HUBUGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN PERUBAHAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DISEL KARANG ASAM SAMARINDA Relationship Intensity Noise With Increase in Blood Pressure Changes In Workers In Coral Diesel Power Karang Asam Samarinda Yannie Isworo STIKES Muhammadiyah Samarinda
Email:
[email protected] ABSTRAK Total beban untuk Travo gardu induk area Samarinda sekarang ini sekitar 150 mega watt. dalam kegiatan operasionalnya menggunakan mesin-mesin pembangkit listrik dalam ukuran dan jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan efek kebisingan yang cukup tinggi , baik berupa gangguan pendengaran maupun gangguan non pendengaran. Efek dari kebisingan ini sangat beresiko terjadi pada karyawan yang berada bekerja di perusahaan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di pembangkit listrik tenaga disel karang asam Samarinda. Penelitian ini adalah merupakan Explanatory Research dengan pendekatan cross loading dengan mengkombinasikan kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja di bagian mesin pembangkit listrik yg ada di PLTD karang asam Samarinda.Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode total sampling, dimana apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 1 variabel yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja PLTD yaitu intensitas kebisingan (p = 0,000 ≤ 0,05)). Adapun variabel bebas yang tidak signifikan dengan tekanan darah pada pekerja PLTD adalah masa kerja, lama kerja dan riwayat merokok pekerja Kata Kunci: intensitas kebisingan, masa kerja, lama kerja, riwayat merokok, tekanan darah
ABSTRACK Relationship Intensity Noise With Increase in Blood Pressure Changes In Workers In Coral Diesel Power Karang Asam Samarinda The total load for the transformer substation Samarinda area is currently about 150 mega watts. in operations using power machines in the size and amount sufficient to cause the effect of noise is high enough, either in the form of hearing impairment and non-auditory disorders. The effect of noise is very risky happen to employees who are working in the company. The purpose of this study was to determine the factors that affect the blood pressure rise in workers exposed to noise in diesel generators Samarinda acid rock. This study is an explanatory research with cross loading by combining quantitative and qualitative. The study population was all employees at the existing power plant engine in the diesel Samarinda.Tehnik acid rock sampling in this study is to use the total sampling method, wherein when the population of less than 100 people. The results showed that only one variable that affects the blood pressure in the diesel trade intensity noise (p = 0.000 ≤ 0.05)). The independent variables were not significant
with blood pressure in the diesel trade is the length of employment, length of employment and workers smoking history. Keywords: noise intensity, length of employment, length of employment, smoking history, blood pressure
PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bukan hanya masalah yang berkaitan dengan kesehatan pekerja di tempat kerja, tapi K3 juga mencakup aspek keselamatan yang berdampak terhadap timbulnya loss di tempat kerja baik orang, peralatan, lingkungan maupun finansial. Catatan WHO dari jumlah tenaga kerja sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia, biologi dan juga bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya, dikatakan juga bahwa hampir sebagain besar pekerja di dunia, sepertiga masa hidupnya terpajan oleh bahaya yang ada di masing-masing pekerjaanya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat berperan dalam menjamin adanya perlindungan terhadap karyawan. Perlindungan terhadap karyawan meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas kesehatan, keselamatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (Aditama, 2002). Bedasarkan dari hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan oleh balai keselamatan dan kesehatan kerja Samarinda tahun 2012 di pembangkit listrik tenaga diesel Karang asam Samarinda di dapatkan hasil sebesal 105,2 – 106,0 dBA pada ruang mesin dan 51,9 – 56,9 pada ruang kantor. Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa kebisingan yang ada pada ruang mesin melebihi nilai ambang batas. Kenyataan tersebut di atas maka tenaga kerja, sebagai sumber daya manusia yang sangat penting peranannya dalam proses pembangunan dewasa ini, perlu
memperoleh perlindungan terhadap kemungkinan bahaya kebisingan yang dijumpai di tempat kerja. Perusahaan Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Sektor Samarinda merupakan salah satu sub unit area pengatur distribusi pengatur dan penyalur beban Sistem Kaltim yang area kerjanya meliputi wilayah di kota Samarinda dan Tenggarong. Secara umum TraGI Samarinda ini mengelola 6 (enam) gardu induk yakni gardu induk Harapan Baru, gardu induk Tengkawang, gardu induk Bukuan, gardu induk Embalut, gardu induk Bukit Biru dan gardu induk Sambutan. Total beban untuk Travo gardu induk area Samarinda sekarang ini sekitar 150 mega watt. Dalam kegiatan operasionalnya menggunakan mesin-mesin pembangkit listrik dalam ukuran dan jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan efek kebisingan yang cukup tinggi , baik berupa gangguan pendengaran maupun gangguan non pendengaran. Efek dari kebisingan ini sangat beresiko terjadi pada karyawan yang berada bekerja di perusahaan tersebut. Penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh bising pembangkit terhadap kenaikan tekanan darah pada pekerja di PLTD karang asam Samarinda Tahun 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan (Explanatory Research) penelitian yang bersifat menjelaskan, artinya penelitian ini menekankan pada hubungan antar variabel penelitian dengan menguji hipotesis, uraiannya mengandung deskripsi tetapi fokusnya terletak pada hubungan antar variabel.
Populasi penelitian adalah seluruh pekerja di bagian mesin pembangkit listrik yg ada di PLTD karang asam Samarinda yang berjumlah 35 pekerja. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Lokasi penelitian dilaksanakan di PLTD Karang Asam Samarinda, waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Juni tahun 2014. Variabel terdiri atas variabel terikat yaitu kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik dan variabel bebas yaitu intensitas kebisingan, masa kerja, lama kerja/hari, riwayat merokok Teknik analisis yang akan dipergunakan untuk menganalisis atau menguji hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalah menggunakan Partial Least Square (PLS). HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi karakteristik responden F % 1. Jenis Kelamin Laki-laki 34 99 1 1 Perempua n 2. Pendidikan SMP 2 5,7 SMA 17 48,5 DIII 6 17,1 S1 10 28,5
F 3. Umur < 30 8 tahun 4 31 – 40 13 tahun 10 41 – 50 tahun > 50 tahun
% 22,8 11,4 37,1 28,5
Tabel 2. Distribusi frekuensi tiap variabel bebas Variabel F % Tingkat Kebisingan (dB(A) 8 80,0 >85 2 20,0 ≤85 Masa Kerja 1 – 5 tahun 8 22,8 6 – 10 tahun 3 8,57 > 10 tahun 24 68,5 Lama Kerja 1 – 7 jam 22 62,8 > 7 jam 13 37,2 Riwayat Merokok Merokok 13 37,2 Tidak Merokok 22 62,8
Tabel 3. Distribusi variabel terikat Tekanan Darah (mmHg) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sistolik Sebelum 130 140 110 110 100 110 120 100 110 100 120 120 90
Diastolik Sesudah 130 150 120 130 110 120 130 130 120 120 130 130 100
sebelum 80 90 80 70 70 80 90 80 90 80 90 90 70
Sesudah 90 100 70 70 70 80 100 90 100 90 100 100 80
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jum . Rata rata
130 130 140 140 130 110 100 120 100 130 130 110 140 110 100 140 120 110 120 130 130 130
140 140 150 140 130 130 110 120 110 140 130 120 140 120 120 170 130 130 130 140 150 140
90 80 90 80 90 100 70 70 80 80 70 80 90 90 70 100 90 90 70 80 90 90
100 90 90 100 100 80 80 90 90 90 90 80 110 80 70 100 90 80 80 90 100 90
4160
4550
2900
3110
118.8
130
82.9
88.8
Gambar 1. Diagram Path Hubungan Variabel Eksogen dengan Endogen (Sistolik) Gambar di atas karena nilai outer loading pada indikator intensitas kebisingan, masa kerja, lama paparan kebisingan, dan riwayat merokok di adalah
sebsar 1,000 atau di atas 0,50 maka semua indicator tersebut dapat dilanjutkan sebagai model dan dilakukan pengujian lebih lanjut.
Outer Loadings dan Cross Loading Penelitian ini menggunakan indicator reflektif untuk masing-masing variabel laten. Pengujian mengenai outer loading menunjukkan pengujian terhadap masing-masing indicator dalam menjelaskan konstruk variabel latennya. Nilai loading factor di atas 0,50
menunjukkan hasil yang baik. Selain itu tinjauan terhadap nilai cross loading diperlukan untuk menguji unidimensionalitas dari masing-masing variabel. Hasil pengujian loading factor diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4. Outer Loadings (Measurement Model) Intensitas Masa Kerja Lama Kerja Bising perhari x1 1.000000 x2 1.000000 x3 1.000000 x4 Y1 Hasil pengolahan dengan menggunakan Smart PLS dapat dilihat pada tabel diatas diperoleh nilai outer model atau korelasi antara konstruk dengan variabel yang secara umum masih banyak yang mendukung konsep pengukuran masingmasing variabel karena memiliki loading factor di atas 0,50. Nilai-nilai cross loading yang menghubungkan masing-masing indikator dengan masing-masing variabel menunjukkan nilai yang tinggi pada variabel yang bersesuaian dan memiliki nilai yang lebih rendah dengan variabel lainnya. Kondisi demikian menunjukkan
Riwayat Merokok
1.000000 1.000000
masing-masing variabel discriminant validity yang baik.
memiliki
Reliability dan Variance Extract Kriteria Validity dan reliabilitas juga dapat dilihat dari nilai Reliabilitas suatu konstruk dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing konstruk. Konstruk dikatakan dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai 0,70 dan AVE berada diatas 0,50. Pada tabel di bawah ini akan disajikan nilai Composite Reliability dan AVE untuk seluruh variabel.
Tabel 5. Nilai Composite Reliability dan Average Variance Extracted AVE Composite Reliability Intensitas Bising 1.000000 1.000000 Lama Kerja perhari 1.000000 1.000000 Masa Kerja 1.000000 1.000000 Riwayat Merokok 1.000000 1.000000 Tekanan Darah 1.000000 1.000000 Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria Reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Composite reliability variabel kinerja di
Tekanan Darah (Sistolik)
R Square
0.125134
Cronbachs Alpha 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000
atas 0,70. Begitu juga untuk pengukuran average variance extract (AVE) yang berada di atas 0,70 yang berarti bahwa model tersebut telah memberikan
konsistensi optimal.
pengukuran
variabel
yang
Inner Model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk. Pengujian Inner model juga merupakan pengujian dari hubungan antar variabel laten. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai Tabel 6. Result For Inner Weights Indikator/Konstrak
Original sample
X1 --> Y1 X2 --> Y1 X3 --> Y1 X4 --> Y1
-0,312 -0,141 0,035 0,125
Tabel path Coefficient yang menunjukkan hubungan jalur yang signifikan adalah hanya pada variable X1 (intensitas kebisingan) karena mempunyai nilai t statistic lebih besar dari 1,96. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yang meliputi hubungan antar variabel digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis penelitian. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. Pengujian Hipotesis 1 : Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan intensitas kebisingan terhadap tekanan darah (diastolic) diperoleh nilai t lebih besar dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa intensitas kebisingan memiliki hubungan terhadap tekanan darah (sistolic). Parameter estimasi untuk pengujian hubungan intensitas kebisingan terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung > t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho ditolak, dan hipotesis penelitian diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable intensitas kebisingan berhubuangan
hubungan antara variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah +1,96 untuk α = 5%, dimana apabila nilai nilai t hitung < t tabel (1,96) maka hipotesis alternatif (Ha) akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (H0). Tabel 4.15 memberikan output estimasi untuk pengujian model struktural.
Sample Mean -0,393 -0,064 0,008 0,086
Standard Deviation 0,156 0,152 0,128 0,139
T-Statistic 1,999 0,930 0,276 0,899
terhadap tekanan darah (sistolik) pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Pengujian Hipotesis 2 : Hubungan Intensitas Masa Kerja dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah (sistolik) diperoleh nilai t lebih kecil dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan terhadap tekanan darah (sistolik). Parameter estimasi untuk pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung < t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho diterima, dan hipotesis penelitian ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable masa kerja tidak berhubungan terhadap tekanan darah (sistolik) pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Pengujian Hipotesis 3 : Hubungan Intensitas Lama Kerja dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan lama kerja (paparan per hari) terhadap tekanan darah (sistolic) diperoleh nilai t lebih kecil dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa lama kerja (paparan perhari) tidak memiliki hubungan terhadap tekanan
darah (sistolik). Parameter estimasi untuk pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung < t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho diterima, dan hipotesis penelitian ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable lama kerja tidak berhubungan terhadap tekanan darah (sistolic) pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Pengujian Hipotesis 4 : Hubungan Riwayat Merokok dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan riwayat merokok terhadap tekanan darah (sistolik) diperoleh nilai t lebih kecil dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa riwayat merokok pekerja tidak memiliki hubungan terhadap tekanan darah (sistolik). Parameter estimasi untuk pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung < t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho diterima, dan hipotesis penelitian ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable riwayat
merokok tidak berhubungan terhadap tekanan darah (sistolik) pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Koefisien Determinasi Hasil pengolahan data dengan PLS menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 variabel tekanan darah menunjukkan nilai sebesar 0,125134. Hasil perhitungan pengaruh langsung intensitas kebisingan, lama kerja perhari, masa kerja, dan riwayat merokok terhadap tekanan darah pekerja PLTD, menunjukkan bahwa tekanan darah pekerja dapat dijelaskan oleh variabilitas dari intensitas kebisingan, lama kerja perhari, masa kerja, dan riwayat merokok sebesar 12,51%. Hasil ini mengindikasikan bahwa konstrak intensitas kebisingan, masa kerja, lama kerja perhari, dan riwayat merokok mampu menjelaskan secara simultan variabilitas tekanan darah pada pekerja PLTD sebesar 12,51% dan nilai R2 ini termasuk kategori rendah.
Gambar 2 Diagram Path Hubungan Variabel Eksogen dengan Endogen (Diastolik) Gambar di atas karena nilai outer loading pada indikator intensitas kebisingan, masa kerja, lama paparan kebisingan, dan riwayat merokok di atas 0,50 maka semua indicator tersebut dapat dilanjutkan sebagai model dan dilakukan pengujian lebih lanjut.
Outer Loadings dan Cross Loading Penelitian ini menggunakan indicator reflektif untuk masing-masing variabel laten. Pengujian mengenai outer loading menunjukkan pengujian terhadap masingmasing indicator dalam menjelaskan
konstruk variabel latennya. Nilai loading factor di atas 0,50 menunjukkan hasil yang baik. Selain itu tinjauan terhadap nilai cross loading diperlukan untuk menguji unidimensionalitas dari masing-masing variabel. Sebuah variabel memiliki unideminsionalitas dan memiliki Tabel 7. Outer Loadings (Measurement Model)
x1 x2 x3 x4 y1
Intensitas Bising 1.000000
Masa Kerja
discriminant validity dengan variabel lain jika loading factor pada variabel yang bersesuaian adalah tinggi sedangkan nilai loading-terhadap variabel lain lebih rendah. Hasil pengujian loading faktor diperoleh sebagai berikut :
Lama kerja perhari
Riwayat Merokok
Tekanan Darah (Diastolik)
1.000000 1.000000 1.000000 1.000000
masing-masing variabel memiliki Hasil pengolahan dengan discriminant validity yang baik. menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada tabel diatas diperoleh nilai outer model atau Reliability dan Variance Extract korelasi antara konstruk dengan variabel Kriteria Validity dan reliabilitas yang secara umum masih banyak yang juga dapat dilihat dari nilai Reliabilitas mendukung konsep pengukuran masingsuatu konstruk dan nilai Average Variance masing variabel karena memiliki loading Extracted (AVE) dari masing-masing factor di atas 0,50. Nilai-nilai cross loading konstruk. Konstruk dikatakan dikatakan yang menghubungkan masing-masing memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai indikator dengan masing-masing variabel 0,70 dan AVE berada diatas 0,50. Pada menunjukkan nilai yang tinggi pada tabel di bawah ini akan disajikan nilai variabel yang bersesuaian dan memiliki Composite Reliability dan AVE untuk nilai yang lebih rendah dengan variabel seluruh variabel. lainnya. Kondisi demikian menunjukkan Tabel 8. Nilai Composite Reliability dan Average Variance Extracted AVE Composite Reliability Cronbachs Alpha Intensitas Bising 1.000000 1.000000 1.000000 Lama Kerja perhari 1.000000 1.000000 1.000000 Masa Kerja 1.000000 1.000000 1.000000 Riwayat Merokok 1.000000 1.000000 1.000000 Tekanan Darah 1.000000 1.000000 1.000000 Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria Reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Composite reliability variabel kinerja di atas 0,70. Begitu juga untuk pengukuran average variance extract (AVE) yang berada di atas 0,70 yang berarti bahwa model tersebut telah memberikan konsistensi pengukuran variabel yang optimal.
Inner Model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk. Pengujian Inner model juga merupakan pengujian dari hubungan antar variabel laten. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah +1,96 untuk α = 5%, dimana apabila nilai
nilai t hitung < t tabel (1,96) maka hipotesis alternatif (Ha) akan ditolak atau dengan
kata lain menerima hipotesis nol (H0).
Tabel 9 Result For Inner Weights Indikator/Konstrak X1 --> Y1 X2 --> Y1 X3 -- >Y1 X4 --> Y1
Original sample -0,315 0,136 -0,058 -0,021
Sample Mean -0,346 0,119 -0,042 -0,059
Standard Deviation 0,144 0,212 0,149 0,226
T-Statistic 2,189 0,639 0,392 0,095
Tabel path Coefficient yang menunjukkan hubungan jalur yang signifikan adalah hanya pada variable X1 (intensitas kebisingan) karena mempunyai nilai t statistic lebih besar dari 1,96. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yang meliputi hubungan antar variabel digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis penelitian. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. Pengujian Hipotesis 1 : Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Hasil pengujian pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah (diastolic) diperoleh nilai t lebih besar dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa intensitas kebisingan memiliki pengaruh terhadap tekanan darah (diastolic). Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung > t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho ditolak, dan hipotesis penelitian diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Pengujian Hipotesis 2 : Hubungan Intensitas Masa Kerja dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah (diastolic) diperoleh nilai t lebih kecil dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa masa kerja tidak ada hubungan terhadap tekanan darah (diastolic). Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh masa
kerja terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung < t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho diterima, dan hipotesis penelitian ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan masa kerja terhadap tekanan darah pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Pengujian Hipotesis 3 : Hubungan Intensitas Lama Kerja dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan lama kerja (paparan per hari) terhadap tekanan darah (diastolic) diperoleh nilai t lebih kecil dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa lama kerja (paparan perhari) tidak memiliki hubungan terhadap tekanan darah (diastolic). Parameter estimasi untuk pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung < t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho diterima, dan hipotesis penelitian ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable lama kerja tidak ada hubungannya terhadap tekanan darah (diastolic) pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Pengujian Hipotesis 4 : Hubungan Riwayat Merokok dengan Tekanan Darah Hasil pengujian hubungan riwayat merokok terhadap tekanan darah (diastolic) diperoleh nilai t lebih kecil dari 1,96 untuk signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa
riwayat merokok pekerja tidak memiliki hubungan terhadap tekanan darah (diastolic). Parameter estimasi untuk pengujian hubungan masa kerja terhadap tekanan darah menunjukkan nilai t hitung < t table dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian Ho diterima, dan hipotesis penelitian ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable riwayat merokok tidak berhubungan terhadap tekanan darah (diastolic) pekerja di PLTD Karang Asam Samarinda. Koefisien Determinasi Hasil pengolahan data dengan PLS menunjukkan bahwa variabel tekanan darah dapat dijelaskan dari adanya variasi dari intensitas kebisingan. Nilai koefisien determinasi R2 variabel Tekanan darah menunjukkan nilai sebesar 0,104908. Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh langsung intensitas kebisingan, lama kerja perhari, masa kerja, dan riwayat merokok terhadap tekanan darah pekerja PLTD, menunjukkan bahwa tekanan darah pekerja dapat dijelaskan oleh variabilitas dari intensitas kebisingan, lama kerja perhari, masa kerja, dan riwayat merokok sebesar 10,49%. Hasil ini mengindikasikan bahwa konstrak intensitas kebisingan, lama kerja perhari, masa kerja, dan riwayat merokok mampu menjelaskan secara simultan variabilitas tekanan darah pada pekerja PLTD sebesar 10,49% dan nilai R2 ini termasuk kategori rendah. Pembahasan Hubungan Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan darah Kebisingan direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti epinepfrin, norepinefrin dan kortisol. Stress akan mempengaruhi sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan berakibat perubahan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam hukum Poiseuille yaitu kecepatan aliran darah berbanding lurus dengan pangkat empat dari radius pembuluh darah. Jadi, diameter pembuluh
darah mempunyai peran paling besar dalam menentukan konduktans/kecepatan aliran darah. Saat terjadi vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan jari-jari pembuluh darah menyempit menyebabkan berkurangnya aliran darah. Oleh sebab itu, jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga menyebabkan tekanan akan lebih meningkat (Hastuti: 2004) Hasil pengukuran responden yang kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan program Smart PLS memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan pengaruh dari variabel intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pekerja PLTD Karang Asam Samarinda, dimana hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan nilai thitung (2,189) > ttabel (1,96) hasil ini menunjukkan ada hubungan intensitas kebisingan terhadap tekanan darah. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan dalam lingkungan pekerjaan maka akan semakin tinggi pula tekanan darah pekerjanya. Oleh karena itu, sangat perlu dalam suatu lingkungan pekerjaan disiplin dalam pemakaian alat pelindung kerja dilakukan, karena sangat jelas bahwa kebisingan yang ada pada ruang mesin di pembangkit listrik tenaga diesel Karang asam Samarinda melebihi nilai ambang batas pendengaran. Hasil ini mendukung teori bahwa kebisingan berpengaruh terhadap tekanan darah, hipertensi, jantung, stok dan kerusakan pendengaran pada kebisingan tingkat tinggi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinar Hartanto (2011) terhadap karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama, Karanganyar didapatkan hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah dengan nilai p = 0,000 (≤ 0,05). Hubungan Masa Kerja Terhadap Tekanan darah Masa tahun kerja karyawan bisa disamakan dengan masa tahun pajanan kebisingan yang diterima karyawan. Pajanan kebisingan yang diterima
karyawan akan memicu sistim saraf dan hormon yang akan menaikkan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah yang berulang-ulang jangka waktu lama dan terus menerus akan menyebabkan adaptasi tubuh yang akan menghasilkan kenaikan tekanan darah yang semakin tinggi dan menetap. Hal ini akan mengakibatkan penyakti yang berhubungan dengan takanan darah tinggi seperti hipertensi, struke dan jantung (Groothoff: 1996) Kebisingan dalam jangka waktu lama akan menaikkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah seperti hipertensi, stroke dan jantung. Penelitian Rosenlund, Stockholm 2001, menemukan bahwa penduduk dengan kebisingan prevalensi hipertensinya 20% dibandingkan dengan daerah tenang hanya 14%. Penelitian Fransen, Amsterdam 2004, menemukan penyakit kardovaskular dan kenaikan tekanan darah pada daerah bising sebesar 18% dibanding daerah tenang hanya 17%. Penelitian Knipschild, Schipold 1977, juga menemukan keanikan penyakit hipertensi dan jantung pada daerah yang lama terpajan kebisingan penerbangan. Hasil pengisian kuesioner oleh responden yang kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan program SmartPLS memberikan gambaran bahwa tidak terdapat hubungan signifikan pengaruh dari variabel masa kerja kebisingan terhadap tekanan darah pekerja PLTD Karang Asam Samarinda, dimana hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan nilai thitung < ttabel (1,96) hasil ini menunjukkan tidak adanya pengaruh masa kerja terhadap tekanan darah pekerja. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anang Kurniawan (2009) bahwa tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variable paparan tekanan panas terhadap tekanan darah pada pekerja industri mebel. Resiko seperti di atas maka perlu adanya upaya untuk pengurangan masa tahun pajanan kebisingan yang diterima pekerja. Upaya yang bisa dilakukan antara lain
seperti rotasi atau petukaran pekerja ke tempat kerja yang tidak terpajan kebisingan. Hubungan Lama Kerja Perhari Terhadap Tekanan darah Kebisingan yang terus-menerus akan berakibat pula pada kenaikan hormon stres yang terus-menerus, sehingga konsentrasi hormonpun semakin tinggi. Semakin tinggi konsentrasi hormon stres semakin cepat pulan denyut jantung yang akan berakibat semakin tinggi kenaikan tekanan darah. Dengan adanya sifat dari tubuh maka semakin tinggi kenaikan tekanan darah akan semakin sulit untuk kembali ke tekanan darah normal semula. Hal ini akan berakibat risiko hipertensi akan semakin tinggi, jugan penyakitpenyakit lainnya yang berhubungan (Groothoff: 1996). Hasil pengisian kuesioner oleh responden yang kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan program SmartPLS memberikan gambaran bahwa tidak terdapat hubungan signifikan pengaruh dari variabel lama kerja perhari terhadap tekanan darah pekerja PLTD Karang Asam Samarinda, dimana hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan nilai thitung < ttabel (1,96) hasil ini menunjukkan tidak adanya pengaruh lama kerja perhari terhadap tekanan darah. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anang Kurniawan (2009) bahwa tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variable paparan tekanan panas terhadap tekanan darah pada pekerja industri mebel. Untuk itu perlu adanya upaya untuk meninimalkan jam lembur karyawan, untuk mengurangi lama pajanan kebisingan setiap harinya. Selain itu bisa diupayakan dengan menyediakan tempat yang tenang, bebas atau kurang dari pajanan kebisingan Hubungan Riwayat Merokok Terhadap Tekanan darah Merokok secara langsung menyebabkan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara, disebabkan pengaruh nikotin
dalam peredarah darah. Selain itu merokok dapat menyebabkan ateroma dalam arteri dan dapat mengenai ginjal. Akibat penyempitan arteri ini menyebabkan terjadinya penyakit tekanan darah tinggi yang berat dan menetap, terutama diusia tua (Semple: 1996) Hasil pengisian kuesioner oleh responden yang kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan program SmartPLS memberikan gambaran bahwa tidak terdapat hubungan signifikan pengaruh dari variabel riwayat merokok terhadap tekanan darah pekerja PLTD Karang Asam Samarinda, dimana hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan nilai thitung < ttabel (1,96) hasil ini menunjukkan tidak adanya pengaruh riwayat merokok terhadap tekanan darah. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anang Kurniawan (2009) bahwa tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variable paparan tekanan panas terhadap tekanan darah pada pekerja industri mebel. Jumlah perokok membutuhkan perhatian untuk menurunkan persentasenya., walaupun sudah ada larangan merokok di tempat kerja, tetapi di luar tempat itu ternyata masih banyak yang merokok. Perlu adanya kampanye dan promosi anti merokok yang terus-menerus untuk selalu mengingatkan akan bahaya yang bisa ditimbulkan rokok bagi kesehatan terutama dalam jangka waktu panjang. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari intensitas kebisingan terhadap kenaikan tekanan darah pada pekerja PLTD Karang Asam Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang peneliti ajukan sebagai bahan untuk perbaikan antara lain :
Bagi peneliti selanjunyaHasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengukur variabel lain yang belum diteliti. Beberapa variabel yang belum diteliti antara lain pengunaan alat pelindung diri,pola konsumsi,indek masa tubuh (IMT),dan kebiasaan olah raga. Bagi perusahaan perlu untuk melakukan pemantauan dan pengendalian terutama untuk tenaga kerja yang terpapar bising lebih dari 85 dB dan meningkatkan fungsi pengawasan pengunaan APT kepada tenaga kerja yang ada di bagian mesin pembangkit listrik Tenaga Diesel Karang Asam Samarinda. DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tj. Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima. Cetakan I. Jakarta. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. UI-Press. Jakarta. Angraini, A. 2005. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Tingkat Getaran yang Berbeda. Skripsi FKM-Universitas Negeri Semarang. Semarang. Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM- UI. Jakarta.
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM- UI. Jakarta.
Basha, A. 1994. Obesitas Pada Hipertensi Regulasi Sistem Kardiovaskular. Kardiologi Indonesia. Jakarta. Dirjen, P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI. 1993. Pelatihan Petugas Pengawas Tingkat Kebisingan Model III. Jakarta.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan. Jakarta.
Kep 49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran. Jakarta.
Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Cetakan ke VII. Penerbit EGC. Jakarta.
Kozier, B. 1987. Fundamentals of Nursing. Butterworh Publisher. New Jersey.
Ganong. W. F. 1999. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20 Penerbit EGC. Jakarta.
Kryter, K.D. 1985. The Effect of Noise on Man. Academic Press. New York.
Gunarwan, F. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Press.Yokyakarta.
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Guyton, A.C & Hall. J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit EGC. Jakarta.
Riyadina, W. 2002. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi pada Operator Pompa Bensin (SPBU) di Jakarta. Media Litbang Kesehatan, 12 (2) : 20-21.
Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit EGCCetakan I. Jakarta. James, J.E. 1993. Chronice Effects of Habitual Coffeine Consumption on Laboratoryand Ambulatory Blood Pressure Levels. J. Cardivascular Risk, 1: 159-164. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Jakarta.
Sastroasmoro, S dan Ismael, S. Editor. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta.
Schilling, R.S.F. 1981. Occupational Health Practice, 2nd. Ed Butterworths & Co.Ltd, London. Slamet, JS. 2006. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.