II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Pertumbuhan Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara dewasa ini. Setelah hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional (Todaro dan Smith, 2003). Mankiw (2006) menyatakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB), yang mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian. Menurut Todaro dan Smith (2003), ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu: 1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. 2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output ekonomi jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan berasal dari luar dan bersifat 9
sementara, atau dengan kata lain bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya (Boediono dalam Norman, 2010). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dalam suatu perkembangan perekonomian. Todaro dan Smith (2003) juga menyatakan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumberdaya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumberdaya produktif, dan yang bisa menaikkan produktivitas seluruh sumberdaya melalui penemuan-penemuan baru, inovasi, dan kemajuan teknologi.
2.1.1
Teori Harrod–Domar Teori
Harrod-Domar
berusaha
menjelaskan
bahwa
mekanisme
perekonomian adalah mengandalakan investasi demi mempercepat pertumbuhan ekonomi. Setiap perekonomian harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian
tertentu
dari
pendapatan
nasionalnya
untuk
menambah
atau
menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak (Todaro dan Smith, 2003). Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Harrod-Domar berpandangan bahwa tabungan dan investasi merupakan faktor penentu terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Jika tabungan (S)
10
adalah bagian dalam jumlah tertentu (s) dari pendapatan nasional (Y). Maka dapat dituliskan sebagai berikut : S = sY…………………………………………..(1) Lalu investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakili oleh ∆K, dapat dituliskan sebagai berikut: I = ∆K…………………………………………..(2) Akan tetapi, karena jumlah stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output (Y), seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output (k) maka: K/Y = k atau ∆K/∆Y = k atau ∆K = k∆Y………………………………………(3) Lalu mengingat tabungan neto (S) harus sama dengan investasi neto (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut: S = I……………………………………………..(4) Jika melihat pada persamaan (1) S = sY, persamaan (2) I = ∆K, dan persamaan (3) ∆K = k∆Y. Maka diketahui bahwa: I = ∆K = k∆Y Dengan demikian dapat dituliskan bahwa: S = sY = k∆Y = ∆K = I ………………………..(5) Dan apabila diringkas menjadi sebagai berikut: sY = k∆Y………………………………………(6)
11
Teori Harrod-Domar secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP (∆Y/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s), serta rasio modal output nasional (k).
2.1.2 Teori Pertumbuhan Solow Todaro dan Smith (2003) menyatakan bahwa pijakan berikutnya bagi argumen pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasanya liberalisasi pasarpasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi domestik maupun luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat pertumbuhan GNP, hal tersebut sama dengan penambahan tingkat tabungan domestik yang pada gilirannya akan meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per kapita negara-negara berkembang yang pada umumnya miskin modal. Mankiw (2006) menyatakan model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Model pertumbuhan Solow merupakan pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik. Todaro dan Smith (2003) menyatakan bahwa pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
12
Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: Y = Kα (AL) 1-α Dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen.
2.2
Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran terbaik
dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringakas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Ada dua cara yang dilakukan untuk melihat nilai PDB, salah satunya adalah sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, nilai investasi termasuk dalam permintaan akhir, yang didapat dari penjumlahan antara pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Pengeluaran agregat menunjukkan besarnya output yang digunakan pada suatu negara, komponen pengeluaran agregat terdiri dari Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemerintah (G), dan Net ekspor (X-M). Peningkatan pengeluaran yang terjadi bisa disebabkan karena respon terhadap pendapatan nasional atau meningkatnya pengeluaran yang diinginkan, yakni dengan meningkatnya konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net export (Lipsey et al, 1995). Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa kenaikan nilai investasi pemerintah mengakibatkan pergeseran kurva pengeluaran agregat ke atas, dari keseimbangan E0 menuju keseimbangan E1. Peningkatan pengeluaran agregat
13
menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan nasional riil dari Y0 ke Y1. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya peningkatan output.
AE = Y
E1 e1
AE1
a
e’1
AE0 ΔA
e0
0
E0
ΔY
Y0
Y1
Gambar 2.1 Pengaruh Peningkatan Investasi Pemerintah terhadap Pendapatan Nasional Riil Secara bahasa, investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Mankiw (2006) menjelaskan bahwa baik perusahaan maupun rumah tangga membeli barangbarang investasi. Perusahaan membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis pakai. Salah satu alasan yang bisa meningkatkan investasi adalah inovasi teknologi. Sebelum menikmati manfaat inovasi, perusahaan dan rumah tangga harus membayar barang-barang investasi. Penemuan jalan tol tidak bernilai sampai mobil-mobil diproduksi dan jalur jalan dibuat. Gagasan tentang komputer
14
tidak produktif sampai computer diproduksi. Jadi, inovasi teknologi akan meningkatkan investasi (Mankiw, 2006).
2.3
Konstruksi Well (1986) dalam Suraji (2007) menjelaskan bahwa kata konstruksi
secara umum dipahami sebagai segala bentuk pembuatan/pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, bendungan, irigasi, gedung, dsb) serta pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur. Salah satu sektor ekonomi yang meliputi unsur perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan operasional berupa transformasi dari berbagai input material menjadi suatu bentuk konstruksi. Hendroid (1984) dalam Suraji (2007) menyatakan bahwa industri konstruksi sangat esensial dalam kontribusinya pada proses pembangunan, dimana hasil produk industri konstruksi seperti berbagai sarana dan prasarana merupakan kebutuhan mutlak pada proses pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Industri konstruksi secara luas yang terdiri dari pelaksanaan kegiatan dilapangan beserta pihak stake holder seperti kontraktor, material supplier, plant supplier, transport supplier, tenaga kerja, asuransi, dan perbankan dalam suatu transformasi input menjadi suatu produk akhir yang mana dipergunakan untuk mengakomodasi kegiatan sosial maupun bisnis dari masyarakat. Suraji, et al (2007) menyatakan konstruksi Indonesia dapat disederhanakan dengan cara dikonsepsikan sebagai representasi dari objek (produk), bisnis dan pelaku yang bergerak pada tingkat mikro, meso, dan makro dalam ranah domestik maupun global serta terkait dengan beragam pemangku kepentingan. Konstruksi sebagai objek digambarkan secara berbeda sebagai :
15
1. Jenis konstruksi penggunaan, termasuk residential-buildings, nonresidential buildings, industrial buildings, dan heavy construction. 2. Jenis konstruksi produk yang mencakup highrise buildings, lowrise buildings, dan heavy construction. 3. Jenis konstruksi campuran yang meliputi shopping dan hotels, rumah kantor, dan rumah toko 4. Jenis konstruksi campuran seperti buildings and housing, infrakstruksur, dan konstruksi lainnya. Sektor konstruksi merupakan salah satu andalan yang menggerakkan perekonomian di masa pemulihan ekonomi, terutama karena sektor ini telah menyerap tenaga kerja yang banyak. Sektor ini juga mampu memberikan stimulus melalui
efek
pengganda,
khususnya
pembangunan
infastruktur
bagi
pengembangan sektor-sektor lainnya. Pentingnya sektor konstruksi bagi ekonomi nasional dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB). 2. Kontribusi terhadap investasi yang diukur dari pembentukan aset tetap. 3. Jumlah penyerapan tenaga kerja. Output industri konstruksi sebagian besar merupakan barang investasi yang diperlukan untuk memproduksi barang, jasa, atau fasilitas seperti : 1. Fasilitas untuk produksi lebih lanjut seperti bangunan pabrik. 2. Pembangunan atau peningkatan infrastruktur ekonomi seperti jalan raya, pelabuhan, dan jalan kereta.
16
3. Investasi sosial seperti rumah sakit dan sekolah.
2.3.1
Infrastruktur Infrastruktur merupakan prasarana publik primer dalam mendukung
kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Dalam pemenuhan infrastruktur atau fasilitas publik, diperlukan investasi yang cukup besar dan pengembalian investasi dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain itu, manajemen operasionalnya juga membutuhkan cost yang tinggi (Ramelan, 1997). Dari dimensi ekonomi, infrastruktur mencakup infrastruktur transportasi (jalan, rel, dan pelabuhan), infrastruktur ekonomi (bank, pasar, mal, dan pertokoan),
infrastruktur
pertanian
(irigasi,
bendungan,
dan
pintu-pintu
pengambilan distribusi air irigasi), serta infrastruktur sosial (bangunan ibadah, balai pertemuan, dan pelayanan masyarakat). Kemudian infrastruktur kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dan balai kesehatan), infrastruktur energi (pembangkit listrik dan jaringan listrik), dan infrastruktur telekomunikasi (BTS dan jaringan telepon). Infrastruktur yang memadai akan memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
2.3.2
Bandar Udara Pelabuhan udara, bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas
tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan
17
penerbangan maupun bagi penggunanya. Menurut Annex 14 International Civil Aviation Organization (2004) bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi, dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan pesawat. Menurut PT. Angkasa Pura I (2008) bandar udara adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat. Pada masa awal penerbangan, bandara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin. Pada masa Perang Dunia I, bandara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu yang mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang. Saat ini, bandara bukan hanya memfasilitasi pergerakan orang dan barang dari dan menuju suatu tempat tertentu. Lebih dari itu, saat ini berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru. Hal tersebut sekaligus membuat bandara berfungsi untuk pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup suatu wilayah.
18
2.4
Tabel Input-Output Analisis Tabel Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Profesor
Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Analisis Input-Output (I-O) dapat memprediksikan perubahan-perubahan struktur industri dalam perekonomian. Tabel Input-Output (I-O) merupakan suatu tabel yang menyajikan informasi transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukkan bagaimana output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya. Meskipun demikian, tabel I-O tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Informasi yang dimuat dalam suatu tabel I-O terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi dan komoditi. Hal ini berarti, tabel I-O bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan tabel I-O antara lain : 1. Tabel I-O dapat digunakan untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor, dan penyerapan tenaga kerja.
19
2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa tenaga kerja dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Memberikan deskripsi mengenai keadaan suatu perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. 5. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasi ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik. 6. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah. Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penggunaan tabel I-O adalah asumsi yang sedikit restriktif, biaya pengumpulan data yang besar, dan hambatanhambatan dalam mengembangkan model dinamik. Jika berbagai hambatan yang muncul dapat diatasi dengan baik, maka model I-O merupakan model yang canggih untuk merencanakan pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi.
20
2.4.1
Konsep dan Definisi Daryanto dan Hafizryanda (2010) menjelaskan bahwa dalam membaca
tabel I-O diperlukan pengetahuan-pengetahuan tambahan agar dapat memahami keseluruhan isinya, berikut diuraikan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan tabel I-O: a. Output Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya. b. Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari setahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya. c. Input Primer Input primer adalah balas jasa yang diciptakan atau diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan. Balas jasa tersebut berupa upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, dan pajak tak langsung neto. Nilai input primer dari suatu sektor akan sama dengan output dikurangi input antara pada sektor tersebut.
21
d. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi. e. Permintaan Akhir Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang dgunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor.
2.4.2 Kerangka Tabel Input-Output Format dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel I-O dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel I-O, berikut ini diberikan ilustrasi tabel I-O dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………..n. Ilustrasi tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 2.1.
22
Tabel 2.1 Ilustrasi Tabel Input-Output (3 sektor) Alokasi
Permintaan
Penyediaan Akhir
Output
Antara
Permintaan
Sektor Input
Sektor
Akhir
Jumlah Impor
Produksi
Output
Input Antara
Kuadran I
Sektor 1
x11 x12 x13
F1
M1
X1
Sektor 2
x21 x22 x23
F2
M2
X2
Sektor 3
x31 x32 x33
F3
M3
X3
Input Primer
Kuadran II
Kuadaran III
Kuadaran IV
V1 V2 V3 Jumlah Input
X1 X2 X3
Sumber : BPS NTB, 2005
Kuadran pertama menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis I-O, kuadaran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini
23
biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. Kuadran ketiga memperlihatkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Kuadran keempat merupakan kuadran input primer permintaan akhir atau input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir, dan menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran empat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel I-O seringkali diabaikan. Pada tabel 2.1, untuk menghasilkan output X1, sektor (1) membutuhkan input dari sektor (1), (2), dan (3) masing-masing sebesar x11, x21, dan x31. Input primer yang dibutuhkan sebesar V1. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling terkait diantara beberapa sektor. Dalam tabel I-O terdapat suatu patokan yang sangat penting yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Jika dibaca menurut baris maka secara umum persamaannya adalah
24
Jika dibaca menurut kolom, secara umum persamaannya adalah
Dimana: xij
= output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi
= permintaan akhir terhadap sektor i
Xi
= total output sektor i
Mi
= impor produksi i
Vj
= input primer sektor j
Xj
= total input sektor j Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi
penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik (Xi) dan impor (Mi) untuk produk sejenis. Sedangkan permintaannya terdiri dari permintaan antara (Xij) dan permintaan akhir (Fi). Isian sepanjang kolom tabel menunjukkan susunan input yang digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut dari input antara (Xij) dan input primer (Vi).
2.4.3
Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasanya digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke
25
belakang (backward linkage), yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarsektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antarsektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung antarsektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefesien teknis. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi (Priyarsono et al, 2007): 1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage) Menunjukkan akibat sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan total.
2.4.4 Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung agar indikator antarsektor yang ada dapat diperbandingkan. Pengembangan tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian. Analisis dampak penyebaran ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
26
1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik) Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar input. Hal ini berarti, kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya. 2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong) Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor ini sebagai inputnya.
2.4.5 Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis
multiplier
digunakan
untuk
menghitung
dampak
yang
ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis multiplier input-output, pendorong perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Analisis multiplier terbagi menjadi tiga, yaitu: a. Efek Pengganda Output Penghitungan efek pengganda (multiplier effect) output dilakukan per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief menunjukkan total pembelian input, baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir,
27
sehingga matriks tersebut mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian, yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah. Koefisien matriks ini menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b. Efek Pengganda Pendapatan Efek pengganda (multiplier effect) pendapatan mengukur penerimaan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam suatu perekonomian. Dalam tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diperoleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga deviden dan bunga bank. c. Efek Pengganda Tenaga Kerja Menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal di sisi output. Efek pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari elemenelemen dalam tabel I-O, seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Terdapat dua jenis multiplier, yaitu tipe I dan tipe II. Multiplier I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah.
28
2.5
Tinjauan Empirik
2.5.1 Penelitian Mengenai Infrastruktur Transportasi dan Bandara Penelitian mengenai infrastruktur transportasi telah banyak dilakukan, termasuk didalamnya tentang bandara. Infrastruktur merupakan salah satu komponen penting penunjuang perekonomian. Beberapa penelitian mengenai infrastruktur transportasi dan bandara antara lain: Permana (2009) menganalisis mengenai peranan dan dampak investasi infrakstruktur terhadap perekonomian Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Input-Output. Hasil analisisnya menyebutkan bahwa infrastruktur memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi daripada keterkaitan ke depannya yang berarti bahwa infrastruktur lebih berperan dalam meningkatkan output sektor lain untuk digunakan sebagai input dibandingkan dengan kemampuannya dalam meningkatkan output sektor lain yang menggunakan input dari infrastruktur. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total. Legowo
(2009)
menganalisis
mengenai
infrastruktur
transportasi,
keterkaitan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Penelitian ini menggunakan berbagai model ekonometrika seperti Two Stages Least Square (2SLS). Kemudian dilanjutkan dengan tahap simulasi model persamaan dengan menggunakan prosedur SIMNLIN. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh nyata investasi infrastruktur transportasi jaringan jalan (jalan raya, tol, dan rel) di satu wilayah
29
terhadap aktivitas ekonomi di wilayah tersebut dan wilayah sekitarnya. Keterkaitan antarwilayah secara nyata ditunjukkan di dalam model Infrastruktur Transportasi JABODETABEK, dengan kombinasi kategori jaringan jalan (jalan raya, jalan tol, dan jalan rel) dari dua wilayah atau lebih yang mempengaruhi aktivitas ekonomi tertentu di satu wilayah dan wilayah tetangganya. Investasi tol di tiap wilayah umumnya menaikkan pertumbuhan ekonomi (PDRB) di wilayahwilayah, kecuali di wilayah Bekasi. Sebaliknya kebijakan investasi jalan raya menurunkan PDRB di hampir semua wilayah. Demikian pula pada beberapa simulasi memperlihatkan, dampak pembangunan Jalan Tol (menaikan investasi tol sebesar 10 persen ) secara signifikan akan menaikkan aktivitas ekonomi (sektor) perumahan-bangunan di hampir semua wilayah. Sebaliknya kebijakan menaikkan investasi jalan raya akan menurunkan aktivitas ekonomi perumahan-bangunan hampir di semua wilayah. Sari (2011) menganalisis mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap penurunan kemiskinan di Kabupaten tertinggal. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Data Panel, Ordinary Least Square (OLS), REM, FEM, GMM, serta Uji Spesifikasi Model. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur diterapkan Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) pada Kabupaten tertinggal dalam berbagai bidang bantuan. Infrastruktur transportasi dan energi merupakan infrastruktur yang diprioritaskan oleh Kementrian PDT. Dampak bantuan dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka menengah dan panjang. Akan tetapi pertumbuhan di Kabupaten tertinggal masih
dinikmati
oleh
penduduk
yang
berpendapatan
tinggi.
Sehingga
menimbulkan kenaikan ketimpangan distribusi pendapatan.
30
Glusac et al (2006) melakukan penelitian yang berjudul “The Economic Impact of the Detroit Metropolitan Wayne County Airport”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Bandara Detroit ini merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan pertumbuhan wilayahnya. Bandara tersebut mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan memudahkan akses banyak orang dari dan menuju Michigan. Lebih dari 36 juta orang datang dan pergi melalui bandara ini. Selain itu sebanyak 2,9 juta orang datang ke Michigan untuk berlibur dan bekerja. Keberadaan bandara ini juga sebagai pintu untuk menghubungkan bandarabandara lain di daerah Michigan. Akhirnya, berbagai bisnis yang ada di bandara menghasilkan penjualan yang menguntungkan bagi ekonomi lokal.
2.6
Kerangka Pemikiran Infrastruktur merupakan prasarana publik primer dalam mendukung
kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur adalah merupakan Public Service Obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah (Ramelan, 1997) Pada Provinsi NTB, pembangunan BIL diharapkan dapat menggerakkan perekonomian dan dapat meningkatakan PDRB NTB. Hal ini ditujukan untuk dapat mempermudah akses para pendatang menuju NTB terutama di daerah Lombok yang daerahnya sangat diminati wisatawan baik asing maupun domestik. Pembangunan BIL ini sekaligus menunjukkan pentingnya sebuah investasi dalam pembangunan infrastruktur yang dinilai akan menjadikan Provinsi NTB lebih mandiri dan tidak selamanya bergantung dengan Provinsi Bali.
31
Salah satu sektor dalam perekonomian adalah sektor bangunan atau konstruksi. Sektor ini terbukti memberikan kontribusi yang meningkat tajam terhadap PDRB dan laju pertumbuhan nilai tambah sejak dijalankannya proyek pembangunan BIL tahun 2006. Agar sektor ini dapat dikembangkan secara optimal, maka perlu dilakukan studi tentang keterkaitan BIL yang dilihat dengan pendekatan sektor bangunan. Setiap aspek dalam kegiatan ekonomi, akan memiliki dampak tersendiri bagi setiap bagian yang terkait. Analisis dengan menggunakan Metode InputOutput digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan tentang seberapa besar keterkaitan antarsektor, dampak penyebaran, dan pengganda antarsektor bangunan dengan sektor lainnnya. Semua hasil dari aktivitas perekonomian akan bermuara pada pembangunan dan pertumbuhan wilayah. Analisis Input-Output
Dampak Penyebaran
Koefisien Penyebaran
Kepekaan
Analisis Multiplier
Output
Penyebaran
Analisis Keterkaitan
Pendapatan
ke
Rumah
belakang
ke depan
Tangga
Gambar 2.2 Rincian Analisis Input-Output
2.7
Tahap-tahap Analisis Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data pada Tabel Input-
Output Provinsi NTB tahun 2005. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS
32
dalam Tabel Input-Output Provinsi NTB tahun 2005, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antarsektor ekonomi yang hanya berasal dari produksi dalam negeri, tanpa dipengaruhi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1.
Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Dalam Tabel Input-Output Provinsi NTB tahun 2005 klasifikasi 25 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi tiga belas sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor bangunan (bandara) secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya.
2.
Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel Input-Output NTB tahun 2005.
3.
Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.
4.
Setelah data selesai diolah, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan data tersebut.
5.
Menganalisis dokumen-dokumen BAPPEDA NTB.
33