I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan di bidang kedokteran gigi dengan menghilangkan susunan gigi berjejal, koreksi apikal dan hubungan antar insisal sehingga mendapatkan hubungan oklusi yang baik (Siti-Bahirrah, 2004). Salah satu alasan seseorang melakukan perawatan ortodonti adalah terjadinya maloklusi. Maloklusi adalah penyimpangan oklusi dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal (Proffit dkk., 2007). Maloklusi dan malposisi gigi dapat menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan rongga mulut, fungsi rongga mulut dan penampilan pribadi (Foster, 1997). Penelitian yang telah dilakukan oleh Kerosuo dkk. (1995) di Finlandia, menyatakan bahwa maloklusi dapat mempengaruhi penampilan secara keseluruhan. Sebagai bagian dari struktur muka, gigi mempunyai peran yang penting karena kebanyakan orang seringkali memperhatikan susunan dan kesejajaran gigi. Foster (1997) menyatakan perawatan ortodonti didasarkan pada fakta bahwa dengan memberikan tekanan yang tepat, gigi dapat digerakkan melalui tulang alveolar tanpa mengakibatkan kerusakan, dan untuk menggerakkan gigi diperlukan alat ortodonti. Rahardjo (2003, sit. Kiki-Candra-Sari, 2013) menyatakan alat ortodonti dapat dipasang cekat pada gigi atau dilepas oleh pasien. Alat ortodonti
lepasan adalah piranti yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien, sedangkan alat ortodonti cekat melekat pada gigi pasien sehingga tidak bisa dilepas oleh pasien. Menurut Arnett dan Worley (1999), keberhasilan perawatan ortodonti menggunakan alat ortodonti lepasan dipengaruhi oleh motivasi pasien. Operator harus dapat menentukan motivasi pasien melakukan perawatan ortodonti sehingga didapatkan prognosis perawatan. Soekidjo-Notoatmodjo (1993) menyatakan motivasi intrinsik adalah motivasi yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar tetapi dari dalam diri individu terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar diri individu (lingkungan). Tindakan yang didorong oleh motif-motif instrinsik lebih baik daripada yang didorong oleh motif ekstrinsik. Menurut
Soekidjo-Notoatmodjo
(1993) motivasi
perawatan ortodonti
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Proffit dkk. (2007) menyatakan semakin dewasa seseorang, semakin sadar terhadap kesulitas psikososial dan masalah fungsional terkait maloklusi sehingga cenderung mempunyai motivasi intrinsik. Krisnawati (1996) mengatakan bahwa remaja perempuan mempunyai motivasi yang lebih besar dalam melakukan perawatan ortodonti karena umumnya perempuan lebih mengutamakan dan memperhatikan penampilan fisik daripada laki-laki. Avi-Laviana (2008) menyatakan pada umumnya pasien memilih perawatan ortodonti dengan alat ortodonti lepasan karena alasan biaya lebih murah, mudah dipasang dan dilepas sendiri, serta mudah dibersihkan. Eliza-Herijulianti dkk. (2000) menyatakan bahwa mahasiswa kepaniteraan kedokteran gigi dalam melakukan
perawatan ortodonti harus mengetahui terlebih dahulu motivasi dan kebutuhan pasien. Hassel dan Farman (1995, sit. Siti-Bahirrah, 2011) menyatakan beberapa operator memanfaatkan periode pertumbuhan remaja semaksimal mungkin sebagai bagian utama dari perawatan ortodonti, karena merupakan periode pertumbuhan yang paling cepat. Depkes (2009, sit. Juriyah 2014) membagi masa remaja menjadi 2 yaitu masa remaja awal 12-16 tahun dan masa remaja akhir 17-25 tahun. Santrock (2003) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Hockenberry dkk. (2003) menyatakan perubahan pada remaja terjadi dalam berbagai tingkat. Pada tingkat individual termasuk maturasi aspek biologis, pengembangan kognitif dan pengembangan psikologis. Perubahan juga terjadi pada konteks sosial seperti dalam keluarga, teman bermain, sekolah, dan tempat kerja. Hurlock (1999) menyatakan bahwa keprihatinan terhadap penampilan pada remaja timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Ambarwati-Meyrisa-Fitri (2014) menyatakan periode remaja akhir mulai memperhatikan penampilan fisiknya dan ingin memperoleh penampilan yang menarik dalam pergaulan dengan teman sebaya. Remaja akhir mulai memperhatikan hal-hal fisik yang nampak dari luar untuk menarik perhatian orang lain, baik yang sejenis kelamin maupun dari lawan jenis. Ketika merasa belum memenuhi kriteria ideal, maka timbul perasaan ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan akan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan citra tubuh ideal.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan: 1. Bagaimanakah perbedaan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam mempengaruhi motivasi perawatan ortodonti lepasan pada pasien remaja akhir di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Profesor Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada? 2. Bagaimanakah perbedaan motivasi perawatan ortodonti lepasan antara pasien perempuan dan laki-laki umur remaja akhir? C. Keaslian Penelitian Rahma-Tika-Dewi (2014) telah melakukan penelitian keberhasilan perawatan ortodonti lepasan berdasarkan motivasi perawatan ortodonti. Hasil penelitian menunjukkan pasien yang datang melakukan perawatan ortodonti lepasan karena keinginan sendiri dan mendapatkan imbalan menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih daripada pasien yang datang dirokemdasikan oleh teman. Barbara dan Syrynska (2009) telah melakukan penelitian mengenai motivasi perawatan ortodonti pada orang tua pasien dan pasien dengan berbagai tingkatan umur. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling banyak mempengaruhi pasien dalam melakukan perawatan ortodonti adalah memperbaiki estetik. Semakin tinggi tingkatan umur semakin menurun pengaruh dari lingkungan sekitar untuk individu melakukan perawatan ortodonti.
Sejauh peneliti ketahui, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai motivasi perawatan ortodonti lepasan pada kelompok umur remaja akhir di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Profesor Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mempelajari motivasi pasien perawatan ortodonti lepasan pada umur remaja akhir di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Profesor Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. 2. Mengetahui perbedaan motivasi perawatan ortodonti pada remaja akhir laki-laki dan perempuan. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Menambah pengetahuan tentang motivasi perawatan ortodonti lepasan pasien remaja akhir. 2. Sebagai
bahan
pertimbangan
perencanaan
perawatan
ortodonti
lepasan
berdasarkan motivasi pasien dalam melakukan perawatan ortodonti lepasan di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulurt Prof. Soedomo Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
Fakultas