Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI Haris Lukman, Yatno dan Sestilawarti Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi Abstrak Tujuan dan target yang ingin dicapai dalam kegiatan ini kemampuan kelompok tani dalam mengembangkan itik jantan dan betina/petelur afkir sebagai ternak potong secara optimal dan berkala (tiap minggu) yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan pakan berbasis potensi lokal. Pendekatan yang dilakukan dalam upaya memecahkan permasalahan dan kendala serta mencari solusi dilakukan dengan melakukan beberapa pendekatan. Baik melalui pendekatan personal, kelompok ataupun kelembagaan. Secara umum tahapan yang dilakukan dalam menghilangkan dan/atau meminimalisasi permasalahan dan kendala meliputi : a. Kegiatan Pembinaan Kegiatan pembinaan dilakukan sekitar 3 bulan, dari bulan ke-2 sampai bulan ke-4. Secara berkala tim pengabdian melakukan kunjungan sebulan sekali dan sekaligus melakukan pertemuan kelompok yang dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. b. Pelatihan Mitra Kelompok Sasaran Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok tani sasaran adalah dengan kegiatan pelatihan. Pelatihan berlangsung selama sehari dengan waktu efektif selama 7 jam pelajaran yang dilanjutkan dengan praktek penyusunan pakan itik. Adanya Jaminan Pasokan Bibit Dan Terjamin Ketersediaan bibit anak itik jantan (DOD) dilakukan dengan menambah dan mengoptimalkan mesin tetas kelompok tani. c. Tersedianya Pakan Yang Murah Dan Sesuai Standart Ketersediaan pakan yang murah dan sesuai standart diperoleh dengan memanfaatkan potensi bahan pakan pakan lokal yang ada dan tersedia dilokasi kegiatan, yaitu dedak dan jagung Sedangkan standart kebutuhan nilai gizi pakan disusun bersama dengan tim pengabdian. Sehingga kecukupan pakan ternak itik, baik kualitas dan kuantitas akan terpenuhi. d. Kegiatan Pemeliharaan dan Pencegahan Penyakit Salah satu indikator keberhasilan usaha ternak adalah semakin rendahnya tingkat kematian ternak yang ada. Upaya lain untuk mengurangi resiko kematian dan meningkatkan daya tahan tubuh ternak dilakukan dengan pemberian probiotik. e. Upaya menekan dan mengurangi bau kotoran itik Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan bau amonia feses itik adalah dengan memanfaatkan probiotik PROBIO_FM, Hasil kegiatan lapang dapat disimpulkan itik jantan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai alternatif ternak potong/pedaging, pemasaran dan peluang pasar sampai saat ini masih cukup tinggi dan tidak menjadi kendala. Akan tetapi kendala yang perlu diperhatikan dalam pengembangan adalah ketersediaan bibit, biaya pakan dan bau kandang. Kata Kunci : Potensi, Itik Potong, Kerinci BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Kebutuhan dan permintaan terhadap produk ternak, khususnya daging dari tahun ketahun terus meningkat. Upaya pemerintah yang dicanangkan melalui
swasembada daging masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Laporan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Jambi tahun 2008 menunjukkan, konsumsi produk ternak di Provinsi Jambi, yaitu daging mencapai
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 18
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
14.376 ton/tahun, telur 5.898 ton/ tahun dan susu 9.093 ton/tahun. Sedangkan kemampuan produksi daging dari sapi dan kerbau hanya mencapai 5.956 ton/tahun dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 9,46 %/tahun. Sedangkan sisa dan kekurangan kebutuhan daging dipenuhi dari ternak unggas, yaitu ayam dan itik. Melihat kondisi diatas menunjukkan, bahwa potensi dan keberadaan ternak unggas, terutama ayam dan itik sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan daging bagi masyarakat cukup diperhitungkan. Pertumbuhan yang relatif cepat dan efisiensi yang sangat baik dalam mengkonversi pakan menjadi produk daging dan telur menjadikan ternak unggas ini semakin banyak diminati untuk dipelihara ataupun sebagai peluang lapangan kerja. Kabupaten Kerinci merupakan satu-satunya kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang merupakan sentral itik. Keberadaan ternak itik di Kabupaten Kerinci sangat ditunjang oleh kondisi geografis yang mendukung, seperti banyaknya areal persawahan, daerah dataran tinggi yang banyak mata air dan sungai kecil. Saat ini peran pemerintah dalam pengembangan dan pembinaan para pelaku usaha lebih terfokus pada usaha bersama atau kelompok. Hal ini diharapkan adanya peran dan manfaat saling belajar dan berdiskusi diantara anggota kelompok terhadap usaha yang mereka lakukan. Sehingga akhirnya mereka dapat berkembang sesuai usaha masing-masing. Kelompok Tani Mitra Bersama (KT Mitra Mandiri) dan Kelompok Tani Mandiri Bersama merupakan kelompok tani yang ada di Desa Sungai Medang yang kegiatan utamanya terfokus pengembangan dan budidaya anak itik jantan (DOD) dan penetasan.
permasalahan yang ditemui adalah sebagai berikut : a. Ketersediaan bibit/anak itik Ketersediaan bibit/anak itik jantan (DOD) yang akan dipelihara sebagai ternak potong. b. Pertumbuhan itik Pertumbuhan itik yang dipelihara relatif lambat dan tidak merata. c. Pakan Pakan yang diberikan pada periode starter sampai finisher (panen) relatif kurang memenuhi syarat, terutama dari segi kualitas. d. Bau pada Masyarakat Sekitar Bau yang dikeluarkan dari kandang itik masih menjadi kendala, terutama pada musim penghujan.
1.2 Permasalahan Mitra Berdasarkan hasil diskusi, pengisian kuisioner dan peninjauan lapangan pada kelompok tani sasaran kegiatan, beberapa
BAB II. TARGET DAN LUARAN 2.1. Target Kegiatan Target sasaran kegiatan ini adalah Kelompok Tani Mitra Bersama dan Kelompok Tani Mandiri Bersama Desa Sungai Medang Kecamatan Air Hangat Timur Kab. Kerinci. 2.2. Luaran Kegiatan Luaran kegiatan yang diharapkan pada kegiatan ini meliputi : Aspek Produksi, yaitu a/ kelompok tani Mitra Bersama mampu mengembangkan itik jantan sebagai ternak potong, b/ mampu memformulasikan pakan yang memenuhi syarat dengan memanfaatkan potensi lokal, c/ bau kandang bisa diminimalisasi serta d/ Mampu meningkatkan kapasitas tetas dan daya tetas telur. Aspek Manajemen : a/ Kelompok Tani dapat mengelola itik jantan dengan berbagai umur pemeliharaan, b/ mampu melakukan penjualan jantan siap potong lewat 1 (satu) pintu, c/ terlaksananya pertemuan rutin secara berkala.
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 19
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
BAB III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Kelompok Sasaran dan Waktu Kegiatan Kelompok sasaran kegiatan ini adalah Kelompok Tani Mitra Bersama dan Kelompok Tani Mandiri Bersama Desa Sungai Medang Kec. Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci. Kegiatan berlangsung selama 5 (lima) bulan, mulai Bulan Juni sampai November 2014. 3.2. Metoda Pelaksanaan Metoda yang dilakukan dalam kegiatan ini melalui pendekatan personal, kelompok ataupun kelembagaan. Pendekatan tersebut dilakukan dengan melakukan kunjungan kerumah anggota kelompok, diskusi/pertemuan dengan anggota, kegiatan aksi dan pelatihan. a. Tahapan Kegiatan Secara umum tahapan dan rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Kegiatan Pembinaan b. Pelatihan Mitra Kelompok Sasaran c. Pendampingan dan kegiatan untuk meminimalisasi permasalahan : adanya jaminan pasokan bibit, tersedianya pakan yang murah dan sesuai standart, pemeliharaan dan pencegahan penyakit dan mengurangi bau kotoran itik. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil kelompok Sasaran Kelompok Tani Mitra Bersama merupakan kelompok tani kegiatan utamanya terfokus pada pengembangan dan budidaya anak itik jantan (DOD) dan betina/petelur afkir sebagai ternak potong. Mata pencaharian utama sebagian besar anggota (50 % atau 5 orang) sebagai petani dan 40 % (4 orang) bekerja sebagai pedagang dan hanya 1 (satu) orang, yang fokus pada usaha pengembangan dan budidaya itik jantan dan petelur/betina afkir. Jumlah ternak yang dimiliki oleh anggota KT. Mitra Bersama mencapai sekitar 2.500 – 3.000 ekor.
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
Kelompok Tani Mandiri Bersama merupakan yang kegiatan utamanya terfokus pada penetasan anak itik. Kelompok tani yang terdiri dari 8 (delapan) orang yang sebagian besar (7 orang) merupakan petani padi sawah dan 1 (satu) orang bekerja sebagai perangkat desa. Kelompok tani ini dibentuk untuk memenuhi permintaan anak itik, baik itik betina ataupun itik jantan. Untuk memenuhi kebutuhan telur tetas yang akan ditetaskan, kelompok tani ini membeli atau dipasok oleh peternak yang ada disekitarnya dengan harga Rp. 2.000,/butir. 4.2. Pembinaan Kelompok Tani sasaran Salah satu upaya menambah pengetahuan, wawasan dan pola pikir serta bertukar pengalaman dengan tim pelaksana maka dilakukan pertemuan dan pembinaan secara berkala. Kegiatan tidak hanya melalui pertemuan dengan pengurus dan anggota di sekreteriat, akan tetapi juga dilakukan dengan melihat langsung pada kandang atau lokasi kegiatan. 4.3. Pelatihan Kelompok Tani Sasaran Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, wawasan dan pola pikir anggota kelompok tani dilakukan dengan kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 20 orang yang merupakan seluruh anggota KT. Mitra Bersama dan KT. Mandiri Bersama ditambah dengan 2 (dua) orang masyarakat/peternak diluar kelompok tani sasaran. Materi yang diberikan pada pelatihan ini disesuaikan dengan topik kegiatan dengan menambahkan aspek kelembagaan kelompok. Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 September 2014 bertempat di Sekretariat KT. Mitra Bersama. Pelatihan dilaksanakan selama 1 (satu) hari yang dimulai pagi hari (Pukul 80.30 WIB) sampai sore hari (Pukul 15.00 WIB). Selain diberikan materi berupa teori, juga dilakukan kegiatan praktek
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 20
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
memilih bahan pakan danmpenyusun ransum dengan memanfaatkan potensi lokal.
itik, dapat ditambahkan bahan pakan yang tersedia dipasaran atau Poultry Shop. KT. Mitra Bersama dan Mandiri Bersama memberi pakan ternak itik periode awal (DOD – 14 hari), berupa campuran pakan broiler (BR-1) dan dedak dengan rasio 1 : 1. Sedangkan pada periode 14 hari – panen, berupa campuran konsentrat dan dedak dengan rasio1 : 10. Kedua pakan yang diberikan tersebut ditinjau dari kualitas nutrisi kurang mencukupi. Pemanfaatan dedak yang cukup banyak lebih dikarenakan ketersediaan yang cukup banyak dan harga yang relatif rendah. Berdasarkan hasil diskusi, disepakati adanya panambahan bahan penyusun dan perbaikan formulasi pakan. Walau secara kualitas kebutuhan nutrisi masih kurang tercukupi, akan tetapi lebih baik bila dibandingkan dengan pakan awal. Formulasi pakan yang diberikan untuk itik periode awal (1 – 14 hari) berupa pakan BR-1, jagung dan dedak dengan rasio 2 : 1 : 1, dan periode 14 hari – panen berupa konsentrat, jagung dan dedak dengan rasio 1 : 2 : 5, ditambah dengan mineral (topmix/premix) sesuai kebutuhan.
4.4. Penetasan dan Ketersediaan Anak Itik (DOD/Day Old Duck) Salah satu kendala yang dihadapi KT. Mitra Bersama adalah ketersediaan anak itik (DOD/Day Old Duck). Pasokan anak itik (DOD) dari KT. Mandiri Bersama dan kelompok tani desa tetangga dirasakan kurang stabil. Selain keterbatasan mesin tetas yang dimiliki KT. Mandiri Bersama, daya tetas juga relatif rendah, yaitu 52 – 70 %. Sedangkan kontinuitas pasokan dari kelompok tani desa tetangga kurang terjamin ketersediaanya. Upaya untuk meminimalisasi kendala tersebut dilakukan dengan menambah mesin tetas yang dimiliki KT. Mandiri Bersama. Selama 3 (tiga) kali penetasan, daya tetas yang diperoleh cukup fluktuatif yaitu 52 % ; 69.2 % dan 60.4 %. Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur, antara lain umur telur tetas, rasio jantan betina, kondisi penetasan (suhu dan kelembaban). Secara umum kondisi mesin tetas, terutama suhu dan kelembaban relatif stabil sesuai dengan kebutuhan proses penetasan, yaitu pada suhu 37 – 38 °C dengan kelembaban 65 – 70 %. 4.5. Kualitas dan Ketersediaan Pakan Desa Sungai Medang merupakan desa yang sebagian besar arealnya merupakan areal persawahan, sehingga pada saat panen ketersedian bahan pakan, khususnya dedak cukup melimpah. Demikian pula halnya dengan tanaman jagung, walau tidak sebanyak tanam padi, akan tetapi sebagian masyarakat juga mengusahakan tanaman jagung. Dengan demikian kedua bahan pakan tersebut cukup tersedia dan dengan harga yang kompetitif, sehingga keduanya (dedak dan jagung) dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan utama itik. Sedangkan untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan gizi
4.6. Pemeliharaan dan Pencegahan Penyakit Pada tahap awal, anak itik ditempatkan dalam kandang khusus yang dilengkapi dengan pemanas (brooder) dan ditempatkan dibelakang rumah yang sekelilingnya dilengkapi dengan tirai plastik. Selepas tahap awal, itik dipelihara secara intensif dengan sistem all-in all-ou dalam kandang umbaran. Setiap unit kandang umbaran diisi sekitar 200- 250 ekor itik. Dalam kandang umbaran disediakan tempat makan 4 buah dan tempat minum dari kran air yang terus mengalir. Pakan diberikan dalam bentuk pasta dengan pemberian dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan tiap umbaran rata-rata
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 21
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
berkisar 10 – 40 kg perhari, tergantung umur itik. Pemeliharaan itik dilakukan secara bertahap sesuai umur pemeliharaan. Pemasukan bibit dan penjualan dilakukan tiap minggu, artinya setiap minggu jumlah anak itik (DOD) yang masuk 200 – 250 ekor. Demikian pula halnya dengan pengeluaran/panen/penjualan itik dilakukan tiap minggu sekitar 200 – 250 ekor. Secara keseluruhan, periode pemeliharaan (selama 10 minggu) ada 10 siklus/periode pemeliharaan, dengan interval tiap minggu. Hasil pengamatan tersendiri (terpisah dari koloni yang lain) yang dilakukan pada 100 ekor itik yang dipelihara secara terpisah dengan kandang umbaran dengan kondisi yang relatif sama dengan pemeliharaan sistem umbaran. Data pertumbuhan itik dengan pemeliharaan tersendiri dibanding pemeliharaan kelompok disajikan pada Tabel 1. Pencegahan penyakit dilakukan untuk mencegah dan mengurangi angka kematian serta menjaga agar pertumbuhan
ternak berjalan dengan normal. Kegiatan pencegahan penyakit dilakukan dengan memberikan vitamin pada anak itik (DOD) serta dengan pemberian probiotik. Probiotik merupakan bakteri menguntungkan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian probiotik ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko kematian dan meningkatkan daya tahan tubuh ternak. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ahmad (2005) bahwa pemberian probiotik S. Cerevisiae mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Demikian pula Kompiang (2002) penggunaan probiotik S. Cerevisiae mampu menekan populasi bakteri E. Coli dan sebaliknya mampu meningkatkan bobot badan unggas. Sedangkan pada pemeliharaan itik pada kelompok sasaran, mulai tahap awal sampai dengan siap jual/potong digunakan probiotik PROBIO_FM, yang merupakan hasil riset Manin dkk. Staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dilakukan sejak 2002.
Tabel 1. Pertumbuhan Badan dan Angka Kematian Itik Selama Pemeliharaan Pakan Awal 1/ Perlakuan Pakan 2/ Umur (minggu) Bobot (gram) Kematian (ekor) Bobot (gram) Kematian (ekor)
Ket. :
1
95
7
109
3
3
239
4
258
1
5
408
0
443
1
7
739
1
807
0
8
879
0
935
0
9
1.088
0
1.176
0
10
1.325
0
1.417
0
1/ 2/
itik diberi pakan awal (sebelum perbaikan) (1:1 dan 1:10) (sampel 200 ekor itik) itik diberi pakan setelah perbaikan (2:1:1 dan 1:2:5) (sampel 100 ekor itik)
4.7. Bau Kandang Kendala yang sering ditemui pada pemeliharaan ternak, itik yang dipelihara secara intensif adalah bau kandang.
Kandang umbaran berupa tanah menyebabkan kandang mudah becek akibat pakan yang tercecer bercampur dengan kotoran dan air minum. Kondisi ini
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 22
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
akan lebih parah jika musim hujan tiba, akibatnya bau akan semakin kuat dan mudah menyebar. Untuk mengatasi bau kandang ini, selama pemeliharaan mulai periode awal hingga siap potong/jual pada pakan atau minum yang diberikan secara berkala ditambahkan dengan probiotik. Selain pemberian probiotik, upaya mengurangi bau kandang dilakukan dengan mengupayakan kandang selalu kering. Untuk itu air minum yang diberikan dalam kandang umbaran dibuat dengan membuat saluran air yang melintas ditengah kandang. Ketersediaan air yang cukup melimpah didaerah/areal peternakan menjadikan air terus mengalir.
potong dipasaran, sebagai akibat terbatasnya peternak/petani yang mengkhususkan diri memelihara itik jantan sebagai ternak potong. Kendala yang dialami oleh KT. Mitra Bersama dalam memasarkan itik potong tersebut justeru karena terbatasnya stok/persediaan itik siap potong yang akan dijual. Keterbatasan ini terutama berkaitan dengan rutinitas pemasaran yang dilakukan setiap minggu, sehingga harus mengatur itik yang harus dijual setiap minggu. Dimana setiap minggu KT. Mitra Bersama harus memasok kebutuhan itik siap potong kepada sejumlah pelanggannya yang ada diluar daerah dan tersebar mulai dari Bangko, Sarolangun, Muara Bulian dan Kota Jambi. Saat ini kemampuan dan kapasitas KT. Mitra Mandiri dalam memasarkan itik perminggu mencapai 300 – 400 ekor. Dari jumlah itu, 200 - 250 ekor berasal dari itik pedaging/potong jantan dan 100 – 150 ekor berasal dari itik petelur afkir.
4.8. Peluang Pasar Sampai saat ini pemasaran dan peluang pasar terhadap daging itik masih cukup tinggi dan belum ada kendala. Permintaan yang tinggi tersebut dikarenakan terbatasnya pasokan itik
Tabel 2. Jumlah Itik Yang Dijual dan Anak (DOD) Yang Dipelihara Selama Kegiatan Tanggal Itik Yang Dijual (Ekor) Anak Itik (DOD) No. Penjualan yang Dipilihara Betina Afkir Itik Jantan (Tahun 2014) (Ekor) 1 13 Juli 220 120 240 2
20 Juli
215
136
250
3
29 Juli
228
105
225
4
04 Agustus
138
96
248
5
10 Agustus
227
134
352
6
17 Agustus
226
130
245
7
24 Agustus
220
145
250
8
31 Agustus
232
175
238
9
07 September
214
136
255
10
14 September
240
127
240
11
21 September
246
138
370
12
28 September
242
145
260
13
05 Oktober
300
120
239
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 23
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Tanggal Penjualan (Tahun 2014)
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
Itik Yang Dijual (Ekor)
14
12 Oktober
389
115
Anak Itik (DOD) yang Dipilihara (Ekor) 230
15
19 Oktober
410
105
250
16
26 Oktober
390
110
225
No.
Itik Jantan
Betina Afkir
Beberapa bantuan bibit dan sarana produksi selama kegiatan pengabdian berlangsung, seperti anak itik (DOD), telur tetas, mesin tetas, pakan, pembinaan dan perbaikan sarana pemeliharaan (kandang, peralatan kandang, tirai, probiotik dll.) cukup membantu kelompok tani dalam mengembangkan usahanya. Seperti terlihat pada Tabel 2, bantuan yang diberikan pada kelompok tani mampu meningkatkan jumlah ternak yang dijual, terutama itik jantan pada bulan Oktober. Hal dikarenakan pada awal oktober, anak itik yang menetas dan bantuan anak-anak itik sudah memenuhi standart bobot badan dan siap untuk dijual. Sedangkan pada penetasan kedua dan ketiga masih dalam tahap pembesaran. Bantuan anak-anak itik (DOD) pada kelompok tani diberikan dalam 2 (dua) tahap, yaitu pada tanggal 14 Agustus 2014 sebanyak 300 ekor dan tanggal 28 September 2014 sebanyak 300 ekor. Walau mempunyai potensi dan prospek yang cukup baik, peternak/kelompok tani masih menghadapi beberapa kendala. Sehingga upaya untuk meningkatkan populasi itik tidak mudah dilakukan. Kendala yang membatasi peningkatan populasi budidaya ini antara lain : - Keterbatasan modal Modal yang diperlukan untuk menambah populasi itik tidak hanya pada bibit, akan tetapi biaya pakan selama pemeliharaan dan biaya obatobatan (jika ternak sakit) harus disediakan oleh peternak. Disisi lain keuntungan yang diperoleh dari penjualan itik habis untuk biaya sehari-
hari, seperti makan, sekolah anak, pinjaman dll. - Ketersediaan bibit/anak itik Ketersediaan bibit tidak selalu ada setiap minggu. Walau sebagian bibit telah dicukupi dan dipasok oleh KT. Mandiri Bersama, akan tetapi kekurangan bibit masih harus dicari dari luar kelompok tani. Sedangkan ketersediaan dari luar kelompok masih harus bersaing dengan pembeli lain, akibatnya ketersediaan bibit kurang terjamin. 4.9. Perhitungan Analisis Usaha Berdasarkan data yang didapat, maka dapat diperhitungkan analisis usaha peternakan itik jantan. Pakan yang diberikan adalah pakan perbaikan dengan menggunakan dan jagung sebagai bahan pakan lokal, ditambah pakan BR-1 untuk tahap awal dan konsentrat untuk tahap pertumbuhan/akhir. Analisis usaha (biaya produksi, penjualan dan keuntungan) dibuat dengan asumsi : Ternak itik yang dipelihara sebanyak 250 ekor Rata-rata konsumsi pakan tahap awal (1 – 15 hari) 5 kg/hari Rata-rata konsumsi pakan tahap grower (16 – 70 hari) 25 kg/hari Harga pakan tahap awal Rp. 5.050,-/kg Harga pakan tahap grower/finisher Rp. 4.000,-/kg Bobot potong itik rata-rata umur 10 minggu 1.4 kg Angka kematian (mortalitas) 6 % atau 15 ekor
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 24
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Harga anak itik jantan Rp. 5.000,/ekor Harga jual itik siap potong Rp. 33.000,-/ekor
Berdasarkan asumsi diatas, maka diperoleh : a. Konsumsi pakan selama pemeliharaan (1 – 80 hari) (5 kg x 15 hari) + (25 kg x 55 hari)= 1.450 kg b. Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan dibagi dengan 1,4 kg dikali 250 ekor = 1.450 / (1,4 x 250) = 4,14 c. Biaya pakan selama pemeliharaan adalah : (4 x Rp. 4.000,-) + (0,14 x Rp. 5.050,-) = Rp. 16.708,-/ekor d. Biaya pakan dan bibit itik selama pemeliharaan mencapai Rp 21.708,-/ekor e. Keuntungan pemeliharaan itik jantan perekor mencapai Rp. 33.000,- -- Rp. 21.708,- = Rp. 11.292,f. Jika dalam satu periode dipelihara 250 ekor, maka diperoleh keuntungan sebesar : Jumlah ternak hidup (asumsi kematian 6 %) = 235 ekor Rp. 11.292,- x 235 = Rp. 2.653.620,g. Keuntungan tersebut belum termasuk biaya obat-obatan, penyusutan kandang, tenaga kerja dan transportasi. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan, pengembangan itik jantan sebagai ternak potong mempunyai prospek yang cukup baik, pasar dan peluang pasar masih sangat terbuka. Kendala yang dihadapi peternak adalah ketersediaan bibit, biaya pakan dan bau kandang.
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
5.2. Saran Berdasarkan kegiatan diatas, dapat disarankan perlunya pembinaan secara rutin oleh dinas terkait dan dukungan modal atau pinjaman bunga rendah untuk meningkatkan produksi. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, R.Z. 2005. Pemanfaatan khamir Saccharomyces cerevisiae untuk ternak. Wartazoa Vol. 15 No.1. Hal. 49 – 55. Kompiang, L.P. 2002. Pengaruh ragi Saccharomyces cerevisiae dan ragi laut sebagai pakan imbuhan probiotik terhadap kinerja unggas. JITV. Vol. 7 No. 1 hal. 18 – 21. Lukman, H., J. Andayani dan Yatno, 1997. Upaya peningkatan kualitas karkas melalui pembatasan pakan dan umur pemotongan pada itik jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Lukman, H. Dan Suryono. 2010. Pengaruh pemberian probiotik dalam ransum terhadap kualitas karkas dan daging itik kerinci jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Ranto dan M. Sitanggang. 2007. Panduan Lengkap Beternak Itik. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Yatno, 2012. Pemilihan dan Penyusunan Formulasi Ransum Unggas. Materi Pelatihan Pengembangan Kelembagaan dan Pengelolaan Pabrik Pakan Ternak Skala Kecil (PPTSK) pada Kelompok Tani Kasih Bunda. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Batanghari.
IbM Potensi dan Pemanfaatan Itik (Jantan dan Petelur Afkir) Sebagai Ternak Potong Pada Kelompok Tani Di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci 25