HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI DAN MOTIVASI PERAWAT RUMAH SAKIT Y YANG BEKERJA PADA SHIFT MALAM DI RUMAH SAKIT Y Irina Regina Paat dan Raymond Godwin Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan / Palmerah Jakarta Barat 11480, Indonesia Telp. : (62 - 21) 532 7630 Fax : (62 - 21) 533 2985 E-mail :
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT This research aims to see the relationship between perceived organizational support and motivation of hospital y’s nurses who work on night shift. The subjects in this research are 99 hospital y’s nurses who worked on night shift. The sampling technique used is non-probabilty sampling type purposive sampling. A measuring instrument used is perceived organizational support and work motivation. The questionnaire of perceived organizational support adapted from SPOS (Survey of Perceived Organzational Support) by Eisenberger & Rhoades (1984); while the questionnaire of work motivation adapted from WMS (Work Motivation Scale) by Robert Brady (2008). Techniques for data analysis using the Spearman Correlation Analysis, with results showing that there was no significant correlation between perceivd organizational support and motivation of hospital y’s nurses who work on night shift at the hospital Y (r = 0,068 ; p > 0,05). Key words : Perceived Organizational Support, Work Motivation, Night Shift, Nurses ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat rumah sakit Y untuk bekerja pada shift malam. Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang perawat rumah sakit Y yang bekerja pada shift malam. Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling tipe purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah persepsi dukungan organisasi dan motivasi kerja. Alat ukur persepsi
dukungan organisasi diadaptasi dari alat ukur SPOS (Survey of Perceived Organizational Support) oleh Eisenberger & Rhoades (1984). Sedangkan alat ukur motivasi diadaptasi dari alat ukur WMS (Work Motivation Scale) oleh Robert Brady (2008). Teknik analisa data menggunakan analisa Korelasi Spearman, dengan hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat rumah sakit Y untuk bekerja pada shift malam di rumah sakit Y (r = 0,068 ; p > 0,05). Kata kunci: Persepsi Dukungan Organisasi, Motivasi Kerja, Shift Malam, Perawat
PENDAHULUAN Dalam lima tahun terakhir terjadi pertumbuhan jumlah rumah sakit yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi makro Indonesia, dimana jumlah rumah sakit publik meningkat sebesar 38% dan rumah sakit swasta sebesar 79% (Thabrany, dalam www.poskota.co.id, 2011). Namun, tingginya pertumbuhan jumlah rumah sakit dan tenaga medis di Indonesia belum diimbangi dengan layanan dan kualitas prima. Hal tersebut sangat ironis, mengingat penyelenggaraan pelayanan medis yang bermutu kepada masyarakat merupakan hal yang menunjang fungsi rumah sakit sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Padahal, perawat sebagai ujung tombak pelayanan dari rumah sakit dituntut untuk bekerja pada shift malam untuk memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien selama 24 jam. Untuk mengaturnya, maka harus dilakukan rotasi kerja secara bergiliran. Kerja shift menjadi suatu permasalahan yang kompleks, karena selain mempengaruhi perilaku individu juga berhubungan dengan perilaku dalam kelompok (Ahasan dkk., 2002). Pekerjaan yang dijadwalkan di luar jam kerja normal (jam 9 pagi – 5 sore) disebut dengan kerja shift. Shiftwork memungkinkan pelayanan dan produksi berlangsung selama 24 jam non-stop sehingga memaksimalkan efisiensi dan produktivitas kerja (Occupational Health Clinics for Ontario Workers Inc., 2005). The International Labour Office (International Labour Organization, 1990) mendefiniskan kerja shift sebagai suatu metode dalam bekerja dari suatu organisasi dimana para pekerja berhasil satu sama lain di tempat kerja sehingga dapat beroperasi lebih lama daripada jam kerja yang normal (France, 2010). Para pekerja shift akan bekerja di malam hari hingga tengah malam.Pemberlakuan kerja shift memiliki dampak pada pola tidur dengan mengganggu irama circardian, kehidupan keluarga dan kehidupan sosial dari para pekerja (Gordon, Cleary, Parker, & Czeisler, 1986; Lee, 1992; Labyak, dalam Admi, dkk. 2008). Lebih lanjut lagi sejumlah penelitian (Akerstedt, 1988; Costa, Lievore, Casaletti, Gaffuri, & Folkard, 1989; Paley & Tepas, 1994; Kogi, 2005 dalam Admi dkk. 2008) menunjukkan dampak negatif dalam aspek fisik, psikologis, dan kehidupan sosial dari para pekerja medis yang bekerja pada shift malam. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan Hardiyansyah (dalam Kumorotomo, 1996) terhadap 12 buah tesis dan 11 buah disertasi dengan tema penelitian tentang “Kualitas Pelayanan Publik”, dapat diindentifikasi salah satu faktor dominan yang memengaruhi kualitas pelayanan publik, yaitu : (1) motivasi kerja birokrasi dan aparatur; motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada komitmen seseorang. Dengan adanya motivasi yang tepat, perawat akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat menurut Moody & Pesut (2006), salah satunya adalah atribut organisasi. Jadi, karyawan yang merasa dirinya mendapatkan dukungan dari organisasi, memiliki rasa kebermakanaan dalam diri karyawan tersebut. Hal inilah yang akan meningkatkan komitmen pada diri karyawan. Komitmen inilah yang pada akhirnya akan mendorong karyawan untuk berusaha membantu organisasi mencapai tujuannya. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang mengungkap dampak negatif dari pemberlakuan kerja shift terhadap kehidupan para pekerja shift, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan melihat apakah ada hubungan antara dukungan organisasi yang dipersepsikan oleh perawat dengan motivasi mereka untuk bekerja di shift malam pada rumah sakit Y.
Lebih dari 20% pekerja di negara industri adalah pekerja shift dan sekitar 10% dari pekerja shift didiagnosa memiliki gangguan tidur (Admi dkk., 2008). Studi ilmiah menemukan bahwa kerja shift dapat memengaruhi siklus tidur dan bangun dengan mengganggu regulasi sirkardian, kehidupan keluarga dan kehidupan sosial para pekerja shift (Gordon dkk., dalam Admi dkk., 2008). Penelitian dilakukan pada 738 perawat di rumah sakit di Irlandia utara pada tahun 2003. Analisa statistik menggunakan program SAS dan data dianalisa menggunakan T-test, ANOVA, dan Chi Square untuk membandingkan kelompok subjek yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa perawat perempuan lebih sulit untuk terlelap (p < 0,03), sering terjaga (p < 0,0002), merasa sakit kepala setelah bangun tidur (p < 0006), dan sering merasa kelelahan di pagi hari (p < 0,0001) jika dibandingkan dengan perawat laki-laki. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perawat perempuan lebih sering mengeluhkan adanya gangguan tidur dibandingkan perawat laki-laki. Studi literatur yang dilakukan oleh Eisenberger dan Rhoades (2002) menemukan bahwa terdapat kepercayaan umum yang dibangun oleh karyawan dimana organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan hidup mereka. Hasil dari meta-analisis ditemukan bahwa 3 kategori utama yang memiliki hubungan kuat dengan persepsi dukungan organisasi adalah keadilan, dukungan atasan, dan penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan yang menyenangkan. Hasil dari meta analisis ditemukan bahwa persepsi dukungan organisasi memiliki hubungan yang kuat dengan komitmen afektif, kepuasan kerja, keinginan untuk bertahan, dan keinginan untuk keluar dari organisasi (Rhoades & Eisenberger, 2002). Persepsi dukungan organisasi memiliki hubungan yang sedang dengan keterlibatan kerja, dan tingkat kehadiran karyawan; serta memiliki hubungan yang kecil dengan kinerja karyawan, komitmen yang berkelanjutan, dan turnover (Rhoades & Eisenberger, 2002). Penelitian yang berjudul hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat rumah sakit y yang bekerja pada shift malam di rumah sakit y dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 99 orang perawat yang bekerja di shift malam. Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi, memberi dukungan, dan peduli pada kesejahteraan mereka (Rhoades & Eisenberger, 2002). Jika karyawan menganggap bahwa dukungan organisasi yang diterimanya tinggi, maka karyawan tersebut akan menyatukan keanggotaan sebagai anggota organisasi ke dalam identitas diri mereka dan kemudian mengembangkan hubungan dan persepsi yang lebih positif terhadap organisasi tersebut. Dengan menyatunya keanggotaan dalam organisasi dengan identitas karyawan, maka karyawan tersebut merasa menjadi bagian dari organisasi (Rhoades & Eisenberger, 2002). Karyawan yang merasa dirinya mendapatkan dukungan dari organisasi, memiliki rasa kebermakanaan dalam diri karyawan tersebut. Hal inilah yang akan meningkatkan komitmen pada diri karyawan. Komitmen inilah yang pada akhirnya akan mendorong karyawan untuk berusaha membantu organisasi mencapai tujuannya. Siagian (1995) mengatakan bahwa dengan adanya motivasi yang tepat, perawat akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut akan terpelihara pula. Motivasi kerja adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi, untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisikan oleh adanya kemampuan untuk berusaha sedemikian rupa dalam memenuhi kebutuhan individu (Robbins dkk., 1999). Terdapat 2 tipe teori motivasi, yaitu content theories dan process theories (Schultz & Schultz, 2006). Teori konten berfokus pada pentingnya pekerjaan itu sendiri, termasuk didalamnya tantangan dan tanggung jawab pekerjaan, yang akan memotivasi dan mengarahkan perilaku manusia. Sedangkan teori proses tidak berfokus pada pekerjaan itu, namun berfokus pada proses kognitif yang digunakan oleh manusia dalam membuat pilihan dan keputusan mengenai pekerjaan mereka (Schultz & Schultz, 2006). Teori yang termasuk ke dalam teori konten yaitu teori karakteristik pekerjaan (job-characteristic theory). Karakteristik spesifik suatu pekerjaan dapat memengaruhi kondisi psikologis karyawan dan mampu memotivasi karyawan apabila mereka memiliki kebutuhan yang tinggi untuk terlibat didalam nya (Hackman & Oldman, dalam Schultz & Schultz, 2006). Peneliti hanya membatasi perawat yang bekerja di shift malam, karena berdasarkan literatur ditemukan terdapat dampak negatif dalam aspek fisik, psikologis, dan kehidupan sosial dari para pekerja medis yang bekerja di shift malam. Penelitian ini hendak melihat apakah ada hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat rumah sakit Y untuk bekerja pada shift malam.
METODE PENELITIAN Teknik sampling Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja pada shift malam di RS Y. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling tipe purposive. Dalam non-probability sampling tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel (Shaughnessy, 2007). Sesuai dengan namanya, purposive sampling berarti pengambilan sampel dilakukan dengan maksud atau tujuan tertentu. Pemilihan sampel didasarkan pada anggapan peneliti bahwa subjek tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian dan subjek tersebut adalah pihak yang paling representatif untuk dijadikan sampel penelitian (Mustafa, 2000).
Metode penelitian yang digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Desain penelitian termasuk ke dalam jenis penelitian non-eksperimen. Tipe penelitian termasuk ke dalam jenis survey, yang melibatkan penyeleksian sampel dan penggunaan alat ukur berupa sejumlah pertanyaan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Instrumen utama penelitian survey adalah kuesioner (Shaughnessy, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur 2 variabel, yaitu persepsi dukungan organisasi dan motivasi kerja.
Alat ukur Alat ukur 1 (Persepsi Dukungan Organisasi) diadaptasi dari alat ukur SPOS (Survey of Perceieved Organizational Support) (Eisenberger & Rhoades, 1984). Seperti dijelaskan pada definisi operasional, alat ukur ini terdiri dari 3 dimensi yaitu dimensi keadilan, dukungan atasan, dan penghargaan organisasi & kondisi pekerjaan. Adaptasi alat ukur SPOS dilakukan dengan cara menerjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk mengembangkan item self-report scales adalah menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut disajikan dimensi beserta contoh soal dan nomor item dari alat ukur SPOS. Tabel 1. Dimensi Alat Ukur 1 (Persepsi Dukungan Organisasi) Dimensi Contoh Item Rumah Sakit menghargai kontribusi saya Supervisor Support terhadap kesejahteraan rumah sakit Jika rumah sakit dapat mempekerjakan Organizational seseorang untuk menggantikan saya dengan Rewards and Job gaji lebih rendah, maka mereka akan Conditions melakukannya Rumah sakit mengabaikan kepentingan terbaik Fairness bagi saya ketika membuat keputusan yang mempengaruhi saya
No Item 1, 3, 8, 10,13, 17, 20, 23, 24, 26, 34, 36, 2, 6, 9 14, 15, 16, 18, 27, 30, 31, 32, 33, 4, 5, 7, 11, 12, 21, 22, 25, 28, 29, 31,35,
Alat ukur 2 (Motivasi Kerja) diadaptasi dari alat ukur Work Motivation Scale (WMS) (Brady, 2008). Alat ukur ini terdiri dari 4 dimensi (motif pemenuhan, motif harga diri, motif afiliasi, dan motif bertahan hidup dan keselamatan) yang terbagi lagi menjadi 8 sub-dimensi (orientasi terhadap kesuksesan, orientasi misi, mengelola orang lain, orientasi tugas, relasi dengan atasan, relasi antar-pekerja, kondisi pekerjaan, dan pendapatan & keuntungan). WMS ini adalah hasil revisi dari WOVS (Work Orientation dan Values Survey) (Brady & Reinink, dalam Brady, 2002) dengan menambahkan sub-dimensi orientasi terhadap kesuksesan dalam WMS. Alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban, yaitu Sangat tidak mendorong saya untuk bekerja pada shift malam; Tidak mendorong saya untuk bekerja pada shift malam; Memiliki pengaruh netral untuk saya bekerja pada shift malam; Mendorong saya untuk bekerja pada shift malam; dan Sangat Mendorong saya untuk bekerja pada shift malam. Berikut ini contoh item dalam alat ukur WMS.
Tabel 2. Dimensi Alat Ukur 2 (Motivasi Kerja) Dimensi Contoh Item Mengetahui bahwa saya telah berhasil Motif Pemenuhan mencapai sesuatu adalah hal yang … Adanya kesempatan untuk memberikan Motif Harga Diri arahan tentang pekerjaan kepada rekan kerja saya adalah hal yang …. Dukungan yang diberikan oleh atasan saya Motif Afiliasi sekarang di Rumah Sakit adalah hal yang …. Motif Bertahan Hidup dan Jumlah gaji yang saya terima dari Rumah Keselamatan Sakit adalah hal yang …..
No Item 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 5, 6, 7, 8 1, 2, 3 ,4
Untuk pengujian validitas, dilakukan dengan cara uji validitas konten atau validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Prinsipnya, satu item dengan item lainnya hendaknya berkorelasi sedang, dan masing-masing item berkorelasi dengan skor total item. Item pertanyaan dengan koefisien korelasi item-total kurang dari 0.20 hendaknya dibuang dan jika perlu ditulis ulang (Streiner & Norman, dalam Murti, 2011). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengkuran tersebut diulang (Priyatno, 2011). Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dilihat dari koefisien alpha cronbach yang didapat melalui pengolahan analisa reliabilitas menggunakan software SPSS versi 20. Triton (2006, dalam Sujianto, 2009) mengemukakan ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut : • Nilai alpha Cronbach 0.00 – 0.20 : kurang reliabel • Nilai alpha Cronbach 0.21 – 0.40 : agak reliabel • Nilai alpha Cronbach 0.42 – 0.60 : cukup reliabel • Nilai alpha Cronbach 0.61 – 0.800 : reliabel • Nilai alpha Cronbach 0.81 – 1.00 : sangat reliabel
Prosedur penelitian Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan berbagai prosedur penelitian, yaitu : melakukan studi literatur dengan tujuan untuk memperkuat landasan teori dan mendapatkan konstruk dalam penyusunan alat ukur. Kemudian membuat instrumen penelitian, lalu Melakukan uji keterbacaan dengan cara try out kepada 5 yang bekerja sebagai perawat dengan tujuan ingin melihat apakah bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh subjek. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti menyebarkan kuesioner pada 20 orang yang bekerja sebagai perawat dalam periode tanggal 28 Mei 2012 – 4 Juni 2012. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Kemudian mengurus perijinan dari pihak universitas untuk kemudian bertemu dengan pihak manajemen RS Y. Setelah perijinan selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyebar kuesioner di RS Y. Setelah menunggu dari periode tanggal 10 Juli-16 Juli 2012, maka terkumpullah 99 buah kuesioner. Dari total 100 buah kuesioner yang disebar setelah diperiksa kembali, terdapat 1 buah kuesioner yang tidak dikembalikan dari pihak RS Y.
Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dianalisa dalam beberapa tahap sebelum uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan Korelasi Spearman. Pengolahan data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 20.
HASIL DAN BAHASAN Tabel 3. Tabel Uji Korelasi Spearman
Persepsi Dukungan Organisasi Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 20
Motivasi Kerja r (Spearman’s rho) 0,068
Sig. 0,501
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkat signifikansi pada hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi kerja adalah sebesar 0,501 (p > 0,05) sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 maka dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat untuk bekerja pada shift malam.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa subjek memiliki persepsi yang cenderung tinggi terhadap dukungan organisasi yang mereka terima. Sedangkan pada variabel kedua, dapat terlihat bahwa subjek memiliki motivasi kerja yang sedang atau biasa-biasa saja. Setelah analisis data dilakukan maka masalah dalam penelitian mendapatkan jawaban, yaitu dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat rumah sakit Y untuk bekerja pada shift malam. Variabel persepsi dukungan organisasi terdiri dari 3 dimensi, yaitu : supervisor support, organizational rewards, dan dimensi fairness. Dari ketiga dimensi tersebut dimensi supervisor support memiliki pengaruh yang paling besar terhadap persepsi dukungan organisasi. Artinya, perawat melihat orientasi atasan mereka sebagai indikasi adanya dukungan organisasi karena atasan bertindak sebagai agen dari organisasi yang memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahan, (Levinson dkk., dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Sedangkan pada variabel motivasi kerja, keempat dimensi, yaitu survival, fulfillment, affiliation, dan self esteem memiliki pengaruh yang setara.
Diskusi 1.
2. 3.
Terbukti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan motivasi perawat rumah sakit Y untuk bekerja pada shift malam. Penelitian ini mengukur motivasi perawat untuk bekerja pada shift malam. Karakteristik spesifik suatu pekerjaan dapat memengaruhi kondisi psikologis karyawan dan mampu memotivasi karyawan apabila mereka memiliki kebutuhan yang tinggi untuk terlibat didalamnya (Hackman & Oldman, dalam Schultz & Schultz, 2006). Shift malam merupakan karakteristik pekerjaan dari perawat. Bekerja pada shift malam adalah identitas pekerjaan seorang perawat dan merupakan bagian dari tanggung jawab pekerjaan. Sehingga lebih baik jika dilakukan pengukuran motivasi pada keseluruhan kondisi kerja, baik shift normal dan shift malam. Penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk perawat yang bekerja di rumah sakit lain, karena penelitian ini hanya dilakukan pada 1 rumah sakit. Dari analisis data yang dilakukan ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara periode kerja dan motivasi kerja, yang berarti peningkatan pada salah satu variabel berkaitan dengan menurunnya variabel yang lain. Temuan ini sejalan dengan tinjauan terhadap 24 studi empiris dan 9 studi konseptual yang dilakukan oleh Kooij dkk., (2007) yang menyebutkan bahwa usia biologis berdampak negatif pada motivasi untuk bekerja pada pekerja yang telah lanjut usia. Dengan kata lain, semakin lama seseorang bekerja maka motivasi kerja akan semakin menurun (Kooij dkk., 2007). Hal itu terjadi karena seiring bertambahnya usia maka kondisi kesehatan semakin memburuk (Kooij dkk., 2007). Orang tua lebih sulit untuk menyesuaikan diri dengan shift malam dibandingkan
4.
5.
para pekerja muda. Secara jelas usia berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik pekerja shift (Costa & Knutsson, dalam Monk, 1989). Hal ini menyebabkan motivasi kerja menurun sehingga pekerja mengambil keputusan untuk pensiun dini (Higgs dkk., dalam Kooij dkk., 2007). Lebih dari 50% perawat yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perempuan. Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Boughn dan Lentini (dalam Susan, 2001) bahwa keinginan untuk mengasuh orang lain adalah faktor motivasi yang mendorong perempuan memilih keperawatan sebagai karir mereka. Status pernikahan memiliki hubungan yang negatif dengan motivasi kerja. Dari data ini didapatkan bahwa perawat yang telah menikah memiliki motivasi kerja yang lebih rendah dibandingkan perawat yang belum menikah. Beban mengatur rumah tangga dan merawat anak menjadi faktor sosial yang dapat mempengaruhi toleransi untuk bekerja di shift malam (Wedderburn, dalam Monk, 1989).
Saran 1. 2. 3. 4.
5.
6.
7.
Pada penelitian selanjutnya, disarankan agar pengukuran terhadap motivasi kerja tidak dikondisikan hanya pada shift malam, tetapi pada keseluruhan kondisi kerja. Hal ini dilakukan agar kecenderungan motivasi perawat dalam bekerja dapat terlihat, baik pada shift normal dan shift malam. Pada penelitian selanjutnya, pengambilan subjek lebih baik dilakukan dengan melibatkan perawat yang bekerja di rumah sakit lain agar bisa dilakukan generalisasi hasil penelitian. Karena penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara periode kerja dan motivasi kerja, maka hal ini bisa dijadikan topik agar bisa diteliti lebih lanjut untuk mencari pengaruh periode kerja terhadap motivasi kerja yang dimiliki. Dari analisa yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan status pernikahan terhadap motivasi kerja. Sehingga hal ini bisa dijadikan topik penelitian untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat memengaruhi motivasi kerja jika ditinjau dari kelompok yang belum menikah dan telah menikah. Bagi perawat yang bekerja di shift malam adalah memberi waktu tidur sesaat setelah mereka bekerja daripada harus menunggu untuk tidur di siang hari. Tidur siang digunakan sesekali sebagai pengganti waktu tidur yang terbuang, namun bukanlah sebagai sumber utama waktu tidur dan harus dibatasi selama 2 jam bahkan kurang. Saat tidur, para pekerja benar-benar harus mengistirahatkan dirinya untuk menggantikan energi yang terbuang selama bekerja malam, sehingga semua alat elektronik dan komunikasi seperti telepon genggam, bel pintu, dan sebagainya harus berada dalam keadaan bungkam. Selama waktu tidur, keadaan harus tenang dan dibuat se-gelap mungkin. Perawat yang bekerja di shift malam harus menghindari konsumsi kafein 5 jam sebelum waktu tidur dan tidak mengkonsumsi alkohol sebagai obat penenang.
REFERENSI Admi, H., Tzischinsky., Epstein, R., Herer, P. & Lavie P. 2008. Shift work in nursing: Is it really a risk factor for nurses’ health and patients’ safety?. Nursing Economics. 6 (4). Brady, R. (2008). Work motivation scale. JIST Works. Brady, R. (2002). Work orientation and values survey. JIST Works. Eisenberger, R., & Rhoades, L. (2002). Perceived organizational support: A review of literature. Journal Of Applied Psychology. 87 (4), pages 698-714. Kooij, D., de Lange, A., Jansen, P. Dikkers, J. (2008). Older’s worker motivation to continue to work: five meanings of age. Journal Of Managerial Psychology. 23 (4), pages 364-394. Kumorotomo, W. (1996). Akuntabilitas birokrasi publik: Sketsa pada masa transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moody, C., & Pesut, J. (2006). The motivation to care : Application and extension of motivation theory to professional nursing work. Journal Of Health Organization And Management. 20 (1), page 15. Monk, T., Folkard, S., & Wedderburn, A. (1996). Maintaining safety and high performance on shiftwork. Applied Ergonomics. 27 (1), pages 17-23.
Monk, T. (1989). Shift work and safety. Professional Safety. 34 (4) page 26. Murti, B. (2011). Validitas dan reliabilitas pengukuran. Matrikulasi Program Studi Doktoral. Fakultas Kedokteran UNS. Pertumbuhan rumah sakit tak sebanding pelayanannya. (6 Oktober 2011). Pos Kota Media Independen Online. Diambil dari http://poskota.co.id/berita-terkini/2011/10/06/pertumbuhan-rumah-sakit-taksebanding-pelayanannya Priyatno, D. (2011). Buku saku SPSS analisis statistik data. Jakarta: PT Buku Seru. Schultz, D., & Schultz, S. (2006). Psychology & Work Today. New Jersey : Pearson Education Inc. Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E.B., & Zechmeister, J.S. (2006). Research Methods in Psychology (7th Edition). New York: McGraw-Hill. Siagian, P. (1995). Teori motivasi dan aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sujianto, A.E. (2009). Aplikasi statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi Pustaka. Susan, L. (2001). Nurses as working women. Association Of Operating Room Nurses Journal. 73 (3) page 675.
RIWAYAT PENULIS Irina Regina Paat lahir di Tomohon, Sulawesi Utara pada 11 September 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Psikologi pada tahun 2012.