ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Atika Ekayana, Eny Lestari, RR. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 087712356379 Abstract: This research aimed to find out the proportion of food consumption expense on farmer household expense, energy and protein consumption of farmer household in Sewon Subdistrict of Bantul Regency, to find out the relationship of the food consumption expense proportion of total expense and the farmer household energy consumption to the farmer household food tenacity condition in Sewon Subdistrict of Bantul Regency based on the indicator of food expense proportion and energy consumption adequacy. The fundamental research method used was a descriptive analysis using survey technique. The research was conducted in Panggungharjo and Pendowoharjo Villages of Sewon Subdistrict of Bantul Regency selected purposively The calculation analysis was conducted using ratio of food expense to total food expense analyses, the Energy Consumption Level and Protein Consumption Level parameters were used, Pearson correlation coefficient or Product Moment Coefficient of Correlation method, while in determining the food tenacity level, food expense segment and energy consumption adequacy indicators were used. The result of analysis showed that the food consumption expense proportion was 58.13% or IDR 1,029,220,- and the non-food expense proportion was 41.87% or IDR 741,071. For the mean energy consumption of respondent household was 8.054,17 kkal/household/day, the mean protein consumption was 213,57 kkal/household/day, the relationship of food expense and energy consumption level showing correlation coefficient of -0.035. It showed a very low correlation. The food tenacity condition of households were as follows: majority was food vulnerable of 53/33% (32 farmers household). Keywords: Ratio of food expense, Food Tenacity, Energy and Protein Cosumption, Farmer Household, Bantul
Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengetahui besar proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran rumah tangga petani, besar konsumsi energi dan protein rumah tangga petani, mengetahui hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi rumah tangga petani, kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul berdasarkan indikator proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi. Metode dasar penelitian adalah deskriptif analitis. Penelitian dilakukan di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Lokasi ini dipilih secara purposive. Analisis perhitungan adalah analisis proporsi pengeluaran pangan, parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP), metode koefisien korelasi Pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation dan tingkat ketahanan pangan dengan indikator pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi. Hasil analisis menunjukkan rata-rata besar proporsi pengeluaran konsumsi pangan adalah sebesar 58,13% atau sebesar Rp 1.029.220,-, proporsi untuk pengeluaran non pangan sebesar 41,87% atau rata-rata pengeluaran sebesar Rp 741.071,. Rata-rata konsumsi energi rumah tangga petani adalah sebesar 8.054,17 kkal/rumah tangga/hari, rata-rata konsumsi protein rumah tangga petani yaitu sebesar 213,57 kkal/rumah tangga/hari. Hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat konsumsi energi menunjukan koefisien korelasinya sebesar -0,035 menunjukkan keeratan hubungan yang sangat rendah. Kondisi Ketahanan pangan rumah tangga adalah rawan pangan sebesar 53,33% (32 rumah tangga petani). Kata kunci : Proporsi Pengeluaran Pangan, Ketahanan Pangan, Konsumsi Energi dan Protein, Rumah Tangga Petani, Kabupaten Bantul
PENDAHULUAN Tingkat kesejahteraan suatu daerah merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di daerah tersebut dan konsumsi merupakan salah satu faktor penunjangnya. Makin besar pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi barang dan jasa, maka semakin tinggi tingkatan kesejahteraan keluarga tersebut. Konsumsi rumah tangga berbedabeda antara satu dengan lainya dikarenakan tingkat pendapatan yang diperoleh tiap rumah tangga dan tingkat kebutuhan yang berbeda-beda pula (Hamiros, 2012). Kondisi pendapatan suatu rumah tangga akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Pada umumnya konsumsi rumah tangga dapat berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan yang dipengaruhi tingkat pendapatan. Namun seiring dengan adanya peningkatan pendapatan, proporsi pengeluaran untuk pangan akan menurun dan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan non pangan. Tingkat pendapatan yang berbeda-beda menyebabkan keanekaragaman taraf konsumsi suatu masyarakat atau individu. Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah yang menjadikan pertanian padi sawah menjadi lapangan usaha utama penduduk setempat. Berdasarkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka, Kabupaten Bantul memiliki luas panen dan produksi kedua tertinggi setelah Kabupaten Sleman dalam produksi padi sawah. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator dengan tersedianya produksi yang tinggi maka akan tercapai produksi pangan dan ketahanan pangan daerah
yang cukup, namun ini tidak menjamin untuk tercukupinya ketahanan pangan rumah tangga. Oleh karena itu pemahaman terhadap perubahan konsumsi dan pengeluaran rumah tangga berguna untuk memahami kondisi kesejahteraan rumah tangga, tingkat dan jenis-jenis pangan yang dikonsumsi serta perubahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui besar proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran rumah tangga petani, (2) mengetahui besar konsumsi energi dan protein rumah tangga petani, (3) mengetahui hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total pengeluaran dengan konsumsi energi rumah tangga petani dan (4) mengetahui kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul berdasarkan indikator proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kuantitatif. Metode dasar deskriptif analitis yang berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala juga menjawab pertanyaanpertanyaan sehubungan dengan status obyek penelitian (Wirartha, 2006). Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul. Metode pengambilan sampel lokasi penelitian diambil secara sengaja atau purposive sampling yaitu di dua
desa yang berada di Kecamatan Sewon terpilih Desa Pendowoharjo dan Desa Panggungharjo dengan total 60 rumah tangga petani sampel. Penentuan rumah tangga petani sampel dilakukan dengan teknik Insidental (Incidental) atau subjek diambil secara sembarang tanpa mempergunakan metode atau teknik sampling. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari mengambil dokumen intansi pemerintah atau lembaga-lembaga terkait. Teknik pengumpulan berupa observasi, wawancara, recall, dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1) untuk mengukur pendapatan petani dan proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani analisis yang dilakukan meliputi pendapatan rumah tangga petani, pengeluran rumah tangga petani, dan proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani. (a) Pendapatan rumah tangga petani merupakan penjumlahan dari usahatani (on farm) dan luar usahatani (off farm) yang diusahakan oleh rumah tangga. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: Pd=Pdon+Pdoff………………….(1) dimana : Pd = pendapatan rumah tangga petani (Rupiah), Pdon = pendapatan dari usahatani (Rupiah), Pdoff = pendapatan dari luar usahatani (Rupiah). (b) Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani diketahui secara matematis dirumuskan sebagai berikut: C=Kp+Kn………………………..(2)
dimana: C = pengeluaran konsumsi rumah tangga (Rupiah/bulan), Kp = pengeluaran konsumsi pangan (Rupiah/bulan), Kn = Pengeluaran konsumsi non pangan (Rupiah/bulan). (c) Proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani seara matematis dirumuskan sebagai berikut:
PP ...................(3) x100% TP Dimana: PF = proporsi pengeluaran pangan (%), PP = pengeluaran pangan (Rupiah/bulan), TP = total pengeluaran rumah tangga (Rupiah/bulan) 2) untuk mengukur konsumsi pangan protein dan energi rumah tangga petani dapat diketahui dengan melihat besarnya konsumsi pangan masing-masing rumah tangga petani yang nantinya dikonversikan ke dalam bentuk konsumsi kalori (kkal/org/hari) dan protein (gram/org/hari). Untuk mengetahui besar konsumsi energi, dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: BPj Bddj x xKGej ..........(4) Gej = 100 100 PF =
Dimana: Gej = jumlah energi yang dikonsumsi dari bahan pangan j, BPj = Berat bahan pangan j dalam gram, Kgej = Kandungan energi dalam 100 gram bahan pangan j, Bddj = Persen bahan pangan j yang dapat dimakan (% BDD). Untuk mengetahui besar konsumsi protein dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: BPj Bddj Gpj = × × KGPj ........(5) 100 100 Dimana: Gpj = jumlah protein yang dikonsumsi dari bahan pangan j,
BPj = Berat bahan pangan j dalam gram, Kgpj = Kandungan protein dalam 100 gram bahan pangan j, Bddj = Persen bahan pangan j yang dapat dimakan (% BDD). Untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: TKE =
∑ konsumsienergi x100% ..(6) AKEygdianjurkan
TKP = ∑ konsumsiprotein x 100% ..(7) AKPygdianjurkan AKG yang digunakan dalam penelitian ini merupakan AKG berdasarkan umur dan jenis kelamin sesuai dengan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004. Klasifikasi tingkat konsumsi energi dan protein menurut Depkes (1990) dalam Supariasa et al., (2009) adalah: (1) Baik (> 100% AKG) (2) Sedang (80-99%) (3) Kurang (70-80% AKG) (4) Defisit (<70% AKG) 3) untuk mengetahui hubungan proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi. analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi menggunakan SPSS dengan metode koefisien korelasi Pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation. Koefisien korelasi tersebut dapat dinotasikan dalam persamaan berikut: n∑ XY − ∑ X ∑ Y r= ..(8) 2 2 2 2 n∑ X −(∑ X )
n∑ Y
(∑ Y )
dimana: X = proporsi pengeluaran pangan, Y = konsumsi energi, N = jumlah total sampel. Kriteria Nilai r selalu terletak antara – 1 dan + 1 (-1< r < 1), artinya: Apabila r = 1,
hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif). r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negative (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negative). r = 0, hubungan X dan Y lemah dan tidak memiliki hubungan (Supranto, 1996). Menurut Sarwono (2006) besar nilai koefisien (r) dibagi menjadi enam kategori seperti berikut: (1) 0 = Tidak ada korelasi antara dua variabel, (2) >0 – 0,25 = Korelasi sangat lemah, (3) >0,25 – 0,5 = Korelasi cukup, (4) >0,5 – 0,75 = Korelasi kuat, (5) >0,75 – 0,99 = Korelasi sangat kuat, (6) 1 = Korelasi sempurna. 4) untuk mengukur ketahanan pangan. Tingkat ketahanan pangan ditentukan dengan menggunakan indikator pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi untuk mengukur derajat ketahanan pangan rumah tangga petani. Menurut Rachman dan Ariani (2002) : (1) Tahan pangan = Proporsi pengeluaran pangan (<60%), Konsumsi energi cukup (>80% AKG), (2) Rentan pangan = Proporsi pengeluaran pangan (>60%, Konsumsi energi cukup (>80% AKG), (3) Kurang pangan = Proporsi pengeluaran pangan (<60%), Konsumsi energi kurang (< 80% AKG), (4) Rawan pangan = Proporsi pengeluaran pangan (>60%), Konsumsi energi kurang (< 80% AKG). HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah tangga petani responden dari penelitian ini adalah petani pemilik penggarap usahatani padi sawah. Responden yang dipilih berada di lima dusun dari dua desa yakni Desa
Pendowoharjo dan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Lokasi ini dipilih dengan metode purposive.
Karakteristik Responden.
Rumah
Tangga
Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Responden di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013 No 1.
2.
3. 4.
Uraian Umur 1) Suami (thn) 2) Istri (thn) Pendidikan 1) Suami a. Tidak sekolah b. Tidak tamat SD c. SD d. SLTP e. SLTA f. Akademi dan S1 2) Istri a. Tidak sekolah b. Tidak taman SD c. SD d. SLTP e. SLTA f. Akademi dan S1 Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata luas kepemilikian lahan (Ha)
Keterangan
60 Tahun 55 Tahun
0 0 37 Orang 11 Orang 10 Orang 2 Orang 0 0 34 Orang 8 Orang 13 Orang 2 Orang 4 0,233
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata umur kepala rumah tangga responden adalah 60 tahun. Umur tersebut masih dalam angka umur produktif sehingga kepala rumah tangga dapat memaksimalkan usaha dalam bertaninya guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan rata-rata pada istri responden adalah 55 tahun. Umur berpengaruh terhadap tingkat produktivitas daya kerja seseorang, semakin bertambahnya umur seseorang maka akan semakin meningkat tingkat daya kerjanya, namun akan mengalami penurunan
jika sudah melewati umur produktif. Selain tingkat produktifitas, umur juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pangan individu, semakin bertambahnya umur, kebutuhan akan konsumsi energi dan proteinnya akan semakin berkurang. Berdasarkan Tabel 1 Rata-rata tingkat pendidikan suami sebagai kepala rumah tangga responden dan istri adalah Sekolah Dasar, sebagian besar menyelesaikan tingkat pendidikan di jenjang SD yaitu 61,66% atau sebanyak 37 orang petani. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan rumah tangga responden masih tergolong rendah.
Pendapatan Responden.
Rumah
Tangga
Tabel 2. Rata-Rata Analisis Usahatani Responden Petani Padi Sawah Desa Pendowoharjo dan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013. No. Uraian 1. Luas Kepemilikan Sawah (Ha) 2. Biaya Usahatani (Rp) A. Saprodi B. Tenaga Kerja C. Lainnya Rata-Rata Biaya Usahatani (Rp/MT) 4. Penerimaan Usahatani (Rp) 5. Rata-Rata Pendapatan (Rp/MT) Rata-Rata Pendapatan (Rp/Bulan)
Jumlah 0,233
571.426 328.750 687.095 881.686 4.275.017 3.393.327 848.332
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki rata-rata luas kepemilikan sawah yaitu sebesar 0,233 Ha. Kepemilikan sawah petani di Desa Pendowoharjo dan Desa Pangguharjo tergolong masih berskala sedang. Total biaya yang dikeluarkan petani responden dalam usahataninya dalam satu musim
tanam adalah sebesar Rp 881.686,-. Total penerimaan petani responden dalam satu musim tanam adalah sebesar Rp 4.275.017,- Pendapatan usahatani sebesar Rp 3.393.327,sehingga rata-rata pendapatan petani responden tiap bulan dalam usahatani yaitu sebesar Rp 848.332.
Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan Suami, Istri, Anak dan Anggota Keluarga Lain Rumah Tangga Responden di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantuul Tahun 2013. No. 1. 2. 3.
Status Suami Istri Anak dan Anggota Keluarga Lain Total Rp/Bln
Pendapatan (Rp) 1.734.270 813.966 1.244.194 2.460.765
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa suami sebagai kepala keluarga memiliki pendapatan sebesar Rp 1.734.270,-. Pendapatan dari istri, anak dan anggota keluarga lain seperti menantu yang terdiri dari
pendapatan usahatani sebesar Rp 848.332,- dan dari luar usahatani sebesar Rp 885.938,-. Besar pendapatan istri adalah sebesar Rp 813.966,-. Pendapatan yang diperoleh istri berasal dari berdagang
makanan jajanan pasar, angkringan dan menjahit. Yang berasal dari anak dan anggota keluarga lain, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, dan anggota keluarga lain baik laki-
laki maupun perempuan yaitu sebesar Rp 1.244.194,-. Rata-rata total pendapatan seluruh anggota keluarga adalah setiap bulan yaitu sebesar Rp 2.460.765-.
Tabel 4. Rata-Rata Pendapatan Per Bulan Rumah Tangga Responden di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Tahun 2013 No 1. 2.
Sumber Pendapatan Usaha Sektor Pertanian Usaha di Luar Sektor Pertanian Jumlah
Pendapatan (Rp/Bln) Persentase (%) 848.322 34,47 1.668.034 65,53 2.460.765 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui bahwa proprosi pada pendapatan yang berasal dari luar usahatani lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari usahatani. Pendapatan dari luar usahatani menyumbang 65,53% atau rata-rata sebesar Rp 1.668.034,- dari total keseluruhan pendapatan dan dari usahatani sebesar 34,47% atau sebesar Rp 848.322,00-. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumbangan terbesar rumah tangga
responden berasal dari pendapatan yang berasal dari luar usahatani. Pengeluaran Rumah Tangga Petani. Dalam penelitian ini pengeluaran untuk pangan dihitung selama satu minggu yang lalu, sedangkan untuk pengeluaran bukan pangan dihitung dari setahun yang lalu yang kemudian masing-masing dikonversikan dalam pengeluaran rata-rata per bulan.
Tabel 5. Rata-rata Pengeluaran Pangan per Bulan Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Jenis Pangan Makanan berpati Kebutuhan minuman Buah/biji berminyak Buah-buahan Sayuran dan bahan dapur Lauk pauk Umbi-umbian Konsumsi pelengkap Makanan/minuman jadi Tembakau dan sirih Jumlah
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-Rata (Rp) 207.825 135.133 97.917 47.909 185.894 197.087 31.208 52.386 44.057 170.211 1.029.220
Persentase (%) 20,19 13,12 9,51 4,65 18,06 19,14 3,03 5,08 4,28 16,53 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat terlihat bahwa besarnya rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga responden dalam penelitian ini adalah Rp 1.029.220,- per bulan. Biaya yang dikeluarkan terbesar adalah untuk membeli makanan berpati yaitu sebesar Rp 207.825,atau 20,19% perbulan. Pengeluaran kedua adalah untuk membeli lauk pauk yaitu sebesar Rp 197.087,- per bulan atau 19,1% dari keseluruhan pengeluaran pangan. Pengeluaran selanjutnya banyak dikeluarkan rumah tangga untuk kebutuhan sayuran dan bumbu dapur yaitu sebesar Rp185.894,- per bulan atau sebesar 18,06%. Lalu diikuti dengan
pengeluaran pangan untuk pembelian tembakau dan sirih sebesar Rp170.211,- per bulan atau 16,53%. Selanjutnya pengeluaran untuk kebutuhan minuman sebesar Rp 135.133,- per bulan atau 13,1%. Selanjutnya pengeluaran untuk buah/biji berminyak sebesar Rp,97.917,- atau sebesar 9,51%. Konsumsi pelengkap sebesar Rp 52.386,- atau 5,08%. Pengeluaran untuk buah-buahan sebesar Rp 47.909,- atau 4,65%. Makanan atau minuman jadi sebesar Rp 44.057,sebesar 4,28%. Dan yang terakhir pengeluaran untuk umbi-umbian sebesar Rp 31.208,- atau 3,03% per bulan.
Tabel 6. Rata-rata Pengeluaran Non Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pengeluaran Non Pangan Perumahan Transportasi Biaya Pendidikan Biaya kesehatan Biaya komunikasi Sandang Peralatan MCK Pajak dan asuransi Keperluan social Jumlah
Rata-rata (Rp) 115.092 133.317 452.078 15.309 63.200 14.708 88.578 35.652 160.333 741.071
Persentase (%) 15,53 17,99 61,00 2,07 8,53 1,98 11,95 4,81 21,64 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa rata-rata rumah tangga responden memiliki pengeluaran non pangan setiap bulannya yaitu sebesar Rp 741.071,-. Pengeluaran non pangan terbesar yang dilakukan oleh rumah tangga responden yaitu pengeluaran dari kelompok biaya pendidikan yaitu sebesar Rp 452.078,- atau 61% dari total pengeluaran rumah tangga
responden. Pengeluaran terbesar kedua yaitu dari kelompok kelompok sosial yaitu sebesar Rp 160.333,- per bulan atau sebesar 21,64%. Selanjunya dari kelompok transportasi sebagai sarana perhubungan yaitu sebesar Rp 133.517,- per bulan atau sebesar 17,99%. Pengeluaran rumah tangga selanjutnya yaitu dari kelompok perumaha sebesar Rp 115.092,- atau
15,53%. Kelompok pembelian peralatan MCK yaitu sebesar Rp 88.578,- atau sebesar 11,95%. Pengeluaran untuk biaya komunikasi sebesar Rp 63.200,- per bulan atau 8,53%. Pengeluaran untuk biaya
pajak dan asuransi sebesar Rp 35.652,atau 4,81%. Biaya kesehatan sebesar Rp 15.309,- atau sebsar 2,07% dan untuk biaya pembelian sandang sebesar Rp 14.708,- per bulan atau 1,98%.
Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Total, Pengeluaran Total dan Tabungan Petani Padi Sawah di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Tahun 2013. No. 1. 2.
3.
Uraian Pendapatan Total Pengeluaran a. Pangan b. Non Pangan Tabungan
Rata-Rata (Rp/ Bulan) 2.460.765
1.029.220 741.071 690.474
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata pendapatan total petani responden adalah sebesar Rp 2.460.765,- yang terdiri dari pendapatan yang berasal dari dalam usahatani dan luar usahatani. Ratarata Pengeluaran petani responden yaitu pangan sebesar Rp 1.029.220,dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 741.071,- sehingga rata-rata pengeluaran total petani responden
adalah sebesar Rp 1.770.291,- selisih dari pendapatan dengan pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan adalah tabungan, besar rata-rata tabungan petani responden adala Rp 690.474,-. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga.
Tabel 8. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Responden di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013 Pengeluaran Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan Jumlah
Nominal (Rp/Bulan) 1.029.220 741.071 1.770.291
Proporsi (%) 58,13 41,87 100
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan data pada Tabel 8 diketahui bahwa rata-rata besarnya pengeluaran total rumah tangga responden dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 1.770.291,dengan proporsi pengeluaran untuk pangan sebesar 58,13% atau rata-rata pengeluaran sebesar Rp 1.029.220,-
dan proporsi untuk pengeluaran non pangan sebesar 41,87% atau rata-rata pengeluaran sebesar Rp 741.071,00-. Data pada Tabel 27 menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran rumah tangga responden untuk kebutuhan pangan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi pengeluaran untuk
kebutuhan non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga responden masih rendah, karena rumah tangga responden lebih mengutamakan
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangannya terlebih dahulu sebagai kebutuhan dasar. Konsumsi Energi Dan Protein Rumah Tangga.
Tabel 9. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) Rumah Tangga Responden di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013 Kandungan Gizi Energi (kkal/RT/hari) Protein (gram/RT/hari)
AKG yang dianjurkan 8.054,17 213,57
Konsumsi 5.664,62 154,92
TKG (%) 71,36 73,52
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan data Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi rumah tangga responden adalah sebesar 5.664,62 kkal/rumah tangga/hari. Angka ini masih kurang jauh dari rata-rata angka kecukupan gizi energi rumah tangga yang dianjurkan yaitu sebesar 8.054,17 kkal/rumah tangga/hari. Rata-rata konsumsi protein rumah tangga responden yaitu sebesar 154,92 gram/rumah tangga/hari dengan ratarata Angka Kecukupan Protein 213,57 gram/rumah tangga/hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein rumah tangga responden masih tergolong rendah
jika dibandingkan dengan rata-rata angka kecukupan protein. Hal ini disebabkan karena kurangnya keragaman aneka pangan yang dikonsumsi oleh responden dan terbilang monoton, sehingga asupan energi dan protein tergolong rendah. Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi (TKE) rumah tangga responden adalah sebesar 71,36%. Tingkat Konsumsi Protein (TKP) rumah tangga responden hanya mencapai 73,52%, konsumsi energi protein dari pangan yang dikonsumsi rumah tangga responden masih kurang dari AKG yang dianjurkan.
Tabel 10. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) Anggota Rumah Tangga Responden Tahun 2013
Suami Istri Anak laki-laki Anak perempuan AKL Laki-laki AKL Perempuan
AKG Energi Protein 2.183,33 60,00 1.741,23 49,30 2.410,78 58,90 1.932,50 51,03 1.907,14 49,93 1.789,29 47,86
Sumber: Analisis Data Primer
Konsumsi Energi Protein 1.623,91 42,10 1.302,90 38,08 1.696,45 41,76 1.418,42 36,79 1.368,19 35,87 1.310,28 35,47
TKG (%) Energi Protein 74,48 70,17 74,85 77,34 70,67 71,24 73,43 72,17 70,07 74,15 73,64 74,40
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa rata-rata angka kecukupan gizi yang dianjurkan, konsumsi dan Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) pada setiap anggota rumah tangga responden di Kecamatan Sewon. Rata-rata konsumsi energi pada setiap rumah tangga responden adalah kurang yaitu berada pada status 70-80%
yaitu pada suami, istri, anak perempuan, anak laki-laki, dan anggota keluarga lain perempuan. Sedangkan untuk anggota keluarga lain laki-laki pada rumah tangga responden berada pada status defisit yaitu di bawah 70%. Tingkat konsumsi protein pada semua anggota keluarga berada pada status kurang yaitu 70-80%.
Tabel 11. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013 Kategori
Tingkat Konsumsi Gizi
Baik Sedang Kurang Defisit
TKG > 100% AKG TKG 80-99% AKG TKG 70-80% AKG TKG <70% AKG Jumlah
Energi (kkal/orang/hari) Jumlah % 1 1 39 19 60
1,67 1,67 65,00 31,67 100
Protein (gram/orang/hari) Jumlah % 2 8 31 19 60
3,33 13,3 51,6 31,6 100
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebaran rumah tangga responden berdasarkan tingkat konsumsi energi dan proteinnya. Untuk konsumsi energi sebesar 65% (39 rumah tangga) dengan status kurang, 31,67% (19 rumah tangga) dengan status defisit, 1,67% (1 rumah tangga) dengan status baik dan sedang tingkat konsumsi energinya. Sedangkan pada konsumsi protein terdapat 51,6% (31 rumah tangga) berstatus kurang, 31,6% (19 rumah tangga) berstatus defisit, 13,3% (8 rumah tangga) dengan status sedang dan 3,33% (2 rumah tangga) termasuk dalam tingkat konsumsi protein baik. Besarnya tingkat konsumsi dan protein yang dikonsumsi oleh setiap rumah tangga responden tidaklah sama. Hal ini dikarenakan setiap
rumah tangga mengkonsumsi bahan pangan yang berbeda sehingga jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi rumah tangga akan mempengaruhi tingkat energi dan protein. Hubungan Proporsi Pengeluaran Pangan Dengan Tingkat Konsumsi Energi. Berdasarkan hasil analisis hubungan proporsi pengeluaran pangan dengan tingkat konsumsi energi rumah tangga responden petani di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul menunjukan bahwa koefisien korelasinya sebesar -0,035. Proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi menurut hasil menunjukkan hubungan korelasi yang sangat rendah. Menurut Sarwono (2006), proporsi
pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi memiliki kriteria untuk memudahkan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel yaitu >0 – 0,25 memiliki korelasi sangat lemah. Nilai korelasi pada hasil penelitian ini menunjukkan nilai yang negatif. Hal
ini menunjukkan bahwa antara dua variabel memiliki hubungan yang berlawanan, jika proporsi pengeluaran pangan rendah maka tingkat konsumsi energi tinggi dan sebaliknya. Ketahanan Pangan Rumah Tangga.
Tabel 12. Sebaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Desa Panggungharjo dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2013 Kategori Ketahanan Pangan Tahan Pangan Proporsi pengeluaran pangan (<60%) Konsumsi energi cukup (>80% AKG) Rentan Pangan Proporsi pengeluaran pangan (>60%) Konsumsi energi cukup (>80% AKG) Kurang Pangan Proporsi pengeluaran pangan (<60%) Konsumsi energi kurang (< 80% AKG) Rawan Pangan Proporsi pengeluaran pangan (>60%) Konsumsi energi kurang (< 80% AKG) Jumlah
Sumber:
Analisis
Data
Proporsi Pengeluaran Pangan (%)
(TKE) (%)
Jumlah RT
%
59,40
98,37
1
1,67
63,38
94,11
2
3,33
22,45
31,51
25
41,6 7
69,39
65,35
32
53,3 3
214,62
289,34
60
100
Primer
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa rumah tangga petani dalam penelitian yang berstatus kurang pangan memiliki jumlah yakni sebesar 41,67% (25 rumah tangga) berstatus kurang pangan. Kemudian diikuti dengan rumah tangga yang memiliki status tahan pangan mengambil persentase sebesar 1,67% (1 rumah tangga). Status rentan pangan sebesar 3,33% (2 rumah tangga) berstatus rentan
pangan. Selanjutnya status yang terbesar yaitu dengan status rawan pangan sebesar 53,33% (32 rumah tangga) berstatus rawan pangan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah tangga termasuk dalam kategori rawan pangan, dimana proporsi pengeluaran pangannya rendah >60% dari total pengeluaran dan konsumsi energi yang kurang < 80% AKG.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Besar proporsi pengeluaran rumah tangga petani untuk kebutuhan pangan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi pengeluaran untuk kebutuhan non pangan. Sehingga tingkat kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga petani masih rendah, karena rumah tangga petani lebih mengutamakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangannya terlebih dahulu sebagai kebutuhan dasar. Rata-rata konsumsi energi rumah tangga petani menurut Tingkat konsumsi rumah tangga petani masih jauh dari AKG yang dianjurkan, hal ini disebabkan dengan salah satu faktor rendahnya pendapatan rumah tangga petani yang diterima sehingga menghambat akses responden untuk dapat mendapatkan bahan pangan yang lebih. Hubungan antara Pengeluaran Pangan dengan Tingkat Konsumsi energi menunjukan bahwa koefisien korelasinya sebesar -0,035, ini menunjukkan keeratan hubungan yang sangat rendah. Nilai korelasi pada hasil penelitian menunjukkan korelasi yang negatif, dimana antara dua variabel memiliki hubungan yang berlawanan, jika proporsi pengeluaran pangan rendah maka tingkat konsumsi energi tinggi dan sebaliknya. Kondisi Ketahanan pangan rumah tangga petani adalah sebagian besar berstatus rawan pangan sebesar 53,33% atau sebanyak 32 rumah tangga responden berstatus rawan pangan, dimana proporsi pengeluaran pangan tinggi
(>60%) dan konsumsi energi yang kurang (< 80%) AKG. Saran
Perlu adanya usaha tambahan dari luar usahatani untuk dapat membantu petani untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga agar menjadi tahan pangan. Perlu adanya usaha dari pemerintah, dinas ketahanan pangan setempat serta pemberdayaan masyarakat untuk memberikan penyuluhan mengenai gizi pentingnya mengkonsumsi pangan yang beragam dan dengan kualitas yang baik agar rumah tangga sadar akan pentingnya memenuhi kecukupan gizi keluarga DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. 2012. Kabupaten Bantul dalam Angka 2012. http://bantulkab.bps.go.id/. Badan Pusat Statistik. 2012. Bantul dalam Angka 2012. Bantul. Hamiros. S. 2012. Analisis Konsumsi Obat Bagi Pekerja Wanita di Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Rachamn, H dan Ariani, M. 2002. Ketahanan Pangan: Konsep, Pengukuran dan Strategi. Forum Agro Ekonomi Vol. XX/No. 1 : 12-24. Supariasa DN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Supranto, J. 1996. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Erlangga. Jakarta. Wirartha, M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi. Yogyakarta.