Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN SELF MANAGEMENT PADA IBU BEKERJA DI RUMAH SAKIT X
Rini Aprillia Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara subjective well-being dengan self management pada Ibu bekerja di Rumah Sakit X. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara subjective well-being dengan self management pada Ibu bekerja di Rumah Sakit X. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 233 orang ibu bekerja dan yang dijadikan sampel sebanyak 100 orang yang didapat melalui teknik random bersayarat. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala subjective well-being dan skala self management. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS versi 20.0. Hasil analisis data penelitian dengan komputer menggunakan program SPSS 20.0 for Windows, menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,364 dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,133 serta nilai p = 0,0000 p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara. Subjective well-being dengan self management pada ibu bekerja di Rumah Sakit X. Sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 13,3%. Kata Kunci: Subjective well-being, Self Management
maju karena wanita bisa sangat
Pendahuluan
diandalkan dalam berbagai sektor
Zaman modern ini sudah
kehidupan
banyak kaum wanita bekerja di luar rumah,
dari
jumlahnya
tahun semakin
ke
misalanya
pendidikan,
kesehatan, pemerintahan, politik dan
tahun
lain
meningkat
sebagainya.
seorang
terutama di negara industri yang
kehidupan 1
wanita
Banyak
alasan
bekerja
dalam
yang
semakin
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
berkembang ini. Tentunya bekerja
Hal
ini
dapat
adalah salah satu hal yang dapat
seorang
memajukan perkembangan di dalam
perubahan dan masalah psikologis.
kehidupan
dari
Menurut Pujiastuti dan Retnowati
keuangan, interaksi sosial, pergaulan,
(Kartajaya, 2002) pada umumnya
pengembangan
wanita atau ibu banyak menghadapi
seseorang
mulai
diri
dan
lain
sebagainya (Dagun, 2002).
wanita
membuat mengalami
masalah psikologis karena adanya
Tampaknya ketika seorang
berbagai perubahan yang dialami
wanita bekerja di luar rumah yang
saat menikah, antara lain perubahan
berstatus belum menikah menjadi
peran sebagai istri dan ibu rumah
begitu sangat menyenangkan karena
tangga, bahkan juga sebagai ibu
dapat mengenal dunia kerja, bergaul
bekerja.
dengan
banyak
mendapatkan
orang
penghasilan
dan
Apalagi
sendiri
bila seorang ibu
mengeluti bidang pekerjaan yang
untuk kepentingan pribadi. Namun,
memerlukan
ketika
menikah
produktif dengan tenaga yang cukup
memiliki suami dan anak semua
ekstra. Salah satunya adalah bekerja
perubahan begitu terlihat jelas mulai
di rumah sakit. Rumah sakit adalah
dari status yang berubah menjadi
institusi pelayanan profesional yang
seorang
wanita
istri
sudah
atau
waktu
yang
begitu
seorang
ibu.
menyelenggarakan
tidak
ada
kesehatan yang sangat diperlukan
begitu
bagi masyarakat dalam waktu 24
kompleks yang dirasakan ketika
jam. Pelayanan rumah sakit yang
setelah menikah tanggung jawabnya
harus siap siaga 24 jam membuat
menjadi begitu kompleks. Seperti,
karyawan-karyawan yang bekerja di
beberapa wanita di usia dewasa awal
rumah sakit melakukan program jaga
dan madya yang masih memiliki
atau sering disebut dengan shift.
Sebelum
menikah
tanggung
jawab
yang
pelayanan
anak yang belum dewasa sehingga
Jarvis (2000) para pekerja
masih memiliki tanggung jawab
shift adalah mereka yang bekerja
sebagai ibu, istri dan wanita bekerja
dengan jam-jam kerja yang tidak
(Elgar & Chester, 2007).
bersahabat ada pekerja yang bekerja
2
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
dalam shift teratur tetapi tidak lazim
penting dalam diri sesorang yaitu
misalnya dimalam hari. Namun ada
afeksi
pula yang bekerja dengan shift tidak
(pikiran) dan
teratur
Seseorang
dan
inilah
yang
(perasaan),
kognitif
behavior (perilaku).
yang
memiliki
mengakibatkan masalah yang lebih
management
serius. Hal ini membuat ibu bekerja
mampu mengendalikan afeksi yang
dirumah
mampu
terdiri dari emosi dan sensasi yang
mengelola dirinya dengan baik, baik
positif misalnya merasakan bahagia,
pengelolaan terhadap waktu, emosi,
puas,
pikiran dan perilaku yang melibatkan
Seseorang
aktivitas sebagai seorang ibu dan
management
juga sebagai pekerja. Pengaturan
mengendalikan pikiran yang positif
terhadap diri sendiri merujuk pada
seperti pemikiran-pemikiran atau ide
istilah self management.
yang
sakit
harus
Istilah self management telah
yang
cinta,
baik
self
dan
kasih
yang
sayang.
memiliki
yang
baik
merepleksikan
diinginkan
berarti
dari
self
mampu
aspek
yang
sebuah
situasi
digunakan untuk merujuk kepada
misalnya “saya dapat melakukan
bagaimana
sesuatu
seseorang
mengelola
dengan
baik”.
dirinya. Menurut Curtin, dkk (2002)
seseorang
self management adalah serangkaian
management
kegiatan
memelihara,
mengarahkan perilaku kearah yang
meningkatkan dan mempromosikan
positif misalnya memberesi rumah,
diri dengan menggunakan berbagai
membaca dan lain-lain. Sebaliknya,
sumber daya baik di dalam dan di
ketika
luar.
management
untuk
Pengelolaan
dipadankan
dengan
diri istilah
sering
yang
Terakhir
yang
seseorang yang
memiliki baik
self
mampu
memiliki buruk
self maka
self
seseorang tidak dapat mengendalika
management atau manajemen diri
perasaan, pikiran, dan perilaku nya
(Takwin, 2008)
dengan
Menurut O’keefe dan Berger
baik
sehingga
kendali
tersebut mengarah kepada kendali
(1999) self management berkaitan
yang negatif
dengan bagaimana individu mampu
negative seperti marah, sedih, stress,
mengendalikan tiga komponen yang
frustasi, dan takut. Serta pikiran yang
3
yaitu emosi
yang
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
negatif seperti berpikir “saya tidak
Peneliti mendapati ibu yang
bisa melakukannya dengan baik” dan
bekerja
perilaku
emosi saat dihadapkan dengan hal
yang
negatif
seperti
memecahkan gelas ketika marah.
kurang
dapat
mengatur
yang tidak menyenangkan karena
Seorang ibu bekerja yang
merasa belum siap saat dihadapkan
melakukan aktivitas dirumah dengan
dengan
segala urusan rumah tangga dan juga
menyenangkan, merasa tidak mampu
bekerja dengan waktu yang produktif
menghadapi masalah yang ada, dan
serta tenaga yang ekstra sehingga self
sulit mengontol emosi pada saat
management
bekerja.
yang
baik
sangat
diperlukan bagi ibu bekerja untuk mengatur,
mengendalikan
hal
tidak
Orang yang bahagia adalah
dan
memiliki rasa kontrol yang kuat.
mengelola dirinya dengan baik agar
Mereka
tidak
mengendalikan
terjadinya
yang
masalah-masalah
lebih
merasa
mampu
peristiwa-peristiwa
dalam diri. Banyaknya tugas yang
dalam hidup mereka tidak seperti
menjadi
orang-orang yang merasa mereka
tuntutan
dari
berbagai
macam peran yang ibu miliki dan
membebani
kurangnya
untuk
mengalami ketidakberdayaan yang
mengerjakannya menjadi hal yang
dipelajari (Myers & Diener, 1996;
sangat melelahkan bagi seorang ibu.
Myers, 2000; Diener dan Seligmen,
waktu
Ibu yang bekerja di rumah sakit
yang
selalu
orang
lain
dan
2002).
berhubungan
Ketika orang merasa bahagia
dengan pasien, lingkungan rumah
seseorang
sakit, waktu kerja yang ekstra,
kejadian-kejadian yang terjadi pada
peraturan
serta
dirinya, perasaan bahagia di dapat
pekerjaan yang memerlukan tenaga
melalui bagaimana seseorang menilai
yang cukup banyak. Tidak semua ibu
atau mengevaluasi kehidupan yang
dapat
dan
dirasakan
hal
ketika
psikologi
mengarah
mengontrol
yang
disiplin
mengendalikan dirinya
baik
bekerja maupun saat berada dirumah.
mampu
ini
mengontrol
dalam pada
ilmu istilah
subjective well-being. Pada tingkat individu, Subjective well-being telah
4
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
digunakan
untuk
merujuk
terutama menyenangkan, rasa terima
kebahagiaan (Diener, Suh, Lucas &
kasih sebagian besar untuk penilaian
Smith,
positif peristiwa mereka yang sedang
1999).
pernyataan
Selaras
subjective
dengan well-being
berlangsung.
Orang
dengan
adalah ukuran dari bagaimana orang
subjective well-being rendah menilai
merasakan kebahagiaan (Oishi &
keadaan hidup mereka dan peristiwa
Diener, 2001; Diener, Lucas, &
sebagai
Oishi,
karenanya merasakan emosi yang
2002).
Penilaian
dimana
tidak
diinginkan,
sesorang kurang atau sudah merasa
tidak
puas terhadap kehidupannya merujuk
kecemasan, depresi, dan kemarahan.
pada istilah subjective well-being seseorang.
Subjective
didefinisikan
menyenangkan
dan
seperti
Diener, Suh, dan Oishi (Eid
well-being
& Larsen, 2008) menjelaskan bahwa
evaluasi
ciri-ciri individu dikatakan memiliki
sebagai
kognitif dan afektif seseorang dalam
subjective well-being
hidupnya.
meliputi
mengalami kepuasaan hidup, sering
rekasi emosional terhadap peristiwa
merasa kegembiraan, dan jarang
serta penilaian kognitif
merasakan
Evaluasi
ini
terhadap
emosi
tinggi
yang
jika
tidak
kepuasan dan pemenuhan (Diener,
menyenangkan seperti kesedihan dan
Lucas, Oishi, 2002).
kemarahan.
Sebaliknya,
individu
Menurut Myers dan Diener
dikatakan memiliki subjective well-
(1995) Subjective well-being tinggi
being rendah jika tidak puas dengan
mencerminkan dominan pikiran dan
kehidupannya,
perasaan positif tentang kehidupan
kegembiraan dan afeksi, serta lebih
seseorang. Pada tingkat kognitif,
sering
subjective well-being termasuk rasa
seperti kemarahan dan kecemasan.
kepuasan makan,
hidup
secara
kepuasan
pekerjaan
seseorang,
tertentu
global, yang
perkawinan,
merasakan
emosi
merasa
mengungkapkan ekspresi
afektif, orang dengan subjective welltinggi
merasakan
sedikit
negatif
Munandar (2008) seseorang
dari
dan domain lainnya. Pada tingkat
being
mengalami
dirinya
wajahnya,
bahagia, melalui gerakan-
gerakannya, perilakunya, ungkapan
emosi
5
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
verbalnya. karyawan
Tenaga yang
kerja
senang
atau
being dengan Self management pada
dengan
ibu bekerja di Rumah Sakit X.
pekerjaannya akan memperlihatkan berbagai
Metode Penelitian
macam perilaku yang
mencerminkan kesenangannya Hal-
Variabel yang dilibatkan dalam
hal yang terjadi pada ibu bekerja
penelitian ini adalah subjective well-
yang
being
di
dapatkan
mengungkapkan
di
lapangan
bahwa
adanya
sebagai variabel bebas dan
self management sebagai variabel
ketidakpuasan dalam hidup mereka
terikat.
menjadi ibu bekerja.
Subjective well-being adalah
Fenomena yang terjadi pada
penilaian seorang ibu bekerja di
ibu bekerja yang ada di lapangan
rumah
dilihat dari ciri-ciri individu yang
kehidupannya
memiliki
being
kognitif dan afektif baik kehidupan
rendah yang telah dijelaskan diatas
masa lalu, masa sekarang, dan masa
didapat melalui hasil observasi dan
depan. Variabel subjective well-
wawancara.
being
subjective
well
Peneliti
mendapati
saki
ini
X
mengenai
melalui
akan
diukur
evaluasi
dengan
bahwa ibu bekerja kurang puas
menggunakan skala yang dibuat
dengan kehidupan yang dirasakan
sendiri oleh peneliti berdasarkan
sekarang dengan beberapa alasan
aspek-aspek subjective well-being
yaitu karena hidup yang dirasakan
menurut Diener dan Larsen (2008)
sekarang belum sesuai dengan yang
yang terdiri dari aspek afektif dan
diharapkan
kepuasan hidup.
dan
masih
banyak
harapan yang belum tercapai. Dan
Self
Management
adalah
tidak begitu menikmati keadaan saat
kemampuan seorang ibu bekerja di
ini karena aktivitas yang monoton
rumah sakit X dalam mengontrol dan
serta harus tetap bekerja saat hari
mengendalika kognitif, afektif dan
libur.
perilaku mereka. Self management Berdasarkan uraian di atas.
ini diukur dengan menggunakan
Maka dirumuskan hipotesis yaitu ada
skala
hubungan antara Subjective well-
peneliti dengan mengacu pada aspek-
6
yang
dibuat
sendiri
oleh
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
aspek self management dari Goleman
skala psikologis untuk mengungkap
(Prijosaksono,
yaitu:
variabel yang hendak diteliti yaitu
dapat
self management dan subjective well-
2001)
pengendalian dipercaya,
diri,
sifat
kehati-hatian,
mampu
being
menyesuaikan diri dan inovasi. Populasi
adalah
yang
wilayah
self management dan subjective wellbeing.
atau
pernyataan
yang
berdasarkan
dengan menggunakan aspek-aspek
generalisasi yang terdiri atas objek subjek
dibuat
mempunyai
Skala
adalah
yang
perangkat
disusun
kualitas dan karakteristik tertentu
mengungkapkan
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
melalui respon terhadap pertanyaan
dipelajari
tersebut (Azwar, 2012).
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Sedangkan sampel
yang
dimiliki
tertentu
Menurut Yamin dan Kurniawan
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
atribut
untuk
(2014), analisis regresi sederhana
oleh
adalah
populasi tersebut (Sugiyono, 2011).
sebuah
digunakan
pendekatan
untuk
yang
mendefinisikan
Populasi dalam penelitian ini
hubungan matematis antara variabel
adalah ibu bekerja di rumah sakit X
dependen (y) dan variabe independen
pada tiga bagian yaitu perawat, bidan
(x). hubungan matematis digunakan
dan farmasi berjumlah 233 dengan
sebagai suatu model regresi yang
sampel
subjek.
digunakan untuk meramalkan atau
Berdasarkan cara perhitungan sampel
memprediksi nilai (y) berdasarkan
menurut Isaac dan Michael dengan
nilai (x) tertentu. Dengan analisi
taraf kesalahan 5%, maka sampel
regresi
dalam penelitian ini akan berjumlah
independen
100 orang dari total 138 responden,
signifikan mempengaruhi variabel
sedangkan sisanya yang berjumlah
dependen dan dengan variabel yang
38 orang akan dijadikan sampel try
signifikan
out (Sugiyono, 2011).
untuk memprediksi nilai variabel
berjumlah
Metode
138
pengumpulan
data
akan
dependen.
dalam penelitian ini menggunakan
7
diketahui yang
tadi
dapat
variabel
benar-benar
digunakan
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
dikemukakan
Hasil dan Pembahasan
(Prijosaksono,
Dari analisis data yang ada,
dipercaya,
hubungan yang sangat signifikan
sederhana
teknik
regresi
(simple
penelitian, terdapat terdapat 55 orang atau
regression)
memiliki
Kategori
adalah
mengendalikan
(C) dirinya untuk dapat meraih
mampu
individu mengarahkan diri sendiri
dimana
individu
dan
kehati-
mengendalikan
emosi
tugas dengan baik saat diberikan
(self
tugas secara mendadak, suka datang
prosedur
terlambat
mengatur
saat
bekerja,
semua
pekerjaan menjadi berantakan saat dibebankan dengan banyak tugas,
Pengukuran self management aspek-aspek
diri
serta kurang mampu mengerjakan
Komalasari
perilakunya sendiri.
berdasarkan
management
dengan baik seperti mudah marah
untuk dapat mencapai apa yang
adalah
self
hatian, ibu bekerja yang kurang
tujuan. Dengan Self management,
management)
yang
dari aspek self management yaitu
affect (A), behavior (B) dan kognitif
diri
management
yang tidak matang dapat di dilihat
kemampuan untuk mengambil alih
pengelolaan
self
rumah sakit X adalah buruk.
Menurut O'Keefe dan Berger
(2011)
self
self management pada ibu bekerja di
133 dan p = 0,000 dimana p ≤ 0,01.
Menurut
memiliki
matang. Dengan demikian tingkat
0,364 dengan nilai R square yaitu
diinginkan.
yang
45 orang atau 45% orang yang
dengan self management yaitu r =
management
55%
management yang tidak matang dan
antara variabel subjective well-being
self
mampu
rumah sakit X yang dijadikan subjek
menunjukkan hasil nilai korelasi
(1999)
kehati-hatian,
dapat
menunjukkan dari 100 ibu bekerja di
rumah sakit X.
menggunakan
sifat
Kategorisasi self management
self management pada ibu bekerja di
dengan
diri,
yaitu:
menyesuaikan diri dan inovasi.
antara subjective well-being dengan
dilakukan
Goleman
2001),
pengendalian
telah menunjukkan bahwa adanya
Analisis
oleh
suka mengabaikan pekerjaan ketika
yang
sedang sedih. Sedangkan ibu bekerja
8
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
yang
termasuk
dalam
kategori
Penelitian
dilakukan
(2008)
mengenai
matang ini terlihat dari mampunya
oleh
seseorang
mengendalikan
hubungan antara manajemen diri
emosi, tetap tenang walaupun banyak
dengan dengan perilaku kosumtif
masalah yang dihadapi, bertindak
pada ibu rumah tangga yang tidak
dengan
bekerja. Semakin tinggi manajeman
dalam
hati-hati
sehingga
tidak
Widayati
yang
memunculkan masalah yang akan
dirinya,
terjadi.
dapat
perilaku konsumtifnya. Sebaliknya
mengendalikan emosi dapat bekerja
semakin rendah manajemen dirinya,
dengan
maka
Seseorang
baik
masalah
yang
walaupun
yang
melakukan
dihadapi sesuatu
terorganisasi
dan
cermat
banyak
maka
semakin
semakin
serta
konsumtifnya.
dengan
Seperti
rendah
tinggi
yang
perilaku
dijelaskan,
tanpa
bahwa orang yang bahagia adalah
merugikan orang lain dan dapat
orang memiliki rasa kontrol yang
menyelesaikan
kuat. Mereka lebih merasa mampu
masalah
dengan
solusi-solusi yang baik. Macan, menyatakan
mengontrol
dkk
bahwa
mengendalikan
peristiwa-peristiwa
dalam
hidup
yang
mereka tidak seperti orang-orang
memiliki kemampuan manajemen
yang merasa mereka membebankan
diri yang baik dapat mengatur dan
orang
mengorganisasikan
waktu
dengan
ketidakberdayaan
teratur
akan
mampu
(Myers & Diener, 1996; Myers,
sehingga
orang
(1990)
atau
menyelesaikan tugas pekerjaan dan
Individu
yang
dan
mengalami
yang
dipelajari
2000; Diener dan Seligmen, 2002).
dapat mengambil keputusan dengan tepat.
lain
Ada empat sifat batin yang
mampu
ditemukan untuk menandai
memanajemen dirinya dengan baik
orang-orang bahagia yaitu harga diri,
akan mampu membuat prioritas,
rasa kontrol pribadi, optimisme, dan
kegiatan apa yang harus dikerjakan
extraversion (Myers & Diener, 1995;
terlebih dahulu serta bertindak secara
Carr, 2004). Orang-orang bahagia
tepat dan tidak gegabah.
biasanya
merasa
mampu
mengendalikan diri (Campbell, 1981;
9
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
Larson,
1989
di
Myers
&
tinggi. Dengan kata lain subjective
Diener,1995).
well-being pada ibu bekerja di
Kebahagiann seseorang yang
Rumah
Sakit
biasa disebut dengan subjective well
Palembangang
being.
termasuk
Diener,
dkk
(2003)
mengartikan subjective well being
hidupnya,
paling
dalam
banyak
kategori
yang
subjective
well-
rendah.
sebagai penilaian pribadi individu mengenai
Muhammadiyah
Kategori
bukan
being pada ibu bekerja yang rendah,
ahli,
dapat dilihat dari aspek afektif dan
termasuk di dalamnya mengenai
kepuasan hidup. Seseorang yang
kepuasan
memiliki
subjective
well-being
maupun pada aspek spesifik), afek
rendah
kurang
merasakan
yang menyenangkan dan rendahnya
kebahagiaaan,
tingkat
aktivitas sehari-hari yang dilakukan,
berdasarkan
penilaian
(baik
dari
secara
afek
umum,
yang
tidak
menyenangkan.
bosan
Pengukuran subjective wellbeing
menggunakan
subjective dikemukankan
yang
emosi yang yang negatif, khawatir
yang
saat
bekerja meninggalkan anak
dirumah dan kurang puas dengan
Larsen (2008), yaitu: afektif dan
kehidupan yang dijalani. Sedangkan
kepuasan hidup
sebagian ibu bekerja yang memiliki hasil
Diener
hari-hari
dan
Dari
oleh
menikmati
monoton, lebih mudah merasakan
aspek-aspek
well-being
dengan
tidak
data
yang
subjective well-being tinggi seperti
diperoleh,
kategorisasi
subjective
merasa gembira dengan hari-hari
well-being
menunjukkan dari 100
yang dijalani, enjoy dengan aktivitas
Ibu
bekerja
Muhammadiyah
di
Rumah Palembang
Sakit
yang dilakukan setiap hari, merasa
yang
sahabat
dan
keluarga
dijadikan subjek penelitian, terdapat
menyayanginya,
54 orang atau 54% yang memiliki
wanita karir dan ibu rumah tangga
subjective well-being yang rendah
serta
dan 46 orang atau 46%
kehidupan yang dijalani saat ini.
yang
memiliki subjective well-being yang
10
selalu
bangga
sangat
bahagia
menjadi
dengan
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
Menurut
Diener
individu dengan level well-being
yang
umumnya
memiliki
(2003),
diketahui bahwa kelompok variabel
subjective
memiliki
perbedaan
self
pada
management antara usia 21-30 tahun
sejumlah
dengan usia 31-40 tahun, karena nilai
mengagumkan
p<0,05, sehingga memenuhi kaidah.
Individu ini akan lebih mampu
Untuk kelompok 1 (usia 21-30
mengontrol
dan
tahun) memiliki nilai mean sebesar
peristiwa
117,44 dan untuk kelompok 2 (usia
dalam hidup dengan lebih baik.
31-40 tahun) memiliki nilai mean
Sedangkan
dengan
sebesar 135,17. Sedangkan variabel
subjective well-being yang rendah,
usia untuk subjective well-being
memandang rendah hidupnya dan
tidak memiliki perbedaan karena
menganggap peristiwa yang terjadi
p>0,05 sehingga tidak memenuhi
sebagai
kaidah.
kualitas
yang
tinggi,
usia
emosinya
menghadapi
berbagai
individu
hal
yang
tidak
menyenangkan dan oleh sebab itu
hasil
analisis
tambahan
didapatkan
hasil
menyenangkan seperti kecemasan,
sumbangan
efektif
depresi dan kemarahan (Myers &
variabel bebas pada penelitian ini
Diener, 1995).
yaitu subjective well-being adalah
timbul
emosi
yang
Berdasarkan
tidak
aspek-aspek
Usia subjek dalam penelitian
sebanyak -1% terdapat pada aspek
ini yaitu termasuk ke dalam periode
afektif sedangkan sebanyak 14%
dewasa awal yaitu usia 21-40 tahun.
terletak pada aspek kepuasan hidup.
Periode dewasa awal bermulai pada
Dari hasil ini disimpulkan
berusia 21-40 tahun
yaitu usia
yang menyumbang paling tinggi
penyesuaian
adalah aspek kepuasan hidup dan
pemantapan terhadap
dan pola
hidup
baru,
aspek yang menyumbang terendang
pembentukan kemandirian pribadi dan
ekonomi,
adalah aspek afektif.
masa
Secara keseluruhan jika dilihat
perkembangan karir (Hurlock, 2002)
berdasarkan tabel kategorisasi dalam
Berdasarkan
serta
aspek
analisis
penelitian
tambahan yaitu uji beda (t-test)
ini,
maka
dapat
disimpulkan bahwa subjective well-
11
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
being pada ibu bekerja di rumah sakit
X
adalah
rendah
Dagun, S. M. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta
dengan
kemampuan self management buruk
Kartajaya, T. (2002). Mencapai Keluarga yang Harmonis. Jogyakarta: Liberty.
pula. Hal ini sesuai dengan fenomena yang di didapatkan.
Curtin, R.B., Mapes, D.L., Petillo, M., & Oberley, E. (2002). Long-term dialysis survivors: A transformational experience. Qualitative Health Research, 12(5), 609624.
Berdasarkan uraian dan hasil analisis
data
di
atas,
peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan antara subjective wellbeing dengan self management pada
Takwin, B., Singgih, E. E., Khrisfianus, S. P. (2012). The Role Of Self Management in Iicreasing Subjective wellbeing of DKI Jakarta’s Ciitiez. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 16, NO. 1, JULI 2012: 1-8
ibu bekerja di rumah sakit X dalam penelitian ini diterima. Adapun bunyi dari
hipotesis
penelitian
ini
berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah ada hubungan yang
sangat
signifikan
antara
subjective well-being dengan self
Takwin, B. (2008). Diri dan Pengolahannya. Jurnal Psikologi Sosial no. 13, vol. 2, 2008. Fakultas Psikologi UI
management pada ibu bekerja di rumah sakit X. Daftar Pustaka
O’keefe, E.J., Berger, D.S. (1999). Self Management for College Students: The ABC approach. New York: Partridge Hill
Elgar, K & Chester, A. (2007). The Mental Health Implication of Maternal Employment: Working Versus at-home Mothering Identities. Australian eJournal for the Advancement of mental Health.
Macan,
T. H. (1990). Time Management: Test of Process Model. Journal of Applied Psychology. 79, 3, 381 391.
Munandar, A.S. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. 12
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
dengan Perilaku Komsumtif pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Naskah publikasi. Program Studi Psikologi dan Ilmu Social Budaya Universitas Islam Indonesia
Myers, D.G. & Diener, E. (1995). “Who is happy?”. Psychological Science, Vol. 6, No. 1 (Jan., 1995), pp. 1019
Yamin, S. Kurniawan, S. (2014). SPSS Complete Edisi 2. Jakarta : Salemba Imfotek.
Diener, S & Seligman. (2002). Beyond money: toward an economy of well being. Psychological science in the public interest, 5, 8-13.
Hurlock, E. (2002). Perkembangan. Erlangga
Diener., Suh, E. M., Lucas & Smith, H.L. (1999). Subjective well being: three decades Of Progress. Psychology Bulletin, 1999, Vol. 125, No. 2, 276-302.
Psikologi Jakarta:
Prijosaksono, A & Sembel, R. (2002). Management Series. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo Prijosaksono, A. (2001). Self Mangement Series. Jakarta : Gramedia
Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, culture, and subjective well-being: Emotional and cognitive evaluations of life. Annual Review of Psychology, 54, 403–425. Azwar, S. (2006). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______ (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta Widayati, W.W. (2008). Hubungan antara Manajemen Diri
13