II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Ikan Mas Ikan mas (cyprinus carpio, L) berasal dari Cina dan Rusia. Dari Negara asalnya ikan ini kemudian menyebar ke daerah Eropa serta Negara-negara Asia Timur dan Selatan pada abad pertengahan. Di Indonesia, ikan mas mulai dikenal pertama kali di daerah Galuh, Ciamis, Jawa Barat sekitar tahun 1810, kemudian berkembang di beberapa daerah di Indonesia. Penyebaran ikan mas ke berbagai daerah di Indonesia begitu cepat. Cepatnya proses penyebaran ini tidak terlepas dari cara pemeliharaan dan pembudidayaan ikan mas yang tergolong mudah. Selain itu, didukung oleh sifatnya yang tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan (Khairuman dkk, 2008). Berdasarkan ilmu taksonomi hewan (system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya), ikan mas memiliki klasifikasi sebagai berikut (Khairuman dkk, 2008): Filum (Phyllum)
: Chordata
Anak Filum (Subphyllum)
: Vertebrata
Induk Kelas (Superclass)
: Pisces
Kelas (Class)
: Osteichthyes
Anak Kelas (Subclass)
: Actinopterygii
Bangsa (Ordo)
: Cypriniformes
Anak Bangsa (Subordo)
: Cyprinoidea
Suku (Family)
: Cyprinidea
Marga (Genus)
: Cyprinus
Jenis (Species)
: Cyprinus carpio, L
Gambar 1. Morfologi ikan mas (Edi Aswanto, 2012)
Habitat ikan mas adalah di perairan tawar, terutama yang tidak terlalu dalam dengan aliran air yang tidak terlalu deras, seperti misalnya di tepi sungai atau danau. Ikan mas dapat tumbuh dengan baik pada tempat dengan ketinggian 150-600 m di atas permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25-30 0C. Meskipun termasuk kategori ikan air tawar, ikan mas kadang-kadan juga ditemukan di perairan payau. Secara umum ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (prootaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang bersusun dari tiga baris gigi geraham. Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Sirip punggung (dorsal) berukuran memanjang dan bagian belakangnya berjari keras. Sementara itu, sirip ketiga dan keempat bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Tipe sirip dubur (anal) mirip dengan sirip punggung, yakni berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) pada ikan tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Khairuman dkk, 2008). Saat ini, banyak sekali jenis ras ikan mas yang beredar dikalangan petani, baik jenis ras yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis ras unggul. Setiap daerah memiliki ras ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Secara umum ras-ras ikan mas dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu ras ikan mas konsumsi dan ras ikan mas hias. Ras ikan mas konsumsi dikelompokan menjadi ras ikan mas bersisik penuh dan ras ikan mas bersisik sedikit, sedangkan ras ikan mas hias terdiri dari ras ikan mas kumpay, kancra domas, fancy carp dan ikan mas koi. Ras ikan mas bersisik penuh terdiri dari ras punten, ras sinyonya, ras merah, ras majalaya dan ras yamato. Adapun ras ikan mas bersisik sedikit memiliki sisik sangat jarang dan sangat sedikit, misalnya pada ikan mas karper kaca. Dari
beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal dimasyarakat, varietas majalaya termasuk jenis unggul (Suseno, 2004). 2.2. Budidaya Ikan Mas Budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan dalam pengertian luas, membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan adanya campur tangan manusia. Budidaya ikan mas yang berkembang di masyarakat sejak tahun 1990-an telah mengarah kepada konsep agrobisnis, yaitu kegiatatan dibagi menjadi beberapa subsistem. Subsistem pada budidaya ikan mas terdiri atas subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran. Masing-masing subsistem tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, bahkan saling berhubungan dan berkaitan erat (Khairuman dkk, 2008). 1) Subsistem Pembenihan Subsistem pembenihan meliputi semua kegiatan dari pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, dan perawatan larva hingga menjadi benih ikan mas berukuran 1-3 cm. Untuk mencapai ukuran tersebut diperlukan waktu pemeliharaan selama 2-3 minggu. Pembenihan dapat dilakukan di kolam yang dasarnya berupa tanah dan pematangnya ditembok. Selain itu, bisa juga dilakukan di kolam yang dasar dan pematangnya berupa tanah. 2) Subsistem Pendederan Kegiatan pada subsistem pendederan adalah pemeliharaan benih ikan mas yang berukuran 1-3 cm yang berasal dari kegiatan pembenihan. Ikan seukuran ini dipelihara hingga mencapai ukuran 5-8 cm per ekor. Untuk mencapai ukuran tersebut diperlukan waktu pemeliharaan selama 4-6 minggu. Pendederan bisa dilakukan di kolam yang dasarnya berupa tanah dengan pematang yang ditembok atau kolam yang dasar dan pematangnya berupa tanah. 3) Subsistem Pembesaran Usaha pada subsistem pembesaran dimulai dari usaha pemeliharaan benih ikan mas yang berukuran 5-8 cm hingga mencapai ukuran tertentu sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan permintaan pasar. Biasanya, konsumen
menyenangi ikan mas berukuran 6-8 ekor per kilogram. Untuk mencapai ukuran tersebut diperlukan waktu pemeliharaan selama 3-4 bulan. Lokasi pembesaran secara intensif bisa dilakukan di dua tempat, yaitu di jaring apung dan di kolam air deras. Sementara itu, pemeliharaan di kolam-kolam konvensional biasanya bersifat tradisional dan semi-intensif. Setiap subsistem tersebut saling berhubungan dan tidak dapat terpisahkan. Pengusaha yang berminat membudidayakan ikan mas dapat memilih tahapan mana saja yang akan dilaksanakan sebagai usaha sesuai dengan ketersediaan modal, kondisi geografis, sumber air dan prasarana yang tersedia. 2.3. Teknik Usaha Budidaya Pendederan Ikan Mas Pendederan adalah kelanjutan pemeliharaan benih ikan mas dari hasil kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Menutut Khairuman, dkk. (2008), pendederan adalah pemeliharaan benih berukuran 1-3 cm selama 4-6 minggu hingga ukurannya menjadi 5-8 cm per ekornya. Ukuran ikan yang dihasilkan rata-rata 10 gram per ekor. Ikan seukuran tersebut selanjutnya dipelihara untuk usaha pembesaran ikan mas di kolam air deras atau jaring apung. keberhasilan pendederan kedua ditentukan oleh kualitas benih yang akan dipelihara dan teknik pemeliharaan, seperti persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, dan kegiatan pengendalian hama dan penyakit. 2.3.1 Pemilihan Lokasi dan Lahan Pemilihan lokasi dan lahan untuk usaha budidaya pendederan ikan mas harus memenuhi beberapa kriteria yang meliputi aspek teknis, biologis, sosial ekonomi, dan legal. Adapun persyaratan lokasi untuk usaha budidaya pendederan ikan mas menurut Khairuman, dkk. (2008) adalah sebagai berikut: 1) Tanah yang baik untuk usaha pendederan ikan mas adalah liat berpasir dengan perbandingan tanah liat dan pasir 3 : 2. Tanah jenis ini umumnya bersifat padat (tidak mudah retak ketika kering), kedap air, dan tidak bersifat asam. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanah yang dipilih harus terbebas dari bahan beracun dan tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas air sehingga dapat mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan dan biota air lainnya. 2) Air yang digunakan untuk usaha pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk, air sungai, mata air, air saluran irigasi, air permukaan, air
sumur terbuka, air sumur pantek, dan air sumur artesis. Dari berbagai sumber air tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami cukup tinggi. 3) Lokasi pendederan harus aman dari kemungkinan terjadinya banjir dan daerah industri yang dapat memicu terjadinya pencemaran 4) Dari aspek sosial, lokasi usaha pendederan ikan mas harus memenuhi unsur aman dari segala gangguan dan tidak berdampak negatif terhadap masyarakat sekitarnya atau dengan kata lain usaha pendederan ikan mas tersebut tidak bertentangan dengan norma sosial yang dianut oleh masyarakat disekitar lingkungan lokasi usaha. 5) Dari aspek ekonomi, usaha pendederan ikan mas dilakukan jika memberikan keuntungan dari sisi penggunaan lahan, tenaga kerja, dan finansial. 6) Dari aspek legal, status lahan usaha pendederan ikan mas harus jelas, yakni termasuk tanah negara, tanah garapan, tanah sewa, tanah hak milik, tanah adat, atau tanah lainnya. 2.3.2 Persiapan Benih Menurut Khairuman, dkk. (2008), ukuran benih yang didederkan diusahakan seragam untuk menghindari terjadinya persaingan makanan. Jika induk yang dipijahkan berkualitas unggul, benih ikan mas yang dipelihara juga akan tumbuh dengan baik. Menurut pengalaman beberapa petani, setiap 1 kg induk betina yang dipijahkan diperoleh hasil sebanyak 50.000-60.000 ekor benih. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan pertumbuhan benih ikan mas berdasarkan umur, panjang, dan bobot tubuhnya. Tabel 3. Pertumbuhan benih ikan mas Umur (minggu) Panjang (cm)
Berat (gram)
2-3
1-3
0,1-0,5
3-4
3-5
0,5-2,5
4-6
5-8
2,5-10
6-9
8-12
10-20
9-12
12-20
100-200
Sumber: Khairuman dkk, 2008
Benih ikan mas terdiri dari berbagai ukuran. Pemberian nama benih biasanya berdasarkan pada ukuran benih. Sampai sekarang belum ada nama baku benih ikan mas berdasarkan ukurannya. Setiap daerah biasanya memiliki nama atau istilah tersendiri untuk menggambarkan ukuran benih ikan mas. Nama-nama umum benih ikan mas berdasarkan ukurannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Nama benih ikan mas berdasarkan ukuran tubuhnya Ukuran (cm) Istilah (nama) Menetas
Larva
0,6-1,0
Kebul (larva stadia akhir)
1,0-3,0
Burayak
3,0-5,0
Putihan
5,0-8,0
Ngaramo
8,0-12,0
Ngaramo lepas
Sumber: Khairuman dkk, 2008
Ukuran benih yang akan ditebar untuk dibudidayakan pada subsistem pendederan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pemasaran. Penanaman ikan yang direncanakan untuk dipanen lebih cepat harus menggunakan ukuran benih yang lebih besar. Menurut Suseno (2004), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian benih adalah benih ikan harus dipilih yang sehat, air yang dipakai untuk media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainnya. 2.3.3 Persiapan Kolam Luas kolam yang biasa ditemukan, baik di petani maupun di lembaga pemerintahan berkisar 1.000-2.000 m2. Ukuran tersebut dianggap cukup efektif karena sangat mudah dalam pengelolaannya. Jarang petani mendederkan ikan mas di kolam yang terlalu luas, karena akan menyulitkan dalam pemeliharaan dan pengawasan. Kolam yang akan digunakan harus dapat menahan air dan tidak bocor. Selain itu komponen yang harus ada adalah saluran pemasukan dan pintu pengeluaran air serta saringan di kedua pintu tersebut. Tujuan dibuatnya saringan adalah agar ikan-ikan liar tidak dapat masuk atau ikan mas yang dipelihara tidak dapat keluar dari dalam kolam. Langkah selanjutnya adalah mengeringkan kolam
hingga tanah dasarnya menjadi retak. Tujuannya adalah untuk membunuh bibitbibit penyakit di dalam kolam (Khairuman dkk, 2008). Setelah kering, kolam harus dipupuk untuk menumbuhkan pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan mas. Pakan alami yang paling disukai benih ikan adalah plankton, misalnya daphnia, rotifera dan moina. Umumnya petani menggunakan pupuk kotoran ayam dengan takaran 250-500 gram/m2, TSP dan urea masing-masing 8-10 gram/m2, dan kapur pertanian sebanyak 15-25 gram/m2. kapur pertanian berfungsi untuk menaikan derajat keasaman tanah dan membunuh bibit penyakit. Pupuk dicampur secara merata, kemudian ditebarkan keseluruh dasar kolam. Setelah ditebar, supaya pupuk bereaksi sempurna, kolam diisi air secara bertahap hingga ketinggian mencapai 75 cm dari dasar kolam. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 5-7 hari dari awal pemupukan (Khairuman dkk, 2008). 2.3.4 Penebaran Benih Penebaran benih dilakukan 5-7 hari setelah pemupukan dan makanan alami sudah tersedia di dalam kolam. Benih ditebar ketika suhu sedang rendah, yaitu pada pagi atau sore hari. Tujuan penebaran pada pagi dan sore hari adalah agar benih yang ditebarkan tidak mengalami stres. Benih yang akan ditebar harus berkualitas unggul, tidak cacat, tidak terserang penyakit, dan panjangnya relatif sama. Jika pengangkutan menggunakan kantong plastik, ikan jangan langsung dimasukan ke dalam kolam, tetapi tambahkan sedikit demi sedikit air kolam ke dalam kantong plastik hingga kondisi suhu air di dalam kantong plastik sama dengan suhu air yang ada di dalam kolam. Biarkan benih-benih ikan mas keluar dengan sendirinya dari kantong plastik ke dalam kolam. Dengan demikian, benih yang ditebar tidak akan mengalami stres, idealnya padat penebaran benih adalah 75-100 ekor/m2 (Khairuman dkk, 2008). 2.3.5 Pemeliharaan Menutut Khairuman, dkk. (2008), kegiatan penting yang perlu dilakukan selama masa pemeliharaan adalah pemberian makanan tambahan, pencegahan dan pengontrolan terhadap hama dan penyakit, pengontrolan kebocoran di pematang kolam, dan pengontrolan saringan di pintu pemasukan dan pengeluaran. Makanan tambahan harus diberikan setiap untuk mempercepat proses pertumbuhan benih.
Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah pelet dalam bentuk tepung atau pelet yang dibasahi air. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 3-5% per hari dari total benih yang dipelihara. Hama yang paling banyak menyerang benih ikan mas adalah burung, ular, dan ikan liar (misalnya ikan gabus). Pencegahan terhadap serangan hama dapat dilakukan dengan cara mengontrol atau menjaga kebersihan di sekitar kolam, terutama dari rumput dan semak-semak. 2.3.6 Pemanenan Menutut Khairuman, dkk. (2008), pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran yang siap untuk didederkan di tempat lain, biasanya setelah benih berumur 4-6 minggu dari saat penebaran. Pemilihan waktu panen harus tepat, karena bisa menyebabkan ikan stres, terutama akibat sengatan panas matahari. Pemanenan sebaiknya dilakukan ketika suhu masih rendah, yakni pada pagi dan sore hari. Selain itu, waktu panen sebaiknya disesuaikan dengan harga. Walaupun jumlah yang dibutuhkan banyak tetapi harganya murah, sebaiknya panen ditunda hingga harganya menguntungkan. Alat bantu yang biasa digunakan saat pemanenan adalah ayakan atau sair. Ukuran benih yang dipanen biasanya tidak seragam karena pertumbuhannya berbeda. Karena itu, sebelum masuk ke tahap pembesaran, benih harus diseleksi terlebih hulu. Proses penyeleksian sebaiknya dilakukakn dengan menggunakan ayakan seleksi. Mortalitas (tingkat kematian) selama pemeliharaan berkisar 1020% dari total yang ditebarkan. 2.4. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga dapat dioprasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (umar, 2003). Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan mamfaat (benefit), baik dalam arti finansial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam
arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit. Hal ini tergantung dari segi penilaian yang diilakukan (Ibrahim, 2003). 2.4.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Umar (2003), belum ada keseragaman mengenai aspek bisnis apa yang harus dikaji dalam rangka studi kelayakan bisnis. Beberapa aspek yang perlu diteliti adalah : a. Aspek Pasar Pengkajian terhadap aspek ini penting dilakukan, karena tidak ada bisnis atau usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan. Pada dasarnya, analisis aspek pemasaran (pasar)
bertujuan
untuk
mengetahui
berapa
besar
luas
pasar,
pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk bersangkutan, kondisi persaingan antara produsen dan siklus hidup produk. (Umar, 2003). b. Aspek Teknis Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan apakah yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu diperhatikan adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi dan tata letak usaha yang paling menguntungkan (Umar, 2003). c. Aspek Manajemen Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yeng terlibat,, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Umar, 2003). d. Aspek Keuangan Studi aspek keuangan dari suatu kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan. Analisis aspek Keuangan dilakukan dengan mengerjakan
serangkaian
perhitungan
kuantitatif.
Analisis
yang
dilakukan dalam aspek keuangan mencakup rencana kebutuhan fisisk, indeks harga, rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, struktur modal
dan rencana penerimaan, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dilakukan perhitungan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Per Cost (B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP) (Umar, 2003). 2.4.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003) adalah : 1. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan keselamatan atas modal yang ditanamnya. 2. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya anggunan yang dimiliki perusahaan. 3. Pihak Manajemen Perusahaan. Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan (sendiri). Terlepas dari siapa yang membuat, pembuatan proposal merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujungujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan ini, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan dari kreditor. 4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah dalam prioritas yang akan dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam penyusunan studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional. 2.5. Penelitian Terdahulu Rosiah (2005) meneliti mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Mas di Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kegiatan usaha pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung, menganalisis usaha
pembenihan ikan mas, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan, dan menganalisis sensitivitas terhadap perubahan input dan output produksi, dalam hal ini adalah harga pupuk dan kapur pertanian. Dalam penelitian ini diterapkan dua skenario, yaitu skenario modal sendiri (skenario I) dan skenario modal pinjaman dari bank (skenario II). Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kelompok unit pembenihan rakyat (UPR) Harapan Jaya I adalah kelompok usaha pembenihan ikan mas yang berada di Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan perhitungan hasil analisis usaha per kuartal memperlihatkan keuntungan sebesar Rp 8.757.3999.92, R-C ratio sebesar 1,41 dan payback period 4,5 tahun. Hal ini berarti usaha pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung menguntungkan dan modal investasi yang ditanamkan akan dapat diperoleh kembali dalam waktu 4,5 tahun. Analisis kriteria investasi usaha pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung dengan waktu 5 tahun (15 kuartal) pada tingkat suku bunga 8% menunjukan bahwa usaha ini layak dijalankan, dengan nilai NVP sebesar Rp 13.205.659,22, Net B/C sebesar 1,13 dan IRR sebesar 9,54%. Sedangkan skenario adanya pinjaman dari lembaga keuangan menurunkan nilai kriteria investasi walaupun masih layak untuk dikembangkan. Pada skenario dengan pinjaman menunjukan nilai NVP sebesar Rp 2.284.388,04, Net B/C sebesar 1,03 dan IRR sebesar 8,27%. Apabilah dilihat dari sensitivitasnya terhadap kenaikan harga pupuk (TSP sebesar 11,11%, PK sebesar 4,76%, Kapur pertanian sebesar 3,7%) menunjukan nilai NVP sebesar Rp 11.230.498,59, Net B/C sebesar 1,11 dan IRR sebesar 9,30%. Dapat disimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan pada usaha pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung dapat memberikan kelayakan secara finansial, sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan. Pada skenario dengan pinjaman menurunkan nilai kriteria investasi yang ditunjukan dengan nilai NVP sebesar Rp 309.227,00, Net B/C sebesar 1,00 dan IRR sebesar 8,04%, tetapi usaha ini masih layak untuk diimplementasikan.
Wijayanto (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras (Studi Kasus MN Fish Farm, Kabupaten Subang, Jawa Barat). Dalam penelitian ini juga diterapkan dua skenario, yaitu skenario modal sendiri (skenario I) dan skenario sebagian modal pinjaman dari bank, yaitu sebesar 70% dari total biaya investasi (skenario II). Selanjutnya, skenario II dibagi menjadi dua, antara lain dengan menggunakan tingkat suku bunga 6%, yaitu rata-rata suku bunga deposito berjangka dari 10 bank besar di Indonesia dan tingkat suku bunga 15% yaitu suku bunga kredit ratarata dari bank komersial di Indonesia. Pada skenario pertama dengan tingkat diskonto 6% diperoleh hasil NVP sebesar Rp 823.606.812,00, Net B/C 3.06, IRR 26%, dan payback period 4,5 tahun. Pada skenario II dengan dengan tingkat diskonto 6% diperoleh hasil NVP sebesar Rp 682.145.459,00, Net B/C 4,41, IRR 32%, dan payback period 4 tahun 1 bulan. Pada skenario II dengan dengan tingkat diskonto 15% diperoleh hasil NVP sebesar Rp 324.433.731,00, Net B/C 2,62, IRR 22%, dan payback period 6 tahun 1 bulan. Apabilah dilihat dari sensitivitasnya, usaha tidak peka terhadap kenaikan harga input, yaitu benih sebesar 30,4% dan kenaikan harga pakan sebesar 7,91%. Dapat disimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan pada pembesaran ikan mas kolam air deras di MN Fish Farm dapat memberikan kelayakan secara finansial, sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan. Dari dua penelitian yang menggunakan analisis kelayakan tersebut, penulis berpendapat bahwa penelitian dengan menggunakan objek ikan mas dengan menggunakan tahapan produksi yang berbeda layak untuk di angkat. Penelitian yang dilakukan Rosiah adalah analisis kelayakan finansial usaha ikan mas yang fokus membahas tahapan produksi pada subsistem pembenihan, sedangkan penelitian yang dilakukan Wijayanto yaitu analisi kelayakan finansial usaha ikan mas yang fokus membahas tahapan produksi pada subsistem pembesaran. Karena subsistem dalam tahapan produksi budidaya ikan mas terdiri atas sebsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan sebsistem pembesaran maka penulis berinisiatif untuk membahas analisis kelayakan usaha budidaya ikan mas yang fokus membahas tahapan produksi pada subsitem pendederan.