TINJAUAN PUSTAKA Organ Hati Hati adalah organ terbesar dalam tubuh, yaitu sekitar 2.5% dari berat badan orang dewasa (Rodney dan Tanner 2004). Hati terletak di rongga perut sebelah kanan, tepat di bawah diafragma dan berwarna coklat kemerahan. Suplai darah ke organ hati didapat dari dua pembuluh darah, antara lain vena porta yang membawa darah dari lambung, usus, dan limpa yang terdiri dari berbagai hasil digesti dan sejumlah sel darah putih. Sedangkan, arteri hepatika membawa darah yang kaya oksigen untuk sel-sel hati (Dellman dan Eurell 1998). Hati tikus terletak sangat dekat dengan tulang rusuk. Hati tikus terdiri dari empat lobus, yaitu lateral kiri, lateral kanan, medial dan lobus kanan. Permukaan viscera berdekatan dengan lambung, duodenum, colon, jejunum dan pankreas. Tikus tidak memiliki kantung empedu.
Saluran empedu bersatu membentuk
saluran hati (hepatic duct) yang melewati pankreas. Cairan empedu dan pankreas akan masuk melalui suatu saluran umum yang kemudian masuk ke proksimal dari duodenum yang letaknya berdekatan dengan pilorus (O’Malley 2005). Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Lobulus sendiri dibentuk dari banyak sel hati. Ruangan di antara sel hati disebut sinusoid. Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan sel Kupffer yang merupakan makrofag jaringan yang dapat memfagositosis bakteri dan benda asing dalam darah. Di antara sel endotel dan sel hati terdapat ruang yang sangat sempit yaitu ruang Disse yang menghubungkan pembuluh limfe di dalam septum interlobularis (Guyton dan Hall 1997). Hati mempunyai banyak fungsi fisiologis dalam tubuh, yakni sebagai tempat metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, detoksifikasi racun, tempat pembentukkan sel darah merah serta penyaring darah dan berperan dalam penggumpalan darah, menghasilkan empedu, dan sebagai tempat penyimpanan vitamin dan zat besi (Guyton dan Hall 1997).
Alloxan
Alloxan berbentuk kristal, berwarna putih, dan mudah larut dalam air. Dalam
bentuk larutan, apabila terkena kulit alloxan akan berubah warna menjadi merah. Alloxan digunakan antara lain untuk menghasilkan kondisi diabetes pada hewan coba, eksperimen nutrisi, dan sintesa organik (Windholz 1983).
Pada hewan yang diberi alloxan terjadi defisiensi insulin (Thurston et al. 1975). Alloxan dan hasil dari reduksinya, asam dialurat, menghasilkan suatu siklus redoks dengan pembentukkan radikal superoksida. Radikal superoksida mengalami dismutase menjadi hidrogen peroksida (H2O2) (Szkudelski 2001). Alloxan menghasilkan efek diabetogeniknya dengan produksi hidrogen peroksida (Drews et al. 2000).
Dengan adanya Fe2+ dan hidrogen peroksida terbentuklah
radikal hidroksil bereaktivitas tinggi oleh reaksi Fenton. Hal ini menimbulkan gangguan dalam sistem homeostasis kalsium intraseluler, yaitu terjadi peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler yang menyebabkan kerusakan pada sel β pulau Langerhans (Szkudelski 2001). Dunn et al. (1943) dalam Szkudelski (2001) melaporkan mekanisme alloxan secara singkat dalam merusak sel β pankreas, antara lain dengan oksidasi komponen sel bergugus SH-, menghambat aktivitas glukokinase, pembentukkan radikal bebas, dan merusak sistem homeostasis intraseluler kalsium. Pemberian alloxan menyebabkan terjadinya degenerasi dari sel β pulau Langerhans pankreas sehingga menyebabkan terjadinya penurunan produksi insulin yang mengakibatkan kondisi diabetes mellitus tipe 1.
Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah suatu kelainan metabolisme ditandai dengan hiperglikemia, defisiensi sekresi insulin, resistensi insulin, atau bahkan keduanya (Gardner dan Shoback 2007). Hiperglikemia terjadi karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan lemak. Pada diabetes mellitus seluruh proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak (Ganiswarna 1995). Penderita diabetes mellitus biasanya mengalami gejala antara lain sering haus, poliuria, pandangan yang memudar serta penurunan berat badan (WHO 1999). Pada waktu kadar glukosa dalam ginjal berlebih, glukosa akan keluar melalui urin yang disebut glukosuria. Pada hewan yang menderita diabetes terjadi penurunan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakterial dan fungal serta seringkali menjadi kronis sehingga mengarah kepada cystitis, prostatitis, bronchopneumonia dan dermatitis (Kahn 2005). Komplikasi yang mungkin timbul akibat diabetes mellitus yang berkepanjangan antara lain komplikasi retinopathy yang
dapat menyebabkan
kebutaan dan nephropathy yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal (WHO 1999). Penyakit lain yang dapat timbul juga adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, katarak, kerusakan saraf, dan kehilangan pendengaran (Rindengan dan Novarianto 2005). Penyakit diabetes mellitus dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: a. Diabetes mellitus tipe 1 (DM Tipe 1) Diabetes mellitus tipe 1 diperkirakan sebagai T-lymphocyte-dependent autoimmune disease yang dicirikan dengan perusakkan sel-sel beta pulau Langerhans. Tipe ini disebut ‘juvenile’ diabetes karena kebanyakan penderitanya adalah anak-anak dan remaja, tetapi kelainan metabolik ini dapat juga diderita seseorang dalam segala usia. Nama lain untuk tipe diabetes ini adalah ‘Insulin Dependent Diabetes Mellitus’ (IDDM). Terjadinya kerusakan dari sel β Pulau Langerhans pankreas, seringkali secara autoimun, menghasilkan terhentinya produksi insulin. Penderita IDDM bergantung pada insulin untuk hidup, yaitu untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah (Chausmer 1998). b. Diabetes mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) Diabetes mellitus tipe 2 atau dikenal dengan ‘Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus’ (NIDDM) biasanya diderita orang dewasa di atas 40 tahun yang menderita obesitas (Gardner and Shoback 2007). Pada NIDDM, pankreas mampu menghasilkan insulin, kelainan terjadi karena terjadinya keterlambatan respon sekresi insulin terhadap kelebihan glukosa (Ganong 2002).
Superoksida Dismutase (SOD) Famili dari enzim-enzim yang dikenal dengan superoksida dismutase ditemukan dalam organisme pengguna oksigen dan sangat penting dalam pertahanan dari sel melawan radikal bebas oksigen (Chang et al. 1988). Sebagai suatu enzim, SOD memiliki fungsi sebagai antioksidan, yaitu dapat melindungi dari kerusakan sel dengan menetralisasi superoksida, salah satu senyawa radikal bebas yang bersifat merusak di alam.
SOD mengkatalisa dismutasi anion
superoksida radikal (O2) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan katalase memecah H2O2 menjadi air (Devasagayam et al. 2004). SOD adalah suatu metaloenzim, dalam arti, selain asam amino, juga mengandung ion logam.
Ada beberapa jenis SOD, antara lain Mn-SOD yang
mengandung ion Mangan dan ditemukan di mitokondria, ekstraseluler SOD (ECSOD), dan Cu,Zn-SOD yang terdapat di sitoplasma sel dan memegang peranan penting pada pertahanan tubuh (Cohen dan Nyska 2002). Cu,Zn-SOD memiliki 151 monomer asam amino dan berat 32 KDa. Kubisch et al. (1994) melaporkan bahwa Cu,Zn-SOD dapat melindungi sel β pankreas dari kerusakan akibat zat diabetogenik, antara lain alloxan. Hati memiliki kandungan Cu,Zn-SOD yang tinggi, karena itu pengamatan terhadap enzim ini pada hewan yang terpapar zat diabetogenik (alloxan) diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan kandungan enzim tersebut pada kondisi sebelum dan sesudah diberi minyak kelapa murni (VCO).
Virgin Coconut Oil (VCO) Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa tua yang segar yang proses produksinya tanpa atau dengan pemanasan. Saat ini, minyak kelapa murni umum digunakan untuk pengobatan penyakit. Manfaat kelapa murni untuk kesehatan di antaranya ialah mengurangi risiko atherosklerosis, menurunkan risiko kanker, membantu mencegah infeksi virus, mendukung sistem kekebalan tubuh, membantu mencegah osteoporosis, dan mengontrol diabetes mellitus (Rindengan dan Novarianto 2005).
Minyak kelapa murni mengandung vitamin E dan polifenol (antioksidan) serta asam laurat (Subroto 2006). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh dengan rantai sedang karena jumlah karbonnya 12 dan lebih dikenal dengan nama medium chain fatty acid (MCFA). Dalam tubuh, asam laurat diubah menjadi monolaurin yang bermanfaat sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Rindengan dan Novarianto 2005).
Selain itu, asam laurat memiliki efek yang
sangat potensial dalam menstimulir sekresi insulin oleh sel beta pulau Langerhans (Garfinkel et al. 1992). Dengan demikian, penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk
mengkonsumsi
minyak
kelapa
murni
karena
bermanfaat
menstabilkan glukosa darah (Rindengan and Novarianto 2005).
METODE PENELITIAN
dalam