TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis – jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi potong adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan – hewan lainnya yang termasuk famili ini adalah bison, banteng (bibos), kerbau (babalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa (Abidin Zainal, 2002). Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi local adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan dibudidayakan lama sekali di Indonesia, sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Bangsa sapi potong asli Indonesia hanya sapi Bali (Bos Sondaicus), sedangkan yang termasuk sapi local adalah sapi Madura dan sapi Sumba Ongole (SO) (Anonimous, 2010). Memelihara sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Sapi potong sebagai penghasil daging, persentase karkas (bagian yang dapat dimakan) cukup tinggi, yaitu berkisar antara 45% - 55% yang dapat dijual pada umur 4-5 tahun (Rianto dan Purbowati, 2006). Dewasa ini terdapat banyak bangsa sapi yang jumlahnya cukup banyak. Sehubungan dengan itu, peternak yang maju pasti akan selalu mengikuti perkembangan dunia peternakan, khususnya perkembangan bangsa sapi potong. Usaha peternakan sapi
Universitas Sumatera Utara
potong mayoritas masih dilakukan dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern (Basya Sori, 2009). Usaha ternak sapi secara tradisional dikelola petani – peternak dan anggota keluarganya secara sederhana dan menjadi tumpuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pengembangan usaha ternak sapi sebagai usaha keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara lain pendidikan, penggunaan input, pemasaran, kredit, kebijakan, perencanaan, penyuluhan, dan penelitian. Sebagai ciri dari suatu usaha produksi yang belum maju adalah cara seorang pengusaha atau peternak mengadakan perhitungan biaya dalam perusahaannya serta dalam memanfaatkan produksi ternaknya (Samad, 1981). Ternak sapi dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis lebih besar daripada ternak lain. Beberapa manfaat sapi dapat dipaparkan dibawah ini karena bernilai ekonomi yang tinggi, yaitu sebagai berikut 1. Sapi merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di Madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat (social standing). 2. Sapi sebagai tabungan para petani di desa – desa pada umumnya telah terbiasa bahwa pada saat – saat panen mereka menjual hasil panenan, kemudian membeli beberapa ekor sapi. Sapi – sapi tersebut pada masa paceklik atau pada berbagai keperluan bisa dilepas atau dijual lagi. 3. Mutu dan harga daging atau kulit menduduki peringkat atas bila dibanding daging atau kulit kerbau, apalagi kuda.
Universitas Sumatera Utara
4. Memberikan kesempatan kerja, banyak usaha ternak sapi di Indonesia yang bisa dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga bisa menghidupi banyak keluarga pula. 5. Hasil ikutannya masih sangat berguna, seperti kotoran bagi usaha pertanian, tulang – tulang bisa digiling untuk tepung tulang sebagai bahan baku mineral atau dibuat lem, darah bisa direbus, dikeringkan, dan digiling menjadi tepung darah yang sangat bermanfaat bagi hewan unggas dan lain sebagainya, serta kulit bisa dipergunakan dalam berbagai maksud di bidang kesenian, pabrik dan lain – lain. (Sugeng, 2008). Tetapi pada kenyataannya, risiko kerugian pada ternak sapi potong juga lebih besar dibandingkan pada ternak kecil lainnya apabila tata laksana pemeliharaannya tidak dapat berjalan dan dilakukan dengan baik. Hal ini dapat dimengerti karena keadaan – keadaan sebagai berikut : a. Harga seekor ternak sapi lebih mahal daripada harga seekor jenis ternak lainnya. Oleh karena itu, apabila terjadi kematian atau ada sapi yang sakit akan menyebabkan kerugian yang besar. b. Produksi anak yang dihasilkan per tahun rata – rata hanya satu ekor dari seekor induk produktif. c. Tenaga ternak sapi lebih besar sehingga kerusakan yang mungkin akan ditimbulkan pun akan lebih besar pula. d. Waktu pemeliharaan dan masa produksi memerlukan waktu yang relatif lama. Dengan demikian, hadirnya tenaga pengelola peternakan sapi yang terampil dengan pemahaman berbagai aspek teoritis tata laksananya sangat dibutuhkan dan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan usaha ternak sapi potong. Tujuan utama
Universitas Sumatera Utara
pemeliharaan sapi potong adalah untuk menghasilkan daging. Sapi dipelihara dengan baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat langsung dijual atau disembelih dahulu kemudian dijual dalam bentuk daging (Suharsono dan Nazaruddin, 2006). Oleh karena itu, keberhasilan pemeliharaan sapi ini sangat ditentukan oleh kualitas sapi bakalan atau bibit yang dipilih serta sistem usaha dan pemeliharaan ternak sapi potong yang dikelola oleh peternak tersebut yang meliputi seleksi jenis bibit, sistem perkandangan, pemberian pakan hijau, pemberian air minum, kebersihan ternak sapi potong dan kandang serta pemberian obat - obatan (Santoso, 2008) Adapun jenis - jenis sapi yang terdapat di Indonesia antara lain adalah sapi bali, sapi madura, sapi ongole, sapi american brahman dan sapi australia. Di daerah penelitian, jenis sapi yang banyak diternak adalah jenis sapi rambon atau jenis sapi lokal. Pada saat kurban tepatnya pada saat Hari Raya umat muslim, permintaan ternak sapi di daerah tersebut sangat meningkat, tetapi hasil produksi ternak sapi belum dapat memenuhi akan permintaan tersebut, karena di daerah tersebut jumlah ternak yang dimiliki masih sangat terbatas. Sehingga para peternak di daerah tersebut banyak yang memperoleh bakalan (bibit) sapi dari daerah – daerah luar seperti di daerah Sawit Sebrang dan daerah lainnya.
Landasan teori Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong merupakan sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya sebaik mungkin. Dimana sistem adalah kumpulan hal atau komponen – komponen yang tersusun dalam suatu tatanan yang mempunyai keterkaitan yang teratur dari bagian – bagiannya dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu. Usaha ternak adalah kegiatan atau usaha dimana peternak dan keluarganya memelihara suatu ternak yang bertujuan memperoleh hasil atau pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjaga kelangsungan hidup ternak sapi yang sehat dan berpertumbuhan yang baik, kita harus memelihara dan merawat ternak sapi itu dengan baik pula (AAK, 1991). Dalam hal ini, setiap peternak pasti telah memiliki sasaran dan tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya, peternak sapi kerja memelihara sapi untuk memperoleh tenaga kerja yang tangguh, peternak sapi perah menginginkan produksi susu yang volume dan mutunya baik, dan peternak sapi potong menginginkan hasil akhir berupa daging atau karkas yang persentase dan mutunya bagus. Agar usaha tersebut bisa tercapai, ternak sapi harus dirawat dengan baik (Susilorini, 2009). Untuk memperoleh sukses, peternak harus bisa melewati setiap tahap pemeliharaan dengan selamat. Semua sapi yang diusahakan harus bisa mencapai kondisi yang sehat. Sebab hanya sapi yang sehatlah yang bisa mempertahankan kelangsungan pertumbuhan. Kesehatan sapi potong bisa dicapai dengan tindakan sanitasi lingkungan, vaksinasi, pemberian pakan, dan teknis yang tepat (Anonimuos, 2010). Salah satu sistem usaha ternak sapi potong yang masih banyak dilakukan di daerah – daerah di Indonesia adalah secara ekstensif (tradisional), yaitu dengan cara sapi – sapi tersebut dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari untuk mencari makan, mulai siang sampai sore hari. Selanjutnya ternak tersebut di giring ke kandang terbuka, yakni kandang tanpa atap ataupun kandang beratap. Di dalam kandang, sapi tidak diberi pakan tambahan lagi. Peternak sistem tradisional adalah peternak yang dalam tata pelaksanaan usahataninya tidak terprogram, kandangnya hanya dibuat sekedar untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan udara yang dingin di waktu malam, dalam pengembalaannya sapi potong hanya dilepas di lapangan atau padang rumput (Sugeng, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan usaha ternak dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan – tujuan tersebut. Namun demikian seringkali peternak karena kesibukannya tidak menganggap terlalu penting penentuan tujuan tersebut. Peternak menganggap mengelola usaha ternak adalah kewajiban dan pekerjaan sehari – hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu – begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang jelas, dengan demikian untuk mengukur keberhasilan atau pendapatan
yang
diperoleh
di
kemudian
hari
akan
mengalami
kesulitan
(Bambang, A. M, 1990). Usaha apapun yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Dalam hal ini termasuk pada usaha ternak sapi potong. Suatu usaha dikatakan untung jika jumlah pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika perolehan pendapatan yang diperoleh lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian (Suratiyah, 2008). Pendapatan kotor suatu usaha didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut, sedangkan pendapatan bersih (Net income) adalah pendapatan kotor usaha dikurangi total biaya, dimana biaya usaha adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu biasanya ditetapkan dalam dua belas bulan atau dapat dikatakan juga biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan
untuk
menghasilkan
sesuatu
produk
dalam
suatu
periode
produksi
(Soekartawi, 1995). Dari hasil pendapatan usaha ternak tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, dimana pendapatan keluarga dari usaha ternak adalah pendapatan bersih usaha ternak ditambah dengan nilai input bidang lain yang diusahakan
Universitas Sumatera Utara
sendiri oleh peternak. Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan yang diberikan dari hasil usaha ternak terhadap pendapatan keluarga. Sedangkan total pendapatan keluarga adalah pendapatan keluarga yang berasal dari usaha ternak sapi potong, non usaha ternak sapi potong dan non usaha ternak yang diusahakan. Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi yaitu pendapatan yang diterima dari usaha ternak sapi potong dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga.
Oleh karena itu maka, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR-TC Dimana : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995)
Kerangka Pemikiran Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi mulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut siap untuk dijual. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas sapi potong adalah sistem pemeliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak. Meningkatnya permintaan daging membuat peluang usaha ternak sapi potong semakin terbuka.
Universitas Sumatera Utara
Namun, peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para peternak, karena kebanyakan peternak masih mengelola usaha ternak sapi potong mereka secara sederhana atau tradisional. Misalnya seperti pengadaan bibit, perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemeliharaan belum banyak yang menggunakan teknologi modern. Bahkan, dalam usaha pemeliharaan tersebut tanpa dilandasi ilmu pengetahuan yang memadai. Usaha sapi potong, sebenarnya memiliki peluang yang cukup besar sebagai lapangan kerja, terutama karena melimpahnya limbah pertanian. Tetapi sampai sekarang pada umumnya usaha sapi potong masih banyak yang bersifat tradisional dan dilakukan sebagai usaha sampingan dengan kepemilikan sapi rata – rata sebanyak 5 – 10 ekor. Di Desa Cinta Rakyat , Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar peternak sapi potongnya juga masih menjalankan sistem usaha ternak sapi potong tersebut secara sederhana, tentu saja berbagai hal – hal di dalam sistem usaha ternak dan pemeliharaan tersebut sangat berhubungan erat terhadap tingkat keberhasilan ternak sapi potong yang diusahakan. Dimana keberhasilan suatu peternakan sangat tergantung kepada tata laksana atau pemeliharaan yang dilakukan, tanpa tata laksana yang teratur dan baik, produksi yang akan dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan harapan. Didalam suatu usaha ternak sapi potong, faktor produksi juga mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan usaha ternak sapi potong tersebut seperti dalam melaksanakan usahatani lainnya. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi yang baik diperlukan kerjasama beberapa faktor produksi yang meliputi lahan, modal, tenaga kerja , dan keahlian peternak, tentunya kombinasi faktor – faktor produksi tersebut perlu digunakan secara efisien sehingga dapat memberikan keuntungan yang baik bagi para peternak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengelolaan usaha ternak sapi potong, setiap peternak menggunakan beberapa faktor produksi (input) dalam usaha ternak tersebut. Salah satu faktor produksi yang dipergunakan adalah lahan. Lahan bagi usaha ternak sapi potong dimanfaatkan untuk tempat pelaksanaan usaha ternak ataupun untuk tempat menggembalakan ternak memperoleh makanan. Sementara itu faktor produksi lainnya yang dipergunakan adalah modal dan tenaga kerja yang juga mempunyai peranan yang penting. Modal dalam usahatani biasanya diperoleh dari modal sendiri atau oranglain, modal dipergunakan untuk pembiayaan usaha ternak seperti pembuatan kandang, pembelian bibit ternak, obat – obatan, pakan tambahan , peralatan dan upah tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja dalam menjalankan usaha ternak lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, yang kebanyakan digunakan untuk menyabit rumput, membersihkan kandang, memandikan ternak sapi potong dan lain – lain. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga biasanya untuk menggembalakan ternak sapi potong (mengangon) dan pengobatan sapi potong yang terkena penyakit tertentu dan membantu persalinan ternak sapi potong. Bagi para peternak, pengetahuan dan keahlian yang baik akan pemeliharaan sapi potong juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi yang dihasilkan, tentunya apabila hasil produksi usaha yang diperoleh sangat baik, maka akan baik pula pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga diperkirakan bahwa usaha ternak sapi potong tersebut dapat memberikan kontibusi atau pemasukan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Salah satu faktor yang juga mempengaruhi peningkatan produktivitas sapi potong adalah sistem pemliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak, yang termasuk dalam sistem pemeliharaan usaha ternak tersebut adalah sistem perkandangan, seleksi jenis bibit,
Universitas Sumatera Utara
pemberian pakan hijau, pemberian pakan konsentrat, pemberian air minum, kebersihan ternak sapi potong dan kandang, serta pemberian obat – obatan. Hal tersebut merupakan faktor utama yang saling menunjang dan saling berhubungan dalam usaha peternakan. Faktor – faktor ini perlu diperhatikan agar ternak yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar baik untuk dalam negeri maupun untuk di eksport nantinya. Sumber pendapatan peternak yang ada di daerah penelitian adalah dari usaha ternak sapi potong dan non usaha ternak. Namun didaerah ini dominan masyarakat mengusahakan ternak sapi potong sebagai usaha sampingan dan non usaha ternak seperti bertani yaitu menanam padi. Hasil yang didapat dari tanaman padi merupakan pendapatan utama bagi keluarga, sedangkan ternak sapi potong hanya sebagai pendapatan sampingan bagi keluarga. Dalam operasionalisasi usahataninya, peternak akan memperoleh penerimaan dan pendapatan usahatani. Dimana pendapatan usaha ternak sapi potong tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan keluarga. Untuk lebih jelasnya secara skematis kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran
Peternak Sapi Potong
Sistem Usaha Ternak : • Input: Tenaga
Lahan,
Modal,
kerja
serta
Keahlian (pengetahuan)
Usaha Ternak Sapi Potong
• Sistem Pemeliharan
Usaha Non Ternak Sapi potong
Produksi
Pendapatan Usaha Ternak Sapi potong
Pendapatan Usaha Non Ternak Sapi potong
Pendapatan Keluarga
→ : Menyatakan hubungan
Gambar 1 . Skema kerangka pemikiran sistem usaha ternak sapi potong dan kontribusinya
terhadap pendapatan keluarga
Universitas Sumatera Utara