Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAPAR BISING INDUSTRI DI SURAKARTA EFFECT OF BODY MASS INDEX (BMI) TO BLOOD PRESSURE ON THE WORKERS EXPOSED TO INDUSTRIAL NOISE IN SURAKARTA Sumardiyono*, Yeremia Rante Ada, Reni Wijayanti, Seviana Rinawati Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Kol. Sutarto 150K Surakarta, 57126 Telp. (0271) 635819 * Email :
[email protected] ABSTRAK Hipertensi menjadi masalah global, diperkirakan lebih dari satu dari tiga orang dewasa usia 25 tahun ke atas atau sekitar satu miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi. Penyakit itu mengakibatkan hampir 9,4 juta kematian akibat serangan jantung dan stroke setiap tahun. Salah satu faktor internal penyebab hipertensi adalah kegemukan, sedangkan faktor eksternal adalah paparan bising industri pada tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah karyawan perusahaan tekstil di Surakarta. Pemilihan sampel menggunakan purposive quota sampling. Sampel berjumlah 170 orang untuk pekerja yang terpapar bising melebihi NAB dan 110 orang untuk pekerja yang terpapar bising kurang dari NAB. Uji statistik menggunakan Chi Square Test. Hasil uji menunjukkan: 1) pada pekerja yang terpapar bising melebihi NAB, pekerja gemuk/obesitas berisiko mengalami hipertensi 6 kali dibanding normal/kurus (p=0,000; OR=6,104; 95%CI: 3,078-12,102); 2) pada pekerja yang terpapar bising di bawah NAB, pekerja gemuk/obesitas berisiko mengalami hipertensi 2 kali dibanding normal/kurus (p=0,027; OR=2,364; 95%CI: 1,094-5,106). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan risiko hipertensi yang lebih besar. Kata kunci : Bising, IMT, Tekanan Darah
ABSTRACT Hipertension is global problem, estimated more than one of three 25 years old adult or about one billion in the around the world suffer hypertension. That ill causes almost 9.4 million dead because heart attack and stroke every year. One of internal factor that causes hypertension is obesity, meanwhile the external factor is noise exposure industry on employee. This research uses observational method with cross sectional approach. Research population are textile industry employee in Surakarta. Sampel choice use purposive quota sampling. Number of sampel is 170 persons for employee that exposure noise more than TLV and 110 persons for employee that exposure noise under TLV. Statistic test use Chi Square Test. The result show: 1) on employee that exposure noise more than TLV, over weight/obesity employee risky suffer hypertension 6 times than normal/thin (p=0.000; OR=6.104; 95%CI: 3.07812.102); 2) on employee that exposure noise under than TLV, over weight/obesity employee risky suffer hypertension 2 times than normal/thin (p=0.027; OR=2.364; 95%CI: 1.094-5.106). Those can be summarized that noise which more than TLV cause risk of hypertension which higher. Key words: Noise, BMI, Blood Pressure
43
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan global yang membutuhkan perhatian adalah hipertensi. Di Negara maju maupun berkembang, hipertensi dapat menyebabkan kematian. Word Health Organization (2007) melaporkan bahwa pada tahun 2000 penduduk pria penderita hipertensi 26,6% dan wanita sekitar 26,1%, tahun 2025 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 29,2%. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilaporkan oleh Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013), prevalensi hipertensi yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, dkk, 2003). Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program yang merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 profesional sukarelawan, dan agen federal; mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Tabel 1. Klasifikasi Menurut JNC No.
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol Darah (mmHg) (mmHg) 1. Normal < 120 < 80 2. Prehipertensi 120 – 139 80 – 89 3. Hipertensi Stage 1 140 – 159 90 – 99 4. Hipertensi Stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100 Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2003). Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan risiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani dan Kalim, 2008). Penelitian kasus hipertensi pekerja industri yang dilakukan oleh Nugraha (2005), menunjukkan bahwa pada pekerja yang terpapar bising di bawah NAB ditemukan 13% menderita hipertensi, sedangkan pekerja yang terpapar bising melebihi NAB ditemukan 30% menderita hipertensi. Selanjutnya Sugit Nugraha (2005) menyampaikan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah kebisingan (OR=2,2), indeks massa tubuh (OR=2), dan faktor pemakaian APD (OR=3,6). Penelitian lain oleh Huldani (2012), juga menghasilkan bahwa intensitas kebisingan meningkatkan tekanan darah sistolik pekerja (p=0,009), peningkatan tekanan darah diastolik pekerja (p=0,010), dan terdapat perbedaan antara peningkatan tekanan darah pekerja pada intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dB) dibandingkan pada intensitas kebisingan kurang dari NAB (<85 dB) di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin dengan perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 3,58 mmHg dan diastolik sebesar 1,09 mmHg. Selain faktor kebisingan, maka faktor obesitas juga memainkan peran penting untuk terjadinya hipertensi. Hipertensi dan obesitas merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Prevalensi kedua keadaan ini adalah cukup tinggi dan makin meningkat dari tahun ke tahun. Swedish Obese Study (1999, dalam Sanif, 2008), melaporkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sekitar 13,6 %. Selanjutnya dilaporkan oleh Sanif (2008), banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi pada
44
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini mungkin berkaitan dengan beberapa perubahan gaya hidup, latihan jasmani, diet dan pemakaian obat anti obesitas, sedangkan untuk obat anti hipertensi sampai saat ini belum ada rekomendasi mengenai obat antihipertensi utama yang dianjurkan untuk keadaan ini. Pada dekade terakhir prevalensi obesitas makin meningkat. Di USA prevalensi obesitas pada dewasa muda adalah sekitar 17,9 % dan overweight > 60% untuk laki-laki dan 55% untuk wanita. Pada populasi dan etnik tertentu (Mexican-American dan Afrikan-American) prevalensi lebih tinggi lagi yaitu lebih dari 65%. Pada anak-anak angka kejadian ini juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di beberapa area seperti Amerika utara dan tengah, Australia, Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia yang sebelumnya memiliki prevalensi obesitas yang rendah, terjadi kecenderungan peningkatan angka prevalensi. Hal ini mungkin berhubungan dengan peningkatan urbanisasi penduduk, perubahan pola makanan dan aktifitas yang terjadi didaerah tersebut (Sanif, 2008). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kegemukan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dan akan diperparah dengan adanya pemaparan kebisingan terhadap pekerja industri tekstil di Surakarta.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observasional/survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah tenaga kerja yang terpapar bising di perusahaan di wilayah Surakarta dan sekitarnya, yaitu tenaga kerja dari 5 perusahaan tekstil di Surakarta dan sekitarnya. Pemilihan sampel menggunakan purposive quota sampling. Kriteria sampel adalah wanita, usia antara 30 – 50 tahun, masa kerja lebih dari 1 tahun, kurang disiplin memakai sumbat telinga. Sampel berjumlah 170 orang untuk pekerja yang terpapar bising melebihi NAB dan 110 orang untuk pekerja yang terpapar bising kurang dari NAB. Untuk menguji kemaknaan hubungan menggunakan Chi Square Test, untuk mengetahui besar pengaruh variabel bebas (indeks massa tubuh) terhadap variabel terikat (tekanan darah) menggunakan uji Kontingensi, sedangkan untuk mengetahui seberapa besar risiko pekerja yang overweight dibanding pekerja yang normal digunakan uji OR.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di 5 perusahaan tekstil di Surakarta, Sragen, Karanganyar, Boyolali, dan Sukoharjo. Intensitas kebisingan pada ruang produksi yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas untuk 8 jam kerja per hari adalah 86-98 dB(A), sedangkan untuk ruang non produksi dengan intensitas kebisingan kurang dari nilai ambang batas adalah 72-85 dB(A). Ruang produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ruang Spinning dan Weaving, sedangkan ruang non produksi adalah bagian administrasi yang sumber kebisingannya berasal dari ruang produksi namun berbeda ruang. Tabel 2. Intensitas Kebisingan Pada Ruang Produksi Dan Ruang Non Produksi No. 1. 2.
Ruang Produksi Non Produksi
Intensitas kebisingan (dB(A)) 86 – 98 72 – 85
Jumlah sampel (orang) 170 110
Intensitas kebisingan pada ruang produksi seperti tersaji pada tabel 1 tersebut bersumber dari mesin spinning dan weaving, menurut Suma’mur (2014), bising yang bersumber dari mesin tersebut merupakan jenis kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise). Pekerja yang bekerja pada shift pagi dari jam 08.00 – 16.00 dengan istirahat jam 12.00 – 13.00. Intensitas kebisingan di ruang produksi sebesar 86 – 98 dB(A) dikategorikan melebihi nilai ambang batas karena melebihi 85 dB(A) berdasarkan Permenakertrans No. Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Sampel penelitian sebanyak 170 orang yang terpapar bising melebihi NAB diukur tinggi badan dan berat badannya yang selanjutnya dihitung indeks massa tubuh (IMT)nya. Dari 170 orang yang dihitung IMTnya masuk dalam kategori gemuk/obesitas sebanyak 90 orang dan kategori normal/kurus sebanyak 80 orang. Selanjutnya dari 90 orang pekerja yang gemuk/obesitas memiliki tekanan darah tinggi
45
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 sebanyak 56 orang (62,2%) dan yang normal/rendah sebanyak 34 orang (37,8%). Dari 80 orang pekerja yang normal/kurus memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 17 orang (21,2%) dan yang normal/rendah sebanyak 63 orang (78,8%). Selanjutnya dilakukan uji statistik Chi Square Test, Contingency Test, dan Odds Ratio. Hasil selengkapnya tersaji pada tabel 3. Tabel 3. Hubungan IMT Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Terpapar Bising Melebihi NAB IMT Gemuk/Obesitas Normal/Kurus Jumlah
Tekanan Darah Jumlah Tinggi Normal/Rendah n % n % n % 56 62,2 34 37,8 90 100 17 21,2 63 78,8 80 100 73 42,9 97 57,1 170 100
X2
p
C
OR
29,018 0,000 0,382 6,104
95% CI 3,07812,102
Pada pekerja yang terpapar bising melebihi NAB, hasil uji statistik menghasilkan X2=29,018; p=0,000 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan atau kegemukan berpengaruh terhadap hipertensi dengan besar pengaruh sebesar 38% (C=0,382). Besarnya risiko terjadinya hipertensi pada pekerja yang gemuk/obesitas dibanding pekerja yang normal/kurus sebesar 6 kali (OR=6,104; 95%CI=3,078-12,102). Sebanyak 110 orang sampel penelitian pekerja yang terpapar bising kurang dari NAB seperti halnya pekerja yang terpapar bising di atas NAB juga dihitung indeks massa tubuh (IMT)nya. IMT pekerja kategori gemuk/obesitas sebanyak 60 orang dan kategori normal/kurus sebanyak 50 orang. Dari 60 orang pekerja kategori gemuk/obesitas memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 39 orang (65%) dan yang normal/rendah sebanyak 21 orang (35%). Sebanyak 50 orang pekerja kategori normal/kurus memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 22 orang (44,0%) dan yang normal/rendah sebanyak 28 orang (56,0%). Uji statistik menggunakan Chi Square Test, Contingency Test, dan Odds Ratio. Hasil selengkapnya tersaji pada tabel 4. Tabel 4. Hubungan IMT Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Terpapar Bising Di Bawah NAB IMT Gemuk/Obesitas Normal/Kurus Jumlah
Tekanan Darah Jumlah Tinggi Normal/Rendah n % n % n % 39 65,0 21 35,0 60 100 22 44,0 28 56,0 50 100 61 55,5 49 44,5 110 100
X2
p
C
OR
95% CI
4,869 0,027 0,206 2,364 1,094-5,106
Uji statistik pada pekerja yang terpapar bising kurang dari NAB menghasilkan X2=4,869; p=0,027, dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan atau kegemukan berpengaruh terhadap hipertensi dengan besar pengaruh sebesar 21% (C=0,206). Besarnya risiko terjadinya hipertensi pada pekerja yang gemuk/obesitas dibanding pekerja yang normal/kurus sebesar 2 kali (OR=2,364; 95%CI=1,094-5,106). Dari hasil uji statistik tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegemukan berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi dengan besar risiko 2 kali, dan besarnya risiko terjadinya hipertensi pada orang yang gemuk akan meningkat menjadi 6 kali pada pekerja yang terpapar bising melebihi NAB yaitu 86 – 98 dB(A). Junaidi (2010), berpendapat bahwa IMT merupakan ukuran dengan membandingkan/membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Pendapat lain disampaikan oleh Supariasa (2001), bahwa IMT merupakan alat sederhana yang berfungsi memantau status gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penelitian mengenai hubungan antara IMT dengan tekanan darah sebelumnya pernah diteliti oleh Bungawati dan Pratama (2011), yang sampelnya menggunakan perawat dengan rata-rata IMT=22,73 kg/m2 di Rumah Sakit Baptis Kediri, yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan Tekanan Darah Pada Perawat di Rumah Sakit Baptis Kediri (p=0,050). Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Ardiansyah dkk. (2013), yang menyatakan ada pengaruh intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistolik (p=0,005) dan juga tekanan darah diastolik (p=0,003). Penelitian oleh Babba (2007), juga menghasilkan hal yang sama yaitu ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah sistolik (p=0,000) dan diastolik (p=0,001). Hasil penelitian
46
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizi dan Dehghan (2012), yang menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara umur dan tekanan darah (p=0,302) dan masa kerja (p=0,299), jadi pekerja yang terpapar kebisingan melebihi NAB di industri logam tidak menyebabkan perubahan pada tekanan darah. Paparan kebisingan singkat diteliti oleh Zamanian et.al. (2012), menggunakan teknik eksperimen 85, 95, dan 105 dB dalam waktu 5 menit. Tekanan darah dan denyut nadi diukur sebelum dan sesudah pekerja terpapar selama 5 menit tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05) pada tekanan darah dan denyut nadi sebelum dan sesudah pemaparan kebisingan selama 5 menit walaupun terdapat peningkatan tekanan darah sistolik. Berbeda dengan hasil penelitian Rizi dan Dehghan (2012) serta Zamanian et.al. (2012); hasil penelitian oleh Neghab et.al. (2009) menunjukkan prevalensi penurunan fungsi pendengaran secara statistik yang berbeda secara signifikan antara 38,5% kelompok pekerja terpapar bising dan 7,8% kelompok pekerja tidak terpapar bising. Pada penelitian ini juga diperoleh perbedaan peningkatan tekanan darah yang secara statistik signifikan antara kelompok terpapar bising dan kelompok tidak terpapar bising. Walaupun terdapat hasil penelitian yang pro dan kotra, hasil penelitian “Pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja yang Terpapar Bising Industri di Surakarta” telah memperkuat pendapat sebelumnya oleh Stansfeld dan Matheson (2003), yang menyatakan bahwa terdapat bukti sangat kuat adanya hubungan antara kebisingan dengan system kardiovaskuler khusunya tekanan darah. Banyak penelitian di tempat kerja yang menyerankan bahwa efek pemaparan kebisingan melebihi 85 dB dalam waktu lama menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibanding pemaparan kurang dari 85 dB. Pada banyak penelitian, pemaparan kebisingan juga menyebabkan gangguan fisik dan psikososial yang juga berhubungan dengan tekanan darah. Sebuah rintisan penelitian kebisingan industri secara longitudinal menunjukkan bahwa intensitas kebisingan diprediksi meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pekerjaan yang komplek, bukan pekerjaan yang sederhana dan juga diprediksi meningkatkan risiko kematian..
KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada pekerja yang terpapar bising melebihi NAB (p=0,000). 2. Besarnya pengaruh kegemukan (gemuk/obesitas) terhadap kejadian hipertensi pekerja yang terpapar bising melebihi NAB sebesar 38% (C=0,382). 3. Besarnya risiko mengalami hipertensi pada pekerja yang mengalami kegemukan dibanding pekerja yang normal/kurus pada paparan bising melebihi NAB sebesar 6 kali (OR=6,104; 95%CI: 3,07812,102). 4. Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada pekerja yang terpapar bising di bawah NAB (p=0,027). 5. Besarnya pengaruh kegemukan (gemuk/obesitas) terhadap kejadian hipertensi pekerja yang terpapar bising di bawah NAB sebesar 21% (C=0,206). 6. Besarnya risiko mengalami hipertensi pada pekerja yang mengalami kegemukan dibanding pekerja yang normal/kurus pada paparan bising di bawah NAB sebesar 2 kali (OR=2,364; 95%CI: 1,0945,106). UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Direktur Perusahaan PT. Kusuma Putra Santosa Karanganyar, PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri Sragen, PT. Hanil Indonesia Boyolali, PT. Tri Angga Dewi Surakarta, PT. Hidup Baru Plasindo Sukoharjo, yang telah memberikan ijin tempat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, M.R., Ja’far Salim, Wahyu Susihono (2013). Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Stres Kerja, Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.712, ISSN 2302-495X.
47
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Babba, J. (2007) . Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset Kesehatan DasarTahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI Bungawati, D. dan Pratama, K.A. (2011). Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Tekanan Darah Pada Perawat di Rumah Sakit Baptis Kediri, Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4, No. 2, Desember 2011, ISSN 2085-0921. Huldani (2012). Kebisingan Mempengaruhi Tekanan Darah Pekerja PT. PLN (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti, Banjaramasin, CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012. Banjarbaru: Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2003). Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC Express (NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD: U.S.Department of Health and Human Services. Neghab, M., Maddahi, M., Rajaeefard, A.R. (2009). Hearing Impairment and Hypertension Associated with Long Term Occupational Exposure to Noise, IRCMJ 2009; 11(2):160-165 ©Iranian Red Crescent Medical Journal. Rizi, H.A.Y. dan Dehghan, H. (2012). Effects of occupational noise exposure on changes in blood pressure of workers, ARYA Atherosclerosis Journal 2012; Volume 8, Special Issue in National Hypertension Treatment S183. Sani, A., Kalim, H. (2008). Diagnosis Dan Tatalaksana Hipertensi, Sindrom Koroner Akut, Dan Gagal Jantung. Jakarta : Medya crea. h 1-29. Stansfeld, S.A., Matheson, M.P. (2003). Noise pollution: non-auditory effects on health ,British Medical Bulletin 2003; 68: 243–257, © The British Council 2003. Suma’mur P.K. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Edisi 2, Cetakan I. Jakarta: CV Sagung Seto. WHO (2007). Hypertension Report. Geneva: WHO Technical Report Series. Zamanian, Z., Rostami, R., Hasanzadeh, J., Hashemi, H. (2012). Investigation of the Effect of Occupational Noise Exposure on Blood Pressure and Heart Rate of Steel Industry Workers, Hindawi Publishing Corporation Journal of Environmental and Public Health, Volume 2013.
48