HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: AHMAD MU’AMMAR NIM : 104011000126
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen FORM Tgl. Terbit (FR) No. Revisi Jl. Ir. H. juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta Hal SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
: FITK-FR-LABF-202 : 5 Januari 2009 : 00 :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: AHMAD MU’AMMAR
Tempat/Tgl.Lahir
: Indramayu, 03 Mei 1986
NIM
: 104011000126
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PEDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT
Dosen Pembimbing
: 1. Dr. Sururin, M.Ag 2. Zikri Neni Iska, M.Psi
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta, 22 September 2011
AHMAD MU’AMMAR NIM. 104011000126
ABSTRAK Ahmad Mu’ammar, Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat,Skripsi, Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Pendidikan agama Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persolaan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu menjelaskan tentang ada tidaknya hubungan antara variabel X sebagai variabel independent atau bebas (pembelajaran pendidikan agama Islam) dengan variabel Y sebagai variabel dependent atau terikat (kecerdasan spiritual). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 2 Ciputat, yang berjumlah 214 siswa. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, dan sampel yang akan diambil yaitu kelas VIII A yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan interpretasi data yang penulis lakukan dengan cara menggunakan r tabel yaitu pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,325 dan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,418, Karena rxy pada taraf signifikansi 5 % lebih besar daripada r tabel (0,334 > 0,325), maka pada taraf signifikansi 5 % Ho (hipotesis nihil) ditolak, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5 % terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Selanjutnya, karena pada taraf signifikansi 1 % rxy lebih kecil daripada r tabel (0,334 < 0,418), maka pada taraf signifikansi 1 % itu Ho (hipotesis nihil) diterima, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) ditolak. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1 % tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rxy ( yaitu = 0,334) berada dalam kisaran atau skala rendah antara 0,200 – 0,400. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara pembelajaran PAI dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat. Kata kunci: pembelajaran, pendidikan agama Islam, kecerdasan spiritual
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga Allah
sampaikan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk risalah yang dibawanya yakni agama Islam yang akan menyelamatkan serta menghantarkan pemeluknya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak alhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna. Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapakan kecuali rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Sururin, MA. Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunujuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun Skipsi. 5. Zikri Neni Iska, M.Psi. Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun Skipsi.
iii
6. Prof. Dr. Armai Arief, MA. Dosen Pembimbing Akademik. 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah membalas semuanya dengan pahala dan kebaikan. 8. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi. 9. Bapak Syamsuddin S.Pd Kepala Sekolah SMP PGRI 2 Ciputat, Ibu Hj.Mulyani selaku guru studi PAI, beserta staff dan seluruh dewan guru yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. 10. Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Moh. Ridwan (Alm) dan Hj. Roqiyah yang selalu mendo’akan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis untuk selalu semangat meneruskan perjuangan, harapan dan citacita. 11. Kakakku Hj. Ely Anisatul Jalis S.Pd.I (Yu Ely), Ahmad Faozan S.Ag, (Aa Ozan) Sichah Hadi Amd (Yu Sichah), As’ad Syamsul Arifin S.Sos.I, (Aa Aad)Isti’anah S.Sos.I (Yu, Iis), Husni Mubarok, S.Pd.I (Aa, Uus), dan adik-adikku Lailatul Hamidah (Nok Midah), Siti Hajar (Nok Eha), Zaenal Muttaqin, Fatihaturrahmah (Nok Atik), serta keponakanku yang manis Fawwaz Ahmaddinejad, Azzah Faheera Kameela dan Fatima Faikha Jasmine yang selalu memberikan motivasi dan keakraban dari sebuah arti keluarga. 12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2004 khususnya Kelas D (Apunk, Fauzi, Dahlan, Emin, Rahmat, Saeful Millah, Bejo, Lesly Dll) yang sama-sama merasakan suka dan duka selama masa kuliah.
iv
13. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI JAKARTA, (Muadz, Sail, Uki, Alfi, Zaenal, Anis, Wildzan, Hasyim, Muhajir (Udin), Sudedi, Syamsul, Aef, Ade Brother, Jono, Yogi, Wati Dll) yang senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat, masukan, ide dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini. 14. Teman-teman Kostan Gg H. Koweng Legoso (Mahbub, Fadholi, Mujahidin, Tirwan, Mas Amat, Misbah, Owi, Rodi, Basir) dan teman teman lainnya yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT, dan skripsi ini memberikan manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan agama. Jakarta, 23 Agustus 2011
Ahmad Muammar
v
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i ABSTRAK ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 4 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 4 1. Tujuan Penelitian .................................................................... 4 2. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 6 A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam......................................... 6 1. Pengertian Pembelajaran .......................................................... 6 2. Pendidikan Agama Islam ......................................................... 10 a. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................................... 10 b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama islam ............. 12 c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ...................... 15 d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................ 17 B. Kecerdasan Spiritual ...................................................................... 21 1. Definisi Kecerdasan Spiritual ................................................. 21 2. Pembuktian Ilmiah adanya Kecerdasan Spiritual ................... 24 3. Fungsi Kecerdasan Spiritual .................................................... 28 4. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual………………………………... 30
vi
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 30 D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 32 A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 32 B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 32 C. Metode Penelitian .......................................................................... 32 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 33 E. Variabel Penelitian ......................................................................... 34 F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 34 G. Analisis Instrumen ………………………………………………. 36 H. Teknis Analisis Data ..................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 43 A. Gambaran Umum SMP PGRI 2 Ciputat ........................................ 43 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP PGRI 2 Ciputat .................. 43 2. Visi dan Misi ........................................................................... 44 3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ..................................... 45 4. Keadaan, Sarana Prasarana dan Struktur Organisasi .............. 46 B. Deskripsi Data ................................................................................ 47 C. Analisis Data ................................................................................. 72 D. Interpretasi Data ............................................................................ 74
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 78 A. Kesimpulan ................................................................................... 78 B. Saran .............................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80 LAMPIRAN .................................................................................................... 83
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Kisi – Kisi Pembelajaran ................................................................ 34 Tabel 3. 2 Kisi – Kisi Kecerdasan Spiritual .................................................... 35 Tabel 3. 3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pembelajaran PAI ....................... 37 Tabel 3. 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kecerdasan Spiritual ................... 37 Tabel 3. 5 Skor Jawaban ................................................................................ 39 Tabel 4. 1 Jumlah Staf Pengajar ...................................................................... 44 Tabel 4. 2 Jumlah Karyawan ........................................................................... 44 Tabel 4. 3 Daftar Keadaan Guru SMP PGRI 2 Ciputat ................................. 44 Tabel 4. 4 Jumlah Siswa................................................................................... 45 Tabel 4. 5 Sarana dan Prasarana ..................................................................... 46 Tabel 4. 6 Guru PAI menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari .................................................................... 48 Tabel 4. 7 Guru PAI mendeskripsikan secara singkat topik pembahasan yang akan dipelajari .................................................................................. 48 Tabel 4. 8 Guru PAI menjelaskan indikator sebelum memulai pelajaran ....... 49 Tabel 4. 9 Guru PAI menyampaikan materi pelajaran yang mudah dipelajari 49 Tabel 4.10 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas ................................................................................ 50 Tabel 4.11 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran secara sistematis ........... 50 Tabel 4.12 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu ................................................................................. 51 Tabel 4.13 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara shalat sunnah rawatib ............................................................................................ 51 Tabel 4.14 Guru PAI memberikan contoh bacaan qolqalah dalam Al-Qur’an 52 Tabel 4.15 Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu..... 52 Tabel 4.16 Guru PAI menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan…….
53
Tabel 4.17 Guru PAI menegur siswa yang belum melaksanakan shalat……. 53
viii
Tabel 4.18 Guru PAI mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah ................ 54 Tabel 4.19 Guru PAI memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI..... 54 Tabel 4.20 Guru PAI memberikan ujian praktek shalat sunnah rawatib ........ 55 Tabel 4.21 Guru PAI memberikan ujian bacaan Al-quran ............................... 55 Tabel 4.22 Guru PAI memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan.……………………………………………….. 56 Tabel 4.23 Skor Angket Pembelajaran PAI………………………………….
56
Tabel 4.24 Tingkat Pembelajaran PAI Siswa SMP PGRI 2 Ciputat ………… 59 Tabel 4.25 Siswa melaporkan teman yang mencuri kepada guru .................... 59 Tabel 4.26 Siswa segera melaksanakan shalat saat adzan tiba …………….… 60 Tabel 4.27 Siswa sabar menghadapi musibah yang menimpanya ................. 60 Tabel 4.28 Siswa melaksanakan shalat rawatib meskipun sedang sakit .......... 61 Tabel 4.29 Siswa mencari solusi dalam menyelesaikan masalahnya ………… 61 Tabel 4.30 Siswa bermuhasabah setelah melakukan sesuatu ………………..
62
Tabel 4.31 Siswa mengeluarkan keputusan dengan matang ………………… 62 Tabel 4.32 Siswa giat belajar untuk mendapatkan peringkat ………………... 63 Tabel 4.33 Siswa mengambil hikmah dari setiap kejadian .............................. 63 Tabel 4.34 Siwa bersikap sportif dalam meraih prestasi ……………………. 64 Tabel 4.35 Siswa mengerjakan PR dengan baik …………………………….
64
Tabel 4.36 Siswa memberikan setengah uang jajan kepada pengemis ……... 65 Tabel 4.37 Siswa membantu kecelakaan dijalan …………………………….
65
Tabel 4.38 Siswa menerima keputusan rapat ………………………………... 66 Tabel 4.39 Siswa mengikhlaskan keluarga yang meninggal …………………. 66 Tabel 4.40 Siswa aktif berorganisasi ………………………………………... 67 Tabel 4.41 Siswa memberikan solusi kepada teman yang mendapatkan masalah ………………………………………....... 67 Tabel 4.42 Siswa tidak menyontek saat ujian ……………………………….. 68 Tabel 4.43 Siswa mengerjakan PR sendiri …………………………………... 68 Tabel 4.44 Siswa mengambil makan sendiri ………………………………… 69
ix
Tabel 4.45 Siswa menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri ……………….. 69 Tabel 4.46 Skor Angket Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat .…………………………………………………………… 70 Tabel 4.47 Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat ………………. 72 Tabel 4.48 Angka Hasil Perhitungan Antara Variabel X Dan Variabel Y …... 73 Tabel 4.49 Nilai Hasil Perhitungan …………………………………………. 73
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa : pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Selain pengertian di atas dijelaskan pula tentang tujuan pendidikan nasional, pada bab II pasal 3 pendidikan nasional bertujuan untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2 Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan adanya suatu proses belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan pembelajaran diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas, pentingnya pendidikan agama diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia, sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 37 undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: “Kurikulum pendidikan dasar
dan
menengah
kwarganegaraan,
wajib
bahasa,
memuat
matematika,
pendidikan ilmu
agama,
pengetahuan
1
pendidikan alam,
ilmu
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 2 2
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem…, h. 6
1
2
pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan atau kejuruan, dan muatan lokal”. Terkait dengan Pendidikan Agama Islam Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa : Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini lebih banyak ditujukan kepada perbaikan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.3 Pendidikan
merupakan
usaha
membimbing
dan
membina
serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusiamanusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, baik kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya.4 Dengan belajar pendidikan agama Islam diharapkan dapat menghasilkan adanya perubahan yang sifatnya menetap sehingga pada tahap akhir akan di dapat perubahan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Perubahan yang didapat dari proses belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam bisa diamalkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Keberhasilan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah akan terlihat dari perubahan tingkah laku siswa, misalnya sebelum seseorang mengalami proses belajar, ia tidak tahu konsep tentang “X” tetapi setelah ia mengalami proses pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep “X”. Sistem Pembelajaran yang saat ini masih berorientasi pada hasil belajar dengan
hanya
mengoptimalkan
fungsi
kecerdasan
intelegensi
saja.
Konsekuensinya, IQ dijadikan acuan utama dalam menentukan keberhasilan 3
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 41 4
3
belajar siswa, padahal menurut Daniel Goleman yang dikutip Richard Bowell, IQ hanya menyumbangkan 20 % dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang. Lebih jauh Bowell menegaskan, mengevaluasi semua orang dengan cara berpikir ini gagal mengenali bakat ganda. Dan lebih parah lagi dapat menanamkan rasa gagal yang abadi dalam diri seseorang yang memiliki IQ rendah serta perasaan sukses yang semu dalam diri seseorang yang meraih skor IQ tinggi.5 Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami, bahwa tingginya nilai IQ seseorang tidak dapat dijadikan acuan utama dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Bahkan kontribusinya hanya 20 % terhadap keberhasilan belajar, artinya masih ada sekitar 80% faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Salah satu faktor yang diharapkan dapat berperan dalam mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa adalah faktor spiritualitas yang ada pada diri peserta didik. Menurut Ari Ginanjar, penulis buku best seller ESQ (Emotional Spiritual Quotient) sekaligus trainer ESQ, bahwa “IQ memang penting kehadirannya dalam kehidupan manusia, yaitu agar manusia memanfaatkan teknologi demi efesiensi dan efektifitas, juga peran EQ dalam membangun hubungan antar manusia yang efektif sekaligus peranan dalam meningkatkan kinerja, namun tanpa SQ yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, maka keberhasilan itu hanyalah akan menghasilkan hitler-hitler baru dan fir’aun-fir’aun kecil dimuka bumi ini. Sementara itu, menurut Danah Zohar dan Ian marshall, SQ memberi kita potensi tumbuh dan berubah, bersikap kreatif, luwes, berwawasan luas serta memungkinkan kita menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal. Keberadaan kecerdasan spiritual akan memupuk sikap-sikap positif seperti kejujuran, semangat motivasi, kepemimpinan kecerdasan emosional dan sikapsikap positif 5
lainnya. Untuk mendalami permasalahan tersebut penulis
Richard Bowell, 7 Langkah Kecerdasan Spiritual, Terj. Dari The Steps of Spiritual Quotient, (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2004), Cet, I h. 7
4
mencoba
membahas
skripsi
yang
berjudul
:
“Hubungan
Antara
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih berorientasi pada hasil belajar daripada proses belajar. 2. Pola pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan nasional lebih menitikberatkan pada pemberdayaan aspek kecerdasan IQ. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada hubungan pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap kecerdasan spiritual siswa. Pembelajaran PAI yang dimaksud adalah proses kegiatan pembelajaran PAI yang berlangsung didalam kelas. Sedangkan kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah menurut Zohar dan Marshall dalam bukunya SQ: Memanfaatkan kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan holistic memaknai kehidupan yang didalamnya
menjelaskan 9 indikator kecerdasan spriritual. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembahasan masalah yang dikemukakan maka perumusan masalahnya adalah : Adakah hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa
SMP PGRI 2
Ciputat? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa di SMP PGRI 2 Ciputat.
5
2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan tentang pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa, khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual. b. Secara Praktis 1) Bagi Pendidik a) Memberikan informasi tentang pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan guna mempertinggi efektifitas kegiatan belajar mengajar. b) Mendorong para pendidik untuk membimbing siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang tinggi. 2) Bagi Siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan Mendorong siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual yang tinggi dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang optimal.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pengertian
pembelajaran dalam Undang-undang RI No. 20 tahun
2003 pasal 1 yaitu : proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1
Pembelajaran dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda atau nomina yang berarti “ proses, cara, perbuatan menjadikan orang/makhluk hidup belajar.2 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.3 Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Didalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.4 Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, kreativitas, peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda
1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009) h. 4 2 3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) h. 17 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet, I, h,
57 4
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2006) h. 9
6
7 dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik. Pembelajaran
adalah
usaha
membimbing
peserta
didik
dan
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.5 Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.6 Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.7 Menurut Chaplin dalam Dictionary of psicology membatasi belajar dengan dua macam rumusan, rumusan yang pertama adalah “… acquisition of any experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan kedua adalah process of acquiring responses as a result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).8
5
Abuddin Nata, Pespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009) h. 87 6
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta: Kencana, 2009), cet. I, hal, 31 7
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 2. 8
Muhibbudin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) h. 65
8 Yatim Riyanto mengemukakan beberapa pendapat para tokoh tentang belajar, antara lain: a. Menurut Walker belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan lansung dengan kegiatan belajar. b. Menurut Winkel belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas. c. Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.9 Ngalim
Purwanto
dalam
bukunya
“Psikologi
Pendidikan”
menguraikan pengertian belajar, menurut beberapa tokoh pendidikan, di antaranya: a. Hilgard dan Brower, dalam bukunya “Theories Of Learning” (1975) mengemukakan “Belajar adalah hubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan pengaruh obat dan sebagainya) b. Gagne, dalam bukunya “The Condition Of Learning” (1977) menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswi-siswi sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. c. Morgan, dalam bukunya “Introduction to Psychology” (1978) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
9
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta: Kencana, 2009), cet. I, hal, 5.
9 d. Whiterington, dalam bukunya “Educational Psychology” mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan dan pengertian.10 Menurut Hamalik dalam bukunya Tohirin belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. 11 Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, belajar adalah penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku secara sengaja dengan melalui pengamatan dan penelitian, sehingga memperoleh prilaku baru atau meningkatkan prilaku yang pernah ada. Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup12. a. Pembukaan Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. b. Pembentukan kompetensi Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang materi pokok atau materi standar, membahas standar untuk
10 11
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2000), h. 84
Tohirin, Psikologi Pembelajaran …, h. 59 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) cet 2, h. 181 12
10 kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman atau pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang diadapi bersama. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru untuk membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan itu menuntut adanya pengembangan
atau
modifikasi.
Pembentukan
kompetensi
dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk mengakhiri pembelajaran. Dalam pembelajaran penutup ini guru harus
berupaya
mengetahui
pembentukan
kompetensi
dan
pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran. 2. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).13 Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.14 Sedangkan Fadhil Al-Jamaly memberikan pengertian pendidikan sebagai
upaya
mengembangkan,
mendorong serta
13
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1989) h. 19 14
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi kurikulum 2004), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet III, h. 130
11 mengajak manusia lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.15 A. Tafsir mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.16 Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam: (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.17 M. Arifin mendefinisikan pendidikan Islam adalah usaha sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan secara perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.18 Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.19 Endang Saefuddin Anshori memberikan pengertian pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi 15
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h. 76 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet, VII, h. 32 16
17 18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam…, h.130
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 32 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang 1979) h. 399 19
12 tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.20 Hasil Konferensi pendidikan Islam se-Dunia kedua tahun 1980 di Islamabad, Pakistan, merumuskan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah baik secara individual maupun kolektif menuju kearah pencapaian kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam.21 Berdasarkan pengertian di atas tentang pendidikan agama Islam, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu kegiatan untuk merubah individu kedalam suatu sistem kepercayaan dan prilaku yang bersumber dari ajaran Allah. Pendidikan Agama Islam sangat erat hubungannya dengan kecerdasan
spiritual,
karena
kecerdasan
spritual
merupakan
kemampuan memenuhi kebutuhan ruh manusia, berupa ibadah agar ia dapat kembali kepada penciptanya dalam keadaan suci. Kecerdasan spritual merupakan kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. b. Dasar- dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pelaksanaaan pendidikan agama Islam disekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk. Dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: 1) Dasar yuridis/hukum Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundangundangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu:
20
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana ilmu, 1999), h. 6 21 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang : UIN Malang Press, 2008), h. 24
13 a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama: ketuhanan Yang Maha Esa b) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 45 dalam bab XI pasal 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk
memeluk
agama
masing-masing
dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. c) Dasar operasional, yaitu yang terkandung dalam undangundang sistem pendidikan nasional. 2) Segi religius Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepadaNya. Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut antara lain: a) Q.S. An-Nahl: 125:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik……”22 b) Q.S. Al-Imran: 104:
“Dan hendaklah diantara kamu ada golongan umat yang menyeru kepada kebijakan, meyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar.”23
22 23
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat An-Nahl Ayat 125 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Al-Imran Ayat 104
14 c) Al-Hadits:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, dari ibnu Tsauban, yaitu Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban, dari Hasan bin Athiyah, dari Abu Kabsyah as Saluli, dari Abdullah bin Amru, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah dari bani Israil, dan tidak ada dosa, barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya dari neraka.” Hadits Hasan Shohih 3) Aspek Psikologis Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa hidup manusia baik segi individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolonganNya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitive maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada zat yang Maha Kuasa.
15 Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ra’ad ayat 28 yaitu :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram.24 c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam 1) Tujuan Pendidikan agama Islam Menurut Ahmad D. Marimba tujuan akhir pendidikan Islam adalah identik/sejalan dengan tujuan hidup seorang muslim, sebagaimana yang digariskan alam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”25
Surat Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
24 25
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Ar-Ra’ad Ayat 28 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Az-Zariyat Ayat 56
16 agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”26
Surat Ali Imron ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”27
Inti dari tiga ayat diatas adalah menjadi seorang hamba Allah yang beriman, bertaqwa dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT atau berarti terbentuknya kepribadian muslim.28
Menurut Muhammad Fadhil Al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Qur’an meliputi: (1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.29 Menurut Omar al-Toumy al-Syaibany bahwa tujuan pendidikan
26 27
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Al-Bayyinah Ayat 5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Al-Imran Ayat 102
28
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat …, h. 19
29
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (PT.Ciputat Press: Ciputat, 2005), cet II, h.37
17 Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah.30 Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dkk, tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil dengan pola Taqwa yang terbentuk dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah atau berkurang karena itu, orang yang sudah bertaqwa dalam bentuk Insan kamil masih perlu pendidikan sepanjang hayatnya guna pengembangan dan penyempurnaan, sekurangkurangya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang31. Sedangkan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik (5) mempersiapkan tenaga professional yang terampil.32 2) Fungsi Pendidikan Agama Islam Abdul Majid dan Dian Andayani memaparkan fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencapai hidup didunia dan diakhirat.
30 31
Jalaludin, Teologi…, h. 76 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) cet, III, h.
31 32
Muhammad Athiyah Al-Abrayi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) cet, I, h. 15-18
18 c) Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangnnya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata), sistem dan fungsionalnya. g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.33 Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam di atas sangat erat kaitannya dengan kecerdasan spritual, karena kecerdasan spritual dalam pandangan Islam merupakan kemampuan seseorang untuk yakin dan berpegang teguh terhadap nilai spritual islam, selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai islam dalam hidupnya, dan mampu untuk menempatkan dirinya dalam kebermaknaan diri yaitu ibadah dengan merasakan dirinya selalu dilihat Tuhan, sehingga ia dapat hidup dengan mempunyai jalan dan kebermaknaan yang akan membawanya terhadap kebahagiaan dan keharmonisan yang hakiki. Allah berfirman: Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman. (yaitu) orangorang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
33
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam…, h. 133
19 berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat (QS: AlMu’minun: 1-4).34 d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup keseluruhan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ajaran yang berisi pedoman pokok yang mengatur berbagai aspek kehidupan untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan diakhirat nanti, dalam hal ini, ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan yang meliputi: 1) Hubungan manusia dengan Allah SWT Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang vertikal antara manusia dengan Khalik, menempati prioritas utama dalam pendidikan agama Islam, isi ajarannya meliputi segi Iman, Islam dan Ihsan. 2) Hubungan Manusia dengan Dirinya Hubungan manusia dengan dirinya merupakan sesuatu hal yang sangat penting, yaitu dengan memiliki rasa tangggung jawab, menjaga dan memelihara yang terdapat dalam diri agar manusia nantinya dapat menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya dapat menjerumuskan kedalam kehancuran. 3) Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia Merupakan hubungan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia dengan manusia dalam kehidupan. Ruang lingkup pengajarannya berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. 4) Hubungan Manusia dengan Makhluk Lain dan Lingkungan Hubungan manusia dengan alam juga merupakan hal yang penting, yaitu manusia dituntut untuk mengenal, memanfaatkan dan menjaga serta mengembangkan kelestarian alam.35
34
Departemen Agama, Al Qur‟an dan Terjemahnya., Surat Al-Mu’minun Ayat 1-4
20 Ruang lingkup pendidikan agama Islam diatas sesuai dengan Surat AlImran ayat 112 yang berbunyi:
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu, karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”36
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: 1) Keimanan Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar dan pembelajaran tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam pelajaran keimanan, pusat atau inti pembicaraan/ pembahasan ialah tentang keesaan Allah. Karena itu ilmu tentang keimanan ini disebut juga tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada para malaikat, kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah, kepada hari kiamat, dan kepada qada dan qadar. 2) Ibadah
35
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000),
h. 23-24 36
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Al-Imran Ayat 112
21 Dalam pengertian yang luas, ibadah itu ialah bentuk pengabdian yang ditunjukkan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih, selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti perdagangan
(jual-beli),
perkawinan,
kekeluargaan,
warisan,
pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik/pemerintahan, makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain. 3) Al-Qur’an Membaca Al-qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca kitab suci lain. Membaca al-qur’an adalah ibadah, membaca Al-qur’an juga merupakan seni suatu ilmu yang mengandung seni yakni seni membaca
Al-Qur’an.
Isi
pengajaran
Al-Qur’an
diantaranya
penghenalan huruf-huruf hijaiyah, cara menyebutkannya, bentuk dan fungsi tanda baca, tanda berhenti, dan tanda lainnya. Ruang lingkup pengajaran Al-qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan latihan dan pembiasaan. 4) Akhlak Akhlak merupakan bentuk batin dari seseorang. Pengajaran akhlak pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Pembentukkan akhlak dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik buruk dan kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran baik dan buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat kebaikan. Dasar pelaksanaan pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. 5) Mu’amalah Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu fiqih, ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial manusia, yakni muamalat madaniyat dan muamalat maliyat. Mualamat madaniyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan kedalam kelompok persoalan
22 harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara menggunakan dan mendapatkanya. Sedangkan
muamalat
maliyat membahas
masalah-masalah yang dikelompokkan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara). 6) Syari’ah Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat/hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang pertama dalam ajaran Islam. Ilmu ini membicarakan hukum-hukum dalam kehidupan umat manusia. 7) Tarikh Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam.37 Pengakaran tarikh Islam sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan yang berkuasa di luar tanah arab sebelum datangnya agama Islam maupun yang berkuasa diluar tanah arab sebelum datangnya agama Islam maupun sesudah datangnya agama Islam, peperangan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang kafir. Pemerintahan pada zaman Nabi Muhammad SAW, riwayat hidup Nabi Muhammad Saw, dan lain-lain. B. Kecerdasan Spiritual 1. Definisi Kecerdasan Spiritual Sebelum membahas kecerdasan spiritual secara integral, terlebih dahulu penulis mendefinisikan kecerdasan dan spiritual secara terpisah. Donald Sterner yang dikutip oleh Andreas Harefa mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru, tingkat kecerdasan 37
Zakiyah Darajat dkk, Metodik Khusus Pengajaran agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet, I, h. 109
23 diukur berdasarkan kecepatan memecahkan masalah.38 Kecerdasan adalah kemampuan untuk memberikan respons secara cepat dan berhasil pada suatu situasi yang baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan masalah.39 Secara umum kecerdasan adalah kemampuan untuk melihat dan memahami hubungan-hubungan. Definisi lain tentang intelligence ialah kemampuan orang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang pemecahannya menuntut kemampuan pikiran.40 Sedangkan menurut Thornburg inteligensi mengandung 4 unsur pengertian yakni: (a) kemampuan untuk berpikir abstrak dan cermat, (b) kemampuan untuk
mengambil
keputusan,
(c)
kemampuan
untuk
melakukan
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya, (d) seluruh kemampuan individu untuk melakukan suatu aktivitas guna mengembangkan potensi dirinya.41 Menurut tokoh Psikologi David C. Edward yang dikutip Alisuf Sabri berpendapat bahwa kecerdasan adalah Intelligence is a general capacity of behave in an adaptable and acceptable manner. Dari pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa kecerdasaan adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam cara bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah (problem solving).42 Sedangkan makna spiritual berasal dari kata spirit yang berarti roh. Roh dapat diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat kita dapat hidup, bernafas dan bergerak. Berdasarkan hal tersebut yang dimaksud kecerdasan spiritual
adalah
kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita seutuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. 38
Andreas Harefa, Mengasah Paradigma Pembelajar, (Yogyakarta: Gradien, 2003), Cet
II, h. 74 39
Adi W Gunawan, Genius learning Strategy Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004) cet, II, h. 217 40 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang, Penerbit UM Press, 2001), h. 123 41 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004) h. 45 42
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya,2000), h. 116
24 Dengan demikian kecerdasan spiritual berarti memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang dijalani.43 Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persolaan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.44 Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukaan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Karena kecerdasan spiritual memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi. Kecerdasan spiritual memberi manusia kemampuan membedakan. Kecerdasan
spiritual
memberi
manusia
rasa
moral,
kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta. Manusia menggunakan kecerdasan untuk bergulat dengan ihwal baik dan jahat, untuk bermimpi, bercita-cita dan mengangkat diri kita dari kerendahan.45 Menurut Muhammad Zuhri yang dikutip oleh Agus Nggermanto berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual orang sangat besar dan tidak dibatasi faktor keturunan, lingkungan atau materinya.” Sedangkan Khalil Khafari mendefinisikan Kecerdasan spiritual itu “Sebagai fakultas dari dimensi non material, atau dimensi ruh manusia, kecerdasan ini dapat ditingkatkan dan diturunkan. Tapi tingkatanya tampak tak terbatas. “inilah Intan manusia yang belum terarah, 43
Aribowo P dan Irianti E,”Spiritualitas dan Kualitas Hidup” diakses pada tanggal 25 April 2011 dari www.sinarharapan.com 44
Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001) Cet III, h. 4 45
Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ: Memanfaatkan…, h. 5
25 manusia harus mengenalinya, menggosoknya biar mengkilat, dan menggunakanya untuk mencapai kebahagiaan abadi.” Definisi ini menambahkan kondisi kecerdasan spiritual yang pada saat-saat tertentu akan meningkat, tapi di saat yang lain juga bisa menurun.46 Definisi ini menggambarkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan mendasar yang tertanam dalam diri manusia secara natural dan tak terbatas oleh faktor keturunan, lingkungan dan hal-hal yang sifatnya Material. Sementara ada yang mengartikan kecerdasan spiritual adalah “semacam kemampuan dan kesucian inteleksi. Berbeda dengan rasio, inteleksi lebih menujuk pada kemampuan manusia untuk menyerap inspirasi, simbol-simbol dan melahirkan ide-ide baru. Ia lebih menunjuk pada pengertian qolb (hati) dan „aql (akal) dalam maknanya yang primordial dan principal.47 Dari berbagai pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual ialah kecerdasan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan persoalan, makna dan nilai kehidupan dalam menempatkan prilaku hidup.
2. Pembuktian Ilmiah Adanya Kecerdasan Spiritual a. Bukti Imiah-Empiris Kecerdasan Spiritual dibuktikan secara ilmiah dalam psikologis melalui penelitian-penelitian48: 1) Spiritual Quotien mempunyai dasar neurologis yang beroperasi dalam pusat otak yakni fungsi-fungsi penyatu otak. Penelitian oleh neuropsikolog, Michael persinger awal tahun 1990-an, dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf V.S. Ramachandran 46
Agus Nggermanto, QQ Quantum Quotient: cara praktis melejitkan IQ,EQ,SQ, (bandung: Nuansa, 2001), Cet. 1, h. 115-117 47
Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, (Jakarta : Inisiasi Press,2003), cet 1 h.
266 48
Monty P. Setiadarma dan Fidelis E waruwu, Mendidik Kecerdasan (Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik) (Jakarta: Pustaka popular Obor, 2003) Cet I, hal. 44
26 bersama timnya di Universitas California, menunjukkan adanya GodSpot dalam otak manusia. Ini merupakan builtin pusat spiritual (spiritual center) yang terletak diantara jaringan saraf temporal lobes dalam otak. Melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi positron, area-area saraf tersebut akan bersinar
manakala
subyek
penelitian
diarahkan
untuk
mendiskusikan topik spiritual. 2) Riset ahli saraf Austria, Wolf Singer pada tahun 1990 –an atas the binding problem menunjukkan bahwa ada proses saraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup manusia. Suatu jaringan saraf secara literal “mengikat” pengalaman manusia secara bersama untuk untuk hidup lebih bermakna. Sebelum penilitian Singer tentang penyatuan dan keharmonisan osilasi saraf di seluruh otak, para neurolog dan ilmuan kognitif hanya mengakui dua bentuk organisasi saraf otak. Salah satunya, yaitu hubungan saraf serial yang menjadi dasar IQ. Sistem-sistem saraf yang berhubungan secara serial itu memungkinkan otak untuk mengikuti aturan, berpikir logis, dan rasional. Bentuk kedua, yaitu organisasi jaringan saraf dimana terdapat ikatan-ikatan sekitar seratus ribu neuron yang berhubungan satu sama lain secara tak beraturan, jaringan saraf inilah yang menjadi dasar bagi EQ, yakni kecerdasan yang diarahkan oleh emosi, kemampuan mengenali pola, dan membentuk kebiasaan. Dan penilitian Singer tentang osilasi saraf penyatu memberi dasar pada kecerdasan spiritual (SQ). 3) Hasil studi Rodolfo Llinas pada pertengahan tahun 1990-an tentang kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan peristiwaperistiwa kognitif dalam otak. Dengan bantuan teknologi MEG (magneto encephalographic) yang memungkinkan diadakannya penelitian menyeluruh atas keberadaan elektrik pada saraf-saraf
27 otak dengan lokasinya masing-masing, ditemukan bahwa pada waktu manusia berpikir hal-hal mengenai “makna” atau hal-hal yang berhubungan dengan nilai, pada bagian pusat saraf tertentu, elektrik otak aktif. 4) Terrance Deachon (The symbolic species, 1997) seorang neurology dan antropologi biologi Harvard mengemukakan bahwa bahasa yang pada hakikatnya adalah simbolik merupakan kekhasan manusia yang berkembang pada belahan frontal-lobes otak manusia. Makanya tidak akan mungkin ada komputer yang paling canggih atau kera yang paling pintar dapat menggunakan bahasa, karena mereka tidak mempunyai fasilitas frontal-lobe yang memungkinkan mereka dapat saling berbagi dengan “nilai” atau “makna”. Hanya manusialah yang memiliki frontal-lobe. Adanya
frontal-lobei
ini
memungkinkan
manusia
untuk
berimajinasi secara simbolis dan memungkinkan manusia berfikir tentang makna dan nilai. Dengan demikian frontal-lobe ini adalah landasan bagi keberadaan kecerdasan spiritual (SQ) kita.
b. Literal-Metafisis Pembuktian kecerdasan spiritual literal-metafisis telah ada dalam agama Islam. Karena, untuk membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk spiritual, pertama-tama agama Islam selalu menunjuk pada al-Quran. Ada 2 ayat yang menjadi acuan para ilmuan Muslim dalam pembuktian kecerdasan spiritual: 1) Ayat tentang “fitrah” sifat dasar manusia atau watak bawaan manusia yaitu:
28 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Ruum ayat 30.49 Fitrah merupakan sebutan bagi kecenderungan alamiah bawaan yang tidak bisa berubah, yang ada sejak lahir pada semua manusia. Fitrah merupakan kemampuan yang telah Allah ciptakan dalam diri manusia, untuk mengenal Allah dan tunduk kepada-Nya. 2) Ayat tentang “perjanjian primodial” antara manusia dengan TuhanNya yaitu:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan (QS. Al-Ar’af Ayat 172) 50
c.
Ilahiah Dalam
agama
Islam,
pembuktian
kecerdasan
spiritual
berhubungan dengan Tuhan atau bersifat Ilahiah. Karena kecerdasan 49
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Ar-Ruum Ayat 30
50
Departeman Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Al-Ar’aaf Ayat 172
29 spiritual manusia bersinar, berasal dari Tuhan. Salah satu ayat menunjukan pembuktian kecerdasan spiritual bersifat Ilahiah, yaitu:
“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”(Q.S. Al-Hijr:29 )51 Ayat di atas menegaskan, keberadaan ruh dalam diri manusia merupakan intervensi langsung kepada Allah tanpa melibatkan pihakpihak lain. Dan ruh inilah sebagai unsur ketiga manusia yang memungkinkan untuk mengakses kecerdasan spiritual. d. Non Ilahiyah Dalam
psikologi,
pembuktian
kecerdasan
spiritual
tidak
berhubungan dengan Tuhan atau bersifat non Ilahiah. Adanya GodSpot (Titik Tuhan) atau God-Module (Modul Tuhan) dalam otak manusia tidak untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Hal ini, sesuai dengan pendapat pakar neurologi semacam Persinger dan Ramachandran bahwa: “Titik Tuhan (God-Spot) atau (God Module) sebagai penamaan terhadap lobus temporal yang berkaitan dengan pengalaman religius atau spiritual dan telah berevolusi di dalam otak, untuk tujuan tertentu, tetapi mereka juga segera menambahkan bahwa hal ini tidaklah membuktikan bahwa Tuhan benar-benar ada atau bahwa manusia benar-benar berkomunikasi dengan-Nya.52 Tetapi Danah Zohar dan Ian Marshall berpendapat bahwa kecerdasan spiritual bisa berhubungan dengan Tuhan. Dengan kata lain kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapanya melalui
51
52
Departeman Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat Al-Hijr Ayat 29
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan…, h. 82
30 agama formal, tetapi beragama tidak menjamin kecerdasan spiritual tinggi. 3. Fungsi Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bersumber dari jiwa, atau hati nurani yang beroperasi dalam pusat otak manusia. Dalam bahasa Ibrani, “hati Nurani”, memiliki kata yang sama, dengan kata pedoman, yang tersembunyi, kebenaran batin yang tersembunyi dari jiwa.53 Oleh karena itu fungsi kecerdasan spiritual, menurut Donah Zohar dan Ian Marshall, antara lain: a. Kecerdasan yang digunakan dalam masalah eksistensial, yaitu ketika kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu kita akibat penyakit dan kesedihan. b. Kecerdasan menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, karena kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang dalam mencakup perjuangan hidup. c. Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunia kepada orang lain dan makna-makna mereka. d. Kecerdasan
spiritual
sebagai
landasan
bagi
seseorang
untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena, kecerdasan merupakan puncak kecerdasan manusia e. Kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel. Karena ia terkait langsung dengan problem-problem eksistensial, yang selalu ada dalam kehidupan.
53
Donah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan …, h 12
31 f. Kecerdasan
yang
dapat
memberikan
rasa
moral,
kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman sampai pada
batasnya.
Karena
dengan
memiliki
kecerdasan
spiritual
memungkinkan seseorang bertanya apakah saya ingin berada pada situasi atau tidak. Intinya kecerdasan spiritual berfungsi mengarahkan situasi. g. Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. Sehingga seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi, tidak berpikiran yang ekslusif, fanatik, dan berprasangka.54 Dari fungsi kecerdasan spiritual di atas dapat disimpulkan, bahwa kecerdasan spiritual sebenarnya menepis pribadi yang telah terbelah, sebaliknya mengantarkan orang pada pribadi yang utuh, holistik, dan integral (Insan Kamil).
4. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual Zohar dan marshall mengemukakan beberapa indikator dari kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu: a. Kemampuan menjadi fleksibel b. Derajat kesadaran diri yang tinggi c. Kecakapan untuk menghadapi dan menggunakan serangan d. Kecakapan untuk menghadapi dan menyalurkan/memindahkan rasa sakit e. Kualitas untuk terilhami oleh visi dan nilai f. Enggan melakukan hal yang merugikan g. Kecenderungan melihat hubungan antar hal yang berbeda h. Ditandai oleh kecenderungan untuk bertanya mengapa, mencari jawaban mendasar i. Mandiri, menentang tradisi.55 54
Donah Zohar dan Ian Marshall h, SQ: Memanfaatkan…, h.12
55
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet V, h. 98
32
C. Kerangka Berfikir Kecerdasan intelektual (IQ) besar peranannya dalam menentukan berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang berhasil mempelajari sesuatu, tanpa adanya kecerdasan emosional (EQ). Karena, kecerdasan emosional ini merupakan suatu ketrampilan yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat, dan motivasi diri, empati dan kecakapan social. Landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif adalah kecerdasan spiritual (SQ), sebab SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia. SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan pesoalan makna dan nilai. Apabila Spiritual Quotient (SQ) dimiliki oleh siswa-siswi, mereka akan lebih mampu memahami berbagai masalah yang timbul selama proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Tidak hanya itu, dengan Spiritual Quotient ini siswa-siswi akan lebih mampu memotivasi diri untuk lebih giat belajar sehingga dapat menemukan makna atau arti dari pelajaran yang diberikan oleh guru. SQ juga mendorong siswa-siswi untuk lebih kreatif yaitu memiliki daya cipta (kreasi) yang tinggi sehingga prestasi belajar di sekolah meningkat.
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha: Ada hubungan yang signifikan antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual Siswa Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual Siswa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian skripsi ini dilakukan pada bulan Agustus 2011, Lokasi penelitian di SMP PGRI 2 Ciputat pada kelas VIII tahun ajaran 2011-2012. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian. Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 2 Ciputat, yang berjumlah 214 siswa. Sedangkan sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang diteliti,1
atau sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, dan sampel yang akan diambil yaitu kelas VIII A yang berjumlah 35 siswa. C. Metode Penelitian Suatu penelitian merupakan sebuah proses berisikan metode dan tahapantahapan yang berkaitan satu sama lain secara sistematis. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu menjelaskan tentang ada tidaknya hubungan antara variabel X sebagai variabel independent atau bebas (pembelajaran pendidikan agama Islam) dengan variabel Y sebagai variabel dependent atau terikat (kecerdasan spiritual). Melalui pemaparan data yang diperoleh dan kemudian diolah serta dianalisis dengan menggunakan teknik olah data dan analisa yang sesuai.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 131
33
34 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.2 Penulis akan melakukan pengamatan langsung terhadap subyek (siswa maupun guru bidang studi pendidikan agama Islam) dan pengamatan proses pembelajaran dikelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat. 2. Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.3 Wawancara ini akan dilakukan kepada pihak-pihak yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini. Antara lain kepada kepala sekolah dan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk mendapatkan informasi tentang keadaan organisasi sekolah dan seputar permasalahan yang penulis teliti. 3. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.4 Angket ini disebarkan kepada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. IV, h. 76. 3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi…, h. 82
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 151
35 E. Variabel Penelitian Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Dalam metodologi penelitian varibel yang dimaksud adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek peneliti atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian lapangan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai variabel X dan Kecerdasan spiritual siswa sebagai variabel Y. F. Instrumen Penelitian Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pembelajaran PAI DIMENSI
1. Pendahuluan
INDIKATOR
-
Butir Soal
Menghubungkan yang
akan
dengan
materi
1
dipelajari pengalaman
sehari-hari. -
Mendeskrispsikan materi
2
yang akan dipelajari -
Menjelaskan
indikator
3
yang akan dicapai 2. Inti
-
Menjelaskan
sesuai
4, 5, 6
dengan topik pembahasan
3. Penutup
-
Memberikan contoh
7, 8,9
-
Memberikan motivasi
-
Mengontrol Shalat
-
Melakukan follow up
14,
-
Memberikan latihan dan
20
10, 11,15,16 12,13
ulangan harian -
Memberikan ujian praktek
17,18,19
36 JUMLAH
20
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kecerdasan Spiritual Dimensi
Kecerdasan Spiritual
Indikator
a. Kemampuan bersikap fleksibel
Butir Soal
1,2,3,4
(adaptif secara spontan dan aktif) b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
5,6,
c. Kemampuan untuk menghadapi
7, 8
dan memanfaatkan penderitaan d. Kemampuan untuk menghadapi
9
dan melampui rasa sakit e. Kualitas hidup yang diilhami oleh
10, 11, 12
visi dan nilai-nilai f. Kecenderungan untuk melihat
13, 14
keterkaitan antara berbagai hal berpandangan "holistic" g. Kecerdasan Nyata untuk bertanya
15, 16, 17
"mengapa? "atau "bagaimana jika? "untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar. h. Mandiri
18, 19, 20, 21
Jumlah
21
37 G. Analisis Intrumen Agar mendapatkan instrumen angket pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual yang memadai, maka sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dan kemudian dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut: 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.5 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment yaitu :
r
N XY X Y
N X X N Y Y 2
2
2
2
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal angket, maka r dibandingkan dengan r
tabel
product moment. Jika r
hitung
>r
tabel
hitung
maka angket
tersebut valid. Dan jika Jika r hitung < r tabel maka angket tersebut tidak valid.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 168
38 Valid
atau
tidaknya
suatu
butir
item,
maka
dilakukan
perbandingan perhitungan r hitung dan rtabel dengan rtabel yang digunakan yaitu 0,444. Jika hasil perhitungan rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid, sedangkan jika hasil perhitungan rhitung < rtabel maka butir item dinyatakan tidak valid. Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pembelajaran PAI Statistik Jumlah Soal Jumlah Siswa Nilai rtabel Nomor Soal Valid Jumlah Valid
20 20 0,444 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 20 17
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kecerdasan Spiritual Siswa Statistik Jumlah Soal Jumlah Siswa Nilai rtabel Nomor Soal Valid Jumlah Valid
25 20 0,444 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25 21
2. Uji Reliabilitas Suatu instrumen tes dikatakan memiliki tingkat reliabiltas tinggi jika tes tesebut diujikan beberapa kali akan menghasilkan jawaban yang relatif sama. Untuk menghitung uji reliabilitas instrumen tes digunakan rumus alpha.6 dengan rumus : 2 k b r11 1 2 t k 1
Keterangan:
6
r11
= Reliabilitas instrument
K
= Banyaknya butir soal yang valid
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h.196
39 b2
= Jumlah varians butir
t2
= Varians total Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pembelajaran pendidikan
agama Islam pada sampel sebanyak 20 siswa diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar 0, 84 hal ini menunjukkan bahwa instrument Pembelajaran PAI yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sangat tinggi sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya lihat lampiran. Sedangkan perhitungan uji reliabilitas angket kecerdasan spiritual pada sampel sebanyak 20 siswa diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar 0, 86 hal ini menunjukkan bahwa instrument kecerdasan spiritual yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sangat tinggi pula, sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran.
H. Teknik Analisis Data Metode pembahasan yang penulis gunakan ialah metode deskriptif korelasional, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menjelaskan dan memaparkan permasalahan dengan cara melihat hubungan antara dua variabel. Dalam hal ini teknik analisa statistik dibutuhkan, maka penulis menggunakan sistem: 1. Skoring Skoring artinya memberikan angka atau nilai pada setiap jawaban daftar
angket,
kriteria
yang
digunakan
pada
instrumen
angket
pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa adalah skala likert yaitu dengan metode sumated rating, yaitu pernyataanpernyataan yang menempatkan individu pada situasi yang menggambarkan dirinya, dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan yaitu sangat setuju /selalu nilainya 4, setuju/sering nilainya 3,
40 tidak setuju/kadang-kadang nilainya 2, dan sangat tidak setuju/tidak pernah nilainya 1. Tabel 3.5 Skor
Alternatif Jawaban
Skor yang
Skor yang tidak
diinginkan
diinginkan
Sangat setuju / Selalu
4
1
Setuju / Sering
3
2
Tidak setuju / Kadang-kandang
2
3
Sangat tidak setuju / Tidak Pernah
1
4
2. Tabulasi Tabulasi artinya mentabulasikan jawaban dari responden ke dalam tabel. Setelah proses tabulasi selesai penulis melakukan analisis dan memberikan interprestasi terhadap data-data tersebut. Bentuk analisis data yang digunakan adalah dekriptif analitis karena data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih bersifat kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa product moment, apakah ada korelasi antara dua variabel tadi dan berupa bobot yang diperoleh. 3. Persentase Persentase artinya data dipersentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi pada tingkat pembelajaran PAI dan kecerdasan spiritual. Persentase ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan pembelajaran PAI dengan kecerdasan spiritual.
41 Rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini ialah: P = F/N x 100 % Keterangan P : Prosentase untuk setiap kategori jawaban F : Frekuensi jawaban responden N : Number of cases7 Seperti dijelaskan di atas bahwa penelitian ini bersifat deskriptif korelatif, maka dalam pengolahannya penulis menggunakan teknik korelasi, kemudian didistribusikan sehingga dapat diinterpretasikan dan pada akhirnya ditarik suatu kesimpulan. Rumus korelasi product moment yang digunakan, yaitu:
rxy
N ∑ XY – (∑X) (∑Y)
=
[N ∑ X ² – (∑ X) ²] [N ∑ Y ² – (∑Y) ²] Keterangan: rxy
: Angka korelasi “r” product moment
N
: Number of cases XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y X
: Jumlah seluruh skor x
Y
: Jumlah seluruh skor y.8 Untuk memberikan interpretasi pada hasil product moment serta
menarik kesimpulan, maka dapat dilakukan dengan dua cara: a) Memberikan interpretasi secara kasar/sederhana dengan pedoman:9 Besarnya “r” product moment
Interpretasi
(rxy) 0,00 – 0,20
Antara variabel x dan variabel y
7
Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, h.43.
8
Anas Sudjono, Pengantar Statistik…, h. 206
9
Anas Sudjono, Pengantar Statistik…, h. 193
42 memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah/sangat rendah. 0,20 – 0,40
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah/rendah
0,40 – 0,70
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang/cukup
0,70 – 0,90
Antara variabel x dan variabel y terdapat kuat/tinggi
0.90 – 1,00
Antara variabel x dan variabel y terdapat sangat kuat/tinggi
b) Memberi interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment. Untuk lebih memudahkan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dapat ditempuh dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho) 2) Menguji
kebenaran/kepalsuan
dari
hipotesa
yang telah
diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya adalah sebagai berikut: df = N – Nr keterangan: df = degrees of freedom N = Number of Cases Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.
43 Kemudian
memberikan
interpretasi,
yaitu
dengan
cara:
Interpretasi dengan menggunakan Uji t signifikansi dengan rumus : t hitung = r √ n-2
√1-r2 Kemudian menginterpretasikan dengan rumus KD yaitu sebagai berikut: KD = rxy2 X 100%
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP PGRI 2 Ciputat 1. Sejarah singkat berdirinya SMP PGRI 2 Ciputat Lingkungan strategis SMP PGRI 2 Ciputat lebih memperhatikan dua faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di SMP PGRI 2 Ciputat, faktor tersebut adalah sebagai berikut. 1. Faktor Sejarah Pada tahun 1983 di wilayah kecamatan ciputat bertempat di desa Sawah Lama berdirilah SMP PGRI 2 Ciputat. Dengan pertimbanganpertimbangan pada saat itu belum banyak sekolah yang dapat menampung masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah, oleh karena itu perlu didirikan sebuah sekolah yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat setempat dalam pendidikan. Awal perkembangan ini adalah dengan menumpang di SDN Sarua II pada tanggal 10 Juli 1983, dengan jumlah 60 siswa. Dan pada tahun 1984 mulai dibangun gedung sendiri dengan swadaya masyarakat dan wali murid, sehingga berkembang sampai saat ini berkat bantuan pemerintah. 2. Faktor Geografis SMP PGRI 2 Ciputat terletak di Kelurahan Sawah Lama, kecamatan Ciputat dengan lokasi yang sangat strategis berdampingan dengan kantor Kelurahan Sawah Lama Ciputat. Kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah tetapi mempunyai semangat yang sangat tinggi untuk menyekolahkan putra-putrinya, sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Selain dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah masih membutuhkan partisipasi masyarakat melalui komite sekolah, dengan mengurangi beban siswa yang orang tuanya tidak mampu.
44
45
2. Visi dan Misi Sekolah Visi SMP PGRI 2 Ciputat adalah “Unggul dalam prestasi, serta sopan dan santun dalam budi pekerti”. Sedangkan Misi SMP PGRI 2 Ciputat adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik khususnya menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara tanggung jawab, terencana, terarah, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan SDM yang berkualitas.
3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa Adapun jumlah tenaga pengajar yang terdapat di SMP PGRI 2 Ciputat sebanyak 16 orang, sedangkan karyawan TU dan pesuruh sebanyak 3 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 1 Jumlah Staf Pengajaran JUMLAH GURU DPK
PNS
GTY
GBS
14
2
Tabel 4. 2 Jumlah Karyawan JUMLAH KARYAWAN PNS
PT
PTT
PSR
2
1
PNJG
Tabel 4. 3 Daftar Keadaan Guru SMP PGRI 2 Ciputat No
NAMA
MATA PELAJARAN
ALAMAT
1
Ika Hartika, Amd.
Bhs. Indonesia
Sawah Lama
2
Dyah Lestari R. S.Sos
IPS Terpadu
Sawah Lama
3
Lailiani Hidayati, S.Pd.
Bhs. Inggris
Ciputat
46 4
Abbasrullah, SmHk.
IPS Terpadu
Sawah Lama
5
Drs. Teguh Puja Rahayu
PPKn
Sawah Lama
6
Leni Herlina, S.Pd.
KTK
Pd. Pucung
7
Maryuni Utami Sari,
IPA Terpadu
Pamulang
S.Ip. 8
Hj. Mulyani
Pend. Agama Islam
Sawah Lama
9
U. Iwan Kusmawan,
Matematika
Ciputat
S.Pd. 10
Nurlinda, S.E.
IPS Terpadu
Ciputat
11
Margawati Natalina
Bhs.Inggris
Sawah Lama
12
Edi Kurniawan
IPA Terpadu
Sawah Lama
13
Nurjanah, S.Pd.
Bhs. Inggris
Ciputat
14
Dadang Setiawan, S.Pd.
Penjaskes
Sawah Lama
15
Eka Ayu Setiawati
Tata Boga
Pamulang
16
Jaiyan, S.Pd.
TIK
Serua
Tabel 4. 4 Jumlah Siswa No.
Kelas
Romb. Belajar
Jumlah Murid Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
2
49
23
72
2
VIII
2
39
25
64
3
IX
2
49
29
78
137
77
214
Jumlah
47 4. Keadaan Sarana, Prasarana dan Struktur Organisasi Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sangat signifikan untuk kelancaran dalam proses pendidikan, kelengkapan sarana dan prasarana yang sangat memadai, secara singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. 5 Tabel Sarana dan Prasarana No
Sarana
Jumlah
Kondisi
1
Ruang Belajar
6
Baik
2
Ruang Kantor
3
Baik
3
Ruang Perpustakaan
1
Baik
4
Laboraturium Komputer
1
Baik
5
Ruang Ibadah
1
Baik
6
Ruang Curhat/BK
1
Baik
7
WC
4
Baik
8
Koperasi
1
Baik
9
Lapangan
1
Baik
10
Gudang + Dapur
1
Baik
Gambar 4. 1 Struktur organisasi Kepala Sekolah Kepala Tata Usaha
Bp.3 /POMG
Waka Bidang Humas
Guru
Waka Bidang Humas
Wali Kelas
Waka Bidang Kurikulum
Guru BP/BK
Siswa
Staf Tata Usaha
48 B. Deskripsi Data Dalam penelitian
yang berjudul
hubungan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran PAI. Data tersebut penulis peroleh dari hasil penyebaran angket kepada 35 siswa yang terdiri dari 17 pernyataan yang mengarah pada hal-hal yang mempunyai indikasi tentang pembelajaran PAI.1 2. Variabel terikat Variabel terikat adalah kecerdasan spiritual siswa. Data tersebut penulis peroleh dari hasil penyebaran angket kepada 35 siswa yang terdiri dari 21 pernyataan yang mengarah kepada hal-hal yang mempunyai indikasi tentang kecerdasan spiritual siswa.2 Setelah data tentang pembelajaran PAI melalui hasil angket diperoleh, maka data tersebut dideskripsikan ke dalam bentuk tabel deskriptif dengan menggunakan rumus: f P=
X 100 % N
Keterangan: P = Angka persentase f = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya N = Number of Case ( jumlah frekuensi) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
1
Lampiran Lampiran
2
49 1. Pembelajaran PAI Tabel 4. 6 Guru PAI menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 15 10 5 5 35
P 43% 29% 14% 14% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 15 (43 %) siswa menjawab bahwa guru PAI selalu menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari sebelum memulai pelajaran, 10 (29%) sering, 5 (14%) kadang-kadang, 5 (14 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (43 %) siswa menjawab bahwa guru PAI selalu menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari sebelum memulai pelajaran. Tabel 4. 7 Guru PAI mendeskripsikan (menggambarkan) secara singkat topik pembahasan yang akan di pelajari. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 16 12 4 3 35
P 46% 34% 11% 9% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 16 (46%) siswa menjawab bahwa guru PAI selalu mendeskripsikan (menggambarkan) secara singkat topik pembahasan yang akan di pelajari, 12 (34%) sering, 4 (11%) kadang-kadang, 3 (9%) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (46 %) siswa menjawab bahwa guru PAI
50 selalu mendeskripsikan (menggambarkan) secara singkat topik pembahasan yang akan di pelajari Tabel 4. 8 Guru PAI menjelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 11 16 6 2 35
P 31% 46% 17% 6% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 (31%) siswa menjawab
bahwa
Guru
PAI
selalu
menjelaskan
indikator
(tujuan
pembelajaran) sebelum memulai pelajaran, 16 (46%) sering, 6 (17%) kadangkadang, 2 (6%) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (46 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI sering menjelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran Tabel 4. 9 Guru PAI menyampaikan materi pelajaran yang mudah dipahami ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 20 10 5 0 35
P 57% 29% 14% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 20 (57%) siswa menjawab bahwa guru PAI selalu menyampaikan materi pelajaran yang mudah dipahami 10 (29%) sering, 5 (14%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (57 %) siswa menjawab bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran, penjelasan guru PAI selalu mudah dipahami
51 Tabel 4. 10 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 25 4 4 2 35
P 71`% 11% 11% 6% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 25 (71%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas, 4 (11%) sering, 4 (11%) kadang-kadang, 2 (6 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (71 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas.
Tabel 4. 11 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran secara sistematis. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 30 3 2 0 35
P 86`% 9% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 30 (86%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menjelaskan materi pelajaran secara sistematis, 3 (9%) sering, 2 (6%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (86 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menjelaskan materi pelajaran secara sistematis.
52 Tabel 4. 12 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 29 4 1 1 35
P 83`% 11% 3% 3% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 29 (83%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu, 4 (11%) sering, 1 (3%) kadang-kadang, 1 (1 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (83 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu.
Tabel 4. 13 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara shalat sunnah rawatib. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 32 3 0 0 35
P 91`% 9% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 32 (91%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan contoh tentang tata cara shalat rawatib, 3 (9%) sering, 0 (0%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (91 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan contoh tentang tata cara shalat rawatib.
53 Tabel 4. 14 Guru PAI memberikan contoh tajwid dalam Al-Qur’an. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 28 4 3 0 35
P 80`% 11% 9% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 28 (80%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan contoh tajwid dalam Al-Qur’an, 4 (11%) sering, 3 (9%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (80 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan contoh tajwid dalam Al-Qur’an.
Tabel 4. 15 Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 34 1 0 0 35
P 97% 3% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 34 (97%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu, 1 (3%) sering, 0 (0%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (97 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu.
Tabel 4. 16
54 Guru PAI menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 33 2 0 0 35
P 94% 6% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 33 (94%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan, 2 (6%) sering, 0 (0%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (94 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan. Tabel 4. 17 Guru PAI menegur siswa yang belum melaksanakan shalat. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 31 2 1 1 35
P 88% 6% 3% 3% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 31 (88%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menegur siswa yang belum melaksanakan shalat, 2 (6%) sering, 1 (3%) kadang-kadang, 1 (3 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (88 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu menegur siswa yang belum melaksanakan shalat.
55 Tabel 4. 18 Guru PAI mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 24 6 5 0 35
P 69% 17% 14% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 24 (69%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah, 6 (17%) sering, 5 (14%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (69 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah.
Tabel 4. 19 Guru PAI memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 27 4 4 0 35
P 77% 11% 11% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 27 (77%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI, 4 (11%) sering, 4 (11%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (77 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI.
56 Tabel 4. 20 Guru PAI memberikan ujian praktek shalat sunnah rawatib. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 34 1 0 0 35
P 97% 3% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 34 (97%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ujian praktek shalat sunnah rawatib, 1 (3%) sering, 0 (0%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (97 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ujian praktek shalat sunnah rawatib.
Tabel 4. 21 Guru PAI memberikan ujian bacaan Al-quran. ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 32 3 0 0 35
P 91% 9% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 32 (91%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ujian bacaan Al-qur’an, 3 (9%) sering, 0 (0%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (91 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ujian bacaan Al-Qur’an.
57 Tabel 4. 22 Guru PAI memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan ALTERNATIF JAWABAN a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F 33 2 0 0 35
P 94% 6% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 33 (94%) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan, 2 (6%) sering, 0 (0%) kadang-kadang, 0 (0 %) tidak pernah. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (94 %) siswa menjawab bahwa Guru PAI selalu memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pembelajaran PAI, apakah tinggi, sedang dan rendah, maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menjumlahkan semua skor angket mengenai Pembelajaran PAI yang masing-masing jawaban diberikan bobot nilai sebagai berikut: a. alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 4 b. alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 3 c. alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 2 d. alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 1 2.Mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:
Responden
1 2 3 4
A 10 15 13 16
Tabel 4. 23 Skor Angket Pembelajaran PAI (Variabel X) Jawaban Jumlah skor Responden (X) B C D 5 1 1 58 1 1 0 65 2 2 0 62 1 0 0 67
Kuadrat (X2) 3364 4225 3844 4489
58 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 N=35
14 17 14 10 15 13 16 11 10 12 14 11 12 17 12 15 14 13 16 11 16 15 14 13 14 15 13 17 12 15 14
2 1 0 0 3 0 6 1 2 0 3 1 1 0 5 1 5 2 5 0 3 0 6 0 3 2 0 0 3 2 1 1 3 0 2 1 1 0 4 2 1 0 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 3 1 0 0 5 0 1 1 2 1 Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 68 65 60 66 63 67 61 59 63 65 62 61 68 61 65 65 61 67 60 67 65 64 62 64 65 63 68 63 65 64 X=2233
Rata-rata (mean) sebagai berikut: Mx =X= 2233 = 63,8 N 35 Kemudian mencari standar deviasi sebagai berikut: SD = X2 - (X)2 N N
4096 4624 4225 3600 4356 3969 4489 3721 3481 3969 4225 3844 3721 4624 3721 4225 4225 3721 4489 3600 4489 4225 4096 3844 4096 4225 3969 4624 3969 4225 4096 2 X =142705
59 SD = 142705 - (2233) 2 35 35 SD = 4077,3 - (63,8)2 SD = 4077,3 - 4070,4 SD = 6,9 SD = 2,6 Selanjutnya untuk menentukan batas kategori tinggi, sedang dan rendah, maka nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi yang telah diketahui di masukkan kedalam rumus sebagai berikut: 1. Batas kelompok bawah sedang : Mean - 1 SD 63,8 – 2,6 = 61,2 2. Batas kelompok sedang atas Mean + 1 SD 63,8 + 2,6 = 66,4 Dari batas nilai di atas maka dapat kita kategorikan sebagai berikut: 1. Tinggi
: Responden yang memiliki skor 66,4 ke atas
2. Sedang
: Responden yang memiliki skor antara 61,2 sampai 66,4
3. Rendah
: Responden yang memiliki skor di bawah 61,2
Dari hasil kategori di atas maka dapat kita lihat Pembelajaran PAI siswa SMP PGRI 2 Ciputat pada tabel di bawah ini:
60 Tabel 4. 24 Tingkat Pembelajaran PAI Siswa SMP PGRI 2 Ciputat No 1 2 3
Kategori Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Frekuensi 7 20 8 35
Prosentase 20 % 57 % 23 % 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 20% siswa tergolong tinggi dalam Pembelajaran PAI, 57% sedang dan 23% rendah. Dengan demikian, sebagian besar (57%) siswa SMP PGRI 2 Ciputat tergolong sedang dalam pembelajaran PAI 2. Kecerdasan Spiritual Siswa Setelah data tentang kecerdasan spiritual
siswa melalui hasil angket
diperoleh, maka data tersebut dideskripsikan ke dalam bentuk tabel deskriptif sebagai berikut: Tabel 4. 25 Siswa melaporkan teman yang mencuri kepada guru ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 10 15 5 5 35
P 29% 43% 14% 14% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 10 (29%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika melihat seorang teman sedang mencuri di dalam kelas, maka dia akan melaporkan kejadian tersebut kepada guru, 15 (43%) setuju, 5 (14%) tidak setuju, 5 (14 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (43 %) siswa menjawab setuju bahwa ketika melihat seorang teman sedang mencuri di dalam kelas, maka dia akan melaporkan kejadian tersebut kepada guru.
61
Tabel 4. 26 Siswa segera melaksanakan shalat saat adzan tiba ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 11 22 2 0 35
P 31% 63% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 (31%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika mendengar adzan, ia segera melaksanakan shalat, 22 (63%) setuju, 2 (6%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (63 %) siswa menjawab setuju bahwa ketika mendengar adzan, ia segera melaksanakan shalat.
Tabel 4. 27 Siswa sabar menghadapi musibah yang menimpanya ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 11 24 0 0 35
P 31% 69% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 (31%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ia tidak akan mengeluh ketika Allah memberikan musibah kepadanya, 24 (69%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (69 %) siswa menjawab setuju bahwa ia tidak akan mengeluh ketika Allah memberikan musibah kepadanya.
62
Tabel 4. 28 Siswa melaksanakan shalat wajib lima waktu meskipun sedang sakit ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 15 20 0 0 35
P 43% 57% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 15 (43%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ia akan tetap melaksanakan shalat lima waktu walaupun ia sedang sakit, 20 (57%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (57 %) siswa menjawab setuju bahwa ia akan tetap melaksanakan shalat lima waktu walaupun ia sedang sakit.
Tabel 4. 29 Siswa mencari solusi dalam menyelesaikan masalahnya ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 20 9 3 3 35
P 57% 26% 9% 9% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 20 (57%) siswa menjawab sangat setuju bahwa dalam setiap menyelesaikan masalah. Ia selalu mencari solusi untuk menyelesaikannya, 9 (26%) setuju, 3 (9%) tidak setuju, 3 (9 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (57 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa dalam setiap menyelesaikan masalah. Ia selalu mencari solusi untuk menyelesaikannya.
63
Tabel 4. 30 Siswa bermuhasabah setelah melakukan sesuatu ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 15 19 1 0 35
P 43% 54% 3% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 15 (43%) siswa menjawab sangat setuju bahwa dalam setiap selesai melakukan sesuatu. Ia selalu melakukan muhasabah (merenung), 19 (54%) setuju, 1 (3%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (54 %) siswa menjawab setuju bahwa setiap selesai melakukan sesuatu. Ia selalu melakukan muhasabah (merenung).
Tabel 4. 31 Siswa mengeluarkan keputusan dengan matang ALTERNATIF JAWABAN a. b. c. d.
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F
P
20 14 1 0 35
57% 40% 3% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 20 (57%) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya akan berpikir matang-matang dalam mengeluarkan keputusan, 14 (40%) setuju, 1 (3%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (57 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa ia akan berfikir matang-matang dalam mengeluarkan keputusan.
64
Tabel 4. 32 Siswa giat belajar untuk mendapatkan peringkat ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 26 9 0 0 35
P 74% 26% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (74%) siswa menjawab sangat
setuju
bahwa
saya
belajar
dengan
sungguh-sungguh
supaya
mendapatkan peringkat sepuluh besar, 9 (26%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (74 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa Saya belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapatkan peringkat sepuluh besar.
Tabel 4. 33 Siswa mengambil hikmah dari setiap kejadian ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 21 10 4 0 35
P 60% 29% 11% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 21 (60%) siswa menjawab sangat setuju bahwa setiap kejadian yang saya alami. Saya yakin ada hikmah didalamnya, 10 (29%) setuju, 4 (11%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (60 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa setiap kejadian yang saya alami. Saya yakin ada hikmah didalamnya.
65
Tabel 4. 34 Siwa bersikap sportif dalam meraih prestasi ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 34 1 0 0 35
P 97% 3% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 34 (97%) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan peringkat sepuluh besar di kelas, 1 (3%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (97 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan peringkat sepuluh besar di kelas. Tabel 4. 35 Siswa mengerjakan PR dengan baik ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 25 10 0 0 35
P 71% 29% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 25 (71%) siswa menjawab sangat setuju bahwa bila ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Saya akan mengerjakan dengan rapih, 10 (29%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (71 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa bila ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Saya akan mengerjakan dengan rapih.
66
Tabel 4. 36 Siswa memberikan setengah uang jajan kepada pengemis ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 22 13 0 0 35
P 63% 37% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 22 (63%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika melihat pengemis di jalan. Saya tetap menginfakkan uang saku yang akibatnya saya mengurangi uang jajan, 13 (37%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (63 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika melihat pengemis di jalan. Saya tetap menginfakkan uang saku yang akibatnya saya mengurangi uang jajan.
Tabel 4. 37 Siswa membantu kecelakaan dijalan ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 14 21 0 0 35
P 40% 60% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 14 (40%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika saya melihat kecelakaan di jalan. Saya akan segera mencari bantuan, 21 (60%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (60 %) siswa menjawab setuju bahwa ketika saya melihat kecelakaan di jalan. Saya akan segera mencari bantuan.
67
Tabel 4. 38 Siswa menerima keputusan rapat ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 19 13 3 0 35
P 54% 37% 9% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 19 (54%) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya tetap melaksanakan keputusan rapat. Walaupun tidak sesuai dengan keinginan saya, 13 (37%) setuju, 3 (9%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (54 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya tetap melaksanakan keputusan rapat. Walaupun tidak sesuai dengan keinginan saya.
Tabel 4. 39 Siswa mengikhlaskan keluarga yang meninggal ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 29 6 0 0 35
P 83% 17% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 29 (83%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika seseorang yang kita sayangi meninggal dunia, maka saya dengan ikhlas menerima kepergiannya, 6 (17%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (83 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika seseorang yang kita sayangi meninggal dunia, maka saya dengan ikhlas menerima kepergiannya.
68
Tabel 4. 40 Siswa aktif berorganisasi ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 30 3 2 0 35
P 85% 9% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 30 (85%) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya ikut serta dalam kegiatan organisasi di sekolah ataupun di masyarakat, 3 (9%) setuju, 2 (6%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (85 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya ikut serta dalam kegiatan organisasi di sekolah ataupun di masyarakat.
Tabel 4. 41 Siswa memberikan solusi kepada teman yang mendapatkan masalah ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 21 14 0 0 35
P 60% 40% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 21 (60%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika teman bercerita tentang masalahnya, maka timbul dalam diri saya pertanyaan: "bagaimana cara membantunya, 14 (40%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (60 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika teman bercerita tentang masalahnya, maka timbul dalam diri saya pertanyaan: "bagaimana cara membantunya”.
69
Tabel 4. 42 Siswa tidak menyontek saat ujian ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 34 1 0 0 35
P 97% 3% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 34 (97%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika sedang ujian saya tidak pernah menyontek, 1 (3%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (97 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika sedang ujian saya tidak pernah menyontek.
Tabel 4. 43 Siswa mengerjakan PR sendiri ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 33 2 0 0 35
P 94% 6% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 33 (94%) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru saya berusaha untuk mengerjakannya sendiri, 2 (6%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (94 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru saya berusaha untuk mengerjakannya sendiri.
70
Tabel 4. 44 Siswa mengambil makan sendiri ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 29 5 1 0 35
P 83% 14% 3% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 29 (83%) siswa menjawab sangat setuju bahwa jika mau makan saya selalu mengambil sendiri, tidak menyuruh orang tua atau pembantu, 5 (14%) setuju, 1 (3%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (83 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa jika mau makan saya selalu mengambil sendiri, tidak menyuruh orang tua atau pembantu.
Tabel 4. 45 Siswa menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 20 15 0 0 35
P 57% 43% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 20 (57%) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya selalu menyiapkan sendiri alat tulis dan buku pelajaran sebelum berangkat ke sekolah, 15 (43%) setuju, 0 (0%) tidak setuju, 0 (0 %) sangat tidak setuju. Dari hasil jawaban di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar (57 %) siswa menjawab sangat setuju bahwa saya selalu menyiapkan sendiri alat tulis dan buku pelajaran sebelum berangkat ke sekolah. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat apakah tinggi, sedang dan rendahnya, maka penulis
71 melakukan langkah-langkah yang sama seperti perhitungan pembelajaran PAI di atas.
Tabel 4. 46 Skor Angket Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat (Variabel Y) Responden Jawaban Jumlah skor Kuadrat Responden (Y) (Y2) A B C D 1 14 5 1 1 74 5476 2 18 1 2 0 79 6241 3 16 3 2 0 77 5929 4 19 1 1 0 81 6561 5 15 4 2 0 76 5776 6 20 1 0 0 83 6889 7 16 4 1 0 78 6084 8 15 5 1 0 77 5929 9 17 3 1 0 79 6241 10 18 3 0 0 81 6561 11 21 0 0 0 84 7056 12 17 4 0 0 80 6400 13 18 2 1 0 80 6400 14 19 2 0 0 82 6724 15 17 2 2 0 78 6084 16 15 5 1 0 77 5929 17 20 1 0 0 83 6889 18 17 0 0 0 68 4624 19 15 6 0 0 78 6084 20 17 3 1 0 79 6241 21 18 3 0 0 81 6561 22 13 2 1 1 61 3721 23 19 1 1 0 81 6561 24 14 4 2 1 73 5329 25 21 0 0 0 84 7056 26 14 6 1 0 76 5776 27 16 4 1 0 78 6084 28 17 2 2 0 78 6084 29 18 2 1 0 80 6400 30 19 1 1 0 81 6561 31 17 3 1 0 79 6241 32 20 1 0 0 83 6889 33 15 5 1 0 77 5929 34 20 1 0 0 83 6889
72 35 N=35
19
2 0 Jumlah
0
82 Y=2751
6724 Y =216923 2
Nilai rata-rata (mean) tabel adalah sebagai berikut: My =Y= 2751 = 78, 6 N 35 Untuk mencari standar deviasinya adalah sebagai berikut: SD = Y2 - (Y)2 N N SD = 216923 - (2751)2 35 35 SD = 6197,8-78,62 SD = 6197,8-6177.9 SD = 19.9 SD = 4,46 Setelah diketahui nilai rata-rata (mean) tabel dan standar deviasinya, maka kemudian dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut: 1. Batas kelompok bawah sedang: Mean – 1 SD 78,6 – 4,46 = 74,14 2. Batas kelompok sedang atas: Mean + 1 SD 78,6 + 4,46 = 83,06 Dari batas nilai di atas, maka kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat dapat dikategorikan sebagai berikut:
73 1. Tinggi
: Responden yang memiliki nilai sebesar 83,06 ke atas
2. Sedang : Responden yang memiliki nilai antara 74,14 sampai 83,06 3. Rendah : Responden yang memiliki nilai sebesar 74,14 ke bawah Untuk mengetahui kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat dapat dilihat pada tabel berikut:
No 1 2 3
Tabel 4. 47 Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 2 6% Sedang 29 83 % Rendah 4 11 % 35 100 % Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 6% siswa memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, 83 % siswa memiliki kecerdasan spiritual yang sedang dan 11 % siswa memiliki kecerdasan spiritual rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (83%) kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat tergolong sedang.
C. Analisis Data Setelah diperoleh data tentang pembelajaran PAI (Variabel X) dan kecerdasan spiritual siswa (Variabel Y), langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:
74 Tabel 4. 48 Angka Hasil Perhitungan Antara Variabel X Dan Variabel Y N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 N=35
X 58 65 62 67 64 68 65 60 66 63 67 61 59 63 65 62 61 68 61 65 65 61 67 60 67 65 64 62 64 65 63 68 63 65 64 X=2233
Y 74 79 77 81 76 83 78 77 79 81 84 80 80 82 78 77 83 68 78 79 81 61 81 73 84 76 78 78 80 81 79 83 77 83 82 Y=2751
X2 3364 4225 3844 4489 4096 4624 4225 3600 4356 3969 4489 3721 3481 3969 4225 3844 3721 4624 3721 4225 4225 3721 4489 3600 4489 4225 4096 3844 4096 4225 3969 4624 3969 4225 4096 2 X =142705
Y2 5476 6241 5929 6561 5776 6889 6084 5929 6241 6561 7056 6400 6400 6724 6084 5929 6889 4624 6084 6241 6561 3721 6561 5329 7056 5776 6084 6084 6400 6561 6241 6889 5929 6889 6724 2 Y =216923
XY 4292 5135 4774 5427 4864 5644 5070 4620 5214 5103 5628 4880 4720 5166 5070 4774 5063 4624 4758 5135 5265 3721 5427 4380 5628 4940 4992 4836 5120 5265 4977 5644 4851 5395 5248 XY=175650
75 Dengan demikian, telah diperoleh angka-angka yang diperlukan untuk dimasukkan ke dalam rumus product moment yang akan digunakan sebagai berikut: Tabel 4. 49 Nilai Hasil Perhitungan N X Y X2 Y2 XY
35 2233 2751 142705 216923 175650
Untuk mengetahui korelasi dua variabel yang akan diuji, maka nilai hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment sebagai berikut: NXY-(X)( Y)
rxy =
√ {NX2-(X)2}
{NY2-(Y)2}
rxy = 35 x 175650 - 2233 x 2751
√{35x142705 – (2233)2} {35x216923 – (2751)2} rxy = 6147750 – 6142983
√ {4994675 - 4986289 } { 7592305– 7568001} rxy =
4767
√ 8386 x 24304 rxy =
4767
√
203 813 344
76 rxy =
4767 14276,321095
rxy = 0,334 D. Interpretasi Hasil Analisis Data Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat
korelasi
positif
(korelasi
yang
berjalan
searah).
Dengan
memperhatikan besarnya rxy ( yaitu = 0,334) yang besarnya berkisar antara 0,200 – 0,400 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y adalah termasuk korelasi positif yang rendah. Untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak maka nilai rxy atau r hasil perhitungan dibandingkan dengan r tabel dengan terlebih dahulu mencari derajat kebebasannya atau df (degrees of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: df = N – nr df = 35 – 2 = 33 Dengan df sebesar 33 maka diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,325 dan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,418. Karena r xy pada taraf signifikansi 5 % lebih besar daripada r tabel (0,334 > 0,325), maka pada taraf signifikansi 5 % Ho (hipotesis nihil) ditolak, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5 % terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Selanjutnya, karena pada taraf signifikansi 1 % rxy lebih kecil daripada r tabel (0,334 < 0,418), maka pada taraf signifikansi 1 % itu Ho (hipotesis nihil) diterima,
77 sedangkan Ha (hipotesis alternatif) ditolak. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1 % tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Selanjutnya untuk lebih menyakinkan hasil perhitungan korelasi di atas, maka dilakukan test uji signifikasi antara pembelajaran PAI dengan kecerdasan spiritual siswa, dengan perhitungan sebagai berikut:
t hitung
= r √ n-2
√1-r2 = 0,334√35-2
√1-0,3342 = 0,334 √33
√1-0,112 = 0,334 X 5,74 √0.888 = 1,917 0,942 = 2,04 Dari hasil perhitungan di atas maka dapat dihasilkan nilai t tabel
hitung
= 2,03. Hal ini berarti Ho (hipotesis nihil) ditolak karena t
= 2,04 dan t
hitung
> t
tabel
dengan kata lain 2,04 > 2,03. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi (sambungan) yang diberikan variabel X (pembelajaran PAI) dalam menunjang keberhasilan variabel Y ( kecerdasan spiritual siswa), maka harus diketahui terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut penentu dengan rumus sebagai berikut:
78 KD
= rxy2 X 100% = 0,3342 X 100% = 0,111556 X 100% = 11,16 %
Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Koefisiensi Determinasi sebesar 11,16%. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel X (pembelajaran PAI)
mempengaruhi variabel Y (kecerdasan spiritual siswa) sebesar 11,16% dan ini berarti bahwa 88,84% lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dari deskripsi data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat ada hubungannya/dipengaruhi oleh pembelajaran PAI, sekalipun korelasi positif itu hanya rendah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Secara empirik penelitian ini telah menguji adanya hubungan positif antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa di SMP PGRI 2 Ciputat. Melalui hasil perhitungan korelasi, harga r hitung > r tabel, dapat diinterpretasikan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho)
ditolak, berarti ada korelasi atau
hubungan dari pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa di SMP PGRI 2 Ciputat. Untuk lebih meyakinkan hasil perhitungan korelasi di atas, maka dilakukan test uji signifikasi antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa dimana didapatkan nilai t
hitung
= 2,04 dan
tabel
= 2,03. Hal ini berarti Ho
(hipotesis nihil) ditolak karena t hitung > t tabel dengan kata lain 2,04 > 2,03, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai hubungan yang rendah dengan kecerdasan spiritual. B. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran antara laian sebagai berikut: 1. Hendaknya pelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan guru dapat dijadikan sebagai alat untuk
membentuk kepribadian dan
menanamkan spiritualitas, untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik ketika siswa berada di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. 2. Pihak
sekolah
hendaknya
harus
lebih
memperhatikan
dan
meningkatkan mutu pembelajaran yang mengarah pada aspek spiritualisme, karena spiritual dalam pendidikan itu sangat penting
79
80 bagi seorang pendidik dan siswa dalam menyempurnakan proses menuju kematangan hidup. 3. Diperlukan adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa hendaknya lebih memperhatikan anaknya di rumah, karena dengan adanya perhatian dari orang tua, maka kecerdasan spiritual siswa akan lebih meningkat. 4. Adanya keteladanan dari guru.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al- Abrasyi, Muhammad Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, cet, I Arief, Armai,
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta:
Ciputat Pers, 2002 Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Azra, Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999 Bowell, Richard, 7 Langkah Kecerdasan Spiritual, Terj. Dari The Steps of Spiritual Quotient, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2004 Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1996 _______, Metodik Khusus Pengajaran agama Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet, I Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003 Gunawan, Adi W, Genius learning Strategy Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004 cet, II Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet, I Harefa, Andreas, Mengasah Paradigma Pembelajar, Yogyakarta: Gradien, 2003, Cet II Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003
82
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi kurikulum 2004), Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, cet III Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT AlMa’arif, 1989 Muhibbudin, Syah, Psikologi Belajar Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010 Mulyasa, E, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet 2 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, Malang, Penerbit UM Press, 2001 Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000 Nata,
Abuddin,
Pespektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran Jakarta:
Kencana, 2009 Nggermanto, Agus, QQ Quantum Quotient: cara praktis melejitkan IQ,EQ,SQ, Bandung: Nuansa, 2001, Cet. 1 P, Aribowo, dan Irianti E,”Spiritualitas dan Kualitas Hidup” diakses pada tanggal 25 April 2011 dari www.sinarharapan.com Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2000 Rasyidin, Al dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, PT.Ciputat Press: Ciputat, 2005, cet II Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas Jakarta: Kencana, 2009, cet. I Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2000 Setiadarma, Monty P dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik) Jakarta: Pustaka popular Obor, 2003, Cet I
83
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003,Cet. Ke-4 Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet. IV ________, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, Jakarta : Inisiasi Press, 2003, cet 1 Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet V Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007, cet, VII Tirmidzi, Shahih At-Tirmidzi, Bab Ilmu Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2006 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2009 Yasin, A. Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam Malang : UIN Malang Press, 2008 Zohar, Danah dan Ian Marshall. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan Bandung: Mizan, 2001
84
Lampiran I Uji Validitas ANGKET HUBUNGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT TANGERANG SELATAN
PENGANTAR Dalam rangka pengumpulan data bahan penyusunan skripsi, kami mengharapkan bantuan siswa/siswi untuk menjawab pertanyaan kami. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, tetapi jawaban-jawaban yang paling baik adalah apabila siswa/siswi memilih jawaban yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh siswa/siswi SMP PGRI 2 Ciputat. Petujuk Pengisian Angket Bacalah Basmalah sebelum mengisinya Bacalah pertanyaan ini dengan teliti Berikanlah tanda (X) pada pilihan yang sesuai dengan keadaan anda Terima kasih atas bantuannya. Identitas anda: Nama : Kelas :
I. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Sebelum memulai pelajaran, guru PAI menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Guru PAI mendeskripsikan (menggambarkan) secara singkat topik pembahasan yang akan di pelajari. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
85
3. Guru PAI menjelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Dalam menyampaikan materi pelajaran, penjelasan guru PAI mudah dipahami. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Guru PAI menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Guru PAI menjelaskan materi pelajaran secara sistematis. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara shalat sunnah rawatib a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Guru PAI memberikan contoh Bacaan qolqolah dalam Al-qur’an e. Selalu f. Sering g. Kadang-kadang h. Tidak pernah 10. Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
86
11. Guru PAI menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Guru PAI menegur siswa yang belum melaksanakan shalat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Guru PAI mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Guru PAI memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Guru PAI memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan puasa ramadhan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Guru PAI memberikan latihan kepada siswa setelah materi yang diajarkan selesai dipelajari. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Guru PAI memberikan ujian Praktek Shalat Sunnah rawatib a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
87
19. Guru PAI Memberikan ujian baca Al-qur’an a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Guru PAI memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
II. ANGKET KECERDASAN SPIRITUAL 1. Bila saya melihat seorang teman sedang mencuri di dalam kelas, maka saya akan melaporkan kejadian tersebut kepada guru. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Ketika mendengar adzan, saya segera melaksanakan shalat a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Saya tidak akan mengeluh ketika Allah memberikan musibah kepada saya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Saya tetap melaksanakan shalat lima waktu. Walaupun saya sedang sakit a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Bila sedang berlangsung pembelajaran di dalam kelas. Saya akan menegur teman yang membuat gaduh a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
88
6. Dalam setiap menyelesaikan masalah. Saya selalu mencari solusi untuk menyelesaikannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Setiap selesai melakukan sesuatu. Saya selalu melakukan muhasabah (merenung) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Sakit merupakan ujian dari Allah Swt, tetapi saya berusaha mengobatinya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Saya akan berpikir matang-matang dalam mengeluarkan keputusan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapatkan peringkat sepuluh besar a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. saya berusaha melaksanakan puasa ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 12. Setiap kejadian yang saya alami. Saya yakin ada hikmah didalamnya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 13. Saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan peringkat sepuluh besar di kelas a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
89
14. Bila ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Saya akan mengerjakan dengan rapih a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 15. Ketika melihat pengemis di jalan. Saya tetap menginfakkan uang saku yang akibatnya saya mengurangi uang jajan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 16. Ketika saya melihat kecelakaan di jalan. Saya akan segera mencari bantuan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 17. Saya tetap melaksanakan keputusan rapat. Walaupun tidak sesuai dengan keinginan saya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18. Ketika seseorang yang kita sayangi meninggal dunia, maka saya dengan ikhlas menerima kepergiannya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 19. Saya ikut serta dalam kegiatan organisasi di sekolah ataupun di masyarakat a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 20. Ketika teman bercerita tentang masalahnya, maka timbul dalam diri saya pertanyaan: "bagaimana cara membantunya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
90
21. Ketika sedang ujian saya tidak pernah menyontek a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 22. Ketika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru saya berusaha untuk mengerjakannya sendiri a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 23. Setelah bangun tidur saya merapikan sendiri tempat tidurnya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 24. Jika mau makan saya selalu mengambil sendiri, tidak menyuruh orang tua atau pembantu a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 25. Saya selalu menyiapkan sendiri alat tulis dan buku pelajaran sebelum berangkat ke sekolah a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
91
Lampiran II ANGKET HUBUNGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT TANGERANG SELATAN
PENGANTAR Dalam rangka pengumpulan data bahan penyusunan skripsi, kami mengharapkan bantuan siswa/siswi untuk menjawab pertanyaan kami. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, tetapi jawaban-jawaban yang paling baik adalah apabila siswa/siswi memilih jawaban yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh siswa/siswi SMP PGRI 2 Ciputat. Petujuk Pengisian Angket Bacalah Basmalah sebelum mengisinya Bacalah pertanyaan ini dengan teliti Berikanlah tanda (X) pada pilihan yang sesuai dengan keadaan anda Terima kasih atas bantuannya. Identitas anda: Nama : Kelas :
I. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Sebelum memulai pelajaran, guru PAI menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Guru PAI mendeskripsikan (menggambarkan) secara singkat topik pembahasan yang akan di pelajari. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
92
3. Guru PAI menjelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Dalam menyampaikan materi pelajaran, penjelasan guru PAI mudah dipahami. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Guru PAI menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Guru PAI menjelaskan materi pelajaran secara sistematis. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara shalat sunnah rawatib a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Guru PAI memberikan contoh Bacaan qolqolah dalam Al-qur’an e. Selalu f. Sering g. Kadang-kadang h. Tidak pernah 10. Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
93
11. Guru PAI menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Guru PAI menegur siswa yang belum melaksanakan shalat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Guru PAI mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Guru PAI memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Guru PAI memberikan ujian Praktek Shalat Sunnah rawatib a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Guru PAI Memberikan ujian baca Al-qur’an a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Guru PAI memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
94
II. ANGKET KECERDASAN SPIRITUAL 1. Bila saya melihat seorang teman sedang mencuri di dalam kelas, maka saya akan melaporkan kejadian tersebut kepada guru. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Ketika mendengar adzan, saya segera melaksanakan shalat a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Saya tidak akan mengeluh ketika Allah memberikan musibah kepada saya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Saya tetap melaksanakan shalat lima waktu. Walaupun saya sedang sakit a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
5. Dalam setiap menyelesaikan masalah. Saya selalu mencari solusi untuk menyelesaikannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Setiap selesai melakukan sesuatu. Saya selalu melakukan muhasabah (merenung) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Saya akan berpikir matang-matang dalam mengeluarkan keputusan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Saya belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapatkan peringkat sepuluh besar
95
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Setiap kejadian yang saya alami. Saya yakin ada hikmah didalamnya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan peringkat sepuluh besar di kelas a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Bila ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Saya akan mengerjakan dengan rapih a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 12. Ketika melihat pengemis di jalan. Saya tetap menginfakkan uang saku yang akibatnya saya mengurangi uang jajan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 13. Ketika saya melihat kecelakaan di jalan. Saya akan segera mencari bantuan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 14. Saya tetap melaksanakan keputusan rapat. Walaupun tidak sesuai dengan keinginan saya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
96
15. Ketika seseorang yang kita sayangi meninggal dunia, maka saya dengan ikhlas menerima kepergiannya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 16. Saya ikut serta dalam kegiatan organisasi di sekolah ataupun di masyarakat a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 17. Ketika teman bercerita tentang masalahnya, maka timbul dalam diri saya pertanyaan: "bagaimana cara membantunya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18. Ketika sedang ujian saya tidak pernah menyontek a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 19. Ketika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru saya berusaha untuk mengerjakannya sendiri a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 20. Jika mau makan saya selalu mengambil sendiri, tidak menyuruh orang tua atau pembantu a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 21. Saya selalu menyiapkan sendiri alat tulis dan buku pelajaran sebelum berangkat ke sekolah a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
Lampiran III
42
64
46
53
0.13
0.46
0.52
0.50
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
49
53
0.53 0.444
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
TV
TV
TV
V
V
V
0.16
65
0.52 0.444
55
44
0.49 0.444
Keputusan
∑Ξ
0.01
65
44
0.58
45
0.444
57
51
55
r tabel
0.444
62
r hitung
0.53 0.64
20 4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
0.444
19 1 3 3 3 2 1 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 4
0.444
18 3 2 2 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 4 2 4 2 4 3 4
0.56 0.47
17 2 3 3 4 2 2 2 3 1 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2
0.444
16 2 4 1 1 3 3 2 2 2 1 2 2 2 4 3 3 3 4 2 3
0.444
15 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 4 2 4 2 2 2 4 2 3 4
0.45 0.48
14 3 3 3 3 2 3 2 1 2 4 2 4 3 4 1 3 1 4 1 4
0.444
Butir Angket 9 10 11 12 13 2 1 2 3 2 3 4 4 2 4 2 2 2 1 4 2 4 2 4 4 2 3 3 2 2 1 2 4 4 4 2 3 4 1 3 2 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 2 2 4 2 4 3 2 1 2 3 1 2 3 2 1 1 2 4 2 4 2 2 3 2 3 2 2 4 1 4 1 2 4 1 4 4 4 4 2 4 2 2 1 1 1 4 4 4 4 4
0.444
8 4 2 4 4 1 2 3 4 2 1 2 1 2 2 2 1 1 4 1 2
48
7 4 4 4 2 3 1 4 4 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 2 4
0.44 0.55
6 3 4 4 4 2 2 4 2 3 4 2 2 2 3 2 1 3 2 2 4
0.444
5 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 2 4 2 2 1 4 1 2
56
4 3 3 2 4 3 2 4 4 2 4 4 1 4 4 2 2 4 3 1 4
0.45
3 2 2 2 2 2 2 3 4 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 2 2
0.444
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
2 3 4 1 1 2 4 4 3 4 4 2 2 3 4 2 4 2 4 1 2
52
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 2 2 2 3 4 3 4 2 4 2 2 2 2 2 3 2 4 1 4
0.67
Nama
0.444
No.
60
Tabel Uji Validitas Instrumen Pembelajaran PAI
52 63 52 58 48 55 58 62 54 61 55 45 46 57 40 48 43 67 33 69
Kuadrat Skor Total 2704 3969 2704 3364 2304 3025 3364 3844 2916 3721 3025 2025 2116 3249 1600 2304 1849 4489 1089 4761
1066
58422
Skor Total
97
17 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4
18 1 2 1 3 1 3 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 3 4 4
19 4 3 2 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 4
20 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 2 4 4
21 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4
22 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 3 4 4
23 3 2 2 4 4 2 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 2
24 2 3 2 1 2 1 1 2 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3
25 4 3 4 2 4 2 4 3 4 2 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3
64
51
60
56
38
42
48
52
46
66
55
48
56
50
49
63
0.57
0.47
0.74
0.47
0.58
0.47
0.46
0.49
0.03
0.47
0.49
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
0.444
0.54 0.444
0.444
0.50 0.444
0.444
0.12 0.444
0.49
0.54 0.444
0.444
0.52 0.444
0.45
-0.11 0.444
0.444
0.55 0.444
0.56
0.55 0.444
-0.20
0.52 0.444
0.444
0.47
r tabel Kesimpulan
V
V
V
V TV V
V TV V
0.444
r hitung
34
16 3 1 4 1 4 3 2 2 2 2 2 3 1 3 2 1 3 2 3 4
64
15 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 2 3 4
40
Butir Soal 12 13 14 3 3 1 2 4 1 2 3 1 1 3 1 1 2 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 4 2 1 4 1 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 3 4 2 3 1 1 4 1 2 3 1 1 4 1 4 4 3 3 4 3
5 2
42
9 10 11 4 4 2 3 2 1 2 1 2 2 1 3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 1
4 3 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2
0.444
∑Ξ
4 1 1 2 4 3 2 2 4 4 2 1 2 3 2 3 1 2
8 3 3 4 2 4 3 2 3 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3 1 4
3 2 4 2 1 4 2 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4
46
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
7 4 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3
2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 4
63
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
6 4 4 2 2 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 4
1 2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 2 2 1 3 4 4
52
Nama
53
No.
45
lampiran IV Tabel Validitas Uji Instrumen Kecerdasan Spiritual
V TV V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V TV V
V
72 58 58 54 67 56 57 56 75 62 68 72 58 60 62 56 60 70 78 84
Kuadrat Skor Total 5184 3364 3364 2916 4489 3136 3249 3136 5625 3844 4624 5184 3364 3600 3844 3136 3600 4900 6084 7056
1283
83699
Skor Total
98
Lampiran V Tabel Uji Reliabilitas Pembelajaran PAI x2
19
x2
20
4 4 4 4 9 16 9 16 4 16 4 4 4 4 4 9 4 16 1 16
3 4 1 1 2 4 4 3 4 4 2 2 3 4 2 4 2 4 1 2
9 16 1 1 4 16 16 9 16 16 4 4 9 16 4 16 4 16 1 4
2 2 2 2 2 2 3 4 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 2 2
4 4 4 4 4 4 9 16 16 4 16 4 4 4 1 4 4 16 4 4
3 3 2 4 3 2 4 4 2 4 4 1 4 4 2 2 4 3 1 4
9 9 4 16 9 4 16 16 4 16 16 1 16 16 4 4 16 9 1 16
4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 2 4 2 2 1 4 1 2
16 16 16 9 16 9 16 4 16 16 16 16 4 16 4 4 1 16 1 4
3 4 4 4 2 2 4 2 3 4 2 2 2 3 2 1 3 2 2 4
9 16 16 16 4 4 16 4 9 16 4 4 4 9 4 1 9 4 4 16
4 4 4 2 3 1 4 4 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 2 4
16 16 16 4 9 1 16 16 16 4 16 4 4 4 1 4 4 16 4 16
4 2 4 4 1 2 3 4 2 1 2 1 2 2 2 1 1 4 1 2
16 4 16 16 1 4 9 16 4 1 4 1 4 4 4 1 1 16 1 4
2 3 2 2 2 1 2 2 2 4 2 3 1 1 2 2 1 4 2 4
4 9 4 4 4 1 4 4 4 16 4 9 1 1 4 4 1 16 4 16
1 4 2 4 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4
1 16 4 16 9 4 9 16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 4 16
2 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 1 3 4 3 4 4 4 1 4
4 16 4 4 9 16 16 16 16 16 16 1 9 16 9 16 16 16 1 16
3 2 1 4 2 4 1 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 4
9 4 1 16 4 16 1 4 4 16 4 4 4 4 4 1 1 4 1 16
2 4 4 4 2 4 3 4 4 2 4 3 1 4 3 4 4 4 1 4
4 16 16 16 4 16 9 16 16 4 16 9 1 16 9 16 16 16 1 16
3 3 3 3 2 3 2 1 2 4 2 4 3 4 1 3 1 4 1 4
9 9 9 9 4 9 4 1 4 16 4 16 9 16 1 9 1 16 1 16
3 2 2 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 4 2 4 2 4 3 4
9 4 4 16 9 16 9 16 4 16 16 9 9 16 4 16 4 16 9 16
1 3 3 3 2 1 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 4
1 9 9 9 4 1 9 4 4 16 4 4 4 9 4 4 1 4 4 16
4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
∑Ξ
48
130
60
202
62
216
55
169
57
187
45
127
44
114
51
147
65
233
44
118
65
233
53
163
64
218
46
120
53
Kesimpulan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
20 2704 152 135.2 16.8 0.84
20 3136 182 156.8 25.2 1.26
20 2304 130 115.2 14.8 0.74
20 3600 202 180.0 22.0 1.10
20 3844 216 192.2 23.8 1.19
20 3025 169 151.3 17.8 0.89
20 3249 187 162.5 24.6 1.23
20 2025 127 101.3 25.8 1.29
20 1936 114 96.8 17.2 0.86
20 2601 147 130.1 17.0 0.85
20 4225 233 211.3 21.8 1.09
20 1936 118 96.8 21.2 1.06
20 4225 233 211.3 21.8 1.09
20 2809 163 140.5 22.6 1.13
20 4096 218 204.8 13.2 0.66
1
N 2 (∑x) 2 ∑x 2 (∑x) /N 2 2 ∑x – (∑x) /N 2 2 2 σ (i)= (∑x – ((∑x) /N)/N) 2
∑ σ (i)=
x2
2
x2
3
x2
4
x2
5
x2
x2
6
7
x2
x2
8
9
x2
x2
10
(∑ x ) −
2
σ (2i ) =
∑
x
N
N
x2
12
x2
13
x2
14
x2
V 20 2116 120 105.8 14.2 0.71
x2 16 16 16 9 4 9 4 9 4 16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16
V 20 2809 155 140.5 14.6 0.73
16.70
16,70
2
2
11
155
18
2 2 2 2 3 4 3 4 2 4 2 2 2 2 2 3 2 4 1 4
182
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
56
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Butir Angket Valid
152
Nama
52
No.
∑σ (2i) k r11 = 1− σ t2 k - 1
;
∑σ
2 (i )
=16,70 dan σ = 2 t
1066 20 = 80,21 20
58422-
17 16,70 r11 = = (1,06)(0,79) = 0,84 1 − 17 − 1 80,21
99
Lampiran VI Tabel Uji Reliabilitas Kecerdasan Spiritual 7
x2
9
x2
10
x2
12
x2
13
x2
14
x2
15
x2
16
x2
17
x2
18
x2
19
x2
20
x2
2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 2 2 1 3 4 4
4 4 4 4 4 4 9 16 16 9 9 4 9 9 4 4 1 9 16 16
3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 4
9 4 9 9 9 9 4 4 4 4 9 9 4 4 4 9 4 4 16 16
2 4 2 1 4 2 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4
4 16 4 1 16 4 9 4 16 9 9 16 9 16 16 9 9 16 16 16
3 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2
9 9 4 4 9 1 4 4 9 4 4 9 4 4 4 4 4 9 9 4
4 4 2 2 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 4
16 16 4 4 16 4 16 9 16 9 9 9 9 9 16 4 9 16 9 16
4 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3
16 4 4 9 4 4 4 4 9 4 9 9 9 4 4 9 4 9 9 9
4 3 2 2 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 2 4
16 9 4 4 16 9 4 4 9 9 4 9 9 4 9 4 9 16 4 16
4 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
16 4 1 1 4 4 4 4 9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 9 4
3 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 1 2 1 4 3
9 4 4 1 1 4 1 1 4 1 4 4 4 9 4 1 4 1 16 9
3 4 3 3 2 3 1 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4
9 16 9 9 4 9 1 4 16 16 9 16 9 9 9 16 9 16 16 16
1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 4 1 1 1 1 3 3
1 1 1 1 4 4 1 1 4 1 4 9 4 16 1 1 1 1 9 9
2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 2 3 4
4 4 4 1 1 9 4 4 4 4 9 9 1 4 1 4 4 4 9 16
3 1 4 1 4 3 2 2 2 2 2 3 1 3 2 1 3 2 3 4
9 1 16 1 16 9 4 4 4 4 4 9 1 9 4 1 9 4 9 16
4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4
16 4 4 4 4 4 9 4 9 4 9 9 9 4 9 4 4 9 9 16
1 2 1 3 1 3 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 3 4 4
1 4 1 9 1 9 4 4 16 9 4 4 4 1 4 4 4 9 16 16
4 3 2 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 4
16 9 4 16 16 4 16 9 16 16 16 16 4 9 9 4 9 9 16 16
4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 2 4 4
16 9 9 16 9 4 4 9 9 9 4 9 4 4 4 1 9 4 16 16
63
215
46
112
64
216
51
137
56
168
42
96
38
86
64
218
34
74
42
100
48
134
52
144
46
124
66
230
55
165
∑Ξ Kesimpulan
V
V
V
V
V
V
N 2 (∑x) 2 ∑x 2 (∑x) /N 2 2 ∑x – (∑x) /N 2 2 2 σ (i)= (∑x – ((∑x) /N)/N)
20 2809 155 140.5 14.6 0.73
20 2704 144 135.2 8.8 0.44
20 3969 215 198.5 16.6 0.83
20 2116 112 105.8 6.2 0.31
20 4096 216 204.8 11.2 0.56
20 2601 137 130.1 6.9 0.35
V 20 3136 168 156.8 11.2 0.56
V
V
V
20 1764 96 88.2 7.8 0.39
20 1444 86 72.2 13.8 0.69
20 4096 218 204.8 13.2 0.66
V 20 1156 74 57.8 16.2 0.81
V
V
20 1764 100 88.2 11.8 0.59
20 2304 134 115.2 18.8 0.94
V 20 2704 144 135.2 8.8 0.44
V
V
V
20 2116 124 105.8 18.2 0.91
20 4356 230 217.8 12.2 0.61
20 3025 165 151.3 13.8 0.69
x2
21 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4
4 4 4 9 9 4 4 1 9 9 4 4 4 9 4 9 4 4 9 16
20 2304 124 115.2 8.8 0.44
x2
22 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 3 4 4
9 4 4 4 9 9 4 9 9 9 9 4 9 4 9 16 4 9 16 16
20 3136 166 156.8 9.2 0.46
x2
24 2 3 2 1 2 1 1 2 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3
4 9 4 1 4 1 1 4 4 9 16 9 4 9 9 4 9 16 9 9
20 2401 135 120.1 15.0 0.75
x2
25 4 3 4 2 4 2 4 3 4 2 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3
16 9 16 4 16 4 16 9 16 4 16 16 9 9 4 4 9 9 16 9 211
x2
63
6
49
x2
135
4
56
x2
166
3
48
x2
124
2
144
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
x2
52
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Butir Angket Valid
1
53
Nama
155
No.
20 3969 211 198.5 12.6 0.63 12.78
∑ σ2 (i)= 12,78
(∑ x ) ∑x − N
2
2
σ (2i ) =
N
2 k ∑σ b r11 = 1 − 2 σt k - 1
;
∑σ
12832 20 = 69,72 20
836992 (i )
=12,78 dan σ = 2 t
21 12,78 r11 = = (1,05)(0,82) = 0,86 1 − 21−1 69,72
100