7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertamanan Kota Menurut Jayadinata (1992) terdapat berbagai definisi mengenai kota yang membedakannya yaitu makna dan fungsi kota pada skala makro dan mikro. Secara makro kota merupakan bagian dari sistem kota global, dengan semua resiko dan manfaatnya yang terkandung, serta sebagai akibat globalisasi dari kehidupan masyarakat yang semakin mantap. Faham ini perlu dilengkapi dengan kejelasan mikro, yaitu: (a) Kota merupakan sistem dari beragam sarana fisik dan non fisik yang diadakan oleh dan untuk warga masyarakat, serta untuk merangsang dan memfasilitasi aktivitas, serta kreativitas warga dalam mewujudkan cita-cita politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan lingkungan hidupnya. (b) Kota membuka dan memberi peluang yang sama bagi semua lapisan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang sesuai dengan cita-citanya secara adil dan demokrasi. Kota-kota di Indonesia berkembang pesat dan direncanakan sesuai dengan standar kota-kota lain di dunia, namun disisi lain kota harus mampu mengedepankan kekhasan lokal. Baik yang fisik maupun non fisik dalam dimensi kemanusiaan yang alami. Menurut Nurisjah (2001) kebutuhan terhadap suatu pertamanan kota tergantung dari kondisi kota itu sendiri yang antara lain adalah topografi, luas kota, jumlah penduduk, kebiasaan sosial masyarakat, dan kebijakan pemerintah setempat. Tabel 1 memperlihatkan standar yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan pertamanan di wilayah perkotaan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
8
Tabel 1 Standar Kebutuhan Taman Pada Daerah Perkotaan
No
1 2 3
4
Jenis Pertamanan
Taman tempat main Taman tempat main Taman tempat main, Lap.OR Taman tempat main, Lap.OR
5
Taman tempat main, Lap.OR
6
Jalur hijau
Minimal Penduduk (Jiwa)
250 2.500 30.000
120.000
480.000
Lokasi
Ditengah kelompok perumahan Di pusat kegiatan RW Dikelompokan dengan sekolah Dikelompokan dengan sekolah Di pusat wilayah, zona non pusat wilayah Menyebar
Luas Tanah (m²)
% Terhadap Daerah yang Dilayani
250
2.000
1.0
1.250
1.040
0.5
9.000
0.625
0.3
24.000
0.416
0.2
124.00 0
0.830
0.3
n.a
Standar (m²/org)
n.a
15.0
Sumber: Kepmen PU No.378/KPTS/1987
2.1.1. Pengertiaan Pertamanan Kota Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan Secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan dan kenyamanan (Laurie, 1986). Taman dibagi menjadi dua aktifitas adalah taman buatan (artificial) yang berupa taman aktif dan taman pasif. Taman aktif yaitu taman yang didalamnya di bangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas didalamnya. Taman pasif yaitu taman yang dibentuk agar dapat dinikmati keindahan visualnya, sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian, dan karena kerindangannya, tetapi tanpa mengadakan aktifitas di dalamnya, seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, taman median di perkotaan dan lainnya. Menurut Eckbo (1964) taman kota adalah ruang terbatas penggunaannya dan lentur bentuknya yang dikembangkan dengan struktur yang minimal dan didominasi oleh elemen yang dipergunakan untuk tempat santai secara umum. Taman kota (city park) merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana rekreasi di area terbuka (outdoor recreation) bagi masyarakat suatu perkotaan, baik didekat ataupun yang relatif agak jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.
9
Taman kota adalah fasilitas kota yang dibuat dengan fungsi sebagai sarana rekreasi, berolahraga, bersosialisasi, dan penambah keindahan visual kota (elemen estetika kota). Adapun fungsi taman kota adalah sebagai berikut: (a) Fungsi arsitektur, fungsi ini bisa ditentukan dengan melihat taman kota sebagai wajah kota. Taman kota berfungsi sebagai penambah keindahan visual wajah kota (elemen estetik kota). (b) Fungsi sosial, fungsi taman kota sebagai sarana masyarakat kota bersosialisasi. (c) Fungsi ekonomi, fungsi taman kota sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kegiatan ekonomi di dalam taman. (d) Fungsi ekologis, fungsi taman kota sebagai ruang untuk kepentingan kelestarian ekologi. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) secara garis besar fasilitas taman dibagi dua kategori yaitu: (a) Lapangan olahraga dapat berbentuk lapangan tenis, bola basket, voli, atletik, renang, bumi perkemahan harian, teater terbuka, pusat rekreasi, dan Nature center. (b) Pusat rekreasi terbuka, museum, kebun binatang, bumi perkemahan, dan kombinasi kolam indoor-outdoor. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) fasilitas yang disediakan taman kota disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung lainnya, meliputi: (a) Fasilitas rekreasi (fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung, dan lain-lain). (b) Fasilitas olahraga (jogging track, kolam renang, lapangan bola, lapangan tennis, basket, volly, badminton, dan fasilitas refleksi). (c) Fasilitas sosialisasi (ruang piknik, ruang/fasilitas yang memungkinkan untuk sosialisasi baik untuk kelompok kecil maupun besar). (d) Fasilitas jalan, entrance, tempat parkir, mushola, tempat berjualan (tidak dominan), drainase, air, listrik/penerangan, penampungan sampah, dan toilet. Lokasi taman ini biasanya adalah lokasi yang strategis mudah diakses dari berbagai penjuru kota. Penanggungjawab taman kota adalah pemerintah kota meskipun demikian dalam pengelolaan dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak swasta (Arifin dkk, 2007).
10
2.1.2. Pengelompokan Pertamanan Menurut Nurisjah (2001) taman dapat dikelompokkan berdasarkan sifat kepemilikannya yaitu: (a) Taman publik (umum) yaitu taman yang bisa digunakan oleh umum, contohnya taman ketetanggaan, taman lingkungan, taman kota, taman regional, resort, airport, jalur hijau dan pemakaman. (b) Taman semi publik yaitu taman milik pribadi yang dapat digunakan oleh umum atau dapat digunakan secara bersama-sama, contohnya taman hotel, taman rumah sakit, taman sekolah, taman industri, dll. (c) Taman pribadi yaitu taman milik pribadi yang tidak dapat digunakan oleh umum, contohnya taman rumah, taman villa, dll Menurut Nasrullah (2008) taman dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Taman regional (regional park) adalah taman yang melayani luasan setingkat kota dan pengunjung dari kota sekitar, digunakan terutama untuk rekreasi, tempat olah raga dan tempat pelaksanaan event sosial budaya dan ekonomi berskala besar dengan pengunjung yang banyak seperti pelaksanaan festival, karnaval, dan ekspo. (b) Taman kota (city park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat kecamatan yang bersangkutan, dan warga dari bagian lainnya. Taman ini menjadi tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat melaksanakan event sosial budaya berskala kota seperti festifal tanaman/bunga. (c) Taman lingkungan (community park) adalah taman yang melayani luasan setingkat satu kelurahan, digunakan warga dari sejumlah RW yang terdapat dalam keseluruhan tersebut. Taman ini menjadi tempat rekreasi, olah raga dan sewaktu-waktu menjadi tempat pelaksanaan even sosial budaya yang berskala lebih besar seperti kegiatan memeriahkan peringatan hari kemerdekaan. (d) Taman ketetanggaan (neighborhood park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat satu RT, secara khusus digunakan oleh penghuni terdekat. Taman ini menjadi tempat bermain anak, tempat istirahat, tempat olah raga, tempat warga RW berinteraksi sehari-hari, dan menjadi tempat pelaksanaan event-event sosial budaya. (e) Taman khusus, taman yang di kategorikan taman khusus yaitu taman lalu lintas, taman air, taman kantong, arboretum, dan lain sebagainya.
11
Kegiatan yang dilakukan pemakai taman yaitu (a) taman untuk rekreasi aktif yaitu pertamanan yang dilengkapi dengan sarana kegiatan, kesegaran jasmani seperti olah raga; (b) taman untuk rekreasi pasif yaitu taman yang bertujuan untuk kesegaran rohani atau mental misalnya taman-taman hanya untuk duduk-duduk; dan (c) taman untuk rekreasi aktif dan pasif yaitu biasa dilakukan pada taman kota yang luas. Menurut Nurisjah (2001) beberapa faktor yang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan ruang, termasuk dalam taman kota ini yaitu: (a) Sifat atau perilaku seseorang apakah dia ingin melakukan kegiatan itu sendiri atau bersama dengan orang lain. (b) Penataan yang terkait dengan kegiatan yang ingin dilakukan. (c) Keterkaitan yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. (d) Pertimbangan keamanan, kenyamanan, dan estetika. (e) Kepemilikan simbolis. (f) Kebijakan pengguna. (g) Pertimbangan biaya. Menurut Laurie (1986) membagi taman kota berdasarkan luas dan jarak jangkauan yang dapat dicapai dari daerah pemukiman sebagai berikut: (a) Small park : taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan dapat dicapai dari daerah pemukiman dengan berjalan kaki. (b) Inrermediate park : taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan terletak 1.5 km dari daerah pemukiman (c) Large purk : taman ini mempunyai luas minimal 60 ha dan terletak 8 km dari daerah pemukiman. Berdasarkan tata letaknya dalam kota, taman kota ini dikategorikan antara lain taman pertokoan, taman untuk kegiatan industri, taman lingkungan, taman pemukiman, dan taman-taman rekreasi umum (Eckbo, 1964). Elemen-elemen taman terdiri dari : a. Material landscape atau vegetasi, yang termasuk dalam elemen landscape antara lain : 1) Pohon : tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya.
12
2) Perdu : tenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya. 3) Semak : tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan dan lainnya. 4) Tanaman penutup tanah : tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias, dan lainnya. 5) Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya. b. Material pendukung atau elemen keras, yang termasuk dalam material pendukung adalah : 1) Kolam : kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya.
Taman
dengan
kolam
akan
mampu
meningkatan
kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan. 2) Tebing buatan : tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu
dengan
alam,
tebing
dibuat
dengan
maksud
untuk
menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan nyaman. 3) Batuan : batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela batuan. 4) Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan
13
bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat dari kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai dari genting, ijuk, alang-alang, dan bahan lain yang berkesan tahan sederhana. 5) Jalan setapak (stepping stone) : jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman. 6) Perkerasan
:
perkerasan
pada
taman
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas. 7) Lampu taman : lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan untuk menunjang suasana dimalam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada taman. 2.2. Pengembangan Perencanaan Berbasis Komunitas 2.2.1. Perencanaan Menurut Porteus (1977) perencanaan (planning) pada dasarnya berusaha mempromosikan hubungan yang lebih baik antara kebutuhan-kebutuhan perilaku manusia dengan elemen-elemen lingkungan dimana dia tinggal. Pada Gambar 3 menjelaskan bagaimana interaksi antara lingkungan (environment), perilaku (behavior) dan perencanaan (planning).
14
Gambar 3 Interaksi Lingkungan, Perilaku, dan Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan pembangunan. Perencanaan berorientasi kepada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan sebagai pengelolaan (Nurisjah, 2000). Perencanaan bukanlah sekedar persiapan akan tetapi merupakan proses kegiatan yang secara terus-menerus mewarnai dan mengikuti kegiatan sampai pada pencapaian tujuan. Menurut
Knudson
(1980)
mengemukakan
perencanaan
adalah
mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan merupakan proses yang rasional untuk mencapai tujuan dan sasaran dimasa mendatang berdasarkan kemampuan sumberdaya alam yang ada serta pemanfaatannya secara efektif dan efisien (Sujarto, 1985). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan kawasan yang tersedia, antara lain: (1) potensi dan kendala sumberdaya yang tersedia; (2) potensi pengunjung; (3) kebijakan peraturan yang terkait; (4) dampak dari perencanaan dan pelaksanaan; (5) pantauan perencanaan dasar dari berhasilnya rencana dapat dicapai bila perencana tahu dan mengerti akan alam. Pengguna atau pemakai taman adalah masyarakat yang ada di sekitar lokasi keberadaan taman tersebut. Pola interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam observasi, seseorang dapat mengidentifikasi dan mengkarakteristikan pola dari kondisi-kondisi perilaku, sehingga dapat diketahui bahwa suatu lokasi dimana perilaku-perilaku sosial tersebut terjadi berulang-ulang, akan memiliki keterkaitan dengan kondisi/kedudukan spasial.
15
Analisis perilaku seperti ini akan secara langsung berkaitan dengan analisis fisik lokasi (Lynch, 1991). Dalam proses perencanaan suatu pertamanan disuatu wilayah hal yang penting adalah upaya membangun partisipasi masyarakat untuk proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, argumen dan ide menuju terbangunnya sebuah kesepakatan tentang taman. Didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (direvisi menjadi Undang-Undang 32 Tahun 2005 tentang Otonomi Daerah, memberikan wewenang yang lebih besar kepada daerah untuk menentukan kebijakan termasuk dalam pengaturan RTRW. Pada Perda Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 20022012, memuat rumusan kebijakan dan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah yang disusun dan ditetapkan untuk
menyiapkan perwujudan ruang
bagian-bagian kota yang dapat dilakukan masyarakat, pemerintah dan swasta (Perda Kota Pontianak, 2002). Masyarakat merupakan pengguna dari fasilitas tersebut dimana setiap masyarakat memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam hal mengartikan taman dan menginginkan taman seperti apa yang baik dan yang mereka sukai. Keinginan itu sendiri merupakan suatu pandangan, pengamatan, pengertian, penilaian serta interpretasi individu manusia secara berulang-ulang terhadap suatu objek yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada. Menurut Porteus (1977) persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu nilai-nilai dalam diri setiap individu dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indra, sedangkan faktor eksternalnya yang mempengaruhi persepsi yaitu: (a) umur dan jenis kelamin; (b) latar belakang pendidikan; (c) pekerjaan; (d) asal dan status; (e) tempat tinggal; (f) status ekonomi; (g) waktu luang; (h) fisik dan intelektual. Faktor internal ini akan dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial kemudian menjadi respon dalam tindakan. Pola perilaku dapat terdiri atas beberapa perilaku secara bersama yaitu: perilaku emosional, perilaku untuk menyelesaikan masalah, aktivitas motorik, interaksi interpersonal, dan manipulasi objek. Interaksi sosial lebih mudah terjadi bilamana kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat dapat diimbangi dengan privasi setiap individu. Ruang-ruang yang tidak menunjukkan dengan jelas batas-batas antara publik dan privat cenderung mengurangi interaksi. Ruang pribadi merupakan
16
persyaratan dari sebagian besar interaksi sosial, karena ruang pribadi akan menciptakan kondisi yang menyediakan lebih banyak pilihan (Lang, 1987). Lingkungan binaan pada setiap skala adalah merupakan lingkungan budaya, yang mencerminkan organisasi sosial yang telah menciptakannya. Seperti halnya persepsi yang menyatakan terjadinya perubahan-perubahan fungsi sosial, demikian pula halnya dengan bentuk-bentuk lingkungan fisik. Lingkungan binaan mencerminkan konsep-konsep normatif mengenai pola-pola perilaku masa lalu dan masa kini. Dengan demikian terdapat suatu hubungan timbal balik dimana pola-pola organisasi sosial ikut membentuk pola-pola lingkungan binaan dan kemudian organisasi sosial yang mengalami perubahan harus kembali beradaptasi dengan lingkungan binaan. Dalam usaha mereka untuk beradaptasi, mereka mengubah lagi lingkungan binaan tersebut. Mereka sering tidak sepenuhnya sadar, karena kurangnya pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan pengetahuan terhadap hubungan antara lingkungan binaan dengan pola kebiasaan mereka. (Lang, 1987) Kenyataan-kenyataan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan perkotaan dan elemen-elemen lingkungan fisik perkotaan, industri, perdagangan, jalur komunikasi, dan lalulintas, harus bersikap tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan sosial manusia yang ada di dalamnya. Di kawasan pusat kota, pada umumnya tingkat heterogenitas masyarakat cukup tinggi dan ini membentuk suatu pola interaksi sosial yang memiliki karakteristik berbeda dengan kawasan lainnya. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa interaksi sosial antara orang-orang dengan latar belakang yang banyak berbeda, baik itu latar belakang pendidikan, suku, budaya, dan sebagainya, akan membawa mereka pada perubahan-perubahan sikap yang positif dan lebih baik dibanding sebelumnya. Selain tingkat heterogenitas yang tinggi, kontak-kontak sosial yang terjadi di kawasan pusat kota ini sangat beragam jenisnya, karena pusat kota merupakan bagian wilayah kota yang sangat dinamis dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta disini terkonsentrasi berbagai jenis kegiatan. Taman sebagai salah satu elemen fisik kota juga dituntut untuk mampu menunjang kegiatan interaksi sosial yang heterogen dan dinamis tersebut.
17
2.2.2. Berbasis Komunitas Menurut Nasdian (2009) komunitas mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Ada empat komponen utama dalam memahami komunitas yaitu : (1) masyarakat; (2) tempat atau wilayah; (3) Interaksi sosial; dan (4) ada ikatan psikologis. Secara garis besar, komunitas berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Pengembangan sumberdaya masyarakat, pembangunan pedesaan, pengembangan ekonomi masyarakat, revitalisasi pedesaan, dan pembangunan
berbasis
masyarakat
atau
community
development
menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: (a) Community, bermakna kualitas hubungan sosial; dan (b) Development, perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual. Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu berdasarkan lokalitas, perasaan sewarga, dan solidaritas (Park, 1936 dalam Nasdian, 2009). Menurut
Nasdian
(2009)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
warga
komunitas yaitu pengetahuan, kemampuan, status, dan gender. Dimensi komunitas dibagi menjadi tiga yaitu teritorial dan fungsional; struktur dan kultur; dan ekologi. Partisipasi komunitas adalah suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri. Proses partisipasi membutuhkan waktu yang lama dan komitmen jangka panjang dari berbagai stakeholder (governance system) dan partisipasi juga memiliki makna berbeda pada konteks yang berbeda. Tiga kata kunci “partisipatif” yaitu (a) kesadaran dan kemauan untuk datang; (b) ikut aktif; (c) dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Pada Gambar 4 menjelaskan makna partisipasi dalam perencanaan antara pihak pemerintah, masyarakat, dan swasta/pribadi dengan tiga tipe partisipasi.
18
Respons Pemerintah
Ket: M = Masyarakat G = Pemerintah P = Pribadi
Program Masyarakat
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Gambar 4 Makna Partisipasi dalam Perencanaan Partisipatif
Menurut
Nasdian
(2009)
partisipasi
komunitas
merupakan
proses
partisipasi yang meliputi perubahan relasi subyek-obyek yang ada antara pemerintah dan institusi lainnya dengan komunitas menjadi relasi yang lebih dialogis (subyek-subyek). Proses partisipasi mengubah cara pandang para praktisi pembangunan dengan mentransformasikan kepentingan kelas mereka dan melibatkan komunitas dalam proses partisipatif atau merupakan suatu proses yang bertingkat yang membutuhkan komitmen jangka panjang dari berbagai stakeholder untuk mendukung proses tersebut. Pada Gambar 5 menjelaskan pendekatan konseptual dalam proses monitoring dan evaluasi partisipasitif komunitas. Diperlukan membangun pemahaman akan kompleksitas relasi
kekuasaan
dan
visi
yang
lebih
dinamis
tentang
komunitas.
Mengembangkan partisipasi ditingkat komunitas dan perencanaan partisipatif dapat dilakukan dengan cara: (a) Cara mengembangkan partisipasi warga komunitas. (b) Mengatasi skeptisme: memberikan kesempatan yang tulus; perlu proses yang lambat; mempunyai arti penting; dan perlu kegiatan dan kerja terusmenerus. (c) Mengatasi kooptasi. (d) Warga komunitas menetapkan isu-isu dan aktivitas penting. (e) Tindakan yang akan dilakukan akan membawa perubahan. (f) Perbedaan bentuk partisipasi harus diakui. (g) Didukung oleh lingkungannya. (h) Perlu metode-metode partisipatif. Adapun pendekatan, monitoring, dan evaluasi partisipasi stakeholder untuk mewujudkan suatu good governance dapat dilihat pada Gambar 5.
19
Masyarakat
Good Governance
Pemerintah
Swasta
Gambar 5 Pendekatan Konseptual Monitoring dan Evaluasi Partisipatif Komunitas
Proses partisipatif masyarakat tergantung dari kemampuan dan potensi yang ada. Berdasarkan potensi tersebut dikenal 7 bentuk partisipasi, yaitu: (1) konsultasi atau pemikiran; (2) sumbangan (barang, uang); (3) sumbangan dalam bentuk kerja yang biasanya dilakukan oleh tenaga setempat; (4) waktu; (5) aksi masa; (6) mengadakan pembangunan dikalangan keluarga dalam masyarakat setempat; dan (7) mendirikan proyek yang dibiayai oleh sumbangan dari luar lingkungan masyarkat setempat. Proses pelaksanaan partisipatif masyarakat dapat dilakukan secara: (a) Horizontal, jika masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa dalam melakukan pengelolaan secara mandiri maupun berkerjasama dengan pihak lain (b) Profesional, jika masyarakat melakukan seluruh kegiatan pengelolaan yang ada di wilayahnya.
2.2.3. Tujuan Perencanaan Partisipatif Menurut Nasdian (2009) perencanaan partisipatif merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang sistematis menggunakan berbagai informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan melibatkan berbagai stakeholder dalam proses tersebut dan dalam keseluruhan proses manajemen dalam suatu siklus manajemen. Adapun pengertian perencanaan partisipatif yaitu sebagai berikut: (a) Agar masyarakat dapat membangun opini dan menentukan keberpihakan publik, maka diperlukan suatu mekanisme yang memberikan ruang kepada
20
masyarakat
untuk
dapat
berpartisipasi
secara
aktif
dalam
proses
pengambilan keputusan. (b) Proses perencanaan partisipatif berusaha menguatkan kapasitas masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama/kemitraan yang lebih erat antar stakeholder (pelaku pembangunan) dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. (c) Strategi perencanaan partisipatif yang dilakukan adalah untuk menjadikan partisipasi masyarakat bukan sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah tetapi sebagai suatu pelayanan dasar yang harus tersedia dan merupakan bagian yang menyatu dalam pengelolaan pembangunan. Adapun tujuan perencanaan partisipatif yaitu: (a) Mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan antara masyarakat dengan pemerintahnya atau dengan kata lain mengubah hubungan dari politik oposisi ke dialog dan pembagian kewenangan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. (b) Mendorong masyarakat dan aparat pemerintah (lintas sektoral) secara bersama-sama untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah umum yang mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan demokrasi. (c) Membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan pembangunan secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang diupayakan. 2.3. Analisis Isi (Content Analysis) Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahanbahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan
analisis
isi
sebagai
teknik/metode
penelitian
(http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-danvaliditas-dalam-metode-penelitian-komunikasi/). Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat
21
terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program. Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut. a) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). b) Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. c) Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian kebijakan dengan kondisi dilapangan/daerah penelitian yang terkait dengan taman di Kecamatan Pontianak Kota. 2.4. Analisis Korelasi Peringkat Spearman (Rank-Spearman) Menurut Santoso (2010) analisis korelasi peringkat spearman (rankspearman) biasanya digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik nonparametrik (data bisa ordinal). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan usia terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang ingin mengunjungi taman. Analisis ini didasari pada hasil kuisioner yang diberikan kepada stakeholder yang tinggal di lokasi penelitian yaitu Kecamatan Pontianak Kota. 2.5. Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2003) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Metode statistik deskriptif ini memiliki elemen statistik yaitu populasi dan sampel dimana populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh polulasi tersebut (Sugiyono, 2003).
22
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan beberapa cara, menurut Sugiyono (2003) teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan secara skematis. Teknik pengambilan sampel pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobabiliti
sampling.
Probability
sampling
meliputi
simple
random,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Sedangkan nonprobabiliti sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota. Sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling. Tipe data statistik di bedakan menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Kuantitatif adalah datanya berwujud angka-angka yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun hasil perubahan dari kualitataif menjadi kuantitatif. Data kuantitatif bersifat obyektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang, yang termasuk kedalam data kuantitatif adalah data interval dan data rasio. Tipe data kualitatif adalah datanya berhubungan dengan kategorisasi dalam bentuk pernyataan atau kata-kata, yang termasuk ke dalam data ini yaitu data nominal dan data ordinal. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui kondisi pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota, aspirasi stakeholder, pengelolaan taman, Kebijakan yang terkait berdasarkan dari analisis isi dan faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan ke taman yang diperoleh dari analisis korelasi pringkat spearman sehingga pada akhirnya diperoleh stategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota. Analisis ini berdasarkan pada hasil wawancara dengan dinas-dinas atau instansi yang terkait, key person serta datadata yang terkait dengan literatur pertamanan.