VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
David Mangarahon T.Simangunsong
ABSTRACT
Body mass index (BMI) is a simple index of weight and height commonly used to classify underweight, normal, overweight, and obesity in adults. Body mass index is one of the best methods for population assessment of overweight and obesity. In addition, the body mass index is a simple method that is cheap and easy to use.In this study, the analytical method used observational cross-sectional study design. The population in this study were all students of the Faculty of Medicine, University of HKBP Nommensen. The sampling technique used is the total sampling, totaling 87 people. Types of data collected primary data through the measurement of body mass index (BMI) and blood pressure. The purpose of this study is to determine the relationship between body mass index with blood pressure.This study were obtained from the SPSS results found an association between body mass index with blood pressure (p <0.05). The results of this study showed that the higher the BMI the more it will increase blood pressure. Keywords: Body Mass Index, Blood Pressure.
1.1. Latar Belakang Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan indeks sederhana dari berat badan dan tinggi yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan berat badan kurang, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas pada orang dewasa (World Health Organization, 2012). Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang akurat merupakan langkah awal dalam pemeriksaan klinis, karena kedua pengukuran tersebut dibutuhkan untuk menghitung BMI. BMI didapatkan dengan cara membagi berat badan dalam kg dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan (Soegih RR, 2009). Menggunakan BMI merupakan salah satu metode terbaik untuk penilaian populasi kelebihan berat badan dan obesitas. Selain itu, pengukuran dengan
ISSN 0853-0203
1248
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
BMI murah dan mudah digunakan untuk dokter dan masyarakat umum (Centers for disease Control and Prevention, 2012). BMI sekitar 18,5-24,9 kg/m2 bernilai normal (Robbins, 2009., Mufunda, 2007). Orang yang mengalami peningkatan BMI ≥ 25 kg/m 2 dianggap kelebihan berat badan dan obesitas (Robbins, 2009., Mhada CE, 2009., Adediran OS, 2009). Prevalensi obesitas di seluruh dunia menurut penelitian WHO, telah meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008. Pada tahun 2008, 35% orang dewasa dengan umur diatas 20 tahun yang memiliki kelebihan berat badan yaitu 34% pada laki-laki dan 35% pada perempuan. Pada tahun 2008, 10% pada laki-laki dan 14% pada perempuan di dunia yang tergolong obesitas, dibandingkan dengan 5% untuk laki-laki dan 8% untuk perempuan pada tahun 1980. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan 297 juta perempuan di atas usia 20 yang tergolong gemuk, total lebih dari setengah miliar orang dewasa di seluruh dunia (World Health Organization, 2012). Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas yang tertinggi terdapat di
wilayah
Amerika (62% untuk kelebihan berat badan pada kedua jenis kelamin dan 26% untuk obesitas) dan terendah di Asia Tenggara (14% kelebihan berat badan pada kedua jenis kelamin dan 3% untuk obesitas) (World Health Organization, 2012). Menurut RISKESDAS prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada penduduk dewasa di atas 18 tahun di Indonesia pada laki-laki berat badan lebih 8,5% dan obesitas 7,8%, sedangkan pada perempuan berat badan lebih 11,4% dan yang obesitas 15,5%. Di DKI Jakarta laki-laki yang berat badan lebih sebanyak 12,1% dan yang obesitas 12,5%. Sedangkan pada perempuan yang berat badan lebih 12,4% dan yang obesitas 20%. Sementara itu di Sumatera Utara, laki-laki dengan kategori BMI berat badan lebih sebanyak 10,9% dan yang obesitas sebanyak 9,4%, sedangan kategori BMI pada prempuan yang berat badan lebih 12,8% dan obesitas 17,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010). Orang yang mengalami peningkatan BMI sehingga menimbulkan kelebihan berat badan dan obesitas dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi tubuhny bahkan sampai menimbulkan kematian. Menurut WHO di seluruh dunia, setidaknya 2.8 juta penduduk mati setiap tahun sebagai akibat dari terjadi kelebihan berat badan atau obesitas, dan sekitar 35.8 juta
ISSN 0853-0203
1249
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
(2,3%) dari global DALYs disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas (World Health Organization, 2012). Peningkatan BMI menimbulkan risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2, kanker kandung kemih payudara, usus besar, prostat, endometrium, ginjal dan empedu (World Health Organization, 2012., Cunningham FG ,2005). Peningkatan BMI yang termasuk kelebihan berat badan dan obesitas memiliki peran utama dalam penyebab hipertensi (Guyton, 2007). Hipertensi merupakan tekanan darah arteri rata-rata lebih tinggi dari batas normal. Tekanan arteri rata-rata yang lebih tinggi dari 110 mmHg (normal sekitar 90 mmHg) dianggap hipertensi. Nilai rata-rata yaitu bila tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg dan tekanan sistolik lebih besar dari kira-kira 135 mmHg (Guyton, 2007). Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang lebih, dan penelitian pada beberapa populasi menunjukan bahwa kenaikan berat badan berlebih dan obesitas memberikan resiko 60 sampai 70 untuk terkena hipertensi primer. Penelitian klinis telah secara jelas menunjukkan pentingnya penurunan berat badan untuk menurunkan tekanan darah pada sebagian besar pasien hipertensi. Bahkan, panduan klinis terbaru untuk pengobatan hipertensi menganjurkan peningkatan aktivitas fisik dan penurunan berat badan sebagai langkah pertama dalam pengelola pasien hipertensi (Guyton, 2007). Menurut penelitian Hendrik semakin tinggi BMI seseorang maka akan disertai juga dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Dari uraian–uraian yang dipaparkan oleh Hendrik di penelitiannya, dapat disimpulkan yaitu BMI pada responden yang mengikuti penelitian ini rata-rata 22.7 kg/m2 dengan BMI yang terbesar adalah 37.87 kg/m2 dan terkecil adalah 16.6 kg/m2 dan tekanan darah responden yang memiliki penelitian, baik sistolik maupun diastolik secara berturut, ini adalah rata-rata 115.26 mmHg dan 74.6 mmHg dengan nilai tertinggi adalah 130 mmHg dan 90 mmHg serta terendah adalah 100 mmHg dan 60 mmHg (Hendrik, 2011) Sedangkan, menurut penelitian Muhamad Ilham (2010) dari 100 responden ditemukan 70 mahasiswa mempunyai berat badan normal, 6 orang merupakan underweight, 16 orang overweight dan 8 orang mengalami obesitas. Kemudian dari 100 orang mahasiswa 84 orang mempunyai tekanan darah normal, 14 orang mengalami prehipertensi dan 2 orang mengalami
ISSN 0853-0203
1250
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
hipertensi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan antara BMI pada tekanan darah pada siswa yang memiliki riwayat keluarga hipertensi (Karim MIBA, 2010). Berdasarkan hal–hal yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan Body Mass Index dengan tekanan darah pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan apakah ada hubungan antara body mass index dengan tekanan darah seseorang?
adalah
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara body mass index dengan tekanan darah seseorang.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui body mass index mahasiswa/i Fakultas Kedokteran
Universitas HKBP
Nommensen. 2. Mengetahui tekanan darah pada mahasiswa/i Fakultas Kedokeran Universitas HKBP Nommensen. 3. Menganalisis hubungan BMI dengan tekanan darah pada
mahasiswa/i Fakultas
Universitas HKBP Nommensen.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan body mass index dan menjaga berat badan normal untuk menghindari
dampak
negatif yang dapat
ditimbulkan.
ISSN 0853-0203
1251
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
2. Memberikan
pengetahuan
mengenai
pentingnya
pemantauan
tekanan
darah sehingga dapat dikontrol apabila terjadi hipertensi. 3. Dapat memberikan informasi tentang hubungan body mass index dengan peningkatan tekanan darah.
1.5. TINJUAN PUSTAKA 1.5.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan berat badan kurang, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas pada orang dewasa. Hal ini dapat dinilai dengan cara mengukur berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter (kg/m2). WHO mendefinisikan seseorang mengalami kelebihan berat badan jika BMI ≥ 25, sedangkan disebut obesitas jika BMI ≥ 30. BMI adalah metode yang murah dan mudah melakukan skrining untuk mengkategorikan berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang biasa di skrining melalui BMI antara lain hipertensi, penyakit jantung, dan DM tipe II (Tesfaye F, 2007). Tabel 2.1. Klasifikasi Body Mass Index (BMI) menurut World Health Organization (WHO) Klasifikasi
BMI Asia (kg/m2)
BMI Eropa (kg/m2)
Berat Badan Kurang
< 18,5
< 18,5
Normal
18,5-22,9
18,5-24,9
Berat Badan Lebih
≥ 23
≥ 25
Beresiko
23,0-24,9
25,0-29,9
Obesitas I
25-29,9
30,0-34,9
Obesitas II
≥ 30
35,0-39,9
Obesitas III
ISSN 0853-0203
≥ 40
1252
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
1.5.2 Tekanan Darah Definisi Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Tekanan darah merupakan tekanan darah yang dipantau dan diatur ditubuh, bukan takanan sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan di bagian lain pohon vaskular (Sherwood L, 2011). Fisiologi Tekanan Darah Tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan resisitensi perifer total. Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi sekuncup. Kecepatan Jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas parasimpatis, yang menurunkan kecepatan jantung dan aktivitas simpatis yang meningkatkan kecepatan jantung. Isi sekuncup meningkat sebagai respons terhadap aktivitas simpatis. Isi sekuncup juga meningkat jika aliran balik vena meningkat. Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasokontriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa pernapasan, dan pengisap jantung. Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah dikembalikan ke jantung. Volume darah jangka pendek bergantung pada ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan cairan interstisium, menembus dinding kapiler. Dalam jangka panjang volume darah bergantung pada keseimbangan garam dan air, yang secara hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan vasopresin (Sherwood L, 2011). Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resisitensi perifer total, bergantung pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor utama yang menentukan kekentalan darah adalah sel darah merah. Namun, jari-jari arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan resistensi resistensi prefer total. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol
ISSN 0853-0203
1253
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
metabolik lokal (intrinsik) yang menyamakan aliran darah dengan dengan kebutuhan metabolik. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi oleh aktivitas simpatis, suatu mekanisme kontrol ekstrinsik yang menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan resistensi perifer total dan tekanan darah arteri rerata. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh horman vasopresin dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten serta penting dalam keseimbangan garam dan air. Perubahan setiap faktor di atas yang mempengaruhi tekanan darah akan mengubah tekanan darah (Sherwood L, 2011). Pengukuran Tekanan Darah Metode pengukuran tekanan darah terdiri atas tiga bagian yaitu:(Ganong WF, 2002) a. Metode Langsung Bila kanul dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat di atas titik tempat memasukkan kanul, suatu tekanan ujung terekam. Aliran dalam darah tergantung dan semua energi kinetik dari aliran dikonversi menjadi energi tekanan (Ganong WF, 2002). b. Metode Auskultasi Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukur dengan metode auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa (manset Riva-Rocci) dihubungkan pada manometer air raksa (sfigmomanometer) kemudian di lilitkan di sekitar lengan dan stetoskop di letakan dibatas arteri brakialis pada siku. Manset secara cepat dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh menset dan suara tidak terdengar oleh stetoskop. Kemudian secara perlahan tekanan manset diturunkan maka pada bunyi pertama terdengar suara tekanan sistolik. Menurunnya tekanan suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jelas dan menutupi, akhirnya akan menghilang pada kebanyakan individu ini disebut dengan bunyi korotkoff. Tekanan diastolik pada orang dewasa dalam keadaan istirahat berkolerasi paling baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang. Tetapi pada orang dewasa
ISSN 0853-0203
1254
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
yang baru selesai berolahraga dan pada anak, tekanan diastolik berkolerasi paling baik saat bunyi menghilang (Ganong WF, 2002).
c. Metode Palpasi Tekanan sistolik ditentukan dengan cara memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesulitan menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan diukur dengan metode auskultasi (Ganong WF, 2002).
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah dapat dibagi menjadi normal, prehipertensi, hipertensi tahap 1, dan hipertensi tahap 2 (JNC 7) (Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, 2012).
Tabel 2.3.4 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 Kategori
TDS mmHg
TDD mmHg
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120–139
80–89
Hipertensi Tahap 1
140–159
90–99
Hipertensi Tahap 2
≥ 160
≥ 100 (JNC 7)
Keterangan : Tekanan darah sistolik (TDS) Tekanan darah diastolik (TDD)
ISSN 0853-0203
1255
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Hipertensi secara langsung berhubungan dengan BMI, itu menunjukan bahwa bila ada peningkatan BMI maka cenderung hipertensi juga akan meningkat pada perempuan dan lakilaki (Humayun A , 2009). Kelebihan berat badan atau obesitas adalah pemicu timbulnya beberapa penyakit serius termasuk hipertensi akut. Orang yang berat badannya berlebih pada umumnya mengalami kesulitan untuk bergerak secara bebas. Untuk dapat menggerakan tubuhnya maka jantung harus memompa darah lebih cepat dan membuat tekanan darah menjadi naik. Itulah sebabnya kegemukan menjadi faktor terjadinya hipertensi. Oleh karena itu bagi yang telah mengalami kegemukan harus mulai diet pola makan yang seimbang (Susilo Y, 2011).
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional 2.2. Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Waktu penelitian dilakukan pada 15 Oktober sampai 10 November 2012. 2.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian yaitu seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen dan sampel penelitian mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak mempunyai kriteria eksklusi seperti berikut: 1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas HKBP Nommensen yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dan mau menjadi responden. 2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sedang baru melakukan pekerjaan fisik yang berat, mengkonsumsi obat-obatan sehari sebelumnya seperti obat- obatan untuk hipertensi
ISSN 0853-0203
1256
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
atau obat penurun berat badan, perokok, mempunyai penyakit kronik seperti penyakit metabolik (DM 1), penyakit jantung, pembuluh darah, mempunyai riwayat keluarga keturunan obesitas. Penghitungan besar sampel minimum menggunakan rumus dibawah ini :(Notoatmodjo DS, 2005) (zα+zβ) 2
n=
2
+3
0,5ln[(1+r)/(1-r)] Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 57 subyek.
2.4. Metode Pengumpulan Data Responden pada penelitian analitik yaitu mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012. Subjek penelitian akan dipilih dengan cara Non-probability sampling jenis Consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Pertama-tama, responden akan diwawancara untuk mengetahui apakah responden memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pada responden yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi akan dilakukan pengukuran BMI dan tekanan darah. Untuk mendapatkan nilai BMI dilakukan pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan perhitungan BMI dengan rumus : BMI = BB (kg) TB (m)2
ISSN 0853-0203
1257
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
Untuk mendapatkan nilai tekanan darah, berikut ini prosedur pengukuran tekanan darah: ( Bickley LS, 2009) 1. Sphygmanometer yang digunakan adalah tensimeter air raksa atau tensimeter aneroid. Jika menggunakan tensimeter, maka digunakan stestoskop untuk mendengarkan tekan darah sistolik dan diastolik. 2. Bebaskan lengan medial atas dari pakian yang penghalangi. 3. Pada medial lengan atas lilitkan bagian bladder cuff (balon manset), tepat di tengah arteri brakialis, bagian bawah cuff (manset) berada 2,5 cm proksimal fossa antekubiti, sejajar dengan letak jantung. 4. Pasanglah manset tensimeter dengan pas. Posisikan lengan subyek sehingga sedikit flexi pada sendi siku. 5. Untuk menentukan seberapa tinggi tekanan dalam manset harus di naikkan, pertamatama perkirakan tekanan sistolik melalui palpasi. 6. Buka kunci sphygmanometer dan pompa dengan cepat manset tensimeter sampai denyut radialis arteri radialis tidak teraba lagi, kemudian baca tekanan yang tertera pada manometer. 7. Letakakn stestoskop bagian bell dengan tekanan yang ringan di daerah arteri brakialis. 8. Dipompakan manset untuk menaikkan tekanan 30 mmHg lebih tinggi. Dikempiskan manset dengan segera samapi benar-benar kempis, dan tunggu selama 15-30 detik. Dipompakan manset sampai level yang ditetetapkan tadi. 9. Kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik dan didengarkan dengan stetoskop tinggi tekanan sedikitnya dua bunyi denyutan yang berturut merupakan tekanan sistolik. Diturunkan tekanan secara perlahan sampai bunyi yang terdengar menjadi redup dan kemudian suara menghilang merupakan tekanan diastolik. 10. Lakukan pencatatan tekanan sistolik dan diastol yang telah didapatkan.
ISSN 0853-0203
1258
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
2.5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis statistik. Pengolahan data dan analisis data kuantitatif ini dilakukan dengan bantuan alat eletronik yaitu laptop. Kemudian akan dilanjutkan dengan analisis bivariat yaitu uji korelasi dan regresi linier. Pengolahan data yang telah dikumpulkan akan menggunakan sofware SPSS.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15 Oktober - 10 November 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasional dengan desain croos sectional dimana setiap responden akan diwawancara untuk mengetahui apakah responden memenuhi kriteria penelitian. Pada penelitian ini dari 199 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi hanya 87 responden. 3.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Responden penelitian ini terdiri dari mahasiswa-wahasiswi angkatan 2009 sampai angkatan
2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Responden yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 87 orang terdiri atas 36 laki-laki (41.4%) dan 51 perempuan (58.6%). Berikut tabel karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut ini. Tabel 3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Presentasi (%)
Laki-laki
36
41.4
Perempuan
51
58.6
Total
87
100.0
ISSN 0853-0203
1259
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
Responden pada penelitian ini terdiri atas usia antara 17-22 tahun, dimana umur terbanyak pada responden yaitu usia 21 tahun (27.6%) dan umur yang paling sedikit pada usia 17 tahun (4.6%). Berikut ini merupakan sebaran responden berdasarkan umur pada penelitian ini Tabel 3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
17
4
4.6
18
12
13.8
19
20
23.0
20
22
25.3
21
24
27.6
22
5
5.7
Total
87
100.0
Pada penelitian ini akan menilai hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah. Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada penelitian ini menunjukkan 41 orang (47.1%) memiliki IMT normal, 16 orang (18.4%) memiliki berat badan lebih, dan jumlah yang paling sedikit dijumpai pada berat badan kurang yaitu 6 orang (6.9%). Berikut tabel indeks massa tubuh (IMT) pada responden penelitian ini sebagai berikut ini. Tabel 3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai IMT IMT
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
Berat Badan Kurang
6
6.9
Normal
41
47.1
Berat Badan Lebih
16
18.4
ISSN 0853-0203
1260
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
Obesitas 1
12
13.8
Obesitas 2
12
13.8
Total
87
100.0
Pada pengukuran tekanan darah berdasarkan klasifikasi JNC 7 didapati 51 orang (58.6%) memiliki tekanan darah normal, 35 orang (40.2%) prehipertensi, dan 1 orang (1.1%) hipertensi tahap 1. Berikut tabel karakteristik tekanan darah berdasarkan JNC 7 sebagai berikut ini.
Tabel 3.4. Karakteristik Tekanan Darah Responden Berdasarkan Nilai JNC 7 Tekanan Darah
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
Normal
51
58.6
Prehipertensi
35
40.2
Hipertensi Tahap 1
1
1.1
Hipertensi Tahap 2
0
0.1
Total
87
100.0
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah maka pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat menunjukan nilai P < 0,001. Berikut tabel hasil analisis bivariat antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah sebagai berikut.
ISSN 0853-0203
1261
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
Tabel 3.5. Hasil Analisis Bivariat Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Tekanan darah
IMT
Normal
Prehipertensi
Hipertensi 1
BBK
4
2
0
6
N
29
12
0
41
BBL
11
5
0
16
OB 1
6
5
1
12
OB 2
1
11
0
12
51
35
1
87
Total
Total
P < 0,001
3.2. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen pada tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa-mahasiswi yang memiliki riwayat keluarga hipertensi. Pada penelitian ini menunjukan bahwa 41 orang (47.1%) memiliki IMT normal, 16 orang (18.4%) memiliki berat badan lebih, 12 orang obesitas 1, 12 orang obesitas 2, dan jumlah yang paling sedikit dijumpai pada berat badan kurang yaitu 6 orang (6.9%). Pada pengukuran tekanan darah berdasarkan klasifikasi JNC 7 didapati 51 orang (58.6%) memiliki tekanan darah normal, 35 orang (40.2%) prehipertensi, dan 1 orang (1.1%) hipertensi tahap 1. Pada penelitian ini dijumpai nilai p < 0,001 karena p kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah. Hasil penelitian dijumpai kecenderungan peningkatan tekanan darah pada responden yang memiliki berat badan lebih. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan dimana kelebihan berat badan atau obesitas adalah pemicu timbulnya beberapa penyakit termasuk hipertensi akut. Menurut penelitian Muhamad Ilham dapat disimpulkan adanya hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah. Dimana dari 100 responden ditemukan 70 mahasiswa mempunyai berat badan normal, 6
ISSN 0853-0203
1262
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
orang merupakan berat badan kurang, 16 orang berat badan lebih, dan 8 orang mengalami obesitas. Kemudian dari 100 orang mahasiswa 84 orang mempunyai tekanan darah normal, 14 orang mengalami prehipertensi, dan 2 orang yang mengalami hipertensi.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Indeks massa tubuh (IMT) pada responden yaitu 41 orang (47.1 %) normal,16 orang (18.4 %) berat badan lebih, 12 orang (13.8 %) obesitas 1, 12 orang (13.8 %) obesitas 2, dan 6 orang (6.9 %) berat badan kurang. 2. Barat badan responden yang mengikuti penelitian ini yang terendah adalah 42 kg dan yang terberat adalah 110,8 kg. 3. Pada penelitian ini, responden yang memiliki tinggi badan yang tertinggi adalah 177,8 cm dan yang terendah adalah 140 cm. 4. Tekanan darah responden berdasarkan klasifikasi JNC 7 yaitu 51 orang (58.6 %) normal, prehipertensi 35 orang (40.2 %), dan 1 orang (1.1 %) hipertensi tahap 1. 5. Nilai p < 0,001. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah.
4.2. Saran Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini yaitu: 1. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya ditambahkan indikator lain misalnya status gizi pada responden yang akan diteliti.
ISSN 0853-0203
1263
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
2. Untuk mahasiswa yang memiliki berat badan lebih dan obesitas sebaiknya melakukan diet rendah kalori dibarengi diet rendah lemak, meningkatkan aktivitas fisik secara teratur, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk menurunkan berat badan. 3.
Sebaiknya untuk mengontrol berat badannya dan selalu menjaga pola makan sehat dan pola hidup sehat untuk mencegah obesitas.
DAFTAR PUSTAKA World Health Organization. Obesity and Overweight . [Online].; 2012 [cited 2012 August 24]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/. Soegih RR, Eiramihardja KK, editors. 2009. Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis Jakarta: Sagung Seto; 2009. Centers for disease Control and Prevention. About BMI for Children and Teens. [Online]. 2012 [cited 2012 September 7]. Available from: http://www.cdc.gov/obesity/index.html. Robbins, Cortran. Dasar Patologis Penyakit. In: Kumar, Abbas, Fauston, editors. 7th ed. 2009. Jakarta: EKG;. Mufunda J. Body mass index and blood pressure: where are we now?. 2007. Journal of Human Hypertension. Mhada CE, Adedoyin RA, Odejide AS. 2009. Relationship Between Socioeconomic Status and Body Mass Index Among Adult Nigerians:AJPARS. Adediran OS, Jimoh AK, Di Musa. 2009. Relationship Between BMI And Blood Pressure In Rural Nigerian Dwellers. Journal of Nutrition and Wellnes. World Health Organization. Mean Body Mass Index (BMI). [Online]. 2012;[cited 201 July 25]. Available from: http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/bmi_text/en/. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)[Online]. 2010; [cited 2012 July 31].Available from : http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010/. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom DK. 2005. Obstetric Williams 21st ed.Jakarta: EGC;.
ISSN 0853-0203
1264
VISI (2013) 21 (1) 1248 - 1265
Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati ea, editor. 11th ed. Jakarta: EGC Hendrik. 2011. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan: USU Karim MIBA. 2010. Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Kedokteran dan Fisioterapi Alliance College Of Medical Sciences (ACMS) Yang Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi. Medan: USU. Tesfaye F, Nawi NG, Minh HV, Byass P, Berhane Y, Bonita R, et al. 2007. Association between body mass index and blood pressure across three populations in Afrika and Asia. Journal of Human Hypertension. Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 20th ed. Jakarta: EGC. Sherwood L. 2011. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah.In:Yesdelita N, editor. Fisiologi Manusia Dari sel ke Sel. 6th ed. Jakarta: EGC. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). [Online]. 2012 . [cited 2012 September 1]. Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/phycard.pdf. Susilo Y, Wulandari A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.In:Westriningsih, editor. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2011. Humayun A, Shah AS, Sultana R. 2009. Relation Of Hypertension With Body Mass Index and Age in Male and Female Population of Peshawae, Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad. Notoatmodjo DS.2005Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Bickley LS. 2009Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. 8th ed. Jakarta: EGC.
ISSN 0853-0203
1265