HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN
Siti Muflikhatul Hasanah* Hj. WS. Tarmi** …………......……….…… ……
. .….ABSTRAK…… … ......………. ……
…… . .….
Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat–alat kandungan kembali seperti prahamil. Penelitian yang dilakukan terdapat 20 orang ibu nifas (66,7%) melakukan kunjungan empat kali selama masa nifas sedangkan terdapat 10 orang (33,3%) hanya melakukan kunjungan kurang dari empat kali kunjungan masa nifas sehingga masalah penelitian ini adalah masih rendahnya kunjungan ibu nifas sesuai program yang ditetapkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode cross secsional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berkunjungan selama masa nifas sejumlah 33 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik Simple Random Sampling. Data penelitian diambil dengan menggunakan lembar kuesioner selanjutnya dilakukan tabulasi data. Pengelolahan data menggunakan uji statistik koefisien kontingensi. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu nifas yang pengetahuannya kurang (53,3%) dan sebagian kecil ibu nifas yang pengetahuannya baik (20,0%) tentang kunjungan masa nifas. Sebagian besar ibu nifas yang tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas (66,7%) dan hampir sebagian ibu nifas yang patuh melakukan kunjungan masa nifas (33,3%) sesuai program dan kebijakan tekhnis pada masa masa nifas. Hasil uji statistic korelasi Koefisien Kontingensi dengan tingkat signifikan ρ ≤ 0,05, didapatkan tingkat singnifikan 0,000 (≤0,05) maka H1 diterima yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas. Merujuk hasil penelitian maka peran petugas kesehatan sangatlah penting dalam memberikan pendidikan kesehatan mengingat peran bidan sebagai educator diharapakan dapat membantu memberikan informasi tentang pentingnya melakukan kunjungan masa nifas sesuai dengan program yang ditetapkan.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Nifas, Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas PENDAHULUAN. …… .
… ….
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat–alat kandungan kembali seperti prahamil (Bahiyatun, 2009). Setelah kelahiran, ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil normal. Secara psikologis ia melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan (attachment) bayi (Walsh, 2007). Kunjungan postpartum sangat dianjurkan pada ibu nifas
Setiap satu jam ada 2 orang ibu yang meninggal dunia karena komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI) (Bahiyatun, 2009). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya (Prawirohardjo, 2006).
SURYA
1
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Kunjungan post partum merupakan kunjungan yang dilakukan ibu nifas ke tenaga kesehatan selama masa nifas yaitu dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selam kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006). Pada waktu kunjungan post partum dengan tenaga kesehatan, ibu akan dilakukan pemeriksaan kondisi ibu yang meliputi pemeriksaan umum, payudara, perut / uterus, vulva / perineum guna untuk menentukan ibu nifas tersebut berlangsung normal atau tidak (seperti involusi uterus, pengeluaran lochea dan pengeluaran air susu ibu atau ASI serta perubahan sistem tubuh termasuk keadaan psikologis), menentukan apakah terjadi kegawatdaruratan pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas dan apakah terjadi penyulit / masalah dengan ibu yang memerlukan perawatan atau rujukan seperti abses pada payudara (Prawirohardjo, 2006). Sehingga ibu nifas dianjurkan untuk melakukan perawatan masa nifas serta kunjungan selama masa nifas untuk mendeteksi adanya komplikasi. Program dan kebijakan teknis pada masa post partum, terdapat paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu nifas. Untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi (Prawirohardjo, 2006). Adapun frekuensi kunjungan masa nifas yaitu kunjungan pertama waktu 6 – 8 jam setelah persalinan, kunjungan kedua waktu 6 hari setelah persalinan, kunjungan ketiga waktu 2 minggu setelah persalinan, dan kunjungan keempat waktu 6 minggu setelah persalinan (Bahiyatun, 2009). Karena tujuan pada masa nifas adalah untuk menilai kesehatan ibu dan bayi baru lahir, pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya kejadian – kejadian pada masa nifas, menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas (Suherni, dkk 2008). Fenomena yang terjadi di
SURYA
masyarakat kunjungan post partum jarang dilakukan empat kali kunjungan, seringkali hanya dua kali atau bahkan satu kali kunjungan selama post partum, selama tidak ada keluhan pada ibu maupun bayinya. Menurut WHO jumlah kematian ibu (AKI) tahun 2010 yaitu 220 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2010). Sedangkan menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tiggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut juga masih jauh dar target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Laporan Kesehatan Indonesia kabupaten atau kota se Jawa Timur, AKI di provinsi Jawa Timur pada tahun 2006 samapi dengan tahun 2011 ada kecenderungan meningkat. AKI pada tahun 2006 sebesar 72 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2011 pada posisi 104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target MDG’s sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup maka kondisi tersebut sudah mendekati target. Data yang diperoleh dari Laporan Kesehatan Indonesia kabupaten atau kota se Jawa Timur jumlah kematian ibu adalah 627 kasus. Masa kematian sebesar terbesar pada masa nifas 48,17% sedangkan pada masa hamil dan masa persalinan masing-masing 22,49% dan 29,35% (Fatmah, 2008). Data Dinas Kabupaten Lamongan tahun 2011, angka kematian ibu (AKI) di Lamongan mencapai 80,2 per 100.000 kelahiran hidup, sementara tahun lalu sebanyak 90,4 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Lamongan, 2011). Survey awal yang dilakukan pada tanggal 02 Pebruari 2013 sampai 06 Pebruari 2013 di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan terdapat 10 orang ibu nifas yang 4 orang (40 %) melakukan kunjungan ulang empat kali selama masa nifas, sedangkan terdapat 6 orang (60%) hanya melakukan kunjungan kurang dari empat kali kunjungan masa nifas sehingga masalah penelitian ini 2
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan adalah masih rendahnya kunjungan ibu nifas sesuai dengan program yang ditetapkan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan masa nifas yaitu, pengetahuan, motivasi, pendidikan dan peran keluarga. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan ibu yang memadai dapat membantu ibu memperoleh banyak informasi tentang masa nifas, perubahan – perubahan yang terjadi pada masa nifas, dan psikologis yang terjadi pada masa nifas. Dalam memperoleh informasi tersebut akan terbentuknya suatu perilaku, terutama pada ibu nifas dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya, sehingga ibu nifas mau melakukan kunjungan masa nifas selama empat kali. Sebaliknya, ibu yang pengetuannya kurang maka ibu tersebut kadang melakukan kunjungan pada masa nifas atau bahkan tidak akan melakukan kunjungan pada masa nifas. Motivasi adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Jika seseorang memiliki motivasi untuk melakukan suatu hal seperti untuk mengetahui status kesehatannya maka dia akan melakukan perilaku yang mengarah ke upaya menjaga kesehatan. Pendidikan merupakan gejala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003), semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki tentang kunjungan masa nifas. Sebaliknya, semakin rendah pendidikan,
SURYA
maka kemungkinan sulit ibu untuk meneriam informasi maupun ide – ide termasuk kunjungan masa nifas. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan kepada ibu nifas post partum. Ibu mengalami berbagai emosi dan juga rentan terhadap gangguan psikologis yang mungkin dipengaruhi oleh keadaan sosialnya. Penting agar ibu mendapatkan pemahaman dan dukungan dari pasangan dan keluarganya (Holmes, 2011). Upaya untuk meningkatkan kepatuhan frekuensi kunjungan ulang pada ibu masa nifas, peran tenaga kesehatan terutama bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan karena peran bidan sebagai educator diharapakan dapat membantu memberikan informasi tentang pentingnya melakukan kunjungan masa nifas sesuai dengan program yang ditetapkan, motivasi dan penyuluhan yang intensif tentang pentingnya kunjungan pada masa nifas. Jumlah kunjungan yang harus dilakukan ibu nifas minimal empat kali. Karena masih banyakanya ibu nifas yang tidak melakukan kunjungan masa nifas yang dilakukan minimal empat kali, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2013“.
METODOLOGI .PENELITIAN Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan peneliti dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Notoatmodjo, 2003). Desain penelitian yang digunakan adalah analitik corelasional yaitu suatu metode dimana peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang ada dan bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dimana variabelvariabel yang diamati dan dikunpulkan dalam 3
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan waktu bersamaan, pada waktu tertentu (Notoatmodjo, 2003) Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. HASIL .PENELITIAN
(3) Umur Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Umur No. Umur Jumlah Prosentase (%) 1. < 20 tahun 2 6,7 2. 20 – 30 tahun 16 53,3 3. Lebih 30 tahun 12 40,0
…
Total
Data Umum 1. Distribusi Responden (1) Pendidikan Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat pendidikan No. Pendidikan Jumlah Prosentase (%) 1. SD 5 16,7 2. SMP 11 36,7 3. SMA 10 33,3 4. D III / PT 4 13,3 Total 30 100%
30
100 %
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas berusia 20–30 tahun (53,3%) dan sebagaian kecil ibu nifas berusia kurang 20 tahun (6,7%). Data Khusus 1) Pengetahuan Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kunjungan Masa Nifas No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%) 1. Pengetahuan 16 53,3 Kurang 2. Pengetahuan 8 26,7 Sedang 3. Pengetahuan 6 20,0 Baik Jumlah 30 100%
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (53,4%) ibu nifas yang berpendidikan dasar dan sebagian kecil (13,3%) ibu nifas yang berpendidikan PT. (2) Pekerjaan. Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan No. Pekerjaan Jumlah Prosentase (%) 1. Ibu Rumah 10 33,3 2. tangga 6 20,0 3. Petani 12 40,0 4. Swasta / 2 6,7 wiraswasta PNS / TNI / POLRI Total 30 100 %
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang tingkat pengetahuan tentang kunjungan masa nifas kurang (53,3%) dan sebagian kecil ibu nifas yang tingkat pengetahuan tentang kunjungan masa nifas baik (20,0%). 2) Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas No Kepatuhan Jumlah Prosentase (%) 1. Tidak Patuh 20 66,7 2. Patuh 10 33,3 Jumlah 30 100%
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya (40,0%) ibu nifas yang bekerja swasta / wiraswasta dan sebagian kecil (6,7%) ibu nifas yang bekerja sebagai PNS / TNI / POLRI.
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas tidak patuh
SURYA
4
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan melakukan kunjungan masa nifas (66,7%) dan hampir sebagian ibu nifas yang patuh melakukan kunjungan masa nifas (33,3%).
No.
1. 2. 3.
3) Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Tabel 6 Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Pengeta Kepatuhan Total Huan Kunjungan Prosen tase Tidak Patuh Patuh ∑ % ∑ % Kurang 16 100 0 0 16 100 Sedang 4 50 4 50 8 100 Baik 0 0 6 100 6 100 Total 20 66,7 10 33,3 30 100 Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan kurang ternyata seluruhnya tidak patuh berkunjung ke BPM dan responden yang berpengetahuan baik seluruhnya (100%) patuh berkunjung ke BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Hasil uji pada tingkat pengetahuan tentang kunjungan masa nifas dengan tingkat kepatuhan kunjungan menggunakan statistic korelasi Koefisien Kontingensi dengan tingkat signifikan ρ ≤ 0,05, didapatkan tingkat singnifikan 0,000 yang berarti H1 diterima yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2013. PEMBAHASAN .…
.…
1. Pengetahuan Hasil penelitian pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar/ lebih sebagian (53,3%) ibu nifas yang tingkat pengetahuan tentang kunjungan masa nifas kurang artinya lebih dari separuh responden berpengetahuan rendah / kurang. Pada kondisi yang demikian maka seorang bidan
SURYA
5
harus lebih termotivasi untuk memberikan bimbingan / informasi kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah tugasnya supaya memahami apa kegunaan / manfaat tentang kunjungan masa nifas ke BPM. Rendahnya pengetahuan ibu nifas tentang kunjungan masa nifas ke BPM banyak dipengaruhi beberapa faktor diantaranya pendidikan, pekerjaan dan umur ibu. Sebagian kecil ibu nifas yang tingkat pengetahuan tentang kunjungan masa nifas baik sesuai program dan kebijakan teknis pada masa post partum. Tabe 1 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu nifas berpendidikan dasar dan sebagian kecil ibu nifas yang berpendidikan PT. Responden yang berpendidikan dasar didapatkan hampir setengahnya (53,4%) dari responden yang tingkat pendidikannya tinggi karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan serta informasi yang didapatkan. Tabel 2 menujukkan bahwa hampir setengahnya ibu nifas yang bekerja swasta/ wiraswasta dan sebagian kecil ibu nifas yang bekerja sebagai PNS/ TNI/ POLRI. Hampir setengah dari responden yang bekerja sebagai swasta / wiraswasta (40,0%) sehingga seseorang yang tingkat pekerjaannya tinggi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena lingkungan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh. Tabel 3 diatas juga menunjukkan bahwa sebagian besar / lebih sebagian (53,3%) ibu nifas yang berusia 20-30 tahun dan sebagian kecil ibu nifas yang berusia kurang 20 tahun. Dengan bertambahnya umur seseorang maka tingkat taraf berfikir seseorang akan bertambah. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Wahid (2007) adalah pendidikan, Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan pekerjaan dan umur. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri – ciri lama, keempat, timbulnya ciri – ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Pengetahuan sangat penting bagi seseorang untuk memperoleh informasi. Seseorang yang memperoleh informasi dapat membentuk suatu perilaku, terutama pada ibu nifas dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya, sehingga ibu nifas mau melakukan kunjungan masa nifas selama empat kali. Sebaliknya, ibu yang pengetahuannya kurang maka ibu tersebut kadang melakukan kunjungan pada masa nifas atau bahkan tidak akan melakukan kunjungan pada masa nifas. Pengetahuan ibu yang memadai dapat membantu ibu memperoleh banyak informasi tentang masa nifas, perubahan – perubahan yang terjadi pada masa nifas, dan psikologis yang terjadi pada masa nifas. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu, pendidikan, pekerjaan dan umur. semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi sehingga semakin
SURYA
banyak pengetahuan yang dimiliki tentang kunjungan masa nifas. Sebaliknya, semakin rendah pendidikan, maka kemungkinan sulit ibu untuk meneriam informasi maupun ide – ide termasuk kunjungan masa nifas. Pekerjaan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena lingkungan pekerjaan bisa membantu seseorang untuk memperoleh informasi. Umur sangat penting untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya usia seseorang semakin tinggi tingkat kematangan seseorang untuk berfikir. 2. Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas dan hampir sebagian ibu nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST yang patuh melakukan kunjungan masa nifas sesuai program dan kebijakan teknis pada masa post partum. Artinya lebih dari setengah ibu nifas tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas sesuai program dan kebijakan teknis pada masa post partum. Kunjungan post partum merupakan kunjungan yang dilakukan ibu nifas ke tenaga kesehatan selama masa nifas yaitu dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selam kira – kira 6 minggu (Sarwono, 2006). Program dan kebijakan teknis pada masa post partum, terdapat paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu nifas. Karena tujuan pada masa nifas adalah untuk menilai kesehatan ibu dan bayi baru lahir, pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya kejadian – kejadian pada masa nifas, menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas (Suherni, dkk 2008). Adapun frekuensi kunjungan masa nifas yaitu kunjungan pertama waktu 6 – 8 jam setelah persalinan, kunjungan kedua waktu 6 hari setelah persalinan, kunjungan ketiga waktu 2 minggu setelah persalinan, dan 6
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan kunjungan keempat waktu 6 minggu setelah persalinan (Bahiyatun, 2009). Fenomena yang terjadi di masyarakat kunjungan post partum jarang dilakukan empat kali kunjungan, seringkali hanya dua kali atau bahkan satu kali kunjungan selama post partum, selama tidak ada keluhan pada ibu maupun bayinya. Padahal selama kunjungan masa nifas yang tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas maka kemungkinan dapat menimbulkan komplikasi yang terjadi pada ibu nifas sehingga tidak dapat terdeteksi dengan baik.
termasuk keadaan psikologis), menentukan apakah terjadi kegawatdaruratan pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas dan apakah terjadi penyulit/ masalah dengan ibu yang memerlukan perawatan atau rujukan seperti abses pada payudara (Prawirohardjo, 2006). Hal ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan sangat berpengaruh dengan kepatuhan kunjungan masa nifas. Ibu nifas yang melakukan kunjungan sesuai program dan kebijakan tekhnis post partum yang dilakukan sebanyak empat kali kunjungan maka masa nifas akan berjalan baik karena apabila terdapat komplikasi pada ibu nifas dapat terdeteksi dengan baik.
3. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Tahun 2013 Dari tabel 6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) ibu nifas yang pengetahuannya kurang sehingga tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas dan sebagian kecil (20,0%) ibu nifas yang pengetahuannya baik sehingga patuh melakukan kunjungan masa nifas. Uji statistic korelasi Koefisien Kontingensi dengan tingkat signifikan ρ ≤ 0,05, didapatkan tingkat singnifikan 0,000, maka H1 diterima yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2013. Terdapat perbedaan pengetahuan yang kurang yang tidak patuh dalam melakukan kunjungan, dan pengetahuan baik yang patuh dalam melakukan kunjungan masa nifas. Pada pengetahuan ibu nifas dapat menentukan tingkat kepatuhan kunjungan masa nifas sehingga ibu nifas dapat melakukan kunjungan sesuai program dan kebijakan tekhnis post partum. Pada waktu kunjungan post partum dengan tenaga kesehatan, kunjungan masa nifas akan dilakukan pemeriksaan kondisi ibu yang meliputi pemeriksaan umum, payudara, perut/ uterus, vulva/ perineum guna untuk menentukan ibu nifas tersebut berlangsung normal atau tidak (seperti involusi uterus, pengeluaran lochea dan pengeluaran air susu ibu atau ASI serta perubahan sistem tubuh
SURYA
PENUTUP 1. Kesimpulan 1) Sebagian besar ibu nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2013 yang pengetahuannya kurang tentang kunjungan masa nifas. 2) Sebagian besar ibu nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2013 tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas. 3) Ada hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas di BPM Ny. Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. 2. Saran Dengan melihat hasil kesimpulan di atas maka ada beberapa saran dari peneliti yakni sebagai berikut : 1) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan bisa memberikan health education kepada ibu nifas tentang pentingnya kunjungan masa nifas. 2) Bagi profesi Diharapkan bidan untuk bisa melakukan kunjungan rumah ke ibu nifas apabila ibu nifas tidak patuh melakukan 7
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas Di BPM Ny.Subiyanah, SST Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan kunjungan masa nifas agar masa nifas berjalan dengan baik. 3) Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian dapat digunakan untuk peneliti yang akan datang sebagai sumber referensi dan pengalaman dalam mempelajari hubungan pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan kunjungan masa nifas. 4) Bagi masyarakat Diharapkan bagi ibu nifas dapat melakukan kepatuhan kunjungan selama masa nifas sesuai program yang telah ditetapkan.
Myles, (2009). Buku Ajar Bidan Myles ; Edisi 14, Jakarta : EGC Niven, Neil, (2002). Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain, Jakarta : EGC Notoadmojo, Soekidjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Medika Nursalam, (2008). Buku Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : Rineka Cipta
Poerwadarminta, W.J.S., (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia ; Edisi III, Cetakan 3, Jakarta : Balai Pustaka
Bahiyatun, (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono, (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBPSP
Barbara R, dkk, (2005). Panduan Belajar Keperawatan Ibu Dan Bayi Lahir (Maternal, Newborn Nursing)
Sugiyono, (2007). Statistika untuk Penelitian, Bandung : Alfabet
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, (2011). Lamongan Terus Tekan AKI dan AKB. http://jatim.antaranews.com/lihat/beri ta/76607. Diakses : tanggal 22 Maret 2013. Fatmah,
Suherni dkk, (2008), Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta : Fitramaya Sulistyaningsih, (2011), Metode Penelitian Kebidanan : Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
(2008). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajagrafindo Persada
Sulistyawati, Ari, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta : ANDRI
Hidayat A, A., (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Varney, Helen, (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan ; Edisi 4, Jakarta : EGC
Holmes, Debbie, (2011). Buku Ajar Ilmu Kebidanan, Jakarta : EGC
Wahid, Iqbal Mubarok, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Mengajar Dalam Pendidikan, Jakarta : Graha Ilmu
Ida Bagus Gde Manuaba, (2007). Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC Leveno,
Kenneth J., (2009). Obstetri Williams : Panduan Ringkas ; Edisi 21, Jakarta : EGC
SURYA
8
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014