II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Broiler Ayam ras pedaging lebih dikenal dalam masyarakat dengan sebutan ayam
broiler. Broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil teknologi yang memiliki karakteristik pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan konversi ransum yang baik (Murtidjo, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa ayam ras pedaging merupakan ayam hasil perkawinan antara kelas berbeda dengan tujuan memperoleh produk daging dengan waktu singkat, ayam broiler merupakan hasil teknologi dari persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth rock yang mana memiliki pertumbuhan yang cepat dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak, konversi pakan rendah dan dipanen dalam waktu relatif cepat (Murtidjo,
1987).
Selanjutnya
Rasyaf
(1994) menyatakan
bahwa pola
pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua periode yaitu periode awal “starter” umur 0-3 minggu dan periode akhir “finisher” umur 4 minggu sampai dengan ayam siap dipotong atau dipasarkan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetik, manajemen pemeliharaan, makanan serta keadaan lingkungan yang meliputi suhu dan temperatur lingkungan. Menurut Atmomarsono et al. (2005), bahwa ayam ras pedaging adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ketubuh, kulit putih dan produksi daging lembut, kulit halus, tulang dada lunak dan pertumbuhan badan cepat serta efisien dalam pengunan ransum. Rasyaf (2004) menyatakan pada umumnya di Indonesia ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg kemudian dijelaskan pula
5
bahwa ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1-5 minggu, di antara berbagai golongan ayam ras, ayam broiler adalah yang paling cepat memproduksi daging, dapat menduduki kelas yang paling tinggi mutunya, dengan penampilan yang seragam baik mutu maupun ukurannya, karena umurnya masih sangat muda maka tidak ada pembedaan mutu antara daging ayam broiler jantan dengan betina. Lebih lanjut Murtidjo (1987), menyatakan bahwa ayam broiler memiliki kelebihan daging empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat, dan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat karena relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi. 2.2
Karkas dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dikurangi bulu, darah, organ
dalam, leher, kepala dan kaki (Winter dan Funk, 1960). Hasil pemotongan ternak yang utama adalah karkas karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dari bagian-bagian non karkas. Produksi karkas erat hubungannya dengan berat badan, semakin tinggi berat badan dari suatu ternak, produksi karkasnya akan semakin meningkat (Murtidjo, 2003). Karkas maupun komposisi fisik karkas terdiri dari komponen tulang, otot, lemak, dan semua jaringan yang akan tumbuh dengan kecepatan yang berbedabeda sesuai dengan berat badan ternak. Proporsi tulang, otot dan lemak sebagai komponen utama karkas, dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, temperatur, kelembaban dan nutrisi (Soeparno, 2009). Menurut Kondra et al. (dikutip oleh 6
Mulyadi, 1983) kualitas dan kuantitas ransum mempengaruhi berat karkas, makin baik kualitas dan makin banyak konsumsi ransum maka berat karkasnya semakin tinggi. Untuk organ tubuh seperti kepala, kaki, bulu dan organ dalam dapat mempengaruhi berat karkas, semakin tinggi berat organ tersebut maka berat karkasnya semakin rendah (Cakra, 1986) dalam (Suradnya, 2005). Lebih lanjut Soeparno (2009), juga menyatakan bahwa bagian-bagian tubuh yang banyak tulang seperti sayap, kepala, punggung, leher dan kaki, persentasenya semakin menurun dengan meningkatnya umur ayam, karena bagian-bagian ini mempunyai pertumbuhan yang konstan pada ayam dewasa. 2.3
Recahan Karkas Memotong karkas ayam menjadi beberapa bagian adalah contoh sederhana
dari proses pertambahan nilai. Hal tersebut dapat dilakukan secara manual dengan pisau atau otomatis dengan mesin (Sams 2001). Soeparno (1992) menyatakan karkas ayam dapat dibagi menjadi bagian dada, paha, punggung dan sayap. Mairizal (2000) mengemukakan bahwa persentase karkas yang tinggi disebabkan oleh berat karkas yang diperoleh lebih besar, karena ditunjang perdagingan otot paha dan dada yang lebih baik. Soeparno (2009) juga menyatakan bahwa selama pertumbuhan,
tulang
tumbuh
secara
terus-menerus
dengan
kadar
laju
pertumbuhan relatif lambat, sedangkan pertumbuhan otot relatif lebih cepat sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan dengan kadar laju yang berbeda. Bagian paha dipisahkan pada acetabulum, yang terdiri dari otot besar dan pada umumnya menghasilkan daging dengan keempukan sedang sampai empuk, dan memiliki harga yang cukup mahal. Pada bagian dada terdiri dari sternum dan 7
otot yang terkait, sternum bisa dalam bentuk utuh (dada penuh) atau dibelah menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan dan bagian kiri (Soeparno, 1992). Pada permukaan dada terdapat otot yang besar disebut dengan otot pectoralis. Otot pectoralis berlokasi di bagian sternum pada dada depan (brisket) dan meluas ke bagian dada belakang. Abubakar dan Nataamijaya, (1999) menyatakan bahwa bagian dada dan bagian paha berkembang lebih dominan selama pertumbuhan apabila dibandingkan pada bagian sayap dan punggung. Bagian punggung utuh meliputi tulang pelvik, scapula bagian dorsal dari rusuk dan vertebrae dari bagian belakang leher sampai ekor (Soeparno, 1992) dan untuk pemisahan bagian sayap dilakukan pemotongan melalui sendi bahu. Bagian sayap dapat dibagi lagi dengan memotong bagian bawah terhadap radius dan ulna (Soeparno, 1992). 2.4
Pengaruh Probiotik terhadap Unggas Probiotik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “untuk hidup”. Probiotik
didefinisikan sebagai kultur spesifik dari mikroorganisme hidup seperti koloni Lactobacillus yang memberikan pengaruh menguntungkan pada ternak serta dapat berfungsi untuk memperbaiki keseimbangan mikroba di dalam saluran pencernaan ternak (Ritonga, 1992). Lebih lanjut Jin et al. (1997) melaporkan bahwa manfaat probiotik
pada
unggas
adalah
menempatkan
mikroorganisme
yang
menguntungkan dan menekan mikroorganisme yang merugikan, meningkatkan aktifitas enzim-enzim pencernaan dan menekan aktifitas enzim-enzim bakteri yang merugikan, memperbaiki sistem pencernaan, menekan produksi gas amonia, dan merangsang sistem pertahanan tubuh.
8
Beberapa mikroba telah direkomendasikan oleh beberapa peneliti sebagai sumber probiotik diantaranya Bacillus subtilis, Bacillus lecheniformis, Bacillus toyoi, Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus, Streptococcus dan Yeast (Mulder et al.,1997). Lebih lanjut Andajani (1997), menyatakan bahwa umumnya mikroba yang terdapat dalam probiotik adalah Lactobacillus yang mampu menekan perkembangan E. Coli. Senjata ampuh Lactobacillus sp adalah hydrogen peroksida yang dihasilkan dari metabolismenya yang bersifat bakterisidal, disamping itu Lactobacillus sp juga mampu memproduksi semacam antibiotik yang disebut Acodolin yang dapat membunuh bakteri patogen. Ritongga (1992) menyatakan bahwa syarat-syarat probiotik adalah: mikroba tersebut tidak patogen terhadap ternak maupun manusia, mikroba tersebut harus merupakan mikroorganisme yang normal di dalam saluran pencernaan dan sanggup melakukan kolonisasi di dalam usus, harus tahan terhadap asam-asam lambung, enzim-enzim pencernaan, asam dan garam empedu, maupun responrespon kekebalan dalam tubuh ternak, sanggup memproduksi zat-zat anti bakteri yang berspektrum luas pada bakteri-bakteri spesifik termasuk bakteri patogen pada saluran pencernaan manusia. Umumnya yang dipenuhi syarat tersebut diatas sebagai probiotik adalah koloni mikroba Lactobacillus dan Pediococci sp. Lebih lanjut Jin et al. (1997) menyatakan bahwa mikroba yang digunakan sebagai probiotik yang efektif harus memiliki sifat-sifat : dapat bertahan hidup selama persiapan sampai produksi dengan skala industri, stabil dan tetap hidup dalam jangka waktu lama pada periode penyimpanan dan kondisi lapangan, dapat bertahan hidup, mampu bersaing, tidak hanya sekedar tumbuh dalam saluran pencernaan, serta mampu menimbulkan efek yang menguntungkan bagi inang. 9
Secara umum manfaat penambahan probiotik adalah membantu sistem pencernaan unggas, agar lebih mudah mencerna dan meningkatkan kapasitas daya cerna sehingga diperoleh zat pakan yang lebih banyak untuk pertumbuhan maupun produksi (Barrow, 1992). Menurut Bidura dan Suastina (2002), mekanisme kerja probiotik pada saluran pencernaan ternak unggas adalah : (1) Menetralisir racun, (2) Menekan populasi bakteri tertentu yang tidak dikehendaki sebagai anti bakteri atau berkompetisi di dalam saluran pencernaan, dan (3) Meningkatkan kekebalan tubuh. Barrow (1992) juga menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua tujuan utama dari penggunaan probiotik pada unggas, yaitu: (1) Untuk manipulasi mikroorganisme saluran pencernaan bagian anterior (crop, gizzard, dan usus halus) dengan menempatkan mikroflora dari strain Lactobacillus sp. (2) Untuk meningkatkan daya tahan ternak dari infeksi Salmonella. Sterling et al. (1998) lebih lanjut menyatakan bahwa penggunaan probiotik di dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan ayam. Suplementasi probiotik dalam ransum nyata dapat meningkatkan berat badan akhir dan pertambahan berat badan itik (Candraasih dan Bidura, 2001). Menurut Ramia (2000), disebutkan bahwa suplementasi probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan berat karkas dan persentase daging karkas serta dapat
menurunkan jumlah lemak
subkutan termasuk kulit. Lebih lanjut Sand dan Hankins (1976) menyatakan bahwa penggunaan probiotik dalam ransum meningkatkan kandungan lysine analogue S - 2- aminoethyl cysteine dalam saluran pencernaan yang diubah menjadi asam amino lisin dan sistein dan dapat meningkatkan retensi protein yang berperan dalam pembentukan daging. Soeharsono (2010) menyatakan bahwa 10
penambahan probiotik dalam ransum yang diberikan pada ternak dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol. 2.5
Pengaruh Starbio sebagai Sumber Probiotik terhadap Unggas Starbio merupakan probiotik hasil bioteknologi yang dibuat dari koloni
alami kecil mikroba rumen sapi yang dicampur dengan tanah, akar rumput, daun, dan dahan pohon. Starbio terdiri dari mikroba proteolitik, selulotik, lignolitik, lipolitik, dan nitrogen fiksasi non simbiosis yang berfungsi untuk memecah karbohidrat khususnya selulosa, hemiselulosa, lignin, dan memecah protein serta lemak (Sjofjan, 2010). Menurut Suharto dan Winantuningsih (1993) dalam Jaelani et al. mikroba yang terdapat dalam starbio terdiri dari, mikroba pencerna lemak (Cellulomonas, Clostridium thermocellosa),
mikroba lignolitik (Agaricus
coprinus) dan mikroba proteolitik (Klebssiella, Azozpirillum trasiliensis). Dilaporkan juga bahwa hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa di dalam starbio terkandung 19,71% air; 10,42% protein kasar; 0,11% ekstrak eter; 8,37% serat kasar; dan 51-54% abu. Penggunaan probiotik starbio meningkatkan produktivitas ternak, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap (Ritongga, 1992). Mangisah et al. (2009) menyatakan bahwa penambahan probiotik starbio juga menyebabkan laju digesta menjadi lambat sehingga banyak nutrien yang dapat dicerna dan diserap tubuh. Selain itu, pemberian starbio juga dapat menghilangkan bau limbah dengan cara menguraikan komponen zat-zat kimia CH-O-N-S (Suhanto et al.,1993). Menurunnya gas ammonia dalam kotoran ternak dapat meningkatkan kesehatan ternak, karena kontaminasi lalat akan lebih sedikit,
11
sehingga lingkungan peternakan akan lebih nyaman serta tidak terganggu dengan bau kotoran ternak (Lembah Hijau Multifarm Indonesia, 2014). Manfaat dari penggunaan starbio bagi ternak unggas adalah : (1) Mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, (2) Menekan biaya yang dikeluarkan untuk pakan, (3) Menaikkan pertambahan bobot badan harian, dan (4) Mengurangi bau kotoran ternak, dan (5) Pupuk kandang yang dihasilkan lebih baik (Haryanto, 2004). Anjum et al. (2005) menyatakan bahwa, efisiensi ransum dan efisiensi ekonomik lebih baik dengan penambahan probiotik pada ransum ayam broiler. Kemudian, Jaelani et al. (2014) menyebutkan penambahan probiotik starbio dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong, persentase karkas, dan menurunkan persentase lemak abdominal ayam broiler.
12