BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata – rata 1500 g atau 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau sekitar 28% dari curah jantung. Agar dapat melaksanakan fungsinya, hati melakukan berbagai proses metabolik terhadap konstituen - konstituen darah yang mengalir kepadanya sebagai produk sisa dan sebaliknya banyak aktivitas hati secara langsung tercermin dalam beberapa zat yang beredar dalam darah dan juga terdapat di cairan tubuh lain. (Sacher R.A, 2004) Hati terdiri dari dua jenis sel utama yaitu sel hepatosit yang aktif secara metabolis dan berasal dari epitel dan sel kupfer yang bersifat fagositik dan merupakan bagian dari sistem retikuloendotel. Secara mikroskopis, sel – sel ini tersusun membentuk suatu satuan anatomik hati yang disebut lobulus yang terdiri dari cords hepatosit yang ditunjang oleh kerangka retikulin di sekitar pembuluh vaskuler yang disebut sinusoid. Hati keseluruhan terdiri dari ribuan lobulus, aliran darah diatur demikian sehingga tiap lobulus dimasuki dari bagian perifer kemudian menyusup ke tengah lobulus melalui sinusoid dan akhirnya berkumpul dalam vena centralis, dalam sinusoid dan sel – sel hati yang membatasi sinusoid bersentuhan erat sehingga
pertukaran zat dalam darah sinusoid dan hepatosit menjadi maksimal. (Sacher R.A, 2004) 2. Fungsi Hati Fungsi hati yang berhubungan dengan metabolisme tubuh dibagi menjadi 4 macam antara lain yaitu: a) Fungsi Vasculer. Pengambilan komponen bahan makanan, yang diantarkan dari saluran cerna melalui pembuluh portal kedalam hati melalui sinusoid hati. (Koolman J, 2001) b) Fungsi Ekskretorik. Bilirubin dibentuk oleh pemecahan sel darah merah tua dalam sistem retikuloendotel dimana bilirubin dikonjugasi di dalam hati dan dieksresi ke dalam empedu. (Price, 1991). c) Fungsi Metabolik. c.1.Karbohidrat. Dalam
metabolisme
karbohidrat,
hati
berfungsi
sebagai
tempat
menyimpan glikogen, tempat mengubah galaktosa menjadi glukosa, tempat terjadi glukoneogenesis dan tempat pembentukan zat – zat kimia penting dari hasil dalam metabolisme karbohidrat. Hati sebagai buffer glukosa, bila glukosa dalam darah berlebihan maka glukosa akan diambil oleh hati dan ditimbun sebagai glikogen atau sebaliknya. (Soemoharjo, 1983).
c.2.Protein Protein adalah deaminasi dari asam amino. Hati mengatur kadar asam amino dalam plasma dan dapat memecahkan kelebihan asam amino dengan cara mengubah nitrogen menjadi urea dan mentranspornya ke ginjal. (Koolman J, 2001) c.3.Lipid Asam lemak dibentuk oleh hati dari satuan – satuan asetat kemudian terbentuk lemak dan fosfolipid yang diberikan ke dalam darah sebagai kompleks dengan protein dalam bentuk lipoprotein. Hati juga mengambil asam lemak dari plasma dan mengubahnya menjadi benda – benda keton
dan kemudian
mengeluarkannya. (Koolman J, 2001) d) Fungsi Pertahanan Tubuh. d.1. Sebagai detoksifikasi. Mendetoksifikasi senyawa – senyawa yang toksik melalui biotransformasi. (Koolman J, 2001) d.2. Sebagai perlindungan. Sel Kupfer yang terdapat pada dinding sinusoid hati, mempunyai kemampuan
untuk
memfagosit
membahayakan (Soemoharjo, 1983)
kuman–kuman
dan
bahan-bahan
yang
B. Bilirubin 1. Definisi Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang sangat tidak larut dalam air yang berasal dari pemecahan hem dari pengolahan normal metabolik hemoglobin setelah pembebasannya dari eritrosit yang menua dan penguraian otot (mioglobin). (Sacher R.A, 2004) 2. Metabolisme Bilirubin a) Sumber Sebagian besar bilirubin + 85% terbentuk dari proses katabolik hemoglobin yang berasal dari eritrosit dalam sirkulasi darah, selebihnya 15% berasal dari degradasi hemoglobin dari eritrosit yang belum dewasa, sumsum tulang (eritrosit yang tidak efektif) dan protein hem lainnya seperti katalase sitokrome atau mioglobin. (Anonim, 1996). Hati mempunyai peranan penting dalam metabolisme pigmen bilirubin, ada 3 tahap yaitu: 1. Penyerapan bilirubin dari sirkulasi 2. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukoronida. 3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi kedalam empedu untuk dikeluarkan dari tubuh.
b) Macam dan sifat bilirubin. Bilirubin ada 2 macam antara lain yaitu : b1. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek). Bilirubin yang belum mengalami konjugasi dengan asam glukoronat. Bilirubin ini bersifat nonpolar, tidak larut dalam air. b2. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) Bilirubin yang sudah mengalami konjugasi dengan asam glukoronat. Bilirubin ini bersifat polar dan larut dalam air oleh karena itu bilirubin direk ini dapat ditemukan dalam urin. (Anonim,1996). 3. Faktor yang mempengaruhi bilirubin a) Kenaikan kadar bilirubin tak terkonjugasi a.1. Produksi bilirubin yang berlebih ditemukan pada kondisi : a. Hemolisis ( defisiensi G6PD, reaksi tranfusi (ABO / RH inkompatibel ) b. Puasa ( puasa dalam waktu yang lama dapat menyebabkan anorexia ) a.2. Kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin dari darah menurun ditemukan pada kondisi : a. Sindrome Gilbert (gangguan konjugasi dan uptake dari bilirubin) b. Virus hepatitis c. Hati yang imatur pada bayi baru lahir b) Kenaikan kadar bilirubin terkonjugasi b.1.Kerusakan intra hepatik (dari sel parenkhim hati) antara lain : virus hepatitis, infeksi mononukleosis, sirosis.
b.2. Saluran empedu ekstra hepatik / post hepatik tersumbat : batu empedu, karsinoma kantong empedu, saluran empedu atau kepala pankreas. (Widman F.K, 1995). 4. Metode Pemeriksaan Bilirubin a) Metode dichloro penyldiazonin Prinsip : Bilirubin indirek yang terikat oleh albumin dibebaskan dengan adanya detergen. Bilirubin total akan bereaksi dengan garam 2,5-dichloro penyldiazonin akan membentuk warna merah. b) Metode modifikasi Jendrassik dan Groff Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulphanilic acid (DSA) membentuk zat warna diazo merah. Absorbansi zat warna ini proporsional dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel (Anonim ,1998). 5. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan bilirubin a) Tahap Pra analitik a.1. Pada pemeriksaan ini pasien tidak perlu puasa. a.2. Serum atau plasma sebaiknya secepatnya dipisahkan dari sel- sel darah. b) Tahap Analitik b.1. Reagen Reagen yang digunakan sesuai prosedur kerja, sesuai kebutuhan dan dalam penyimpanan, suhu harus disesuaikan yaitu disimpan pada temperatur 2-80 C. b.2. Alat Alat harus dijaga kebersihannya, keutuhannya dan ketepatannya yang
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar alat dapat dipakai sesuai dengan fungsinya dan alat harus dikalibrasi dan dikontrol tiap hari. b.3. Metode pemeriksaan Metode dichloro penyldiazonin Prinsip : Bilirubin indirek yang terikat oleh albumin dibebaskan dengan adanya detergen. Bilirubin total akan bereaksi dengan garam 2,5-dichloro penyldiazonin akan
membentuk warna merah.
b.4. Bahan pemeriksaan Serum dan Plasma EDTA. c) Tahap Paska analitik Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan yang telah diperoleh harus dicatat dan segera dilaporkan. (Santoso,1999).
C. Serum dan Plasma Serum adalah bila sejumlah darah dimasukkan kedalam wadah (tabung) dan dibiarkan selama 15 menit maka darah tersebut akan membeku dan selanjutnya mengalami retraksi akibat terperasnya cairan dari dalam bekuan kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan jernih berwarna kuning muda di bagian atas adalah serum. (Evelyn, 2004). Dalam proses pembekuan darah fibrinogen diubah menjadi fibrin, maka serum tidak mengandung fibrinogen lagi tetapi zat-zat lainnya masih tetap terdapat di dalamnya. (Widman F.K, 1995).
Serum pada hakekatnya mempunyai susunan yang sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan II, V, VIII, XIII yang sudah tidak ada. (Widman F.K, 1995). Plasma adalah bagian cair dari darah yang didapatkan dengan cara di sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit sehingga sel-sel darah terpisah dari darah. Dimana sebelumnya di tambah antikoagulan untuk mencegah pembekuan dengan cara mengikat kalsium, lapisan jernih warna kuning muda yang ada di bagian atas adalah plasma. (Widman F.K, 1995). Komposisi dari plasma antara lain 91 - 92% mengandung air dan 7 – 9% adalah protein plasma, unsur organik dan anorganik. (Gibson J, 1995). Plasma masih mengandung fibrinogen ( inilah perbedaan antara plasma dan serum ) oleh karena dalam memperoleh cairan ini darah dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah tersebut. (Santosa, 1989).
D. Balita. Di bawah lima tahun atau sering disebut balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24 – 60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. (Http://id.wikipedia.org/wiki/balita) Kesulitan atau hambatan yang terjadi pada saat pengambilan darah pada balita meliputi banyak faktor antara lain : anak gemuk, sehingga tidak mudah menentukan lokasi pembuluh darah, anak dengan pembuluh darah kecil, biasanya anak perempuan lebih kecil ukurannya sehingga lebih sulit di ambil, anak dengan
pola posisi pembuluh darah yang berbeda. Meski ada pola umum, adapula yang polanya berbeda, sehingga plebothomis harus mencari lebih lama, secara psikologi takut, berontak sehingga semula pembuluh vena yang tadinya teraba menjadi hilang yang terkadang sampai butuh pengulangan dalam pengambilan darah. (www.goggle.com/Pengambilan darah pada balita/html)