perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id i
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN IMPRESSION MANAGEMENT DENGAN ONLINE DECEPTION PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
SKRIPSI
Disusun Oleh: Puspita Dian Aryati
G0107074
Dosen Pembimbing: 1. Dra. Tuti Hardjajani, M.Si. 2. H. Arista Adi Nugroho, S.Psi., M.M.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ii
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iii
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iv
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id v
MOTTO Karena Allah senantiasa mengikuti prasangka hamba-Nya. -Hadits riwayat Bukhari dan MuslimDengan berbagi kepada orang lain, kita membuat dunia seolah-olah transparan. Orang mempunyai keinginan untuk mengekspresikan siapa mereka dan itu akan selalu ada. - Mark Zuckerberg Jangan pernah untuk mencoba menjadi seseorang di luar dirimu. -Ashly Lorenzana-
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta 2. Kakak-kakakku yang tercinta Mbak Ratih dan Mas Yulian 3. Sahabat-sahabatku, Risa, Ullum, Berlian, Aneg, Ebik, dan EMKa
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vii
KATA PENGANTAR Bissmillahirrahmanirrahim, Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta menganugerahkan ilmu, kesehatan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Pendidikan Strata I Psikologi dengan judul ”Hubungan Antara SelfEsteem dan Impression Management dengan Deception pada Remaja Pengguna Facebook”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, yang bersedia memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian dan selaku penguji I yang telah bersedia memberikan saran dan kritik kepada penulis demi sempurnanya penulisan skripsi. 3. Dra. Tuti Hardjajani, M.Si. dan H. Arista Adi Nugroho, S.Psi., M.M., selaku pembimbing skripsi I dan II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama penyelesaian skripsi. 4. Ibu Rin Widya Agustin, M. Psi., selaku penguji II, yang telah bersedia memberikan saran dan kritik kepada penulis demi sempurnanya penulisan skripsi.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id viii
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan banyak bekal ilmu, pengalaman berharga, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian studi. 6.
Segenap karyawan Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret atas kesabaran dan bantuannya yang dapat memperlancar proses penyelesaian kuliah dan skripsi ini.
7. Nike, Milla, Wahid, Dewi Intan, Hertin, Yuli, Nisa, Dewi Retno, Aan, Mbak Dee, Afif, dan Mas Wil yang telah menjadi sahabat dan memberikan dukungannya selama ini. 8. Adik-adik angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011, selaku responden yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 9. Teman-teman angkatan 2007 yang telah memberikan masukan, dukungan, dan pertemanan yang indah. 10. Kakak-kakak angkatan 2004, 2005, dan 2006 yang banyak memberikan ilmu dan kebersamaannya selama menempuh studi dan menyelesaikan skripsi. 11. Komunitas Bengawan yang telah memberikan semangat dan bantuan koneksi internet, sehingga penyelesaian penelitian ini dapat terbantu. Semoga Allah SWT berkenan memberikan pahala yang sepadan dan semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, September 2012 Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ix
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN IMPRESSION MANAGEMENT DENGAN ONLINE DECEPTION PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Puspita Dian Aryati Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Mencoba berbagai identitas merupakan motivasi utama untuk melakukan deception pada remaja. Internet merupakan tempat yang aman bagi remaja untuk mencoba berbagai identitas. Hal ini dapat memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan online deception. Self-esteem dan impression management merupakan faktor yang terkait dengan online deception. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel berusia 18-21 tahun dan memiliki akun facebook. Alat ukur yang digunakan adalah skala online deception, skala self-esteem, dan skala impression management. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 7,204, p < 0,05, dan nilai R = 0,353. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan signifikan yang rendah antara selfesteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai rx1y = -0,272; p<0,05, artinya ada hubungan signifikan yang negatif antara self-esteem dengan online deception. Semakin tinggi self-esteem, maka semakin rendah online deception, sebaliknya semakin rendah selfesteem, maka semakin tinggi online deception. Nilai rx2y = 0,209; p<0,05, menunjukkan adanya hubungan signifikan yang positif antara impression management dengan online deception. Semakin tinggi impression management, maka semakin tinggi online deception, sebaliknya semakin rendah impression management, maka semakin rendah online deception. Nilai R 2 dalam penelitian ini sebesar 0,125 atau 12,5%, terdiri atas sumbangan efektif self-esteem terhadap online deception sebesar 7,76% dan sumbangan efektif impression anagement terhadap online deception sebesar 4,72%. Ini berarti masih terdapat 87,5% faktor lain yang mempengaruhi online deception selain self-esteem dan impression management.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id x
Kata kunci: online deception, self-esteem, impression management
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xi
THE CORRELATION BETWEEN SELF-ESTEEM AND IMPRESSION MANAGEMENT TOWARD ONLINE DECEPTION ON STUDENTS OF PSYCHOLOGY DEPARTMENT, FACULTY OF MEDICINE, SEBELAS MARET UNIVERSITY Puspita Dian Aryati Sebelas Maret University of Surakarta ABSTRACT Trying some identities were the main motives for adolescents to deceive other people. The internet was a safe place for adolescents to play some different identities. Hal ini dapat memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan online deception. This evidence provided opportunity for adolescents to do the online deception. Selfesteem and impression management were both the factors related to online deception. The purpose of this research was to find out the correlation between selfesteem and impression management toward online deception on students of Psychology Department, Faculty Of Medicine, Sebelas Maret University. The subjects of this research were the students of Psychology Department, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. This research employed Purposive Sampling as the technique of sample with the criteria of adolescents aged 18 – 21 year old and possess facebook account. The instruments in this research were online deception scale, self-esteem scale, and impression management scale. This research employed multiple linear regression analysis as data analysis method. The result of this research showed the value of F-test = 7.204, p < 0.05, and the value of R = 0.353. Based on that result, it was concluded that hypothesis in this research was accepted: low significant correlation between self-esteem and impression management toward online deception on students of Psychology Department, Faculty Of Medicine, Sebelas Maret University. The result showed the value of rx1y = -0.272; p < 0.05, indicated significant negative correlation between self-esteem and online deception. The higher the self-esteem, the lower the online deception, the lower the self-esteem, the higher the online deception. The value of rx2y = 0.209; p < 0.05, indicated significant positive correlation between impression management and online deception. The higher the impression management, the higher the online deception, and the lower the impression management, the lower the online deception The value of R2 in this research was 0.125 or 12.5%, comprising efective contribution of self-esteem toward online deception equals to 7.76% and efective contribution of impression management toward online deception equals to 4.72%. This fact indicated that there was still 87.5% of another factors that influence online deception out of self-esteem and impression management. Keywords: online deception, self-esteem, impression management
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring
dengan
perkembangan
jaman,
kebutuhan
manusia
untuk
berkomunikasi semakin berkembang. Internet merupakan awal mula individu dapat berkomunikasi dengan mudah ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan internet yang pesat seiring dengan munculnya berbagai macam social network. Social network atau jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lainlain (Wikipedia, 2011). Salah satu social network yang paling populer di dunia saat ini adalah facebook. Facebook menduduki peringkat kedua setelah Google untuk banyaknya pengunjung yang menggunakan situs tersebut di seluruh dunia menurut Alexa (2012). Di Indonesia, facebook menduduki peringkat pertama dan Google.co.id berada di peringkat kedua. Menurut CheckFacebook (2012), Indonesia menduduki peringkat nomor empat di dunia. Jumlah pengguna facebook di Indonesia berdasarkan CheckFacebook, yaitu sebanyak 42.482.060 pengguna. Jumlah pengguna facebook di Indonesia paling besar adalah kalangan individu yang berumur 18-24 tahun, yaitu sebanyak 17.624.540 pengguna. Jumlah itu adalah 41,5% dari seluruh jumlah pengguna facebook di Indonesia.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Penggunaan facebook yang menyebar luas juga dapat ditemukan di lingkungan Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan data yang terkumpul, didapatkan bahwa sejumlah 332 mahasiswa memiliki akun facebook yang telah terverifikasi. Kemudahan mengakses internet yang disediakan oleh Himpunan Mahasiswa Psikologi (Himapsi) Universitas Sebelas Maret menjadi salah satu alasan banyaknya pengguna facebook di kalangan mahasiswa. Para mahasiswa dapat menggunakan layanan hotspot secara gratis, sehingga dapat mengakses situs online dengan mudah. Facebook mempunyai berbagai macam fitur yang menarik bagi para penggunanya, mulai dari menampilkan status, upload foto dan video, chat, wall, dan inbox pribadi. Selain itu, informasi yang dapat disebarkan melalui facebook dapat berupa profil diri penggunanya. Melalui basic information yang terdapat dalam profil tersebut, pengguna dapat menuliskan kota asal dan tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, serta status hubungan asmara. Menurut Erik Erikson (dalam Subrahmanyam dan Greenfield, 2008), pembentukan identitas merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting pada masa remaja. Remaja dapat menjadi siapa saja yang mereka ingikan dan dapat memilih berbagai identitas melalui facebook. Facebook juga memberikan beberapa pilihan untuk mengontrol informasi apa saja yang ingin dibagikan kepada orang lain. Facebook diminati karena mempunyai potensi untuk pengembangan e-identities (Sarwono, 2005), yaitu identitas di dunia maya, bagi remaja. Remaja mampu
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mengembangkan dirinya, termasuk mengembangkan berbagai icon atau lambanglambang mereka sendiri melalui “About Me” pada profil mereka. Komunikasi online tidak memungkinkan anggotanya untuk melihat komunikasi nonverbal yang terjadi secara langsung (Tubbs dan Moss, 2008). Hal ini dapat memberikan peluang bagi seseorang untuk memerankan hal yang sama sekali berbeda dengan dunia offline (Hidayat, 2003). Seorang individu dapat memanipulasi informasi mengenai dirinya, misalnya memalsukan tanggal kelahiran, tempat tinggal, dan bahkan nama sebenarnya. Perbuatan tersebut dapat disebut dengan online deception. Menurut Carson (2010), deception adalah memberikan informasi yang belum tentu benar kepada orang lain dan menyebabkan orang lain tersebut percaya terhadap informasi tersebut, sementara pemberi informasi tersebut telah mengetahui bahwa informasi tersebut belum tentu benar. Deception tidak harus menyatakan suatu pernyataan yang salah, tetapi dapat dengan tidak menyatakan apa pun sama sekali. Facebook menyediakan kesempatan pada penggunanya untuk menciptakan profil online mereka. Boyd (dalam Buckingham, 2008) menyatakan bahwa remaja menciptakan profil untuk dilihat teman-teman sebayanya. Profil yang ditampilkan mungkin tidak mempresentasikan identitas offline mereka. Remaja berusaha menciptakan sisi diri mereka yang mungkin akan diterima teman-teman sebayanya. Fenomena online deception ditemukan pada sejumlah akun facebook mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Melalui observasi, ditemukan adanya 256 kasus online deception dalam facebook.
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Kasus deception yang ditemukan antara lain mengenai nama profil, foto profil, kota asal dan tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, status hubungan asmara, serta tempat kuliah. Boyd (dalam Buckingham, 2008) menyatakan bahwa remaja sering memalsukan identitas mereka, seperti nama, umur, dan lokasi untuk melindungi diri privasi mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Caspi dan Gorsky (2006) menunjukkan bahwa pada umur remaja akhir, online deception berada pada kategori paling tinggi dibandingkan dengan umur dewasa. Menjaga keamanan data pribadi dan mencoba identitas baru merupakan motivasi utama untuk melakukan online deception. Internet merupakan tempat yang aman bagi remaja untuk mencoba identitas baru. Self-esteem menurut Coopersmith (1967) adalah penilaian pribadi mengenai kepantasan diri yang diekspresikan melalui tindakan dan penilaian tersebut ditujukan kepada dirinya sendiri. Steinfield, Ellison, dan Lampe (2008) menjelaskan bahwa penggunaan facebook cenderung lebih sering dilakukan oleh remaja dengan selfesteem yang rendah karena facebook mampu meredakan ketakutan terhadap penolakan sosial. Remaja yang mempunyai self-esteem rendah lebih mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Situs social network membuat remaja dengan self-esteem rendah lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain di luar kehidupan pribadinya, oleh karena itu situs social network mampu memberikan efek yang lebih besar pada kehidupannya.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Setiap perilaku manusia selalu diikuti oleh alasan yang mendukung perilaku tersebut muncul. Ellison, dkk. (2006) menjelaskan mengapa seseorang melakukan online deception. Alasan tersebut adalah pengguna dunia online mungkin gagal dalam memahami diri mereka sendiri. Saat gagal memahami dirinya sendiri, individu akan membuat pemahaman baru mengenai dirinya sendiri seperti yang diinginkannya, sehingga tercipta sosok diri ideal yang berbeda dengan diri sebenarnya. Profil pada situs online yang tercipta merupakan profil mengenai diri idealnya. Remaja dengan self-esteem yang rendah mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dengan menggunakan facebook sebagai alat berinterkasi dengan orang lain (Steinfield, Ellison, Lampe, 2008). Penggunaan situs social network membantu remaja dalam membangun hubungan dengan orang lain. Remaja menghadapi tantangan untuk menjaga hubungan yang sudah terjalin dan harus terbuka dengan hubungan baru dengan teman-teman barunya. Seseorang dalam menggunakan sosial media akan menggunakan impression management atau memilih-milih untuk mengungkapkan data diri pribadi untuk mempresentasikan diri yang ideal (Hogan, 2010). Impression management adalah keinginan untuk membangun citra diri atau kesan yang positif kepada orang lain (Baron dan Byrne, 2004). Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kekurangan yang akan mereka dapat dalam berkomunikasi. Mehdizadeh (2010) menyatakan bahwa situs pertemanan, seperti MySpace dan facebook, menjadi sangat popular di kalangan mahasiswa. Jejaring sosial pada situs online menawarkan lingkungan yang dapat sangat dikendalikan untuk menciptakan
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
impression management. Setiap pemilik akun facebook dapat menciptakan kesan mengenai diri mereka sesuai dengan yang mereka inginkan melalui profil, status update, foto, chat, dan wall. Hogan (2010) menjelaskan bahwa terdapat diri “belakang panggung” yang tidak ditunjukkan seseorang kepada orang lain dan terdapat diri “depan” yang selalu ditunjukkan kepada orang lain dalam impression management. Diri “depan” merupakan diri yang diciptakan untuk membentuk suatu kesan tertentu kepada orang lain. Diri “belakang panggung” merupakan diri yang disembunyikan agar kesankesan yang ingin dibentuk tidak rusak. Untuk melindungi privasi, para mahasiswa menciptakan akun-akun palsu, menggunakan nama alias, dan menghapus “wall” dan “tag” foto (Shafie, dkk. 2011). Para mahasiswa terdorong untuk menggunakan impression management yang mampu meningkatkan diri mereka saat ini dan masa yang akan datang. Terdapat banyak hal yang dapat diisi pada profil di situs social network. Penggambaran diri yang ditampilkan di profil sangat mudah dipalsukan (Donath, 2007). Profil facebook terdiri dari hal-hal yang bersifat dasar untuk mengetahui identitas seseorang. Hal-hal tersebut mampu memberikan gambaran mengenai kepribadian seseorang secara tidak mendalam, tetapi sangat penting dalam membentuk kesan pertama. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai online deception, khususnya berkaitan dengan self-esteem dan impression management pada mahasiswa, terutama mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret karena banyak ditemukan
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
pengguna facebook dengan indikasi online deception. Kemudahan mengakses dunia online menggunakan fasilitas hotspot di kampus mampu mendorong mahasiswa untuk melakukan online deception. Self-esteem pada mahasiswa berusia remaja akhir cenderung berada pada kategori tinggi. Hal ini dimungkinkan karena remaja yang berada di rentang usia 18-21 tahun mengalami masa consolidation, yaitu masa remaja mengembangkan kesadaran mengenai identitas personal yang menjadi dasar pemahaman dirinya sendiri dan orang lain, serta mempertahankan perasaan otonomi, independen, dan individualitas (Josselson, dalam Desmita, 2007). Ketika remaja telah merasa mandiri dan mengerti mengenai identitas personalnya, remaja akan memiliki self-esteem yang tinggi. Mahasiswa psikologi mempunyai pengetahuan mengenai self-esteem dalam mata kuliahnya, sehingga diharapkan mahasiswa psikologi mempunyai self-esteem yang tinggi. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Hubungan antara Self-Esteem dan Impression Management dengan Online Deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diuraikan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret?
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
2. Apakah terdapat hubungan antara self-esteem dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret? 3. Apakah terdapat hubungan antara impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan: 1. Mengetahui hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Mengetahui hubungan antara self-esteem dengan online deception pada Mahasiswa Psikologi Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 3. Mengetahui hubungan antara impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis: a. Bagi remaja, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan mengenai online deception yang dapat terjadi di situs online, self-esteem yang merupakan bagian penting dalam diri remaja, dan impression management yang dapat terjadi di jejaring sosial Facebook. b. Bagi orangtua, dapat memberikan informasi mengenai online deception dan impression management yang dapat terjadi di situs online yang sering digunakan remaja dan self-esteem yang merupakan bagian penting dalam diri remaja. c. Bagi peneliti lain, dapat memberikan sumbangan informasi dalam membuat penelitian lebih lanjut mengenai self-esteem, impression management, dan deception. 2. Manfaat praktis: a. Bagi remaja, dapat membantu remaja untuk menghindari online deception agar menerima diri apa adanya dengan membentuk self-esteem yang positif dan menghindari impression management yang jauh berbeda dari jati dirinya. b. Bagi orang tua, dapat membantu untuk membentuk self-esteem yang positif pada remaja, sehingga remaja mempunyai penilaian yang tinggi terhadap diri sendiri dan menerima diri apa adanya, serta mengawasi remaja dalam penggunaan situs online.
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c. Bagi penelitian lain, dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai self-esteem, impression management, dan online deception.
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Online Deception 1. Pengertian online deception Deception merupakan kegiatan memberikan informasi yang belum tentu benar kepada orang lain dan menyebabkan orang lain tersebut percaya terhadap informasi tersebut, sementara pemberi informasi tersebut telah mengetahui bahwa informasi tersebut belum tentu benar (Carson, 2010). Deception dilakukan dengan sengaja dan mempunyai tujuan tertentu agar orang lain percaya dengan berita yang tidak benar. Deception tidak harus menyatakan suatu pernyataan yang salah, tetapi dapat juga dengan tidak menyatakan apa pun sama sekali. Misalnya, saat seseorang tidak mencantumkan tanggal lahirnya di dalam profil facebook dapat dikatakan sebagai deception. Walters (2000) mendefinisikan deception atau bohong sebagai usaha seseorang untuk menipu orang lain maupun diri sendiri. Beberapa deception yang dilakukan merupakan perilaku yang jahat dan beberapa yang lain merupakan bentuk “editing”, yaitu untuk menjaga perasaan, hubungan dengan orang lain, atau komunikasi yang telah terjalin antara dua orang atau lebih. Beberapa orang lebih mampu menerima kritik dengan bahasa yang halus, terutama di lingungan online, seperti facebook, karena dapat dibaca oleh banyak orang.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Vrij (2008) berpendapat bahwa deception adalah usaha yang sukses maupun gagal, tanpa memperingatkan terlebih dahulu, untuk membuat suatu hal yang dapat dipercaya, tetapi penyampai informasi tahu bahwa hal tersebut tidak benar. Misalnya seseorang yang mencantumkan nama alias pada profil facebooknya. Orang tersebut tahu bahwa nama yang dicantumkan bukan merupakan nama aslinya. Deception sering terjadi dalam komunikasi berbasis komputer (Caspi dan Grosky, 2006). Hal ini dikarenakan komunikasi berbasis komputer berdasarkan pesan tertulis saja dan keanonimitasan para penggunanya. Internet merupakan media komunikasi berbasis komputer yang jika seseorang melakukan deception, tidak akan mudah ketahuan. Online deception merupakan komunikasi online di mana penggunanya berinteraksi tanpa dapat melihat fisik secara langsung dan hanya
menggunakan
bahasa
tekstual
(Toma
dan
Hancock,
2012).
Ketidakmampuan melihat fisik secara langsung ini menyebabkan meningkatnya kemungkinan untuk melakukan deception secara online. Kemampuan melihat fisik hanya dapat melalui foto, sehingga tidak dapat melihat gerakan-gerakan nonverbal ketika melakukan komunikasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa online deception adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan suatu informasi yang belum tentu benar kepada orang lain dan penyampai informasi tahu bahwa informasi tersebut belum tentu benar pada komunikasi online. Pelaksana deception tidak hanya menyampaikan
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
informasi yang belum tentu benar, tetapi juga menyembunyikan atau tidak menyampaikan suatu informasi tertentu. Target online deception dapat terdiri dari individu yang tidak mengetahui informasi yang sebenarnya maupun yang telah mengetahui bahwa informasi tersebut sengaja dipalsukan atau disembunyikan.
2. Motivasi online deception Seseorang berperilaku tertentu sebab motif yang dimiliki. Menjaga keamanan data pribadi dan mencoba identitas baru merupakan motivasi utama untuk melakukan online deception. Internet merupakan tempat yang aman bagi remaja untuk mencoba identitas baru (Caspi dan Gorsky, 2006). Syaripudin, dkk. (2010) menyatakan bahwa merupakan hal yang penting untuk mencantumkan identitas diri secukupnya saja di dalam jejaring sosial, tidak perlu terlalu lengkap, karena rentan dimanfaatkan oleh orang yang berniat kurang baik. Subrahmanyam dan Greenfield (2008) berpendapat bahwa keanonimitas dan interaksi yang terjadi di internet memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengeksplorasi dan mencoba berbagai identitas. Profil yang tersedia dapat diisi dengan informasi apa saja yang ingin dibagikan, sehingga membentuk identitas diri yang diinginkan. Suatu identitas yang dipermainkan di dalam dunia online, seperti facebook, dimungkinkan berpengaruh pada perkembangan identitas remaja. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa terdapat beberapa motivasi yang mendasari perilaku online
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
deception, yaitu keinginan untuk mendapatkan privasi mengenai data diri dan mencoba perilaku baru melalui dunia online.
3. Aspek online deception Perilaku online deception mempunyai aspek-aspek yang menyertainya. Aspek-aspek yang menyertai deception menurut Vrij (2008) adalah: a. Perbuatan yang disengaja Ini berarti pembawa informasi sadar akan perbuatannya dan percaya bahwa informasi yang disampaikannya adalah informasi yang tidak benar. b. Pernyataan yang bersifat deseptif Pernyataan yang bersifat deseptif adalah pernyataan yang disampaikan dan dipercayai sebagai informasi yang tidak benar oleh penyampai informasi, tanpa memperhatikan bahwa berita tersebut adalah benar atau salah. Toma dan Hancock (2010) melakukan penelitian mengenai online deception dan mengungkapkan bahwa terdapat tiga aspek online deception pada profil online dating. Aspek tersebut adalah: a. Lebih sedikitnya pendiskripsian diri. Pendiskripsian diri yang digunakan dalam profil pelaku deception cenderung lebih sedikit menggunakan kata-kata dan sedikit dalam mempresentasikan diri dalam profil.
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
b. Memonitor pernyataan. Pelaku online deception cenderung memonitor pernyataan-pernyataan deseptif yang telah dibuatnya. c. Deception kecil. Pengguna situs online dating biasanya melakukan deception kecil agar tidak ketahuan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa aspek-aspek online deception adalah merupakan perbuatan yang disengaja, mengandung pernyataan yang bersifat deseptif, dan sedikitnya pendiskripsian diri. Online deception merupakan perbuatan yang disengaja berarti pelaku online deception sadar telah atau sedang memberikan informasi palsu atau menyembunyikan kenyataan. Pernyataan yang bersifat deseptif adalah informasi yang disampaikan mengandung suatu ketidakbenaran. Pendiskripsian diri yang sedikit merupakan cara seseorang mencantumkan profil dirinya dengan singkat atau tidak detail.
4. Strategi online deception Seseorang yang melakukan online deception menggunakan cara-cara tertentu untuk menyampaikan informasi. Menurut Buller dan Burgoon (dalam Hutahaean, 2007) untuk melakukan deception pada dunia online dapat dilakukan dengan cara:
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
a. Falsifikasi (penipuan) Cara ini dilakukan dengan membuat suatu cerita fiksi atau dengan kata lain dengan cara membuat suatu pernyataan atau uraian yang sifatnya tidak menggambarkan apa yang ada atau yang sebenarnya terjadi. b. Concealment (penyembunyian) Strategi ini dilakukan dengan cara menyembunyikan suatu informasi. c. Equivocation (samar-samar) Cara ini dilakukan dengan membuat pesan yang isinya samar-samar untuk menghindari suatu masalah. Whitty (dalam Whitty and Joinson, 2009) melakukan penelitian mengenai deception pada situs online. Dia mengungkapkan bahwa terdapat beberapa cara bagi penggunanya untuk melakukan online deception, yaitu: a. Penampilan (termasuk deskripsi diri dan penggunaan foto), b. Kepribadian, c. Ketertarikan pada suatu hal, d. Status sosial, ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan, e. Status hubungan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa strategi online deception yang dapat dilakukan oleh para pengguna facebook adalah falsifikasi (penipuan), concealment (penyembunyian), equivocation (samar-samar), dan menampilkan data diri yang tidak sebenarnya. Falsifikasi (penipuan) merupakan perbuatan dengan menyatakan sesuatu yang
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
tidak benar. Concealment (penyembunyian) merupakan strategi yang digunakan untuk
menyembunyikan
atau
tidak
menyampaikan
informasi
tertentu.
Equivocation (samar-samar) dapat dilakukan dengan menyatakan sesuatu secara samar-samar atau tidak mengatakan informasi secara lengkap. Menampilkan data diri yang tidak sebenarnya dapat berupa memasang foto lama, foto yang telah diedit sehingga berbeda dengan yang sebenarnya, foto yang bukan merupakan foto diri sendiri, atau tidak memasang foto diriya sama sekali.
5. Faktor-faktor online deception Hancock, Thom-Santelli, dan Ritchie (2004) menjelaskan bahwa dua faktor yang mempengaruhi online deception adalah isi dari online deception itu sendiri dan hubungan dengan target online deception. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut, yaitu: a. Isi dari online deception Isi dari online deception dapat berupa perasaan, fakta, dan perilaku. Perasaan cemas untuk menjalin hubungan akrab dengan orang lain akan menimbulkan online deception agar seseorang dapat menjaga jarak dengan orang lain (Vrij, 2008). Begitu juga dengan perasaan cemas untuk lepas dari hubungan akrab dengan orang lain. Seseorang akan melakukan online deception agar tidak kehilangan teman akrab. Seseorang berkata yang tidak sebenarnya mengenai dirinya untuk menghindari punishment atau karena cemas karena dapat
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
merusak penggambaran mengenai dirinya yang telah terbentuk mengenai dirinya di mata orang lain (Walters, 2000). b. Hubungan dengan target online deception Donath
dan
Boyd
(2004)
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi online deception adalah orang yang mengenal subjek dan siapa yang akan menjatuhkan sanksi kepada pelaku online deception. Jika seseorang berteman dengan orang asing yang tidak mengenal dirinya di situs jejaring sosial, maka orang tersebut mempunyai kesempatan untuk melakukan deception yang lebih besar. Hal ini terjadi orang asing tersebut tidak akan dapat membedakan diri subjek di dunia offline dan online. Ellison, dkk. (2006) menjelaskan mengapa seseorang melakukan deception di dunia online, yaitu pengguna dunia online mungkin gagal dalam memahami diri mereka sendiri. Saat gagal memahami dirinya sendiri, individu akan membuat pemahaman baru mengenai dirinya sendiri seperti yang diinginkannya. Penjelasan lain mengenai perilaku online deception adalah mereka mungkin menggambarkan diri ideal mereka dengan bebas. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi online deception adalah isi dari online deception itu sendiri, hubungan dengan target online deception, dan gagal memahami diri sendiri.
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
B. Self-Esteem 1. Pengertian self-esteem Baron dan Byrne (2004) menyatakan bahwa self-esteem adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Evaluasi mengenai diri sendiri ini sebagian besar adalah berasal dari orang lain. Individu mengevaluasi dirinya sendiri melalui pendapat orang lain atau dengan membandingkan dirinya dengan orang lain. Seorang remaja dapat membandingkan prestasi akademiknya dengan teman satu angkatannya untuk mengetahui apakah dia mempunyai kemampuan akademik yang bagus. Self-esteem (penghargaan-diri) menurut Sobur (2003) adalah suatu penilaian dan perkiraan mengenai kepantasan-diri (self-worth), misalnya “saya peramah” dan “saya sangat pandai”. Seseorang akan memberikan penilaian seberapa berartinya dirinya bagi orang lain dalam kehidupan sosialnya. Santrock (2003) menyatakan bahwa self-esteem atau harga-diri merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Contohnya, seorang remaja mengerti bahwa dirinya bukan hanya seseorang, tetapi juga seseorang yang baik. Desmita (2007) menyatakan bahwa menjadi seseorang yang disukai oleh teman-teman sebayanya mampu meningkatkan self-esteem remaja.
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Self-esteem menurut Coopersmith (1967) adalah penilaian pribadi mengenai kepantasan diri yang diekspresikan melalui tindakan dan penilaian tersebut ditujukan kepada dirinya sendiri. Ini merupakan pengalaman subjektif yang individu sampaikan kepada orang lain melalui tindakan verbal dan perilaku lain yang terlihat. Self-esteem mencerminkan perilaku penerimaan atau tidak siterima, dan mengindikasikan taraf seseorang percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri, keberartian dirinya, kesuksesan dirinya, dan perasaan berharga. Mruk (2006) mendefinisikan self-esteem sebagai status kompetensi seseorang dalam mengatasi tantangan untuk mendapatkan hidup yang layak. Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan sesorang. Terdapat berbagai tantangan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mencapai kehidupan yang bermakna. Kemampuan untuk menyelesaikan tantangan sangat diperlukan untuk mencapai kehidupan yang bermakna tersebut. Branden (2005) menyatakan bahwa self-esteem adalah pengalaman bahwa seseorang pantas dengan hidup ini dan pada prasyarat hidup. Setiap orang mempunyai keyakinan dalam kemampuannya untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup. Keyakinan tersebut terdapat juga di dalam hak seseorang untuk bahagia, perasaan berharga, layak, menilai kebutuhan dan keinginan seseorang, serta menikmati hasil usahanya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa self-esteem adalah penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri berdasarkan pengalaman subjektif dirinya meliputi kompetensi yang dimilikinya,
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
perasaan kepantasan-diri, keberhasilan dalam menyelesaikan tantangan dan masalah, serta penerimaan dari orang lain terhadap dirinya. Penilaian diri tersebut dinilai dari rentang positif hingga negatif yang diekspresikan melalui verbal dan perilakunya sehari-hari.
2. Tingkatan self-esteem Coopersmith (1967) membedakan self-esteem ke dalam dua tingkatan, yaitu self-esteem tinggi dan self-esteem rendah. Individu dengan self-esteem yang tinggi mempunyai kepercayaan diri dalam pandangan dan penilaian bahwa mereka akan menghasilkan sesuatu yang baik. Self-esteem yang tinggi mampu membawa orang dalam perilaku yang mandiri, kreatif, dan asertif dalam pergaulan sosial. Sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah mempunyai rasa tidak percaya diri dan gelisah dalam mengungkapkan ide-idenya. Mereka lebih nyaman untuk tidak menarik perhatian orang lain dan menarik diri dari pergaulan. Mruk (2006) membagi self-esteem menjadi tiga tingkatan, yaitu selfesteem rendah, medium, dan tinggi. a. Self-esteem rendah Seseorang dengan self-esteem rendah mempunyai karakteristik tidak stabil, kekurangan rasa percaya diri, cenderung menghindari ancaman daripada menjalankan harapan-harapan yang dimilikinya atau menikmati hidup, tidak berani mengambil risiko, depresi, pesimis, serta merasa sendiri dan asing.
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Seseorang dengan self-esteem rendah juga cenderung sulit untuk menerima nasihat positif, tetapi cenderung fokus menerima informasi negatif mengenai dirinya. b. Self-esteem medium Seseorang dengan self-esteem medium mempunyai karakteristik yang tidak cukup mampu membawanya menuju self-esteem yang tinggi, tetapi juga mempunyai karakteristik yang cukup untuk tidak membawanya menuju selfesteem yang rendah. c. Self-esteem tinggi Karakteristik seseorang dengan self-esteem tinggi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menyenangkan dan tidak menyenangkan. Karakteristik yang menyenangkan dapat dibagi menjadi dua lagi, yaitu karakter yang berfungsi untuk menjaga diri (self-maintenance) dan yang berfungsi untuk mencapai aktualisasi diri. Self-maintenance membantu dalam mengatasi stres dan menghindari kecemasan yang memungkinkan seseorang untuk kembali berfungsi dalam menghadapi stres dan trauma. Seseorang dengan self-esteem tinggi mengalami perasaan yang lebih baik mengenai dirinya, mengenai masa depan, dan mengenai kehidupan. Seseorang dengan self-esteem yang tinggi juga identik dengan karakteristik ekstraversi, perilaku prososial, hubungan yang menyenangkan dengan orang lain, dan hubungan yang baik dalam sebuah kelompok. Selain karakteristik-karakteristik yang menyenangkan, selfesteem yang tinggi juga mempunyai karakteristik yang tidak menyenangkan.
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Seseorang dengan self-esteem tinggi akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya
mencapai
seseuatu
dan
melakukan
downward
social
comparison, yaitu memandang orang lain lebih rendah daripada dirinya. Beberapa orang dengan self-esteem tinggi mempunyai karakteristik selalu membela diri, narsis, dan anti-sosial, seperti bullying (mengganggu orang lain). Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa tingkatan self-esteem dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, medium, dan tinggi. Seseorang dengan self-esteem rendah cenderung kurang merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan orang lain, kurang merasa percaya diri, dan tidak berani mengambil risiko dalam hidupnya. Seseorang dengan self-esteem medium mempunyai karakterisitk perpaduan antara self-esteem rendah dan tinggi. Seseorang dengan self-esteem tinggi cenderung percaya diri, optimis, dan dapat mengatasi stres dan trauma dengan baik. Tetapi, tidak semua karakeristik yang dimiliki self-esteem tinggi adalah karakterisitik positif. Sikap selalu membela diri yang tinggi, meremehkan orang lain, dan terkadang mengganggu orang lain adalah karakteristik orang dengan self-esteem tinggi yang tidak menyenangkan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem Perilaku seseorang didorong oleh beberapa hal untuk menimbulkan perilaku tersebut muncul. Terdapat empat faktor utama yang berpengaruh terhadap self-esteem seseorang (Coopersmith, 1967), yaitu:
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
a.
Rasa menghargai, penerimaan, dan perhatian yang diterima individu dari orang lain yang penting dalam hidupnya. Individu akan menilai dirinya sebagaimana dirinya dinilai oleh orang lain.
b.
Kesuksesan, status, dan posisi yang pernah diraih. Kesuksesan pada umumnya mempengaruhi pengakuan dan posisi seseorang di dalam masyarakat.
c.
Nilai dan aspirasi seseorang. Kesuksesan, kekuasaan, dan perhatian dilihat sesuai dengan nilai dan tujuan seseorang.
d.
Perilaku individu dalam menerima devaluasi. Seseorang mungkin akan merasa tertekan karena dinilai gagal oleh orang lain. Kemampuan untuk mempertahankan self-esteem ini akan mengurangi kecemasan dan membantu individu untuk mencapai keseimbangan diri lagi. Menurut Branden (1992), self-esteem terbentuk dari faktor internal dan ekstrnal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari ide-ide atau keyakinan dan kebiasaan atau perilaku seseorang. Pemikiran terhadap diri sendiri dapat menentukan tingkat penghargaan diri seseorang. Jika seseorang dipenuhi oleh pikiran negatif mengenai dirinya, maka penghargaan dirinya juga negatif (Coopersmith, 1967). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan, yaitu pesan verbal dan nonverbal yang terlihat serta pengalaman-pengalaman yang berasal dari orangtua, guru, orang-orang yang dianggap penting, organisasi, dan kebudayaan. Perlakuan maupun perkataan orang lain terhadap seprang individu akan sangat mempengaruhi penilaian terhadap dirinya. Pujian maupun
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
celaan dapat menentukan sikap seseorang terhadap diri sendiri di masa yang akan datang. Self-esteem remaja dipengaruhi beberapa hal dalam kehidupannya. Penampilan fisik remaja sangat mempengaruhi self-esteem remaja (Santrock, 2007). Menurunnya self-esteem remaja dapat dikarenakan bentuk tubuh mereka yang mengalami perubahan di masa pubertas. Mereka mengalami rasa tidak nyaman, takut, dan malu dengan perubahan yang terjadi pada perubahan tubuh mereka. Hal lain yang mempengaruhi self-esteem remaja adalah konteks sosial, seperti keluarga, teman, dan sekolah (Santrock, 2007). Jumlah waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul bersama, kualitas komunikasi antaranggota keluarga, dan keterlibatan remaja dalam pengambilan keputusan di keluarga. Penilaian teman-teman sebaya terhadap diri remaja sangat berkaitan dengan cara remaja menilai diri mereka sendiri. Remaja akan membandingkan diri mereka dengan teman-temannya dalam bergaul. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa faktor utama pembentukan self-esteem adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri seseorang, misalnya pemikiran mengenai dirinya sendiri, keyakinan yang dimiliki mengenai diri sendiri, dan perilaku-perilaku kebiasaan. Self-esteem pada remaja seringkali dipengaruhi oleh penampilan fisik yang berubah karena pubertas. Remaja merasa tidak nyaman dan takut pada perubahan fisik yang dialaminya. Faktor eksternal yang mempengaruhi self-esteem berasal dari lingkungan luar diri individu. Faktor
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
eksternal dapat berupa penerimaan, penghargaan, dan perhatian orang lain terhadap individu. Remaja akan membandingkan dirinya dengan orang lain, terutama yang sebaya dengannya, untuk menilai dirinya sendiri.
4. Cara meningkatkan self-esteem Schilardi (2007) berpendapat bahwa terdapat beberapa cara meningkatkan self-esteem. Cara-cara meningkatkan self-esteem tersebut adalah: a. Mengetahui arti “self-esteem” Self-esteem merupakan opini mengenai diri sendiri yang realistis dan bersikap menghargai. Realistis mempunyai arti mampu menghadapi kenyataan, serta jujur dan sadar akan kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Menghargai mempunyai arti bahwa individu tersebut mempunyai perasaan yang bagus secara menyeluruh mengenai dirinya. Self-esteem tidak sama dengan egois. b. Sadar akan keadaan diri sendiri Pengalaman dan persepsi seseorang mengenai lingkungan sekitar dapat mengubah bagaimana perasaan mereka terhadap diri sendiri. Perilaku seseorang
akan
mempengaruhi
caranya
berpikir,
kemudian
akan
mempengaruhi perasaan terhadap dirinya sendiri. c. Menghilangkan pikiran negatif Pikiran-pikiran negatif tanpa alasan yang jelas dapat menghindarkan diri dari pengalaman-pengalaman yang bagus mengenai hidup. d. Mengetahui kekuatan diri sendiri
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Pikiran-pikiran negatif dapat menghalangi penerimaan-diri seseorang. Melakukan atau menggunakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki diri sendiri dapat membantu mencapai penghargaan diri. e. Menjaga kegembiraan Menjaga kegembiraan membantu seseorang meningkatkan self-esteem-nya dengan cara membangun kepercayaandirinya terhadap kemampuannya. f. Mengembangkan karakter dan spiritualitas Hanya orang-orang yang merasa terikat untuk saling menyayangi antarsesama cenderung merasa aman. Orang-orang yang merasa dekat dengan Tuhan juga sering merasa lebih aman dan menerima penguatan mengenai harga dirinya. g. Optimis Sikap optimis akan membawa seseorang kepada kepuasan dalam hidup. Kepuasan hidup dibangun di atas kecerdasan emosi, tetap melakukan apa yang sedang dikerjakan, perkembangan yang sedang terjadi pada diri sendiri, serta menentukan arti dan tujuan di antara hal-hal lain di dalam hidup. Menurut Santrock (2007), terdapat empat cara meningkatkan self-esteem bagi remaja. Cara-cara tersebut adalah sebgai berikut: a.
Mengidentifikasi penyebab
rendahnya self-esteem dan bidang-bidang
kompetensi yang penting bagi diri remaja Remaja memiliki self-esteem tertinggi saat mereka dapat tampil secara kompeten dalam bidang yang penting bagi dirinya. Remaja sebaiknya
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
didorong
untuk
mengidentifikasi
dan
menghargai
bidang-bidang
kompetensinya. b.
Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain memiliki pengaruh kuat terhadap self-esteem remaja. Dukungan dapat diberikan melalui keluarga, guru, pelatih, atau orang dewasa lain. Persetujuan teman-teman sebayanya menjadi semakin penting di masa remaja, sehingga peran teman-temannya merupakan hal yang berpengaruh bagi diri remaja.
c.
Meningkatkan prestasi Mengajarkan keterampilan secara langsung dapat meningkatkan self-esteem remaja. Remaja dapat mengetahui tugas-tugas yang penting untuk meraih tujuan. Pengalaman tersebut dapat digunakan remaja untuk mnampilkan perilaku yang serupa di kemudian hari.
d.
Meningkatkan coping (mengatasi masalah) remaja Mengatasi masalah secara realistis, jujur, dan tidak defensif dapat menghasilkan evaluasi-diri yang positif. Evaluasi-diri yang positif dapat membawa pada persetujuan diri dan meningkatkan self-esteem. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami
bahwa
cara
meningkatkan
self-esteem
sangatlah
beragam.
Meningkatkan self-esteem dapat melalui diri sendiri maupun dari lingkungan luar. Beberapa cara meningkatkan self-esteem melalui diri sendiri di antaranya adalah
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dengan cara memahami arti dari “self-esteem” itu sendiri, memahami keadaan diri sendiri, tidak berpikiran negatif mengenai diri sendiri maupun orang lain, mencari tahu dan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh diri sendiri, menjaga pikiran-pikiran positif, mengembangkan kemampuan yang dimiliki, dan bersikap optimis terhadap hasil yang akan dicapai. Beberapa cara meningkatkan selfesteem melalui lingkungan luar adalah mencari tahu mengapa self-esteem seseorang dapat rendah, memberikan motivasi, meningkatkan kemampuan seseorang, dan membuat seseorang agar mengatasi masalah secara jujur dan realistis.
5. Aspek-aspek self-esteem Coopersmith (1967) menjelaskan empat aspek self-esteem sebagai berikut: a.
Power (kekuatan) Power atau kekuatan merupakan kemampuan individu dalam mengontrol perilakunya sendiri dan orang lain.
b.
Significance (keberartian) Significance atau keberartian merupakan perhatian, penerimaan, dan rasa kasih sayang yang diterima dari orang lain.
c.
Virtue (kebajikan) Virtue atau kebajikan adalah kepatuhan kepada kode moral, etika, dan prinsipprinsip agama.
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
d.
Competence (kompetensi) Competence atau kompetensi ditandai dengan performa yang tinggi pada umurnya dengan tingkatan dan tugas yang bermacam-macam. Teori yang diungkapkan oleh Branden (1992) menyatakan bahwa selfesteem mempunyai dua aspek utama, yaitu: a. Self efficacy Keefektifan diri mempunyai arti keyakinan dalam pemikiran, kemampuan berpikir,
kemampuan
penilaian,
kemampuan
memilih,
kemampuan
memutuskan, kemampuan untuk memahami minat dan kebutuhan, dan kepercayaan diri. b. Self-respect Self-respect berarti suatu sikap untuk mencapai hak dalam hidup dan bahagia, kenyamanan dalam pemikiran, kenyamanan dalam keinginan, kenyamanan dalam kebutuhan, serta perasaan bahagia merupakan bagian dari hidup. Selain Coopersmith dan Branden, Mruk (2006) mengungkapkan aspek self-esteem sebagai berikut: a. Status Status dapat digambarkan sebagai kestabilan seseorang dalam situasi-situasi tertentu. Status ekonomi dan pernikahan merupakan contoh dari kestabilan ini.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
b. Lived Penghargaan pada diri sendiri tidak dapat dihindari karena didasarkan pada masa lalu, muncul pada masa sekarang, dan berakibat pada masa ynag akan datang. c. Competence Kompetensi mengarah pada fisik, kognitif, dan kemampuan sosial seseorang, sebagaiman juga dengan kelemahan yang dimiliki. d. Challenge Tantangan berarti menghadapi suatu tugas yang mempunyai hasil yang tidak pasti, menuntut kita untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki, dan memberikan kesempatan untuk mencapai keberhasilan atau kegagalan, tetapi bukan tanpa pengorbanan. e. Worthiness Kelayakan merupakan dimensi dari self-esteem yang berkisar dari tinggi hingga rendah. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa aspek-aspek self-esteem adalah power, significance, competence, dan self efficacy. Power merupakan kekuatan seseorang dalam mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain. Significance merupakan perlakuan orang lain terhadap diri seseorang berupa perhatian, penerimaan, dan rasa kasih. Competence merupakan kemampuan seseorang dalam bidang-bidang tertentu. Self efficacy merupakan kemampuan dan keyakinan dalam menilai diri sendiri,
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
memahami kebutuhan dan minat dirinya, serta kepercayaan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
C. Impression Management 1. Pengertian impression management Impression management (manajemen kesan) adalah keinginan untuk membangun citra diri atau kesan yang positif kepada orang lain (Baron dan Byrne, 2004). Individu yang menunjukkan manajemen kesan yang baik sering memperoleh keuntungan di berbagai situasi, misalnya seseorang yang menggunakan kacamata akan terkesan sebagai orang yang pintar. Orang lain akan memperlakukannya secara lebih positif karena dianggap sebagai orang yang pintar, misalnya menunjukkan sikap lebih menghormati. Sedangkan Baron dan Tang (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa impression management adalah kemampuan seseorang untuk menyajikan kesan pertama yang bagus kepada orang lain. Kemampuan impression management yang bagus mampu menghasilkan sesuatu yang positif untuk interaksi sosial seseorang, misalnya lebih mudah mencari teman baru. Fiske (2004) berpendapat bahwa impression management merupakan perilaku sehari-hari untuk menyampaikan identitas atau gambaran diri tertentu kepada orang lain. Penyampaian identitas dilakukan dengan tujuan dan strategi tertentu untuk menekankan suatu kesan. Kesan yang ditampilkan biasanya merupakan kesan yang akan membawa keuntungan bagi orang tersebut.
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Taylor, Letitia, dan Sears (2009) menyebutkan impression management sebagai usaha seseorang untuk mengatur kesan yang ingin disampaikan. Tujuan impression management adalah mengatur interaksi agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Impression management membantu individu dalam mendeskripsikan dirinya kepada orang lain dan merupakan aktivitas yang disengaja. Pittman dan Jones (dalam Jones, 1990) mendefinisikan impression management sebagai perilaku yang dipengaruhi oleh motif kekuasaan untuk memperoleh atau membentuk atribusi orang lain mengenai watak seseorang. Perilaku yang ditunjukkan termasuk gestur tubuh dan perilaku nonverbal yang lain, ekspresi, serta pernyataan verbal yang dikomunikasikan oleh aktor (orang yang melakukan impression management) kepada target impression managementnya. Perilaku yang ditampilkan pada impression management merupakan perilaku yang yang dipilih untuk ditunjukkan kepada orang lain dan perilaku yang disembunyikan. Seseorang akan menunjukkan perilaku yang menurutnya akan membawa perasaan positif terhadapnya dan menyembunyikan perilaku yang menurutnya tidak membawa keuntungan untuknya. Individu mengenainya,
berusaha sehingga
mengontrol individu
bagaimana
tersebut
perlu
orang
lain
melakukan
berpikir
impression
management, yaitu usaha untuk mengatur kesan yang akan ditangkap oleh orang lain mengenai individu tersebut secara sadar maupun tidak (Schlenker, dalam Sarwono dan Meinarno, 2009).
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa impression management adalah usaha seseorang yang merupakan perbuatan disengaja untuk menampilkan suatu kesan tertentu mengenai dirinya kepada orang lain. Kesan tersebut biasanya ditampilkan untuk mendapatkan suatu hasil yang positif dalam interaksi dengan orang lain, misalnya mendapatkan kesan bahwa dirinya mempunyai kepribadian yang menarik, mendapatkan perlakuan yang menyenangkan dari orang lain, dan mendapatkan kekuasaan.
2. Tujuan impression management Setiap perilaku selalu didorong oleh motif untuk memenuhi tujuan tertentu. Jones (1990) menyatakan bahwa perilaku impression management mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Agar disukai oleh orang lain. Seseorang akan berusaha membicarakan hal-hal yang kemungkinan disukai oleh orang lain. b. Agar dianggap sebagai orang yang kompeten. Seseorang akan berusaha membicarkan sesuatu mengenai keahlian mereka di bidang-bidang tertentu. Tujuan lain impression management juga disampaikan oleh Taylor, Letitia, dan Sears (2009). Tujuan impression management tersebut adalah sebagai berikut:
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
a. Agar interaksi yang dilakukan mendapatkan hasil yang diinginkan. Misal: agar seseorang dianggap pintar, kaya, dan pandai bermain musik. b. Agar orang lain memandang seseorang dengan positif. Misal: agar seseorang dianggap sebagai orang yang sabar dan pengertian. c. Berusaha memberikan kesan yang lain. Misal: seorang kakak tingkat membentuk kesan agar dihormati oleh adik tingkatnya. d. Meminimalkan kesan buruk. Misal: mencari-cari alasan saat berbuat salah agar dimaafkan. e. Membantu mendeskripsikan diri seseorang. Misal: membantu seseorang mendeskripsikan diri bahwa dia adalah seorang penggemar film dengan memakai kaos bergambar suatu film terkenal. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa seseorang mempunyai harapan untuk mendapatkan kesan yang bagus di hadapan orang orang lain agar interaksi sosial yang mungkin terjadi bersifat positif. Kesan yang bagus juga dilakukan agar orang lain menganggap seseorang merupakan orang yang berkompeten di dalam suatu bidang.
3. Faktor-faktor impression management Terdapat empat faktor yang mempengaruhi impression management seseorang menurut Fiske (2004), yaitu:
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
a. Personal goals (tujuan pribadi) Konsep diri menentukan pandangan seseorang mengenai hal yang pantas untuk mengerti diri sendiri dan menigkatkan martabat diri. Diri yang diinginkan
dan
tidak
diinginkan
menentukan
bagaimana
seseorang
menggambarkan dirinya. b. Audience (penonton atau orang yang dituju) Seseorang melakukan impression management tergantung dari siapa orang yang menjadi sasarannya. Orang lain akan menilai seseorang tergantung dari peran sosialnya di masyarakat. Seseorang akan memilah-milah bagian dari diri mereka yang akan mereka tunjukkan pada orang lain dan yang akan mereka sembunyikan. Orang sadar akan adanya orang lain yang berperan sebagai penonton saat mereka melakukan impression management. c. Immediate situation Di setiap situasi, seseorang yang melakukan impression management dibatasi oleh gambaran sosial mengenai diri mereka yang sekarang dan yang datang. Untuk mengatur kepercayaan dan perasaan ingin diterima, seseorang akan terbatasi, terpaksa, atau diberi julukan oleh orang lain yang telah mengenalnya atau yang ingin mengenalnya di masa yang akan datang. d. Society Lingkungan yang lebih luas juga berperan dalam impression management seseorang. Orang dari kelompok minoritas akan lebih sering menyebutkan kesukuannya.
Alasan
perilaku
tersebut
commit to user 36
adalah
karena
orang
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
mendeskripsikan diri mereka bahwa mereka dipengaruhi oleh keberagaman suku bangsa. Individu akan memperhatikan beberapa hal saat mereka berinteraksi dengan orang lain (Argyle, 1972). Hal yang diperhatikan saat melakukan interaksi adalah: a. Keadaan orang lain Kehadiran orang lain merupakan salah satu faktor yang menentukan cara seorang individu untuk berinteraksi. Hal yang berkaitan dengan kehadiran orang lain yang mampu mempengaruhi interaksi antara lain adalah kelas sosial, pekerjaan, dan kebangsaan. Jika seseorang tidak mengetahui bagaimana keadaan orang yang sedang berinteraksi dengannya, dia akan mengalami kebinngungan dalam mempresentasikan dirinya. b. Professional competence (kompetensi professional) Setiap orang perlu menunjukkan kompetensi mengenai pekerjaan mereka. Misalnya seorang pasien akan lebih mudah mengungkapkan keluhannya jika dia percaya bahwa dokternya mampu menyembuhkan dia. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi impression management adalah personal goals, audience, dan professional competence. Personal goals merupakan tujuan pribadi untuk menggambarkan diri yang diinginkan. Audience merupakan target yang dituju seseorang untuk menampilkan
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
impression management-nya. Professional competence merupakan faktor untuk menunjukkan kompeten seseorang dalam bidang yang ditekuninya.
4. Strategi impression management Dibutuhkan strategi-strategi penting agar impression management yang dilakukan oleh seseorang sukses dan menunjukkan hasil yang diharapkan. Jones (1990) mendefinisikan strategi impression management sebagai aksi yang dilakukan untuk mengatur atau menambah kekuatan seseorang dengan pengaturan kesan. Strategi yang digunakan oleh seseorang dalam melakukan impression management adalah sebagai berikut: a. Ingratiation (menjilat) Strategi ini dilakukan agar seseorang disukai oleh orang lain. Cara ini dilakukan dengan menampilkan diri sebagai orang yang dapat membuat orang lain senang. Jika seseorang mampu membuat orang lain menyenanginya, kekuasaan orang lain terhadapnya akan hilang. b. Self-promotion (promosi-diri) Strategi ini digunakan apabila seseorang ingin membuat dirinya tampak kompeten di hadapan orang lain. Self-promotion dilakukan dengan cara meyakinkan orang lain bahwa dirinya memiliki kelebihan atau kemampuan dalam bidang tertentu.
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
c. Intimidation (intimidasi) Intimidasi
dilakukan
dengan
cara
memperlihatkan
kapasitas
dan
kecenderungan yang negatif. Pelaku intimidasi menunjukkan kekuasaan atau kekuatannya agar ditakuti orang lain. d. Supplication (permohonan) Strategi ini biasanya dilakukan oleh individu yang mempunyai sedikit hal yang mampu mereka tunjukkan. Supplication memperlihatkan kelemahan dan rasa kasihan agar dianggap sebagai orang yang membutuhkan bantuan. e. Exemplification (pemberian contoh) Seseorang yang menggunakan strategi ini akan memperlihatkan kebaikannya, bermoral tinggi, dan kontribusinya terhadap orang lain. Sarwono dan
Meinarno
(2009)
menambahkan beberapa strategi
impression management lain, yaitu self-handicaping dan bask in reflected glory (BIRging). Self-handicaping dilakukan dengan menjelaskan situasi yang mempengaruhi performa yang ditunjukkan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk melindungi harga diri sebagai antisipasi terhadap hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Misalnya saat prestasi akademik seseorang menurun, dia akan mengatakan itu karena semalam tetangganya memutar musik terlalu kencang sehingga dia tidak bias belajar. Sedangkan bask in reflected glory adalah saat seseorang mengasosiasikan dirinya dengan keberhasilan orang lain. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan harga diri. Misalnya saat seseorang bangga
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
memakai kaos tim sepakbola Barcelona setelah tim tersebut memenangkan Liga Champion. Baron dan Byrne (2004) menyebutkan strategi impression management secara lebih singkat. Terdapat dua strategi utama dalam impression management, yaitu: a. Self-enhancement Self-enhancement adalah usaha untuk menambah daya tarik dirinya kepada orang lain. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan penampilan fisiknya melalui gaya berpakaian dan menggunakan berbagai atribut yang mendukung penampilannya. Selain penampilan fisik, strategi lain yang digunakan adalah membuat deskripsi diri yang positif. b. Other-enhancement Other-enhancement adalah usaha untuk membuat orang yang dituju merasa nyaman. Seseorang menggunakan berbagai strategi utnuk menimbulkan reaksi yang positif dari orang yang dituju. Salah satu cara yang sering digunakan adalah
melalui pujian, baik
memuji pernyataannya,
sifat,
maupun
kesuksesannya. Cara lain yang digunakan dalam other-enhancement adalah menyatakan persetujuan terhadap pernyataan-pernyataan orang lain, memberi bantuan, dan meminta nasihat kepada mereka. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa strategi impression management yang digunakan oleh seseorang adalah self-promotion, intimidation, supplication, exemplification, dan self-
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
enhancement. Self-promotion merupakan usaha seseorang untuk menunjukkan kelebihan dan kemampuannya dalam bidang tertentu. Intimidation adalah strategi seseorang untuk menunjukkan kekuasaan agar ditakuti oleh orang lain. Supplication adalah usaha untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang membutuhkan bantuan. Exemplification merupakan strategi yang digunakan untuk menunjukkan kontribusinya terhadap orang lain atau suatu hal. Selfenhancement merupakan usaha untuk menampilkan daya tarik fisik dan deskripsi diri yang menarik.
5. Aspek-aspek impression management Impression management telah dikenal dengan dua komponennya yang penting, yaitu ingratiation (menjilat) dan self-promotion (promosi-diri) (Baron dan Tang, 2009). Ingratiation (menjilat) adalah usaha untuk meningkatkan rasa suka agar diterima oleh orang lain. Usaha untuk meningkatkan rasa suka dapat dilakukan dengan memuji atau menyetujui pendapat orang lain. Sedangkan selfpromotion
(promosi-diri)
merupakan
perilaku
menunjukkan
kemampuan
seseorang dan prestasi yang telah dicapai di masa lalu dalam hal yang positif. Self-promotion dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan orang lain kepada seseorang atau untuk meningkatkan derajat seseorang. Vaast (dalam Lucid, 2009) menyatakan bahwa salah satu aspek impression management adalah meningkatkan pesona diri kepada orang lain. Seseorang mampu membuat orang lain terpesona mengenai dirinya karena orang
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
lain tidak mempunyai akses ke dunia offline-nya atau dirinya yang sebenarnya. Pengguna dunia online dapat dengan mudah meninggalkan diri offline-nya yang tidak ingin ditunjukkan kepada teman online-nya dan menekankan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa aspek-aspek impression management dapat disebutkan sebagai berikut, yaitu ingratiation (menjilat), self-promotion (promosi-diri), dan meningkatkan pesona dirinya kepada orang lain. Ingratiation merupakan usaha seseorang supaya disukai oleh orang lain dengan cara memuji atau menyetujui pendapat orang lain. Self-promotion dilakukan supaya seseorang dipercaya oleh orang lain dan dianggap mempunyai kompeten dalam bidang tertentu. Meningkatkan pesona diri dilakukan karena orang lain tidak mengetahui diri offline-nya, sehingga memungkinkan seseorang untuk menunjukkan diri online yang berbeda dari diri offline-nya.
D. Hubungan Antara Self-Esteem dan Impression Management dengan Online Deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Komunikasi antarindividu di dalam facebook seakan-akan tanpa batas. Hal ini dapat memberikan peluang bagi seseorang untuk memerankan hal yang sama sekali berbeda dengan dunia offline (Hidayat, 2003). Seseorang dapat menyembunyikan sesuatu dari dirinya yang tidak ingin diketahui orang lain karena dapat menurunkan
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
self-esteem-nya. Individu dapat mencantumkan deskripsi diri yang bukan sebenarnya, foto lama, memalsukan usia, dan pendidikan (Taylor, Letitia, dan Sears, 2009). Bagi orang lain yang belum mengenalnya dengan baik, mereka akan mempercayai informasi tersebut. Individu tidak hanya memalsukan identitasnya, tetapi juga tidak mencantumkan sebagian informasi mengenai dirinya. Seseorang dengan self-esteem yang rendah mempunyai kemungkinan untuk melakukan online deception dengan cara menuliskan hal yang berbeda dengan kenyataan mengenai dirinya di internet (Toma dan Hancock, 2010). Toma dan Hancock (2009) membedakan bahwa terdapat dua ketidakkonsistenan pada profil online dating, yaitu pendeskripsian mengenai penampilan fisik dan avatar yang telah diedit. Data dan avatar yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak sesuai dengan faktanya mempunyai tujuan untuk mempertahankan self-esteem pemilik akun. Salah satu faktor pembentuk self-esteem adalah pendapat dari orang lain mengenai diri seseorang. Seseorang akan membuat penampilannya semenarik mungkin menggunakan edit foto dengan harapan akan mendapatkan komentar positif dalam layanan online. Pengguna situs online sadar mengenai seting pada situs online dan hubungannya dengan online deception yang akan terjadi, oleh karena itu seseorang akan menampilkan diri sebagai orang yang menarik (Ellison, dkk., 2006). Profil pada situs online merupakan sesuatu yang mudah untuk diedit oleh penggunanya. Impression management akan tercipta melalui profil yang telah dibuat dan aktivitas lain yang dilakukan oleh pemilik akun. Pengguna facebook dapat mengatakan hal-hal
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
positif agar disukai oleh teman-temannya atau agar dianggap sebagai orang yang menyenangkan. Vaast (dalam Lucid, 2009) menyatakan bahwa seseorang mampu membuat orang lain terpesona mengenai dirinya karena orang lain tidak mempunyai akses ke dunia offline-nya atau dirinya yang sebenarnya. Pengguna dunia online dapat dengan mudah meninggalkan diri offline-nya yang tidak ingin ditunjukkan kepada teman online-nya dan menekankan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain.
E. Hubungan Antara Self-Esteem dengan Online Deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Steinfield, Ellison, dan Lampe (2008) menjelaskan bahwa penggunaan facebook cenderung lebih sering dilakukan oleh remaja dengan self-esteem yang rendah. Situs social network membuat remaja dengan self-esteem rendah lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain di luar kehidupan pribadinya, oleh karena itu situs social network mampu memberikan efek yang lebih besar pada kehidupannya. Setiap perilaku manusia selalu diikuti oleh alasan yang mendukung perilaku tersebut muncul. Ellison, dkk. (2006) menjelaskan mengapa seseorang melakukan deception di dunia online. Alasan tersebut adalah pengguna dunia online mungkin gagal dalam memahami diri mereka sendiri. Saat gagal memahami dirinya sendiri, individu akan membuat pemahaman baru mengenai dirinya sendiri seperti yang diinginkannya. Penjelasan lain mengenai perilaku online deception adalah mereka mungkin menggambarkan diri ideal mereka dengan bebas. Online deception dilakukan agar
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
seseorang terlihat lebih bagus di mata orang lain sesuai dengan diri ideal yang berada di dalam angan-angannya. Joinson (2004) menjelaskan bahwa seseorang dengan self-esteem yang rendah lebih mudah melakukan online deception menggunakan media internet. Seseorang dengan self-esteem rendah akan berusaha menghindari rasa takut terhadap penolakan dari orang lain dalam berkomunikasi. Untuk menghindari penolakan tersebut, seseorang dapat melakukan online deception agar dapat lebih diterima oleh orang lain.
F. Hubungan Antara Impression Management dengan Online Deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Leary and Kowalski (dalam Toma and Hancock, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat salah satu komponen yang berpengaruh terhadap impression management, yaitu construction processes. Construction procsses merupakan hal-hal yang menentukan kesan yang ingin ditampilkan seseorang dan cara untuk membuat kesan tersebut. Construction processes tergantung persepsi seseorang terhadap target impression management dan strateginya, seperti deskrpsi diri pada profil, pernyataan yang dibuat, hubungan sosial, dan online deception. Online deception dapat dilakukan dengan cara mengedit foto yang menjadi avatar profil, memasang avatar yang bukan foto dirinya (misalnya foto artis favoritnya atau gambar kartun), memberikan dan menyembunyikan data pribadi (misalnya memalsukan tanggal lahir,
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
jenis kelamin, dan tidak menampilkan status pendidikan), dan sesuatu yang dinyatakan (misalnya berbohong mengenai tempat dia sedang berada dan perasaan yang sedang dialaminya). Layanan yang disediakan oleh facebook dapat memungkinkan penggunanya untuk menambah, mengedit, atau mengubah sesuatu untuk membuat dirinya seperti kesan yang diinginkannya. Sosial network memberikan fasilitas profil, termasuk deskripsi diri, comment dari teman-teman, dan kemampuan untuk memilih teman-teman (Donath, 2007). Deskripsi diri yang terdiri dari foto, keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok, dan beberapa data pribadi lain dapat dengan mudah dipalsukan. Bahkan beberapa informasi hanya menyalin dari halaman web lain. Orang ingin membuat kesan terbaik, terlihat penting, kreatif, dan populer. Semasa remaja, identitas diri merupakan salah satu hal yang paling penting. Facebook menyediakan layanan hampir tidak terbatas untuk menciptakan e-identity. Perbuatan online deception mempunyai tujuan untuk mencapai perkenalan secara online (Piazza dan Bering, 2009). Seseorang yang menggunakan layanan layanan online mencapai keseimbangan antara membuat kesan yang bagus pada profil online-nya dan membuat profil yang mendukung kepribadian aslinya. Seseorang mempunyai kesemptan yang besar untuk menemukan identitas baru atau possible self di dalam dunia online yang tidak dapat diekspresikan melalui dunia nyata karena ketidakbebasan dalam dunia nyata.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
G. Kerangka Pemikiran H2 Self-esteem
H1 Online Deception H3
Impression Management
+
Bagan 1 Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Self-Esteem dan Impression Management dengan Online Deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Keterangan: H1 = Hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. H2 = Hubungan antara self-esteem dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. H3 = Hubungan antara impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
H. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Terdapat hubungan antara self-esteem dengan online deception pada pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 3. Terdapat hubungan antara impression management dengan online deception pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung
: Online deception
2. Variabel bebas
: a. Self-esteem b. Impression management
B. Definisi Operasional 1. Online deception Online deception merupakan perbuatan yang disengaja untuk memberikan informasi yang belum tentu benar atau menyembunyikan informasi kepada orang lain pada komunikasi online, penyampai informasi mengetahui bahwa informasi tersebut tidak benar, dan target online deception tidak mengetahui informasi yang sebenarnya. Online deception yang dimiliki oleh responden penelitian diungkap dengan menggunakan Skala Online Deception. Skala Online Deception dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek online deception yang dimodifikasi peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Vrij (2008) serta Toma dan Hancock (2010), yaitu perbuatan yang disengaja, pernyataan yang bersifat deseptif, dan pendiskripsian diri secara singkat.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penelitian dalam pengukuran online deception, semakin tinggi tingkat online deception-nya.
2. Self-esteem Self-esteem merupakan penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri mulai dari rentang negatif hingga positif mengenai status kompetensinya (competence) pada bidang yang dikuasainya dan kepantasan-diri (worth) untuk menjalani hidupnya. Self-esteem yang dimiliki oleh responden penelitian diungkap dengan menggunakan Skala Self-Esteem. Skala Self-esteem dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek self-esteem yang dimodifikasi peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Coopersmith (1967) dan Branden (1992), yaitu power, significance, competence, dan self efficacy. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penelitian dalam pengukuran self-esteem, semakin tinggi tingkat self-esteem-nya.
3. Impression Management Impression management adalah usaha seseorang untuk menampilkan kesan positif tertentu mengenai dirinya kepada orang lain agar mendapatkan hasil yang diinginkan, merupakan perbuatan yang disengaja, dan dilakukan dengan beberapa strategi tertentu yang dapat meningkatkan derajat diri pelaku maupun dengan menyenangkan orang lain.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Impression management yang dimiliki oleh responden penelitian diungkap dengan menggunakan Skala Impression Management. Skala Impression Management dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek impression management
yang
dimodifikasi
peneliti
berdasarkan
aspek-aspek
yang
diungkapkan oleh Baron dan Tang (2009) serta Vaast (dalam Lucid, 2009), yaitu ingratiation, self-promotion, dan meningkatkan pesona dirinya kepada orang lain. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penelitian dalam pengukuran impression management, semakin tinggi tingkat impression management-nya.
C. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi Banyaknya pengguna facebook dan kasus online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, yaitu sebanyak 332 mahasiswa dengan 256 kasus online deception, menjadikan alasan penelitian ini mengggunakan mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai populasi. Populasi terdiri atas angkatan 2005 hingga 2011.
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini harus memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan untuk kepentingan penelitian. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut: a. Berusia 18-21 tahun, b. Memiliki akun facebook yang telah terverifikasi. Penentuan karakteristik dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengguna terbanyak facebook adalah pengguna usia 18-24 tahun dan penentuan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Caspi dan Gorsky (2006) menunjukkan bahwa pada umur remaja akhir, online deception berada pada kategori paling tinggi dibandingkan dengan umur dewasa.. Sampel juga harus memiliki akun facebook yang telah terverifikasi karena penelitian meneliti mengenai online deception yang terjadi di facebook. Sejumlah 215 Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dinyatakan memiliki kriteria yang telah ditetapkan. Mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 yang berjumlah 87 mahasiswa ditetapkan sebagai responden uji coba skala penelitian dan mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang berjumlah 128 mahasiswa ditetapkan sebagai responden penelitian berdasarkan kriteria pada purposive sampling.
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
3. Sampling Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Sampel penelitian ini harus memiliki kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Sumber data a. Data primer Data primer pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala sikap yang diisi sendiri oleh responden penelitian. Skala sikap yang diisi oleh responden adalah Skala Online deception, Skala Self-Esteem, dan Skala Impression Management. Skala sikap digunakan dalam analisis data. b. Data sekunder Data sekunder pada penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Dokumen lain yang diperoleh adalah berupa data mengenai nama-nama facebook Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Observasi juga dilakukan oleh peneliti untuk memverifikasi akun-akun facebook
Mahasiswa Program
Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Akun yang dianggap memiliki unsur online
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
deception adalah akun yang tidak mencantumkan atau mencantumkan informasi yang tidak sebenarnya mengenai: a. Nama profil, b. Foto profil, c. Kota asal dan tempat tinggal, d. Jenis kelamin, e. Tanggal lahir, f. Status hubungan asmara, g. Tempat kuliah. Data sekunder digunakan sebagai tambahan informasi untuk mempermudah pengumpla data penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini tidak digunakan dalam analisis.
2. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran terhadap responden penelitian. Alat ukur yang digunakan berupa skala sikap, yaitu Skala Online Deception, Skala Self-Esteem, dan Skala Impression Management. a. Skala Online Deception Skala Online Deception dalam penelitian ini menggunakan aspekaspek online deception yang dimodifikasi peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Vrij (2008) serta Toma dan Hancock (2010), yaitu
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
perbuatan
yang
disengaja,
pernyataan
yang
bersifat
deseptif,
dan
pendiskripsian diri secara singkat. Skala Online Deception ini menggunakan sistem Skala Likert yang terdiri atas empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian jawaban mempunyai skor berupa interval dan berjarak sama, yaitu satu sampai dengan empat. Skor untuk aitem-aitem favorable adalah: 1) SS
: Sangat Sesuai
:4
2) S
: Sesuai
:3
3) TS
: Tidak Sesuai
:2
4) STS
: Sangat Tidak Sesuai : 1
Skor untuk aitem-aitem unfavorable adalah: 1) SS
: Sangat Sesuai
:1
2) S
: Sesuai
:2
3) TS
: Tidak Sesuai
:3
4) STS
: Sangat Tidak Sesuai : 4
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Tabel 1 Blueprint Skala Online Deception Nomor Aitem Aspek Indikator F UF a. Mencantumkan data diri 13, 22, 35, palsu di facebook dengan 1, 9, 15, 26 44 sengaja Perbuatan yang disengaja b. Mengunggah profile 4, 30, 39, picture bukan dengan foto 18, 25, 40 41 diri sendiri a. Membuat profil facebook 8, 17, 27, Pernyataan tidak sesuai dengan 6, 14, 19, 36 34 yang bersifat kenyataan deseptif b. Meng-update berita palsu 3, 12, 21, 10, 29, 32, (tidak benar) di facebook 38 43 a. Mengisi kurang dari 50% basic information (kota asal dan tempat 16, 23, 33, 31, 37, 28 tinggal, jenis kelamin, 42 Pendiskripsian tanggal lahir, serta status diri yang sedikit hubungan asmara) b. Mencantumkan “About Me” secara singkat atau 5, 7, 20 2, 11, 24 tidak mencantumkan Jumlah 23 21 (52,27%) (47,73%)
commit to user 56
Jumlah (Persen)
15 (34,09%)
16 (36,36%)
13 (29,55%)
44 (100%)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
b. Skala self-esteem Skala Self-Esteem dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek online deception yang dimodifikasi peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Coopersmith (1967) dan Branden (1992), yaitu power, significance, competence, dan self efficacy. Skala Self-Esteem ini menggunakan sistem Skala Likert yang terdiri atas empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian jawaban mempunyai skor berupa interval dan berjarak sama, yaitu satu sampai dengan empat. Skor untuk aitem-aitem favorable adalah: 1) SS
: Sangat Sesuai
:4
2) S
: Sesuai
:3
3) TS
: Tidak Sesuai
:2
4) STS
: Sangat Tidak Sesuai : 1
Skor untuk aitem-aitem unfavorable adalah: 1) SS
: Sangat Sesuai
:1
2) S
: Sesuai
:2
3) TS
: Tidak Sesuai
:3
4) STS
: Sangat Tidak Sesuai : 4
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Tabel 2 Blueprint Skala Self-Esteem Aspek
Indikator
Power
Significance
Competence
Self efficacy
a. b. c. a. b. a.
Diandalkan untuk memimpin orang lain Mampu mengambil keputusan untuk orang lain Mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri Merasa diperhatikan oleh anggota keluarga Merasa diterima oleh teman-teman Mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik b. Mempunyai kemampuan dalam bidang tertentu a. Merasa mampu dalam melakukan aktivitas dan mengambil keputusan b. Memahami apa yang menjadi minat dan kebutuhan sendiri c. Tidak merasa canggung bila berhadapan dengan orang lain
Jumlah (Persen)
Nomor Aitem F UF 15, 29, 55 8, 22, 47 1, 54, 56 36, 59, 62 51, 43, 57 52, 23, 60 2, 16, 30 9, 53, 37 44, 49, 58 48, 50, 61 3, 17, 31, 10, 24, 38 45 4, 18, 32, 11, 25, 39 46 5, 19, 33
12, 26, 40
6, 20, 34
13, 27, 41
7, 21, 35
14, 28, 42
32 (51,61%)
30 (48,39%)
Jumlah (Persen) 18 (29,03%) 12 (19,35%) 14 (22,58%)
18 (29,03%)
62 (100%)
c. Skala impression management Skala Impression Management dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek online deception yang dimodifikasi peneliti berdasarkan aspekaspek yang diungkapkan oleh Baron dan Tang (2009) serta Vaast (dalam Lucid, 2009), yaitu ingratiation, self-promotion, dan meningkatkan pesona dirinya kepada orang lain. Skala Impression Management ini menggunakan sistem Skala Likert yang terdiri atas empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian jawaban
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
mempunyai skor berupa interval dan berjarak sama, yaitu satu sampai dengan empat. Skor untuk aitem-aitem favorable adalah: 1) SS
: Sangat Sesuai
:4
2) S
: Sesuai
:3
3) TS
: Tidak Sesuai
:2
4) STS
: Sangat Tidak Sesuai : 1
Skor untuk aitem-aitem unfavorable adalah: 1) SS
: Sangat Sesuai
:1
2) S
: Sesuai
:2
3) TS
: Tidak Sesuai
:3
4) STS
: Sangat Tidak Sesuai : 4
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Tabel 3 Blueprint Skala Impression Management Aspek
Nomor Aitem F UF
Indikator
a. Memberi respon positif kepada status 1, 11, 21, 49 teman facebook Ingratiation b. Mengatakan hal-hal 7, 17, 27, positif mengenai orang 37, 47 lain di facebook a. Memperlihatkan kemampuan atau 2, 22, 32, kelebihan yang 42, 52 dimiliki kepada Self-promotion teman-teman facebook b. Menjadikan facebook 8, 28, 38, sebagai ajang pamer 41, 48 diri
Meningkatkan pesona dirinya
a. Merasa bahwa orang lain tidak tahu mengenai diri offlinenya b. Menunjukkan diri yang berbeda dari dunia online untuk membuat kagum teman facebook
Jumlah (Persen)
3, 23, 33, 53
Jumlah (Persen)
5, 15, 25, 35 12, 18, 45, 50, 55
6, 16, 26, 36, 46
18 (32,73%)
20 (36,36%)
14, 24, 34, 44, 54 10, 20, 30, 40 17 (30,91%)
9, 19, 29, 31, 39
4, 13, 43, 51
28 (50,91%) 27 (49,09%) 55 (100%)
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Pengujian validitas Skala Online Deception, Skala Self-esteem, dan Skala Impression Management dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement, yaitu uji terhadap validitas isi melalui telaah langsung secara profesional oleh dosen pembimbing. Selanjutnya dilakukan penghitungan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson, kemudian pengecekan kelebihan bobot dilakukan dengan corrected item total correlation. Uji validitas dalam penelitian ini adalah product moment dari Pearson. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
rxy
N XY X Y
N X X N Y Y 2
2
2
2
(Arikunto, 2010)
Keterangan: r
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
ΣX
= jumlah skor tiap aitem (X)
ΣY
= jumlah skor tiap aitem (Y)
ΣXY
= jumlah hasil kali antara skor tiap aitem (X) dan skor tiap aitem (Y)
N
= jumlah responden yang diteliti Aitem yang valid dari Skala Online Deception mempunyai koefisien
validitas bergerak dari 0,314 hingga 0,639 dengan p < 0,05 dan reliabilitas
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
sebesar 0,909. Skala Online Deception mempunyai 37 aitem valid dan 7 aitem gugur. Persentase aitem gugur dalam Skala Online Deception sebesar 15,9% dari 44 aitem. Aitem yang valid dari Skala Self-Esteem mempunyai koefisien validitas bergerak dari 0,306 hingga 0,681 dengan p < 0,05 dan reliabilitas sebesar 0,950. Skala Self-Esteem mempunyai 52 aitem valid dan 10 aitem gugur. Persentase aitem gugur dalam Skala Self-Esteem sebesar 16,13% dari 62 aitem. Aitem yang valid dari Skala Impression Management mempunyai koefisien validitas bergerak dari 0,317 hingga 0,757 dengan p < 0,05 dan reliabilitas sebesar 0,932. Skala Impression Management mempunyai 44 aitem valid dan 11 aitem gugur. Persentase aitem gugur dalam Skala Impression Management sebesar 20% dari 55 aitem. Alasan menggunakan teknik korelasi product moment karena skala yang digunakan dalam penelitian ini tiap aitemnya diberi skor pada level interval. Guna mempermudah perhitungan, maka perhitungan dibantu dengan program Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
2. Reliabilitas Penelitian ini menggunakan reliabilitas dengan formula Alpha (α). Guna mempermudah perhitungan, maka perhitungan dibantu dengan program Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 16. Rumus reliabilitas dengan formula Alpha (α) adalah sebagai berikut:
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
2 k b r11 1 2 t k 1
(Arikunto, 2010)
Keterangan:
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pernyataan
2t
2 b
= jumlah varians butir = varians total
Reliabilitas Skala Online Deception yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha adalah sebesar 0,909. Reliabilitas Skala Self-Esteem yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha adalah sebesar 0,950. Reliabilitas Skala Impression Management yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha adalah sebesar 0,932.
F. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas (self-esteem dan impression management) dengan variabel tergantung (online deception) apakah tiap-tiap variabel bebas berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai variabel tergantung apabila variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan (Priyatno, 2008). Persamaan analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Y a 1 X 1 a 2 X 2 K (Hadi, 2001) Keterangan: Y
= variabel tergantung (online deception)
X1 dan X2
= variabel bebas (self-esteem dan impression management)
a1 dan a2
= koefisien regresi (peningkatan atau penurunan)
K
= konstanta
Teknik analisis regresi linear berganda mempunyai beberapa uji prasyarat antara lain: 1. Uji asumsi dasar a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal (Priyatno, 2008). Jika data tidak berdistribusi normal, metode yang digunakan adalah statistik nonparametris. b. Uji linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear secara signifikan (Priyatno, 2008). 2. Uji asumsi klasik a. Uji multikolinearitas Uji
multikolinearitas
digunakan
untuk
mengetahui
adakah
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
antara variabel bebas dalam model regresi (Priyatno, 2008). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. b. Uji heteroskedastisitas Uji
heteroskedastisitas
digunakan
untuk
mengetahui
adanya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adaya ketidaksamaan varians dari residual untuk semua pengamatan (Priyatno, 2008). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. c. Uji otokorelasi Uji otokorelasi digunakan untuk mengetahui adanya penyimpangan asumsi klasik otokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Priyatno, 2008). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya otokorelasi. Setelah uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik terpenuhi, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang meliputi uji F dan uji parsial. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung dan mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel tergantung. Pengolahan data dalam analisis ini menggunakan program Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah penelitian Penelitian berjudul hubungan
antara self-esteem dan
impression
management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dilakukan di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada tanggal 24 Februari 2012. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan responden. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mendapat ijin pendirian dari Direktorat Jendral Perguruan Tinggi pada tanggal 4 Agustus 2004. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret terakreditasi B untuk periode 11 September 2009-11 September 2014. Sebagai salah satu PTN di Provinsi Jawa Tengah, Universitas Sebelas Maret mengembangkan disiplin ilmu psikologi untuk menjadi salah satu Program Studi yang didasarkan atas pemikiran bahwa dampak globalisasi telah menyebabkan perubahan yang sangat cepat dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan yang sangat cepat menuntut manusia untuk beradaptasi dengan baik. Jika tidak mampu beradaptasi dengan baik, manusia akan mengalami beberapa krisis dalam kehidupannya, sehingga manusia memerlukan kesadaran baru, visi
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
baru, serta kebangkitan moral dan spiritualitas. Atas dasar itulah Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret didirikan untuk membantu manusia mencapai kesadaran dan visi baru, serta kebangkitan moral dan spiritualitas. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mempunyai Himpunan Mahasiswa Psikologi (Himapsi) UNS yang merupakan wadah bagi para mahasiswa untuk mengembangkan bakat berorganisasi. Himapsi UNS terdiri atas lima komite, yaitu Komite Komunikasi dan Jaringan; Komite Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia; Komite Sains dan Penelitian; Komite Media dan Informasi; serta Komite Kreativitas, Minat, dan Bakat. Komite yang menangani fasilitas hotspot untuk mahasiswa agar dapat mengakses informasi secara online adalah Komite Media dan Informasi. Komite ini bertanggung jawab dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan dunia psikologi melalui berbagai media cetak, elektonik, dan online yang menunjang. Tersedianya fasilitas hotspot mempermudah mahasiswa untuk mengakses informasi mengenai dunia psikologi, memperlancar komunikasi antarteman, dan mencari hiburan melalui media online secara gratis. Adapun pertimbangan peneliti memilih Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret untuk menjadi lokasi penelitian, yaitu: a. Penelitian mengenai hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada belum pernah dilakukan di universitas tersebut. b. Sebagian besar mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mempunyai akun facebook dan ditemukan kasus online deception pada akun-akun tersebut. c. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Persiapan penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal-hal yang dipersiapkan adalah berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. a. Persiapan administrasi Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang diajukan pada pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan nomor 1036/UN27.06.7.1/TU/2012 tertanggal 24 Februari 2012. Setelah peneliti memperoleh ijin dan berkoordinasi dengan pihak program studi, peneliti dapat melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
b. Persiapan alat ukur Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yang merupakan skala psikologi, yaitu skala online deception, skala self-esteem, dan skala impression management. 1) Skala Online Deception Skala Online Deception digunakan untuk mengungkap tingkat online deception. Skala Online Deception ini merupakan hasil modifikasi peneliti berdasarkan pada aspek-aspek yang diungkapkan oleh Vrij (2008) serta Toma dan Hancock (2010), yaitu perbuatan yang disengaja, pernyataan yang bersifat deseptif, dan pendiskripsian diri secara singkat. Skala Online Deception memiliki 44 aitem yang terdiri atas 23 aitem favorable dan 21 aitem unfavorable. Blueprint Skala Online Deception sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Tabel 4 Blueprint Skala Online Deception Sebelum Uji Coba Aspek
Nomor Aitem F UF
Indikator
c. Mencantumkan data diri 1, 9, 15, 13, 22, palsu di facebook 26 35, 44 dengan sengaja Perbuatan yang disengaja d. Mengunggah profile 4, 30, 39, picture bukan dengan 18, 25, 40 41 foto diri sendiri c. Membuat profil 8, 17, 27, 6, 14, 19, Pernyataan facebook tidak sesuai 34 36 yang bersifat dengan kenyataan deseptif d. Meng-update berita 3, 12, 21, 10, 29, 32, (tidak benar) palsu di facebook 38 43 c. Mengisi kurang dari 50% basic information (kota asal dan tempat 16, 23, 33, tinggal, jenis kelamin, 31, 37, 28 42 Pendiskripsian tanggal lahir, serta diri yang status hubungan sedikit asmara) d. Mencantumkan “About Me” secara singkat atau 5, 7, 20 2, 11, 24 tidak mencantumkan Jumlah 23 21 (52,27%) (47,73%)
Jumlah (Persen)
15 (34,09%)
16 (36,36%)
13 (29,55%)
44 (100%)
2) Skala Self-Esteem Skala Self-Esteem digunakan untuk mengungkap tingkat selfesteem.
Skala
Self-Esteem
merupakan
hasil
modifikasi
peneliti
berdasarkan pada aspek-aspek yang diungkapkan oleh Coopersmith (1967) dan Branden (1992), yaitu power (kekuatan), significance
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
(keberartian), competence (kompetensi), dan self efficacy (kepercayaan diri). Skala Self-Esteem memiliki 62 aitem yang terdiri atas 32 aitem favorable dan 30 aitem unfavorable. Blueprint Skala Self-Esteem sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 5.
Aspek d. Power
e. f. c.
Significance
d. c.
Competence d. d.
e. Self efficacy f.
Jumlah (Persen)
Tabel 5 Blueprint Skala Self-Esteem Sebelum Uji Coba Nomor Aitem Indikator F UF Diandalkan untuk memimpin 15, 29, 55 8, 22, 47 orang lain Mampu mengambil 36, 59, 1, 54, 56 keputusan untuk orang lain 62 Mampu mengambil 52, 23, 51, 43, 57 keputusan untuk diri sendiri 60 Merasa diperhatikan oleh 2, 16, 30 9, 53, 37 anggota keluarga Merasa diterima oleh teman48, 50, 44, 49, 58 teman 61 Mampu melaksanakan tugas3, 17, 31, 10, 24, tugas yang diberikan dengan 45 38 baik Mempunyai kemampuan 4, 18, 32, 11, 25, dalam bidang tertentu 46 39 Merasa mampu dalam 12, 26, melakukan aktivitas dan 5, 19, 33 40 mengambil keputusan Memahami apa yang 13, 27, menjadi minat dan 6, 20, 34 41 kebutuhan sendiri Tidak merasa canggung bila 14, 28, berhadapan dengan orang 7, 21, 35 42 lain 32 30 (51,61%) (48,39%)
commit to user 71
Jumlah (Persen)
18 (29,03%)
12 (19,35%)
14 (22,58%)
18 (29,03%)
62 (100%)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
3) Skala Impression Management Skala Impression Management digunakan untuk mengungkap tingkat impression management. Skala Impression Management ini merupakan hasil modifikasi peneliti berdasarkan pada aspek-aspek yang diungkapkan oleh Baron dan Tang (2009) serta Vaast (dalam Lucid, 2009), yaitu ingratiation, self-promotion, dan meningkatkan pesona dirinya kepada orang lain. Skala Impression Management memiliki 55 aitem yang terdiri atas 28 aitem favorable dan 27 aitem unfavorable. Blueprint Skala Impression Management sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 6.
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Tabel 6 Blueprint Skala Impression Management Sebelum Uji Coba Nomor Aitem Aspek Indikator F UF c. Memberi respon positif 1, 11, 21, 5, 15, 25, kepada status teman facebook 49 35 Ingratiation d. Mengatakan hal-hal positif 12, 18, 7, 17, 27, mengenai orang lain di 45, 50, 37, 47 facebook 55 c. Memperlihatkan kemampuan 2, 22, 32, 6, 16, 26, atau kelebihan yang dimiliki 42, 52 36, 46 Selfkepada teman-teman facebook promotion d. Menjadikan facebook sebagai 14, 24, 8, 28, 38, ajang pamer diri 34, 44, 41, 48 54 c. Merasa bahwa orang lain 3, 23, 33, 10, 20, tidak tahu mengenai diri 53 30, 40 offline-nya Meningkatkan pesona d. Menunjukkan diri yang dirinya berbeda dari dunia online 9, 19, 29, 4, 13, 43, untuk membuat kagum teman 31, 39 51 facebook Jumlah 28 27 (Persen) (50,91%) (49,09%)
Jumlah (Persen) 18 (32,73%)
20 (36,36%)
17 (30,91%)
55 (100%)
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan sampel penelitian Sampel penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, dengan perincian: sejumlah 87 mahasiswa ditetapkan sebagai responden uji coba skala penelitian dan 128 mahasiswa ditetapkan sebagai responden penelitian.
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Cara pemilihan sampel menggunakan pertimbangan usia 18-21 tahun dan memiliki akun facebook yang telah terverifikasi. Mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 dipilih sebagai responden uji coba serta mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 dipilih sebagai responden penelitian untuk mempermudah pengambilan data.
2. Pengumpulan data untuk uji coba Menurut Azwar (2007), kepercayaan yang dapat diberikan kepada kesimpulan penelitian bergantung pada akurasi dan kecermatan data yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran bergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukurnya. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur perlu dilakukan uji coba (try out) terlebih dahulu. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 19-21 Maret 2012 di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan sampel berjumlah 87 mahasiswa angkatan 2008 dan 2009. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 19-21 Maret 2012. Data yang terkumpul sebanyak 64 eksemplar dari 87 eksemplar yang dibagikan. Data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dilakukan skoring dan pengujian validitas dan reliabilitas.
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
3. Analisis validitas dan reliabilitas skala Setelah dilakukan pemberian skor pada hasil pengisian skala, selanjutnya dilakukan seleksi aitem skala psikologi untuk mendapatkan aitem valid dari masing-masing skala yang akan dipergunakan dalam proses analisis data. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dianalisis untuk mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas internal dalam penelitian ini menggunakan teknik corrected item total atau sering disebut sebagai korelasi aitem total, yaitu koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan yang merupakan distribusi skor skala itu sendiri. Penentuan skor didasarkan pada penyusunan alternatif jawaban pada ketiga skala ini yang menggunakan model skala Likert. Pada setiap aitem disediakan empat alternatif jawaban yang terdiri atas SS (Sangat Sesuai) bernilai 4, S (Sesuai) bernilai 3, TS (Tidak Sesuai) bernilai 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) bernilai 1 untuk pernyataan favorable. Penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu Sangat Sesuai (SS) bernilai 1, Sesuai (S) bernilai 2, Tidak Sesuai (TS) bernilai 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) bernilai 4. Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap mempunyai daya pembeda yang memuaskan (Azwar, 2009).
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha (α). Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mempunyai makna sebagai kecermatan pengukuran (Azwar, 2009). Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas (rxx’) yang berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas dan mendekati angka 1,00 mempunyai arti bahwa reliabilitas yang dimiliki semakin tinggi. Koefisien yang semakin rendah dan mendekati angka 0 mempunyai arti bahwa reliabilitas yang dimiliki semakin rendah. Hasil uji validitas dan reliabilitas ketiga skala adalah sebagai berikut: a. Skala Online Deception Hasil uji validitas Skala Online Deception dapat diketahui bahwa dari 44 aitem yang diujicobakan, terdapat 7 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 1, 2, 5, 11, 32, 33, dan 43. Jumlah aitem yang valid sebanyak 37 aitem, yaitu aitem nomor 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan 44. Aitem yang valid mempunyai koefisien validitas bergerak dari 0,314 hingga 0,639 dengan p < 0,05. Reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,909. Distribusi aitem Skala Online Deception yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Tabel 7 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Online Deception Setelah Uji Coba Aspek Indikator Nomor Aitem Nomor Aitem Jumlah Valid Gugur F UF F UF Valid Gugur a. Mencantumkan data diri palsu 9, 15, 13, 22, 1 7 1 di facebook 26 35, 44 Perbuatan dengan sengaja yang b. Mengunggah disengaja profile picture 4, 30, 18, 25, 7 bukan dengan 39, 41 40 foto diri sendiri a. Membuat profil facebook tidak 8, 17, 6, 14, 8 Pernyataan sesuai dengan 27, 34 19, 36 yang bersifat kenyataan deseptif b. Meng-update (tidak benar) 3, 12, 32, berita palsu di 10, 29 6 2 21, 38 43 facebook a. Mengisi kurang dari 50% basic information (kota asal dan tempat tinggal, 16, 23, 31, 37, 33 6 1 jenis kelamin, 42 28 tanggal lahir, Pendiskripsian serta status diri yang hubungan sedikit asmara) b. Mencantumkan “About Me” secara singkat 7, 20 24 5 2,11 3 3 atau tidak mencantumkan Jumlah 20 17 3 4 37 7
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
b. Skala Self-Esteem Hasil uji validitas Skala Self-Esteem dapat diketahui bahwa dari 62 aitem yang diujicobakan, terdapat 10 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 2, 9, 16, 23, 30, 44, 50, 53, 60, dan 61. Jumlah aitem yang valid sebanyak 52 aitem, yaitu aitem nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58, 59, dan 62. Aitem yang valid mempunyai koefisien validitas bergerak dari 0,306 hingga 0,681 dengan p < 0,05. Reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,950. Distribusi aitem Skala Self-Esteem yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini:
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Tabel 8 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Self-Esteem Setelah Uji Coba Aspek Indikator Nomor Aitem Nomor Aitem Jumlah Valid Gugur F UF F UF Valid Gugur a. Diandalkan untuk 15, 8, 22, memimpin orang 29, 6 47 lain 55 b. Mampu mengambil 1, 54, 36, Power keputusan untuk 6 56 59, 62 orang lain c. Mampu mengambil 51, keputusan untuk 43, 52 23, 60 4 2 diri sendiri 57 a. Merasa diperhatikan 2, 16, oleh anggota 37 9, 53 1 5 30 keluarga Significance b. Merasa diterima 49, 48 44 50, 61 3 3 oleh teman-teman 58 a. Mampu melaksanakan 3, 17, 10, tugas-tugas yang 31, 7 24, 38 diberikan dengan 45 Competence baik b.Mempunyai 4, 18, 11, kemampuan dalam 32, 7 25, 39 bidang tertentu 46 a. Merasa mampu dalam melakukan 5, 19, 12, aktivitas dan 6 33 26, 40 mengambil keputusan b.Memahami apa yang Self efficacy 6, 20, 13, menjadi minat dan 6 34 27, 41 kebutuhan sendiri c. Tidak merasa canggung bila 7, 21, 14, 6 berhadapan dengan 35 28, 42 orang lain Jumlah 28 24 4 6 52 10
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
c. Skala Impression Management Hasil uji validitas Skala Impression Management dapat diketahui bahwa dari 55 aitem yang diujicobakan, terdapat 11 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 7, 12, 16, 29, 35, 36, 39, 45, 46, 49, dan 54. Jumlah aitem yang valid sebanyak 44 aitem, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 48, 50, 51, 52, 53, dan 55. Aitem yang valid mempunyai koefisien validitas bergerak dari 0,317 hingga 0,757 dengan p < 0,05. Reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien
Alpha sebesar 0,932.
Distribusi aitem
Skala
Impression
Management yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini:
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Tabel 9 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Impression Management Setelah Uji Coba Aspek Indikator Nomor Nomor Jumlah Aitem Valid Aitem Gugur F UF F UF Valid Gugur a. Memberi respon 1, 11, positif kepada 5, 15, 21, 35 7 1 status teman 25 49 facebook Ingratiation b. Mengatakan 17, 12, hal-hal positif 27, 18, 7 45, 6 4 mengenai orang 37, 50 55 lain di facebook 47 a. Memperlihatkan kemampuan 2, 22, 16, atau kelebihan 32, 6, 26 26, 7 3 yang dimiliki 42, 46 Selfkepada teman52 promotion teman facebook b. Menjadikan 8, 28, 14, facebook 38, 24, 54 9 1 sebagai ajang 41, 34, pamer diri 48 44 a. Merasa bahwa 10, 3, 23, orang lain tidak 20, 33, 8 tahu mengenai 30, 53 diri offline-nya 40 Meningkatkan b. Menunjukkan pesona diri yang dirinya berbeda dari 4, 13, 9, 19, 29, dunia online 43, 7 2 31 39 untuk membuat 51 kagum teman facebook Jumlah 25 19 1 10 44 11
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
4. Penyusunan alat ukur untuk penelitian Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya adalah menggunakan butir-butir aitem yang valid untuk mengambil data yang sesungguhnya, sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan. Susunan aitem setelah uji coba pada Skala Online Deception, Skala Self-Esteem, Dan Skala Impression Management dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Tabel 10 Distribusi Skala Online Deception Untuk Penelitian Nomor Aitem Jumlah Aspek Indikator (Persen) F UF a. Mencantumkan data diri palsu di 13, 22, 35, 9, 15, 26 facebook dengan 44 (11) sengaja Perbuatan yang 14 disengaja (37,84%) b. Mengunggah profile picture 4, 30, 39 18, 25, 40 bukan dengan (1), 41 (5) (32) foto diri sendiri a. Membuat profil facebook tidak 8, 17, 27, 6, 14, 19, 36 Pernyataan sesuai dengan 34 yang bersifat 14 kenyataan deseptif (37,84%) b. Meng-update (tidak benar) 3, 12, 21, berita palsu di 10, 29 38 (33) facebook a. Mengisi kurang dari 50% basic information (kota asal dan tempat tinggal, 16, 23, 42 31, 37, 28 jenis kelamin, (2) tanggal lahir, Pendiskripsian 9 serta status diri yang (24,32%) hubungan sedikit asmara) b. Mencantumkan “About Me” secara singkat 7, 20 24 atau tidak mencantumkan Jumlah 20 17 37 (54,05%) (45,95%) (100%) Keterangan: Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk aitem valid Skala Online Deception.
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Tabel 11 Distribusi Skala Self-Esteem Untuk Penelitian Nomor Aitem Jumlah Aspek Indikator (Persen) F UF a. Diandalkan untuk 15, 29, 8, 22, memimpin orang lain 55 (2) 47 b. Mampu mengambil 1, 54 36, 59 16 Power keputusan untuk orang lain (50), 56 (23), 62 (30,77%) (16) (44) c. Mampu mengambil 51, 43, 52 keputusan untuk diri sendiri 57 (30) a. Merasa diperhatikan oleh 37 anggota keluarga 4 Significance (7,69%) b. Merasa diterima oleh 49, 58 48 teman-teman (9) a. Mampu melaksanakan 3, 17, 31, 10, 24, tugas-tugas yang diberikan 45 38 14 dengan baik Competence (26,92%) b. Mempunyai kemampuan 4, 18, 32, 11, 25, dalam bidang tertentu 46 39 a. Merasa mampu dalam 12, 26, melakukan aktivitas dan 5, 19, 33 40 mengambil keputusan b. Memahami apa yang 13, 27, 18 Self efficacy menjadi minat dan 6, 20, 34 (34,62%) 41 kebutuhan sendiri c. Tidak merasa canggung bila 14, 28, berhadapan dengan orang 7, 21, 35 42 lain Jumlah 28 24 52 (Persen) (53,85%) (46,15% (100%) ) Keterangan: Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk aitem valid Skala Self-Esteem.
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Tabel 12 Distribusi Skala Impression Management Untuk Penelitian Nomor Aitem Aspek Indikator F UF a. Memberi respon positif kepada 1, 11, 21, 49 5, 15, 25 status teman (35) facebook Ingratiation b. Mengatakan hal-hal positif mengenai 17, 27, 37, 18, 50 (39) orang lain di 47 (12) facebook a. Memperlihatkan kemampuan atau kelebihan yang 2, 22, 32, 6, 26 dimiliki kepada 42, 52 (36) Self-promotion teman-teman facebook b. Menjadikan 8, 28, 38, 14, 24, 34, facebook sebagai 41, 48 (7) 44 ajang pamer diri
Meningkatkan pesona dirinya
a. Merasa bahwa orang lain tidak tahu mengenai diri offline-nya b. Menunjukkan diri yang berbeda dari dunia online untuk membuat kagum teman facebook
3, 23, 33, 53 (16)
Jumlah (Persen)
13 (29,55%)
16 (36,36%)
10, 20, 30, 40 15 (34,09%)
Jumlah (Persen)
9, 19, 31
4, 13, 43, 51 (29)
25 (56,82%)
19 (43,18%)
44 (100%)
Keterangan: Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk aitem valid Skala Impression Management.
5. Pengumpulan data untuk penelitian Pengumpulan data penelitian menggunakan alat ukur Skala Online deception yang terdiri atas 37 aitem, Skala Self-Esteem yang terdiri atas 52 aitem,
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
dan Skala Impression Management yang terdiri atas 44 aitem. Pembagian dan pengisian skala dilakukan secara klasikal setelah masing-masing angkatan selesai berkuliah. Waktu yang dipergunakan sampel untuk mengisi setiap skala berkisar antara 15-30 menit. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 29 Maret 2012 di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan sampel berjumlah 128 orang pada angkatan 2010 dan 2011. Sebelum mahasiswa mengerjakan skala penelitian yang diberikan, peneliti terlebih dahulu mengenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan serta tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah sampel penelitian menyatakan kesediaan untuk membantu, kemudian baru peneliti menjelaskan tentang tata cara pengerjaan skala dan memberikan contoh cara mengerjakan. Selama sampel mengerjakan skala penelitian, peneliti tetap berada di dalam kelas melakukan observasi sampai sampel selesai mengerjakan dan mengumpulkan skala kembali pada peneliti. Dari 128 eksemplar dibagikan, hanya terkumpul 104 yang terkumpul dan memenuhi syarat untuk dapat dianalisis.
6. Pelaksanaan skoring Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan skor untuk keperluan analisis data. Skor Skala Online deception, Skala SelfEsteem, dan Skala Impression Management bergerak dari 1-4 dengan memperhatikan sifat aitem favourable dan unfavourable. Skor dari aitem
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
favourable adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 2 untuk tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan skor aitem unfavourable adalah 1 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Kemudian skor yang diperoleh dari responden penelitian dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total skor skala yang diperoleh dari responden penelitian ini dipakai dalam analisis data.
C. Analisis Data Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. 1. Uji asumsi dasar a. Uji normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05.
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. .079 104 .112 .979 104 .103 * .073 104 .200 .991 104 .743
Online Deception Self-Esteem Impression .065 104 .200* Management a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.988
104
.472
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom KolmogorovSmirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi online deception sebesar 0,112 > 0,05; nilai signifikansi self-esteem sebesar 0,200 > 0,05; serta nilai signifikansi impression management sebesar 0,200 > 0,05. Karena nilai signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel online deception, self-esteem, dan impression management berdistribusi normal. b. Uji linearitas Pengujian pada program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila nilai signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 14 Hasil Uji Linearitas Antara Online Deception dengan Self-Esteem ANOVA Table Sum of Squares df Online Between (Combined) 3753.615 34 Deception * Groups Linearity 922.491 1 Self-Esteem Deviation from 2831.123 33 Linearity Within Groups Total
7112.539
69
10866.154
103
Mean Square 110.400
F Sig. 1.071 .396
922.491
8.949
.004
85.792
.832
.715
103.080
Tabel 15 Hasil Uji Linearitas Antara Online Deception dengan Impression Management ANOVA Table Sum of Squares Online Between (Combined) 4118.415 Deception * Groups Linearity 597.280 Impression Deviation from Management 3521.135 Linearity Within Groups Total
Mean df Square 33 124.800
F Sig. 1.295 .182
1
597.280
6.196 .015
32
110.035
1.141 .317
6747.739
70
96.396
10866.154
103
Tabel tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara online deception dengan self-esteem menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,004. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa antara variabel online deception dengan self-esteem terdapat hubungan yang linear. Selain itu, di antara online deception dengan
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
impression management menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,015. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa antara online deception dengan impression management terdapat hubungan yang linier.
2. Uji asumsi klasik a. Uji multikolinearitas Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya, apabila nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain (Priyatno, 2008).
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 16 Hasil Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Std. Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) 96.698 21.391 4.520 .000 Self-Esteem -.318 .112 -.266 -2.840 .005 .985 1.016 Impression .248 .115 .201 2.147 .034 .985 1.016 Management a. Dependent Variable: Online Deception Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu variabel selfesteem dan impression management adalah 1,016. Hal tersebut menunjukkan bahwa antarvariabel independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5. b. Uji Heteroskedastisitas Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala
heteroskedastisitas.
Metode
pengujian
untuk
uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Park. Priyatno (2008) menjelaskan bahwa Uji Park meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel independen (LnX1 dan LnX2). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
1. Ho
: tidak ada gejala heteroskedastisitas
2. Ha
: ada gejala heteroskedastisitas
3. Ho diterima apabila –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak apabila t hitung > t tabel atau –t hitung < –t tabel, yang berarti terdapat heteroskedastisitas. Tabel 17 Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -32.598 21.026 lnx1 7.138 4.198 .166 a. Dependent Variable: lnei2
t -1.550 1.700
Sig. .124 .092
Tabel 18 Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX2 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.671 13.013 lnx2 -.332 2.842 -.012 a. Dependent Variable: lnei2
T .359 -.117
Sig. .720 .907
Hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 1,700 dan -0,117. Nilai t tabel dapat dicari dengan df = n – 2 atau df = 104 – 2 = 102 pada pengujian dua ekor (signifikansi 0,025), didapat nilai tabel sebesar
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
1,983495. Karena t hitung (1,700 dan -0,117) berada pada –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, sehingga -1,983495 ≤ 1,700 dan -0,117 ≤ 1,984467 maka Ho diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 dan Lnei2 dengan LnX2 tidak ada gejala heteroskedastisitas. c. Uji Otokorelasi Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi (Priyatno, 2008). Pengujian otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji DW (Durbin-Watson). Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autolorelasi (Priyatno, 2008). Tabel 19 Hasil Uji Otokorelasi Model Summaryb Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson a 1 .353 .125 .108 9.70329 2.234 a. Predictors: (Constant), Impression Management, Self-Esteem b. Dependent Variable: Online deception
Dari hasil tabel di atas diperoleh nilai d yang dihasilkan dari model regresi adalah 2,234. Nilai dU yang diperoleh melalui tabel Durbin-Watson dengan jumlah data (n) 104 dan k (jumlah varibel independen) 2 adalah 1,7198. Karena nilai DW = 2,234 berada di antara dU dan 4-dU (1,7198 ≤ 2,234 ≤ 2,2802), maka dapat dikatakan tidak ada otokorelasi.
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
3. Uji hipotesis a. Uji simultan F Pengujian hipotesis dengan F test bertujuan untuk
mengetahui
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05 atau nilai F hitung (pada kolom F) lebih besar dari nilai F tabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan (Priyatno, 2008). Hasil F-test dari output program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dapat dilihat pada tabel Anova. Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008).
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Sugiyono (dalam Priyatno, 2008) memberikan pedoman untuk interpretasi koefisien korelasi ganda, adalah sebagai berikut: Tabel 20 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) No. Interval Nilai R Interpretasi 1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 – 0,399 Rendah 3. 0,400 – 0,599 Sedang 4. 0,600 – 0,799 Kuat 5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Pada Model Summary juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Apabila nilai R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna.
Tabel 21 Hasil Uji F ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square F 1 Regression 1356.623 2 678.311 7.204 Residual 9509.531 101 94.154 Total 10866.154 103 a. Predictors: (Constant), Impression Management, Self-Esteem b. Dependent Variable: Online deception
commit to user 95
Sig. .001a
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Tabel 22 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 .353 .125 .108 9.70329 a. Predictors: (Constant), Impression Management, SelfEsteem b. Dependent Variable: Online deception Dari data di atas diperoleh F hitung sebesar 7,204. Untuk menentukan F tabel, dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 2, dan df2 (n-k-1) atau 104-2-1=101, maka hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,086371. Karena F hitung > F tabel (7,204 > 3,086371), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dan impression management dengan online deception. Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,353 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara self-esteem dan impression management dengan online deception. Hasil penghitungan tersebut juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2). Nilai ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R 2 (R Square) sebesar 0,125 atau 12,5%, yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independent, yaitu self-esteem dan impression
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
management, terhadap variabel dependen, yaitu online deception, sebesar 12,5%. Sisanya sebesar 87,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. b. Uji parsial (uji t) Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel di mana variabel lain yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (Priyatno, 2008). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Sugiyono (dalam Priyatno, 2008) memberikan pedoman untuk interpretasi koefisien korelasi, adalah sebagai berikut: Tabel 23 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r) Interval Koefisien No. Interpretasi Korelasi (r) 1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 – 0,399 Rendah 3. 0,400 – 0,599 Sedang 4. 0,600 – 0,799 Kuat 5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Tabel 24 Korelasi Parsial Online Deception dengan Self-Esteem Correlations Control Variables Impression Management
Online deception Self-Esteem 1.000 -.272
Online Deception
Correlation Significance (2tailed) Df Self-Esteem Correlation Significance (2tailed) Df
.
.005
0 -.272
101 1.000
.005
.
101
0
Tabel 25 Korelasi Parsial Online Deception dengan Impression Management Correlations Control Variables Self-Esteem Online Deception
Correlation Significance (2tailed) Df Impression Correlation Management Significance (2tailed) Df
Online deception Impression Management 1.000 .209 .
.034
0 .209
101 1.000
.034
.
101
0
Berdasarkan penghitungan didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Nilai korelasi parsial antara self-esteem dengan online deception (rx1y) di mana variabel self-esteem dikendalikan adalah sebesar -0,272. Hal ini
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
menunjukkan hubungan yang rendah antara antara self-esteem dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah negatif, karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi self-esteem akan semakin rendah online deception. 2) Nilai korelasi parsial antara impression management dengan online deception (rx2y) di mana variabel impression management dikendalikan adalah sebesar 0,209. Hal ini menunjukkan hubungan yang rendah antara impression management dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r positif, artinya semakin tinggi impression management akan semakin tinggi online deception.
4. Analisis deskriptif Tujuan analisis deskriptif adalah untuk memberi gambaran umum mengenai kondisi sampel yang diteliti mengenai online deception, self-esteem, dan impression management. Gambaran umum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Tabel 26 Deskripsi Data Penelitian Skala
Data Jml Hipotetik Sbjk Skor Skor Min Maks
Online 104 37 Deception Self-Esteem 104 52 Impression 104 44 Management Keterangan: M = mean SD = standar deviasi
Data Empirik Skor Skor Min Maks
M
SD
M
SD
148
92,5
18,5
40
97
73,1923
10,27116
208
130
26
130
171
159,942
8,59648
176
110
22
78
116
97,7019
8,34555
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilakukan kategorisasi responden secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Apabila responden digolongkan dalam lima kategori, maka akan didapat kategorisasi serta distribusi skor sebagai berikut:
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Tabel 27 Kategorisasi Responden Berdasarkan Skor Skala Penelitian Kategorisasi Variabel
Online Deception Self-Esteem Impression Management
Responden
Kategori
Skor
Jumlah
Persentase
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
37 X < 74 74 X < 111 111 X ≤ 148 52 X < 104 104 X < 146 146 X ≤ 208 44 X < 70,4 70,4 X < 96,8 96,8 X ≤ 123
53 51 25 79 13 91 -
50,96% 49,04% 24,04% 75,96% 12,5% 87,5% -
Rerata Empirik 73,19231
159,9423 97,70192
a. Online Deception Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 104 responden penelitian terdapat 53 mahasiswa atau sekitar 50,96% mahasiswa memiliki tingkat online deception yang rendah, 51 mahasiswa atau sekitar 49,04% mahasiswa memiliki tingkat online deception yang sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat online deception yang tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden secara umum memiliki tingkat online deception yang rendah, yaitu sebanyak 50,96% mahasiswa dengan rerata empirik sebesar 73,19231. b. Self-esteem Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 104 responden penelitian tidak terdapat mahasiswa yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah, 25
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
mahasiswa atau sekitar 24,04% memiliki tingkat self-esteem yang sedang; dan 79 mahasiswa atau sekitar 75,96% memiliki tingkat self-esteem yang tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden secara umum memiliki tingkat self-esteem yang tinggi, yaitu sebanyak 75,96% mahasiswa dengan rerata empirik sebesar 159,9423. c. Impression management Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 104 responden penelitian terdapat 13 mahasiswa atau sekitar 12,5% memiliki tingkat impression management yang rendah, 91 mahasiswa atau sekitar 87,5% memiliki tingkat impression management yang sedang; dan tidak terdapat mahasiswa yang memiliki tingkat impression management yang tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden secara umum memiliki tingkat impression management yang sedang, yaitu sebanyak 87,5% mahasiswa dengan rerata empirik sebesar 97,70192.
5. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi tentang besarnya sumbangan pengaruh masing-masing variabel independen atau prediktor terhadap variabel dependen dalam model regresi. Sumbangan relatif menunjukkan ukuran besarnya sumbangan suatu variabel independen terhadap jumlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan besarnya
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
sumbangan suatu variabel independen terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil penghitungan menunjukkan: a. Sumbangan relatif self-esteem terhadap online deception sebesar 62,17% dan sumbangan relatif impression management terhadap online deception sebesar 37,83%. b. Sumbangan efektif self-esteem terhadap online deception sebesar 7,76% dan sumbangan efektif impression management terhadap online deception sebesar 4,72%. Total sumbangan efektif self-esteem dan impression management terhadap online deception ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,125 atau 12,5%.
D. Pembahasan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hal tersebut didasarkan atas hasil output program
Statistical
Product and Service
Solution (SPSS) versi 16.00 for windows dengan menggunakan penghitungan analisis regresi linier berganda, yakni nilai p-value sebesar 0,001 < nilai taraf signifikansi 0,05 sedangkan nilai F hitung sebesar 7,204 > F tabel sebesar 3,086371. Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,353 menunjukkan bahwa
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
terjadi hubungan signifikan yang rendah antara self-esteem dan impression management dengan online deception. Self-esteem dan impression management secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan online deception. Individu dengan self-esteem yang tinggi akan dapat lebih mudah menerima dirinya sendiri, sehingga tidak akan mencoba menutupi dirinya kepada orang lain. Ketika seseorang nyaman dengan dirinya sendiri, dia akan mempunyai kepercayaan diri untuk berinteraksi dengan orang lain baik berinteraksi secara langsung maupun melalui facebook. Individu dengan impression management yang rendah akan berusaha menjadi dirinya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain. Orang tersebut akan tampil apa adanya tanpa bermaksud untuk disenangi orang lain atau agar tampak lebih baik daripada orang lain. Amichai-Hamburger (2005) menyatakan bahwa komunikasi melalui internet merupakan hal yang menarik bagi orang-orang yang kesulitan mencari teman, oleh karena itu mereka mempunyai kebutuhan sosial yang tidak terpenuhi dan sangat mungkin untuk melakukan online deception melalui komunikasi internet. Menurut Coopersmith (1967), self-esteem rendah mempunyai karakteristik menarik diri dari pergaulan. Perilaku menarik diri dari pergaulan akan mengakibatkan kesulitan dalam mencari teman. Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mempunyai self-esteem tinggi, sehingga terhindar dari online deception yang tinggi dalam menggunakan facebook sebagai alat komunikasi melalui internet. Remaja dengan self-esteem tinggi akan mudah berinteraksi dan terbuka
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
dengan orang lain dalam kehidupan nyata, sehingga tidak perlu menampilkan diri palsu dalam berkomunikasi melalui internet. Pengguna situs online sadar mengenai seting pada situs online dan hubungannya dengan online deception yang akan terjadi, oleh karena itu seseorang akan menampilkan diri sebagai orang yang menarik (Ellison, dkk., 2006). Profil pada situs online merupakan sesuatu yang mudah untuk diedit oleh penggunanya. Pengguna dapat menambahkan suatu konten agar dirinya terlihat tampak lebih menarik atau tidak menunjukkan aspek dirinya yang dapat meperburuk citranya. Profil yang tersedia dapat diisi dengan informasi apa saja yang ingin dibagikan, sehingga membentuk identitas diri yang diinginkan. Impression management akan tercipta melalui profil yang telah dibuat dan aktivitas lain yang dilakukan oleh pemilik akun. Pengguna facebook dapat mengatakan hal-hal positif agar disukai oleh teman-temannya atau agar dianggap sebagai orang yang menyenangkan. Vaast (dalam Lucid, 2009) menyatakan bahwa seseorang mampu membuat orang lain terpesona mengenai dirinya karena orang lain tidak mempunyai akses ke dunia offline-nya atau dirinya yang sebenarnya. Pengguna dunia online dapat dengan mudah meninggalkan diri offline-nya yang tidak ingin ditunjukkan kepada teman online-nya dan menekankan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain. Hasil analisis korelasi parsial diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara selfesteem dengan online deception adalah -0,272 (p=0,005; p<0,05). Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi parsial tersebut maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara self-esteem dengan
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hubungan yang terjadi menunjukkan hubungan yang rendah antara antara self-esteem dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi self-esteem akan semakin rendah online deception. Sebaliknya, semakin rendah self-esteem akan semakin tinggi online deception. Joinson (2004) menjelaskan bahwa seseorang dengan self-esteem yang rendah lebih mudah melakukan online deception menggunakan media internet. Seseorang dengan self-esteem rendah akan berusaha menghindari rasa takut terhadap penolakan dari orang lain dalam berkomunikasi. Untuk menghindari penolakan tersebut, seseorang dapat melakukan online deception agar dapat lebih dterima oleh orang lain. Hasil analisis korelasi parsial antara impression management dengan online deception diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,209 (p=0,034; p<0,05). Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi parsial tersebut maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hubungan yang terjadi menunjukkan hubungan yang rendah antara antara impression management dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi impression management akan semakin tinggi online deception. Begitu juga jika semakin rendah impression management, akan semakin rendah online deception. Perbuatan online deception mempunyai tujuan untuk mencapai
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
perkenalan secara online (Piazza dan Bering, 2009). Seseorang yang menggunakan layanan layanan online mencapai keseimbangan antara membuat kesan yang bagus pada profil online-nya dan membuat profil yang mendukung kepribadian aslinya. Seseorang mempunyai kesemptan yang besar untuk menemukan identitas baru atau possible self di dalam dunia online yang tidak dapat diekspresikan melalui dunia nyata karena ketidakbebasan dalam dunia nyata. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R²) diketahui besarnya sumbangan efektif kedua variabel bebas (self-esteem dan impression management) terhadap variabel tergantung (online deception), yaitu sebesar 0,125. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 12,5% variabel online deception dijelaskan oleh variabel self-esteem dan impression management. Sisanya sebesar 87,5% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hancock, Thom-Santelli, dan Ritchie (2004) menjelaskan bahwa dua faktor yang mempengaruhi online deception adalah isi dari online deception itu sendiri dan hubungan dengan target online deception. Isi dari online deception dapat berupa perasaan, fakta, dan perilaku. Perasaan cemas untuk menjalin hubungan akrab dengan orang lain akan menimbulkan online deception agar seseorang dapat menjaga jarak dengan orang lain (Vrij, 2008). Begitu juga dengan perasaan cemas untuk lepas dari hubungan akrab dengan orang lain. Sedangkan Donath dan Boyd (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi online deception adalah orang yang mengenal subjek dan siapa yang akan menjatuhkan sanksi kepada pelaku deception. Jika seseorang berteman dengan orang asing yang tidak mengenal dirinya di situs jejaring sosial, maka orang tersebut
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
mempunyai kesempatan untuk melakukan deception yang lebih besar. Hal ini terjadi orang asing tersebut tidak akan dapat membedakan diri subjek di dunia offline dan online. Hasil sumbangan relatif self-esteem terhadap online deception sebesar 62,17% dan relatif impression management terhadap online deception sebesar 37,83%. Sumbangan efektif self-esteem terhadap online deception sebesar 7,76% dan sumbangan efektif impression management terhadap online deception sebesar 4,72%. Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem memberikan pengaruh yang lebih besar daripada impression management terhadap online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Self-esteem yang merupakan penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri berdasarkan pengalaman subjektif dirinya dari rentang positif hingga negatif lebih berpengaruh terhadap tingkat online deception. Terkait dengan self-esteem, Steinfield, Ellison, dan Lampe (2008) menjelaskan bahwa penggunaan facebook cenderung lebih sering dilakukan oleh remaja dengan self-esteem yang rendah. Situs social network membuat remaja dengan self-esteem rendah lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain di luar kehidupan pribadinya, oleh karena itu situs social network mampu memberikan efek yang lebih besar pada kehidupannya. Sedangkan terkait dengan impression management, remaja paling sering menampilkan diri palsu ketika sedang bersama teman-teman sebayanya dan paling jarang menampilkan diri palsu ketika bersama teman-teman dekatnya (Santrock, 2007). Alasan remaja menampilkan diri palsu adalah keinginan untuk memberi kesan
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
yang baik atau mencoba berbagai perilaku baru. Tetapi, beberapa remaja merasa tidak nyaman
dengan
menampilkan
diri
palsu,
sementara
beberapa
tidak
mempermasalahkannya. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa seseorang dengan impression management yang tinggi belum tentu memiliki deception yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya. Hasil analisis dan kategorisasi variabel online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret diuraikan dengan kategorisasi rendah sebesar 50,96% mahasiswa dan kategorisasi sedang sebesar 49,04% mahasiswa, dengan rerata empirik sebesar 73,19231. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta berada pada kategori rendah. Hasil analisis dan kategorisasi variabel self-esteem pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret diuraikan dengan kategorisasi sedang sebesar 24,04% mahasiswa, dan kategorisasi tinggi 75,96% mahasiswa dengan rerata empirik 159,9423. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat self-esteem pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret berada pada kategori tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan responden telah berada di usia remaja akhir. Josselson (dalam Desmita, 2007) menyatakan bahwa remaja yang berada di rentang usia 18-21 tahun mengalami masa consolidation. Consolidation merupakan masa remaja mengembangkan kesadaran mengenai identitas personal yang menjadi dasar pemahaman dirinya
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
sendiri dan orang lain, serta mempertahankan perasaan otonomi, independen, dan individualitas. Ketika remaja telah merasa mandiri dan mengerti mengenai identitas personalnya, remaja akan memiliki self-esteem yang tinggi. Hasil analisis dan kategorisasi variabel impression management pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan kategorisasi rendah sebesar 12,5% mahasiswa dan kategorisasi sedang sebesar 87,5% mahasiswa dengan rerata empirik 97,70192. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat impression management pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret berada pada kategori sedang. Hal ini kemungkinan disebabkan penampilan sangat penting bagi remaja untuk membangun identitas, seperti penggunaan foto profil dan nama profil (Buckingham, 2008). Menurut de Graff (2011), remaja menunjukkan perhatian pada presentasi diri mereka. Sosial media pada saat ini mampu menciptakan identitas online melalui profil para penggunanya, avatar (gambar atau foto profil), dan konten lainnya yang merupakan hal penting dalam pembentukan identitas seseorang. Seseorang mampu mengontrol perilakunya di social network yang merupakan lingkungan yang ideal untuk impression management dan ekspresi diri. Seseorang mampu mengontrol aspek-aspek dari dirinya untuk ditunjukan kepada orang lain melalui social network seperti facebook. Wood dan Smith (2005) berpendapat bahwa salah satu aspek paling penting dalam identitas adalah bagaimana seseorang mempresentasikannya ke orang lain. Identitas seseorang sering dinilai melalui penampilan fisik di dunia online karena tidak dapat melihat petunjuk-petunjuk
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
nonverbal lain, seperti penggunaan nada suara ketika berbicara. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kemungkinan remaja melakukan impression management di facebook melalui profil, avatar, atau konten lainnya, tetapi tidak dapat melakukan impression management melalui penggunaan nada bicara karena bukan merupakan media face-to-face. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan yang rendah antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Kelebihan dalam penelitian ini di antaranya adalah penelitian ini mampu memberikan ilmu baru bagi peneliti mengenai hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception dan merupakan penelitian pertama mengenai hubungan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Selain itu, hipotesis dalam penelitian ini terbukti serta reliabilitas skala yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori baik sehingga dianggap cukup handal untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Meskipun penelitian ini memiliki beberapa kelebihan, penelitian ini masih memiliki kelemahan dan keterbatasan yang harus diperbaiki dalam penelitian di masa yang akan datang. Penelitian ini hanya dapat digeneralisasi pada responden penelitian saja, sehingga diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat mencakup pada populasi yang lebih luas. Selain itu, penelitian ini memiliki hubungan parsial yang positif dan negatif, sehingga menyebabkan hubungan simultan yang rendah.
commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan signifikan yang rendah antara self-esteem dan impression management dengan deception online pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,353 (p=0,001; p< 0,05) dan F hitung = 7,204 lebih besar dari F tabel = 3,086371. 2. Secara parsial terdapat hubungan negatif signifikan yang rendah antara selfesteem dengan deception online pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,272 (p=0,005; p<0,05). Artinya semakin tinggi self-esteem akan semakin rendah deception. Sebaliknya semakin rendah selfesteem akan semakin tinggi online deception. 3. Secara parsial terdapat hubungan positif signifikan yang rendah antara impression management dengan deception online pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,209 (p=0,034; p<0,05). Artinya semakin tinggi impression management akan semakin tinggi deception. Begitu
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
juga dengan semakin rendah impression management akan semakin rendah online deception.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Untuk remaja Untuk remaja dengan self-esteem sedang, dapat meningkatkan self-esteem-nya dengan cara berpikiran optimis bahwa apa pun yang terjadi kehidupan patut untuk disyukuri, mengeksplorasi diri untuk mencoba mencari tahu bidang-bidang yang dikuasainya dan memberdayakannya seoptimal mungkin, serta mengatasi masalah secara realistis, jujur, dan tidak defensif. Sedangkan untuk remaja dengan selfesteem tinggi, diharapkan dapat mempertahankannya. Untuk remaja pada umumnya, diharapkan untuk lebih menghargai diri sendiri dan mengembangkan potensi, sehingga terhindar dari online deception yang jauh berbeda dari jati dirinya. 2. Untuk orang tua Diharapkan untuk memberikan dukungan kepada para remaja agar dapat menerima diri apa adanya dan mengembangkannya, sehingga mempunyai selfesteem yang positif dan terhindar dari online deception yang jauh berbeda dari jati dirinya.
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
3. Untuk peneliti lain Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema yang sama, diharapkan untuk lebih memperluas ruang lingkup, misalnya dengan memperluas populasi. Selain itu, peneliti lain diharapkan lebih memperhatikan hubungan antarvariabel karena hubungan parsial yang positif dan negatif dapat menyebabkan hubungan simultan yang rendah.
commit to user 114