HANEUL Seoul, South Korea 15.00 KST Siang ini, langit di kota Seoul sangat cerah. Terik matahari begitu menyengat. Hawa panas begitu kentara ketika berada di luar rumah dan berpapasan secara langsung dengan dunia luar. Musim panas di kota itu sangat menyenangkan. Tidak untuk banyak orang. Mungkin sebagiannya. Langit seakan bersahabat untuk mereka yang menyukai musim tersebut. Canda dan tawa memenuhi sebuah ruangan bernuansa putih yang ada di dalam sebuah rumah megah. Dua orang gadis berambut panjang saling melempar tawa dan sesekali mereka saling dorong akibat lelucon yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Salah satu dari kedua gadis itu menggunakan seragam sekolah dan usianya terlihat lebih muda dari gadis yang satunya. Peluh mulai membasahi dahi keduanya karena tawa yang tak kunjung berhenti. Nafas keduanya ikut naik turun dengan wajah memerah akibat tawa mereka yang pecah. Tak ada suara lain selain tawa mereka. Rumah megah kakak beradik itu terlalu sepi hingga membuat tawa mereka terdengar begitu nyaring. Ya, kedua gadis itu adalah kakak beradik. Putri dari seorang yang terpandang di kota tempat mereka tinggal. Kakak beradik itu adalah Kim Haneul dan Kim Hara. Hidup dengan bergelimang harta dan semua fasilitas yang memadai. Mereka berdua seperti anak-anak dari raja yang berkuasa di negeri dongeng. Keduanya cantik dan memiliki sifat dermawan. Mirip seperti kehidupan di negeri dongeng.
Among Haneul and her stepsister Ya, aku mengakui keberadaan kalian disini. Hidup dan tinggal bersamaku, ayahku dan adikku. Tetapi, aku tak pernah menganggap kalian keluargaku. Kalian hanyalah parasit. Hidup menumpang dan merusak kebahagiaan keluargaku. Kekayaan memang dapat merubah sifat seseorang. Bahkan dapat merubah seseorang menjadi binatang! Tak punya akal dan rasa malu! “Hara, hentikan! Kau membuat perutku sakit” Ucap Haneul dengan nafas tak beraturan. “Lihat wajahku, kau ingat siapa pemilik hidung mini seperti ini? Wekwek...” Hara malah menekan hidung runcingnya hingga kedua rongga hidungnya tak terlihat. Haneul kembali terbahak-bahak akibat ulah Hara barusan. “Hahaha... Itu hidung Soonim teman kecilku. Hahaha...” Tawa Haneul semakin menjadi. TAK...TAK...TAK Suara ketukan heels yang beradu dengan lantai kaca ruang tengah kediaman keluarga Kim itu terdengar sangat nyaring. Pemilik dari sepasang sepatu yang mengkilat itu terlihat terburu-buru dan berjalan serampangan mendekati Haneul dan juga Hara yang masih asik dengan lelucon masing-masing. Keduanya seakan tak sadar akan bahaya yang sebentar lagi akan menimpa mereka. Haneul bahkan masih sempat tertawa terbahak-bahak sambil sesekali memukuli adiknya Hara yang terus memperlihatkan wajah konyolnya. “Hei! Dasar gadis tidak berguna. Tidak bisakah kalian itu disiplin? Kenapa kalian pulang terlambat, hah? Kalian tau kan hari ini adalah hari ulang tahun eomeoni (ibu-formal). Harusnya kalian berada di dapur bersama ahjumma (bibi-asisten rumah tangga)” Bentak seorang gadis yang bertubuh semampai di hadapan kedua kakak beradik itu. Seluruh emosi yang memuncak ia keluarkan begitu saja. Tak peduli dengan dua orang yang tengah terkejut mendengar ucapannya barusan. Suasana menjadi agak tegang. “Hah? Kau ini bicara apa? Gadis tidak berguna? Tak sadarkah jika kau lebih tidak berguna daripada kami?” Bantah Haneul dengan nada mengejek. Mata gadis tadi melotot. “Ah... Kau bahkan pernah diusir dari kelas karena otakmu yang tidak ada gunanya itu Yoon Sangmi. Ya Tuhan, kakak tiri macam apa kau ini? Tidak bisa memberi contoh yang baik untuk kedua adiknya yang menggemaskan ini. Benar-benar memalukan!” Lanjut Haneul dengan wajah sinisnya. “Apa? Kau dan Hara? Adik-adik yang menggemaskan?” Ucap Sangmi dengan nada terkejut. “Halo... Tikam aku sekarang juga jika ada yang mengatakan dua tikus penghuni selokan ini menggemaskan. Hahah...” Ledek Sangmi sambil tertawa.
“Eonni (kakak perempuan untuk adik perempuan) sudah! Jangan memulainya lagi! Jangan berkelahi atau mengelurkan jurus-jurus memalukanmu itu” Kakaknya itu tak menggubris. Ia malah mengepalkan tangannya dan bersiap untuk melayangkan kepalan tangannya ke arah wajah saudara tirinya itu. Haneul selalu bersikap seperti itu. Ia tak akan bisa mengontrol emosinya jika sudah berhadapan dengan saudara tirinya. “Eits! Kau mau pukul aku lagi? Aboeji (ayah-formal)! Lihat anakmu yang liar ini. Ia mau memukulku lagi. Astaga benar-benar gadis yang sadis” Tidak peduli dengan rengekkan Sangmi, Haneul merasa sangat kesal pada saudara tirinya itu. Setiap hari ia selalu mencari masalah dengannya. Gadis bermaga Kim itu tanpa menarik nafasnya dan langsung melayangkan pukulannya dengan kencang ke wajah Sangmi. “Akhh.... Appo (sakit)” Rintih Sangmi kesakitan. Tubuhnya terhuyung ke belakang karena pukulan Haneul barusan. Hara hanya bisa mendengus dan menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. Tak ada rasa terkejut dengan pemandangan yang baru saja disajikan oleh Haneul dan Sangmi saudara tirinya itu. Ini sering terjadi, perdebatan yang selalu berakhir dengan kekerasan dan malangnya, kekalahan selalu berpihak pada Sangmi. Namun, kali ini Hara tak menyangka jika Haneul berani memukul Sangmi hingga hidungnya mengeluarkan darah. Biasanya hanya pukulan sederhana yang membuat Sangmi menjerit lalu melarikan diri. “Apa kau tidak pernah bosan mencari masalah denganku? Kurasa kau menyukai pukulanku barusan kan, nona Yoon? Sungguh aku muak dengan tingkahmu selama ini. Maafkan aku kakak tiriku. Kau juga harus tau, aku dan Hara adalah manusia. Kami hidup dan punya perasaan. Jadi, jangan perlakukan kami seperti binatang. Kau paham?” Haneul memberi tatapan maut pada Sangmi. Saudara tirinya itu hanya mengusap hidungnya yang memerah akibat pukulan dari haneul barusan. Mulutnya bergumam menyumpahi Haneul yang telah membuat hidungnya terluka hingga mengeluarkan darah. “Aaa... Kau membuat hidungku berdarah. Dasar adik yang tidak tau diri. Kau ini sama saja seperti para bajingan di luar sana. Aku sangat membencimu Kim Haneul. Benci, benci, benci. Ingat! Aku akan membalasmu nanti. Kau memang harus diperlakukan seperti binatang” Oceh Sangmi sambil meringis kesakitan. “Lalu, kalau aku binatang kau apa?” Tanya Haneul dengan santai. Sangmi semakin murka. Gadis itu kemudian menjambak rambut Haneul kuat-kuat dan menarik adik tirinya itu supaya mendekat padanya. Haneul tetap tenang dengan apa yang dilakukan Sangmi padanya. Berbeda dengan Hara yang terlihat sangat ketakutan dan berniat melerai keduanya. “Eonni, kumohon hentikan!” Perintah Hara dengan suara bergetar. Hara menangis. “Kim Haneul aku tidak akan memaafkanmu. Kau tau? Semua belum dimulai. Aku yang akan memimpin permainan ini. Jadi, jangan sampai kau melewatkannya” Bisik Sangmi di telinga kiri Haneul. Ia kemudian mendorong Haneul, membuat tubuh gadis itu terhempas dan mundur beberapa langkah dari hadapan Sangmi.
“Aku akan mengikuti permainanmu kakak tiri kesayanganku” Ucap Haneul dengan enteng. Setelah memberikan tatapan mautnya pada Haneul, Sangmi akhirnya beranjak pergi menuju kamarnya dengan kedua tangan yang sibuk membersihkan darah di sekitar hidung runcingnya. Gadis itu memang selalu kalah dari Haneul. Tetapi, menurutnya hari ini Haneul sudah sangat keterlaluan. Saudara tirinya itu sudah berani membuatnya babak belur. Sungguh tidak dapat ditolerir lagi sikap Haneul barusan. “Eonni... Kau kan sudah berjanji padaku tidak akan memukul Sangmi Eonni lagi. Tetapi, kenapa tadi...” Haneul menggelengkan kepalanya dan langsung berlalu begitu saja meninggalkan Hara yang sedang membersihkan bekas darah Sangmi di lantai dengan sapu tangannya. “Kukira dia pantas mendapatkannya. Harusnya aku memukul bibir sampahnya bukan hidungnya. Ya Tuhan, berani sekali ia mengatai kita berdua tikus penghuni selokan. Dimana dia meletakan otaknya? Tidak punya pikiran! Ck...” Hara yang sudah berjalan beriringan dengan Haneul hanya bisa menelan salivanya. Ia bergidik ngeri melihat kakak perempuannya itu. “Tidak perlu kau pikirkan. Aku siap menerima resikonya. Kau tenang saja Hara-ya” Ucap Haneul sekaligus menenangkan adik kesayangannya itu. Ia kemudian tersenyum pada Hara. SREEKKK... Haneul melotot ketika merasakan seseorang menarik lengan kemeja yang ia gunakan dengan paksa. Hara yang berjalan berdampingan dengannya juga terkejut. Haneul melirik ke arah lengan kemejanya yang sobek karena perbuatan lancang seseorang. Ia meruntukki perbuatan seseorang yang telah berani merusak kemeja miliknya itu. Perlahan ia memutar tubuhnya untuk melihat siapa orang yang telah berani menarik lengan kemejanya hingga sobek itu. “Apa yang kau lakukan pada Kim Sangmi? Kau telah membuat putriku babak belur. Dasar anak kurang ajar. Gadis liar yang tidak tahu diri. Kau benar-benar....” Hara langsung berpindah dan berdiri di hadapan Haneul yang akan dihadiahi sebuah tamparan oleh wanita yang tadi memakinya. “Jangan sentuh adikku!” Haneul menahan tangan ibu tirinya yang hampir mendarat di pipi tembam Hara. Ia melepaskan begitu saja setelah tak ada pergerakan dari ibu tirinya. “Ajarkan sopan santun pada putri kesayanganmu itu” Ucap Haneul tenang dengan raut wajah mematikan. Haneul langsung menarik lengan Hara menjauhkan adiknya dari wanita itu. “Apa maksudmu?” Bentak wanita itu. “Kau Hara! Masuk ke dalam kamarmu!” Sambungnya.
“Jangan memerintahnya. Kau tidak punya hak untuk memerintah Hara” Ucap Haneul seadanya. “Kim Haneul! Apa-apaan kau ini? Beraninya kau bicara seperti itu pada ibumu” Bentak wanita itu lagi. “Tiri. Ingat! TI...RI” Haneul mengatakannya penuh dengan penekanan. Wanita itu jelas tersinggung dengan perkataan Haneul barusan. Ia merasa tak dihargai oleh Haneul. Meskipun, statusnya hanya ibu tiri untuk Haneul dan Hara. Tetap saja ia adalah ibu gadis itu untuk saat ini. “Dengarkan aku!” Wanita itu mengarahkan telunjuknya dihadapan Haneul. “Kau yang harus mendengarkanku nyonya Jung Eunra yang terhormat. Kau hanyalah ibu tiri dan anakmu itu, Yoon Sangmi hanyalah saudara tiriku dan jangan gunakan margaku. Ahh, tolong ajarkan putrimu itu bagaimana bersikap dengan baik pada saudara tirinya. Satu lagi, ajarkan bagaimana mengolah kalimat sebelum ia melontarkannya ke orang lain. Ia sangat bodoh dan aku tidak suka melihatnya ada di rumah ini” Haneul menampakkan wajah muak pada ibu tirinya itu dan memberikan wanti-wanti dengan kalimat panasnya. Mata ibu tirinya itu terlihat berapi-api mendengar semua perkataan Haneul. “Jangan berpikir karena kalian sudah menjadi salah satu bagian dari keluarga Kim, kalian jadi besar kepala. Kalian hanyalah orang kepercayaan eomma (ibu - informal) yang sudah mengingkari kepercayaan itu. Kalian disini untuk mengasuhku dan Hara bukan untuk mengambil alih semua harta appa” Haneul membuang nafasnya kasar dan menyunggingkan seringaiannya di hadapan ibu tirinya itu. “Beraninya kau bicara seperti itu. Dasar anak tidak berguna” Wanita itu melayangkan tamparannya yang kedua dan mendaratkannya tepat di pipi kanan Haneul. “Eomma, hentikan! Maafkan aku dan Haneul eonni” Ucap Hara seraya bersujud dihadapan wanita yang sekaligus ibu tirinya itu. Haneul menarik tubuh Hara dan memaksa adiknya untuk berdiri. Adiknya menolak dan memilih menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya. Hara menangis dalam diam. Haneul sangat benci melihat pemandangan dimana adiknya harus lemah di saat seperti ini. “Bangun Hara-ya!” Paksa Haneul. “Lihat! Kurasa memang hanya kau yang suka membantah. Pantas jika aku menyebutmu anak tak berguna kan?” Ucap wanita itu dengan lantang. “Hara-ya, apa aku perlu menghitung mundur?” Hara dengan terburu-buru mengusap air matanya. Ia kemudian mendongakan kepalanya dan berdiri. Gadis itu memilih mundur beberapa langkah ke belakang tubuh Haneul. “Kau harus meminta maaf pada Sangmi” Kata wanita itu dengan murka.
“Aku tidak mau dan aku tidak bersalah” Balas Haneul. “Jelas-jelas kau bersalah. Kau telah membuatnya terluka. Cepat minta maaf” Bentak ibu tirinya itu. “Aku tidak mau. Tidak mau. Tidak mau. Apa aku harus mengulangnya lagi? Apa kau tuli?” Tanya Haneul dengan memasang wajah meledeknya. “Kau! Kim Haneul, anak macam apa kau ini?” Ibu tirinya terlihat frustasi dengan jawaban Haneul barusan. “Jangan buat dirimu gila, ahjumma. Aku ini bukan anakmu. Jangan terlalu sering memikirkan semua yang ada pada diriku” Haneul mengatakannya dengan santai. Ia seakan tak peduli dengan siapa ia berhadapan sekarang. “Kurang ajar kau Kim Haneul!” Satu tamparan mendarat mulus di pipi kiri Haneul. Hara begitu terkejut. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menangis. “Tambah lagi? Beri aku tamparanmu lagi nona Jung yang terhormat” Ucap Haneul sambil menaikan sebelah alisnya. Hara yang berada di belakang punggung Haneul mencoba menahan kakaknya supaya tidak membalas perbuatan ibu tirinya barusan. “Eonni, sudah. Ayo masuk ke dalam kamar. Ayo kita bersiap-siap untuk membantu ahjumma” Hara yang terlihat takut jika perang antara kakak dan ibu tirinya terjadi lagi akhirnya menarik Haneul dengan paksa. “Ingat Kim Haneul! Ini semua belum dimulai” Ucap ibu tirinya dengan sinis. “Aku tau. Anakmu yang cantik itu sudah memberitahukannya padaku. Aku suka bermain game dan kurasa permainan darimu dan juga anakmu yang cantik itu akan menyenangkan. Aku menunggu kemenangan kalian!” Ucap Haneul dengan nada yang bengis. Gadis itu kemudian menunjukan seringaian yang mengerikan. “Eonni, berhentilah berbicara!” Hara agak sedikit menaikan suaranya dan terus menarik paksa tubuh Haneul. “Aku akan memainkan peranku dengan baik, ibu tiriku” Tambah Haneul dalam hati ketika ia menaiki anak tangga di rumah itu. “Eonni, selalu saja seperti ini” Hara mengomeli kakaknya. Gadis bertubuh mungil itu terus menggenggam erat tangan kakaknya dan menarik tubuh Haneul hingga mereka sampai di kamar mereka. Haneul tak berontak karena ia tau Hara saat ini sedang marah padanya. Adiknya itu tak pernah suka jika Haneul menanggapi semua perlakuan ibu tirinya dan saudara tirinya Sangmi. Kakaknya akan seperti orang kesetanan jika sudah berhadapan dengan dua orang itu. Tetapi, ia juga tak bisa menerima kenyataan jika mereka selalu merendahkan bahkan memperlakukan dirinya dan Hara dengan seenaknya.
@____@ Haneul terus diam dan memilih untuk memandangi foto wanita yang ada dalam figura besar berwarna putih yang terpasang di dinding kamarnya dan kamar Hara. Wanita yang ada di dalam foto itu adalah mendiang ibunya. Hara yang duduk disamping kakak perempuannya itu hanya dapat menghapus lelehan cairan bening yang sejak tadi turun tanpa permisi membuat pipi tembamnya basah. “Apa kau merindukan eomma, Hara-ya?” Tanya Haneul tanpa memindahkan arah pandangnya. “Ne, sangat merindukannya. Bagaimana denganmu, eonni?” Hara balik bertanya. “Eonni sangat sangat merindukannya. Rasanya aku ingin pergi bersama eomma saja, Hara-ya” Ucap Haneul dengan nada yang putus asa. BRAAKKK... Haneul maupun Hara terlonjak seketika saat pintu kamar terbuka dan menimbulkan suara yang cukup kencang. Haneul langsung berdiri di samping ranjangnya. Seorang pria paruh baya dengan pakaian kantor yang masih lengkap sudah berdiri di ambang pintu berwarna coklat tua itu memberikan tatapan murka padanya. Haneul sudah bisa menebak. Pasti dua orang parasit itu telah mengadukan hal yang tidak-tidak pada ayahnya. Haneul melirik sebentar ke arah Hara yang terlihat ketakutan. Adiknya itu terlalu lembut dan tidak bisa sedikit diperlakukan kasar. Haneul sudah berjanji pada mendiang ibunya untuk menjaga Hara dengan semua kemampuannya. Ia bersumpah siapapun yang berani membuat Hara terluka akan mati di tangannya. “Kim Haneul, apa kau tidak puas membuat Sangmi menderita? Kau sudah berjanji pada Appa untuk tidak mencari masalah lagi dengannya. Kenapa kau mengingkarinya? Kenapa kau malah terus mengusiknya?” Haneul memicingkan matanya mendapat pertanyaan yang mengejutkan dari sang ayah. “Hah? Apa itu tidak keliru? Harusnya aku yang bertanya. Sampai kapan mereka merecoki kehidupan keluarga Kim?” Ayahnya maju, mendekat ke arah Haneul yang berdiri di dekat ranjang. Langkahnya terlihat dipenuhi dengan amarah. “Ya Tuhan, sadarlah appa! Apakah mereka sudah meracunimu? Mereka hanya menginginkan hartamu. Mereka tidak bisa dipercaya” Haneul mengucapkannya dengan sedikit menaikan intonasinya. “Kenapa kau jadi kurang ajar seperti ini, hah?” Tanya ayahnya dengan sedikit berteriak. Haneul lagi-lagi menoleh ke arah Hara. Haneul kemudian mendorong pelan bahu Hara supaya adiknya itu sedikit menjauh darinya dan juga ayahnya. “Appa tidak lihat Hara ketakutan? Jangan menaikan suara appa jika ada Hara” Dengan mata yang menyerupai kilat ayahnya melayangkan tangan besarnya.
PLAKKK... Sebuah tamparan yang lumayan keras mendarat tepat di pipi tirus Haneul. Hara yang menyaksikan kejadian itu tiba-tiba menangis. Haneul tak merasa sakit dengan tamparan ayahnya itu. Ia jauh lebih sakit mendengar tangisan Hara. Sudah berkali-kali ia mengingatkan pada ayahnya untuk tak melakukan kekerasan di depan Hara. “Appa, hentikan. Jangan pukul eonni lagi. Kumohon... Pukul aku saja appa, jangan eonni” Hara berdiri di depan ayahnya sambil menangis sesunggukkan. “Hara, kakakmu ini perlu dihukum karena ia tidak sopan pada eomoni dan juga Sangmi eonni” Ayahnya mengusap rambut pirang Hara penuh sayang. Berbeda jauh dengan perlakuannya pada Haneul barusan. Menampar anaknya sendiri tanpa perasaan hingga meninggalkan bekas memerah di pipinya. “Kau lebih baik bersiap-siap karena acara ulang tahun eomoni akan segera dimulai” Ayahnya mengecup puncak kepala Hara dengan penuh sayang. Haneul berdecak kesal sambil menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Acara ulang tahun ibu tirinya itu terdengar menjijikan di telinga Haneul. “Kau Haneul. Appa tak mengizinkanmu merayakan ulang tahun eomoni. Appa tak ingin kau berulah lagi di depan para tamu” Hara ingin membantah. Namun, ayahnya memberi tatapan pada anaknya itu supaya diam. Anak bungsunya itu hanya bisa menuruti isyarat dari sang ayah. “Dengan senang hati appa. Aku akan pergi saat acara ulang tahun si parasit itu berlangsung” Haneul tersenyum sinis di hadapan ayahnya. PLAKKK... Satu tamparan lagi berhasil mengimbangi rona merah di pipi tirus Haneul. Tubuh gadis itu terhuyung karena tamparan kali ini sangat kencang. Ia kesakitan. Tentu, pipinya terasa panas dan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Hara yang melihat kakaknya ditampar oleh sang ayah ingin berteriak. Tetapi, gadis itu terlalu lembut hingga tak memiliki sisi menyeramkan seperti kakaknya, Haneul “Appa... Jangan lakukan itu lagi pada eonni. Appa jahat, appa jahat. Aku benci Appa” Hara langsung memeluk tubuh Haneul dengan erat. “Maafkan appa sayang. Tetapi, kakakmu sudah sangat keterlaluan. Sekarang, Hara turun bersama appa ya?” Ayahnya menarik paksa tubuh Hara yang sedang memeluk Haneul. Hara menolak dan malah mengeratkan pelukannya pada Haneul. “Hara-ya, biarkan eonni disini. Kau turun saja bersama appa” Haneul melepaskan tubuh Hara yang memeluk tubuhnya. Ia kemudian berdiri dan menyeka darah yang ada di sudut bibirnya.
“Aku akan pergi mendatangi Eomma. Apakah Appa ingin menitipkan sebuah pesan? Ah, aku lupa. Appa kan sudah punya wanita parasit itu. Mana mungkin appa....” Ayahnya memberi tatapan membunuhnya pada Haneul. Sebelah tangannya terangkat dan berniat mendarat lagi di pipi Haneul. “Appa jangan lagi. Aku mohon jangan menampar Eonni. Lihat appa, bibir Eonni sudah berdarah. Appa sudah menyakiti Eonni” Akhirnya, ayahnya menurunkan kembali tangannya dan menarik tangan Hara hingga membuat Hara hampir jatuh. Haneul yang ditinggal di dalam kamarnya itu kemudian menangis. Ia memang sering mendapat perlakuan kasar dari ayahnya setelah ayahnya menikah dengan wanita yang sering ia sebut sebagai parasit. Wanita dan anaknya itu adalah mahluk yang paling tidak tau diri menurut Haneul. Kehadiran mereka yang harusnya bisa membuat Haneul dan Hara merasa tenang malah berkebalikan. Dua tahun lalu setelah kepergian ibunya, ayahnya langsung menikahi Jung Eunra dan membuat pernyataan jika ia menikahi wanita itu karena permintaan mendiang ibunya sebelum wanita yang paling berharga dalam hidup Haneul meninggal. Gadis itu tak bodoh mau mempercayai ucapan ayahnya begitu saja. Ia tau jika ibu tirinya itu adalah selingkuhan ayahnya. Meski ibunya menutupi semua hal dari Haneul dan selalu berkata jika Eunra adalah orang pilihannya, Haneul tak akan mungkin percaya begitu saja. Berpikir rasional. Mana mungkin, ibunya Choi Soonim memilih wanita seperti Jung Eunra yang tidak punya tata krama dan serakah itu. Iris daun telinganya jika itu adalah fakta. Tak mungkin ada seorang ibu yang mau menyerahkan dengan gampang suami serta kedua anaknya pada wanita lain yang sifatnya sangat jauh berada di bawahnya.