PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI “RAKABU FURNITURE” SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh : Ica Yuniar Sari R.0206031
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Penggunaan peralatan industri dan teknologi modern dapat menimbulkan bising yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan tenaga kerja. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8%12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,
gangguan
psikologis,
gangguan
komunikasi,
gangguan
keseimbangan dan ketulian (Soeripto, 1994) dikutip oleh (Trianingsih, 2007). Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain (Prabu, 2008). Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan organ jantung (Sasongko, dkk, 2000).
1 1
2
Penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil study efek kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistolik 0,51 (0,01–1,00) mmHg/5 dB(A), sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan (Eny, dkk, 2005). Rakabu Furniture Surakarta adalah industri yang bergerak di bidang mebel dimana dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin dan alatalat produksi yang menimbulkan bising. Peneliti mengetahui bahwa semua pekerja yang bekerja di Rakabu Furniture khususnya bagian produksi ternyata tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi intensitas kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di Rakabu Furniture tersebut merupakan pekerja lama dimana sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun. Berdasarkan survei tersebut yang dibandingkan dengan teori mengenai kebisingan bahwa kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan pekerja salah satunya yaitu tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik melaksanakan penelitian di Rakabu Furniture Surakarta untuk mengetahui pengaruh dari kebisingan mesin dan alat produksi tersebut terhadap tekanan darah pekerja Sebelumnya peneliti melaksanakan survei awal dengan mengukur intensitas kebisingan tempat kerja tersebut dan diperoleh hasil untuk ruang produksi rata-rata 94,5 dBA dan untuk ruang finishing rata-rata 79,3 dBA. Adapun beberapa tenaga kerja juga diukur tekanan darahnya 10 menit setelah tenaga kerja selesai bekerja pada pukul 17.10 WIB. Hasil pengukuran tekanan
2
3
darah yang diperoleh di ruang produksi yaitu 142/95 mmHg, 143/92 mmHg, 146/94 mmHg, 141/95 mmHg, 143/90 mmHg sedangkan di ruang finishing yaitu 140/91 mmHg, 130/80 mmHg, 120/90 mmHg, 135/85 mmHg, 130/90 mmHg. Lama pemaparan kebisingan yang diterima pekerja setiap harinya sekitar 5 jam/hari. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja, sedangkan ruang finishing dibawah NAB. Untuk tekanan darah dari tenaga kerja yang diukur di ruang produksi hasilnya cukup tinggi sedangkan di ruang finishing tekanan darahnya normal. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan judul " Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja di ‘Rakabu Furniture’ Surakarta "
B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta.
3
4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui dan mengkaji intensitas kebisingan di ”Rakabu Furniture” Surakarta. b. Untuk mengetahui dan mengkaji tekanan darah pekerja di ”Rakabu Furniture” Surakarta. c. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah di ”Rakabu Furniture” Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan informasi tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah. 2. Manfaat aplikatif a. Bagi pekerja “Rakabu Furniture” Surakarta Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga kesehatan dirinya akibat intensitas kebisingan. b. Bagi “Rakabu Furniture” Surakarta Memberikan masukan kepada ”Rakabu Furniture” Surakarta untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan. c. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah.
4
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan a. Definisi Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki dan dianggap mengganggu pendengaran (Gabriel,1996). Kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Suma'mur, 1996). b.
Jenis Kebisingan Menurut Suma'mur (1996), jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah : 1) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (=steady state, wide brand noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain; 2) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (=steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain; 3) kebisingan terputus-putus (=intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara;
55
6
4) kebisingan impulsif (=impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan; 5) kebisingan
impulsif
berulang,
misalnya
mesin
tempa
di
perusahaan. c. NAB Kebisingan Nilai Ambang Batas yang dipekenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja tersaji pada tabel : Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Batas suara (dB) 85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139 Sumber : Kepmen No.51/Men/1999
Lama pemaparan tiap hari 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit 7,5 menit 3,75 menit 1,88 menit 0,94 menit 28,19 detik 14,06 detik 7,03 detik 3,52 detik 1,76 detik 0,88 detik 0,44 detik 0,22detik 0,11 detik
Catatan : tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB
6
7
Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja adalah 85 dB selama 8 jam per hari. d. Pengendalian Kebisingan Kebisingan dapat dikendalikan dengan : 1) Menghilangkan kebisingan dari sumber suara yaitu dengan mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit menimbulkan bunyi (Erna Tresnaningsih, 2003). 2) Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja/mesin adalah usaha untuk mengurangi kebisingan. Bahanbahan yang dipakai harus mampu menyerap suara dan bahan penutup dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat. (Suma’mur, 1996). 3) Dengan memakai alat pelindung telinga yaitu ear plug atau ear muff. Alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dBA (Sasongko, dkk, 2000). 2. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan a. Peningkatan Tekanan Darah Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan
7
8
kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris (Roestam, 2004). 1) Pengertian Tekanan darah Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dinding pembuluh tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh adalah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg (Guyton, 1997). Tekanan dalam aorta dan arteria branchialis dan arteria besar lainnya pada manusia dewasa mudah meningkat sampai nilai puncak (tekanan sistolik) kira-kira 120 mmHg waktu tiap siklus jantung karena jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta. Dan turun sampai nilai minimum (tekanan diastolik) kirakira 70 mmHg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik di atas tekanan diastolik misalnya 120/70 mmHg (Guyton dan Hall, 1997). Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer dan dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Misal 120/80 mmHg, dimana 120 menyatakan tekanan
8
9
darah sistolik dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik (Wikipedia, 2003). 2) Penggolongan Tekanan Darah a) Tekanan darah normal Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan tekanan darah untuk sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Guyton dan Hall, 1997). Nilai Tekanan Darah normal (dalam mmHg): (1) Pada usia 15-29 tahun = 90-120/60-80 mmHg; (2) Pada usia 30-49 tahun = 110-140/70-90 mmHg; (3) Pada usia 50 tahun keatas = 120-150/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999). b) Tekanan darah rendah Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg dan diastolik <60 mmHg (Roger Watson, 2002). c) Tekanan darah tinggi Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmHg, tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Roger Watson, 2002). Selanjutnya klasifikasi tekanan darah dapat dilihat seperti pada tabel 2 dibawah.
9
10
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Darah Sistolik Normal < 120 mmHg Pre-hipertensi 120-139 mmHg Stadium 1 140-159 mmHg Stadium 2 ≥160 mmHg Sumber : JNC-VII tahun 2003
Tekanan Darah Diastolik < 80 mmHg 80-89 mmHg 90-99 mmHg ≥100 mmHg
d) Tekanan darah rata-rata Menurut Guyton dan Hall (1997) antara tekanan sistolik dan diastolik ada yang dinamakan tekanan darah ratarata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik daripada tekanan sistolik, karena sistolik lebih pendek daripada diastolik. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung apakah kontriksi/dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kirakira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut : TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg
Gambar 1. Perhitungan Tekanan Darah Rata-Rata
10
11
Keterangan : TR
: tekanan darah rata-rata (mmHg)
TD
: tekanan darah diastolik (mmHg)
TS
: tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi
pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh untuk tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Peningkatan dan penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen, karbondioksida dan hasil-hasil metabolisme lainnya. 3) Mekanisme Bising Meningkatkan Tekanan Darah Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar (Andriana, 2003). Lalu di telinga tengah, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan di kanalis semisirkularis; adanya ligamen antar tulang mengamplifikasi getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu di telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia (Novi, 2004).
11
12
Kebisingan bisa direspon oleh otak yang
merasakan
pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine, norepinephrine dan kortisol (Bly S, dkk, 2002) dikutip oleh (Eny, dkk, 2005). Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang sangat kuat yang dapat meningkatkan tahanan perifer total (Guyton and Hall, 1997). Sedangkan kortisol menyebabkan peningkatan tekanan darah (Elizabeth, 2008). Pemaparan
bising
menimbulkan
rangsangan
dan
meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap (Guyton, 1997). Syaraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya kontriksi otot jantung dan vasokontriksi pembuluh darah resisten (Guyton, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah : a)
Olah raga, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes RI, 2003);
12
13
b)
Latihan kerja yang lama, akan menurunkan tekanan sistolik yang progresif, hal ini menandakan dekat dengan kecapaian (Suma’mur, 1996);
c)
Usia, semakin tua tekanan sistolik makin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997);
d)
Sex, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn C. Pearce, 1997);
e)
Stress psikis meningkatkan tekanan darah (Nurcahyo, 2000).
f)
Minum alkohol Minuman
alkohol
secara
berlebihan
dapat
meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2–3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2003). g)
Pemakaian obat tertentu Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003).
13
14
h)
Sikap kerja Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny Lukmanto, 1995).
i)
Kegemukan Kegemukan
dapat
memicu
timbulnya
beberapa
penyakit khronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009). Kegemukan atau obesitas merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner, hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah, kencing manis, dan intoleren glukosa yang disertai peningkatan lemak darah. Kegemukan pada pria lebih beresiko dibanding wanita (Zukesti Efendi, 2005). j)
Masa Kerja Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006).
b. Gangguan psikologis Efek psikologis dapat
berupa rasa
tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
14
15
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain (Roestam, 2004). c. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya, gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja (Roestam, 2004). d. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Roestam, 2004). e. Efek pada pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali (Roestam, 2004).
15
16
B. Kerangka Pemikiran Bising
Telinga
Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Komunikasi - Gangguan Keseimbangan - Efek pada Pendengaran
Otak
Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Psikologis
Pengeluaran hormon
Mengeluarkan hormon epinefrin dan norepinefrin
Sistem Saraf Simpatis Terangsang
Mengeluarkan hormon kortisol
- naiknya frekuensi jantung - bertambah kuatnya kontriksi otot jantung - vasokontriksi pembuluh darah resisten
Vasokonstriksi pembuluh darah sehingga tahanan perifer meningkat
Faktor intern : - Usia - Sex - Kegemukan
Tekanan darah meningkat Gambar 2. Kerangka Pemikiran 16
Faktor ekstern : - Obat-obatan - Olahraga - Latihan kerja yang lama - Alkohol - Sikap kerja - Masa Kerja - Stress psikis
17
C. Hipotesis Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta.
17
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik (explanatory research) mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut pendekatannya, penelitian ini adalah penelitian cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Ahmad Watik Pratiknya, 2001).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rakabu Furniture, Tirtoyoso, Surakarta selama 2 bulan pada bulan Mei-Juni 2010.
C. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi dan finishing Rakabu Furniture Surakarta yang berjumlah 68 orang.
D. Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling proporsional
random
sampling
disebabkan
1818
populasi
mempunyai
19
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2006). Dimana populasi tenaga kerja yang ada di Rakabu Furniture Surakarta berjumlah 68 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok terpapar dan kelompok kontrol. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang melebihi NAB 85 dB. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian produksi dengan jumlah pekerja 35 orang. Sedangkan kelompok kontrol adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang dibawah NAB 85 dB. Kelompok kontrol ini digunakan peneliti sebagai pembanding. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian finishing dengan jumlah pekerja 33 orang. Sedangkan untuk mencari sampel minimal menggunakan rumus : n0 =
Z 2 PQ d2
n=
n0 æ n -1 ö 1+ ç 0 ÷ è N ø
Gambar 3. Rumus Mencari Sampel Keterangan : n
: jumlah sampel minimal
Z
: koefisien keratandalan (reliability coefficient) yang nilainya tergantung tingkat kepercayaan yang diterapkan peneliti. Dalam hal ini tingkat kepercayaan peneliti sebesar 95% = 1,96
P
: parameter proporsi variabel binominal yang ingin diduga (50%)
19
20
Q
:1–P
d
: presisi yang ingin dicapai (0,1)
N
: ukuran populasi, jumlah seluruh individu di dalam populasi.
(Suharyanto, dkk, 2000) Sehingga diperoleh total sampel sebesar 40 pekerja (perhitungan lengkap ada di lampiran 3) yaitu 21 pekerja di ruang produksi dan 19 pekerja di ruang finishing yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : a. Laki-laki b. Usia 30-50 tahun c. Bekerja 7 jam sehari d. Masa kerja >3 tahun e. Tidak minum alkohol f. Tidak menggunakan pelindung telinga g. Tidak mempunyai gangguan pendengaran h. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi. i. Tidak mengalami kegemukan
20
21
E. Kerangka Variabel
-
Variabel pengganggu terkendali jenis kelamin usia, tidak minum alkohol masa kerja gangguan pendengaran kegemukan
Variabel bebas Intensitas Kebisingan
Variabel terikat Tekanan darah
Variabel pengganggu tidak terkendali - olah raga - pemakaian obat tertentu - sikap kerja - latihan kerja yang lama - stress psikis Gambar 4. Kerangka Variabel Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah sistolik dan diastolik.
21
22
3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, masa kerja, gangguan pendengaran dan kegemukan. Cara pengendalian untuk jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, lama kerja dan masa kerja adalah dengan mengisi kuesioner penjaringan sampel. Cara pengendalian untuk gangguan pendengaran adalah dengan menggunakan uji manual pendengaran (cara uji manual pendengaran ada di lampiran 3). Sedangkan cara pengendalian untuk kegemukan yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) pekerja (cara perhitungan IMT ada di lampiran 3). b. Variabel pengganggu tidak terkendali : olahraga, pemakaian obat tertentu, sikap kerja, latihan kerja yang lama, stress psikis.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensitas Kebisingan Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin penggergajian kayu dan mesin untuk membuat mebel pada proses produksi. Intensitas kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran kebisingan langsung di tempat kerja menggunakan alat Sound Level Meter dengan satuan dB.
22
23
Alat Ukur
: Sound Level Meter Merk RION NA 20
Satuan
: desibell (dB)
Skala Pengukuran
: nominal
Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a. Di bawah NAB (kelompok kontrol) : hasil pengukuran kebisingan nilainya dibawah 85 dB. b. Di atas NAB (kelompok terpapar)
: hasil pengukuran kebisingan nilainya diatas 85 dB.
2. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga kerja yang diketahui melalui pengukuran langsung dengan menggunakan alat : Alat ukur
: Sphygmomanometer digital
Satuan
: mmHg
Skala pengukuran
: interval
3. Usia Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri pekerja. Usia pekerja yang diteliti yaitu sekitar 30-50 tahun. Berdasarkan teori yang ada pada usia 30-50 tahun maka tekanan darah normalnya masih sama.
23
24
4. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki. 5. Tidak Minum Alkohol Tidak minum alkohol adalah pekerja yang tidak minum alkohol selama 1 (satu) minggu terakhir sampai dengan penelitian dilakukan yang dapat diketahui dari pengakuan tenaga kerja dan dipastikan menggunakan surat kesediaan menjadi sampel penelitian yang menyebutkan bahwa tidak akan mengkonsumsi alkohol selama 1 minggu sebelum diadakan penelitian. 6. Masa Kerja Masa kerja adalah lama (tahun) pekerja bekerja di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pekerja sebagai sampel yang sudah bekerja >3 tahun. 7. Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran adalah gangguan pada pendengaran tenaga kerja dengan ciri-ciri daya pendengaran turun dan sulit untuk berkomunikasi. Adapun untuk mengetahui pekerja mengalami gangguan pendengaran atau tidak, maka peneliti melaksanakan uji manual
24
25
pendengaran. Cara melaksanakan uji manual pendengaran terdapat di lampiran 3. 8. Kegemukan Kegemukan adalah keadaan dimana perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) tenaga kerja melebihi IMT normal. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pekerja mengalami kegemukan atau tidak, peneliti menghitung IMT pekerja kemudian dibandingkan dengan kriteria IMT dari Depkes. Cara menghitung IMT ada di lampiran 3.
H. Desain Penelitian Populasi Proporsional Random Sampling Subjek Kelompok Terpapar (di atas NAB)
Sebelum bekerja tekanan darah diukur
Kelompok Kontrol (di bawah NAB)
Sesudah bekerja tekanan darah diukur
Independent Sample T-Test
Sebelum bekerja tekanan darah diukur
Sesudah bekerja tekanan darah diukur
Independent Sample T-Test
Gambar 5. Desain Penelitian
25
26
I. Teknik Pengambilan Data Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut : 1.
Data primer yang meliputi intensitas kebisingan, hasil pengukuran tekanan darah responden, pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), uji manual pendengaran serta hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner penjaringan sampel.
2.
Data sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan di bagian personalia serta gambaran umum perusahaan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi : a.
Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti.
b.
Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan objek yang diteliti.
26
27
J. Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan - Survei tempat penelitian dan proses perijinan
Tahap Pelaksanaan -
Pengisian kuesioner Penentuan sampel penelitian Pengukuran intensitas kebisingan Pengukuran tekanan darah Edit data penelitian
Tahap Penyelesaian - Mengolah, analisis data dan menyimpulkan. Gambar 6. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1.
Tahap Persiapan Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian mempersiapkan proposal penelitian dan menyusun kuesioner penjaringan sampel, selanjutnya kuesioner tersebut diperbanyak untuk digunakan dalam penjaringan sampel.
2.
Tahap Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap 27
28
pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Setelah mendapat izin dari pemilik Rakabu Furniture Surakarta, peneliti
menjelaskan
tentang
tujuan
dari
penelitian
serta
mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam penelitian ini. b.
Pengisian kuesioner penjaringan sampel mengenai identitas diri serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tenaga kerja kaitannya dengan intensitas kebisingan. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti memberikan penjelasan kepada pekerja mengenai cara pengisian kuesioner. Peneliti juga memantau dan membantu tenaga kerja dalam pengisian kuesioner jika ada kesulitan.
c.
Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kuesioner penjaringan sampel yang telah diisi oleh tenaga kerja.
d.
Melakukan pengukuran intensitas kebisingan. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di 4 titik pengukuran di setiap ruangan dan dilakukan setiap jam selama proses produksi berlangsung.
e.
Pengukuran tekanan darah tenaga kerja. Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur sebelum dan sesudah bekerja. Cara pengukuran tekanan darah sebelum bekerja yaitu setelah tiba di tempat kerja, pekerja diistirahatkan dulu sekitar
28
29
10 menit, kemudian diukur tekanan darahnya. Sedangkan cara pengukuran tekanan darah sesudah bekerja yaitu dalam rentang waktu 1 jam terakhir pekerjaan. Pengukuran setelah bekerja dimulai dari pekerja yang pertama diukur saat sebelum bekerja supaya interval pengukurannya sama. Pengukuran tekanan darah di masingmasing kelompok dilakukan selama 2 hari (dua kali pengukuran). f. 3.
Edit data perolehan hasil penelitian.
Tahap Penyelesaian Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.
K. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20 Satuan : dBA Teknik pengukurannya adalah : a. Putar switch ke A. b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT. c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur. d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST” karena jenis kebisingannya continue.
29
30
e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke sumber kebisingan. f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama bekerja. g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil. h. Pengukuran dilakukan masing-masing 4 titik di ruang produksi dan ruang finishing. Gambar alat :
Gambar 7. Sound Level Meter 2. Sphygmomanometer digital, yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Merek alat : OMRON HEM-6022 Satuan : mmHg Gambar Alat :
Gambar 8. Sphygmomanometer digital
30
31
3. Timbangan badan dan meteran yaitu alat untuk menghitung berat badan dan tinggi badan pekerja. 4. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian. 5. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran. 6. Kamera digital, yaitu alat untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti penelitian selama penelitian berlangsung. 7. Handphone Nokia 2626, yaitu alat bantu untuk menguji pendengaran tenaga kerja secara manual.
L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik independent sample t-test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12, dengan interpretasi hasil sebagai berikut : 1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value >0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).
31
32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Rakabu Furniture Surakarta merupakan industri sedang yang bergerak di bidang mebel. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 21 Februari 1988 dan didirikan oleh Ir. Joko Widodo. Rakabu Furniture terletak di Jl. Ahmad Yani No. 331 Tirtoyoso RT. 04 RW. 13 Surakarta. Pada awal berdirinya, perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan yang bergerak di industri penggergajian kayu. Untuk mengembangkan perusahaan, maka kegiatan perusahaan diarahkan menjadi lebih luas. Hal ini diwujudkan dengan perubahan bidang usaha penggergajian kayu menjadi perusahaan industri mebel. Dalam proses produksinya Rakabu Furniture
Surakarta
sudah
menggunakan
alat
yang
modern
untuk
memudahkan pekerjaan. Beberapa alat produksi yang dimiliki Rakabu Furniture antara lain 2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3 unit bor bulat, 2 unit bor kotak, dan lain-lain. Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas lagi ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan sudah bisa menembus pasar Internasional, hingga saat ini daerah pemasaran di luar negeri
32 32
33
telah menembus berbagai negara antara lain Singapura, Taiwán, Hongkong, Australia. Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam 08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu sedangkan pada tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini sebanyak 87 orang. Tahapan proses produksi pada Rakabu Furniture Surakarta dimulai dengan persetujuan perusahaan dengan buyer mengenai desain produk yang sudah dipesan. Tahapan pertama yaitu pemotongan kayu dan perakitannya menjadi mebel setengah jadi. Proses ini termasuk dalam proses bagian produksi. Setelah mebel setengah jadi siap selanjutnya masuk ke tahapan finishing. Adapun tahapan finishing tersebut antara lain : mebel, melakukan proses pewarnaan,
menghaluskan
memberi variasi untuk melengkapi
desain dan meneliti hasil akhir produk yang sudah jadi. Setelah tahapan tersebut selesai maka mebel jadi telah siap untuk diekspor ke buyer.
B. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa usia minimal responden adalah 30 tahun dan usia maksimal responden adalah 49 tahun. Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.
33
34
Peneliti menghitung tingkat signifikan dari usia antara 2 kelompok penelitian, sebagai berikut : Tabel 4.1 Uji statistik usia responden kelompok kontrol dan kelompok terpapar No
Variabel Usia (Kelompok Penelitian)
Rata-Rata Standart Perbedaan Usia Deviasi (tahun) (tahun)
1
Terpapar
39,95
6,152
2
Kontrol
40,37
4,425
0,416
p (sig 2tailed)
0,809
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,809 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara usia pada kelompok terpapar (bagian produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing) dengan usia di dua kelompok penelitian tersebut relatif sama yaitu antara umur 30-49 tahun. 2. Masa Kerja Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masa kerja minimal responden 10 tahun dan masa kerja maksimal 18 tahun. Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti menghitung tingkat signifikan masa kerja antara kelompok kontrol dengan kelompok terpapar, sebagai berikut :
34
35
Tabel 4.2 Uji statistik masa kerja antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar No
Variabel Masa Kerja (Kelompok Penelitian)
Rata-Rata Masa Kerja (tahun)
Standar Perbedaan p (sig 2Deviasi (tahun) tailed)
1
Terpapar
13,95
3,309
2
Kontrol
14,32
1,416
0,363
0,660
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,660 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara masa kerja pada kelompok terpapar (bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata masa kerja dua kelompok tersebut relatif sama.
3. IMT (Indeks Massa Tubuh) Berdasarkan hasil wawancara mengenai berat badan dan tinggi badan responden sehingga didapat hasil IMT (Indeks Massa Tubuh) melalui perhitungan dengan IMT minimal responden 21.61 dan IMT maksimal 23,73. Hasil wawancara dengan responden mengenai berat badan, tinggi badan dan hasil IMT dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti juga melaksanakan uji statistik IMT pada responden kelompok terpapar dengan kelompok kontrol, sebagai berikut :
35
36
Tabel 4.3. Uji statistik IMT antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar Variabel IMT (Kelompok Penelitian)
Rata-Rata IMT
Standar Deviasi
1
Terpapar
22,80
0,461
2
Kontrol
22,70
0,458
No
Perbedaan
p (sig 2tailed)
0,100
0,496
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,496 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara IMT (Indeks Massa Tubuh) pada kelompok terpapar (bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata IMT dua kelompok tersebut relatif sama.
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di ruang produksi dan ruang finishing. Pelaksanaan pengukuran dengan mengambil titik pengukuran yang disesuaikan luas lokasi ruang produksi dan finishing. Sehingga didapat 4 (empat) titik pengukuran di setiap lokasi dan dilakukan pengukuran setiap jam, sehingga pengukuran dilakukan 6 (enam) kali.
36
37
1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi No. 1 2 3 4 5 6
Jam 08.30 10.00 11.00 13.00 14.00 15.00 Rata-rata
Rerata (dBA) 94,5 96,3 93,5 97,3 95,8 96,4 95,6
Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari adalah 95,6 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya. 2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Finishing Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi Bagian Finishing No. 1 2 3 4 5 6
Jam 08.30 10.00 11.00 13.00 14.00 15.00 Rata-rata
Rerata (dBA) 79,3 76,9 75,5 75,8 75,2 75,1 76,3
Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari di ruang finishing adalah 76,3 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan
37
38
serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya. 3. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang Finishing Tabel 4.6. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang Finishing No
1 2
Variabel Bising (Kelompok Penelitian)
Rata-Rata Intensitas Kebisingan (dBA)
Terpapar (Produksi)
95,6
Kontrol (Finishing)
76,3
Standar Perbedaan p (sig 2Deviasi (dBA) tailed)
1.390 19,33
0,000
1.606
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing.
D. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja Pengukuran tekanan darah dilakukan selama 4 (empat) hari, yaitu pengukuran di bagian produksi selama 2 (dua) hari dan di bagian finishing selama 2 (dua) hari. Setiap hari pengukuran dilakukan 2 (dua) kali, yaitu sebelum kerja dan sesudah kerja. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan darah
38
39
sistolik dan diastolik tersebut kemudian dihitung tekanan darah rata-rata dengan rumus : TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg
Keterangan : TR : Tekanan Darah Rata-rata TD : Tekanan Darah Diastolik TS : Tekanan Darah Sistolik
1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Kelompok Terpapar (Pekerja Bagian Produksi) Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Produksi Sebelum Bekerja (mmHg)
Sesudah Bekerja (mmHg)
No
Nama
TR
TR 1
TR 2
TR
1
A
96.5
95.84
96.17
105.84
102.49
104.16
2
B
98.5
97.16
97.83
107.84
104.85
106.34
3
C
98.81
99.8
99.30
104.83
102.5
103.66
4
D
92.89
94.54
93.71
102.54
99.85
101.19
5
E
90.85
93.84
92.34
97.84
96.5
97.17
6
F
92.17
96.83
94.5
101.18
99.82
100.5
7
G
97.16
96.5
96.83
104.5
102.49
103.49
8
H
98.15
97.84
97.99
103.48
99.86
101.67
9
I
96.52
96.52
96.52
96.5
96.5
96.5
10
J
83.2
95.84
89.52
93.2
94.54
93.87
11
K
101.14
99.82
100.48
106.5
101.83
104.16
TR 1
TR 2
bersambung 39
40
sambungan tabel 4.7 12
L
92.83
92.83
92.83
98.48
96.5
97.49
13
M
93.2
94.54
93.87
94.54
93.2
93.87
14
N
100.48
100.48
100.48
107.16
106.5
106.83
15
O
99.84
99.84
99.84
101.84
100.52
101.18
16
P
99.8
99.8
99.8
101.14
102.79
101.96
17
Q
97.49
97.49
97.49
100.52
97.84
99.18
18
R
85.82
93.86
89.84
99.14
99.14
99.14
19
S
97.51
97.51
97.51
105.84
101.83
103.83
20
T
99.8
100.13
99.96
104.8
108.15
106.47
21
U
96.5
100.51
98.50
106.5
99.8
103.15
Keterangan : TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II TR
: Tekanan darah rata-rata hari I dan II
Tabel 4.8. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian produksi Tekanan darah
Rata-rata tekanan Standart Uji darah (mmHg) Deviasi Normalitas
Sebelum kerja
96,44
3,363
0,763
Sesudah kerja
101,23
3,839
0,923
Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja pada kelompok terpapar (bagian produksi) diperoleh 0,763 dan 0,923 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. 2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Kelompok Kontrol (Pekerja Bagian Finishing) Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut :
40
41
Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Finishing Sebelum Bekerja (mmHg)
Sesudah Bekerja (mmHg)
No
Nama
1
AA
96.5
100.48
98.49
100.52
99.8
100.16
2
BB
95.84
96.5
96.17
97.16
98.5
97.83
3
CC
97.16
98.5
97.83
101.17
99.85
100.51
4
DD
92.19
95.18
93.68
91.86
93.2
92.53
5
EE
97.21
97.18
97.19
95.19
97.17
96.18
6
FF
98.5
100.5
99.5
99.85
98.48
99.16
7
GG
91.84
94.52
93.18
92.52
96.52
94.52
8
HH
96.5
99.49
97.99
98.51
98.48
98.49
9
II
95.86
98.52
97.19
96.2
99.19
97.69
10
JJ
92.87
94.52
93.69
94.9
94.54
94.72
11
KK
95.84
97.84
96.84
98.17
99.49
98.83
12
LL
94.52
96.83
95.67
93.18
101.16
97.17
13
MM
95.16
99.18
97.17
95.84
97.18
96.51
14
NN
91.84
94.52
93.18
94.83
91.86
93.34
15
OO
95.16
96.52
95.84
96.83
95.84
96.33
16
PP
94.5
93.18
93.84
99.16
97.84
98.5
17
QQ
97.82
101.14
99.48
97.16
99.8
98.48
18
RR
95.18
96.52
95.85
98.17
97.84
98.00
19
SS
91.53
94.52
93.02
95.84
95.84
95.84
TR 1
TR 2
TR 1
TR
TR 2
TR
Keterangan : TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II TR
: Tekanan darah rata-rata dari hari I dan II
Tabel 4.10. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian finishing Tekanan darah
Rata-rata tekanan Standart Uji darah (mmHg) Deviasi Normalitas
Sebelum kerja
96,09
2,146
0,648
Sesudah kerja
97,09
2,191
0,884
41
42
Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja pada kelompok kontrol (bagian finishing) diperoleh hasil 0,648 dan 0,884 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. 3. Hasil Perhitungan Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Kelompok Kontrol (Bagian Finishing) Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing). Hasil perhitungan selisih tekanan darah rata-rata pada kelompok terpapar dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. Tabel 4. 11. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Tekanan Darah Selisih Tekanan darah
Rata-rata selisih tekanan darah (mmHg)
Kelompok Terpapar
4.78
2.662
0,976
Kelompok Kontrol
0.99
1.521
0,989
Standart Uji Deviasi Normalitas
Berdasarkan uji normalitas data selisih tekanan darah kelompok terpapar dan kelompok kontrol diperoleh 0,976 dan 0,989 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
42
43
E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Pekerja Kelompok Kontrol (Bagian Finishing) Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan
darah
maka
peneliti
melaksanakan
uji
perbedaan
dengan
menggunakan uji statistik independent sample t-test yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : 1.
Uji Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Hasil pengukuran tekanan darah sebelum bekerja pada pekerja bagian produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Tabel 4.12. Hasil Uji Independent Sample t-test Sebelum Bekerja Tekanan darah
Rata-rata (mmHg)
Standard Deviasi
Kelompok Terpapar
96,44
3,363
Kelompok Kontrol
96,09
2,146
Perbedaan Signifikansi (mmHg) (p)
0,90
0,702
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian produksi dan pekerja bagian finishing. Hal ini berarti rata-rata tekanan darah tenaga kerja sebelum kerja pada kedua kelompok tersebut sama.
43
44
2.
Uji Perbedaan Tekanan Darah Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Hasil pengukuran tekanan darah sesudah bekerja pada pekerja bagian produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Tabel 4.13. Hasil Uji Independent Sample t-test Sesudah Bekerja Tekanan darah
Rata-rata (mmHg)
Standard Deviasi
Kelompok Terpapar
101,23
3,839
Perbedaan Signifikansi (mmHg) (p)
4,13 Kelompok Kontrol
97,09
0,000
2,191
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sesudah kerja pada kedua kelompok tersebut. 3.
Uji Perbedaan Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di ruang produksi dan ruang finishing.
44
45
Tabel 4.14. Hasil Uji Independent Sample t-test Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja Tekanan darah
Rata-rata (mmHg)
Standard Deviasi
Kelompok Terpapar
4,78
2,662
Perbedaan Signifikansi (mmHg) (p)
3,786 Kelompok Kontrol
0,99
0,000
1,523
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara selisih tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada kedua kelompok tersebut.
45
46
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel adalah yang berusia antara 30-49 tahun. Berdasarkan teori yang ada pada umur 30-50 tahun maka tekanan darah normalnya masih sama yaitu 110140/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999). Rerata usia pada kelompok terpapar adalah 39,95±6,152 tahun dan pada kelompok kontrol 40,37±4,425 tahun. Berdasarkan uji statistik usia pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata usia di kedua kelompok penelitian relatif sama. 2. Masa Kerja Masa kerja pekerja dalam penelitian ini antara 10-18 tahun. Rerata masa kerja pada kelompok terpapar sebesar 13,95±3,309 tahun dan kelompok kontrol sebesar 14,32±1,416 tahun. Berdasarkan uji statistik masa kerja pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata masa kerja di kedua kelompok penelitian relatif sama.
46 46
47
Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi risiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dikarenakan semakin lama masa kerja maka semakin lama pekerja terpapar kebisingan sehingga semakin mempengaruhi kenaikan tekanan darah. 3. Kegemukan Kegemukan
juga
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi tekanan darah. Adapun untuk mengendalikan masalah kegemukan, maka dalam penelitian ini peneliti menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) pekerja yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan pekerja. Pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pekerja dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) minimal 21,61 dan maksimal 23,73. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 17,0 termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan tingkat berat), untuk IMT antara 17,0–18,4 termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan), untuk IMT 18,5–25,0 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 25,1 – 27,0 termasuk dalam kategori gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) dan untuk IMT lebih dari 27,0 termasuk dalam kategori gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat) (I Dewa Nyoman, 2001).
47
48
Adapun untuk mengendalikan adanya kegemukan maka peneliti menentukan bahwa responden memiliki IMT yang normal yaitu antara 18,5-25,0. Hal ini dikarenakan jika IMT lebih dari normal berarti pekerja termasuk dalam kategori gemuk. Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009). Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden tidak mengalami kegemukan karena nilai IMT seluruh responden masih normal yaitu berada di antara 18,5–25,0. Rerata IMT pada kelompok terpapar adalah 22,80±0,461 dan kelompok kontrol sebesar 22,70±0,458. Berdasarkan uji statistik IMT di dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata IMT di kedua kelompok penelitian relatif sama. Adapun dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian di kedua kelompok penelitian tersebut berarti peneliti telah mengendalikan faktor-faktor berpengaruh terhadap tekanan darah. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan agar pengaruh naiknya tekanan darah pada pekerja bagian produksi hanya disebabkan oleh kebisingan.
B. Analisis Intensitas Kebisingan Tempat Kerja Rata-rata intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing yang dilakukan di 4 titik pengukuran selama sehari adalah 95,6±1.390 dBA
48
49
dan 76,3±1.606 dBA. Menurut Kepmenaker No. KEP 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan bahwa Nilai Ambang Batas untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam satu minggu adalah sebesar 85 dBA. Berdasarkan hasil uji statistik di kedua kelompok penelitian didapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan intensitas kebisingan yang bermakna di ruang produksi dan di ruang finishing. Berdasarkan hasil pengukuran di ruang produksi dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Sedangkan hasil pengukuran di ruang finishing disimpulkan bahwa intensitas kebisingannya masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Dalam bekerja semua pekerja tidak memakai alat pelindung telinga. Sehingga intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Roestam (2004), bahwa kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah dan gangguan lain seperti gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan efek pada pendengaran yaitu ketulian.
C. Analisis Tekanan Darah Tenaga Kerja Tekanan
darah
tenaga
kerja
diukur
dengan
menggunakan
spygmomanometer digital. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah bekerja.
49
50
1. Analisis Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) Berdasarkan hasil analisis data tekanan darah pada pekerja kelompok terpapar diperoleh rerata tekanan darah sebelum bekerja sebesar 96,44±3,363 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 101,23±3,839 mmHg. Sedangkan hasil uji normalitas data tekanan darah dapat disimpulkan bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik independent sample t-test dapat digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penggunaan uji t-test termasuk dalam uji parametrik sehingga menganut pada data berdistribusi normal dan sebaran data homogen (Handoko, 2008). 2. Analisis Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja Kelompok Kontrol (Bagian Finishing) Berdasarkan hasil analisis data tekanan darah pada pekerja kelompok kontrol diperoleh rerata tekanan darah sebelum bekerja sebesar 96,09±2,146 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 97,09±2,191 mmHg. Berdasarkan hasil uji normalitas data tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja kelompok kontrol (bagian finishing) didapat hasil bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik independent sample t-test dapat digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penggunaan uji t-test termasuk dalam uji parametrik sehingga menganut pada data berdistribusi normal dan sebaran data homogen (Handoko, 2008). 50
51
3. Analisis Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil analisis data selisih tekanan darah dua kelompok penelitian diperoleh rerata selisih tekanan darah kelompok terpapar sebesar 4,78±2.662 mmHg dan kelompok kontrol sebesar 0,99±1.521 mmHg. Berdasarkan hasil uji normalitas data selisih tekanan darah kelompok terpapar dan kelompok kontrol didapat hasil bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik independent sample t-test dapat digunakan.
D. Analisis Pengaruh Kebisingan terhadap Tekanan Darah Adapun untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah maka dilaksanakan uji perbedaan menggunakan uji statistik independent sample t-test. Hasil uji statistik independent sample t-test tekanan darah sebelum bekerja dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan dengan hasil rerata tekanan darah sebelum bekerja pada kelompok terpapar sebesar 96,44±3,363 mmHg dan kelompok kontrol sebesar 96,09±2,146 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum kerja pada 2 (dua) kelompok penelitian yang berarti rerata tekanan darah tenaga kerja sebelum kerja di kedua kelompok tersebut relatif sama. Hal ini dikarenakan pekerja bagian produksi masih belum terpapar intensitas kebisingan.
51
52
Sedangkan dari hasil uji statistik independent sample t-test tekanan darah sesudah bekerja dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan dengan rerata tekanan darah pada kelompok terpapar sebesar 101,23±3,839 mmHg dan kelompok kontrol sebesar 97,09±2,191 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sesudah bekerja pada 2 (dua) kelompok penelitian. Selain itu, rerata tekanan darah pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) lebih tinggi daripada tekanan darah pekerja kelompok kontrol (bagian finishing). Perbedaan rerata tekanan darah pada dua kelompok penelitian sebesar 4,13 mmHg. Selain itu, peneliti juga menghitung selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada 2 (dua) kelompok penelitian. Rerata selisih tekanan darah pada kelompok terpapar sebesar 4,78±2.662 mmHg sedangkan kelompok kontrol sebesar 0,99±1.521 mmHg. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kedua kelompok tersebut sebesar p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Kenaikan tekanan darah pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) lebih besar daripada kelompok kontrol (bagian finishing). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja bagian produksi hingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sebesar 4,78 mmHg. Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila
52
53
pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap (Guyton, 1997). Adapun dengan adanya peningkatan tekanan darah tersebut sejalan dengan pendapat Bambang Suwerda (1992), bahwa pengaruh intensitas kebisingan mesin penggilingan padi terhadap tekanan darah tenaga penggiling yang berupa kenaikan tekanan darah tenaga penggiling setelah terpapar kebisingan. Kebisingan dapat menyebabkan tenaga kerja menjadi stress, keadaan stress ini akan meningkatkan sekresi hormon adrenalin pada peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah (Eny, dkk., 2005). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Eva Hermawati (2006) yang menyebutkan bahwa kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sigit Nugraha, Setyawati Budiningsih dan Ginova Nainggolan (2005) yang menyimpulkan bahwa kebisingan di tempat kerja dapat meningkatkan prevalensi hypertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Haryo Nugroho (2004), Trianingsih (2007) dan Lutfi, Bina, Samsul (2010) pada pabrik tekstil juga membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah pekerja berdasar intensitas kebisingan yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
53
54
intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Penelitian lainnya juga membuktikan bahwa paparan kebisingan akan menimbulkan respon dari sistim hormon dan sistim saraf yang akan menaikkan kecepatan denyut jantung yang akan berpengaruh langsung pada tekanan
darah sistolik, tetapi butuh waktu untuk mempengaruhi tekanan
darah diastolik selain itu intensitas kebisingan dan masa kerja (tahun) secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan kenaikan tekanan darah sistolik (Eny Hastuti, 2005). Adapun dengan adanya kenaikan tekanan darah akibat intensitas kebisingan yang melebihi NAB pada pekerja di bagian produksi Rakabu Furniture Surakarta maka pemakaian alat pelindung diri sangat diperlukan. Pemakaian alat pelindung diri yaitu ear plug (sumbat telinga) dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi intensitas kebisingan yang diterima pekerja sehingga tidak mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Ear plug tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 10-15 dB (A. M. Sugeng Budiono, 1992). Penelitian Samsul Nur Hidayat (2005) membuktikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja antara saat tidak memakai ear plug dan pada saat memakai ear plug, dimana rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja pada saat ear plug
telah
dipakai lebih rendah 14,6/6,6 mmHg daripada ketika tidak memakai ear plug.
54
55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan 1.
Intensitas kebisingan di ruang produksi (kelompok terpapar) melebihi 85 dBA yang diperkenankan dengan rerata sebesar 95,6 dBA. Sedangkan intensitas kebisingan di ruang finishing (kelompok kontrol) dibawah 85 dBA dengan rerata sebesar 76,3 dBA.
2.
Rerata tekanan darah pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) sebelum kerja adalah 96,44 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 101,23 mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah pekerja kelompok kontrol (bagian finishing) sebelum kerja adalah 96,09 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 97,09 mmHg.
3.
Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa : a.
Tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian produksi dan finishing mempunyai nilai p = 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang bermakna antara 2 (dua) kelompok penelitian.
b.
Tekanan darah sesudah kerja pada pekerja bagian produksi dan finishing mempunyai nilai p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan.
55 55
56
c.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja dengan nilai rerata pada kelompok terpapar 4,78 mmHg, kelompok kontrol 0,99 mmHg dengan nilai signifikansi p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja bagian produksi dengan adanya kenaikan tekanan darah sebesar 4,78 mmHg.
B.
Saran 1.
Memberikan penutup dari kayu pada bagian mesin pemotong yang menimbulkan kebisingan dan diusahakan tidak menganggu proses produksi.
2.
Perawatan mesin (seperti ; merawat ketajaman alat pemotong, membersihkan bagian mesin yang berhubungan langsung dengan kayu) secara berkala yaitu setiap pagi dan sore.
3.
Perusahaan wajib menyediakan alat pelindung telinga yaitu ear plug/sumbat telinga bagi pekerja bagian produksi untuk mengurangi pemaparan intensitas kebisingan yang diterima pekerja sehingga dapat mencegah kenaikan tekanan darah (sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat c).
4.
Pekerja wajib memakai alat pelindung telinga yang telah disediakan oleh perusahaan (sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12 ayat b).
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Watik Praktiknya. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV Rajawali. A.M. Sugeng Budiono. 1992. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Solo : PT Tri Tunggal Tata Fajar. Andrina Yunita. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran USU. Depkes RI. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat Edisi No. 7 September tahun 2003. Jakarta : Dirjen Bina Kesmas Depkes Efendi, Zukesti. 2003. Ketahanan Jantung dalam Menghadapi Jantung Koroner (PJK). Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran USU. Elizabeth. 2008. Cortisol dan Tubuh Anda. http//stress.about.com/od /stresshealth/a/cortisol.htm diakses tanggal 15 Maret 2009. Eny Hastuti, Onny Setiani, Nurjazuli. 2005. Faktor-Faktor Risiko Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol.4 No.2. Erna Tresnaningsih. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Depkes R1. Eva Hermawati. 2006. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Intensitas Kebisingan yang Berbeda di PT Purinusa Eka Persada Semarang. Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Evelyn C. Pearce. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Utama. Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG. Guyton, A.C. 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran ECG. P= 213. Guyton, A.C., Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran ECG. P= 1214-1215, 249-250, 257-261, 189-190. Handoko, R. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. 57
58
Haryo Nugroho. 2004. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising pada Tenaga Kerja Bagian Weaving (Loom) di PT. Primissima Medari Sleman. Yogyakarta : FKM UNDIP Hastono. 2001. Analisis Data, Jakarta : FKM UI. Henny Lukmanto. 1995. Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta : EGC. I Dewa Nyoman, Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2001. Imam Parsudi. 1992. Hipertensi Penatalaksanaan secara Menyeluruh. Semarang : Badan Penerbit University Diponegoro Lutfi, H., Bina, K., Samsul, NH. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Pekerja Berdasar Intensitas Kebisingan di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabrikteks Tegal. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang. Menteri Tenaga Kerja RI.1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer: KEP51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI. Nanny.
2007. Bersihkan Kuping dengan Baik dan www.indomedia.com diakses tanggal 17 Maret 2009.
Benar.
http://
Novi Arifiani, 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No.144. Nugraha, S., Budiningsih, S., Nainggolan, G. 2005. Kebisingan dan Hipertensi pada Karyawan Laki-Laki di Plant 3-4 PT ”I”. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 55 N0.12. Nurcahyo. 2009. Mengenal Hipertensi. http://indonesiaindonesia.com/f/14176mengenal-hipertensi/-47k- diakses tanggal 14 Maret 2009 Oktia Woro. 1999. Praktikum dan Keterampilan Pendidikan Kesehatan. Semarang : UNNES. Prabu, P. 2008. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan. http://putraprabu. wordpress.com/2009/01/05dampak-kebisingan-terhadap-kesehatan/-51 kdiakses tenggal 14 Maret 2009. Roestam, A.W. 2004. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran, no.144.
58
59
Roger Watson. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC. Samsul Nur Hidayat. 2004. Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Telinga (ear plug) terhadap Tekanan Darah Akibat Bising (Penelitian pada Pekerja Penggilingan Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar). Universitas Diponegoro Semarang. Tesis. Sasongko, D.P., Hadiyarto A. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : Universitas Diponegoro. Sugiyono, 2006, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta. Suharyanto Supadi, Dibvo Pramono, Nawi. 2000. Statistika Kesehatan. Yogya : Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS. Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.Toko Gunung Agung. Trianingsih. 2007. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga kerja Akibat Paparan Bising di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Surakarta : UNS Wikipedia, 2003. Tekanan Darah Tinggi. http ://id.wikipedia.org /wiki/tekanan_darah_tinggi diaksess pada tanggal 11 Maret 2009. Wirawan, I made C. 2009. Obesitas. http ://wayan.web.id/masalahkegemukan.htm diakses pada tanggal 11 Maret 2009.
59