Sulistyawati, A., “Model Pembeljaran Student Teams-Achievement Division (STAD) ....”
73
Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division (STAD) Terhadap Pencapaian Kompetensi Mata Kuliah Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Ari Sulistyawati1
ABSTRACT Background : Midwifery Academy of Ummi Khasanah Yogyakarta has used conventional model for learning Provide of Family Planning. Theoritically, cooperative learning can be used for learning activities to improve learning outcomes. The aims of this research are to find out : 1) the difference of effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student use STAD model and the student use lecturing model, 2) the difference of the effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student whose high achievement motivation and those whose low achievemnt motivation, 3) the interaction of effect between the use of instructional model and student’s achievement motivation on Provide Family Planning. Methods : The research was conducted in the Midwifery Academy of Ummi Khasanah Yogyakarta, Academic Year 2010/2011. The research method used is experiment method with a 2x2 factorial design. The population of this research is students at the fourth semester. The samples of this research was 80 students. Instrument used for collecting data are tests and the questionaires of Provide Family Planning motivation. The technique of analysis used is Analysis of Variance (ANOVA) with significance level of á=0.05. Results & Conclusion : The result of this study are as follows :1) there is a significant difference in effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student use STAD model and the student use lecturing model (Fo > F 1 = 21.89 > 3.56), 2) there is a significant difference of the effect of the student’s Provide Family Planning Achievement between the student whose high achievement motivation and those whose low achievemnt motivation (Fo > F 1 = 109.9 > 3.56), 3) there is no significant interaction of effect between the use of instructional model and student’s achievement motivation on Provide Family Planning (Fo < F = 2.67< 3.56). Based on this findings, the research concludes that Provide Family Planning 1 learning achievement can be increased trough an exact instructional model and improving student’s achievement motivation. The improvement of instructional quality is able to be achieved through the use of STAD instructional model and by paying attention student’s achievement motivation. Keywords: Student Teams-Achievement Divisions, competence of Provide Family Planning learning, achievement motivation.
1
Akademi kebidanan Ummi Khasanah, Jl.Pemuda Gandekan Bantul Yogyakarta.
[email protected]
73
74
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02 Juli 2014
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional saling berinteraksi, bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan, dan alat pendidikan. Kelima komponen tersebut akan terimplementasikan dalam proses pembelajaran, yaitu aktivitas belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Program Studi DIII Kebidanan sebagai jenjang awal peserta di Perguruan Tinggi seharusnya dapat memberikan landasan sekaligus bekal ketrampilan dan pengetahuan yang mencukupi bagi lulusannya agar dapat melaksanakan tanggung jawab profesinya. Pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB di program studi DIII Kebidanan bertujuan agar mahasiswa mampu memenuhi kompetensi Bidan, yaitu mampu memberikan pelayanan KB kepada akseptor sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Bidan merupakan petugas terdekat dengan calon akseptor karena ia merupakan pemberi pelayanan pertama mulai dari KIE sampai dengan pemakaian alat kontrasepsi. Mengingat besarnya peran Bidan dalam pelayanan KB, maka penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dalam pelayanan KB sangat dibutuhkan. Berdasarkan pengamatan, proses pembelajaran yang dilaksanakan di program studi DIII Kebidanan sebagian besar masih menggunakan Model konvensional. Pada perkuliahan teori aktivitas mahasiswa hanya sebatas duduk, mendengarkan, mencatat, dan menghapal, dan sebagian dilengkapi dengan penugasan. Pada perkuliahan praktikum mahasiswa melihat Dosen mendemonstrasikan perasat yang dilanjutkan dengan re demonstrasi oleh mahasiswa secara individu. Kondisi ini tentu saja akan menimbulkan kebosanan tersendiri bagi maha-
siswa, yang akhirnya akan menyebabkan motivasi berprestasi rendah dan mempengaruhi kompetensi belajar menjadi rendah pula. Untuk menciptakan suasana agar mahasiswa aktif belajar diperlukan kemauan dan kemampuan Dosen dalam mengambil keputusan yang tepat berkaitan dengan situasi pembelajaran seperti apakah yang akan diciptakannya. Pertimbangan mengenai model apa yang digunakan ditujukan agar mahasiswa mampu berpikir logis, sistematis, mandiri, namun dalam prosesnya selalu ada interaksi dan komunikasi yang aktif antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan Dosen. Model pembelajaran STAD di program studi DIII Kebidanan merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, analisa, dan ketrampilannya dalam mata kuliah Pelayanan KB. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB dilaksanakan masih dengan model pembelajaran non kooperatif dan belum memperhatikan aspek motivasi berprestasi mahasiswa. Akademi Kebidanan Ummi Khasanah merupakan salah satu institusi program studi DIII Kebidanan yang mengupayakan lulusannya selalu berkualitas dengan indikator pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB Akademi Kebidanan Ummi Khasanah masih menerapkan model pembelajaran non kooperatif. Berdasarkan data nilai mahasiswa semester IV angkatan sebelumnya masih didapatkan proporsi mahasiswa dengan nilai di bawah standar minimal sebanyak 20%. Hal ini mendorong inovasi Dosen dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi mahasiswa. Pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB yang belum sesuai dengan yang diharapkan disebabkan oleh beberapa faktor, dua di antaranya adalah motivasi berprestasi mahasiswa yang berbeda dan model pem-
Sulistyawati, A., “Model Pembeljaran Student Teams-Achievement Division (STAD) ....” belajaran yang dipilih oleh Dosen. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran STAD terhadap pencapaian kompetensi mata kuliah pelayanan KB ditinjau dari motivasi berprestasi mahasiswa semester IV Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta.
histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi 6
5
4
3
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN Tabel .1. Deskripsi Data
2
Frequency
Penelitian ini bersifat kuasi eksperimental, melibatkan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sampel berjumlah 80 mahasiswa dilakukan dengan teknik exhaustive sampling. Kelompok subyek A sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan model STAD, dan kelompok subyek B sebagai pembanding yang menggunakan model konvensional (ceramah).
75
1
Std. Dev = 4.10 Mean = 74.4 N = 20.00
0 70.0
72.0
74.0
76.0
78.0
80.0
82.0
Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi tinggi
Gambar 1. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB yang diajar dengan model STAD dan motivasi berprestasi tinggi.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 66.3200, standar deviasi = 2.70800, skor minimum = 62.60, skor maksimum = 70.60. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi 5
4
3
Frequency
2
1
Std. Dev = 2.71 Mean = 66.3 N = 20.00
0 63.0
64.0
65.0
66.0
67.0
68.0
69.0
70.0
71.0
Nilai kompetensi kelas eksperimen dan motivasi berprestasi rendah
Gambar 2. Grafik histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar dengan model pembelajaran STAD dan motivasi berprestasi mahasiswa rendah.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 74.385, standar deviasi = 4.10475, skor minimum = 69.10, skor maksimum = 81.90. Grafik
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 70.9325, standar deviasi = 3.67632, skor minimum = 64.00, skor maksimum = 75.40. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
76
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02 Juli 2014 Hasil kompetensi kelas eksperimen
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berp
12
7 10
6
8
4
6
3
4
Frequency
2 Std. Dev = 3.68
1
Mean = 70.9
Frequency
5
Mean = 70.4
64.0
66.0
68.0
70.0
72.0
74.0
N = 40.00
0 62.0
N = 20.00
0
Std. Dev = 5.33
2
66.0
70.0
64.0
68.0
74.0
78.0
72.0
76.0
82.0 80.0
76.0
Hasil kompetensi kelas eksperimen
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi tinggi
Gambar 3. Grafik histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar menggunakan model ceramah dan motivasi berprestasi mahasiswa tinggi.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 58.1850, standar deviasi = 4.37159, skor minimum = 50.00, skor maksimum = 65.10. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik histogram frekuensi sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar dengan model pembelajaran STAD secara keseluruhan.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 64.5587, standar deviasi = 7.58691, skor minimum = 50.00, skor maksimum = 75.40. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil kompetensi kelas kontrol 7
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi ber
6
5 5 4
4
3
Frequency
3
Frequency
2
2 Std. Dev = 7.59
1
Mean = 64.6 N = 40.00
0 50.0
1
Std. Dev = 4.37
54.0 52.0
58.0 56.0
62.0 60.0
66.0
64.0
70.0
68.0
74.0 72.0
76.0
Mean = 58.2 N = 20.00
0
Hasil kompetensi kelas kontrol
50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 64.0 66.0
Nilai kompetensi kelas kontrol dan motivasi berprestasi rendah
Grafik 4. Grafik histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar mata kuliah Pelayanan KB yang diajar dengan model pembelajaran ceramah dan motivasi berprestasi mahasiswa rendah.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 20 mahasiswa, mean = 70.3525, standar deviasi = 5.33471, skor minimum = 62.60, skor maksimum = 81.90. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar .6. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB yang diajar dengan model ceramah.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 40 mahasiswa, mean = 72.6588, standar deviasi = 4.22483, skor minimum = 64.00, skor maksimum = 81.90. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Sulistyawati, A., “Model Pembeljaran Student Teams-Achievement Division (STAD) ....” Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi t
77
Tabel 2. Hasil Pengujian Hipotesis.
10
8
6
Frequency
4
2
Std. Dev = 4.22 Mean = 72.7 N = 40.00
0 64.0 66.0 68.0 70.0 72.0 74.0 76.0 78.0 80.0 82.0
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi tinggi secara keselu
Gambar. 7. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi secara keseluruhan.
Dari data penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) = 40 mahasiswa, mean = 62.2525, standar deviasi = 5.46368, skor minimum = 50.00, skor maksimum = 70.60. Grafik histogram dari data statistik deskriptif di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi r 10
8
6
Frequency
4
2
Std. Dev = 5.46 Mean = 62.3 N = 40.00
0 50.0
54.0 52.0
58.0 56.0
62.0 60.0
66.0 64.0
70.0 68.0
Hasil kompetensi dengan motivasi berprestasi rendah secara kese
Gambar.8. Grafik Histogram sebaran frekuensi skor kompetensi belajar Pelayanan KB pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah secara keseluruhan.
Untuk membuktikan hipotesis penelitian, maka digunakan analisis variansi dua jalan. Deskripsi data dapat dicermati pada tabel berikut ini :
a. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran STAD terhadap Pencapaian Kompetensi Dasar Pelayanan KB. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model STAD terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB digunakan analisa variansi dua jalan , diperoleh Fo = 21.89. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi =0.05 diperoleh F tabel = 3.56. jadi Fo (21.89) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran STAD terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Berdasarkan data di atas juga terlihat bahwa pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB bagi mahasiswa dengan menggunakan model STAD ternyata mendapatkan skor pencapaian kompetensi yang lebih baik dibandingkan dengan pencapaian kompetensi yang diperoleh dengan menggunakan model ceramah .
b. Perbedaan Pengaruh Motivasi Berprestasi Tinggi dan Rendah Terhadap Pencapaian Kompetensi Pelayanan KB. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB maka digunakan analisis
78
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02 Juli 2014 variansi dua jalan. berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fo = 109.9. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi =0.05 diperoleh F tabel = 3.56. Dengan demikian Fo (109.9) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Berdasarkan deskripsi di atas terlihat bahwa pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ternyata mencapai skor yang lebih baik (mean = 72.6588) dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (mean = 62.2525).
c. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Terhadap Pencapaian Kompetensi Dasar Pelayanan KB. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara model dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB digunakan analisis dua jalan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis dua jalan, diperoleh Fo = 2.67. hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikan = 0.05 diperoleh F tabel = 3.56. Jadi Fo (3.56), sehingga dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil pengujian hipotesis pertama memperoleh Fo (21.89) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara model STAD dan model ceramah terhadap pencapaian kompetensi
Pelayanan KB. Berdasarkan deskripsi di atas juga terlihat bahwa pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB bagi mahasiswa dengan model pembelajaran STAD ternyata memperoleh skor pencapaian yang lebih baik (mean = 70.3525) dibandingkan dengan pencapaian kompetensi yang diperoleh dengan menggunakan model ceramah (mean = 64.5587). Hal ini sesuai dengan penelitian4, yang menyatakan bahwa cooperative learning lebih mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, dalam model pembelajaran STAD memiliki beberapa keunggulan, antara lain : 1) tujuan pendidikan dari model STAD adalah meningkatkan pengetahuan umum dan keterampilan dasar, 2) dalam hal belajar, model STAD menitikberatkan pada penguasaan materi meskipun juga melibatkan belajar ketrampilan interpersonal, 3) di dalam kelompok, STAD menekankan kegiatan tutorial teman sebaya, artinya anggota kelompok yang lebih mampu akan membantu teman kelompoknya yang kurang mampu sehingga dalam kelompok akan saling melengkapi, 4) semua mahasiswa saling membantu, 5) dalam model STAD sering terbentuk hirarkis. Mahasiswa yang pandai akan bertindak sebagai tutor bagi temannya,, 6) dalam model STAD Dosen akan dapat bekerja dengan mahasiswa secara individual atau mungkin dalam kelompok, 7) sumber evaluasi STAD adalah pengajar8. Pengajar akan menilai performa mahasiswa dalam kuis atau tes, sehingga dengan penggunaan model ini mahasiswa akan dapat mengembangkan pemahaman dan penghayatan akan prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan KB10. Pada penggunaan model ceramah mahasiswa kurang mampu mencapai kompetensi yang diharapkan karena pembelajaran hanya berpusat pada pengajar. Dalam praktiknya pengajar sebagai sumber informasi utama yang mengambil peranan sentral. Sementara pada model pembelajaran STAD mahasiswa mengalami pengembangan peran8. Pengembangan peran ini berdampak positif pada pada pening-
Sulistyawati, A., “Model Pembeljaran Student Teams-Achievement Division (STAD) ....” katan kemampuan mahasiwa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Mahasiswa dapat mengalami perubahan konsep diri saat mereka diterima sebagai tutor, ahli, peneliti, dan penyaji. Mahasiswa dalam model pembelajaran STAD menjadi lebih siap untuk berbagai peran di luar kelas15,17. Melalui model pembelajaran STAD peserta didik akan mendapat motivasi yang besar untuk belajar, selain itu akan berkembang relasi yang positif antar peserta didik, dan akan muncul rasa senang untuk pergi ke sekolah. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa model STAD secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Efek STAD lebih dominan pada peningkatan kompetensi belajar daripada pada aspek sikap dalam belajar mata pelajaran Bahasa Inggris 8 . Dengan demikian, menggunakan model pembelajaran STAD mahasiswa akan lebih memahami materi yang dipelajari bukan saja untuk hapalan tapi lebih untuk direalisasikan dalam pelayanan KB. Hasil analisa hipotesis kedua didapatkan Fo (109.9) > F tabel (3.56), sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. Berdasarkan deskripsi di atas diketahui bahwa pencapaian kompetensi belajar pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi ternyata mendapatkan skor yang lebih baik (mean = (mean = 72.6588) dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB (mean = 62.2525). Hipotesis kedua yang diterima menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu berusaha bekerja keras, tangguh, dan tidak mudah putus asa. Selain itu mahasiswa juga akan lebih menyenangi tugasnya, berorientasi ke depan, dan menyukai balikan yang cepat dan efisien mengenai prestasinya. Tanggung jawab dalam memecahkan masalah juga akan terbina pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi,
79
ia akan lebih mampu dalam hal manajemen waktu, serta akan selalu berusaha lebih baik dari mahasiswa yang lain16. Mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajarnya dapat optimal dan dapat mencapai kompetensi yang dipersyaratkan secara lebih baik 16. Kondisi yang positif pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi dipengaruhi oleh adanya dorongan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi, yaitu menguasai, mengorganisir lingkungan fisik maupun sosial, mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kerja keras yang tinggi, serta bersaing dengan ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasi orang lain atau indikator prestasi yang telah ditetapkan oleh pengajar atau sekolah. Selain itu, ada beberapa mahasiswa yang menjadikan indikator prestasinya pada waktu-waktu sebelumnya sebagai acuan dalam menentukan indikator prestasi berikutnya15. Mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah relatif lebih sulit dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Hal ini disebabkan adanya faktor kemauan untuk bekerja keras dan berjuang lemah. Ia akan lebih mudah berputus asa, tidak berorientasi ke depan, dan kurang mampu dalam mengorganisir lingkungan di sekitarnya6. Selain itu, ia akan selalu menggantungkan kepada orang lain dalam belajar (kepada pengajar), sehingga mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah cenderung harus mendapat perintah atau arahan terlebih dahulu agar belajarnya dapat lebih efekti5. Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik dalam pencapaian kompetensi karena dapat mengaktifkan, menggerakkan, memotivasi, dan menentukan cara belajar yang efektif dalam memahami materi pembelajaran5. Pembelajaran mata kuliah Pelayanan KB menggunakan model STAD dirasakan lebih
80
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02 Juli 2014
efektif jika dibandingkan dengan menggunakan model ceramah. Hal ini disebabkan metode STAD mengkondisikan mahasiswa untuk mempunyai perspektif yang positif tentang proses pembelajaran yang mereka ikuti. Adanya kompetisi yang sehat dan tanggung jawab individu serta kelompok membuat suasana kelas terarah dan fokus. Setiap ada pebelajar yang “menyimpang” konsentrasinya secara otomatis akan diingatkan oleh teman satu kelompoknya2,3. Telah diketahui bahwa mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan dapat mencapai kompetensi pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa dengan motivasi berprestasi rendah. Namun dalam pembelajaran yang menggunakan model STAD dan motivasi berprestasi disertakan dalam mendesain pembelajaran, ternyata tidak mempunyai interaksi pengaruh terhadap pencapaian kompetensi mata kuliah Pelayanan KB 1 . Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya penampilan Dosen dalam mengelola kelas, suasana kelas, dan minat mahasiswa terhadap pokok bahasan. Selain itu, pada kelas eksperimen mahasiswa lebih termotivasi untuk aktif belajar karena model STAD merupakan model pembelajaran yang masih baru dan ada aturan main yang membawa mahasiswa untuk aktif belajar dan bertanggung jawab. Dengan demikian, baik pada mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi maupun rendah akan menghasilkan kompetensi belajar yang lebih baik jika digunakan model pembelajaran STAD3,7.
SIMPULAN 1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model Student Teams-Achievement divisions (STAD) terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB. 2. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB.
3. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap pencapaian kompetensi dasar Pelayanan KB.
KEPUSTAKAAN 1. Alhazda,A.2003. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 004, 9. (19-41). 2. Anita, L. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. 3. Arends, R.I., 2001. Learning to Teach. 5° Edition. Singapore : Mc.Grow Hill. 4. David,W,J., et al. 2000. Cooperative Learning Methods : A Meta-Analysis Methods. Mendeley Journal Volume: 1, Pages: 1-33.. Available On http://www.mendeley.com/ research/cooperative-learning-methodsmeta-analysis/, diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 5. Djamaah,S. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 022, 5. (121-135) 6. Elliot, J., Dweck,S. 2005.Competence and Motivation: Competence as the Core of Achievement Motivation. Dalam Elliot, Andrew J. dan Dweck, Carol S. (Ed.) Handbook of Competence and Motivation: 3-12. New York: The Guilford Press. 7. Fareed,A. 2002.Effect of Cooperative Learning on Students’ Achievement at Elementary Level. The International Journal of Learning. Volume 17, Issue 3, pp.127-142.. Available On http://ijl.cgpublisher.com/ product/pub.30/prod.2689. diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 8. Ghaith,G. 2004. Correlates of the Implementation of the STAD Cooperative Learning Method in the English as a Foreign Language Classroom. International Journal
Sulistyawati, A., “Model Pembeljaran Student Teams-Achievement Division (STAD) ....” of Bilingual Education & Bilingualism, v7 n4 p279-294. Available On http:// www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/ detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_ SearchValue_0=EJ728188&ERICExtSearch_ S earc h Type_0=no&accno=EJ72 8 1 88 . diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 9. Guneysu.,Tekmen. 2007. Implementing an alternative cooperative learning method. Mendeley Journal. Volume: 2, Issue: 2, Publisher: Elsevier, Pages: 5670–5674.2001. Available On http://www.mendeley.com/ research/implementing-alternativecooperative-learning-method/. diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 10. Kagan, S. 2000. “Dimension of Cooperative Classroom Structure”. (Robert E.Slavin. Learning to Cooperative, Cooperate to learn). (67-102). London:Plenum Press. 11. Leslie, R,N. 2001. A Case Study of Implementing a Cooperative Learning Program in an Inner-City School. Journal of Experimental Education. Volume: 64. Issue: 2. Page Number: 117. Available On http:// w w w. t a n d f. c o . u k / j o u r n a l s / t i t l e s / 00220973.html, diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 12. Maltby, F., et al. 2005. Educational Psychology: An Australian and New Zealand Perspective. Sidney:John Willey&Sons.
81
13. Manning,M,I., Lucking. 2002. “The What, Why and How of Cooperative Learning”. (Marcia K. Pearlshall. Relevant Research). (69-75). Washington:TNSTA 14. Mulyasa,E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 15. Rosini, B., Jim Flowers. 2001. The Effect Of Cooperative Learning Methods On Achievement, Retention, And Attitudes Of Home Economics Students In North Carolina. Journal of Vocational and Technical Education Volume 13, Number 2. Available On http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/ JVTE/v13n2/Abu.html, diunduh pada tanggal 12 Maret 2011. 16. Schultheiss,O.C., Brunstein,J.C. 2005.An Implicit Motive Perspective on Compentence. Dalam Elliot, Andrew J. dan Dweck, Carol S (Ed.) Handbook of Competence and Motivation: 31-51. New York: The Guilford Press. 17. Slavin, R. E. 2005. “An Introduction to Cooperative Learning Research’’ (Robert E.Slavin, Learning to Cooperate, Cooperating to Learn). (5-15).London: Plenum Press. 18. Syamsuddin,A.2003. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya.