I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Ilmu Ortodonsi merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan pertumbuhan wajah, dengan perkembangan gigi dan oklusi, dan perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil, keseimbangan otot dan keserasian estetika wajah yang harmonis (Mitchell, 2013). Tujuan perawatan ortodonti antara lain adalah untuk memperbaiki estetik yaitu mengoreksi letak dan susunan gigi serta mencegah terjadinya keadaan yang abnormal dari bentuk muka. Perawatan ortodonti antara lain direkomendasikan untuk tujuan fungsional yaitu meningkatkan kemampuan fungsi dan bicara. Perawatan ortodonti juga dapat memperbaiki letak gigi dan rahang yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi geligi, estetik geligi dan wajah yang baik sehingga meningkatkan kesehatan psikososial seseorang (Hansu dkk., 2013) Alat ortodonti yang dapat memberikan tekanan pada satu gigi atau sekelompok gigi untuk menggerakannya ke arah yang telah ditentukan sesuai dengan posisi oklusi yang baik disebut alat aktif. Alat aktif teridiri dari dua jenis yaitu, alat lepasan dan alat cekat. (Premkumar, 2008). Alat ortodonti cekat dilekatkan pada gigi sehingga tidak dapat dilepas ataupun dipasang oleh pasien sedangkan alat ortodonti lepasan dalam penggunaannya dapat dilepas oleh pasien untuk dibersihkan atau diperbaiki oleh operator (Phulari, 2011). Penggunaan alat ortodonti cekat maupun lepasan dapat mempengaruhi kebersihan mulut dan gigi karena dapat mengakumulasi bakteri dan plak dalam rongga mulut (English dkk., 2015).
1
Alat ortodonti lepasan terdiri dari tiga komponen yaitu komponen retentif berupa klamer (cangkolan), komponen aktif berupa elemen penggerak gigi, dan plat dasar berupa resin akrilik (Phulari, 2011). Resin akrilik memiliki kelebihan mudah dimanipulasi dengan teknik sederhana, murah, dapat memiliki estetika yang baik. Kelemahan resin akrilik yaitu tidak tahan terhadap abrasi, menyerap cairan, dan dapat porositas akibat adanya monomer sisa yang menyebabkan topografi permukaan resin akrilik menjadi tidak rata dan kasar (Combe, 1992). Penggunaan alat ortodonti ketika di dalam rongga mulut berkontak dengan saliva yang mengandung protein dan akan terjadi proses absorbsi protein secara selektif yang selanjutnya akan menghasilkan suatu lapisan pelikel. Pelikel merupakan lapisan tipis glikoprotein saliva, tidak berwarna, dan dapat melekat pada permukaan gigi maupun komponen-komponen alat ortodonti yang digunakan dalam rongga mulut.
Terbentuknya komposisi dan aktivitas pelikel berkisar
sekitar 2 jam. Pelikel mempunyai fungsi proteksi yang bertindak sebagai penghalang asam dan sebagai media awal perlekatan mikroorganisme rongga mulut seperti bakteri dan jamur, termasuk Candida albicans (Maryani, 2011; Quirynen dkk., 2006; Vacca Smith dan Bowen, 2000). Candida albicans adalah jamur eukariotik dan termasuk gram positif. Candida albicans dikenal sebagai flora normal pada membran mukosa rongga mulut, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan organ genitalia perempuan (Patricia dkk., 2014). Jumlah koloni Candida yang berlebihan di dalam rongga mulut dapat menyebabkan terjadinya oral candidiasis. Selain dapat melekat pada mukosa, Candida albicans juga dapat melekat pada komponen-komponen alat
2
ortodonti lepasan terutama pada plat dasar yang terbuat dari resin akrilik. Permukaan
resin
akrilik
rentan
terhadap
kolonisasi
dan
pertumbuhan
mikroorganisme, hal tersebut disebabkan oleh permukaan resin akrilik yang kasar dan adanya interaksi perlekatan antara spesies Candida dan bakteri rongga mulut, sebagian besar adalah Canddida albicans (Subramani dkk., 2013). Semakin kasar permukaan resin akrilik maka akan semakin banyak pula akumulasi Candida albicans (Shay, 2000). Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, sendok cetak khusus, restorasi mahkota dan jembatan, serta plat ortodonsi dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Berdasarkan polimerisasinya, resin akrilik dibedakan menjadi dua yaitu Heat cured dan Self cured atau Cold cured. Alat ortodonti lepasan menggunakan resin akrilik jenis Cold cured yang diketahui bahwa jenis tersebut sangat ideal untuk fungsional alat saat sedang digunakan dan penggunaannya lebih praktis. Kekurangan jenis Cold cured adalah memiliki porositas dan tingkat kekasaran lebih tinggi dibanding Heat cured, sehingga meningkatkan perlekatan mikroorganisme rongga mulut (Combe, 1992; Ireland, 2010; Siswomihardjo, 2000). Penggunaan alat ortodonti lepasan dianjurkan untuk digunakan sepanjang waktu termasuk ketika waktu tidur (Alam, 2012). Mudahnya alat untuk dilepas dan dipasang sangat bermanfaat untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulut terutama dari perlekatan mikroorganisme patogen pada alat ortodonti lepasan. Penggunaan sikat gigi tidak cukup efisien untuk menghilangkan perlekatan
3
miikroorganisme pada alat sehingga dianjurkan untuk menggunakan agen antimikroba sebagai desinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme. Antimikroba yang sering digunakan saat ini adalah Chlorhexidine, yang banyak digunakan para ahli kesehatan gigi sebagai pembersih maupun pengobatan penyakit gigi dan telah dianggap sebagai gold standard untuk kontrol bahan kimia atau biofilm dibandingkan dengan antimikroba lain (Peixoto dkk., 2011). Chlorhexidine adalah suatu kationik biguanida yang memiliki sifat bakterisid dan bakteriostatik serta memiliki spektrum yang sangat luas. Mekanisme kerja chlorhexidine adalah dengan merusak membran sel (Kuyyakanond dan Quesnel, 1992). Rentang konsentrasi Chlorhexidine yang aman digunakan adalah 0,12-2% (Murray, 2003). Efek samping penggunaan chlorhexidine cukup bervariasi, tetapi staining merupakan efek samping yang sering muncul (Yip dkk., 2006). Indonesia kaya akan tanaman yang memiliki khasiat obat. Saat ini sudah banyak penggunaan bahan-bahan tradisional yang dikembangkan menjadi alternatif pengobatan, salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah bunga rosella
(Hibiscus
sabdariffa
L.).
Kebanyakan
tanaman
bunga
rosella
dipergunakan sebagai tanaman hias dan beberapa diantaranya dipercaya memiliki khasiat medis diantaranya berkhasiat sebagai peluruh kencing dan merangsang keluarnya empedu
(chloretic), menurunkan tekanan darah (hypotensive),
mengurangi kekentalan (viskositas) darah, dan meningkatkan peristaltik usus. Khasiat lain dari tanaman rosella yang telah dketahui sebagai antikejang (antipasmodik), mengobati cacingan (antelmik), dan sebagai antibakteri. Bahkan ekstrak bunga rosella disebutkan dapat mematikan bakteri Mycobacterium
4
tuberculosis atau bakteri penyebab TBC (Winarti dan Firdaus, 2010). Pada sebuah penelitian menunjukan bahwa ekstrak bunga rosella memiliki efek antibakteri dan antijamur yang berasal dari kandungan flavonoid yang dimiliki rosella sehingga secara efektif dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, seperti Candida albicans
(Dharmautama
dkk.,
2014).
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Dharmautama, dkk (2014) menunjukan bahwa ekstrak bunga rosella dengan konsentrasi 40% paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri dan Candida albicans. Sebuah penelitian lain juga menunjukkan bahwa rosella tidak menimbulkan efek samping berupa staining pada penggunaannya pada resin akrilik (Kamadjaja, 2011). B. Perumusan Masalah Bagaimanakah perbandingan efektivitas cairan ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 40% dengan Chlorhexidine 2% terhadap jumlah Candida albicans sebagai desinfektan alat ortodonti lepasan? C. Keaslian Penelitian Penelitian
mengenai
perbandingan
efektivitas
cairan
desinfektan
Chlorhexidine dengan bahan alami lain pernah dilakukan oleh Abifaizal (2013) dengan judul “Perbandingan efektivitas cairan desinfektan alat ortodonti lepasan Chlorhexidine dengan cairan ekstrak daun sirih terhadap jumlah Candida albicans” yang hasilnya menyatakan bahwa Chlorhexidine 2% lebih efektif menurunkan jumlah Candida albicans (96,85%) dibandingkan ekstrak daun sirih 20% (69,18%). Selain itu, penelitian mengenai ekstrak bunga rosella sebagai
5
bahan pembersih alat kedokteran gigi pernah dilakukan dua kali oleh Dharmautama (2014) yaitu sebagai obat kumur dan pasta pembersih gigi tiruan, dan hasil dari kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa ekstrak bunga rosella dapat efektif dalam menghambat pembentukaan plak, menghambat pembentukan bakteri dan Candida albicans. Sejauh yang peneliti ketahui, berdasarkan penelitian tersebut belum pernah dilakukan penelitian dengan membandingkan Chorhexidine dengan ekstrak bunga rosella. D. Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana perbandingan efektivitas cairan ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 40% dengan Chlorhexidine 2% terhadap jumlah Candida albicans sebagai desinfektan alat ortodonti lepasan. E. Manfaat penelitian Memberikan wawasan dan informasi mengenai perbandingan efektivitas cairan ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 40% dengan Chlorhexidine 2% terhadap jumlah Candida albicans sebagai desinfektan alat ortodonti lepasan sehingga dapat dijadikan acuan untuk tindakan klinis yang bersifat promotif dan preventif.
6