banyaknya Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Jenisnya Tahun 2009
No
Jenis Sarana/Tenaga Medis
Banyaknya
(1)
(2)
(3)
1.
Rumah Sakit Umum
6
2.
Rumah Sakit Khusus
6
3.
RS. Bersalin / Rumah Bersalin
4
4.
Puskesmas Dengan Tempat Tidur
15
5.
Puskesmas Tanpa Tempat Tidur
30
6.
Puskesmas Dengan Dokter
45
7.
Poliklinik/BP
43
8.
Apotik
59
9.
Toko Obat Berijin
10. Dokter Umum 11. Dokter Spesialis 12. Bidan
4 109 33 529
13. Paramedis Tenaga Keperawatan
701
Tenaga Kefarmasian
74
Tenaga Kesehatan Masyarakat
9
Tenaga Sanitarian
27
Tenaga Gizi
37
Tenaga Keterampilan Tenaga Keteknisan Medis 14. Dukun Terlatih 15. Laboratorium Klinik /Medis 16. Posyandu
9 48 572 15 2.170
Sumber: Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
61
Tabel 13 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2009
No
Kecamatan
RS Umum/Khusus
(1)
(2)
(3)
Puskesmas
Puskesmas Pembantu Keliling
(4)
(5)
1
Pesanggaran
-
2
3
2
Siliragung
-
1
5
3
Bangorejo
-
2
5
4
Purwoharjo
-
2
4
5
Tegaldlimo
-
2
4
6
Muncar
-
4
7
7
Cluring
-
2
5
8
Gambiran
1
2
4
9
Tegalsari
-
1
3
10 Glenmore
1
2
6
11 Kalibaru
-
1
2
12 Genteng
2
2
4
13 Srono
-
3
6
14 Rogojampi
2
2
5
15 Kabat
1
2
5
16 Singojuruh
-
1
5
17 Sempu
-
3
6
18 Songgon
-
1
4
19 Glagah
-
1
2
20 Licin
-
1
2
21 Banyuwangi
3
3
4
22 Giri
-
1
2
23 Kalipuro 24 Wongsorejo
-
2 2
6 6
10
45
105
JUMLAH
Sumber : Dinas Kesehatan & KB Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
62
Tabel 14 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2009
No
Kecamatan
Dokter Umum & Gigi
Perawat
Bidan
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Pesanggaran
4
18
19
2
2
Siliragung
2
4
13
-
3
Bangorejo
4
15
26
2
4
Purwoharjo
3
13
22
2
5
Tegaldlimo
4
14
23
3
6
Muncar
7
27
38
4
7
Cluring
3
17
26
4
8
Gambiran
5
13
16
2
9
Tegalsari
2
7
13
1
10
Glenmore
5
16
20
3
11
Kalibaru
2
9
8
1
12
Genteng
5
14
18
2
13
Srono
4
10
18
-
14
Rogojampi
4
10
26
1
15
Kabat
3
8
16
1
16
Singojuruh
4
11
21
1
17
Sempu
5
11
23
3
18
Songgon
2
5
12
1
19
Glagah
2
5
11
-
20
Licin
2
6
12
2
21
Banyuwangi
6
16
22
7
22
Giri
2
5
8
1
23
Kalipuro
4
6
16
1
24
Wongsorejo
4
16
21
2
88
276
448
46
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan & KB Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
63
Tabel 15 Banyaknya Pasien RSU Rawat Inap Menurut Jenis Penyakit Yang Paling banyak Penderitanya Di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan Tahun 2009
No
Jenis Penyakit
(1) 1
(2) Diare
2009 (3) 502
2
Demam Typoid
-
3
Demam Typus
-
4
Gagal Ginjal
-
5
Gagal Jantung
168
6
Gastritis
179
7
Tuberkolosis Paru Lainnya / BTA
284
8
Bronchitis / Asma
-
9
Hepatitis / Serosis Hati
-
10
Demam Berdarah
11
Diabetes Militus
-
12
Serbrovaskuler
-
13
Hernia Ingunial
-
14
Kejang Yang Tak Tergolongkan
-
15
Katarak dan Gangguan Lain Lensa
-
16
Penyakit Lainnya
1.583
Jumlah
3.119
403
Sumber : Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat RSUD Blambangan Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
64
Tabel 16 Pola Penyakit Kasus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan Tahun 2009
No
Jenis Penyakit
(1)
(2)
2009
(3)
1
TBC Paru Lainnya
2.165
2
Bronchitis
2.347
3
Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas akut
-
4
Diare
-
5
Demam Typoid
-
6
Pneumonia
-
7
Amubiosis
-
8
DM. Tidak tergantung insulin
2.983
9
Gastritis dan Duodenum
1.892
10
Penyakit Kulit dan jaringan subkutan
1.895
11
Gangguan Refraksi dan Akomodasi
-
12
Gangguan daya dengar
-
13
Keratitis dan gangguan sklera - kornea
-
14
TB. Paru positif
-
15
Cedera yang tdk tergolongkan badan multiple
-
16
Hipertensi
17
Infark dan gangguan lain lensa
-
18
Katarak dan gangguan lain lensa
-
19
Asma
-
20
Otitis media gangguan telinga tengah
-
21
Penyakit Lainnya
2.029
6.026 Jumlah
19.337
Sumber : Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat RSUD Blambangan Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
65
Tabel 17 Banyaknya Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Jenisnya Tahun 2009
No
Jenis Sarana/Tenaga Medis
(1)
(2)
2009 (3)
1
Rumah Sakit Umum
2
2
Rumah Sakit Swasta
9
3
Puskesmas
4
Puskesmas Pembantu
5
Puskesmas Keliling
30
6
Posyandu
45
7
Pondok Bersalin
40
8
Tenaga Medis di RSU
9
Tenaga Paramedis di RSU
45 105
114
Tenaga Keperawatan di RSU Pemerintah
158
Tenaga Kefarmasian di RSU Pemerintah
19
Tenaga Kes. Masy. Di RSU Pemerintah
1
Tenaga Sanitarian di RSU Pemerintah
4
Tenaga Gizi di RSU Pemerintah
6
Tenaga Keterampilan Fisik di RSU Pemerintah
7
Tenaga Keteknisan Medis di RSU Pemerintah
21
10
Tenaga Administrasi di RSU
31
11
Tenaga Medis di Puskesmas
92
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
66
Lanjutan Tabel 17 12
Tenaga Paramedis di Puskesmas Tenaga Keperawatan di Puskesmas
390
Tenaga Kebidanan di Puskesmas
463
Tenaga Kefarmasian di Puskesmas Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
6
Tenaga Sanitarian di Puskesmas
21
Tenaga Gizi di Puskesmas
21
Tenaga Keterampilan Fisik di Puskesmas
0
Tenaga Ketehnisan Medisdi Puskesmas
14
13
Tenaga Administrasi di Puskesmas
14
Tenaga Medis di Dinas Kesehatan
15
Tenaga Paramedis di Dinas Kesehatan
16
21
117 3
Tenaga Keperawatan & Kebidanan di Dinas Kesehatan
9
Tenaga Kefarmasian di Dinas Kesehatan
4
Tenaga Kes. Masyarakat di Dinas Kesehatan
9
Tenaga Sanitarian di Dinas Kesehatan
4
Tenaga Gizi di Dinas Kesehatan
4
Tenaga Keterampilan Fisik di Dinas Kesehatan
0
Tenaga Ketehnisan Medis di Dinas Kesehatan
0
Tenaga Administrasi di Dinas Kesehatan
67
Sumber : Dinas Kesehatan & KB Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
67
Tabel 18 Banyaknya Pasien RSU Rawat Inap Menurut Jenis Penyakit yang Paling Banyak Penderitanya Di Rumah Sakit Umum Daerah Genteng Tahun 2009
No.
Jenis Penyakit
(1)
(2)
2009 (3)
1
Diare
497
2
Demam Typod
458
3
Demam Typus
-
4
Gagal Ginjal
41
5
Gagal Jantung
13
6
Gastritis
139
7
Tuberkolosis Paru Lainya
275
8
Bronchitis / Asma
9
Hepatitis / Serosis Hati
10
Demam Berdarah
134
11
Diabetes Militus
222
12
Serbrovaskuler
-
13
Hernia Ingunial
97
14
Kejang Yang Tak Tergolongkan
15
Katarak dan Gangguan Lain Lensa
16
Penyakit Lainnya
106 / 200 248/75
110 45 7.629
Jumlah
10.289
Sumber : Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat RSUD Genteng Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
68
Tabel 19 Pola Penyakit Kasus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Genteng Tahun 2009
No.
Jenis Penyakit
(1)
(2)
2009 (3)
1
TBC Paru Lainya
2
Bronchitis
3
Infeksi Saluran Nafas bag..atas akut
4
Diare
832
5
Demam Typoid
321
6
Pnemonia
86
7
Amubiosis
-
8
DM. tidak tergantung insulin
9
Gastristis dan Doudenum
10
Peny.Kulit dan jaringan subkutan
11
Gangguan Refraksi dan Akomodasi
12
Gangguan daya dengar
13
Kerastitis dan gangguan Sklera-Kornea
14
TB. Paru positif
15
1.885 835 1.069
1.497 329 1.653 947 61 232 -
Cedera yang tidak tergolongkan badan multiple
1.368
16
Hipertensi
812
17
Infark miokart akut
18
Katarak dan gangguan lain lensa
679
19
Asma
476
20
Otitis media gangguan telinga tengah
724
21
Penyakit Lainya
9
32.595 Jumlah
46.414
Sumber : Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat RSUD Genteng Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
69
Tabel 20 PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004 - 2009 Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) No.
Sektor/Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
01.0 01.1 01.2 01.3 01.4 01.5
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasilnya Kehutanan Perikanan
4.822.904,39 2.386.078,06 1.008.414,12 792.272,64 101.000,30 535.139,27
5.619.141,21 2.841.004,53 1.176.179,54 893.566,54 118.716,73 589.673,87
6.363.942,86 3.255.408,39 1.310.134,56 1.019.692,57 139.655,67 639.051,67
7.360.119,37 3.815.920,99 1.472.983,19 1.153.720,76 165.980,74 751.513,69
8.601.211,85 4.491.833,69 1.687.540,38 1.335.342,79 193.492,92 893.002,07
9.759.800,80 5.163.548,83 1.854.775,63 1.510.005,63 220.949,57 1.010.521,14
02.0 02.1 02.2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan Non Migas Penggalian
383.639,15 183.940,75 199.698,40
471.514,43 218.766,19 252.748,24
547.487,89 247.854,91 299.632,98
616.225,67 277.034,86 339.190,81
711.029,49 320.177,67 390.851,82
816.872,65 367.275,81 449.596,85
03.0 03.1 03.2 03.3 03.4 03.5 03.6 03.7 03.8 03.9
INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Non Migas Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
579.452,05 464.853,78 2.097,30 9.881,45 50.241,29 46.244,18 842,92 0,00 887,34 4.403,79
675.325,12 542.540,57 2.444,13 12.231,78 58.161,73 52.867,96 994,25 0,00 1.092,39 4.992,31
777.675,82 629.952,26 2.790,26 14.282,67 64.554,25 58.055,17 1.122,25 0,00 1.192,86 5.726,10
877.448,54 711.580,94 3.110,19 16.711,50 72.399,96 64.962,44 1.282,64 0,00 1.294,97 6.105,90
1.019.477,32 831.822,07 3.597,44 20.085,52 82.110,71 72.100,46 1.465,44 0,00 1.413,96 6.881,72
1.159.951,41 948.776,25 4.009,71 23.130,48 92.834,37 80.377,59 1.632,21 0,00 1.551,40 7.639,40
04.0 04.1 04.2
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Air Bersih
68.145,61 64.211,24 3.934,37
75.465,54 70.902,06 4.563,48
80.490,37 74.946,09 5.544,28
85.419,36 79.511,80 5.907,56
93.204,04 86.694,04 6.510,00
103.298,19 95.952,96 7.345,23
05.0 06.0 01.1 01.2 01.3
KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Hotel Restoran
27.841,31 2.423.746,25 2.136.011,97 96.510,24 191.224,04
30.999,86 2.997.640,03 2.664.317,01 109.384,71 223.938,31
34.198,05 3.572.191,53 3.191.408,04 121.945,09 258.838,40
38.969,79 4.076.643,36 3.638.281,74 141.105,82 297.255,80
6.977,30 4.826.237,17 4.310.858,93 162.107,44 353.270,80
53.396,87 5.454.827,45 4.873.370,81 181.265,50 400.191,13
07.0 07.1
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Angkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyebrangan 5. Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
388.300,54 353.398,79 12.954,81 68.510,39 172.472,21 56.970,40 42.490,98 34.901,75 27.985,80 6.915,95
422.432,83 383.299,55 14.438,96 77.124,72 181.139,42 62.644,74 47.951,71 39.133,28 30.163,98 8.969,30
469.590,35 421.457,72 16.443,46 89.575,22 193.907,12 69.745,83 51.786,09 48.132,63 33.480,31 14.652,32
524.132,40 468.553,57 18.834,39 102.958,43 212.912,54 77.679,71 56.168,50 55.578,83 37.607,66 17.971,17
611.424,63 546.703,26 1.827,11 121.647,78 247.881,41 89.952,29 65.394,67 64.721,37 42.953,81 21.767,56
676.384,26 605.027,89 24.516,30 137.028,48 269.303,66 101.713,46 72.465,99 71.356,37 46.658,90 24.697,47
08.8
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
675.370,98
755.703,70
840.250,91
1.060.524,83
1.169.127,49
08.1
Bank
154.064,00
161.824,00
172.204,00
183.345,00
211.366,78
234.312,28
08.2
Lembaga Kuangan Bukan Bank
137.153,70 0,00
154.057,27 0,00
169.968,23 0,00
189.841,24 0,00
210.859,78
236.985,31
07.2
08.3
Sewa Bangunan
08.4
Jasa Perusahaan
09,0
937.567,09
311.566,54
358.220,42
404.195,70
JASA - JASA
663.448,59
770.194,90
883.936,83
09.1
Pemerintahan Umum
335.655,20
392.064,91
457.517,14
09.2
Swasta
327.793,39
378.129,99
426.419,69
92.738,88
104.896,95
118.285,31
130.532,61
7.721,26
8.754,37
10.788,69
12.145,82
227.333,25
264.478,67
297.345,69
339.029,96
10.032.848,87
11.818.417,62
13.569.764,61
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga PDRB
458.094,51
995.039,81 513.331,42 481.708,39
15.511.565,39
0,00
0,00
516.388,74
562.865,91
1.164.395,32
1.296.468,31
611.479,28
687.114,64
552.916,04
609.353,67
146.768,23
163.587,87
14.253,87
16.014,76
391.893,94
429.751,05
18.134.481,95
20.490.127,44
*) Angka diperbaiki AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
70
Tabel 21 PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004 - 2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) No.
Sektor/Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
01.0 01.1 01.2 01.3 01.4 01.5
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasilnya Kehutanan Perikanan
02.0 02.1 02.2
4.029.308,53 1.977.915,71 804.176,42 675.544,54 84.469,60 487.202,26
4.178.474,97 2.078.645,65 821.610,80 694.075,20 88.044,28 496.099,04
4.371.508,37 2.204.921,50 840.268,01 721.996,26 92.653,11 511.669,49
4.610.837,91 2.346.809,39 863.107,38 751.818,13 98.422,70 550.680,31
4.852.070,74 2.482.494,87 887.029,63 786.051,98 104.649,11 591.845,15
5.134.326,25 2.631.809,30 921.483,37 827.634,13 110.456,09 642.943,36
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan Non Migas Penggalian
316.072,21 145.794,34 170.277,87
335.450,56 155.552,60 179.897,96
354.370,48 166.918,88 187.451,60
375.773,94 179.519,51 196.254,43
400.032,86 193.853,01 206.179,85
426.031,59 208.991,20 217.040,39
03.0 03.1 03.2 03.3 03.4 03.5 03.6 03.7 03.8 03.9
INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Non Migas Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
485.520,29 388.810,30 1.885,97 8.497,87 41.447,12 38.970,97 786,06 0,00 831,77 4.290,23
500.095,16 401.018,95 1.905,97 8.930,42 42.802,44 39.360,68 833,22 0,00 856,72 4.386,76
517.825,45 417.199,65 1.936,91 9.490,64 43.530,12 39.478,14 853,99 0,00 871,44 4.464,56
538.906,54 435.137,64 1.989,81 10.092,29 44.671,76 40.650,19 890,88 0,00 892,78 4.581,19
561.314,48 453.971,78 2.052,49 10.791,39 46.108,16 41.801,64 934,81 0,00 922,97 4.731,24
588.452,18 476.677,68 2.148,53 11.525,17 48.098,52 43.143,79 976,91
04.0 04.1 04.2
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Air Bersih
49.880,11 47.480,14 2.399,97
52.475,13 50.010,84 2.464,29
55.266,02 52.727,00 2.539,02
58.347,90 55.714,65 2.633,25
61.668,00 58.926,36 2.741,64
65.685,97 62.786,93 2.899,04
05.0 06.0 01.1 01.2 01.3
KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Hotel Restoran
07.0 07.1
0,00 969,05 4.912,55
25.602,83
26.729,36
28.164,25
30.043,75
32.116,82
33.470,68
1.769.385,24 1.530.305,61 76.192,29 162.887,34
1.887.714,39 1.635.717,91 79.857,14 172.139,34
2.025.100,05 1.756.917,91 83.995,44 184.186,70
2.171.970,61 1.884.729,36 88.964,13 198.277,12
2.334.754,61 2.030.058,86 93.508,91 211.186,84
2.511.102,44 2.187.460,87 98.494,20 225.147,38
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Angkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyebrangan 5. Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
352.185,00 320.497,15 9.047,34 55.584,83 169.521,36 49.410,13 36.933,49 31.687,85 25.755,63 5.932,22
372.265,76 337.855,64 9.696,11 60.939,94 174.416,74 52.365,48 40.437,37 34.410,12 27.210,82 7.199,30
390.056,18 349.598,83 10.428,41 63.787,42 176.937,96 56.065,48 42.379,56 40.457,35 29.534,24 10.923,11
405.812,29 360.508,08 10.973,40 67.069,78 178.011,53 59.996,06 44.457,31
429.048,29 375.830,08 11.643,76 70.328,53 181.651,15 65.129,82 47.076,82
451.014,23 391.797,23 12.786,75 73.817,53 182.931,45 72.448,10 49.813,40
45.304,21 32.318,62 12.985,59
53.218,21 38.684,52 14.533,69
59.217,00 42.763,04 16.453,96
08.8 08.1 08.2 08.3 08.4
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. Bank Lembaga Kuangan Bukan Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
549.777,56 130.488,09 109.181,09 253.610,34 56.498,04
574.935,64 134.118,82 110.949,83 271.849,15 58.017,84
591.591,24 137.255,46 112.226,64 283.091,29 59.017,85
613.594,18 140.621,85 114.996,20 295.827,32 62.148,81
643.935,42 148.559,95 118.562,47 309.353,41 67.459,59
671.011,14 156.210,60 122.407,08 319.797,92 72.595,54
09,0 09.1 09.2
JASA - JASA Pemerintahan Umum Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
446.002,69 222.304,94
462.701,85 229.499,72
482.045,10 239.499,72
503.778,56 250.640,66
530.111,77 264.733,93
558.234,84 279.741,70
223.697,75 65.075,63 5.554,27 153.067,85
233.202,13 67.301,21 5.684,80 160.216,12
242.545,38 68.901,21 5.889,41 167.754,76
253.137,90 70.637,09 6.116,39 176.384,42
265.377,84 72.715,82 6.379,57 186.282,45
278.493,14 74.958,06 6.675,60 196.859,48
8.023.734,46
8.390.842,82
8.815.927,14
9.309.065,68
9.845.052,99
10.439.329,31
07.2
PDRB
*) Angka diperbaiki
AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
71
Tabel 22 Peranan Sektoral PDRB Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004 - 2009 Atas Dasar Harga Berlaku (%) No.
Sektor/Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
01.0 01.1 01.2 01.3 01.4 01.5
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasilnya Kehutanan Perikanan
02.0 02.1 02.2
48,07 23,78 10,05 7,90 1,01 5,33
47,55 24,04 9,95 7,56 1,00 4,99
46,90 23,99 9,65 7,51 1,03 4,71
47,45 24,60 9,50 7,44 1,07 4,84
47,43 24,77 9,31 7,36 1,07 4,92
47,63 25,20 9,05 7,37 1,08 4,93
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan Non Migas Penggalian
3,82 1,83 1,99
3,99 1,85 2,14
4,03 1,83 2,21
3,97 1,79 2,19
3,92 1,77 2,16
3,99 1,79 2,19
03.0 03.1 03.2 03.3 03.4 03.5 03.6 03.7 03.8 03.9
INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Non Migas Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
5,78 4,63 0,02 0,10 0,50 0,46 0,01 0,00 0,01 0,04
5,71 4,59 0,02 0,10 0,49 0,45 0,01 0,00 0,01 0,04
5,73 4,64 0,02 0,11 0,48 0,43 0,01 0,00 0,01 0,04
5,66 4,59 0,02 0,11 0,47 0,42 0,01 0,00 0,01 0,04
5,62 4,59 0,02 0,11 0,45 0,40 0,01 0,00 0,01 0,04
5,66 4,63 0,02 0,11 0,45 0,39 0,01 0,00 0,01 0,04
04.0 04.1 04.2
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Air Bersih
0,68 0,64 0,04
0,64 0,60 0,04
0,59 0,55 0,04
0,55 0,51 0,04
0,51 0,48 0,04
0,50 0,47 0,04
05.0 06.0 01.1 01.2 01.3
KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Hotel Restoran
07.0 07.1
0,28
0,26
0,25
0,25
0,26
0,26
24,16 21,29 0,96 1,91
25,36 22,54 0,93 1,89
26,32 23,52 0,90 1,91
26,28 23,46 0,91 1,92
26,61 23,77 0,89 1,95
26,62 23,78 0,88 1,95
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Angkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyebrangan 5. Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
3,87 3,52 0,13 0,68 1,72 0,57 0,42 0,35 0,28 0,07
3,57 3,24 0,12 0,65 1,53 0,53 0,41 0,33 0,26 0,08
3,46 3,11 0,12 0,66 1,43 0,51 0,38 0,35 0,25 0,11
3,38 3,02 0,12 0,66 1,37 0,50 0,36 0,36 0,24 0,12
3,37 3,01 0,12 0,67 1,37 0,50 0,36 0,36 0,24 0,12
3,30 2,95 0,12 0,67 1,31 0,50 0,35 0,35 0,23 0,12
08.8 08.1 08.2 08.3 08.4
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. Bank Lembaga Kuangan Bukan Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
6,73 1,54 1,37 3,11 0,72
6,39 1,37 1,30 3,03 0,69
6,19 1,27 1,25 2,98 0,69
6,04 1,18 1,22 2,95 0,69
5,85 1,17 1,16 2,85 0,67
5,71 1,14 1,16 2,75 0,66
09,0 09.1 09.2
JASA - JASA Pemerintahan Umum Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
6,61 3,35 3,27 0,92 0,08 2,27
6,52 3,32 3,20 0,89 0,07 2,24
6,51 3,37 3,14 0,87 0,08 2,19
6,41 3,31 3,11 0,84 0,08 2,19
6,42 3,37 3,05 0,81 0,08 2,16
6,33 3,35 2,97 0,80 0,08 2,10
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
07.2
PDRB
*) Angka diperbaiki
AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
72
Tabel 23 Peranan Sektoral PDRB Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004 - 2009 Atas Dasar Harga Konstan (%) No.
Sektor/Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
01.0 01.1 01.2 01.3 01.4 01.5
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasilnya Kehutanan Perikanan
02.0 02.1 02.2
50,22 24,65 10,02 8,42 1,05 6,07
49,80 24,77 9,79 8,27 1,05 5,91
49,59 25,01 9,53 8,19 1,05 5,80
49,53 25,21 9,27 8,08 1,06 5,92
49,28 25,22 9,01 7,98 1,06 6,01
49,18 25,21 8,83 7,93 1,06 6,16
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan Non Migas Penggalian
3,94 1,82 2,12
4,00 1,85 2,14
4,02 1,89 2,13
4,04 1,93 2,11
4,06 1,97 2,09
4,08 2,00 2,08
03.0 03.1 03.2 03.3 03.4 03.5 03.6 03.7 03.8 03.9
INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Non Migas Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
6,05 4,85 0,02 0,11 0,52 0,49 0,01 0,00 0,01 0,05
5,96 4,78 0,02 0,11 0,51 0,47 0,01 0,00 0,01 0,05
5,87 4,73 0,02 0,11 0,49 0,45 0,01 0,00 0,01 0,05
5,79 4,67 0,02 0,11 0,48 0,44 0,01 0,00 0,01 0,05
5,70 4,61 0,02 0,11 0,47 0,42 0,01 0,00 0,01 0,05
5,64 4,57 0,02 0,11 0,46 0,41 0,01 0,00 0,01 0,05
04.0 04.1 04.2
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Air Bersih
0,62 0,59 0,03
0,63 0,60 0,03
0,63 0,60 0,03
0,63 0,60 0,03
0,63 0,60 0,03
0,63 0,60 0,03
05.0 06.0 01.1 01.2 01.3
KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Hotel Restoran
07.0 07.1
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Angkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyebrangan 5. Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi
07.2
1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi
0,32
0,32
0,32
0,32
0,33
0,32
22,05 19,07 0,95 2,03
22,50 19,49 0,95 2,05
22,97 19,93 0,95 2,09
23,33 20,25 0,96 2,13
23,72 20,62 0,95 2,15
24,05 20,95 0,94 2,16
4,39 3,99 0,11 0,69 2,11 0,62 0,46 0,39 0,32
4,44 4,03 0,12 0,73 2,08 0,62 0,48 0,41 0,32
4,42 3,97 0,12 0,72 2,01 0,64 0,48 0,46 0,34
4,36 3,87 0,12 0,72 1,91 0,64 0,48 0,49 0,35
4,36 3,82 0,12 0,71 1,85 0,66 0,48 0,54 0,39
4,32 3,75 0,12 0,71 1,75 0,69 0,48 0,57 0,41
0,07
0,09
0,12
0,14
0,15
0,16
08.8 08.1 08.2 08.3 08.4
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. Bank Lembaga Kuangan Bukan Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
6,85 1,63 1,36 3,16 0,70
6,85 1,60 1,32 3,24 0,69
6,71 1,56 1,27 3,21 0,67
6,59 1,51 1,24 3,18 0,67
6,54 1,51 1,20 3,14 0,69
6,43 1,50 1,17 3,06 0,70
09,0 09.1 09.2
JASA - JASA Pemerintahan Umum Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
5,56 2,77 2,79 0,81 0,07 1,91
5,51 2,74 2,78 0,80 0,07 1,91
5,47 2,72 2,75 0,78 0,07 1,90
5,41 2,69 2,72 0,76 0,07 1,89
5,38 2,69 2,70 0,74 0,06 1,89
5,35 2,68 2,67 0,72 0,06 1,89
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
PDRB
*) Angka diperbaiki
AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
73
Tabel 24 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004 – 2009 (%) No.
Sektor/Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
01.0 01.1 01.2 01.3 01.4 01.5
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasilnya Kehutanan Perikanan
16,35 20,63 13,24 17,33 9,37 5,86
3,70 5,09 2,17 2,74 4,23 1,83
4,62 6,07 2,27 4,02 5,23 3,14
5,47 6,44 2,72 4,13 6,23 7,62
5,23 5,78 2,77 4,55 6,33 7,48
5,82 6,01 3,88 5,29 5,55 8,63
02.0 02.1 02.2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan Non Migas Penggalian
17,26 15,34 18,95
6,13 6,69 5,65
5,64 7,31 4,20
6,04 7,55 4,70
6,46 7,98 5,06
6,50 7,81 5,27
03.0 03.1 03.2 03.3 03.4 03.5 03.6 03.7 03.8 03.9
INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Non Migas Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
13,18 14,43 5,42 18,82 11,27 3,69 19,60
3,00 3,14 1,06 5,09 3,27 1,00 6,00
3,55 4,03 1,62 6,27 1,70 0,30 2,49
4,07 4,30 2,73 6,34 2,62 2,97 4,32
4,16 4,33 3,15 6,93 3,22 2,83 4,93
4,83 5,00 4,68 6,80 4,32 3,21 4,50
0,00 7,91 6,86
0,00 3,00 2,25
0,00 1,72 1,77
0,00 2,45 2,61
0,00 3,38 3,28
0,00 4,99 3,83
04.0 04.1 04.2
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Air Bersih
21,39 21,99 10,55
5,20 5,33 2,68
5,32 5,43 3,03
5,58 5,67 3,71
5,69 5,76 4,12
6,52 6,55 5,74
05.0 06.0 01.1 01.2 01.3
KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Hotel Restoran
18,58
4,40
5,37
6,67
6,90
4,22
27,42 28,87 20,22 18,23
6,69 6,89 4,81 5,68
7,28 7,41 5,18 7,00
7,25 7,27 5,92 7,65
7,49 7,71 5,11 6,51
7,55 7,75 5,33 6,61
07.0 07.1
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Angkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyebrangan 5. Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
15,60 15,29 10,84 11,83 8,65 34,53 18,88 18,68 19,77
5,70 5,42 7,17 9,63 2,89 5,98 9,49 8,59 5,65 21,36
4,78 3,48 7,55 4,67 1,45 7,07 4,80 17,57 8,54 51,72
4,04 3,12 5,23 5,15 0,61 7,01 4,90 11,98 9,43 18,88
5,73 4,25 6,11 4,86 2,04 8,56 5,89 17,47 19,70 11,92
5,12 4,25 9,82 4,96 0,70 11,24 5,81 11,27 10,54 13,21
08.8 08.1 08.2 08.3 08.4
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. Bank Lembaga Kuangan Bukan Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
8,40 11,14 2,99 8,89 11,15
4,58 2,78 1,62 7,19 2,69
2,90 2,34 1,15 4,14 1,72
3,72 2,45 2,47 4,50 5,31
4,94 5,64 3,10 4,57 8,55
4,20 5,15 3,24 3,38 7,61
09,0 09.1 09.2
JASA - JASA Pemerintahan Umum Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
12,30 8,07 16,84 13,50 21,84 18,14
3,74 3,24 4,25 3,42 2,35 4,67
4,18 4,36 4,01 2,38 3,60 4,71
4,51 4,65 4,37 2,52 3,85 5,14
5,23 5,62 4,84 2,94 4,30 5,61
5,31 5,67 4,94 3,08 4,64 5,68
17,62
4,58
5,07
5,59
5,76
6,04
07.2
PDRB
*) Angka diperbaiki
AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
74
Tabel 25 Inflasi/Deflasi PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004 – 2009 No.
Sektor/Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
01.0 01.1 01.2 01.3 01.4 01.5
PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasilnya Kehutanan Perikanan
17,27
14,78
9,27
10,45
12,12
18,42
16,04
9,09
10,94
12,42
20,93
17,76
10,18
10,30
12,56
15,78
11,46
10,65
9,50
11,63
15,59
15,27
13,29
13,28
10,78
8,43
9,02
5,49
9,74
11,54
8,03 9,38 6,47 8,19 8,98 4,61
02.0 02.1 02.2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan Non Migas Penggalian
13,65 0,00 11,04
19,18 14,47 23,22
11,48 6,22 16,50
6,75 4,15 9,24
8,90 7,30 10,47
8,54 6,85 10,17
03.0 03.1 03.2 03.3 03.4 03.5 03.6 03.7 03.8 03.9
INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Non Migas Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
16,83 17,69 9,29 14,20 19,71 15,80 6,47
15,69 15,73 17,03 20,69 14,67 15,65 12,09
12,69 13,14 14,23 11,63 10,24 10,74 11,27
9,36 9,27 9,55 11,02 10,14 9,49 10,53
12,52 13,05 13,17 13,65 10,80 8,62 9,73
9,52 9,67 7,26 8,80 9,21 8,65 7,16
0,00 5,59 2,29
0,00 20,83 11,16
0,00 8,79 14,08
0,00 6,40 4,42
0,00 5,95 9,49
0,00 4,76 7,54
04.0 04.1 04.2
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Listrik Air Bersih
29,11 27,90 54,20
7,19 6,54 21,25
1,34 0,27 20,24
0,52 0,40 3,23
3,26 3,10 6,00
4,18 3,99 7,10
05.0 06.0 01.1 01.2 01.3
KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Hotel Restoran
7,76
7,23
5,01
7,14
13,64
10,23
33,22 35,01 23,99 16,73
21,81 23,30 10,31 12,69
12,85 13,44 6,48 8,89
7,11 6,99 9,80 7,22
10,78 10,63 10,16 12,35
5,60 5,41 6,73 6,98
07.0 07.1
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Angkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyebrangan 5. Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
9,32 9,42 0,00 21,24 0,00 0,00 14,33 8,52 7,28 13,76
3,22 3,18 5,73 3,30 2,11 4,33 3,54 3,58 2,19 8,00
6,27 6,44 6,12 11,25 5,64 4,14 3,14 4,76 2,31 8,20
7,72 8,30 9,37 10,34 9,64 4,24 3,50 3,26 2,71 3,41
11,09 12,85 10,03 13,86 15,38 6,94 10,29 -0,89 -4,70 8,48
5,78 6,89 2,49 8,25 8,99 1,76 5,20 -0,91 -1,65 0,24
08.8 08.1 08.2 08.3 08.4
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. Bank Lembaga Kuangan Bukan Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
21,36 16,00 22,72 21,85 26,98
8,60 2,59 13,23 8,92 12,17
8,62 4,07 10,03 8,96 14,34
8,19 4,08 9,82 9,16 8,49
8,37 9,48 8,43 8,46 6,10
6,24 5,92 9,54 5,86 3,04
09,0 09.1 09.2
JASA - JASA Pemerintahan Umum Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
44,62 49,36 37,71 33,35 29,96 40,08
17,70 19,85 15,61 13,35 14,98 16,56
11,37 13,38 9,32 11,10 21,00 8,20
8,50 8,06 8,93 8,42 9,99 9,06
12,07 13,70 10,27 9,93 13,57 10,25
6,38 7,15 5,49 8,88 8,29 4,12
22,14
15,81
10,46
9,02
11,41
7,25
07.2
PDRB
*) Angka diperbaiki
AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
75
Tabel 26 Ringkasan PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008 - 2009
No.
Uraian
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
10.032.848,87
11.818.417,62
13.569.764,61
15.511.565,39
18.134.481,95
20.490.127,44
I.
ATAS DASAR HARGA BERLAKU
I.1
PDRB (juta rupiah)
I.2
PDRN Harga Faktor Produksi
9.904.866,23
11.682.208,64
13.425.530,55
15.329.845,97
17.952.762,53
20.327.225,57
I.3
PDRB per Kapita (rupiah)
6.441.901,22
7.503.333,22
8.608.465,12
10.155.642,19
11.449.129,28
12.865.486,76
I.4
PDRN per Kapita (rupiah)
6.200.732,85
7.231.434,81
8.304.040,97
9.785.751,21
11.051.041,45
12.444.122,71
II
ATAS DASAR HARGA KONSTAN
II.1
PDRB (juta rupiah)
8.023.734,46
8.390.842,82
8.815.927,14
9.309.065,68
9.845.052,99
10.439.329,31
II.2
PDRN Harga Faktor Produksi
7.910.044,51
8.273.111,19
8.694.515,11
9.179.140,87
9.715.128,18
10.311.737,22
II.3
PDRB per Kapita (rupiah)
5.151.887,11
5.327.218,22
5.592.698,44
6.094.777,53
6.215.633,00
6.554.720,24
II.4
PDRN per Kapita (rupiah)
4.951.916,74
5.121.160,40
5.377.784,47
5.859.471,06
5.980.265,38
6.312.741,65
III
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
1.557.436,00
1.575.089,00
1.576.328,00
1.527.384,00
1.583.918,00
1.592.643,00
*) Angka diperbaiki
AKHIR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
76