Budiyanto, Implementasi Pembelajaran Critical Incident Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi
1
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CRITICAL INCIDENT UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI MATA KULIAH ILMU GIZI
Moch. Agus Krisno Budiyanto Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang e-mail:
[email protected] Abstract: This research aimed at indetifying the improvement of student learning motivation, students achievement, presentage of professional competency of Nutrition Science on nutritional adequacy standards and planning its compliance through the implementation of the Critical Incident learning.This research was Classroom Action Research with all students who take Basic Nutrition Science subject on the academic year 2009/2010 as the samples which were taken purposively. By using two cycles, the data were taken by participant observation and questionnaire. The data were analyzed using content analysis and t-tes. The results showed that Critical Incidents learning improved the students motivation, achievement, and professional competency of Nutrition Science subject about nutritional adequacy standards and its compliance. Keywords: Critical Incident, motivation, achievement, competency.
Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009 yang dilakukan peneliti pada setiap perkuliahan menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa relatif menurun ketika mengikuti perkuliahan pokok bahasan Standar Kecukupan Gizi dan Perencanaan Pemenuhannya (pertemuan kelima) dan Pengolahan dan Pengawetan Makanan serta Permasalahanya (pertemuan keenam). Di sisi lain hasil Ujian Akhir Semester (UAS) menunjukkan bahwa terdapat 16 mahasiswa
(48,48 %) dari 33 mahasiswa kelas A dan 14 mahasiswa (48,28 %) dari 29 mahasiswa kelas B yang mendapatkan nilai di bawah standar nilai kompetensi profesional (skor 70). Persentase rata-rata pencapaian kompetensi profesional Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi baru mencapai sebesar 51,62% (terdapat 48,38% mahasiswa yang belum bisa mencapai standar nilai kompetensi profesional) seperti yang tertera pada gambar 1 berikut.
100 100 80 60
51,62
P ersentase
40
Jum lah Mahasiswa Pencap aian Ko mp eten si
20 0 Pencapai an Kompetensi
Gambar 1. Pencapaian Kompetensi Profesional Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009
2
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
Masih rendahnya persentase rata-rata pencapaian kompetensi profesional Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi disebabkan beberapa hal. Berdasarkan data angket yang disebarkan peneliti, sebanyak 72% mahasiswa mengaku mengalami penurunan motivasi belajar lebih-lebih pada saat mengikuti perkuliahan pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya (pertemuan kelima) dan pengolahan dan pengawetan makanan serta permasalahanya (pertemuan keenam). Beberapa mahasiswa (12%) juga menyatakan mulai jenuh dengan rutinitas deretan presentasi makalah mahasiswa dikarenakan seringkali yang disampaikan mahasiswa terlalu teoretik, tidak membumi, tidak berbasis kontekstual dan pengalaman nyata yang dialami mahasiswa. Berdasarkan akar masalah yang ditemukan maka peneliti merasa terpanggil untuk mencoba berbagai inovasi untuk mengatasi problematika yang dijumpai mahasiswa pengambil mata kuliah Ilmu Gizi. Peneliti ingin mengatasi permasalahan dengan mencoba melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Critical Incident (pengalaman penting) yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Motivasi belajar pada gilirannya akan meningkatkan dinamika pembelajaran dan prestasi belajar mahasiswa yang akhirnya berdampak pada peningkatan pencapaian kompetensi profesional Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi. Menurut Zaini et al. (2002) pembelajaran Critical Incident adalah pembelajaran menggunakan pengalaman penting yang telah dialami oleh peserta didik sebagai momentum untuk mempelajari materi atau tema terkait. Metode pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang akan berdampak kepada peningkatan prestasi belajar. Hal ini karena dengan menggunakan pengalaman penting maka peserta didik merasa belajar tentang dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan motivasi belajar mahasiswa, skor prestasi hasil belajar mahasiswa, dan persentase pencapaian kompetensi profesional Mata Kuliah Ilmu Gizi pokok bahasan standar
kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya melalui implementasi pembelajaran Critical Incident. METODE Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu model penelitian yang berusaha membuat gambaran tentang peningkatan motivasi, prestasi hasil belajar, dan pencapaian kompetensi profesional mahasiswa pada Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi sebagai implementasi pembelajaran Critical Incident. Metode yang digunakan adalah kuantilatif, atau penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dengan pemahaman bahwa penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif yang dilengkapi dengan data kuantitatif untuk memperjelas paparan kualitatif (Syafei, 1996; Moleong, 1996). Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM), Jalan Tlogomas nomor 246 Malang. Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan mulai bulan Nopember 2008 sampai Agustus 2009. Subyek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang menempuh Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan karakterisik: mempunyai tingkat motivasi belajar sedang, mempunyai skor pre test antara 50-65, kehadiran dalam perkuliahan sebelum penelitian dimulai > 80%. Jumlah subyek penelitian 86 mahasiswa yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas kelompok kontrol dan kelas kelompok perlakuan (pembelajaran Critical Incident). Fokus penelitian ini adalah peningkatan motivasi, prestasi hasil belajar, dan pencapaian kompetensi profesional mahasiswa sebagai hasil implementasi pembelajaran Critical Incident pada Matakuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya. Tahapan penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus seperti yang tertera dalam gambar 2 berikut:
Budiyanto, Implementasi Pembelajaran Critical Incident Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi
SIKLUS I PERENCANAAN 1. Menyusun program kerja satu semester, Silabus, lembar observasi, angket aktivitas mahasiswa, soal ujian. 2. Menginformasikan program satu semester, proses perkuliahan, kontrak tugas, tema pembelajaran Critical Incident. IMPLEMENTASI 1. Pembentukan 4 kelompok tiaptiap kelas. 2. Penugasan pembelajaran Critical Incident (inventarisasi pengalaman penting, pembuatan makalah based on Critical Incident, presentasi makalah dalam diskusi kelas). OBSERVASI/EVALUASI 1. Mengukur motivasi belajar dengan angket motivasi. 2. Evaluasi dinamika proses pembelajaran angket monev. 3. Evaluasi hasil belajar dengan soal ujian. 4. Uji Implementasi: Content Analysis, Persentase, Uji-t. REFLEKSI 1. Memaknakan dan menyimpulkan hasil sebagai dasar untuk siklus II. 2. Menguji indikator keberhasilan (=70% mahasiswa mempunyai motifasi baik/sangat baik, =70% mahasiswa aktif dalam, pembelajaran, = 80% mahasiswa dapat mencapai kompetensi profesional.
3
SIKLUS II PERENCANAAN 1. Perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus kedua. 2. Penekanan perbaikan pada langkah-langkah pembelajaran Critical Incident. IMPLEMENTASI 1. Pembentukan 4 kelompok tiaptiap kelas. 2. Penugasan pembelajaran Critical Incident (inventarisasi pengalaman penting, pembuatan makalah Based on Critical Incident, presentasi makalah dalam diskusi kelas). OBSERVASI/EVALUASI 1.Mengukur motivasi belajar dengan angket motivasi, Evaluasi dinamika proses pembelajaran angket monev, Evaluasi hasil belajar dengan soal ujian, Uji Implementasi: Content Analysis, Persentase, Uji-t 2. 2.Pemberian saran dan kritik oleh mahasiswa. REFLEKSI Menguji indikator keberhasilan (=70% mahasiswa mempunyai motifasi baik/sangat baik, =70% mahasiswa aktif dalam, pembelajaran, = 80% mahasiswa dapat mencapai kompetensi profesional.
Gambar 2. Siklus Penelitian Implementasi Pembelajaran Critical Incident.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis isi (Content Analysis). Analisis isi adalah suatu teknik yang sistematik untuk menganalisis makna pesan dan cara me-
ngungkapkan pesan. Langkah yang dilakukan pada analisis isi dalam penelitian ini menggunakan Interactive Model (Miles & Huberman, 1994). Model ini mengandung 4 komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan atau reduksi
4
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
data, (3) penyajian data, (4) penarikan dan pengujian atau verifikasi simpulan. Content Analysis dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis peningkatan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran Critical Incident. Data skor prestasi belajar dan pencapaian kompetensi profesional mahasiswa dalam implemetasi pembelajaran Critical Incident dianalisis dengan analisis kuantitatif yaitu persentase dan uji-t 2 sampel bebas. HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi pembelajaran Critical Incident dilakkukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Dosen menyampaikan tema atau materi yang akan dipelajari, 2) Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengingat pengalaman penting tak terlupakan berkaitan dengan tema atau materi yang akan dikaji (misalnya: jenis dan jumlah bahan makanan, cara menentukan kebutuhan gizi, cara pengolahan dan pengawetan makanan, jumlah dan frekuensi makan, pola makan, kecukupan gizi yang meliputi under nutrition, balanches nutrition, over nutrition, obesity, dan lain-lain) , 3) Mahasiswa menginventarisasi pengalaman penting dan menjadikan bagian penting dalam penyusunan makalah melalui diskusi kelompok, 4) Mahasiswa mempresentasikan makalah dalam diskusi kelas tentang tema atau materi tertentu dengan mengkaitkan pengalamampengalaman penting mahasiswa di bawah bimbingan dosen. Menurut Davis (2006) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Critical Incident adalah sebagai berikut: 1. Fase 1: mengidentifikasi pengalaman penting. 2. Fase 2: mempresentasikan (menjelaskan, mengevaluasi, dan menindkalanjuti) pengalaman penting terkait dengan tema (materi) pembelajaran dan kemudian menginventarisasi dalam daftar. 3. Fase 3: mendiskusikan pengalaman penting, dimana pembelajar dapat mengkaji dan mengkritisi daftar pengalaman penting pembelajar lainnya.
4. Fase 4: meringkas pengalaman penting, melakukan refleksi, dan mengkaitkannya dengan tema (materi) pembelajaran. Adapun beberapa hasil penelitian dapat dinyatakan berikut ini: 1. Berdasarkan hasil analisis isi (Content Analysis) yang menggunakan Interactive Model dari Miles dan Huberman (1994), maka dapat dinyatakan bahwa motivasi mahasiswa dalam pembelajaran Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya pada kelas dengan pembelajaran Critical Incident secara umum baik. Hal ini terlihat bahwa mahasiswa 1) cenderung bertanggung jawab, 2) senang membahas kasus yang menantang, 3) menginginkan prestasi belajar yang lebih baik, 4) suka memecahkan masalah, 5) senang menerima umpan balik atas hasil karyanya, 6) senang berkompetisi untuk mencapai hasil belajar terbaik 7) senang membahas kasus-kasus sulit, dan 8) melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan temannya. 2. Prestasi hasil belajar mahasiswa pada Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya diukur dengan menggunakan 3 indikator yaitu: 1) pengetahuan, (2) keterampilan, dan 3) sikap menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok pembelajaran Critical Incident. Penelitian ini menggunakan 40 mahasiswa yang mempunyai kemampuan awal yang sama. 20 mahasiswa kelompok kontrol (dari Kelas B) dan 20 mahasiswa kelompok perlakuan (dari Kelas A) adalah mahasiswa yang mempunyai nilai pre test pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya 55,73 ± 5,62 (Rata-rata ± SD), mempunyai tingkat motivasi belajar sedang 2,34 ± 0,35 (Ratarata ± SD), dan kehadiran dalam perkuliahan sebelum penelitian dimulai > 80%. Hasil penelitian menunjukkan jika
Budiyanto, Implementasi Pembelajaran Critical Incident Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi
menggunakan taraf signifikansi 5%, maka thit (5,6084) > ttab, 0,05, (2,021), dengan demikian Ho ditolak, artinya ada perbedaan yang nyata prestasi hasil belajar mahasiswa pada Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya antara antara kelompok kontrol dan kelompok pembelajaran Critical Incident, di mana ratarata prestasi hasil belajar kelompok kontrol (60,75 dengan SD2 =105,69, N=20) lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok pembelajaran Critical Incident (77,5 dengan SD2 =63,75, N=20). 3. Hasil Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Tahun Akademik 2008/2009 menunjukkan bahwa terdapat 16 mahasiswa (48,48 %) dari 33 mahasiswa kelas A dan 14 mahasiswa (48,28 %) dari 29 mahasiswa kelas B mendapatkan nilai di bawah standar nilai kompetensi profesional (skor 70) pokok bahasan standard kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya. Data tersebut menunjukkan bahwa persentase rata-rata pencapaian kompetensi profesional Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi baru mencapai sebesar 51,62% (terdapat 48,38% mahasiswa yang belum bisa mencapai standar nilai kompetensi profesional). Di sisi lain hasil Ujian Tengah Semester (UAS) Genap Tahun Akademik 2009/2010 menunjukkan peningkatan jumlah mahasiswa yang dapat mencapai kompetensi
5
pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya yaitu dari 51,62% menjadi 80,00% (16 mahasiswa dari 20 mahasiswa kelompok pembelajaran Critical Incident), sedang di kelas B (Kelas Kontrol) hanya terdapat 11 mahasiswa (55,00%) dari 20 mahasiswa kelompok kontrol yang telah mencapai kompetensi. Gambar 3 menunjukkan adanya perbedaan prestasi hasil belajar mahasiswa pada Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya antara kelompok kontrol dan kelompok pembelajaran Critical Incident. Rata-rata prestasi hasil belajar kelompok kontrol (60,75) lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok pembelajaran Critical Incident (77,5). Hal ini disebabkan pembelajaran Critical Incident mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang akan berdampak kepada peningkatan prestasi belajar. Menurut Zaini et al. (2002) pembelajaran Critical Incident adalah pembelajaran yang menggunakan pengalaman penting yang telah dialami oleh peserta didik sebagai momentum untuk mempelajari materi atau tema yang terkait. Metode pembelajaran pengalaman penting ini mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang akan berdampak kepada peningkatan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan pengalaman penting, maka peserta didik merasa belajar tentang dirinya.
Gambar 3. Pencapaian Kompetensi Profesional Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi Pokok Bahasan Standar Kecukupan Gizi dan Perencanaan Pemenuhannya Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009 dan 2009/ 2010.
6
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
Menurut Naidu & Oliver (1999) sebuah unit pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu cara untuk mengatur dan menyatukan isi dan pengalaman yang dapat menuntun ke perubahan perilaku. Suatu unit mungkin juga dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian dari dua atau lebih pelajaran yang dapat dihubungkan ke dalam satu topik, dan dapat menyatukan isi serta pengalaman untuk kemudian menuntunnya ke suatu perubahan perilaku. Metode pembelajaran Critical Incident ini mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang akan berdampak kepada peningkatan prestasi belajar dan pencapaian kompetensi belajar (Treffinger, 1990). Motivasi orang tergantung pada kekuatan motifnya. Motif yang dimaksud dalam uraian ini adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri individu (Hersey et al., 1996), dengan kata lain sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu, atau sekurang-kurangnya mengembangkan tertentu. Motivasi keberhasilan ialah kombinasi dari tiga faktor yaitu keberhasilan pendidikan, keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan pengalaman sukses atau gagal dalam pelaksanaan tugas. Motivasi keberhasilan memiliki enam kondisi eksperimen yaitu kondisi santai, netral, orientasi pada keberhasilan, sukses, gagal dan sukses gagal (Hodgetts,1996). Motivasi ekstrinsik dalam dunia pendidikan dapat dilakukan oleh guru. Guru harus mengambil keputusan tentang apa yang harus diajarkan, bagaimana menyajikan pelajaran dan bagaimana menentukan cara pengajaran agar siswa mengerti apa yang diajarkan dan mampu menerapkan dalam kehidupan nyata. Dorongan eksternal dari guru sangat penting bagi seseorang untuk mencapai keberhasilan belajar. Teori motivasi intrinsik menjelaskan kesadaran tentang keingintahuan, memahami lingkungan, kesadaran eksistensi diri dan kesadaran tentang merealisasikan kemampuan. Teori ketidakcocokan kognitif menjelaskan ketegangan yang muncul pada saat manusia sadar adanya ketidakcocokan antara dua atau beberapa pengertian seperti persepsi-persepsi, sikap atau keyakinan. Teori motivasi keberhasilan ini menyelaraskan tentang pencapaian tujuan yang
mengandung tiga faktor yaitu motif keberhasilan, kemungkinan keberhasilan dan nilai keberhasilan. Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi keberhasilan adalah dorongan untuk memenuhi keinginan yang mempengaruhi perilaku individu untuk melakukan aktivitas dengan cara lebih baik untuk mencapai tujuan (Brohpy,1990). Berdasarkan pemahaman tersebut maka dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam motivasi keberhasilan mahasiswa adalah sebagai berikut: (1) cenderung bertanggung jawab, (2) senang membahas kasus yang menantang, (3) menginginkan prestasi belajar yang lebih baik, (4) suka memecahkan masalah, (5) senang menerima umpan balik atas hasil karynnya, (6) senang berkompetisi untuk mencapai hasil belajar terbaik (7) senang membahas kasus-kasus sulit, dan (8) melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan temannya. Peningkatan motivasi belajar menjadi penting dan strategis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa (Blanchard, 2001; Csikszentmihalyi, 1996; McClelland, 1996). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan motivasi akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar. Hasil penelitian tersebut adalah: 1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar pada mata kuliah muhadatsah IV. Besarnya kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar adalah 62,41% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (Aisyah, 2006). 2. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebesar 53,2% ditentukan oleh motivasi belajar (Hisyam, 2006). 3. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa maka kualitas hasil belajar pengetahuan agama Islam akan semakin baik (Hadiyanto, 2006). 4. Hasil belajar matematika dipengaruhi oleh motivasi belajar dan akan meningkat jika didukung oleh perhatian orang tua (Widyastuti, 2007).
Budiyanto, Implementasi Pembelajaran Critical Incident Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi
Salah satu prinsip andragogi menyatakan bahwa “pengalaman merupakan sumber yang paling kaya dalam proses belajar orang dewasa”. Oleh karena itu inti metodologi proses belajar orang dewasa adalah menganalisis pengalaman dirinya dan orang lain. Knowles (1984) mengemukakan beberapa hal penting mengenai konsepsi belajar orang dewasa terkait dengan pengalaman pentingnya, yaitu : 1. Orang dewasa sudah banyak memiliki pengalaman-pengalaman hidup (lebih banyak dari anak-anak), maka mereka pada umumnya tidak mudah diubah sikap hidupnya; 2. Orang dewasa mempunyai konsep diri yang kuat dan mempunyai kebutuhan untuk mengatur dirinya sendiri, oleh karena itu mereka cenderung menolak apabila dibawa ke dalam situasi yang seperti digurui atau diperlakukan seperti anak-anak; 3. Pengalaman merupakan sumber yang paling kaya dalam proses belajar orang dewasa, oleh karena itu inti metodologi proses belajar orang dewasa adalah menganalisis pengalaman (Rivai, 1999; Sagala, 2003; Direktorat Pendidikan Masyarakat, 2007). Menurut Naidu & Oliver (1999) Critical Incident adalah model pembelajaran yang memberikan pelayanan kepada pembelajar untuk menginggat kembali pengalaman penting yang dialami dan merefleksikannya dalam materi pembelajaran. PENUTUP Kesimpulan Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Critical Incident dapat meningkatkan motivasi mahasiswa, prestasi hasil belajar mahasiswa, dan persentase pencapaian kompetensi profesional Matakuliah Dasar-dasar Ilmu Gizi pokok bahasan standar kecukupan gizi dan perencanaan pemenuhannya.
7
Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian dapat disarankan implementasi pembelajaran Critical Incident pada pokok bahasan yang mempunyai keterkaitan kuat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa (kontekstual). DAFTAR PUSTAKA Aisyah, S. 2006. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar. Semarang: IAIN Walisonggo. Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learning. Surabaya: Penerbit BEST. Csikszentmihalyi, M. 1996. Creativy. New York: Harper Collins Publishers, Inc. Davis, P. J. 2006. Critical Incident Technique: A Learning Intervention for Organizational Problem Solving. New York: Contenhenrietta Publisher. Direktorat Pendidikan Masyarakat. 2007. Konsep Dasar dan Strategi Belajar Berdasarkan Pengalaman Sendiri. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Ditjen PLS Depdiknas. Hadiyanto, A. 2006. Pengaruh Aktivitas Pemanfaatan Internet dan Motivasi Belajar Terhadap Kualitas Hasil Belajar Pengetahuan Agama Islam. Semarang: IAIN Walisongo. Hersey, P., Kenneth, H. B., Dewey E. J. 1996. Management of Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Hisyam , W. 2006. Hubungan Motivasi Belajar dan Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Bandar Lampung. Lampung: Unila. Hodgetts, R. M. 1996. Modern Human Relation at Work. Orlando: The Dryden Press. Knowles, M. 1984. Andragogy in Action: Applying Modern Principles of Adult Learning. San Fransisco: Jossey-Bas Publisher. McClelland, D. C. 1996. The Achievement Motive. New York: Irvington, Publisher, Inc.
8
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
Miles, M. B., Huberman, A. M. 1994. Qualitative Data Analysis. Second Edition. New Delhi: Sage Publication. Moleong, L. J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Naidu; Oliver. 1999. Critical Incident-Based Supported Collaborative Learning. New York: Contenhenrietta Publisher. Rivai, H., Veithzal. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa. Bandung: STIE Ganesha Sagala, S. L. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Syafei, I.. 1996, Merger Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Penerbit IKIP. Treffinger, D. J. 1990. Encouraging Creative Learning for The Giffed and Talented. California: Ventura Country Superintendent of Schools Officer. Widyastuti, N. 2006. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Moderator Perhatian Orang Tua, Surakarta: UMS. Zaini, H., Munthe, B., Syu, S. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: .Penerbit CTSD (Center for Teaching and Learning Development.