ANALISIS PENGARUH INDEKS MASA TUBUH (IMT), STRES DAN USIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA KONTRAKTOR PEMBANGUNAN WORKSHOP PT. PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU
LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Dhidit Fachrul Arifin R.0013037
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 i
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH INDEKS MASA TUBUH (IMT), STRES DAN USIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA KONTRAKTOR PEMBANGUNAN WORKSHOP PT. PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU Dhidit Fachrul Arifin¹, Reni Wijayanti² Latar Belakang : Dalam suatu lingkungan kerja, banyak pekerja yang menghadapi tuntutan dari perusaaan yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya pengaruh terhadap perubahan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan antara indeks masa tubuh, stres serta usia terhadap perubahan tekanan darah sistol dan diastol kontraktor pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah kontraktor pembangunan workshop PT.Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dengan populasi sebanyak 34 orang. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik regresi logistik ordinal dengan menggunakan program spss 16.0. Hasil : Pada penelitian ini, didapatkan hasil untuk indeks masa tubuh bahwa mayoritas pekerja memiliki IMT kategori normal, untuk stres diperoleh hasil mayoritas pekerja memiliki stres kategori berat, untuk usia diperoleh hasil mayoritas pekerja memiliki usia kategori dewasa akhir. Simpulan : Pada penelitian ini, ditemukan bahwa untuk faktor indeks masa tubuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistol dan tidak berpengaruh signifikan terhadap diastol, dan faktor stres memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistol dan diastol, dan usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistol dan diastol tenaga kerja kontraktor pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Kata kunci : Indeks Masa Tubuh (IMT), Stres, Usia, Perubahan Tekanan Darah 1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dosen Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
iv
ABSTRACT ANALYSIS OF EFFECT OF FUTURE BODY INDEX ( BMI ) , STRESS AND AGE OF CHANGES IN BLOOD PRESSURE POWER CONTRACTOR EMPLOYEE DEVELOPMENT WORKSHOP PT . PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU Dhidit Fachrul Arifin¹, Reni Wijayanti² Background : In a work environment , Many workers Yang Facing Charges Of perusaaan Operative NOT Direct effect against health , particularly the influence Against Blood pressure changes . Singer study aims to review identify factors Anything That Operates significant influence BETWEEN Body mass index , Age Against Stress And Blood Pressure changes in the systole and diastole contractor Development workshop PT. Pertamina EP Cepu Field Asset 4 . Methods : This study used analytic method . The research subject is the Cepu Field Asset 4 workshop with techniques and data analysis is done SPSS 16.0 program .
observational study with cross sectional construction contractor PT.Pertamina EP a population of 34 people . Processing by using ordinal logistic regression using
Results : In this study , the results obtained for a body mass index that the majority of workers had normal BMI category , to stress the results obtained majority of workers have stress weight category , for ages result the majority of workers have final adult age categories. Conclusion : In this study , it was found that the body mass index for factors have a significant influence on changes in systolic blood pressure , and stress factors have a significant influence on changes in systolic and diastolic blood pressure workshop construction contractor PT . Pertamina EP Asset 4 field Cepu. Keywords : Body Mass Index ( BMI ) , Stress , Age , Blood Pressure 1. Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University 2. Lecturer of Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
v
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam melaksanakan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Pengaruh Indeks Masa Tubuh (IMT), Stres dan Usia Terhadap Perubahan Tekanan Darah Tenaga Kerja Kontraktor Pembangunan Workshop PT. Pertamina Ep Asset 4 Field Cepu”. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteraan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Hartono, dr, M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes selaku Kepala Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Reni Wijayanti, dr., M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes selaku penguji dalam laporan ini. 5. Bapak Candra Widiatmoko selaku Pembimbing Lapangan Pelaksanaan Magang yang telah memberikan kesempatan untuk belajar, membimbing serta memberikan pengarahan selama proses magang berlangsung serta pengumpulan dokumen di PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. 6. Seluruh bapak-bapak HSSE, Bapak Iwan, Bapak Arif, Bapak Herman, Bapak Sony, Bapak Ngudiyono, Bapak Ngadiman, Bapak Heru, Bapak Paidin, Bapak Mashuri, Bapak Kasdi, Bapak Ali, Bapak Putut, Bapak Jito, Bapak Broto, dan Bapak Mardiono yang selalu sabar membimbing penulis selama proses magang berlangsung. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta asisten-asisten yang telah memberikan ilmu-ilmunya. 8. Kedua orang tua penulis, Bapak Ponco Subagio dan Ibu Sriismarni tercinta yang selalu memberikan doa serta dukungan moril, spiritual dan materil serta selalu memberikan semangat dan dukungannya. 9. Adik-adik tersayang Rubbaecha dan Tarania yang selalu memberikan dukungannnya dan semangatnya. 10. Sahabat-sahabat penulis Bapak Mario Teguh, Juan, Abib, Uzlif, Dito, Yulinda, Rina, Anggraeni, Intan, Devy, Komang, dan Nero terima kasih untuk semangat dan dukungannya. 11. Teman dekat penulis Della Risza Pratiwi terima kasih untuk semangat dan dukunganya. iv
12. Teman-teman Mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan Phytochemicals 2013 terima kasih atas kerjasamanya dan kebersamaanya selama ini. 13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga laporan ini dapta bermanfaat. Surakarta,.............................. Penulis,
Dhidit Fachrul Arifin
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................ PRAKATA .................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................... C. Tujuan Penelitian ............................................................................ D. Manfaat Penelitian .......................................................................... BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ C. Hipotesis.......................................................................................... BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... A. Jenis Penelitian ................................................................................ B. Lokasi danWaktu Penelitian ........................................................... C. Populasi Penelitian .......................................................................... D. Teknik Sampling ............................................................................. E. Sampel Penelitian ............................................................................ F. Variabel Penelitian .......................................................................... G. Definisi Operasional........................................................................ H. Sumber Data .................................................................................... I. Instrumen Penelitian........................................................................ J. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. K. Analisis Data ................................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ A. Simpulan ......................................................................................... B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii
i ii iii iv v vi vii viii ix x xii 1 1 3 4 4 7 7 25 26 27 27 27 27 27 28 28 29 30 30 35 35 43 54 56 56 56
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Umur menurut DEPKES RI ........................................... Tabel 2. Kategori Indeks Masa Tubuh ...................................................... Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi (Nilai r) ..................................... Tabel 4. Hasil Analisis Indeks Masa Tubuh (IMT) ................................... Tabel 5. Hasil Analisis Tingkat Stres .......................................................... Tabel 6. Hasil Analisis Usia ........................................................................
viii
11 16 39 43 43 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ..................................................................
24
Gambar 2. Stetoskop dan Sfigmomanometer ...............................................
32
Gambar 3. Timbangan Digital ....................................................................
32
Gambar 4. Stature Meter .............................................................................
33
ix
DAFTAR SINGKATAN
IMT K3 MEA WHO
: Indeks Masa Tubuh. : Kesehatan dan Keselamatan Kerja. : Masyarakat Ekonomi Asean. : World Health Organisation
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Hasil Pengukuran Tingkat Stres Lampiran 2. Tabel Hasil Data Responden Lampiran 3. Hasil SPSS Perubahan Tekanan Darah Sistol Lampiran 4. Hasil SPSS Perubahan Tekanan Darah Diastol Lampiran 5. Formulir Kuisioner
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan masyarakat ekonomi asean (MEA) di tahun 2015, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Prabowo, 2011). K3 bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajad kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja, maupun untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan. Dalam lingkungan kerja, tingginya tuntutan pekerjaan yang sering dialami oleh tenaga kerja akan berdampak pada kesehatan tenaga pekerja yang secara tidak langsung mempengaruhi produktifitas kerja. Dimana salah satu dampak terhadap kesehatan adalah timbulnya perubahan 1
2
tekanan darah dari sebelum melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan. Keadaan itu bisa mengakibatkan menurunnya prestasi kerja yang merugikan diri karyawan dan perusahaan. salah satu dampaknya adalah terhadap perubahan tekanan darah. Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri). Normalnya jantung berdetak 60 hingga 70 kali dalam 60 detik pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah,yang biasa disebut dengan tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung relaks diantara dua denyut nadi,biasa disebut tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik pertekanan diastolik sebagai contoh,120/80 mmHg (Kowalski, 2010). Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, stress, dan indeks masa tubuh. Namun tidak semua faktor yang berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER- 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelengaraan Keselamatan Kerja bahwa keselamatan kerja yang setinggi-tingginya dapat dicapai bila antara lain kesehatan tenaga kerja berada dalam taraf yang-sebaik baiknya. Berdasarkan Undang-Undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap tenaga kerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas
3
kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Dan didukung oleh Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 164 ayat 4 menjelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Sehingga berdasarkan pada latar belakang tersebut akan dilakukan penelitian yang berjudul “Analis Pengaruh Indeks Masa Tubuh (IMT), Stress, dan Usia Terhadap Perubahan Tekanan Darah Tenaga Kerja Kontraktor Pembangunan Workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Adakah perubahan tekanan darah tenaga kerja workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu sebelum dan sesudah bekerja? 2. Bagaimana pengaruh tingkat stress, usia, dan indeks masa tubuh terhadap
perubahan
tekanan
darah
tenaga
kerja
kontraktor
pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu ?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perubahan tekanan darah tenaga kerja kontraktor pembangunan workshop PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu sebelum dan sesudah bekerja; 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor yang signifikan antara indeks masa tubuh terhadap perubahan tekanan darah tenaga kerja kontraktor pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor yang signifikan antara stress terhadap
perubahan
tekanan
darah
tenaga
kerja
kontraktor
pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. 4. Untuk mengetahui pengaruh faktor yang signifikan antara usia terhadap
perubahan
tekanan
darah
tenaga
kerja
kontraktor
pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang telah di lakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Perusahaan a. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai pengaruh yang paling signifikan antara tingkat IMT, stres, dan usia, terhadap tekanan darah, serta risiko yang dapat ditimbulkan;
5
b. Sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk perbaikan kesehatan kerja guna meningkatkan produktifitas kerja di PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu; c. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dalam menentukan kebijakan dan izin yang diberikan kepada tenaga kerja kontraktor pembangunan workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. 2. Bagi Program Diploma III Hiperkes & Keselamatan Kerja Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar dan pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik. 3. Bagi Mahasiswa a. Sebagai salah satu syarat kelulusan mencapai derajat Diploma III Hiperkes. b. Menambah wawasan selain mendapat ilmu yang diperoleh di perkuliahan tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3). c. Sebagai sarana dan wadah untuk mengaplikasikan ilmu kesehatan secara langsung sebelum terjun ke dunia kerja. d. Memahami permasalahan di dunia kerja untuk peningkatan dan pemahaman profesionalisme dunia kerja. e. Mampu melakukan pengukuran untuk mengetahui tekanan darah pekarya
baik
sebelum
bekerja
maupun
menggunakan Stetoskop dan Sfigmomanometer.
sesudah
bekerja
6
f. Mampu melakukan pengukuran untuk mengetahui tingkat stress pada
pekarya
menggunakan
Quesioner
dengan
cara
tubuh
untuk
mewawancarai satu persatu tenaga kerja. g. Mampu
melakukan
pengukur
indeks
masa
menentukan serta memantau kesehatan tenaga kerja.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Darah a. Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat ventrikel beristirahat dan mengisi ruangannya. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik (Oxford, 2003). Perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas
pembuluh
darah.
Peningkatan
tekanan
darah
disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny et al, 2010). b. Klasifikasi Tekanan Darah Normal Tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2002). Pendapat ini juga didukung oleh badan kesehatan dunia atau World Health Organization yang menyatakan bahwa tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.
7
8
c. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya sebagai berikut : 1) Usia 2) Stress 3) Indeks Masa Tubuh d. Dasar Pengukuran Tekanan Darah Kecepatan aliran (velocity) suatu cairan dalam pembuluh akan bergantung kepada isi aliran (flow) dan luas penampang pembuluh (area). Dalam hal ini, kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan linier yang mempunyai rumus V= Q/A dengan V adalah kecepatan, Q adalah aliran, dan A adalah luas penampang. Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui bahwa perubahan pada luas penampang, misalnya penyempitan pembuluh, akan sangat mempengaruhi kecepatan aliran (Singgih, 1989). Apabila dikaji lebih jauh, kecepatan aliran berpengaruh pada tekanan sisi (lateral pressure) pembuluh. Tekanan dalam pipa merupakan jumlah tekanan sisi ditambah energi kinetik. Energi ini dapat dihitung berdasarkan viskositas cairan dan kecepatan aliran (1/2 PV2 dengan P adalah viskositas cairan dan V adalah kecepatan aliran). Kecepatan aliran yang berubah akan mempengaruhi energi kinetik dan perubahan pada energi ini akan mempengaruhi tekanan sisi pembuluh. Hal ini dikemukakan karena pada
9
hakikatnya yang diukur pada pengukuran tekanan darah secara tidak langsung adalah tekanan sisi pembuluh darah (Singgih, 1989). e. Alat Ukur Tekanan Darah Hingga saat ini, alat ukur yang masih diandalkan untuk mengukur
tekanan
sfigmomanometer
darah air
secara
raksa.
tidak
langsung
Kadang-kadang
ialah
dijumpai
sfigmomanometer dengan pipa air raksa yang letaknya miring terhadap bidang horisontal (permukaan air) dengan maksud untuk
memudahkan
pembacaan
hasil
pengukuran
oleh
pemeriksa. Untuk sfigmomanometer jenis ini, perlu dilakukan koreksi skala ukurannya karena seharusnya pipa air raksa tegak lurus terhadap permukaan air (Singgih, 1989). Menurut laporan world health organisation, yang penting ialah lebar kantong udara dalam manset harus cukup lebar untuk menutupi 2/3 panjang lengan atas. Demikian pula, panjang manset harus cukup panjang untuk menutupi 2/3 lingkar lengan atas. Ukuran manset tersebut bertujuan agar tekanan udara dalam manset yang ditera dengan tinggi kolom air raksa, benar-benar seimbang dengan tekanan sisi pembuluh darah yang akan diukur (Singgih, 1989).
2. Usia
10
Penuaan dihubungkan dengan kurangnya adaptasi ke posisi berdiri dan risiko yang lebih besar dari vegal sinkop. Karena variabilitas tekanan darah meningkat dengan tingkat tekanan darah, fisiologis usia terkait peningkatan tekanan darah mungkin menjadi faktor yang membingungkan dalam penentuan umum efek pada tekanan darah (Fluckiger, Laurence. et al, 1999). Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah bayi berkisar antara 65-115/42-80, tekanan darah normal anak usia 7 tahun adalah 87-117/48-64. Kisaran normal anak yang berusia 19 tahun, 90 persennya adalah 124-136/77-84 untuk anak laki-laki dan 124-127/63-74 untuk anak
perempuan. Tekanan darah dewasa
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya adalah 120/80. (Potter & Perry, 2005). Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktifitas fisik, emosi, dan stres, dan turun selama tidur (Gray, 2007). Orang lanjut usia yang terlalu lama berbaring dapat mengalami penurunan tekanan darah secara mendadak pada saat ia berdiri dan berjalan (Santoso, 2009). Orang berusia lanjut, tekanan darah saat duduk sangat berbeda dengan saat berdiri. Oleh karena itu, pengukuran tekanan darah perlu dilakukan dalam posisi berdiri dan juga pada beberapa keadaan tertentu (Palmer, 2007).
11
Tabel 1. Kategori Umur menurut Departemen Kesehatan RI Masa balita
0 – 5 tahun
Masa kanak-kanak
5 - 11 tahun.
Masa remaja Awal
12 - 16 tahun.
Masa remaja Akhir
17 - 25 tahun
Masa dewasa Awal
26 - 35 tahun.
Masa dewasa Akhir
36 - 45 tahun.
Masa Lansia Awal
46 - 55 tahun.
Masa Lansia Akhir
56 - 65 tahun.
Masa Manula
65 sampai atas
Sumber : Departemen Kesehatan RI (2009) Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya akan digunakan 4 kategori yaitu kategori 1 (remaja akhir) = 17-25 tahun, kategori 2 (dewasa awal) = 26-35 tahun, kategori 3 (dewasa akhir)= 36-45, kategori 4 (lansia awal) = 46-55 tahun, karena disesuaikan dengan usia responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nanang Prayitno
(2012),
yang
menyatakan
bahwa
ditemukan
kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia dan biasanya pada usia ≥ 40 tahun (Bustan, 1997). Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan
12
bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratife, yang lebih sering pada usia tua. 3. Stres Stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah (McGrath dalam Weinberg dan Gould, 2003). Pendapat lain juga mengutarakan bahwa Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatis, yang meningkatkat frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer (Potter & Perry, 2005). Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu mengalami pengukuran (Vitahealth, 2004). Keadaan yang cenderung menyebabkan stres biasa disebut stressor. Menurut
Suparyanto,
(2011),
tingkat
stres
dapat
dikelompokkan dengan menggunakan kriteria Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Unsur yang dinilai antara lain: perasaan ansietas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala respirasi, gejala
gejala
kardiovaskuler,
gejala
respirasi,
gejala
13
gastrointestinal, gejala urinaria, gejala otonom, gejala tingkah laku. Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan ketentuan penilaian sebagai berikut: a.
Nilai 0: Tidak ada gejala dari pilihan yang ada
b.
Nilai 1: Satu gejala dari pilihan yang ada
c.
Nilai 2: Kurang dari separuh dari pilihan yang ada
d.
Nilai 3: Separuh atau lebih dari pilihan yang ada
e.
Nilai 4: Semua gejala ada
Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian derajat stres, dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Skor < 14 tidak ada stres
b.
Skor 14 - 20 stres ringan
c.
Skor 21 - 27 stres sedang
d.
Skor 28 - 41 stres berat
e.
Skor 42 - 56 stres berat sekali Menurut Robbins (2001) terdapat tiga sumber utama yang
menyebabkan timbulnya stres yaitu : a. Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat
14
tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. b. Faktor Organisasi Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership c. Faktor Individu Pada umumnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. 4. Indeks Masa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah suatu alat bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. IMT tersedia dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan kategori dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang yang berdomisili di daerah Asia, karena Indeks Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3 kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika, ataupun orang Australia. IMT merupakan ukuran dengan membandingkan atau membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua (Junaidi, 2010), IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti
15
underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Keterbatasan IMT adalah tidak dapat digunakan bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan (dibawah 18 tahun), wanita hamil, Orang yang sangat berotot (olahragawan). Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut Penelitian mengenai hubungan antara IMT dengan tekanan darah sebelumnya pernah diteliti oleh Bungawati dan Pratama (2011), yang sampelnya menggunakan perawat dengan rata-rata IMT=22,73 kg/m2 di Rumah Sakit Baptis Kediri, yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan Tekanan Darah pada Perawat di Rumah Sakit Baptis Kediri (p=0,050). Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
16
Tabel 2. Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) IMT
KATEGORI
< 18,5
Berat badan kurang
18,5 – 22,9
Berat badan normal
≥ 23,0
Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9
Beresiko menjadi obes
25,0 – 29.9
Beresiko menjadi obes
25,0 – 29.9
Obes I
≥ 30,0
Obes II
Sumber: Centre for Obesity Research and Education, 2007 Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus metrik berikut : Berat badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------[Tinggi badan (m)]
2
4. Analisis Regresi Logistik Ordinal Seperti halnya regresi logistik binaer, regresi logistik ordinal juga digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu atau lebih variabel bebas baik yang nominal maupun kategorikal dengan variabel tergantung berupa data outcome kategorikal yang lebih dari 2 kategori. Jadi perbedaan antara logistik biner dan multinomial hanya terletak pada jumlah kategori dari outcome yang diinginkan.
17
Persamaan regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow, 1989) secara umum adalah sebagai berikut: P(Y jx) j ( x)
[ g j ( x)]
2 k 0
[ g k ( x)] ( j 0 j1 x1 j 2 x 2 ... jp x p )
2 k 0
exp( k 0 k 1 x1 k 2 x 2 ... kp x p )]
Dimana 0 0 sehingga g 0 ( x) 0
Keterangan: P(Y=j|x) = peluang bersyarat dari variabel respon j pada vektor x μj(x) = persamaan regresi logistik untuk variabel respon j gj(x) = logit pada variabel tergantung j, j= 0, 1, 2 xm = nilai dari variabel bebas ke-m, m= 1, 2, 3,…,p βjm = koefisien/parameter model Dengan
demikian
maka
apabila
outcome
variabel
tergantungnya berupa 3 kategori yang diberi kode 0, 1, dan 2, maka persamaannyaadalah: P(Y 0 x) 0 ( x) P(Y 1 x) 1 ( x)
1 1 exp( 10 11 x1 ... 1 p x p ) exp( 20 21 x1 ... 2 p x p ) exp( 10 11 x1 ... 1 p x p )
1 exp( 10 11 x1 ... 1 p x p ) exp( 20 21 x1 ... 2 p x p )
P(Y 2 x) 2 ( x)
exp( 20 21 x1 ... 2 p x p ) 1 exp( 10 11 x1 ... 1 p x p ) exp( 20 21 x1 ... 2 p x p )
Dari sana dapat diketahui bahwa variabel tergantung dengan tiga kategori akan membentuk dua persamaan logit, dimana masingmasing persamaan ini membentuk regresi logistik biner yang
18
membandingkan suatu kelompok kategori terhadap referensi, yaitu sebagai berikut: g1 ( x) ln
P(Y 1 x) P(Y 0 x) P(Y 2 x)
ln
1 ( x ) 10 11 x1 ... 1 p x p 0 ( x)
2 ( x) 20 21 x1 ... 2 p x p P(Y 0 x) 0 ( x) Sehingga secara umum, bentuk dari fungsi logit dengan variabel g 2 ( x) ln
ln
respon yang terdiri dari tiga kategori adalah:
g j ( x) j 0 j1 x1 j 2 x2 ... jp x p ; j 0,1,2 Jika terdapat variabel bebasnya berupa data kategorikal dengan lebih dari 2 kategori maka perlu dilakukan transformasi dengan memasukkan variabel dummy ke dalam model. Misalkan variabel penjelas ke-m, yaitu xm yang mempunyai kategori sebanyak hm, maka akan terdapat variabel boneka sebanyak hm−1. Dengan demikian, fungsi logistik dengan variabel penjelas dan variabel boneka akan menjadi: g j ( x) j 0 j1 x1 j 2 x 2 ... v m1 jmv D jmv ... jp x p h 1
dimana Djmv adalah variabel boneka dari variabel ke-m fungsi logit kej. Langkah-langkah Analisis Regresi Logistik Ordinal Secara umum, langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik multinomial adalah sebagai berikut: a. Melakukan pengujian parameter secara simultan untuk mengetahui kecocokan model analisis tersebut.
19
b. Melakukan pengujian parameter secara parsial untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dalam model tersebut. c. Melakukan interpretasi terhadap nilai rasio kecenderungan yang terbentuk. 1) Pendugaan Parameter Dalam model regresi logistik, nilai harapan antar variabel respon tidak linier serta memiliki varian-varian yang tidak sama sehingga penduga parameter β diperoleh melalui metode Maximum Likelihood (Hosmer & Lemeshow, 1989). Untuk memecahkan masalah sistem persamaan nonlinier, solusi yang dilakukan adalah dengan mengestimasi β melalui proses iterasi Newton Raphson. Karena variabel respon yj diasumsikan saling bebas, maka diperoleh fungsi likelihood bersyarat untuk sampel sebanyak n observasi sebagai berikut: ( ) [ 0 ( xi ) y0 i 1 ( xi ) y1i 2 ( xi ) y2 i
Secara matematis, akan lebih mudah untuk mendapatkan nilai yang akan memaksimalkan fungsi likelihood di atas melalui log dari fungsi tersebut yaitu log likelihood. Dengan demikian maka fungsi log likelihood-nya adalah: L( ) ln[( )] i 1 ( y1i g1 ( xi ) y 2i g 2 ( xi ) ln[1 exp( g1 ( xi )) exp( g1 ( xi ))]) n
20
Untuk mendapatkan nilai β yang memaksimumkan L(β) maka dilakukan diferensiasi terhadap L(β), dengan syarat
L 2L 0 dan 2 0 Nilai β dapat ditentukan, tetapi sangat sulit menghitung nilai β secara manual. Oleh karena itu, digunakan metode iterasi dengan komputer untuk mencari solusi nilai β. Iterasi merupakan metode yang paling umum dalam paket program SPSS untuk membantu penghitungan estimasi dari β. 2) Pengujian Parameter Pengujian terhadap parameter model dilakukan sebagai upaya memeriksa peranan variabel independen terhadap model. Uji yang dilakukan ada dua yaitu: a) Pengujian parameter dengan uji likelihood ratio (uji simultan atau uji G) Statistik uji G, yaitu uji yang digunakan untuk menguji peranan variabel independen dalam model secara bersama-sama (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan adalah: (1) H0: β1=β1=⋯=βp=0 yang artinya tidak ada pengaruh antara sekumpulan variabel independen dengan variabel dependen.
21
(2) H1: minimal ada satu βj≠0 yang artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen. (3) Dengan
uji
l statistik G 2 ln 0 lk
dimana
l0
adalah likelihood tanpa variabel bebas dan l0 adalah likelihood dengan variabel bebas. Statistik uji G ini mengikuti sebaran chi squares bila n mendekati tak terhingga dengan derajat bebas p dimana p=(r−1)(c−1), r dan c masing-masing adalah banyaknya kategori pada variabel independen dan variabel dependen. H0 akan ditolak pada tingkat signifikansi α apabila nilai G>X2p;a atau (p−value)<α, dengan kesimpulan bahwa variabel independen secara bersama-sama atau keseluruhan mempengaruhi variabel dependen, dapat jga dikatakan bahwa paling sedikit ada satu koefisien βj≠0. Untuk mengetahui βj mana yang berpengaruh signifikan, dapat dilakukan uji parameter βj secara parsial dengan Uji Wald. Pengujian parameter dengan Uji Wald (uji parsial) Pengujian variabel dilakukan satu per satu menggunakan statistik Uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Uji ini dilakukan dengan membandingkan model terbaik yan dihasilkan oleh uji simultan terhadap model tanpa variabel bebas di
22
dalam model terbaik. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: (a)
H0: βj=0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen ke-j terhadap variabel dependen.
(b) H1:
βj≠0, artinya ada pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. 2
ˆ j (c) Statistik ujinya adalah: W ;j=1,2,⋯,p dimana ˆ j ˆ Se( j ) adalah penduga dari βj dan Se( ˆ j ) adalah penduga galat baku dari βj. W diasumsikan mengikuti sebaran chi square dengan derajat bebas H0 akan ditolak jika nilai W>X2(1;α) atau (p−value)<α. Jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa βj signifikan. Dengan kata lain, variabel independen X secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 3) Rasio Kecenderungan (Odd Ratio) Rasio kecenderungan adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Odds ratio merupakan ukuran untuk mengetahui risiko kecenderungan untuk mengalami suatu kejadian tertentu antara kategori yang satu dengan yang lain dalam suatu variabel yang dinotasikan dengan θ, didefinisikan sebagai rasio dari odds
23
untuk x=1 terhadap x=0. Dengan kata lain, risiko kecenderungan pengaruh observasi x=1 adalah m kali lipat risiko dibandingkan dengan observasi x=0, atau risiko kecenderungan pengaruh observasi x=0 dalam
1 m
kali lipat dibandingkan dengan
observasi x=1. Adapun nilai odds rasio untuk Y=j terhadap Y=k yang dihitung pada dua nilai (misal x=1 dan x=0adalah:
P(Y j x 1) / P(Y k x 1) P(Y j x 0) / P(Y k x 0)
exp[ j ]
Untuk θ=0 berarti bahwa x=1 memiliki kecenderungan yang sama dengan x=0 untuk menghasilkan Y=j. Jika 1<θ<∞ berarti x=1 memiliki kecenderungan lebih besar θ kali dibandingkan x=0 untuk menghasilkan Y=j dan sebaliknya untuk 0<θ<1. 5. Tenaga kerja Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memahami Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka sendiri dan untuk masyarakat. 6. Kontraktor Menurut Ervianto (2002) definisi perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan gambar rencana, peraturan dan
24
syarat-syarat yang ditetapkan. kontraktor dapat berupa perusahaan perorangan yang berbadan hukum atau atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
25
B. Kerangka Pemikiran
Tenaga kerja Kontraktor
IMT
1. 2. 3.
< 18,5 (Kurang) 18,5-22,9 (Normal) ≥ 23,0 (Obesitas)
Stres
a. Faktor Lingkungan b. Faktor Organisasi c. Faktor Individu
Usia
a. b. c. d.
Remaja Akhir Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Akhir
Perubahan Tekanan Darah (Sistol dan Diastol)
Sebelum Kerja
Sesudah Kerja
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
26
C. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : ‘’Ada pengaruh indeks masa tubuh, stress dan usia secara signifikan terhadap tekanan darah terhadap tenaga kerja workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dengan metode pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan tingkat stres’’.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan model pendekatan cross sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah PT.Pertamina EP Asset 4 Field Cepu pada unit workshop. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan terhitung sejak tanggal 2 Februari hingga 30 April 2016.
C. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang dipilih menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2003). Populasi yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
tenaga
kerja
kontraktor
pembangunan unit workshop di PT.Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, dengan jumlah populasi 34 orang.
D. Teknik Sampling Pada penelitian ini digunakan pengambilan besar sampel dengan total sampling, total sampling adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007), dalam
27
28
penelitian ini yang menjadi sampel yaitu semua tenaga kerja workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.
E. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari keseluruhan yang diambil dari objek yang diteliti yang dianggap sudah mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2002), dalam penelitian ini digunakan metode teknik total sampling dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian yang berjumlah 34 orang.
F. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terkait.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Indeks masa tubuh,tingkat stress dan usia. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.Variabel terikat pada penelitian ini adalah Perubahan Tekanan Darah. 3. Variabel Penggangu Variabel penggangu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel penggangu pada penelitian ini adalah olahraga, obat-obatan, ras, jenis
29
kelamin, dan jam kerja. Variabel penggangu tidak diteliti dalam penelitian ini.
G. Definisi Operasional 1. Indeks masa tubuh (IMT) IMT adalah indikator sederhana dari korelasi antara tinggi dan berat badan dan merupakan cara pengukuran yang baik untuk menilai risiko penyakit yang dapat terjadi akibat berat badan berlebih yang diukur menggunakan Alat ukur : Timbangan Digital Rumus
: Berat badan (Kg)
IMT = -------------------------------------[Tinggi badan (m)]
2
2. Stres Stres
adalah
ansietas,
takut, nyeri dan
stress
emosi
mengakibatkan stimulasi simpatis, yang meningkatkat frekuensi darah,curah jantung dan tahanan vaskuler perifer (Potter & Perry, 2005). Tingkat stress dapat diukur menggunakan Quesioner yang telah diuji validitas. (terlampir pada lampiran 5)
30
3. Usia Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Dalam penelitian ini, Usia dikategorikan berdasarkan responden yang diperoleh, adapun kategori usianya adalah sebagai berikut : 1. kategori 1 (remaja akhir) = 17-25 tahun 2. kategori 2 (dewasa awal) = 26-35 tahun 3. kategori 3 (dewasa akhir) = 36-45 tahun 4. kategori 4 (lansia awal)
= 46-55 tahun
4. Perubahan Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri, perubahan tekanan darah dapat dilihat dengan membandingkan hasil dari pengukuran tekanan darah sistol dan tekanan darah diastol antara sebelum bekerja dan sesudah bekerja, yang dapat diukur menggunakan : Alat ukur
: Stetoskop dan Sfigmomanometer.
Satuan
: mmHg
Skala Pengukuran
: Rasio
H. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data diperoleh menggunakan data primer. data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
31
kuesioner, kelompok fokus, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.
I. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Stetoskop dan Sfigmomanometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah, adapun cara penggunaannya adalah : a. Pasang (lilitkan) manset tensimeter pada lengan atas di atas siku. Batas bagian bawah manset sekitar 2-3 cm dari lipatan siku. Boleh di lengan kiri atau kanan. Pemasangan manset pada bagian ini karena di sinilah letak pembuluh darah yang bernama Arteri Brachialis, yaitu pembuluh darah yang berasal langsung dari jantung. Letak pembuluh ini persis berada di bawah kulit dilipat siku (batas lengan bawah). Fungsi manset adalah untuk menekan pembuluh darah arteri tersebut; b. Manset tensimeter harus sejajar atau setinggi jantung. Orang yang diperiksa lebih baik dalam kondisi berbaring atau duduk. Kondisinya harus santai atau rileks, tangan tidak boleh tegang; c. Pasang stetoskop di telinga, tempelkan bagian yang pipih-bulat di sebelah bawah lilitan manset pada lipatan siku tempat dimana Arteri Brachialis berada;
32
d. Putar ke kanan (searah jarum jam) katup pengatur udara yang ada pada pompa karet manset untuk menutupnya, agar saat manset dipompa nanti tidak ada udara yang bocor keluar; e. Remas pompa karet agar udara masuk ke dalam manset sampai jarum aneroid menunjukkan tekanan 140 mmHg karena fungsi manset tensimeter adalah untuk menekan Arteri Brachialis agar aliran darah pada arteri tersebut terhenti pada tekanan tertentu, lalu untuk tekanan sistole yang normal pada orang dewasa adalah 120 mmHg. Maka pada tekanan 140 mmHG tekanan darah akan terhenti. Dari sinilah pengambilan nilai 140 mmHg didasarkan; f. Dengarkan suara yang muncul dari stetoskop yang telah terpasang di telinga. Jika pada tekanan 140 mmHg masih terdengar suara denyut arteri (suaranya seperti ketukan jari di atas meja), berarti orang yang diperiksa adalah seorang penderita hipertensi, maka naikkan lagi tekanan dengan cara meremas pompa karet sedikit demi sedikit hingga suara denyut tidak terdengar lagi; g. Setelah itu putar ke kiri sedikit katup pengatur udara agar udara di dalam manset keluar sedikit demi sedikit dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik, hingga aliran darah di Arteri Brachialis kembali mengalir. Perhatikan dan dengarkan suara yang timbul dari stetoskop ketika katup manset terbuka. Ketika terdengar suara denyut arteri untuk yang pertama kali, maka itulah suara yang disebut sebagai suara Korotkoff sekaligus penanda tekanan sistole.
33
Kemudian suara denyutan itu makin lama makin keras, lalu berubah menjadi bising, lalu terdengar jelas lagi, kemudian mulai melemah dan lalu menghilang, titik disaat suara ketukan atau denyut arteri menghilang itulah yang dijadikan sebagai penanda tekanan diastole.
Gambar 2. Stetoskop dan Sfigmomanometer Sumber : Hasil Pendataan, Februari 2016. 2. Timbangan Digital adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat badan seseorang.adapun cara penggunaannya adalah sebagai berikut : a. Letakkan timbangan pada permukaan yang datar. b. Pastikan alas kaki dilepas terlebih dahulu sebelum menaiki timbangan. c. Naiki timbangan dengan badan tegap. d. Berat badan akan terlihat dari layar digital pada timbangan.
34
Gambar 3, Timbangan Digital' Sumber : Hasil Pendataan, Februari 2016. 3. Stature Meter, adalah alat untuk mengukur tinggi badan seseorang, adapun cara penggunaanya adalah sebab berikut : a. Alat ini dipasang pada dinding atas dengan cara dipaku. b. Letak ketinggian pada alat disesuaikan pada alat yaitu 2cm dari lantai. c. Untuk mengukur,orang yang akan diukur tingginya berdiri tegak lurus dibawah alat. d. Tarik alat tersebut hingga kebagian atas kepala. e. Bacaan pada kontak pengukur adalah tinggi dari orang yang sedang diukur.
Gambar 4. Stature Meter Sumber : Hasil Pendataan, Februari 2016. 4. Kuesioner,adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
35
tentang pribadi responden. Untuk kuesioner yang digunakan oleh peneliti terlampir pada lampiran 1.
J. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu : a. Data primer, adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama); b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan dengan teknik primer. Dimana data diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode
survei
lapangan
menggunakan
kuesioner,
Responden mengisi kuesioner dibantu seorang interviewer. peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden yang mengisi kuesioner.
K. Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Regresi Logistik Ordinal, dengan menggunakan
36
program computer SPSS versi 16.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut : a. Pengujian Parameter Pengujian terhadap parameter model dilakukan sebagai upaya memeriksa peranan variabel independen terhadap model. Uji yang dilakukan ada dua yaitu: 1) Pengujian Parameter dengan Uji Likelihood Ratio (Uji Simultan atau Uji G). Statistik uji G, yaitu uji yang digunakan untuk menguji peranan variabel independen dalam model secara bersama-sama (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan adalah: (a) H0: β1=β1=⋯=βp=0 yang artinya tidak ada pengaruh antara sekumpulan variabel independen dengan variabel dependen. (b) H1: minimal ada satu βj≠0 yang artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen. (c) Dengan
uji
adalah likelihood
l statistik G 2 ln 0 lk
tanpa
variabel
bebas dan
dimana l0
l0
adalah
likelihood dengan variabel bebas. Statistik uji G ini mengikuti sebaran chi squares bila n mendekati tak terhingga dengan derajat bebas p dimana
37
p=(r−1)(c−1), r dan c masing-masing adalah banyaknya kategori pada variabel independen dan variabel dependen. H0 akan ditolak pada tingkat signifikansi α apabila nilai G > X2p;a atau (p−value) < α, dengan kesimpulan bahwa variabel independen
secara
bersama-sama
atau
keseluruhan
mempengaruhi variabel dependen, dapat jga dikatakan bahwa paling sedikit ada satu koefisien βj≠0. Untuk mengetahui βj mana yang berpengaruh signifikan, dapat dilakukan uji parameter βj secara parsial dengan Uji Wald.\ 2) Pengujian parameter dengan Uji Wald (Uji Parsial) Pengujian variabel dilakukan satu per satu menggunakan statistik Uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Uji ini dilakukan dengan membandingkan model terbaik yan dihasilkan oleh uji simultan terhadap model tanpa variabel bebas di dalam model terbaik. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: (a) H0: βj=0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen ke-j terhadap variabel dependen. (b) H1: βj≠0, artinya ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 2
ˆ j (c) Statistik ujinya adalah: W ;j=1,2,⋯,p dimana ˆ j ˆ Se ( ) j adalah penduga dari βj dan Se( ˆ j ) adalah penduga galat baku
38
dari βj. W diasumsikan mengikuti sebaran chi square dengan derajat bebas H0 akan ditolak jika nilai W > X2(1;α) atau (p−value) < α. Jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa βj signifikan. Dengan kata lain, variabel independen X secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih. Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi. Korelasi dilambangkan dengan r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (- 1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat. Analisa korelasi berganda berfungsi untuk mencari besarnya hubungan antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan dengan variabel terikat (Y).
39
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi (Nilai r) Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,800 – 1,000
Sangat Kuat
0,600 – 0,799
Kuat
0,400 – 0,599
Cukup Kuat
0,200 – 0,399
Lemah
0,000 – 0,199
Sangat Lemah
Sumber: Indikator Ekonomi, November 1979
c. Koefisien Determinasi (
)
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen dimana nilai antara 0 sampai 1(0≤
≤1). Semakin besar nilai
berkisar
, maka semakin
besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel – variabel independen. Sebaliknya jika
kecil, maka akan
semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat di jelaskan oleh variabel independen. d. Adjusted R Square (
)
Karena adanya kelemahan dalam perhitungan R2, banyak peneliti yang menyarankan untuk menggunakan Adjusted R2. Interpretasinya sama dengan R2, akan tetapi nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun dengan adanya penambahan variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan tersebut dengan variabel
40
terikatnya. Nilai Adjusted R2 dapat bernilai negatif, sehingga jika nilainya negatif, maka nilai tersebut dianggap 0, atau variabel bebas sama sekali tidak mampu menjelaskan varians dari variabel terikatnya. Suatu sifat penting R2 adalah nilainya merupakan fungsi yang tidak pernah menurun dari banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Oleh karenanya, untuk membandingkan dua R2 dari dua model, orang harus memperhitungkan banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan “Adjusted R2”. Istilah penyesuaian berarti nilai R2 sudah disesuaikan dengan banyaknya variabel (derajat bebas) dalam model. Memang, R2 yang disesuaikan ini juga akan meningkat bersamaan meningkatnya jumlah variabel,
tetapi
peningkatannya
relatif
kecil.
Seringkali
juga
disarankan, jika variabel bebas lebih dari dua, sebaiknya menggunakan adjusted R2. e. Uji Asumsi Klasik Gurajati menyatakan asumsi utama yang mendasari model regresi linier klasik dengan menggunakan model Ordinary Least Square (dalam Ghozali, 006: 86) adalah : (1) Model regresi adalah linier, yang artinya model regresi linier berada dalam parameter seperti dalam persamaan Yi = b1 + b Xi + ui ; () Nilai X diasumsikan non stokastik, artinya nilai X dianggap tetap dalam sampel yang berulang; (3) Nilai rata-rata kesalahan adalah nol atau E(ui/Xi) = 0 ; (4) Homoskedastisitas, artinya variansi kesalahan sama untuk setiap
41
periode di mana model regresi memiliki sebaran yang sama/merata. (5) Tidak ada autokorelais antar kesalahan (antara ui dan uj tidak ada korelasi); (6) Antara ui dan i saling bebas, sehingga Cov (ui/Xi) = 0; (7) Jumlah observasi (n) harus lebih besar daripada jumlah parameter yang diestimasi (jumlah variabel bebas); (8) Adanya variabilitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda; (9) Model regresi telah dispesifikasi secara benar, dengan kata lain tidak ada bias/kesalahan spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisa empirik; (10) Tidak ada multikolinearitas yang sempurna antar variabel bebas. f. Rasio Kecenderungan (Odd Ratio) Rasio kecenderungan adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Odds ratio merupakan ukuran untuk mengetahui risiko kecenderungan untuk mengalami suatu kejadian tertentu antara kategori yang satu dengan yang lain dalam suatu variabel yang dinotasikan dengan θ, didefinisikan sebagai rasio dari odds untuk x=1 terhadap x=0. Dengan kata lain, risiko kecenderungan pengaruh observasi x=1 adalah m kali lipat risiko
dibandingkan
kecenderungan
pengaruh
dengan observasi
observasi x=0
x=0, atau dalam
1 m
risiko kali
lipat dibandingkan dengan observasi x=1. Adapun nilai odds rasio untuk Y=j terhadap Y=k yang dihitung pada dua nilai (misal x=1 dan x=0 adalah:
42
P(Y j x 1) / P(Y k x 1) P(Y j x 0) / P(Y k x 0)
exp[ j ]
Untuk θ=0 berarti bahwa x=1 memiliki kecenderungan yang sama dengan x=0 untuk
menghasilkan
Y=j.
Jika
1<θ<∞
berarti
x=1 memiliki kecenderungan lebih besar θ kali dibandingkan x=0 untuk menghasilkan Y=j dan sebaliknya untuk 0<θ<1.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Responden (tenaga kerja kontraktor) Pada penelitian ini, responden berasal 100% dari total tenaga kerja kontraktor pembangunan workshop yang berjumlah 34 orang.
B.
Hasil Analisis Indeks Masa Tubuh (IMT) Berdasarkan data yang diperoleh, dari total 34 tenaga kerja yang dianalisa, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Analisis Indeks Masa Tubuh (IMT) NO KATEGORI HASIL IMT Berat Badan Kurang 11,76 % 1 berat badan normal 50 % 2 kelebihan berat badan 41,17 % 3 4
kemungkinan menjadi obes
obesitas 1. 5 Sumber : Hasil pendataan, Februari 2016
C.
32,35 % 3%
Hasil Analisis Tingkat Stres Berdasarkan data yang diperoleh, dari total 34 tenaga kerja yang dianalisa, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Analisis Tingkat Stres NO KATEGORI Stres Tingkat Sedang 1 Stres Tingkat Berat 2 Stres Tingkat Berat Sekali. 3 Sumber : Hasil pendataan, Februari 2016
43
HASIL STRES 2,94 % 82,35% 14,7%
44
D. Hasil Analisis Usia Berdasarkan data yang diperoleh, dari total 34 tenaga kerja yang dianalisa, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Analisis Usia NO KATEGORI kategori 1 (17-25) 1 kategori 2 (26-35) 2 kategori 3 (36-45) 3 4
kategori 4 (46-55)
HASIL IMT 11,76 %, 17,64 % 58,82 %, 11,76 %,
Sumber : Hasil pendataan, Februari 2016
E. Hasil Analisis Tekanan Darah Sistol 1. Interpretasi variabel bebas stres a. Semakin bertambah tingkat stres seseorang, maka kecenderungan seseorang memiliki tekanan darah sistolik dengan kategori 1 (< 120 mmHg) dibandingkan dengan kategori 2 (120 mmHg) sebesar 0,825 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang ketika tingkat stresnya bertambah, untuk memiliki tekanan darah rendah lebih kecil dari pada kemungkinan untuk memiliki tekanan darah normal (terdapat pada lampiran 3). b. Semakin bertambah tingkat stres seseorang, maka kecenderungan seseorang memiliki tekanan darah sistol dengan kategori 3 ( >120 mmHg) dibandingkan dengan kategori 2(120 mmHg) sebesar 0,818 kali lipat. Hal ini menunjukan bahwa kemungkinan seseorang ketika tingkat stresnya bertambah.untuk memiliki tekanan darah tinggi
45
lebih kecil dari pada kemungkinan untuk memiliki tekanan darah normal (terdapat pada lampiran 3). 2. Interpretasi variabel bebas usia pada tekanan darah kategori 1 (< 120 mmHg) a. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 1 (17-25 tahun) untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 3,235E9 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 17-25 tahun untuk memiliki tekanan darah rendah lebih besar dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 3) b. Pada usia dengan kategori 2 (26-35 tahun), kemungkinan untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 5,219E9 kali lipat di bandingkan dengan usia kategori 4 (46-55tahun). Hasil ini menunjukan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 26-35 tahun untuk memiliki tekanan darah rendah lebih besar dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 3). c. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 3 (36-45 tahun) untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 4,444E8 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 17-25 tahun untuk memiliki tekanan darah rendah lebih besar dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 3).
46
3. Interpretasi variabel bebas usia pada tekanan darah kategori 3 (> 120 mmHg) a. Seseorang dengan usia kategori 1 (17-25 tahun) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 62,184 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 17-25 tahun untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih besar dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 3) b. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 2 (26-35 tahun) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 4,902 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 26-35 tahun untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih besar dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 3) c. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 3 (36-45 tahun) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 14,605 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 36-45 tahun untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih besar dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 3)
47
4. Interpretasi variabel bebas IMT pada tekanan darah kategori 1 (< 120 mmHg) a. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 1 (<18,5kg/
)
untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 0,008 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT <18,5kg/
memiliki tekanan darah rendah lebih kecil dari
kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 3). b. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 2 (18,5–22,9 kg/
) untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 1,893 kali
lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (18,5–22,9 kg/
) memiliki tekanan darah rendah lebih
besar dari kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 3) c. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
)
untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 0,004 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
) memiliki tekanan darah rendah lebih
kecil dari kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 3).
48
5. Interpretasi variabel bebas IMT pada tekanan darah kategori 3 (> 120 mmHg) a. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 1 (<18,5kg/
)
untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 1,32 E-10 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT <18,5kg/
memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari
kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 3). b. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 2 (18,5–22,9 kg/
) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 2,470 E-8
kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT <18,5kg/
memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari
kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 3). c. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
)
untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 1,417 E-9 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
) memiliki tekanan darah rendah lebih
kecil dari kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 3)
49
F. Hasil Analisis Tekanan Darah Diastol 1. Interpretasi variabel bebas stres a. Semakin bertambah tingkat stres seseorang, maka kecenderungan seseorang memiliki tekanan darah diastol dengan kategori 1 (<80 mmHg) dibandingkan dengan kategori 2 (80 mmHg) sebesar 1,138 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang ketika tingkat stresnya bertambah, untuk memiliki tekanan darah rendah lebih besar dari pada kemungkinan untuk memiliki tekanan darah normal (terlampir pada lampiran 4) b. Semakin bertambah tingkat stres seseorang, maka kecenderungan seseorang memiliki tekanan darah diastol dengan kategori 3 (>80 mmHg) dibandingkan dengan kategori 2(80mmHg) sebesar 0,972 kali lipat. Hal ini menunjukan bahwa kemungkinan seseorang ketika tingkat stresnya bertambah.untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari pada kemungkinan untuk memiliki tekanan darah normal (terlampir pada lampiran 4). 2. Interpretasi variabel bebas usia pada tekanan darah kategori 1 (< 80 mmHg) a. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 1 (17-25 tahun) untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 0,008 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 17-25
50
tahun untuk memiliki tekanan darah rendah lebih kecil dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 4). b. Pada usia dengan kategori 2 (26-35 tahun), kemungkinan untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 3,496E-8 kali lipat di bandingkan dengan usia kategori 4 (46-55tahun).Hasil ini menunjukan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 26-35 tahun untuk memiliki tekanan darah rendah lebih kecil dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 4). c. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 3 (37-45 tahun) untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 2,292E-8 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 17-25 tahun untuk memiliki tekanan darah rendah lebih kecil dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 4). 3. Interpretasi variabel bebas usia pada tekanan darah kategori 3 ( >80 mmHg) a. Seseorang dengan usia kategori 1 (17-25 tahun) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 0,516 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 17-25 tahun untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari usia 46-55 tahun (terlampir pada lampiran 4).
51
b. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 2 (26-35 tahun) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 3,977E-8 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 26-35 tahun untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari usia 4655 tahun (terlampir pada lampiran 4). c. Kemungkinan seseorang dengan usia kategori 3 (36-45 tahun) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 1,270E-7 kali lipat dibandingkan dengan usia kategori 4 (46-55 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan usia 36-45 tahun untuk memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari usia 4655 tahun (terlampir pada lampiran 4). 4. Interpretasi variabel bebas IMT pada tekanan darah kategori 1 (< 80 mmHg) a. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 1 (<18,5kg/
)
untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 1,815 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT <18,5kg/
memiliki tekanan darah rendah sama dengan kategori
4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 4). b. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 2 (18,5–22,9 kg/
) untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 6,017E-8
kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini
52
menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (18,5–22,9 kg/
) memiliki tekanan darah rendah lebih
kecil dari kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 4). c. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
)
untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 1,806E-7 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
) memiliki tekanan darah rendah lebih
kecil dari kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 4). 5. Interpretasi variabel bebas IMT pada tekanan darah kategori 3 (> 80 mmHg) a. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 1 (<18,5kg/
)
untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 5,287E5 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT <18,5kg/
memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari
kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 4). b. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 2 (18,5–22,9 kg/
) untuk memiliki tekanan darah tinggi sebesar 0,274 kali
lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT <18,5kg/
memiliki tekanan darah tinggi lebih kecil dari
kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 4).
53
c. Kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
)
untuk memiliki tekanan darah rendah sebesar 1,689 kali lipat dibandingkan dengan IMT kategori 4 (Beresiko). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dengan IMT kategori 3 (23-24,9 kg/
) memiliki tekanan darah rendah lebih
besar dari kategori 4 (Beresiko) (terlampir pada lampiran 4).
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden . Responden dalam penelitian ini berasal dari tenaga kerja kontraktor pembangunan Workshop PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Penelitian ini menggunakan sampel 100% dengan jumlah 34 orang.
B. Tekanan Darah Dari pengukuran tekanan darah (terdapat pada lampiran 2) yang sudah dilakukan baik sebelum berkerja, maupun sesudah bekerja, diperoleh hasil yang berbeda untuk tekanan darah. Hal ini telah sesuai dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Ronny et al ditahun 2010 yang menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah
C. Indeks Masa Tubuh Dari hasil analisis data yang diperoleh (terdapat pada lampiran 2) terdapat pengaruh yang signifikan antara indeks masa tubuh terhadap tekanan darah. Dari 34 pekerja yang diteliti, terdapat 11,76 % untuk kategori berat badan kurang, 50 % dengan kategori berat badan normal, 41,17 % dengan kategori kelebihan berat badan, 32,35 % dengan kategori kemungkinan menjadi obes, dan 3% untuk kategori obesitas 1. Dengan 54
55
data diatas diketahui bahwa distribusi IMT terbesar ada pada kategori normal dengan jumlah 17 responden dan distribusi IMT terendah pada kategori berat badan kurang berjumlah 4 responden. Hal ini telah sesuai dengan kategori indeks masa tubuh oleh Centre for Obesity Research and Education ditahun 2007.
D. Stres Berdasarkan dari hasil kuesioner yang telah diisi menggunakan metode wawancara (terdapat pada lampiran 1) kepada responden, terdapat pengaruh signifikan antara stress terhadap tekanan darah. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Potter & Perry pada tahun 2005 bahwa stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatis, yang meningkatkat frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
E. Usia Pada penelitian ini tenaga kerja yang menjadi subjek penelitian seluruhnya adalah berjenis kelamin laki-laki. Dari data yang diperoleh (terdapat pada lampiran 2) diketahui bahwa mayoritas 58,82 % usia responden adalah berusia 36-45 tahun dengan kategori masa dewasa akhir. Hal ini telah sesuai dengan kategori usia menurut Departemen Kesehatan RI ditahun 2009 yang menyatakan bahwa usia 36-45 tahun adalah ketegori masa dewasa akhir.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Adanya perubahan tekanan darah sistol dan diastol pekerja baik sebelum bekerja maupun sesudah bekerja. 2. Faktor indeks massa tubuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistol. 3. Faktor stress memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistol dan diastol. 4. Faktor usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistol dan diastol. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perusahaan sebaiknya memberikan penyuluhan terhadap tenaga kerja tentang pentingnya mengatur berat badan untuk memperoleh indek masa tubuh yang ideal. Dan agar tenaga kerja lebih memperhatikan kebutuhan konsumsi makanan dan melakukan diet bagi yang mempunyai kelebihan berat badan. Selain itu agar tenaga kerja tidak mengalami penyakit yang kronis karena efek dari obesitas dan perlu penyediaan kantin rendah
56
57
lemak atau pengaturan menu rendah kalori yang direkomendasikan oleh ahli gizi atau dokter hiperkes yang ada. 2. Sebaiknya pekerja melakukan olahraga ringan secara rutin dan memperhatikan besar nilai asupan kalori yang mereka konsumsi untuk mencegah resiko IMT berlebih 3. Perusahaan sebaiknya menyediakan tempat konseling sebagai tempat menyampaikan masalah dari pekerja, yang diharapkan dapat menurunkan tingkat stress yang akan berdampak pada kesehatan pekerja baik mental maupun fisik, yang apabila dibiarkan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti gangguan pada tekanan darah hingga serangan jantung dalam jangka panjang. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko obesitas dan peningkatan stress.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara Feby Haendra Dwi, Nanang Prayitno. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah diPuskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012.(online). Jurnal Ilmiah Kesehatan: Vol. 5, No.1, Hal. 2025. Januari 2013. Bustan, N, M., 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Suparyanto. Stres dan cara pengukuran. http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2011/06/konsep-dasar-stres.html (diakses Maret, 2016) Dubey, R.K., Oparil, S., Imthurn, B.& Jackson, E.K., 2002. Sex hormones and hypertension. Cardiovasc. Res. 53:688–708. Available from: http://cardiovascres.oxfordjournals.org/content/53/3/688.full[Diakses Februari 2016] Ervianto, Wulfram I., 2002. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Yogyakarta Junaidi, Iskandar., 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. Kowalski, R.E. (2010). Terapi hipertensi. Bandung: Qanita. Kozier, B., et al, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Palmer A, W. B. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan . Jakarta: Pemerintah RI. PERMENAKER Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005 Prabowo P. (2011). Ilmu Kandungan: Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ronny, Setiawan, Fatimah Sari, 2010. Fisiologi kardiovaskular. Jakarta: EGC, 26-35. Robbins, S.P. (2001). Psikologi Organisasi, (Edisi ke-8). Jakarta: Prenhallindo. Santoso, H, 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia Uraian Medis dan Pedagogis Patoral. Gunung Mulia Cetakan I Jakarta Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta. Singgih, A.A., 1989. Pembakuan Pengukuran Tekanan Darah. In: Cermin Dunia Kedokteran 56: 3-5. Available from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_056_Hipertensi_%28i%29.PDF [Accessed Februari 2016] Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja Vita Health. 2004. Hipertensi. Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama. Weinberg, R.S., Gould, D., 2003. Foundations of Sport & Exercise Psychology. Champaign, IL:Human Kinetics