perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA
SKRIPSI
Oleh : LUTFIATUN NISFAH H 0808121
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Oleh: LUTFIATUN NISFAH H 0808121
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA
yang dipersiapkan dan disusun oleh Lutfiatun Nisfah H 0808121
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :
Juli 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD NIP. 19490320 1976111001
Anggota II
Wiwit Rahayu, SP, MP Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP NIP. 19711109 1997032004 NIP. 194808081976122001 Surakarta,
Juli 2012
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 195602251986011001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Rabb semesta alam atas segala karunia, rahmat dan hidayah Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Nuning Setyowati, SP, MSc., selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta. 4. Bapak Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD., selaku Pembimbing Akademik selama proses belajar di Fakultas Pertanian UNS Surakarta. 5. Bapak Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD. selaku Pembimbing Utama dan Ibu Wiwit Rahayu, SP, MP. selaku Pembimbing Pendamping serta Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. selaku Dosen Penguji Tamu yang selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi di Fakultas Petanian. 6. Kantor Ketahanan Pangan, Kantor BPS, Kantor BAPPEDA, Kantor Kecamatan Welahan beserta staff, terima kasih atas kerjasama dan data-data pendukung dan Kepala Desa Ujungpandan dan Kepala Desa Kalipucang Wetan yang sudah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian di Desa Ujungpandan dan Desa Kalipucang Wetan. commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Kedua orang tua yang rela berpeluh dan penat demi melihat senyum putraputrinya. Terima kasih atas do’a, cinta serta kasih sayang yang tanpa batas serta dukungan yang luar biasa sehingga penulis sampai pada tahap ini. 8. Kakakku tercinta, Mas Budi yang sudah meluangkan waktu untuk membantu dan menemani saat mengurus perizinan penelitian, pengambilan data, dan selama proses penelitian berlangsung, serta Kakak-kakakku tercinta yang lain Mas Ali, Mas Rosikin, Mas Supri, Mbak Wiwin, Mbak Khur, Mbak Siti, dan Mbak Veti atas dukungan, pengertian dan doanya selama proses penyusunan skripsi ini. 9. Adik-adikku tercinta, Syukur dan Ranti atas doa, dukungan dan kesediaan untuk membantu serta sebagai tempat untuk sejenak melepas penat. 10. Ibu Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih, MS., yang sudah sebagai orang tua kedua, terimakasih atas dukungan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi di Fakultas Petanian. 11. Sahabat-sahabatku Mbak Retnati, Njeeh, Khusnul, dan Dek Diyah atas kebersamaannya dan teman curhat di Kos Bu Sumini yang menemaniku selama 2 tahun, dan sahabat-sahabatku Mbak Nita, Mbak Fazria, Rina, Ayuk, Rahma, Dek Neni, dan Dek Ida di Kos Novita terima kasih telah menjadi teman dan sahabat, walaupun kebersamaan kita cuma sebentar namun memberikan bekas yang tak terlupakan. 12. Nur, Nuria, Gea, dan Febri terima kasih atas persahabatannya selama ini, dan segala bantuan, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 13. BM FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2010-2011, dan periode 2011-2012 khususnya Divisi Produksi, yang telah memberikan kesempatan untuk berkembang dan mendapat pengalaman yang luar biasa. 14. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya. Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya commit to user dan pembaca pada umumnya. Surakarta, iv iv
Penulis
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x RINGKASAN ................................................................................................. xi SUMMARY .................................................................................................... xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... B. Perumusan Masalah ............................................................................ C. Tujuan Penelitian ................................................................................ D. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
1 4 6 6
II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. 7 B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9 1. Rumah Tangga Petani …………………………………………… 9 2. Pendapatan Rumah Tangga ........................................................... 10 3. Diversifikasi Pendapatan Rumah Tangga ...................................... 10 4. Konsumsi Pangan .......................................................................... 11 5. Pengeluaran untuk Konsumsi ........................................................ 13 6. Ketahanan Pangan Rumah Tangga ............................................... 14 C. Kerangka Teori .................................................................................... 16 D. Pembatasan Masalah ........................................................................... 19 E. Asumsi-asumsi .................................................................................... 19 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ..................... 19 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... B. Metode Penarikan Sampel ................................................................... 1. Metode Penarikan Daerah Penelitian ............................................ 2. Metode Penarikan Responden ........................................................ C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. E. Metode Analisis Data .......................................................................... commit to user 1. Pendapatan Rumah Tangga Petani ................................................ v
22 22 22 24 25 26 26 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Diversifikasi Pendapatan................................................................ 3. Konsumsi Rumah Tangga Petani ................................................... 4. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran Petani ............................................................................................. 5. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani ...................................... 6. Ketahanan Pangan .......................................................................... 7. Pengukuran Coping Strategy ......................................................... 8. Korelasi antara Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan ............................................................................................ IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ..................................................................................... 1. Letak dan Batas Wilayah .............................................................. 2. Topografi Wilayah ........................................................................ B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................................. 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ............................ 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................ 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................... C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan .......................................... 2. Produksi Tanaman Pangan ............................................................ 3. Ketersediaan Pangan ...................................................................... D. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 1. Pendapatan Per Kapita ................................................................... 2. Sarana Perekonomian ..................................................................... V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................. 1. Karakteristik Rumah Tangga Responden ..................................... 2. Karakteristik Usahatani Responden .............................................. 3. Pendapatan Rumah Tangga Responden ........................................ 4. Diversifikasi Pendapatan Responden ............................................. 5. Pengeluaran Rumah Tangga Responden ....................................... 6. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga Responden .................................................. 7. Konsumsi Energi dan Protein Responden ..................................... 8. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden ............................ 9. Indeks Coping Strategy Responden ............................................... 10. Hubungan Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Responden ......................................................................................
commit to user
vi
27 27 27 28 29 30 30 32 32 32 33 33 34 36 37 38 38 39 40 41 41 43 44 44 46 47 48 51 58 59 65 67 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 72 B. Saran .................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA
74
LAMPIRAN
77
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah dan Padi Gogo menurut Kecamatan di Kabupaten Jepara Tahun 2010 ..................................................................................... 23 Tabel 2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Pertanian di Kecamatan Welahan Tahun 2010 ................................................... 24 Tabel 3. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga ............................................................................................. 30 Tabel 4. Komposisi Penduduk Kabupaten Jepara Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2010 ..................................................... 33 Tabel 5. Penduduk Kecamatan Welahan Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2010 .................................................................. 34 Tabel 6. Penduduk Kabupaten Jepara Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ............................................................. 34 Tabel 7. Penduduk Kecamatan Welahan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010.............................................................. 34 Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Jepara dan Kecamatan Welahan Tahun 2010 ................................. 36 Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Jepara Tahun 2010 .......................................................................... 37 Tabel 10. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Jepara Tahun 2010 ..................................................................................... 39 Tabel 11. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Jepara Tahun 2010 ....................................... 40 Tabel 12. Ketersediaan Pangan Kabupaten Jepara Tahun 2010 ..................... 41 Tabel 13. Pendapatan per Kapita Kabupaten Jepara Tahun 2006-2010 ......... 42 Tabel 14. Sarana Perekonomian di Kabupaten Jepara Tahun 2010 ................ 43 Tabel 15. Karakteristik Rumah Tangga Responden ....................................... 44 Tabel 16. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Responden....................... 46 Tabel 17. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Responden Per Bulan ......... 47 Tabel 18. Diversifikasi Pekerjaan Rumah Tangga Responden ....................... 49 Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Per Bulan commit to user Rumah Tangga Responden ............................................................. 51
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 20. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran Pangan, Non Pangan Dan Tabungan Rumah Tangga Responden ............................................ 58 Tabel 21. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Responden ....................................................................................... 59 Tabel 22. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi Rumah Tangga Petani ............................................................. 60 Tabel 23. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tiap Anggota Rumah Tangga Responden .......................................................................... 61 Tabel 24. Distribusi Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden ............................................................. 62 Tabel 25. Distribusi Anggota Rumah Tangga berdasarkan Konsumsi Energi dan Protein ........................................................................... 64 Tabel 26. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden .............................. 66 Tabel 27. Sebaran Coping Strategy Rumah Tangga Responden .................... 69 Tabel 28. Korelasi Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden ............................................................ 70
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah............................................. 19 Gambar 2. Kerangka Penarikan Sampel .......................................................... 25
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Lampiran 1. Nama Responden, Status dalam Keluarga, Umur, Pendidikan, Banyaknya Anggota Rumah Tangga, dan Istri Lampiran 2. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Responden Lampiran 3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Per Bulan Lampiran 4. Data Pekerjaan Responden Lampiran 5. Daftar Pekerjaan Responden di Kecamatan Welahan Lampiran 6. Pengeluaran Pangan Responden Lampiran 7. Pengeluaran Non Pangan Responden Lampiran 8. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan, Konsumsi Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi Responden Lampiran 9. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Kondisi Ketahanan Pangan Responden Lampiran 10. Sebaran Konsumsi Energi dan Protein serta Kriterianya Tiap Anggota Rumah Tangga Responden Lampiran 11. Coping Strategy yang dilakukan Responden Lampiran 12. Peta Kabupaten Jepara Lampiran 13. Peta Kecamatan Welahan Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian Lampiran 15. Kuesioner Penelitian
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN Lutfiatun Nisfah. H 0808121. 2012. “Hubungan Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD dan Wiwit Rahayu, S.P., M.P. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sumber-sumber pendapatan dan kontribusi masing-masing sumber pendapatan rumah tangga petani, mengkaji tingkat konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga petani, mengkaji kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan indikator konsumsi energi, konsumsi protein dan proporsi pengeluaran pangan, serta mengkaji hubungan diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Metode penarikan sampel desa dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ujungpandan dan Desa Kalipucang Wetan dengan pertimbangan jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani di desa tersebut adalah terbesar urutan pertama dan kedua. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 40 orang rumah tangga petani. Pemilihan responden dari masing-masing desa menggunakan metode simple random sampling (SRS). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pencatatan, recall, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber pendapatan selain dari kegiatan usahatani di Kecamatan Welahan adalah buruh bangunan, karyawan toko dan bengkel, pedagang, merajut jala ikan, pengrajin batu bata, dan kiriman. Ratarata kontribusi pendapatan dari kegiatan usahatani yaitu sebesar 42,55% atau Rp 1.476.325,00. Rata-rata kontribusi pendapatan dari kegiatan non usahatani yaitu sebesar 56,37% atau sebesar Rp 1.956.250,00. Rata-rata kontribusi pendapatan dari remiten yaitu sebesar 1,08% atau Rp 37.500,00. Rata-rata proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total sebesar 53,30% atau Rp 1.186.020,00, sedangkan proporsi pengeluaran konsumsi non pangan terhadap pengeluaran total sebesar 46,70% atau Rp 1.039.028,00. Hal ini berarti, tingkat kesejahteraan rumah tangga petani tergolong rendah. Rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga petani adalah 1.938,65 kkal/orang/hari dan 98,179 gram/orang/hari. Rata-rata tingkat konsumsi energi 94,618% (sedang), sedangkan tingkat konsumsi protein 180,699% (baik). Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan berdasarkan tingkatannya adalah : tahan pangan sebesar 70%, rentan pangan 22,5%, kurang pangan 5%, dan 2,5% termasuk dalam kondisi rawan pangan. Hubungan diversifikasi pendapatan dengan total pendapatan rumah tangga negatif dan sangat rendah (-0,010), hubungan diversifikasi pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan positif dan sangat rendah (0,108), hubungan diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan energi negatif dan sangat rendah (-0,199). Hubungan diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan protein adalah negatif dan sangat rendah (-0,088). commit to user Kata Kunci : Diversifikasi pendapatan, konsumsi energi, konsumsi protein, proporsi pengeluaran pangan, ketahanan pangan rumah tangga xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY Lutfiatun Nisfah. H 0808121. 2012. “A Relationship Among Income Diversification And Food Security Of Rural Farm Households In Welahan Distric Jepara Regency”. Faculty Of Agriculture. Sebelas Maret University Surakarta. Advisor : Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD. And Wiwit Rahayu, SP, MP. This research are aimed to analyze the sources of income and the contribution of each income sources of rural farm household, to analyze food and non food consumption rate of rural farm household, to analyze food security condition of rural farm household based on the energy consumption and the proportion of food expenditure indicators, and to analyze relationship of among income diversification and rural farm household food security in Welahan Distric Jepara Regency. This research used descriptive analytic method and executed survey technique. This research was done in Welahan Distric Jepara Regency. Ujungpandan and Kalipucang Wetan Village of Welahan Distric had chosen as research area used purposive method with consideration that the population who worked as farmer were the largest in the Distric. There were 40 Respondens had taken in this research. The respondents selection used Simple Random Sampling (SRS) method. The data used in this research were primary and secondary data. Techniques of data collection is done with interviews, observation, registration, recall, and documentation. The result of research showed that rural farm household in Welahan Distric have done sources income diversification. The average of income contribution of on farm activities income is 42,55 or 1.476.325 IDR. The average of income contribution of non farm activities is 56,37% or 1.956.250 IDR. The average of income contribution of remitan is 1,08% or 37.500 IDR. The average proportion of food expenditure on total expenditure is 53,30% or 1.186.020 IDR, while the average proportion of non food expenditure on total expenditure is 46,70%, it or 1.039.028 IDR. It means that the rate of poverty in rural farm household is low. The average of energy and protein consumption of rural farm household is 1.938,65 kcal/cap/day and 98,179 grams/cap/day. The average of energy consumption rate is 94,618% (medium), and the rate of protein consumption is 180,699% (good). Food security’s condition of rural farm households are 70% for adequate foods, 22,5% are vulnerable foods, 5% are less foods and 2,5% are prone foods. Relationship among income diversification and total household incomes is negative and very low (-0,010), relationship among income diversification and the proportion food expenditure is positive and very low (0,108), relationship among income diversification and the energy adequacy’s level is negative and very low (-0,199), and relationship among income diversification and the protein adequacy’s level is negative and very low (-0,088). From the results of this research can be suggested to improve the knowledge about nutrition at the household and Increasing household incomes, so the condition of household food security is better. commit to user Keywords : Income diversification, the consumption of energy, the consumption of protein, the proportion of food expenditure, household food security xiii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pangan merupakan sumber energi dan protein yang berguna untuk meningkatkan kualitas manusia. Pangan juga merupakan kebutuhan pokok dan
komoditi
strategis
dalam
kehidupan
manusia
untuk
menjaga
kelangsungan hidupnya agar tetap sehat dan produktif. Namun dalam kenyataannya, tidak semua orang dapat terpenuhi kebutuhan pangannya karena beberapa alasan sehingga mengalami kelaparan dan menghadapi kondisi rawan pangan, tetapi beberapa orang berlebihan dalam konsumsi pangannya (Marwanti, 2000). Ketahanan pangan menurut Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996, adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Lassa, 2005). Konsep ketahanan pangan tersebut paling tidak melingkupi lima unsur pokok, yaitu : a. Berorientasi pada kebutuhan rumah tangga dan individu b. Setiap saat bahan pangan tersedia dan dapat diakses c. Mengutamakan aksesibilitas pangan bagi rumah tangga dan individu; baik secara fisik, maupun sosial-ekonomi d. Bertujuan pada pemenuhan kebutuhan gizi secara aman e. Sasaran akhir adalah hidup sehat dan produktif. Konsep
ketahanan
pangan
mengacu
pada
pengertian
adanya
kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Secara ringkas ketahanan pangan sebenarnya hanya menyangkut tiga hal penting, yaitu ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan (Purwaningsih, 2008). Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan commit to user untuk mengakses (termasuk daya pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
beli) terhadap pangan. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan yaitu petani adalah produsen pangan dan petani juga sekaligus sebagai kelompok konsumen terbesar yang sebagian keadaannya masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan (BKP Kementrian Republik Indonesia, 2010). Banyak rumah tangga pertanian yang mengalami kerawanan pangan. Untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga pertanian, langkah yang harus ditempuh yaitu mendiversifikasi dan memperluas sumber-sumber pendapatan. Dengan adanya berbagai macam sumber pendapatan tersebut, diharapkan rumah tangga pertanian bisa menjamin kelangsungan hidupnya. Selain itu cara yang bisa dilakukan oleh rumah tangga pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan agar bisa mewujudkan kondisi ketahanan pangan keluarga yaitu dengan melakukan sistem pertanian semi subsisten. Produksi hasil pertanian bisa digunakan untuk cadangan pangan dan sebagian lagi bisa dijual untuk memperoleh tambahan pendapatan jika sewaktu-waktu keluarga mengalami kekurangan pangan, dan dengan pendapatan tersebut keluarga bisa membeli bahan pangan sehingga tidak akan mengalami kerawanan pangan (Maxwell et al., 1998). Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan perilaku rumah tangga dalam melakukan pola konsumsi pangan dan penganekaragaman pangan. Secara umum dengan adanya kenaikan pendapatan akan memberikan peluang bagi masing-masing rumah tangga untuk melakukan diversifikasi konsumsi, meningkatkan kualitas bahan pangan pokok dalam upaya meningkatkan gizi keluarganya. Bagi rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah maka sebagian besar pendapatan yang diterima akan dialokasikan untuk membeli barang-barang kebutuhan primer. Pola konsumsi pada rumah tangga yang berpendapatan rendah lebih mengarah pada pangan pokok yang berbasis potensi lokal, dan variasi pangan kurang mendapat perhatian sehingga pemenuhan gizinya masih perlu dipertanyakan. Berbeda dengan rumah tangga yang mempunyai pendapatan tinggi mereka cenderung commit untuk mengkonsumsi pangan yangto user lebih bervariasi dan meningkatkan
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas pangannya dengan cara membeli bahan pangan yang nilai gizinya lebih tinggi (Hidayat et al., 2004). Diversifikasi pengalokasian
pendapatan
sumberdaya
dapat
tertentu
diartikan pada
sebagai
berbagai
suatu
aktivitas
pola untuk
mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru. Diversifikasi pendapatan sering dikaitkan dengan upaya penanggulangan resiko (coping strategy), kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga kerja dan lahan. Di tingkat rumah tangga, diversifikasi melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset, selain dimaksudkan untuk mencari nilai tambah kapital juga untuk mengurangi instabilitas pendapatan rumah tangga. Diversifikasi pendapatan rumah tangga tersebut dapat dilakukan di sektor pertanian saja, nonpertanian ataupun kombinasi dari keduanya. Keragaman lingkungan strategis sebagai faktor pendorong dan penarik di tingkat rumah tangga membuat motivasi melakukan diversifikasi yang berbeda-beda. Kondisi perekonomian yang semakin sulit seperti sekarang ini dapat menjadikan diversifikasi pendapatan sebagai suatu pilihan strategi kehidupan (livelihood strategy) bagi banyak rumah tangga, khususnya untuk rumah tangga petani (Hardono dan Saliem, 2004). Pada umumnya sumber pendapatan rumah tangga di daerah perdesaan bersumber dari berbagai aktivitas usaha pertanian (on farm), usaha diluar pertanian (off farm) dan usaha di luar sektor pertanian (non farm). Pendapatan yang bersumber dari usaha on farm biasanya diusahakan dari usahatani tanaman pangan dan hortikultura kemudian dari sektor peternakan, sedangkan sektor
perkebunan
belum
banyak
memberikan
kontribusi
terhadap
pendapatan petani. Sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan off farm dapat diperoleh dengan kegiatan berburuh tani yang dilakukan mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen. Sedangkan sumber pendapatan dari luar sektor pertanian dapat diperoleh petani dengan bekerja sebagai buruh bangunan/tukang, pedagang, jasa, dan industri (Rachman et al., 2004). Kantor Ketahanan Pangana (2011), menjelaskan bahwa pola konsumsi user terdiri dari padi-padian terutama pangan penduduk Jepara padacommit tahun to2010,
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beras; umbi-umbian; pangan hewani; minyak dan lemak; buah/biji berminyak; kacang-kacangan; gula; sayur dan buah. Rata-rata konsumsi energi penduduk Kabupaten Jepara sebesar 1920,8 kkal/kapita/hari yang diperoleh dari konsumsi kelompok pangan padi-padian sebesar 893 kkal/kapita/hari, dan rata-rata konsumsi protein sebesar 56,9 gram/kapita/hari. Menurut data dari Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah, persentase pengeluaran ratarata per kapita per bulan dan jenis pengeluaran di Provinsi Jawa Tengah, ratarata pengeluaran rumah tangga Kabupaten Jepara tahun 2008 menunjukkan bahwa jenis pengeluaran untuk pangan lebih besar dari pada jenis pengeluaran non makanan. Pada tahun 2008, pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar 59,72%, dan pengeluaran untuk konsumsi bukan pangan sebesar 40,28%. Persentase pengeluaran pangan lebih besar dari pengeluaran bukan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga penduduk di Kabupaten Jepara masih rendah, karena sebagian besar pendapatan penduduk lebih banyak digunakan untuk mencukupi kebutuhan makanan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. B. Rumusan Masalah Ketahanan
pangan
dibedakan
dalam
empat
tingkatan,
yaitu
ketahanan pangan nasional, regional, ketahanan pangan rumah tangga atau keluarga, serta ketahanan pangan individu. Meskipun ketahanan pangan nasional dapat dikatakan baik, namun hal tersebut tidak menjamin ketahanan pangan tingkat regional, bahkan tingkat rumah tangga atau individu. Hal ini terjadi karena rumah tangga memiliki ketersediaan dan akses pangan yang berbeda-beda. Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan secara cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggotanya. Indikator aksesibilitas/keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga commit to user memperoleh pangan, baik dari sisi ketersediaan pangan itu sendiri maupun
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan rumah tangga menjangkau pangan dari sisi ekonomi (memiliki pendapatan). Pendapatan yang diterima oleh keluarga petani bisa berasal dari kegiatan pertanian baik itu sebagai petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap ataupun sebagai buruh tani, dan kegiatan non pertanian serta percampuran diantara keduanya. Total pendapatan yang diterima oleh petani dan keluarganya, akan mempengaruhi daya beli petani terhadap pangan dan pola konsumsinya, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani. Berdasarkan Survei Konsumsi Pangan Kabupaten Jepara Tahun 2011, tingkat konsumsi pangan di Kabupaten Jepara masih didominasi oleh besarnya konsumsi padi-padian terutama beras, kemudian disusul oleh konsumsi pangan hewani dan kacang-kacangan. Konsumsi Energi di Kabupaten Jepara sebesar 1970,3 kkal/kapita/hari. Sedangkan besar konsumsi energi berdasarkan karakteristik agroekologi yaitu wilayah pertanian sebesar 1920,8 kkal/kapita/hari, wilayah perikanan sebesar 1947,8 kkal/kapita/hari, dan wilayah lainnya sebesar 2017,3 kkal/kapita/hari. Berdasarkan data tersebut besarnya konsumsi energi wilayah pertanian mempunyai nilai yang paling rendah bahkan belum memenuhi kecukupan energi yaitu 2000 kkal/kap/hari. Kecamatan Welahan merupakan wilayah yang memiliki luas panen padi terbesar di Kabupaten Jepara. Hal ini membuktikan bahwa Kecamatan Welahan adalah daerah pertanian, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah Kecamatan Welahan ini. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Apa saja sumber-sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani dan berapa besar kontribusi masing-masing sumber pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara? 2. Bagaimana konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara? commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan indikator konsumsi energi, konsumsi protein dan proporsi pengeluaran pangan di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara? 4. Bagaimana hubungan diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini, yaitu : 1. Mengkaji sumber-sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani dan kontribusi masing-masing sumber pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. 2. Mengkaji konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. 3. Mengkaji kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan indikator konsumsi energi, konsumsi protein dan proporsi pengeluaran pangan di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. 4. Mengkaji hubungan diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penilitian ini adalah : 1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan pangan. 2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis. 3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Hasil Penelitian Terdahulu Djiwandi (2002), dalam penelitian tentang Sumber Pendapatan dan Proporsi Pengeluaran Keluarga Petani Untuk Konsumsi, Tabungan dan Investasi Studi Kasus Petani di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga petani menghabiskan 59,89% atau hampir 60% dari pendapatannya. Untuk tabungan rata-rata keluarga petani mengalokasikan 23,97 atau hampir 24% dari pendapatan dan 16,14% untuk diinvestasikan. Hardono dan Saliem (2004), dalam penelitian yang berjudul Diversifikasi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia : Analisis Data Susenas, menunjukkan bahwa struktur pendapatan rumah tangga di Indonesia dicirikan oleh relatif besarnya pangsa pendapatan dari sumber upah/gaji (labor income), khususnya di kota. Selama periode 1996-2002, pangsa pendapatan tersebut meningkat dari 40,4% menjadi 49,9% di tahun 2002. Di perkotaan pangsa pendapatan upah/gaji mencapai 50,6% dan meningkat menjadi 59,6%. Pendapatan terbesar kedua berasal dari usaha non pertanian tetapi dengan pangsa cenderung menurun, yaitu dari 24,7% menjadi 23,4%. Pangsa usaha pertanian cenderung menurun dari 19,9% menjadi 13,4%. Penurunan tersebut disebabkan penurunan kontribusi pendapatan dari pengusahaan tanaman, baik pangan maupun nonpangan. Berbeda dengan di desa, usaha pertanian di kota hanya memberikan kontribusi 4,3% pada tahun 1996 dan berkurang menjadi 2,7% pada tahun 2002. Sedangkan di pedesaan, meskipun kontribusi pendapatan dari upah/gaji serta usaha nonpertanian masih cukup besar tetapi pangsa pendapatan tertinggi berasal dari usaha pertanian, yaitu mencapai 34,2% pada tahun 2002. Hal ini membuktikan bahwa bagi rumah tangga di pedesaan sektor pertanian masih merupakan sektor strategis sehingga pembangunan wilayah pedesaan seharusnya tetap memprioritaskan penanganan sektor tersebut agar dampak pembangunan commitrumah to usertangga dapat lebih nyata. terhadap peningkatan kesejahteraan 7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Baliwati et al. (2008), dalam penelitian yang berjudul Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Penghasil Damar Kabupaten Lampung Barat, menunjukkan bahwa rumah tangga desa penghasil damar mempunyai sumber-sumber pendapatan yang sangat beragam, baik yang berasal dari kepemilikan repong (on farm), pekerjaan terkait pengelolaan damar (off farm), maupun dari pekerjaan lainnya (non farm). Repong mampu memberikan pendapatan yang cukup besar bagi rumah tangga di desa penghasil damar. Rata-rata pendapatan per bulan rumah tangga pemilik repong yaitu sebesar Rp 1.319.215,00-Rp 2.465.327,00. Pendapatan rumah tangga pemilik repong tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan rumah tangga
yang
bukan
pemilik
yang
hanya
memperoleh
pendapatan
Rp 789.156,00-Rp 807.385,00 setiap bulannya. Pada rumah tangga pemilik repong, pendapatan yang diperoleh dari repong sendiri menempati porsi terbesar yaitu 43,27%, pendapatan yang berasal dari kegiatan non farm yaitu sebesar 34,24%, dan sumbangan terakhir dari diversifikasi pendapatan yang diperoleh rumah tangga berasal dari pekerjaan terkait pengelolaan damar (off farm) yaitu sebesar 22,49%. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, diversifikasi pendapatan sangat diperlukan oleh rumah tangga petani, sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup baik pangan maupun non pangan. Rumah tangga di perdesaan pada umumnya tidak menggantungkan seluruh hidupnya pada satu sumber
pendapatan,
melainkan
dari
beberapa
sumber
pendapatan.
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai hubungan diversifikasi pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani terhadap ketahanan pangan keluarga. Ketahanan rumah tangga petani dipengaruhi oleh pendapatan yang diterima oleh rumah tangga petani baik berasal dari usahatani maupun dari non usahatani. Petani yang mempunyai pendapatan rendah pada umumnya akan mendahulukan pengeluaran untuk pangan, khususnya pangan pokok. Oleh karena itu pendapatan sangat menentukan pola konsumsi pangan dan besarnya asupan commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gizi yang harus dipenuhi sebagai kebutuhan dasar manusia, dalam hal ini peneliti akan menekankan pada rumah tangga petani di Kabupaten Jepara. B. Tinjauan Pustaka 1. Rumah Tangga Petani Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu : rumah tangga biasa (ordinary household) dan rumah tangga khusus (special household). Rumah tangga biasa (ordinary household) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama dan mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Rumah tangga khusus (special household) adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih (BPSa, 2009). Sajogyo (2002), mendefinisikan petani sebagai pengolah tanah di pedesaan. Di Indonesia, kelompok masyarakat ini adalah salah satu kelompok masyarakat yang rata-rata berada di bawah garis kemiskinan. Selain itu kepemilikan luasan lahan dan pendapatan rata-rata yang diterima oleh petani pada umumnya relatif kecil bila dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurangkurangnya satu orang anggota rumah tangga melakukan kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar untuk memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko sendiri. Kegiatan dimaksud meliputi bertani/berkebun, beternak ikan dikolam, karamba maupun tambak, mengusahakan ternak/unggas (BPSa, 2009).
commit to user
menjadi nelayan,
dan
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
2. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (upah dan gaji, keuntungan, bonus, dan lain lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain lain), dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer) (BPSa, 2009). Saleh dalam Djiwandi (2002), jumlah pendapatan yang diperoleh pada setiap rumah tangga petani tidak sama besarnya antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam hal pemilihan tanah pertanian, modal usaha, dan kesempatan untuk memperoleh lapangan kerja baik di sektor pertanian maupun si luar sektor pertanian. Pendapatan yang diperoleh keluarga petani baik dari usaha tani maupun dari luar usahatani akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan adanya perbedaan tingkat pendapatan akan menimbulkan perbedaan-perbedaan pada distribusi pendapatan termasuk pola konsumsi rumah tangga dan penguasaan modal bukan tanah. Sebagai contoh, rumah tangga petani kecil atau buruh tani, karena pendapatannya relatif kecil untuk konsumsi rumah tangga hanya mampu membeli kebutuhan pokok saja. Sedangkan petani bertanah luas, karena pendapatannya besar di samping mampu membeli barang-barang konsumsi pokok rumah tangga, juga mampu membeli barang-barang kebutuhan sekunder seperti barang-barang perlengkapan rumah tangga, alat transportasi, alat hiburan dan masih mempunyai sisa untuk ditabung atau diinvestasikan (Djiwandi, 2002). 3. Diversifikasi Pendapatan Rumah Tangga Diversifikasi pendapatan bisa dianggap sebagai suatu norma. Hal ini dapat terjadi karena relatif sedikit orang yang menggantungkan hidupnya commit to user hanya dari satu sumber pendapatan/mengharapkan kesejahteraannya hanya
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada satu jenis aset, atau menggunakan aset-aset hanya pada satu aktivitas tunggal. Sebagai suatu norma, diversifikasi menjadi prasyarat bagi rumah tangga untuk dapat mencapai atau mempertahankan kepuasan (utility) pada tingkat tertentu. Kondisi perekonomian yang semakin sulit dapat menjadikan diversifikasi pendapatan sebagai suatu pilihan strategi kehidupan (livelihood strategy) bagi banyak rumah tangga, khususnya di Negara-negara berkembang (Barret dan Reardon, 2000). Diversifikasi
pendapatan
sering
dikaitkan
dengan
upaya
penanggulangan resiko (coping strategy), kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga kerja dan lahan. Di tingkat rumah tangga, diversifikasi dapat dilakukan melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset, selain dimaksudkan untuk mencari nilai tambah kapital juga untuk mengurangi instabilitas pendapatan rumah tangga. Diversifikasi pendapatan dapat dilakukan di kegiatan pertanian, nonpertanian, ataupun kombinasi dari keduanya (Hardono dan Saliem, 2004). 4. Konsumsi Pangan Menurut Saliem dalam Ariani (2005), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu. Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik diolah ataupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan makanan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Konsumsi pangan merupakan informasi pangan yang dimakan commit user (dikonsumsi) oleh seseorang atautokelompok, baik berupa jenis maupun
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlahnya pada waktu tertentu. Artinya konsumsi pangan dapat dilihat dari aspek jumlah maupun jenis pangan yang dikonsumsi. Konsumsi pangan berkaitan erat dengan gizi dan kesehatan, kesejahteraan, pengupahan, serta perencanaan ketersediaan dan produksi pangan (Hardinsyah dan Suhardjo, 1990). Menurut Harper et al. (1986), konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor dan pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan. Akan tetapi faktor-faktor yang tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan dimana saja di dunia adalah jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia; tingkat pendapatan; dan pengetahuan gizi. Tiga tujuan seseorang mengkonsumsi pangan yaitu tujuan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosional ataupun selera seseorang. Tujuan sosiologis adalah berhubungan dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Una, 2008). Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), jumlah dan komposisi gizi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari konsumsi pangannya dapat dihitung atau dinilai dari jumlah pangan yang dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Secara umum penilaian jumlah zat gizi yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut : Gij =
BPj Bddj x xKGij 100 100
Dimana : KGij
: Kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan j atau makanan yang dikonsumsi sesuai dengan satuannya
BPj
: Berat makanan atau pangan j yang dikonsumsi (gram) commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bddj
: Bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100 gram pangan atau makanan j)
Gij
: Zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j
5. Pengeluaran untuk Konsumsi Pengeluaran total dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pengeluaran untuk pangan dan barang-barang bukan pangan. Proporsi antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga. Dari proporsi pengeluaran pangan dapat diungkapkan bahwa semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah atau rentan (Purwantini dan Ariani, 2005). Makanan merupakan kebutuhan manusia untuk tetap hidup, sehingga sebesar apapun pendapatan seseorang ia akan tetap berusaha untuk mendapatkan makanan yang memadai. Seseorang atau suatu rumah tangga akan
terus
menambah
konsumsi
makanannya
sejalan
dengan
bertambahnya pendapatan, namun sampai batas tertentu penambahan pendapatan tidak lagi menyebabkan bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, karena kebutuhan manusia akan makanan pada dasarnya memiliki titik jenuh. Bila secara kuantitas kebutuhan seseorang sudah terpenuhi, maka lazimnya ia akan mementingkan kualitas atau beralih pada pemenuhan kebutuhan bukan makanan. Dengan demikian ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan seseorang semakin berkurang persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan. Oleh karena itu komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran guna menilai tingkat kesejaheraan ekonomi penduduk, dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran merupakan gambaran membaiknya tingkat perekonomian penduduk (Aritonang, 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Tingkat konsumsi pangan kaitannya dengan pendapatan menurut Handajani (1994), dapat dibagi menjadi 3 yaitu : a. Initial stage dari pada tingkat konsumsi pangan. Makanan yang dibeli semata-mata hanya untuk mengatasi rasa lapar. Makanan yang dikonsumsi hanya kalori, dan biasanya hanya berupa bahan-bahan karbohidrat saja. Dalam hal ini kualitas pangan hampir tidak terpikirkan. Karakteristik tingkat ini, ada korelasi erat antara pendapatan dan tingkat konsumsi pangan. Jika pendapatan naik, maka tingkat konsumsi pangan akan naik. b. Marginal stage daripada konsumsi pangan. Pada tingkat ini korelasi antara tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi pangan tidak linear, artinya kenaikan pendapatan tidak memberi reaksi yang proporsional terhadap tingkat konsumsi pangan. c. Stable stage daripada tingkat konsumsi pangan. Pada tingkat ini kenaikan pendapatan tidak memberikan respon terhadap kenaikan konsumsi pangan. Pada tingkat ini ada kecenderungan mengkonsumsi pangan secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan gizi. Keterkaitan pendapatan dan ketahanan pangan dapat dijelaskan dengan hukum Engel. Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan proporsi yang semakin mengecil. Sebaliknya, bila pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat (Soekirman, 2000). 6. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Soetrisno, 2005). Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi-kondisi commit to user berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, dengan pengertian bebas dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman menurut kaidah agama. c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dengan pengertian bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan setiap saat dan merata di seluruh tanah air. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mdah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Badan Ketahanan Pangan (2010) menyatakan bahwa Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan. Petani adalah produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Di sinilah perlu sekali peranan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan petani. Rachman dan Ariani (2002), mengungkapkan bahwa konsep dan pengertian atau definisi ketahanan pangan sangat luas dan beragam. Namun demikian dari luas dan beragamnya konsep ketahanan pangan tersebut intinya adalah terjaminnya ketersediaan pangan bagi umat commit to user manusia secara cukup serta terjaminnya pula setiap individu untuk
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
memperoleh pangan dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan untuk dapat hidup sehat dan beraktivitas. Terkait dengan konsep terjamin dan terpenuhinya kebutuhan individu tersebut perlu pula diperhatikan aspek jumlah, mutu, keamanan pangan, budaya lokal, serta kelestarian lingkungan dalam proses memproduksi dan mengakses pangan. Dalam perumusan kebijakan maupun kajian empiris ketahanan pangan, penerapan konsep ketahanan pangan tersebut perlu dikaitkan dengan sistem hirarki sesuai dimensi sasaran dimulai dari tingkat individu, rumah tangga, masyarakat/komunitas, regional, nasional, maupun global. Menurut Suhardjo dalam Ilham et al. (2008), ketahanan pangan rumah tangga dicerminkan oleh beberapa indikator antara lain : (1) tingkat kerusakan tanaman, ternak dan perikanan. (2) penurunan produksi pangan, (3) tingkat persediaan pangan di rumah tangga, (4) proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total, (5) fluktuasi harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga, (6) perubahan kehidupan sosial, seperti migrasi, menjual/menggadaikan aset, (7) keadaan konsumsi pangan berupa kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas pangan serta (8) status gizi. C. Kerangka Teori Kemampuan rumah tangga untuk memperoleh penghasilan memberikan batasan terhadap ketersediaan pangan. Suatu rumah tangga dapat menerima penghasilan pendapatan dari berbagai sumber. Pendapatan dapat dihasilkan dari anggota keluarga yang bekerja di kegiatan usahatani, dengan bekerja pada pekerjaan bukan usahatani, dan dengan memproduksi barang-barang kerajinan rumah tangga (Harper et al., 1986). Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan perilaku rumah tangga dalam melakukan pola konsumsi pangan dan penganekaragaman pangan. Bagi rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah maka sebagian besar pendapatan yang diterima akan dialokasikan untuk membeli barangbarang kebutuhan primer. Rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah umumnya mengalami kondisi rawan pangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi commit to user kondisi tersebut rumah tangga melakukan diversifikasi pendapatan, sehingga
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapatan yang diperoleh rumah tangga tidak hanya berasal dari satu sumber saja (Hardono dan Saliem, 2004). Diversifikasi pengalokasian
pendapatan
sumberdaya
dapat
tertentu
diartikan pada
sebagai
berbagai
suatu
aktivitas
pola untuk
mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru. Diversifikasi pendapatan sering dikaitkan dengan upaya penanggulangan resiko (coping strategy), jika rumah tangga mengalami suatu kondisi rawan pangan. Di tingkat rumah tangga, diversifikasi dapat dilakukan melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset produktif rumah tangga untuk meningkatkan kapital atau pendapatan (Hardono dan Saliem, 2004). Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rumah tangga petani untuk konsumsi pangan berhubungan erat dengan jumlah pendapatan yang dimiliki petani. Pengeluaran total dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pengeluaran untuk pangan dan barang-barang bukan pangan. Proporsi antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga. Pada umumnya petani yang mempunyai pekerjaan lebih dari satu tersebut, merupakan kelompok petani yang ekonominya rendah. Oleh sebab itu petani melakukan diversifikasi pendapatan. Dengan adanya diversifikasi pendapatan tersebut diharapkan konsumsi pangan maupun non pangan keluarga dapat dipenuhi dengan baik. Hukum Engel menyatakan dengan asumsi selera seseorang adalah tetap, proporsi pengeluaran rumah tangga untuk pangan akan semakin kecil seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan. Pada tingkat pendapatan tertentu, rumah tangga akan memprioritaskan pada pangan dengan harga murah seperti pangan sumber energi, kemudian dengan semakin meningkatnya pendapatan, akan terjadi perubahan preferensi konsumsi yaitu dari pangan dengan harga murah beralih ke pangan yang harganya mahal seperti pangan sumber protein (Purwantini dan Ariani, 2005). commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tercukupinya kebutuhan pangan antara lain dapat diindikasikan dari pemenuhan kebutuhan energi dan protein. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing adalah 2000 kkal/kapita/hari dan 52 gram/kapita/hari. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Untuk mengukur derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga, digunakan klasifikasi silang dua indikator ketahanan pangan, yaitu pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi (kkal) (Rachman dan Ariani, 2002). Adapun skema kerangka teori dan pendekatan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Usahatani Pendapatan Rumah Tangga Petani Luar usahatani Pengeluaran
Konsumsi Pangan
Konsumsi Energi
Pangan
Konsumsi Protein
Tabungan
Non Pangan
Pangsa Pengeluaran Pangan Terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani commit to user Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
D. Pembatasan Masalah 1. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dan pengeluaran untuk non pangan dihitung dengan cara mengkonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata per bulan (Rp). 2. Penilaian konsumsi pangan dibatasi pada konsumsi energi dan protein. 3. Penelitian dilakukan pada bulan April 2012. E. Asumsi 1. Rumah tangga bersifat rasional, yaitu menjadikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan dan memaksimalkan kepuasannya bagi seluruh anggota keluarga. 2. Pemenuhan energi dari beragam pangan akan menyebabkan terpenuhinya zat gizi yang lain. F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Rumah tangga petani adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dan pada umumnya makan bersama dari satu dapur atau mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Rumah tangga dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani. 2. Petani adalah orang yang mengusahakan usaha pertanian atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual, baik sebagai petani pemilik penggarap, petani penggarap, petani penyakap, maupun buruh tani. 3. Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah uang atau barang yang diterima oleh rumah tangga yang bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga yang dilakukan dalam satu bulan yang dihitung dari pendapatan dari usahatani dan luar usahatani. Pendapatan diukur dengan satuan rupiah per bulan. 4. Pendapatan usahatani merupakan sejumlah uang atau barang yang diterima oleh rumah tangga yang berasal dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
5. Pendapatan luar usahatani merupakan sejumlah uang atau barang yang diterima oleh rumah tangga yang berasal dari usaha lain diluar kegiatan pertanian. 6. Diversifikasi pendapatan rumah tangga merupakan pola pengalokasian sumberdaya tertentu yang dilakukan oleh rumah tangga pada berbagai aktivitas untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru. 7. Pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk konsumsi pangan dan non pangan semua anggota rumah tangga selama sebulan. Pengeluaran diukur dengan satuan rupiah per bulan. 8. Pengeluaran pangan adalah sejumlah uang yang digunakan untuk mengkonsumsi bahan makanan yang terdiri dari padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, minuman alkohol, tembakau dan sirih. Pengeluaran pangan dinyatakan dalam rupiah per bulan. 9. Pengeluaran non pangan adalah sejumlah uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non pangan rumah tangga yang terdiri dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi, keperluan pesta dan upacara. Pengeluaran non pangan dinyatakan dalam rupiah per bulan . 10. Konsumsi pangan merupakan jenis dan jumlah pangan yang dimakan rumah tangga pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dinilai dari konsumsi energi dan protein. 11. Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kkal yang dikonsumsi rata-rata per orang per hari. 12. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dinyatakan dalam gram yang dikonsumsi rata-rata per orang per hari. 13. Tingkat Konsumsi Energi (TKE) adalah perbandingan antara jumlah commit konsumsi energi per orang per to hariuser dengan Angka Kecukupan Energi
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(AKE) yang dianjurkan (berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan) yang dinyatakan dalam %. 14. Tingkat Konsumsi Protein (TKP) adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per orang per hari dengan Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan (berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan) yang dinyatakan dalam %. 15. Angka kecukupan gizi adalah sejumlah zat gizi atau energi pangan yang diperlukan oleh seseorang atau rata-rata kelompok orang, untuk memenuhi kebutuhannya. Angka kecukupan energi sebesar 2000 kkal/kapita/hari dan protein sebesar 52 gram/kapita/hari (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004) 16. Daftar komposisi bahan makanan adalah daftar yang menyajikan komposisi bahan makanan untuk menghitung besarnya zat gizi dari bahan makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga dengan cara mengkonversi kebutuhan kalori dan protein yang diperlukan. 17. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 Tahun 1996). Ketahanan pangan dalam penelitian ini diukur dengan indikator besarnya proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total dan besarnya konsumsi energi rumah tangga petani.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yakni penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisis. Metode deskriptif memiliki sifat–sifat tertentu yang dapat dipandang sebagai ciri–ciri, sifat–sifat tersebut adalah : 1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah–masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah–masalah yang aktual. 2. Data yang dikumpulkan mula–mula disusun, lalu dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmada, 1998). Teknik penelitian ini dengan menggunakan metode survei. Survei merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan. Jumlahnya itu biasanya cukup besar (Surakhmadb, 1994). B. Metode Penarikan Sampel 1. Metode Penarikan Daerah penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Kecamatan Welahan merupakan salah satu penghasil padi di Kabupaten Jepara. Kecamatan Welahan merupakan kecamatan yang memiliki luas areal panen padi sawah yang terbesar di Kabupaten Jepara. Dengan kepemilikan luas panen padi sawah terbesar tersebut, membuktikan bahwa Kecamatan Welahan merupakan salah satu daerah pertanian di Kabupaten Jepara. Data mengenai luas panen, produksi dan rata-rata produksi padi sawah dan padi gogo di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 1.
commit to user
22
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah dan Padi Gogo menurut Kecamatan di Kabupaten Jepara Tahun 2010 Kecamatan
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Jumlah
Padi Sawah (Ha) 3.679 3.325 2.580 4.329 3.099 3.553 3.148 961 867 2.151 1.959 4.126 2.842 4.327 2.696 2.398 46.040
Padi Sawah (Ton) 20.047 18.118 14.059 16.887 23.589 19.361 19.361 17.154 5.237 4.725 11.721 10.675 22.483 15.486 23.578 14.691 257.172
Padi Gogo (Ha) 62 96 40 193 578 171 77 58 10 412 10 198 1.905
Padi Gogo (Ton) 280 343 181 872 2.611 773 348 262 46 1.861 46 895 8.518
Rata-rata Produksi (Kw/ Ha) Padi Padi Sawah Gogo (Kw/Ha) (Kw/Ha) 54,49 45,16 54,49 35,73 54,49 39,01 45,25 76,12 45,18 54,49 45,17 61,50 45,20 178,50 60,40 21,97 45,19 59,83 45,17 25,87 46 79,11 45,17 35,79 46 87,46 45,20 61,26 55,86 44,71
Sumber : BPSb Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 Kecamatan Welahan merupakan daerah dengan areal luas panen yang terbesar untuk tanaman padi sawah yaitu sebesar 4.329 hektar dan dapat menghasilkan padi sawah sebesar 16.887 ton. Pemilihan desa sampel dilakukan secara purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Irianto dan Mardikanto, 2011). Pemilihan desa sampel berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan desa yang mempunyai jumlah petani terbanyak peringkat pertama dan kedua. Data mengenai jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 2. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Pertanian di Kecamatan Welahan Tahun 2010 Desa Ujungpandan Karanganyar Guwosobokerto Kedungsarimulyo Bugo Welahan Gedangan Ketilengsingolelo Kalipucang Wetan Kalipucang Kulon Gidangelo Kendengsidialit Sidigede Telukwetan Brantaksekarjati Jumlah
Petani
Buruh Tani
1.210 316 351 830 318 720 131 492 1.263 551 261 590 837 450 79 8.399
550 130 163 265 125 230 76 210 572 621 120 335 305 280 56 4.038
Sumber : Kecamatan Welahan dalam Angka, 2010 Data pada Tabel 2, menjelaskan bahwa desa dengan jumlah penduduk terbesar yang bekerja di sektor pertanian yaitu Desa Kalipucang Wetan dengan jumlah petani sebanyak 1.263 orang, kemudian disusul oleh Desa Ujungpandan dengan jumlah petani sebesar 1210 orang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilih Desa Ujungpandan dan Desa Kalipucang Wetan sebagai daerah sampel penelitian. 2. Metode Penarikan Responden Singarimbun dan Effendi (1995), menyatakan bahwa bila data dianalisis dengan statistik parametik, maka jumlah sampel harus besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang jumlahnya besar dan terdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya ≥ 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 40 orang petani dengan pembagian responden 20 orang petani di Desa Ujungpandan dan 20 orang petani di Desa Kalipucang Wetan. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengambilan petani sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling (SRS) yang merupakan cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel. Syarat untuk dapat melakukan teknik simple random sampling (SRS) antara lain anggota populasi tidak memiliki strata sehingga relatif homogen. Kerangka sampel yang digunakan yaitu berupa daftar elemenelemen populasi yang dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani di Desa Ujungpandan dan Desa Kalipucang Wetan, yang dijadikan untuk pengambilan sampel (Irianto dan Mardikanto, 2011). Populasi
Sampel
Gambar 2. Kerangka Pengambilan Sampel C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh dari wawancara langsung atau melalui observasi dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang dikumpulkan yaitu identitas responden, pekerjaan responden, usia reponden, jumlah keluarga responden, dan luas lahan yang dimiliki oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani padi di lahan sawah. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi pemerintah atau lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian ini, yaitu data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jepara, BPS Kabupaten Jepara, Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Jepara, dan Kantor Kecamatan Welahan. Data yang dikutip adalah data mengenai keadaan umum, karakteristik data penduduk yaitu jumlah penduduk, luas lahan, luas tanam dan luas produksi lahan, commit to di user serta jumlah penduduk yang bekerja sektor pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan : 1. Observasi Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada obyek penelitian berupa kondisi wilayah dan karakteristik responden untuk melengkapi data-data yang kurang. 2. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan langsung kepada responden yang dilakukan secara sistematik berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. 3. Pencatatan Teknik ini dilakukan dengan mencatat jawaban dari responden maupun mencatat arsip dan dokumen pada lembaga atau instansi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian. 4. Recall Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan mencatat jenis dan jumlah satuan pangan yang dikonsumsi selama 24 jam oleh responden (Supariasa et al., 2002). 5. Dokumentasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data/dokumendokumen penting yang ada dalam penelitian, seperti data dari BPS, Surat ijin penelitian, foto dan video kegiatan penelitian yang mendukung. E. Metode Analisis Data 1. Pendapatan Rumah Tangga Petani Pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang diterima/dihasilkan yang dalam penelitian ini, pendapatan rumah tangga petani merupakan penjumlahan dari pendapatan usahatani (on farm) dan luar usahatani (off farm) yang diusahakan oleh rumah tangga petani terpilih, sehingga dapat dituliskan : commit to user Pd = Pdon + Pdoff
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : Pd
: Pendapatan rumah tangga petani (Rupiah)
Pdon
: Pendapatan dari usahatani (Rupiah)
Pdoff
: Pendapatan dari luar usahatani (Rupiah)
2. Diversifikasi Pendapatan Tingkat diversifikasi pendapatan rumah tangga diukur dengan menggunakan indeks diversifikasi. Indeks diversifikasi yang digunakan adalah kebalikan dari Herfindahl Index. Menurut Ersado (2006) dan Kaija (2007) dalam Idowu et al. (2011), Indeks Herfindahl merupakan suatu indeks mengenai konsentrasi sumber pendapatan rumah tangga. Bila rumah tangga hanya memiliki 1 sumber pendapatan, maka besaran indeks hefindahl sebesar 1, sehingga indeks diversifikasi dapat dirumuskan : ID ظ
∑
1
Dimana :
Sj
ID = Indeks diversifikasi Sj = Kontribusi masing-masing sumber pendapatan j terhadap pendapatan 3. Konsumsi Rumah Tangga Petani Konsumsi rumah tangga petani diketahui dari pengeluaran rumah tangga petani dengan menghitung pengeluaran pangan dan non pangan. Rumus yang digunakan adalah : C
= Kp + Kn
Dimana : C
= Pengeluaran rumah tangga petani (Rupiah)
Kp
= Pengeluaran pangan (Rupiah)
Kn
= Pengeluaran non pangan (Rupiah)
4. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan terhadap Pengeluaran Petani Proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran petani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : PF =
pp TP
x100%
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : PF
= Proporsi pengeluaran pangan (%)
pp
= Pengeluaran pangan (Rupiah)
TP
= Total pengeluaran (Rupiah)
5. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Konsumsi pangan rumah tangga petani dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas konsumsi pangan. Secara umum penilaian jumlah zat gizi yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut : Gij
=
BPj Bddj x xKGij 100 100
Dimana : Kgij
: Kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan j atau makanan yang dikonsumsi sesuai dengan satuannya
BPj
: Berat makanan atau pangan j yang dikonsumsi (gram)
Bddj
: Bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100 gram pangan atau makanan j
Gij
: Zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j Sesuai dengan rumus di atas, maka untuk mengukur jumlah
konsumsi energi dapat digunakan rumus sebagai berikut : Gej
=
BPj Bddj x xKGej 100 100
Dimana Gej adalah energi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j. Sedangkan konsumsi protein dihitung dengan rumus : Gpj
=
BPj Bddj x xKGpj 100 100
Dimana Gpj adalah protein yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j. Kuantitas konsumsi pangan ditinjau dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung dalam bahan pangan. Untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif digunakan parameter Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP). commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TKE =
å konsumsi energi AKE yang dianjurkan
x100%
å konsumsi protein
TKP =
AKP yang dianjurkan
x100%
Dimana : TKE
: Tingkat kecukupan energi (%)
TKP
: Tingkat kecukupan potein (%)
Σ Konsumsi Energi
: Jumlah konsumsi energi (kkal/kapita/hari)
Σ Konsumsi Protein
: Jumlah konsumsi protein (gram/kapita/hari)
Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan sesuai dengan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004, yaitu 2000 kkal/kapita/hari untuk energi dan 52 gram/kapita/hari untuk protein. Tingkat kecukupan gizi (TKG) diklasifikasikan berdasarkan pada nilai ragam kecukupan gizi yang dievaluasi secara bertingkat berdasarkan acuan Depkes (1990) dalam Supariasa (2002), yaitu : a. Baik
: TKG ≥ 100 % AKG
b. Sedang
: TKG 80 – 99 % AKG
c. Kurang
: TKG 70 – 80 % AKG
d. Defisit
: TKG < 70% AKG
6. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan keluarga didasarkan pada terpenuhinya kebutuhan energi dan protein. Terdapat empat tingkatan ketahanan pangan, yaitu : (1) rumah tangga tahan pangan, (2) rumah tangga rentan pangan, (3) rumah tangga kurang pangan dan (4) rumah tangga rawan pangan.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga Pangsa pengeluaran pangan Konsumsi energi Cukup (>80% kecukupan energi) Kurang (≤80% kecukupan energi)
Rendah (<60% pengeluaran total) 1. Tahan Pangan
Tinggi (≥60% pengeluaran total) 2. Rentan Pangan
3. Kurang Pangan
4. Rawan Pangan
Sumber : Rachman et al., 2003 7. Pengukuran Coping Strategy Strategi coping menunjuk pada cara-cara yang ditempuh rumah tangga petani untuk menghadapi kerawanan pangan. Indeks strategi coping disusun berdasarkan dua informasi utama yaitu frekuensi penggunaan strategi coping yang tersedia bagi rumah tangga dalam kurun waktu tertentu dan tingkat keparahan (severity) rawan pangan. Semakin tinggi nilai indeks strategi coping, maka tingkat kerawanan pangan rumah tangga petani akan semakin besar. Menurut Slamet (1993) dalam Wahyudin et al. (2008), tingkat coping strategy berdasarkan perhitungan dari frekuensi penggunaan dan tingkat keparahan dari strategi yang digunakan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah (skor antara 0-15,66), sedang (skor 15,6731,32), dan tinggi (skor lebih dari 31,33). 8. Korelasi antara Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Analisis korelasi yang dilakukan yaitu dengan menghubungkan antara diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh rumah tangga petani dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan sendiri dapat dilihat berdasarkan pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi akan dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan yang dimiliki oleh petani. Diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh petani pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani. Untuk mengetahui hubungan diversifikasi pendapatan dengan pangsa pengeluaran untuk commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pangan dan konsumsi energi, dapat dilakukan dengan analisis korelasi menggunakan SPSS 16 for windows. Nilai koefisien (r) berkisar antara -1 hingga +1, nilai semakin mendekati -1 atau +1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan dua variabel semakin melemah. Nilai positif (+) menunjukkan hubungan yang searah (jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga naik) dan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan (jika satu variabel naik akan diikuti penurunan variabel yang lain). Secara matematis Priyanto (2008), menjelaskan bahwa nilai koefisien korelasi (r) dapat diformulasikan sebagai berikut : ظ
Ėú
Ėúō
ĖúĖō
Ėú . Ėō
ō
Besarnya nilai koefisien korelasi (r) menurut Alhusin (2003), dibagi
menjadi lima kategori seperti berikut : a. 0
– 0,20
= sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)
b. 0,21 – 0,40
= rendah
c. 0,41 – 0,60
= sedang
d. 0,61 – 0,80
= cukup tinggi
e. 0,81 – 1
= tinggi
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak diantara 110o 9’ 48,02” – 110o 58’ 37,40” Bujur Timur dan 5o 43’ 20,67” – 6o 47’ 25,83” Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata yaitu 414 mdpl. Kabupaten Jepara mempunyai iklim tropis dengan temperatur 2432oC. Luas wilayah Kabupaten Jepara adalah 100.413,189 Ha atau 1.004,132 km2, dimana secara administratif berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Kabupaten Demak
Sebelah Timur
: Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati
Sebelah Barat
: Laut Jawa
Kecamatan Welahan merupakan kecamatan di Kabupaten Jepara yang menjadi lokasi daerah penelitian. Luas wilayah Kecamatan Welahan adalah 2.764,205 Ha atau 27,642 km2 dengan ketinggian tempat antara 2-7 mdpl. Kecamatan Welahan terdiri dari 15 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 69.496 jiwa. Secara administratif, wilayah Kecamatan Welahan berbatasan dengan: Sebelah Utara
: Kecamatan Pecangaan
Sebelah Selatan
: Kabupaten Demak
Sebelah Timur
: Kecamatan Mayong
Sebelah Barat
: Kecamatan Pecangaan
2. Topografi Wilayah Kabupaten Jepara merupakan daerah dengan topografi
yang
bervariasi, yaitu dari daerah dataran rendah sampai dengan pegunungan dengan rata-rata ketinggian wilayah berkisar antara 0 – 1.301 mdpl dengan penggolongan sebagai berikut : a. Ketinggian 0 – 100 mdpl meliputi Kecamatan Kedung, Pecangaan, user dan Karimunjawa. Kalinyamatan, Welahan, commit Jepara, to Tahunan
32
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Ketinggian 101 – 500 mdpl meliputi Kecamatan Mayong, Batealit dan Mlonggo. c. Ketinggian 501 – 1000 mdpl meliputi Kecamatan Nalumsari, Bangsri, Pakisaji, Kembang dan Donorojo. d. Ketinggian lebih dari 1000 mdpl yaitu Kecamatan Keling. B. Keadaan Penduduk Perkembangan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh adanya kelahiran, kematian, dan migrasi. Keadaan penduduk di Kabupaten Jepara meliputi keadaan penduduk menurut jenis kelamin, menurut kelompok umur, menurut tingkat pendidikan, dan menurut mata pencaharian. Keadaan penduduk tersebut adalah sebagai berikut : 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Menurut data BPS Kabupaten Jepara tahun 2010, keadaan penduduk Kabupaten Jepara menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 4. Komposisi Penduduk Kabupaten Jepara Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2010 Tahun
Jumlah (jiwa) 1.073.631 1.090.839 1.107.973 1.097.280
2007 2008 2009 2010
Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan 540.293 533.338 548.953 541.886 557.576 550.397 548.140 549.140
Sex Ratio 101,30 101,30 101,30 99,82
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jepara dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan dari tahun 2007-2009. Pada tahun 2010, rasio jenis kelamin di Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,82 yang menunjukkan bahwa setiap terdapat 100 penduduk dengan jenis kelamin perempuan maka terdapat 99 penduduk dengan jenis kelamin laki-laki. Data
dari
Kecamatan
Welahan
dalam
Angka
tahun
2010,
menunjukkan bahwa keadaan penduduk Kecamatan Welahan menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio dapat dilihat pada Tabel 5. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Penduduk Kecamatan Welahan Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2010 Tahun 2007 2008 2009 2010
Jumlah (jiwa) 70.774 71.908 73.037 69.496
Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan 35.326 35.448 35.892 36.016 36.456 36.581 34.345 35.151
Sex Ratio 99,66 99,66 99,66 97,71
Sumber : Kecamatan Welahan dalam Angka, 2011 Data pada Tabel 5, dapat menjelaskan bahwa pada tahun 2007-2010 penduduk berjenis kelamin perempuan di Kecamatan Welahan lebih besar dari jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki. Pada tahun 2010, sex ratio penduduk Kecamatan Welahan yaitu sebesar 97,71. Artinya setiap ada 100 penduduk berjenis kelamin perempuan, maka terdapat 97 penduduk dengan jenis kelamin laki-laki. 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur Menurut data BPS Kabupaten Jepara tahun 2010, keadaan penduduk Kabupaten Jepara menurut Kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 6. Penduduk Kabupaten Jepara Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Tahun 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 64-69 70-74 >75 Jumlah
Jenis Kelamin (jiwa) Laki-laki Perempuan 51.364 48.820 51.526 48.759 51.286 48.491 48.144 46.882 44.200 45.641 48.691 49.489 46.497 45.872 42.283 42.822 39.073 39.323 33.302 34.196 28.244 26.834 21.265 19.242 14.619 16.612 11.522 13.980 8.229 11.002 7.895 11.175 commit to user 549.140 548.140
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2011
Jumlah Total 100.184 100.285 99.777 95.026 89.841 98.180 92.369 85.105 78.396 67.498 55.078 40.507 31.231 25.502 19.231 19.070 1.097.280
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pada Tabel 6, menjelaskan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2010 terbanyak adalah pada penduduk kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 46.157 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah pada kelompok umur lebih dari 75 tahun yaitu sebesar 7.895 jiwa. Penduduk usia non produktif adalah penduduk yang berada pada kelompok umur kurang atau sama dengan 14 tahun dan lebih atau sama dengan 60 tahun, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada kelompok umur 15-59 tahun. ∑ usia non produktif =
100.184 + 100.285 + 99.777 + 31.231 + 25.502 + 19.231 + 19.070
= 395.280 jiwa ∑ usia produktif
= 95.026 + 89.841 + 98.180 + 92.369 + 85.105 + 78.396 + 67.498 + 55.078 + 40.507 = 702.000 jiwa
ABT (Angka Beban Tanggungan)
=
Σ non produktif x 100 Σ produktif
=
395280 x 100 702000
= 56,31 Data mengenai keadaan penduduk Kecamatan Welahan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7 yaitu seperti berikut : Tabel 7. Penduduk Kecamatan Welahan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok umur 0 – 14 15 – 59 > 60 Jumlah
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 9.505 9.075 23.078 24.088 1.763 1.987 34.346 35.150
Jumlah 18.580 47.166 3.750 69.496
Persentase 26,74 67,87 5,39 100
Sumber : Kecamatan Welahan dalam Angka, 2011 Data pada Tabel 7, menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Welahan pada tahun 2010 commit sebagianto besar user terdiri dari usia produktif yaitu
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
antara usia 15-59 sebesar 47.166 jiwa atau sebesar 67,87%. Secara keseluruhan, penduduk berjenis kelamin perempuan mempunyai jumlah lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Angka beban tanggungan adalah perbandingan jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk yang produktif selama 1 tahun. Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara pada umumnya dan penduduk Kecamatan Welahan pada khususnya termasuk ke dalam kelompok usia produktif. Jumlah kelompok usia non produktif yang lebih kecil dari kelompok usia produktif menunjukkan bahwa beban tanggungan yang ditanggung kelompok produktif terhadap kelompok usia non produktif lebih ringan. Angka beban tanggungan Kabupaten Jepara yaitu sebesar 56,31%. Artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 56 orang usia non produktif. Sedangkan untuk Kecamatan Welahan setiap ada 100 orang usia produktif akan menanggung 47 orang usia non produktif. 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal dapat berpengaruh terhadap konsumsi pangan, karena tingkat pendidikan formal yang tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan gizi ibu. Gambaran mengenai tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Jepara serta di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Jepara dan Kecamatan Welahan Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Pendidikan
Kabupaten Jepara Jumlah 16.349 15.910 133.429 246.888 388.657 206.289 89.758
(%) 1,49 1,45 12,16 22,50 35,42 18,80 8,18
Tamat PT/D IV Tamat Akademi/Diploma Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak/Belum Tamat SD Tidak/Belum Pernah Sekolah Jumlah 1.097.280 100 commit to user Jepara, 2011 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kecamatan Welahan Jumlah 1.576 2.219 8.375 17.234 17.327 12.687 10.078
(%) 2,27 3,19 12,05 24,80 24,93 18,26 14,50
69.496
100
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Jepara dan Kecamatan Welahan yang terbesar adalah penduduk yang tamat SD yaitu sebesar 388.657 jiwa (35,42%) dan 17.327 jiwa (24,93%). Secara umum penduduk Kabupaten Jepara dan Kecamatan Welahan memiliki pendidikan yang masih rendah. Hal ini akan berpengaruh pada pola konsumsi penduduk, karena dengan pendidikan yang rendah penduduk akan cenderung lebih sulit menerima dan menyerap informasi mengenai konsumsi makanan yang sehat dan seimbang bagi tubuh. 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi. Kabupaten Jepara merupakan daerah dengan potensi lahan yang cukup baik sebagai daerah industri dan daerah pertanian. Walaupun sebagian besar penduduk di Kabupaten Jepara saat ini banyak yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja di sektor industri, tetapi sektor pertanian masih bisa diharapkan untuk menambah pendapatan keluarga. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani yang ada di Kecamatan Welahan sifat usahataninya sudah turuntemurun, sehingga petani berusaha mempertahankan budaya usahatani yang mereka miliki. Secara tidak langsung, banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dapat mendukung ketersediaan pangan wilayah yang akan bermuara pada ketahanan pangan wilayah. Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Jepara Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Pertanian 204.752 Pertambangan/Penggalian 2.305 Industri 514.076 Listrik, Gas dan Air 4.170 Konstruksi 61.228 Perdagangan 150.766 Komunikasi 39.392 Keuangan 10.205 Jasa 110.386 Lainnya 0 commit to user Jumlah 1.097.280
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2011
Persentase (%) 18,66 0,21 46,85 0,38 5,58 13,74 3,59 0,93 10,06 0,00 100
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 penduduk di Kabupaten Jepara yang bekerja di sektor industri adalah yang paling besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian yang lain yaitu sebesar 514.076 jiwa atau sebesar 46,85%. Sektor pertanian berada pada urutan kedua setelah sektor industri yaitu memiliki tenaga kerja sebesar 204.752 jiwa atau sebesar 18,66%. Jenis lapangan pekerjaan yang paling sedikit tenaga kerjanya adalah pekerjaan di sektor pertambangan/penggalian yaitu sebesar 2.305 jiwa atau hanya 0,21% dari total penduduk yang berusia sepuluh tahun ke atas. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang. Tingkat pendapatan yang diterima akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang, semakin tinggi pendapatan maka proporsi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan semakin meningkat. C. Keadaan Pertanian 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Jepara terdiri dari dua macam, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah terdiri dari sawah irigasi teknis, irigasi setengah teknis, sawah sederhana, dan sawah tadah hujan. Sedangkan tanah kering digunakan untuk pekarangan dan bangunan, tegalan atau kebun, padang rumput, tambak atau kolam, hutan negara, perkebunan, dan lain-lain. Kabupaten Jepara memiliki luas wilayah sebesar 100.413,189 Ha yang terdiri dari 26.282,056 Ha (26,17%) untuk tanah sawah, dan 74.131,133 Ha (73,83%) untuk tanah kering. Wilayah Kabupaten Jepara terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Batealit, Tahunan, Jepara, Mlonggo,
Pakis
Aji,
Bangsri,
Kembang,
Keling,
Donorojo,
dan
Karimunjawa. Kecamatan Keling merupakan kecamatan yang terluas di Kabupaten Jepara yaitu dengan luas 12.311,588 Ha yaitu 12,26% dari luas wilayah
Kabupaten
Jepara.
Sedangkan
Kecamatan
Kalinyamatan
merupakan kecamatan terkecil yaitu dengan luas 2.370,001 Ha atau 2,36% commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari luas wilayah Kabupaten Jepara. Data mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Jepara Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Penggunaan Lahan Tanah Sawah Pekarangan/Bagunan Tegal/Kebun Padang Rumput Rawa Tambak/Kolam Hutan Negara Perkebunan Negara Tanah yang tidak diusahakan Tanah untuk Tanaman Kayu Lainnya Jumlah
Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 26.282,056 26,17 28.326,309 28,21 18.436,233 18,36 8 0,01 21 0,02 1.180,931 1,18 17.562,272 17,49 3.954,288 3,94 330,700 0,33 1.535,462 1,53 2.775,938 2,76 100.413,189 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk lahan pekarangan/bangunan dengan luas 28.326,309 Ha atau sebesar 28,21% dari luas wilayah Kabupaten Jepara. Penggunaan lahan terkecil di Kabupaten Jepara yaitu untuk padang rumput dengan luas 8 Ha atau 0,01% dari luas wilayah Kabupaten Jepara. 2. Produksi Tanaman Pangan Keadaan pertanian rakyat suatu wilayah dapat dilihat dari potensi produksi pertanian yang dapat diukur dengan luas panen dan besar produksi per hektar. Dengan melihat keadaan pertanian suatu wilayah maka dapat dilihat
ketersediaan
pangan
daerah
tersebut,
serta
potensi
penganekaragaman pangan dengan berbasis pada tanaman lokal, di mana nantinya akan mendukung ketahanan pangan daerah. Jenis tanaman yang diusahakan di suatu daerah dipengaruhi oleh faktor alam seperti keadaan tanah, iklim, dan ketinggian tempat, sehingga jenis tanaman yang diusahakan oleh suatu daerah berbeda-beda dengan daerah lainnya. Data tentang luas panen, rata-rata produksi, dan total produksi dari tanaman to userpada Tabel 11. pangan di Kabupaten Jeparacommit dapat dilihat
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Jepara Tahun 2010 Komoditas Luas Panen Rata-rata Produksi Total Produksi (Ha) (Kw/Ha) (Ton) Padi Sawah 43.642 58,93 257.172 Padi Gogo 1.905 44,17 8.518 Jagung 5.757 47,29 27.225 Ubi Kayu 10.745 171,04 183.782 Ubi jalar 116 111,64 1.295 Kacang Hijau 143 8,04 115 Kacang Tanah 10.416 12,50 13.023 Kedelai 29 16,89 49 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis bahan makanan utama yang dibudidayakan petani di Kabupaten Jepara yaitu padi sawah, padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai. Produksi padi sawah merupakan produksi tanaman pangan terbesar, dengan jumlah produksi pada tahun 2010 sebesar 257.172 ton, dari luas panen sebesar 43.642 Ha. Produksi tanaman pangan terkecil yaitu komoditas kedelai yang hanya menghasilkan 49 ton dengan luas panen sebesar 29 Ha. Besarnya produksi padi sawah disebabkan karena masih dijadikannya beras sebagai makanan pokok hampir seluruh penduduk di Kabupaten Jepara. Potensi pertanian Jepara yang mampu menghasilkan tanaman pangan lainnya, harusnya dapat menjadi pertimbangan dalam penerapan diversifikasi pangan pokok, sehingga ketergantungan akan beras dapat diminimalisir. 3. Ketersediaan Pangan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan seseorang akan pangannya. Ketersediaan pangan suatu wilayah dapat menjadi indikator dalam mengetahui ketahanan pangan wilayah tersebut. Data tentang ketersediaan pangan wilayah dan cadangan pangan di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 12. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 12. Ketersediaan Pangan Kabupaten Jepara Tahun 2010 Komoditas Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu Kacang Hijau
Luas Panen (Ha) 45.549 5.756 29 10.461
Produksi (Ton)
116 10.746 143
1.296 183.800 115
244.344 27.230 1.676 13.020
Ketersediaan Kebutuhan Pangan Pangan (Ton) (Ton) 154.426 118.943,06 21.784 18.114 11.630 11.718 3.686 1.140 156.230 103
6.627 61.769 1.207
Surplus/ Minus (Ton) 35.983 3.670 -10.122 8.022 5.487 94.461 -1.104
Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 12 menjelaskan bahwa beras, jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi kayu tersedia penuh dan bahkan mengalami surplus pangan. Namun, untuk tanaman pangan kedelai dan kacang hijau mengalami minus. Data tentang ketersediaan pangan dan cadangan pangan yang terdapat pada Tabel 12 di atas, hanya berdasarkan produksi dalam wilayah Kabupaten Jepara, tidak termasuk impor dari luar wilayah. Tersedianya pangan dan cadangan pangan dalam jumlah yang cukup banyak menjadi faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sehingga ketahanan pangan dapat terpenuhi. Kekurangan ketersediaan pangan di Kabupaten Jepara, seperti kebutuhan kacang kedelai dan kacang hijau dapat diatasi dengan impor atau membeli dari luar daerah di sekitar Kabupaten Jepara, misalnya Kabupaten Purwodadi dan Kabupaten Demak. D. Keadaan Perekonomian 1. Pendapatan Per Kapita Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara dalam produk domestik regional bruto (PDRB) secara agregrat pada tahun 2010 menggunakan perhitungan dengan tahun dasar 2000 sebesar 4,52%. Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pendapatan per kapita suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya PDRB daerah tersebut dan jumlah penduduk pertengahan tahun pada daerah commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang sama. Data mengenai perkembangan PDRB dan pendapatan per kapita Kabupaten Jepara tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pendapatan per Kapita Kabupaten Jepara Tahun 2006-2010 Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
PDRB Atas PDRB Atas Pendapatan per Dasar Harga Dasar Harga Kapita Atas Dasar Belaku Konstan Harga Berlaku (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Rupiah) 5.677.316,96 3.554.051,11 5.402.168,32 6.468.910,34 3.722.677,82 6.087.016,98 7.455.878.02 3.889.988,85 6.938.501,70 8.206.221,97 4.085.438,36 7.553.522,12 9.118.487,15 4.270.256,90 8.310.082,34
PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) 3.381.805,60 3.502.908,82 3.620.055,77 3.670.494,07 3.891.674,78
Sumber : BPS Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 13, menunujukkan bahwa dari tahun 2006 sampai tahun 2010 PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku dan pendapatan per kapita atas dasar harga konstan mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 PDRB atas dasar harga berlaku mempunyai pertumbuhan yang cukup berarti, dan untuk harga konstan sudah menunjukkan trend menarik positif, sudah mencapai 4,52%. Walaupun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara tahun 2010 menurun dibandingkan tahun 2009 yang bisa mencapai 5,02%, tetapi PDRB per kapita tahun 2010 mengalami peningkatan. Secara agregrat Kabupaten Jepara pada tahun 2010 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 9.118.487.150.000,00, sehingga pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Jepara yaitu sebesar Rp 8.310.082,34 per tahun. Sedangkan PDRB
atas
dasar
harga
konstan
tahun
2010
mencapai
Rp 4.270.256.900.000,00 sehingga pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Jepara mencapai Rp 3.891.674,78. PDRB Kabupaten Jepara dari tahun 2000 sampai tahun 2010 mengalami peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, sehingga pendapatan per kapita Kabupaten Jepara dari tahun 2000 sampai 2010 mengalami commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan, ini berarti bahwa pembangunan wilayah Kabupaten Jepara dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Jepara. 2. Sarana Perekonomian Keadaan perekonomian di Kabupaten Jepara dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, di mana untuk menyalurkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen memerlukan sarana yang memadai. Sebagai daerah dengan keragaman produksi pertanian yang melimpah maka dapat dilihat bahwa Kabupaten Jepara mempunyai berbagai sarana perekonomian yang menunjang. Data tentang sarana perekonomian Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sarana Perekonomian di Kabupaten Jepara Tahun 2010 No 1. 2. 3.
Jenis sarana perekonomian Pasar Koperasi Pertanian Koperasi Nonpertanian/KSP
Jumlah 31 191 446
Sumber : BPS Kabupaten Jepara, 2011 Data pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa Kabupaten Jepara mempunyai pasar dan koperasi pertanian yang mendukung kebutuhan sarana dan prasarana pertanian serta pemasaran hasil-hasil pertanian, khususnya tanaman pangan. Dengan tersedianya sarana perekonomian yang memadai, maka akses masyarakat terhadap pangan akan semakin baik. Sarana perekonomian seperti pasar akan menjaga kontinuitas ketersediaan pangan, khususnya beras sebagai pangan pokok sebagian masyarakat Kabupaten Jepara. Sarana perekonomian juga berpengaruh terhadap konsumsi pangan masyarakat, sebab dengan adanya pasar maupun sarana perekonomian lain, maka akan terjadi arus komoditas pertanian, khususnya produk-produk tanaman pangan. Dengan demikian, akan terjadi keragaman konsumsi penduduk setempat.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Rumah Tangga Responden Rumah tangga petani merupakan sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dan pada umumnya makan bersama dari satu dapur. Rumah tangga petani juga sering didefinisikan sebagai seseorang yang mendiami sebagian/seluruh bangunan dan mengurus rumah tangga sendiri, yang pada umumnya kepala rumah tangga bekerja di sektor pertanian. Karakteristik Rumah tangga responden meliputi data-data identitas responden dan anggota keluarga responden. Data-data tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, banyaknya jumlah anggota keluarga, dan pekerjaan yang dilakukan oleh rumah tangga petani. Karakteristik responden akan berpengaruh terhadap ketersediaan pangan dan konsumsi pangan keluarga. Pada penelitian ini, yang menjadi responden adalah petani pemilik penggarap, petani penyewa, petani penyakap, dan buruh tani. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang, dengan pembagian sampel 20 responden untuk Desa Ujungpandan dan 20 responden untuk Desa Kalipucang Wetan. Sampel yang jumlahnya 40 orang responden tersebut, terdiri dari 36 suami, 39 istri, dan 32 anak. Jumlah suami ada 36 orang dikarenakan ada 4 responden dari suami yang sudah meninggal, sedangkan istri responden berjumlah 39 orang karena ada 1 orang istri yang sudah meninggal. Adapun karakteristik rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Rumah Tangga Responden No. 1.
Uraian Umur (tahun) a. Suami b. Istri 2. Lama pendidikan (tahun) a. Suami b. Istri 3. Jumlah anggota rumah tangga (orang) a. Laki-laki b. Perempuan commit to user Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)
44
Rata-rata 54 49 8 7 2 1
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pada Tabel 15. menjelaskan bahwa umur rata-rata responden di Kecamatan Welahan, termasuk ke dalam umur produktif, sehingga responden mempunyai produktivitas kerja yang tinggi. Umur rata-rata suami di Kecamatan Welahan yaitu 54 tahun sedangkan rata-rata umur istri 49 tahun. Rata-rata umur petani yang masih dalam kelompok produktif tersebut menjelaskan bahwa petani masih bisa mengerjakan pekerjaan usahatani secara maksimal, sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Usia juga berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi. Kebutuhan gizi tiap individu berbeda-beda, semakin bertambahnya umur juga menuntut pemenuhan gizi yang berbeda pula. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang. Tingkat pendidikan rata-rata untuk kepala keluarga di Kecamatan Welahan yaitu 8 tahun atau tidak tamat SMP dan rata-rata tingkat pendidikan istri di Kecamatan Welahan yaitu 7 tahun atau tidak tamat SMP. Rendahnya tingat pendidikan petani dapat disebabkan oleh keterbatasan biaya karena sebagian besar petani pendapatannya rendah, sekolah yang jauh dari tempat tinggal sehingga mengalami kesulitan pada akses transportasi, ataupun dari budaya masyarakat yang ada di daerah perdesaan yang lebih mementingkan membantu orangtuanya dengan bekerja sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tingkat
pendidikan
formal
sangat
berperan
penting
dalam
mempengaruhi konsumsi pangan keluarga, khususnya terkait dengan tingkat pengetahuan gizi ibu. Ibu rumah tangga merupakan pengambil keputusan dalam konsumsi pangan, karena ibu rumah tangga yang menyiapkan makanan bagi seluruh anggota rumah tangganya. Apabila pengetahuan ibu rumah tangga tentang konsumsi pangan dan gizi baik, maka kecukupan gizi anggota rumah tangganya akan diperhatikan, sehingga dapat memilih bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi rumah tangganya. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 16. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 16. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Responden Tingkat pendidikan SD (6 tahun) SMP (7-9 tahun) SMA (10-12 tahun) Akademi dan setingkat PT (≥12 tahun) Jumlah
Ibu rumah tangga Jumlah (orang) Persentase (%) 29 74,36 8 20,51 2 5,13 0 0,00 39 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1) Data pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa di Kecamatan Welahan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga responden yang paling banyak adalah setingkat SD, yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 74,36%. Banyaknya ibu rumah tangga lulusan SMP sebanyak 8 orang, sedangkan ibu rumah tangga yang lulusan SMA atau sederajat terdapat 2 orang. Jumlah dan jenis kelamin anggota keluarga juga berpengaruh terhadap konsumsi pangan keluarga, karena kecukupan gizi masing-masing anggota keluarga berbeda menurut umur dan jenis kelamin. Jumlah rata-rata anggota keluarga di Kecamatan Welahan yaitu 3 orang, yang terdiri dari 2 orang lakilaki dan 1 orang perempuan atau rata-rata dalam satu keluarga terdiri dari suami, istri, dan 1 anak laki-laki. B. Karakteristik Usahatani Responden Luas kepemilikan lahan oleh rumah tangga akan mempengaruhi banyak sedikitnya produksi hasil pertanian yang pada akhirnya akan mempengaruhi konsumsi pangan keluarga, karena hasil produksi lahan akan berkontribusi terhadap ketersediaan pangan keluarga. Rata-rata luas kepemilikan lahan petani di Kecamatan Welahan adalah 0,762 hektar. Status lahan yang dimiliki petani, pada umumnya adalah lahan sewa, dengan harga sewa Rp 6.000.000,00 - Rp 7.000.000,00 per hektar per tahun. Walaupun biaya sewa lahan yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga petani di Kecamatan Welahan cukup besar, tetapi pada umumnya bisa memberikan penerimaan yang lebih besar bagi petani. Hal ini dikarenakan dalam sekali musim tanam petani memperoleh pendapatan yang bisa mencapai Rp 15.000.000,00. Lahan yang dikelola petani commit to user merupakan lahan sawah yang bisa ditanami 3 kali dalam satu tahun dan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan sumber pendapatan bagi petani. Pola tanaman yang diusahakan di Kecamatan
Welahan
dalam
satu
tahun
adalah
padi/hortikultura-
padi/hortikultura-palawija. Komoditas hortikiltura yang biasanya diusahakan oleh petani di Kecamatan Welahan adalah melon dan ketimun, sedangkan untuk palawija biasanya petani menanam komoditas jagung. Hasil dari kegiatan usahatani sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual. Harga jual komoditas pertanian cukup besar yaitu Rp 450.000,00/kuintal gabah kering giling, dan pendapatan yang diperoleh dari produk hortikultura seperti melon dapat mencapai Rp 15.000.000,00 sekali musim tanam dengan rata-rata harga per kilogramnya yaitu Rp 3.500,00. C. Pendapatan Rumah Tangga Responden Pendapatan rumah tangga merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari masing-masing anggota rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan dalam satu bulan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pendapatan rumah tangga petani dikelompokkan menjadi 3, yaitu pendapatan usahatani, non usahatani, dan remiten. Besarnya rata-rata pendapatan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Responden per Bulan No. Asal pendapatan 1. Pendapatan Usahatani 2. Pendapatan Non Usahatani 3. Pendapatan Remiten Jumlah
Rata-rata (Rp)
Persentase (%)
1.476.325 1.956.250 37.500 3.470.075
42,55 56,37 1,08 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3) Pendapatan usahatani merupakan pendapatan yang diperoleh dari anggota rumah tangga dari kegiatan sektor pertanian. Pada penelitian ini pendapatan usahatani diperoleh dari hasil menggarap lahan sawah, tegal, pekarangan, dan hasil ternak. Besarnya pendapatan usahatani rumah tangga di Kecamatan Welahan adalah Rp 1.476.325,00 atau sebesar 42,55%. Pendapatan non usahatani rumah tangga di Kecamatan Welahan diperoleh dari pendapatan anggota rumah tangga yang bekerja sektor non pertanian seperti : buruh commit di to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
angkut hasil pertanian, buruh mebel, buruh bangunan, buruh tani, pedagang, penjaga toko, buruh amplas, bengkel, guru madrasah, dan membuat jala ikan, pengrajin batu bata, buruh konveksi, karyawan pabrik, buruh sablon, tukang batu, dan tukang kayu. Pendapatan non usahatani tersebut kemudian menjadi tambahan pendapatan bagi rumah tangga. Pada Tabel 17, diketahui bahwa ratarata besarnya pendapatan non usahatani rumah tangga petani di Kecamatan Welahan yaitu sebesar Rp 1.956.250,00 atau sebesar 56,37%. Selain itu, pendapatan rumah tangga petani juga diperoleh dari pendapatan remiten yaitu pendapatan dari kiriman anak yang tidak tinggal dalam satu rumah/bekerja di luar daerah sebesar Rp 37.500,00 atau sebesar 1,08%. Persentase pendapatan usahatani lebih rendah dari persentase pendapatan non usahatani. Meskipun kontribusi pendapatan rumah tangga dari usahatani lebih kecil, namun masih tetap memberikan kontribusi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan khususnya tentang konsumsi pangan. Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, karena adanya kecenderungan rumah tangga yang berpendapatan tinggi untuk lebih mementingkan kualitas pangan dibandingkan dengan rumah tangga yang berpendapatan rendah. Rumah tangga yang penghasilannya terbatas, pemilihan konsumsi pangan masih didominasi oleh bagaimana memperoleh pangan secara cukup secara kuantitas, dan belum mementingkan gizi yang terkandung di dalamnya. D. Diversifikasi Pendapatan Responden Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan perilaku rumah tangga dalam melakukan konsumsi pangan. Pada umumnya daerah perdesaan yang sebagian penduduknya bekerja sebagai petani tidak menggantungkan hidupnya pada satu jenis pekerjaan. Jika rumah tangga hanya menggantungkan hidupnya sebagai petani, maka kebutuhan hidup rumah tangga tidak akan terpenuhi (Reardon, 1997). Hal ini dikarenakan petani mempunyai uang hanya saat setelah panen, sehingga petani akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, jika musim panen sudah lewat. Oleh karena itu petani commit to user melakukan diversifikasi sumber-sumber pendapatan agar bisa memenuhi
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan hidup dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Menurut Wanyama et al. (2010), umumnya rumah tangga petani di negara berkembang melakukan diversifikasi pendapatan yang lebih ditekankan dari kegiatan non pertanian, misalnya dengan menjadi pegawai di pasar tenaga kerja. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan non pertanian ini bisa digunakan untuk mendanai kegiatan pertanian. Data mengenai diversifikasi pekerjaan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Diversifikasi Pekerjaan Rumah Tangga Responden No. Pekerjaan Responden A. Pekerjaan Usahatani B. Pekerjaan Non Usahatani 1. Bidang Bangunan a. Buruh bangunan 2. Bidang Industri Pengolahan a. Pengrajin batu bata b. Membuat jala ikan c. Buruh konveksi d. Buruh pabrik e. Buruh sablon f. Buruh mebel g. Buruh amplas 3. Bidang Pertanian a. Buruh tani 4. Perdagangan, Hotel dan Restoran a. Perdagangan 1. Kios di pasar 2. Jual hasil usaha tani (pisang, jagung, dll) 3. Pecel dan gorengan b. Karyawan toko 5. Jasa-Jasa a. Guru madrasah b. Karyawan bengkel c. Tenaga traktor 6. Pengangkutan dan Komunikasi a. Buruh angkut Jumlah C. Remiten (Kiriman) Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 5) commit to user
Suami 36
Istri 39
Anak 4
3
0
4
7 0 0 0 0 1 0
7 3 0 0 0 0 0
8 0 5 2 1 1 3
2
1
0
3 0
2 4
1 0
0 0
2 0
0 4
1 0 1
0 0 0
0 2 0
4 22 0
0 19 0
2 33 3
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pada Tabel 18, menjelaskan tentang diversifikasi sumber-sumber pendapatan yang dilakukan oleh rumah tangga responden untuk menambah pendapatan keluarga sehingga tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup baik untuk pangan maupun non pangan. Pekerjaaan yang dilakukan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan untuk kegiatan non pertanian berasal dari 6 sektor perekonomian yang digunakan untuk menambah sumber pendapatan. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh rumah tangga petani untuk menambah pendapatan yaitu dari sektor industri pengolahan dengan bekerja sebagai pengrajin batu bata. Pengrajin batu bata yang ada mencapai 7 responden untuk kepala keluarga, 7 responden untuk istri, dan 8 responden untuk anak. Selain itu pekerjaan yang bisa dilakukan oleh rumah tangga responden untuk sumber pendapatan selain menjadi petani yaitu dengan bekerja sebagai pedagang, buruh bangunan, guru madrasah, pembuat jala ikan, karyawan toko, dan bengkel. Ada 3 responden di Kecamatan Welahan yang menambah sumber pendapatan rumah tangga melalui pendapatan remiten yaitu berasal dari kiriman anggota rumah tangga yang bekerja di luar daerah. Data pada Tabel 18, sebagian kepala keluarga dari jumlah total responden ada yang tidak melakukan diversifikasi pendapatan. Hal ini dikarenakan antara lain : kepala keluarga usianya sudah mencapai 60 tahun, sehingga yang melakukan diversifikasi pendapatan adalah anak-anaknya yang sudah masuk dalam golongan angkatan kerja, atau dalam 1 rumah tangga hanya ada 2 orang anggota rumah tangga, yaitu kepala keluarga dan istri sehingga pendapatan yang berasal dari usahatani cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup khususnya kebutuhan pangan. Sedangkan dari perhitungan indeks diversifikasi pendapatan, diperoleh nilai indeks sebesar 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata rumah tangga responden di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara melakukan 2 pekerjaan untuk menambah pendapatan keluarga, sehingga pendapatan yang diperoleh tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga (Lihat Lampiran 5). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
E. Pengeluaran Rumah Tangga Responden Pengeluaran rumah tangga digolongkan menjadi 2 yaitu pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan tanpa memperhatikan asal barang. Pengeluaran rumah tangga responden untuk konsumsi pangan dan non pangan di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Per Bulan Rumah Tangga Responden No. Jenis Pengeluaran Rata-rata (Rp) 1. Pengeluaran Pangan a. Padi-padian (269.152,5) 1. Beras 222.175 2. Jagung 8.200 3. Tepung Beras 10.587,5 4. Tepung terigu 28.190 b. Umbi-umbian (20.300) 1. Ketela pohon 9.300 2. Ketela rambat 8.400 3. Kentang 2.600 c. Ikan 51.520 d. Daging 36.075 e. Telur dan susu 24.587,5 f. Sayur-sayuran 87.717,5 g. Kacang-kacangan 54.570 h. Buah-buahan 48.637 i. Minyak dan lemak 79.000 j. Minuman 115.180 k. Bumbu-bumbuan 97.960 l. Konsumsi lain 30.620 m. Makanan dan minuman jadi 102.600 n. Tembakau dan sirih 168.100 1.186.020 Jumlah 2. Pengeluaran non pangan a. Perumahan 115.368 b. Aneka barang dan jasa 290.032,5 c. Biaya pendidikan 104.810 d. Biaya kesehatan 44.395 e. Sandang 52.272,5 f. Barang tahan lama 91.097,5 g. Pajak dan asuransi 20.970 h. Keperluan sosial 320.082,5 Jumlah 1.039.028 Jumlah 2.225.048 commit to user Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 9, 10, 11, dan 12)
Persentase (%) (22,70) 18,73 0,69 0,90 2,38 (1,71) 0,78 0,71 0,22 4,34 3,04 2,07 7,40 4,60 4,10 6,67 9,71 8,26 2,58 8,65 14,17 100 11,10 27,91 10,09 4,27 5,03 8,77 2,02 30,81 100 100
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Data pada Tabel 19, menunjukkan bahwa besarnya rata-rata pengeluaran perbulan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan adalah sebesar Rp 2.225.048,00. Besarnya pengeluaran untuk pangan sebesar Rp 1.186.020,00 dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 1.039.028,00. Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang dimakan/diminum penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan fisiknya. Konsumsi pangan dihitung selama seminggu yang lalu, kemudian dikonversikan ke dalam pengeluaran selama sebulan. Konsumsi untuk pangan meliputi 14 golongan, antara lain padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Pengeluaran konsumsi pangan terbesar bagi rumah tangga responden di Kecamatan Welahan adalah pengeluaran untuk jenis padi-padian yang mencapai 22,70%. Kelompok pangan jenis padi-padian meliputi beras, jagung, tepung beras, tepung jagung, tepung terigu dan jenis produk dari padi-padian. Besarnya pengeluaran untuk padi-padian karena padi-padian merupakan makanan pokok bagi setiap rumah tangga responden. Kelompok padi-padian yang paling banyak dikonsumsi adalah beras karena pola pangan rumah tangga petani sepanjang tahunnya adalah beras, oleh karena itu, ketersediaannya di rumah selalu ada. Selain itu, kelompok padi-padian yang juga sering dikonsumsi yaitu jagung, tepung beras dan tepung terigu karena dapat digunakan sebagai tambahan untuk energi dan sebagai bahan-bahan pembuat lauk. Pengeluaran pangan terbesar kedua bagi rumah tangga responden di Kecamatan Welahan adalah untuk jenis konsumsi tembakau dan sirih, yang mencapai 14,17%. Golongan pangan yang termasuk dalam tembakau dan sirih antara lain : rokok kretek, rokok filter, cerutu, sirih, tembakau, dan pinang. Sebagian besar responden menggunakan rokok kretek dan rokok filter buatan dari pabrik. Hal ini dikarenakan responden sudah terbiasa menggunakan rokokcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
rokok yang selama ini mereka konsumsi dan tidak mau mengganti dengan konsumsi rokok yang lain. Pengeluaran konsumsi pangan terbesar ketiga bagi rumah tangga responden di Kecamatan Welahan yaitu untuk konsumsi minuman yaitu sebesar 9,71%. Pengeluaran untuk minuman meliputi gula, teh, kopi, dan lainnya. Pengeluaran terbesar adalah gula, karena gula dikonsumsi setiap hari yang digunakan untuk melengkapi minuman. Selain itu gula juga dapat digunakan untuk pelengkap bumbu dalam masakan. Pengeluaran pangan untuk makanan dan minuman jadi mencapai 8,65%. Konsumsi pangan dari makanan dan minuman jadi ini meliputi roti, biskuit, bakso, gado-gado, dan lainnya. Besarnya pengeluaran pangan untuk makanan dan minuman jadi di rumah tangga responden di Kecamatan Welahan, dikarenakan sebagian besar petani mempunyai pekerjaan sampingan seperti pengrajin batu bata dan buruh angkut, sehingga membutuhkan energi yang jumlahnya cukup banyak. Bagi petani yang sekaligus pengrajin batu bata, sebagian waktu mereka dihabiskan di lahan untuk membuat batu bata, sehingga mereka lebih efisien jika membeli makanan yang langsung jadi di warung makan atau dari pedagang keliling. Pengeluaran pangan selanjutnya di Kecamatan Welahan yaitu konsumsi bumbu-bumbuan dengan persentase sebesar 8,26%. Golongan bumbubumbuan antara lain : garam, merica, ketumbar, terasi, vetsin, kecap, bawang merah, bawang putih, kemiri dan gula merah. Pengeluaran untuk bawang merah dan bawang putih adalah yang terbesar. Hal ini dikarenakan kedua jenis ini merupakan bumbu pokok pada setiap masakan dan harganya juga relatif lebih mahal. Pengeluaran untuk konsumsi sayur-sayuran mencapai 7,40%. Golongan sayuran yang biasanya dikonsumsi antara lain adalah bayam, kangkung, kubis, kacang panjang, buncis, cabai, tomat, sawi, dan lain-lain. Sayuran biasanya diperoleh dengan membeli di warung-warung terdekat, pedagang keliling atau dari pasar. Sayuran yang biasa dikonsumsi responden adalah sayur bayam, kangkung, kobis, dan terong. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengeluaran untuk minyak dan lemak di Kecamatan Welahan sebesar 6,67%. Pengeluaran untuk minyak dan lemak meliputi minyak goreng, mentega, kelapa dan lainnya. Pengeluaran untuk minyak goreng merupakan pengeluaran terbesar, karena semua rumah tangga menggunakan minyak goreng untuk menumis bumbu-bumbu dan menggoreng lauk-pauk atau kudapan. Kelapa hanya digunakan untuk sayur yang berkuah santan, seperti sayur bobor, sayur lodeh, dan semur. Sedangkan untuk konsumsi mentega, hampir semua responden tidak mengkonsumsinya. Pengeluaran
pangan
untuk
kacang-kacangan
mencapai
4,60%.
Konsumsi kacang-kacangan meliputi kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, tahu, tempe dan lainnya. Pengeluaran rumah tangga petani untuk golongan ini hanyalah pada tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan lauk sumber protein nabati yang murah, oleh karena itu tahu dan tempe digunakan sebagai lauk untuk sehari-hari. Pengeluaran untuk kelompok pangan ikan sebesar 4,34%. Golongan ikan meliputi ikan segar, ikan awetan dan lainnya. Ikan segar yang dikonsumsi oleh sebagian besar petani responden adalah ikan lele, ikan pindang, ikan bandeng, ikan bagong dan ikan manyar, sedangkan ikan awetan yang sering dikonsumsi adalah ikan asin seperti gereh dan tempong, serta ikan asap. Konsumsi ikan cukup besar di Kecamatan Welahan. Hal ini dikarenakan letak geografis Kecamatan Welahan cukup dekat dengan laut maupun tambaktambak ikan air tawar, sehingga ikan laut maupun ikan air tawar dapat dengan mudah diperoleh dengan cara membelinya di pasar, warung, atau pedagang keliling. Pengeluaran konsumsi pangan untuk buah-buahan mencapai 4,10%. Buah-buahan yang sering dikonsumsi oleh responden adalah pisang dan pepaya. Hal ini dikarenakan harga pisang dan pepaya yang lebih murah daripada buah-buah yang lain. Pengeluaran untuk konsumsi pangan dari golongan daging mencapai 3,04%. Golongan daging meliputi sapi, ayam, kambing dan lainnya. Rumah commit to user tangga konsumen pada umumnya mengkonsumsi daging ayam dan daging
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
kerbau. Harga daging ayam yang ada di pasaran yaitu Rp 22.000,00/kg, sedangkan harga daging kerbau sebesar Rp 60.000,00/kg. Konsumsi daging ayam maupun daging kerbau tidak bisa setiap hari. Responden mengkonsumsi daging ayam rata-rata setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali. Daging kerbau dikonsumsi jika responden ingin memasak botok, dan biasanya hanya membeli sekitar 0,1 kilogram untuk dijadikan lauk. Namun, untuk daging sapi dan daging kambing mereka hanya mengkonsumsinya saat hari raya kurban atau saat ada hajatan di tetangga atau di saudara. Pengeluaran pangan untuk konsumsi lainnya mencapai 2,58%. Golongan konsumsi lain antara lain kerupuk, gendar/karak, mie, bihun dan lain-lainnya. Kerupuk merupakan konsumsi yang terbesar pada golongan ini. Hal ini dikarenakan responden merasa kurang lengkap kalau tidak ada kerupuk saat mereka makan, selain itu karena harganya yang relatif murah, maka responden masih mampu untuk membelinya. Sedangkan untuk mie tidak semua responden mengkonsumsi, tetapi hanya pada saat mereka tidak memasak baru mengkonsumsi mie yang digunakan sebagai lauk. Pengeluaran konsumsi pangan dari golongan telur dan susu sebesar 2,07%. Telur yang dikonsumsi adalah telur ayam ras karena harganya yang lebih murah dibanding telur ayam kampung ataupun telur bebek. Responden biasanya mengkonsumsi telur ayam tidak setiap hari, hanya digunakan sebagai selingan tahu dan tempe. Rumah tangga petani yang mengkonsumsi susu pada umumnya adalah rumah tangga yang mempunyai balita dan anak usia sekolah taman kanak-kanak sampai dengan usia SD. Pengeluaran konsumsi pangan yang terendah bagi rumah tangga responden di Kecamatan Welahan adalah untuk konsumsi umbi-umbian dengan persentase sebesar 1,71%. Hal ini dikarenakan responden jarang mengkonsumsi umbi-umbian, hanya beberapa responden yang mengonsumsi umbi-umbian untuk makanan selingan ataupun sebagai kudapan setelah bekerja. Golongan umbi-umbian meliputi ketela pohon, ketela rambat, gaplek, kentang, talas dan lainnya.. Umbi yang sering dikonsumsi yaitu ketela pohon commit to user dan ketela rambat.
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
Pengeluaran non pangan terdiri dari pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, sandang, barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan sosial. Besarnya pengeluaran non pangan di Kecamatan Welahan adalah Rp 1.039.028,00. Pengeluaran non pangan terbesar yaitu untuk biaya keperluan sosial yang mencapai 30,81%. Pengeluaran untuk keperluan sosial meliputi sumbangan untuk perkawinan, kematian, khitanan, perayaan agama, perayaan adat dan sewa lahan. Pengeluaran untuk keperluan sosial yang paling besar yaitu untuk perayaan agama, seperti perayaan hari raya idul fitri dan idul adha. Selain itu, digunakan untuk sumbangan hajatan baik untuk perkawinan ataupun khitanan yang dilakukan oleh tetangga dan saudara. Besarnya pengeluaran non pangan lainnya di Kecamatan Welahan adalah untuk aneka barang dan jasa dengan persentase sebesar 27,91% dari total pengeluaran total non pangan. Pengeluaran pada jenis ini tinggi karena hampir semua barang yang dibutuhkan seperti pasta gigi, shampoo, sabun mandi, sabun cuci, dan komunikasi digunakan oleh semua anggota rumah tangga setiap harinya. Pengeluaran non pangan untuk perumahan mencapai 11,10%. Pengeluaran untuk perumahan meliputi sewa/kontrak, listrik, minyak tanah, kayu bakar, renovasi, LPG, air, dan lainnya. Rumah tempat responden tinggal adalah rumah milik sendiri, sehingga biaya untuk sewa/kontrak tidak ada. Pengeluaran untuk golongan ini adalah untuk listrik, kayu bakar, gas LPG, dan air. Sebagian besar responden sudah menggunakan kompor gas untuk memasak. Namun, ada beberapa responden yang juga masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, selain menggunakan kompor gas. Selain itu, pengeluaran untuk perumahan selanjutnya adalah air. Penggunaan PDAM dilakukan hanya di Desa Ujungpandan. Hal ini dikarenakan Desa Ujungpandan masih kesulitan dalam pengadaan air khususnya saat musim kemarau. Pengeluaran non pangan selanjutnya adalah untuk biaya pendidikan yang mencapai 10,09%. Biaya pendidikan meliputi biaya untuk uang saku, to user SPP, pramuka, prakarya, buku,commit alat tulis dan lainnya. Biaya pendidikan yang
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
paling tinggi adalah untuk uang saku. Uang SPP hanya berlaku bagi pelajar SMA atau yang setingkat, sedangkan untuk SD dan SMP biaya SPP sudah gratis karena adanya program BOS dari pemerintah pusat. Selain itu biaya pendidikan yang pengeluarannya cukup besar adalah biaya pembelian buku yang digunakan sebagai panduan belajar siswa sehingga bisa lebih memahami materi pelajaran. Pengeluaran non pangan untuk barang tahan lama mencapai 8,77%. Barang tahan lama meliputi alat rumah tangga, alat dapur, alat hiburan, dan lainnya. Barang tahan lama yang biasanya dikonsumsi oleh responden adalah perhiasan, televisi, dan alat komunikasi. Hal ini dikarenakan, setelah musim panen dan jika hasil panen bagus, maka sebagian besar responden akan membeli perhiasan yang digunakan sebagai tabungan jika suatu saat membutuhkan uang. Pengeluaran non pangan untuk sandang sebesar 5,03% dari total pengeluaran non pangan. Pengeluaran sandang meliputi pengeluaran untuk pakaian, alas kaki, tutup kepala, dan lainnya. Semua rumah tangga responden pada umumnya membeli pakaian pada saat lebaran ataupun saat awal masuk sekolah bagi rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah. Pengeluaran non pangan untuk biaya kesehatan mencapai 4,27%. Biaya kesehatan yang rendah pada rumah tangga responden dipengaruhi oleh adanya kebijakan dari pemerintah untuk kesehatan masyarakat kurang mampu melalui PUSKESMAS yang ada di wilayah Kecamatan Welahan. Rumah tangga yang sedang sakit bisa periksa di puskesmas tanpa dipungut biaya (gratis). Namun, sebagian dari responden jika sakit, biasanya hanya membeli obat di warung. Pengeluaran non pangan yang terakhir bagi responden di Kecamatan Welahan yaitu untuk pengeluaran pajak dan asuransi sebesar 2,02%. Pengeluaran untuk golongan ini meliputi pengeluaran untuk PBB dan lainnya. PBB dikeluarkan untuk pajak tanah yang responden punya dan juga bangunan yang mereka tempati (rumah). Biaya lainnya adalah biaya untuk pajak motor, bagi rumah tangga yang memiliki kendaraan bermotor. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selisih antara pendapatan dan pengeluaran merupakan tabungan. Besarnya rata-rata tabungan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran Pangan, Non Pangan Dan Tabungan Rumah Tangga Responden Keterangan Pendapatan Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan Tabungan
Nominal(Rp/bulan) 3.470.075 1.186.020 1.039.028 1.245.027
Proporsi (%) 100 34,18 29,94 35,88
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3, 6, dan 7) Data pada Tabel 20, dapat diketahui bahwa tabungan di Kecamatan Welahan mempunyai proporsi yang paling besar yaitu 35,88% atau sebesar Rp 1.245.027,00 dari total pendapatan. Pengeluaran pangan merupakan pengeluaran terbesar kedua dengan proporsi mencapai sebesar 34,18% dari total pendapatan atau Rp 1.186.020,00. Sedangkan proporsi untuk pengeluaran non pangan merupakan pengeluaran terakhir yaitu sebesar 29,94% atau sebesar Rp 1.039.028,00. Pada penelitian ini, tabungan merupakan selisih antara pendapatan rumah tangga dan pengeluaran, bukan merupakan sejumlah uang yang sengaja ditabung oleh rumah tangga, artinya rumah tangga petani dalam kenyataannya belum tentu memiliki sejumlah uang untuk ditabung, seperti hasil analisis di atas. Tabungan yang dimiliki oleh rumah tangga petani di Kecamatan Welahan dapat berupa persediaan gabah dan perhiasan. F. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden Proporsi
pengeluaran
konsumsi
pangan
merupakan
persentase
banyaknya pengeluaran pangan dibanding besarnya pengeluaran total. Besarnya proporsi pengeluaran rumah tangga responden di Desa Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 21.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 21. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Responden Pengeluaran Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan Total Pengeluaran
Nominal (Rp/bulan) 1.186.020 1.039.028 2.225.048
Proporsi (%) 53,30 46,70 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 9) Pengeluaran total merupakan pengeluaran untuk konsumsi pangan ditambah pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata pengeluaran total di Kecamatan Welahan pada penelitian ini adalah Rp 2.225.048,00. Data pada Tabel 21, dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar Rp 1.186.020,00 atau mencapai 53,30% dari total pengeluaran dan untuk pengeluaran non pangan sebesar Rp 1.039.028,00 atau 46,70%. Data pada Tabel 21 dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pangan di Kecamatan Welahan memiliki proporsi yang lebih besar daripada pengeluaran non pangan terhadap pengeluaran total. Menurut Hukum Engel semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan rumah tangga semakin rendah. Hal ini berarti, tingkat kesejahteraan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan masih rendah. G. Konsumsi Energi dan Protein Responden Konsumsi energi dan protein responden dapat dinilai dari konsumsi pangannya. Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum penduduk atau seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan fisiknya. Konsumsi pangan terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Sedangkan konsumsi non pangan adalah sejumlah barang atau jasa yang digunakan seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Konsumsi non pangan terdiri dari perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, sandang, barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan sosial. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konsumsi pangan dihitung dari makanan/minuman yang dimakan setiap anggota rumah tangga tanpa mempertimbangkan asal makanan. Konsumsi energi merupakan sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kkal yang dikonsumsi rata-rata per orang per hari. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dinyatakan dalam gram yang dikonsumsi ratarata per orang per hari. Data mengenai rata-rata konsumsi energi dan protein serta tingkat konsumsi gizi rumah tangga petani dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein serta Tingkat Konsumsi Gizi Rumah Tangga Petani Kandungan Gizi Energi (kkal/orang/hari) Protein (gram/orang/hari)
Konsumsi 1.938,65 98,179
AKG yang dianjurkan 2.052,625 54,300
TKG(%) 94,618 180,699
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 8) Data Pada Tabel 22, dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata konsumsi energi rumah tangga responden di Kecamatan Welahan adalah 1.938,65 kkal/orang/hari dan konsumsi protein sebesar 98,179 gram/orang/hari. Ratarata konsumsi energi dan protein rumah tangga diperoleh dari besarnya energi dan protein yang terdapat dalam makanan/minuman yang dikonsumsi oleh masing-masing anggota rumah tangga, kemudian dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga. Tingkat konsumsi gizi merupakan perbandingan antara zat gizi yang dikonsumsi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yang nantinya dapat dilihat apakah rumah tangga tersebut cukup mengkonsumsi zat gizi sesuai dengan kebutuhan yang layak untuk hidup sehat (AKG). Besarnya tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kecamatan Welahan adalah 94,618% untuk tingkat konsumsi energi dan 180,699% untuk tingkat konsumsi protein. Tingkat konsumsi energi rumah tangga responden di Kecamatan Welahan tergolong dalam kategori sedang, karena sumber energi sebagian besar diperoleh dari makanan pokok dan makanan tambahan seperti makanan selingan sebagai tambahan sumber energi, sedangkan untuk tingkat konsumsi proteinnya dalam kategori baik. Kebutuhan protein dapat tercukupi commit to user dari lauk pauk yang bersumber protein hewani maupun nabati yang biasa
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka konsumsi yaitu ikan bandeng, ikan pindang, ikan lele, ikan bagong, tahu, tempe, dan ikan asin. Rata-rata tingkat konsumsi energi rumah tangga petani di Kecamatan Welahan tergolong sedang dan tingkat konsumsi protein rumah tangga petani tergolong baik. Namun, kondisi tingkat konsumsi energi dan protein ini, belum tentu sama dengan kondisi tingkat konsumsi energi dan protein tiap anggota keluarga. Data mengenai rata-rata konsumsi energi dan protein serta tingkat konsumsi gizi tiap anggota rumah tangga di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tiap Anggota Rumah Tangga Responden No. 1.
2.
Kandungan Gizi Energi (kkal/orang/hari) a. Kepala Keluarga b. Istri c. Anak Protein (gram/orang/hari) a. Kepala Keluarga b. Istri c. Anak
Konsumsi
AKG yang dianjurkan
TKG (%)
1.963,72 1.834,74 2.042,08
2.230,56 1.785,90 2.206,79
88,19 103,04 95,55
107,64 89,84 101,58
60,00 50,44 54,55
179,39 184,11 187,61
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10) Data pada Tabel 23, menjelaskan tentang konsumsi energi, konsumsi protein, dan tingkat kecukupan energi dan protein tiap anggota rumah tangga di Kecamatan Welahan. Rata-rata konsumsi energi kepala keluarga yaitu 1.963,72 kkal/kapita/hari, sedangkan untuk istri dan anak yaitu sebesar 1.834,74 kkal/kapita/hari dan 2.042,08 kkal/kapita/hari. Rata-rata konsumsi protein tiap anggota
keluarga
rumah
tangga
secara
berturut-turut
yaitu
107,64
gram/orang/hari untuk kepala keluarga, istri sebesar 89,84 gram/orang/hari, dan 101,58 gram/orang/hari untuk anak. Besarnya tingkat konsumsi energi dan protein tiap anggota rumah tangga diperoleh dari pembagian antara jumlah konsumsi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap anggota rumah tangga. Rata-rata tingkat konsumsi energi bagi kepala keluarga adalah 88,19%. Hal ini berarti, commit to user tingkat konsumsi energi bagi kepala keluarga termasuk dalam kategori sedang.
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rata-rata tingkat konsumsi energi bagi istri yaitu sebesar 103,04%. Ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi bagi istri termasuk dalam kategori baik. Rata-rata tingkat konsumsi energi bagi anggota keluarga yang statusnya sebagai anak yaitu sebesar 95,55%. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat konsumsi energi bagi anak termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan rata-rata tingkat konsumsi protein bagi setiap anggota keluarga di Kecamatan Welahan dapat dimasukkan dalam kategori baik, karena nilainya lebih dari 100%. Secara berturut-turut dapat dilihat seperti berikut : kepala keluarga tingkat konsumsi protein sebesar 179,39%, sedangkan untuk istri dan anak yaitu sebesar 184,11% dan 187,61%. Indikator kuantitas pangan antara lain dapat dilihat melalui besarnya konsumsi energi dan protein. Energi dan protein merupakan komponen gizi yang sangat penting bagi tubuh makhluk hidup. Energi berperan sebagai bahan bakar dalam aktivitas makhluk hidup, sedangkan protein berperan dalam pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh. Tingkat konsumsi energi dan protein diperoleh dari perbandingan antara konsumsi rumah tangga dan konsumsi yang dianjurkan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG). Pada Tabel 24 di bawah ini, akan menjelaskan sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga responden di Kecamatan Welahan. Tabel 24. Distribusi Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden Kategori Tingkat Konsumsi Gizi Defisit (<70% AKG) Kurang (70-80% AKG) Sedang (80-99% AKG) Baik (≥100% AKG) Jumlah
Energi (kkal/org/hr) Jumlah % 0 0,00 3 7,50 22 55,00 15 37,50 40 100
Protein (gram/org/hr) Jumlah % 0 0,00 0 0,00 0 0,00 40 100 40 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10) Data pada Tabel 24, dapat diketahui bahwa sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein di Kecamatan Welahan. user dalam empat kategori, yaitu Tingkat konsumsi energi dancommit proteinto terbagi
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
defisit (<70% AKG), kurang (70-80% AKG), sedang (80-99% AKG), dan baik (≥100% AKG). Tingkat konsumsi energi di Kecamatan Welahan tidak terdapat keluarga yang status energinya defisit, terdapat 3 atau 7,50% rumah tangga dengan status energinya kurang, 22 rumah tangga atau 55,00% termasuk dalam kategori sedang, dan 15 rumah tangga atau 37,50% dalam kategori baik. Tingkat konsumsi protein semua rumah tangga di Kecamatan Welahan statusnya baik atau 100%. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga petani kebutuhan energinya sudah tercukupi dengan cukup baik dan kebutuhan proteinnya tercukupi dengan baik. Perbedaan kategori tiap rumah tangga disebabkan perbedaan makanan/minuman yang dikonsumsi tiap rumah tangga. Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga petani menunjukkan bahwa status gizi tiap rumah tangga berbeda. Sebagian besar rumah tangga termasuk dalam kategori sedang untuk energi dan baik untuk protein. Artinya rumah tangga petani cukup mampu mencukupi kebutuhan energi dan proteinnya. Namun, kondisi sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein antara rumah tangga belum tentu sama dengan sebaran tingkat energi dan protein bagi tiap anggota rumah tangga. Data mengenai distribusi kategori tingkat konsumsi energi dan protein dari setiap anggota rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 25.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 25. Distribusi Anggota Rumah Tangga berdasarkan Konsumsi Energi dan Protein No.
Kategori Tingkat Konsumsi Gizi 1. Defisit (<70% AKG) a. Kepala Keluarga b. Istri c. Anak 2. Kurang (70-80% AKG) a. Kepala Keluarga b. Istri c. Anak 3. Sedang (80-99% AKG) a. Kepala Keluarga b. Istri c. Anak 4. Baik (≥100% AKG) a. Kepala Keluarga b. Istri c. Anak Jumlah : Kepala Keluarga Istri Anak
Energi (kkal/org/hr) Jumlah %
Protein (gram/org/hr) Jumlah %
1 0 1
2,78 0,00 3,13
0 0 0
0 0 0
5 3 2
13,89 7,69 6,25
0 0 0
0 0 0
26 16 19
72,22 41,03 59,37
0 0 0
0 0 0
4 20 10 36 39 32
11,11 51,28 31,25 100 100 100
36 39 32 40 36 32
100 100 100 100 100 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10) Data pada Tabel 25, dapat diketahui bahwa sebaran tiap anggota rumah tangga berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein di Kecamatan Welahan. Tingkat konsumsi energi dan protein terbagi dalam empat kategori, yaitu defisit (<70% AKG), kurang (70-80% AKG), sedang (80-99% AKG), dan baik (≥100% AKG). Tingkat konsumsi energi tiap anggota rumah tangga di Kecamatan Welahan menjelaskan bahwa terdapat 1 kepala keluarga (2,78%) dan 1 anak (3,13%) yang status energinya defisit. Anggota rumah tangga yang status energinya kurang ada 5 orang untuk kepala keluarga atau 13,89%, 3 orang untuk istri (7,69%), dan 2 orang untuk anak atau sebesar 6,25%. Anggota rumah tangga yang status energinya sedang ada 26 orang (72,22%) untuk kepala keluarga, 16 orang (41,03%) untuk istri, dan ada 19 orang (59,37%) untuk anak. Anggota rumah tangga yang status energinya baik terdapat 4 orang atau 11,11% untuk kepala keluarga, 20 orang atau 51,28% commit to user untuk istri, dan 10 orang atau 31,25% untuk anak.
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
Tingkat konsumsi protein semua anggota rumah tangga di Kecamatan Welahan statusnya baik atau 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tiap anggota rumah tangga petani kebutuhan proteinnya tercukupi dengan baik. Perbedaan kategori tiap rumah tangga disebabkan perbedaan makanan/minuman yang dikonsumsi tiap anggota rumah tangga. Setiap bahan pangan memiliki sumbangan terhadap energi dan protein yang berbeda. Beras sebagai pangan pokok merupakan penyumbang energi terbesar. Sedangkan penyumbang protein adalah bahan makanan sumber protein nabati dan hewani. Pada penelitian ini, pengeluaran pangan terbesar adalah untuk padi-padian dan tembakau dan sirih, sehingga dari sisi konsumsi padi-padian juga memiliki sumbangan energi dan protein terbesar. Apabila ketersediaan pangan pokok masih kurang, akan berakibat pada konsumsi energinya. Sehingga apabila pendapatan rumah tangga rendah, akan berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan energi rumah tangga. Protein didapatkan dari lauk pauk yang dikonsumsi keluarga yang terdiri dari protein nabati dan hewani. Sumber pangan nabati yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga petani berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya, antara lain tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan sumber protein dengan harga murah, sehingga menjadi pilihan rumah tangga untuk dikonsumsi. Selain itu, banyak rumah tangga yang mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani seperti ikan bandeng, ikan pindang, ikan lele, ikan bagong, ikan manyar, ikan asin, petis, dan sebagian lagi ada yang mengkonsumsi telur, sehingga menjadikan rumah tangga tersebut dapat tercukupi tingkat kebutuhan proteinnya. H. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden Ketahanan pangan mencakup 3 aspek, yaitu ketersediaan, konsumsi, dan distribusi. Sisi ketersediaan berarti tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya. Sisi konsumsi berarti adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing anggotanya sehingga dapat hidup sehat. commit to user Sedangkan sisi distribusi menyangkut pada tersedianya pangan untuk setiap
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
golongan masyarakat. Pada penelitian ini, ketahanan pangan dilihat dari sisi konsumsi dan hubungannya terhadap proporsi pengeluaran rumah tangga. Proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi energi merupakan komponen untuk menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Kriteria ketahanan pangan rumah tangga dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Tahan pangan
: Proporsi pengeluaran pangan (≤60%), konsumsi energi
cukup (>80% AKG). b. Rentan Pangan : Proporsi pengeluaran pangan (>60%), konsumsi energi cukup (>80% AKG). c. Kurang Pangan : Proporsi pengeluaran pangan (≤60%), konsumsi energi kurang (≤80% AKG). d. Rawan Pangan : Proporsi pengeluaran pangan (>60%), konsumsi enegi cukup (≤80% AKG). Sebaran ketahanan pangan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini : Tabel 26. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden Status Ketahanan Pangan Tahan (Proporsi pengeluaran pangan £ 60%, konsumsi energi > 80% AKG) Rentan (Proporsi pengeluaran pangan > 60%, konsumsi energi > 80% AKG) Kurang (Proporsi pengeluaran pangan £ 60%, konsumsi energi £ 80% AKG) Rawan (Proporsi pengeluaran pangan > 60%, konsumsi energi £ 80% AKG) Jumlah
Jumlah Responden 28
Persentase (%) 70
9
22,5
2
5
1
2,5
40
100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 10) Data pada Tabel 26, dapat diketahui status ketahanan pangan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan. Rumah tangga dengan status tahan pangan memiliki sebaran terbesar yaitu dengan persentase 70% dari seluruh commit to user dalam rentan pangan memiliki responden. Rumah tangga yang termasuk
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
sebaran urutan kedua yaitu dengan persentase 22,5% dari seluruh responden. Rumah tangga dengan status kurang pangan menempati urutan ketiga dengan persentase 5%, rumah tangga yang termasuk dalam rawan pangan merupakan sebaran terkecil dengan persentase 2,5% dari seluruh responden. Hal ini berarti, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di Kecamatan Welahan memiliki proporsi pengeluaran pangan <60% dari total pengeluaran, dan konsumsi energi kurang (>80% AKG). Ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur dengan menggunakan klasifikasi silang dua indikator ketahanan, yaitu proporsi pengeluaran pangan dan Konsumsi konsumsi energi (kkal). Berdasarkan kedua indikator tersebut, terdapat 4 kriteria ketahanan pangan, yaitu tahan pangan, rentan pangan, kurang pangan dan rawan pangan. Dari hasil penelitian rumah tangga dengan status tahan pangan adalah yang terbanyak, ini berarti rumah tangga memiliki proporsi pengeluaran pangan yang kecil dan konsumsi energinya sudah terpenuhi. Dilihat dari proporsi pengeluaran pangan yang rendah dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rumah tangga responden di Kecamatan Welahan adalah rumah tangga yang berpendapatan tinggi, sehingga tingkat kesejahteraannya tinggi. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhannya, rumah tangga petani tidak mengeluarkan bagian yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Tingginya tingkat pendapatan rumah tangga petani akan berpengaruh pada tingginya akses ekonomi terhadap pangan. Dengan demikian, ketahanan pangan rumah tangga akan terpenuhi. I. Indeks Coping Strategy Responden Coping Strategy merupakan suatu upaya/strategi yang dilakukan oleh rumah tangga responden untuk mengurangi resiko kesulitan pangan, sehingga kebutuhan pangan anggota rumah tangga tercukupi (Barrett et al., 2001). Strategi coping menunjuk pada cara-cara yang ditempuh rumah tangga petani untuk menghadapi kerawanan pangan. Pengukuran indeks strategi coping disusun berdasarkan dua informasi utama yaitu frekuensi penggunaan strategi coping yang tersedia bagi rumah tangga dalam kurun waktu tertentu dan commit to user tingkat keparahan (severity) rawan pangan yang dicerminkan oleh masing-
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing strategi yang dilakukan oleh rumah tangga. Semakin tinggi nilai indeks strategi coping, maka tingkat kerawanan pangan rumah tangga petani akan semakin besar. Menambah pekerjaan selain dari kegiatan pertanian menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah tangga responden demi mendapatkan tambahan sumber pendapatan. Pendapatan ini akan digunakan untuk membeli bahan pangan bagi anggota keluarga. Sekitar 85,5% rumah tangga responden di Kecamatan Welahan bekerja sampingan setiap hari. Sebanyak 35% rumah tangga responden melakukan peminjaman uang/bahan makanan ke saudara atau tetangga dalam mencukupi kebutuhan pangannya. Sebagian rumah tangga responden (10%), mengkonsumsi makanan dengan kualitas yang lebih rendah daripada biasanya. Sebagian rumah tangga responden (22,5%), melakukan penjualan aset-aset rumah tangga yang produktif untuk memenuhi kebutuhan pangan, dan 3 orang responden (7,5%) yang melakukan transfer pendapatan ke rumah tangga, dengan cara melakukan pengiriman pendapatan setiap bulan ke rumah tangga. Berdasarkan perhitungan antara bobot tingkat keparahan strategi yang diusahakan dengan intensitas/frekuensi yang dilakukan oleh rumah tangga petani diperoleh nilai rata-rata indeks coping strategy sebesar 1,6 (Lihat Lampiran 11). Nilai indeks coping strategy yang rendah karena skornya terletak diantara 0-15,66 maka tingkat kerawanan pangan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan termasuk rendah. Data mengenai coping strategy dapat dilihat pada Tabel 27.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 27. Sebaran Coping Strategy Rumah Tangga Responden No. Perilaku 1 2 3 4
5 6 7
Mengganti makanan dengan kualitas rendah Mengurangi porsi makan Mengurangi frekuensi makan Meminjam uang/bahan Makanan ke tetangga (saudara) Menjual aset produktif Migrasi ke luar daerah Tidak melakukan Coping
Banyaknya Rumah Tangga 4
Frekuensi Persentase (%) 4 10
0 0
5 5
0 0
14
3
35
9 3 23
4 1 5
22,5 7,5 57,5
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 11) Keterangan : Frekuensi strategi yang dilakukan oleh responden dalam seminggu : 1 = Setiap hari
4 = kurang dari 1 kali/minggu
2 = 3-6 kali/minggu
5 = Tidak Pernah
3 = 1-2 kali/minggu J. Hubungan
Diversifikasi
Pendapatan
dengan
Ketahanan
Pangan
Responden Hubungan diversifikasi pendapatan dengan ketahanan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan dapat dianalisis secara deskriptif menggunakan program SPSS 16 for Windows. Ketahanan pangan yang diuji korelasinya yaitu proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total dan tingkat kecukupan energi rumah tangga responden. Data mengenai korelasi diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga responden di Kecamatan Welahan dapat dilihat pada Tabel 28.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 28. Korelasi Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden Uji Korelasi Diversifikasi pendapatan total pendapatan Diversifikasi pendapatan proporsi pengeluaran pangan Diversifikasi pendapatan tingkat kecukupan energi Diversifikasi pendapatan tingkat kecukupan protein
Hasil Analisis Korelasi α Koefisien Korelasi 0,05 0,476
dengan
Nilai Probabilitas 0,002
dengan
0,008
0,05
0,416
dengan
0,763
0,05
-0,049
dengan
0,992
0,05
-0,002
Sumber : Lampiran 12 Data pada Tabel 28, menjelaskan tentang hubungan diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan yang dilihat dari proporsi pengeluaran pangan, tingkat kecukupan energi, dan tingkat kecukupan protein di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Nilai probabilitas antara diversifikasi pendapatan dengan total pendapatan, proporsi pengeluaran pangan, tingkat kecukupan energi, dan tingkat kecukupan protein adalah 0,952; 0,597; 0,219; dan 0,588. Nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,05 maka hubungan antara diversifikasi pendapatan dengan total pendapatan, proporsi pengeluaran pangan, tingkat kecukupan energi, dan tingkat kecukupan protein tidak signifikan. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan program SPSS 16 for windows antara diversifikasi pendapatan dengan total pendapatan diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu sebesar -0,010, artinya hubungan diversifikasi pendapatan dengan total pendapatan adalah negatif dan tingkat hubungannya adalah sangat rendah. Semakin banyak rumah tangga melakukan diversifikasi pendapatan maka total pendapatan yang diterima oleh rumah tangga semakin rendah. Nilai koefisien korelasi antara diversifikasi pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan adalah 0,108, artinya hubungan diversifikasi pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan positif dan tingkat hubungannya adalah sangat rendah. Semakin banyak diversifikasi pendapatan commit to user yang dilakukan oleh rumah tangga petani maka proporsi pengeluaran pangan
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semakin besar. Hukum Engel menjelaskan bahwa semakin besar proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total, maka tingkat kesejahteraan rumah tangga semakin rendah. Rumah tangga petani yang tingkat kesejahteraannya rendah, pada umumnya melakukan diversifikasi sumber pendapatan untuk menambah pendapatan bagi rumah tangga, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Nilai koefisien korelasi antara diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan energi adalah -0,199, artinya hubungan diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan energi adalah negatif dan tingkat hubungannya adalah sangat rendah. Semakin banyak diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh rumah tangga petani maka tingkat kecukupan energi rumah tangga rendah. Nilai koefisien korelasi antara diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan protein adalah -0,088, artinya hubungan diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan protein rumah tangga adalah negatif dan tingkat hubungannya adalah sangat rendah. Semakin banyak diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh rumah tangga petani, maka tingkat kecukupan protein rumah rumah tangga petani rendah.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Hubungan Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara”, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Sebagian besar rumah tangga petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara melakukan diversifikasi pendapatan. Sumber-sumber pendapatan selain dari kegiatan usahatani yaitu dengan bekerja sebagai buruh angkut, karyawan toko dan bengkel, pedagang, merajut jala ikan, pengrajin batu bata, buruh bangunan, tukang batu, dan tukang kayu. Rata-rata kontribusi pendapatan dari kegiatan usahatani per bulan yaitu 42,55% dari total pendapatan atau sebesar Rp 1.476.325,00. Rata-rata kontribusi pendapatan dari kegiatan non usahatani per bulan adalah 56,37% dari total pendapatan atau sebesar Rp 1.956.250,00. Rata-rata kontribusi pendapatan dari remiten per bulan yaitu sebesar 1,08% atau sebesar Rp 37.500,00. b. Besarnya rata-rata proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani per bulan di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara adalah 53,30% atau sebesar Rp 1.186.020,00, sedangkan proporsi pengeluaran konsumsi non pangan terhadap pengeluaran total per bulan adalah 46,70% atau sebesar Rp 1.039.028,00. c. Rata-rata konsumsi energi rumah tangga petani di Kecamatan Welahan yaitu 1.938,65 kkal/orang/hari. Rata-rata konsumsi protein yaitu sebesar 98,179 gram/orang/hari. Rata-rata tingkat konsumsi energi di Kecamatan Welahan adalah 94,618%. Rata-rata tingkat konsumsi protein di Kecamatan Welahan mencapai 180,699%. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Welahan berdasarkan tingkatannya adalah : tahan pangan sebesar 70%, rentan pangan 22,5%, kurang pangan 5%, dan 2,5% termasuk dalam kondisi rawan pangan. commit to user 72
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Coping Strategy yang biasa dilakukan oleh rumah tangga responden di Kecamatan Welahan yaitu mengganti makanan dengan kualitas yang rendah, meminjam uang/bahan makanan ke saudara atau tetangga, dan menjual aset produktif rumah tangga. Rata-rata nilai indeks coping strategy di Kecamatan Welahan adalah 1,6 (rawan pangan rendah). e. Hubungan diversifikasi pendapatan dengan total pendapatan rumah tangga diperoleh nilai koefisien korelasi adalah negatif dan tingkat hubungannya sangat rendah (-0,010). Nilai koefisien korelasi antara hubungan diversifikasi pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan di Kecamatan Welahan sebesar 0,108 (positif dan tingkat hubungannya sangat rendah). Hubungan antara diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan energi di Kecamatan adalah negatif dan tingkat hubungannya sangat rendah (-0,199). Hubungan diversifikasi pendapatan dengan tingkat kecukupan protein di Kecamatan Welahan adalah negatif dan tingkat hubungannya sangat rendah (-0,088). B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan Diversifikasi Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara”, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan pendapatan rumah tangga, peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas usahatani yang didampingi oleh tenaga penyuluh lapangan dari dinas pertanian sehingga petani bisa berkonsultasi mengenai masalah yang sering terjadi dalam usahatani. Selain itu, perlu adanya pelatihan usaha produktif UMKM oleh pemerintah untuk ibu rumah tangga, sehingga diharapkan dari kegiatan pelatihan tersebut dapat dijadikan lapangan pekerjaan bagi ibu rumah tangga sehingga dapat menambah pendapatan bagi rumah tangganya. b. Meningkatkan
kinerja
pemerintah
daerah
untuk
meningkatkan
pengetahuan tentang gizi pada masyarakat terutama pada ibu rumah tangga commit to gizi. user melalui pendidikan dan penyuluhan