Sekretariat Negara Republik Indonesia
Dialog Presiden - Silaturahmi dengan WNI di Korea Selatan, Seoul, 15 Mei 2016 Minggu, 15 Mei 2016
DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SILATURAHMI DENGAN WNI DI KOREA SELATAN
SEOUL, KOREA SELATAN
15 MEI 2016
Pembawa Acara:
Sekarang ini kita mulai sesi tanya jawab dari audience. Berapa banyak yang ingin bertanya? Oke, kita mulai dari sebelah sini dulu. Silakan. Namanya, kemudian dari mana.
Sinta:
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Saya Sinta, Pak, dari ...
Sebelumnya selamat datang di Seoul, dan selamat kemarin cucu pertama sudah lahir.
Saya mau bertanya beberapa pertanyaan, ada dua pertanyaan.
Yang pertama, ini terkait dengan Indonesia ya, TKI. Di media kan banyak sekali berita-berita update tentang Indonesia, misalnya kasus tentang Yuyun misalnya, kemudian teman-teman korban industri semen kemarin di Jombang, lalu kemudian belum masalah teman-teman di sini mungkin terkena pengangguran.
Yang sekolah di sini belum tahu juga, misalnya kalau ke Indonesia, mau apa juga. Ada beberapa yang tak duga. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kemudian teman-teman pekerja di sini juga mungkin banyak sekali persoalannya.
Nah, pertanyaan saya adalah, Pak Jokowi sebagai Presiden, kira-kira kalau diperinci satu sampai lima, persoalan Indonesia yang paling rumit menurut Bapak sebagai Presiden, sampai permasalahan yang kira-kira yang sudah ada gambaran sebelum-sebelumnya, kira-kira satu sampai lima?
Kemudian yang kedua, pertanyaannya adalah jadi Presiden Indonesia enak enggak, Pak?
Pertanyaan yang ketiga—ini maaf—boleh enggak saya selfie dengan Bapak?
Sekian pertanyaan saya. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pembawa Acara:
Silakan, Pak Jokowi. Mau dijawab dulu?
Silakan yang ingin bertanya dulu. Nama, kemudian tinggalnya di mana.
Agung:
Nama Agung, dari Yogya.
Langsung saja, Pak, pertanyaan saya. Ini kan kita semua yang ada di sini besok, kalau pulang, pasti membawa uang yang sangat banyak sekali. Oleh karena itu, kita nanti setelah sampai di Indonesia itu mau usaha apa karena kita ini sudah dibekali dengan ilmu, kita nanti justru akan kerja di sini lagi karena uangnya habis di Indonesia.
Ingin saya, saya sudah kerasan sekali di sini, Pak, karena ... Terus yang keduanya, saya baru saja bekerja di Indonesia karena stabilitas sangat kuat. Di Eropa itu, Pak, mahal. Karena itu, di Eropa itu berhubung kehidupan sebulan kita tuh sudah diajarkan oleh orang tua untuk sebulan, sebulan, sebulan, sebulan, sebulan.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pembawa Acara:
Dari Pak Agung, saya ke sebelah sana. Sudah tak ada lagi? Masih ada.
Saya tahu beliau mau bertanya tentang apa, Pak. Silakan.
Wahyudin:
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Yang terhormat Pak Jokowi,
Nama saya Wahyudin … Tadi sempet diulas pertanyaan saya sama mbaknya, cuma saya tanya lagi ke Pak Jokowi saja.
Di sini saya bertanggung jawab mewakili dari komunitas muslim Indonesia. Yang intinya dari setiap pekerja, kalo ada keluhan di saat kita kena musibah kadang—ya mohon maaf—bahwa penanganan dari kedutaan juga agak lamban, apalagi kasus-kasus yang mengenai dunia ini. Itu ada berita duka, harus ngumpulin uang dulu untuk bantu teman yang meninggal itu, sehingga setelah terkumpul uang baru diproses kepulangannya. Mending kalo bosnya baik, Pak. Kalau tidak, bisa seminggu ditahan di sini mayatnya.
Dan terus untuk yang selanjutnya, tentang asuransi, Pak. Sebelum berangkat, yakin temen-temen pekerja di sini semua diberitahu asuransi.
Para WNI:
Belum!
Wahyudin:
Sabar. Pertanyaan saya, ke mana uang asuransi itu, Pak? tapi emang jumlahnya tidak sedikit, Pak.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Terus menindaklanjuti dari yang kena musibah tadi, kadang kita ... itu dari asuransi itu ada gak sih buat temen-temen yang kena musibah itu, karena dari berita yang disampaikan yang saya dapat, mereka pulang dengan kecacatan itu tanpa sedikit pun dari pemerintah.
Tentang persaingan tadi, Bapak, kalau saya lebih menyoroti persaingan di dunia pendidikan, Pak. Saya harap, untuk pembukaan universitas-universitas yang membuat program-program baru, tolonglah disaring lagi agar perbanyak yang kayak saya, S1 jadi TKI di sini.
Reza Wardiana:
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat datang, Pak Jokowi, di Seoul. Saya Reza Wardiana, dari Jakarta.
Bapak, saya mau bertanya singkat saja. Jika ada seribu anak, dari salah satu seribu anak itu memiliki berlian di kepalanya, apa yang akan Bapak lakukan? Dan jika negara lain ingin mengambil itu anak, apa yang akan Bapak lakukan?
Terima kasih.
Rustiana:
Saya dari Jawa Timur. Nama saya Rustiana. Saya di sini nikah sama orang Korea selama 30 tahun. Saya ingin bertanya kepada Bapak Jokowi, masalah anak WNI yang punya masalah di Korea. Anak-anak yang punya masalah di Korea, masalah kecelakaan, kena hukuman penjara, masalah ada denda gitu.
Kalau ..., datang sama pengacara. Kadang-kadang ditangkap, kadang-kadang ga. Disuruh datang, kadang-kadang ga datang. Itu pun kadang-kadang cuma ...
Saya ini di, tugas saya di ... sebagai penerjemah, atau prinsipnya itu sering bantu, tapi sudah datang orang TKI yang masalahnya sama gitu, Pak. Jadinya, saya itu inginnya ketegasannya ... pangacara itu gimana gitu, Pak.
Terima kasih.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Doti:
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Perkenalkan saya Doti. Saya dari Depok. Saya mau langsung aja.
Kami menikah dengan orang Korea bukan karena pilihan, Pak, tapi karena nasib. Dan karena itulah, kami harus tinggal di luar negeri.
Dan yang membuat kami sedih, ketika kami berjodoh dengan orang asing, kami tidak bisa memiliki properti di Indonesia, Pak. Jadi, ketika saya mau beli sejengkal tanah, itu ditanya. “Suaminya orang asing? Oh tidak bisa.― Jadi, saya harus meminjam nama orang lain.
Selain itu juga, kami meminta kepada Bapak supaya kami diberi kesempatan untuk memiliki dwiwarga negara. Yang mereka sampaikan bahwa sebenarnya Pemerintah Korea sudah memberikan kesempatan tersebut. Hanya saja Pemerintah Indonesia yang saya tahu belum membuka kesempatan tersebut, Pak.
Yang terakhir, Pak, kami juga di sini memiliki anak. Saat ini, juga kami ingin mengenalkan budaya, bahasa Indonesia, dan jiwa seni Indonesia. Jadi, saya minta kepada Bapak untuk memerintahkan KBRI di seluruh dunia untuk memberikan fasilitas kepada mereka belajar seni budaya dan bahasa Indonesia seperti yang ...
Saya harapkan, kalo seluruh dubes di seluruh dunia ini sifatnya seperti Bapak John, kami yakin seluruh anak Indonesia yang tinggal di luar negeri tidak akan tidak tahu rasanya sambel terasi dan nasi liwet solo.
Demikian, Pak, dari saya. Dan satu lagi, ada pesan dari teman-teman yang di PU, Bapak pernah membikin acara di wilayah Busan dan yang kedua adalah di Seoul. Mereka mencari terigu—saya melihat di TV—mereka mengatakan, “Tolon disampaikan ke Bapak bahwa untuk expired-nya tolong dibuat di wilayah ini.―
Begitu, Pak. Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Presiden Joko Widodo: http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Nanti ada yang sebagian saya jawab. Ada yang nanti dijawab oleh Bu Menteri, Pak Menteri. Ada yang menteri atau staf kepresidenan karena ini banyak yang teknis. Oleh karena itu, yang bisa menjawab menteri secara teknis.
Bagian pertama, perhatian mohon disimak, tindak lanjut. Persoalan apa yang paling rumit?
Yang pertama, korupsi.
Kok tepuk tangan? Jangan ditepuktangani dong. Korupsi kok.
Yang pertama, korupsi.
Yang kedua, menyiapkan lapangan kerja karena pengangguran di Indonesia meskipun lebih baik daripada yang lain. Eropa sekarang di atas 25%, 30%. Kita memang 5,6. Tetapi 5,6, kalau dikalikan 252 juta, juga angka yang tidak kecil.
Pengangguran kita ada 7,6 juta. Persentasenya 5,6. Bukan hal yang sedikit. Ini yang kedua.
Yang ketiga, menyelesaikan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. Ada gap. Dan Gini Ratio kita sekarang ini sudah cukup besar, 0,4. Ini yang juga harus diturunkan.
Saya kira tiga besar ini yang akan jadi konsentrasi kita untuk kita selesaikan.
Kalau mau tambah, dua lagi yang tadi sudah saya ceritakan. Juga kesenjangan wilayah. Artinya, harus ada pemerataan. Kalau di sini bangun jalan, di situ bangun jalan. Kalau di sini ada airport, di situ ada airport.
Yang kelima, tentu saja kita ingin pertumbuhan ekonomi kita lebih meningkat lagi. Tetapi persoalan sekarang adalah semua negara hampir pertumbuhannya itu rendah.
Tapi saya meyakini pasti tantangan-tantangan yang kita hadapi tadi bisa kita selesaikan satu per satu insya Allah. Pertumbuhan ekonomi kita akan bertambah. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
“Jadi Presiden enak enggak?― Ini pertanyaan sulit untuk dijawab, sehingga enggak akan saya jawab.
Yang selfie, nanti saya beri kalau ada waktu.
Yang berkaitan dengan penanganan musibah, nanti biar Bu Menlu atau Pak Dubes yang menjawab. Ini juga lapangannya ada di situ.
Tapi kita ingin semua yang berkaitan dengan warga negara kita diselesaikan, kita selesaikan, baik misalnya seperti kemarin penyanderaan ABK di Filipina., yang sepuluh, kemudian yang kedua yang empat.
Kenapa? Kita juga harus tahu bahwa yang disandera di situ bukan hanya dari Indonesia. Dari mana, Bu? Filipina sendiri ada. Kanada ada. Malaysia ada. Dan negara-negara yang lain ada, bukan hanya kita. Dan kita tahu, yang dari negaranegara lain ada yang dieksekusi, dipotong kayak gitu.
Warga kita yang sepuluh bisa dibebaskan. Kok rame? Enggak ngerti saya. Apa mudah membebaskan seperti itu? Sangat sulit. Medannya sangat sulit. Pulaunya juga dikepung tentara Filipina. Ya ndak?
Dan yang ingin membantu kita, memang kemarin ada beberapa grup. “Pak, ini saya punya hubungan dengan, maksud saya, saya punya jalur. Boleh gak kita membantu?― “Lho boleh saja, silakan, dengan catatan di bawah koordinasi Bu Menteri Luar Negeri dan Panglima TNI.― Jawaban saya itu.
Ternyata ada yang datang lagi, “Pak, saya punya jalur khusus, bisa cepet.― “Ya silakan. Tapi ingat, dua-duanya saya sampaikan.―
Ada yang datang lagi, “Pak, saya punya teman.― “Ya silakan. Untuk negara, kenapa tidak? Dengan catatan, satu, yang tadi. Yang kedua, jangan minta uang ke pemerintah. Ingat lho.― “Nanti bisa, Pak, ini harus membayar.― “Ndak. Kalau enggak, ya silakan.―
Begitu dilepaskan, rame. Ya gak? Coba baca social media. Ramenya kayak gitu, komentarnya. Yang saya baca sebenarnya komentar-komentar itu.
Geleng-geleng kepala saya. Kenapa? Mestinya di situ kan semuanya, “Alhamdulillah.― http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Saya sudah sampaikan. Pemerintah tidak bayar sama sekali. Dan bisa lepas 10, kok kita tidak mengucap syukur?
Rame itu. Tiga hari saya membaca komentar-komentar. Waduh rame banget, rame banget. Makin lama, makin panas. Waduh.
Lah negara lain itu, bebas satu saja warga mereka, sudah mereka betul-betul berterima kasih yang bukan main kepada yang membebaskan.
Tapi yang empat ini sudah bebas, biasa-biasa aja. Saya baca komentar kemarin, kok biasa aja ya?
Ya memang itu juga tugas negara. Kita juga enggak ingin kok di-‘Terima kasih’, enggak. Tetapi jangan komentarnya yang negatif.
Kita harus membiasakanlah berpikir positif. Jangan membawa pikiran-pikiran negatif dan komentar-komentar seperti itu. Saya ingin mengajak, selalu positive thinking, berpikiran positif, tidak selalu negatiiif terus bawaannya.
Kemarin itu dilepas empat, saya baca komentarnya enggak serame yang 10. Berarti dibebaskan 14 loh, iya gak? Negara lain membebaskan satu saja sampai sekarang enggak berhasil. Kita 14.
Saya sebetulnya mau cerita jalurnya gimana-gimana, tapi enggak usah, 86. Nanti nambahin, ulangi lagi nanti.
Dan untuk asuransi tadi, nanti biar Pak Teten cerita mengenai ini. Kita juga ingin menyiapkan sebuah sistem yang terus kita godok, lalu kita putuskan.
Tadi yang kedua ini juga, kalau pulang ya, nanti biar Pak Teten juga yang menjawab tadi itu, karena memang kita ini baru menyiapkan sebuah perencanaan yang belum matang. Jadi, saya belum memutuskan. Saya enggak bisa cerita. Tapi untuk mungkin sedikit informasi, nanti biar Pak Teten yang menyampaikan.
Tadi yang keempat, siapa tadi? Reza tadi. Yang berlian-berlian nanti ya.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Ya itu kemungkinan besar juga ditanyakan karena apa pun, kalo ada anak yang sangat pandai, yang pandai, ya tentu saja jangan negara lain yang mendapatkan manfaat. Mestinya negara kita. Ya kan?
Tetapi memang, kalau membandingkan, income di sini, income di sini, ya memang berbeda. Misalnya di negara yang lain, bisa diberikan sebuah karpet merah, dengan gaji yang sangat tinggi. Di negara, kita mungkin belum. Memang enggak bisa membandingkan seperti itu, enggak bisa.
Tetapi pada suatu titik, apabila negara kita income per capita-nya sudah tinggi, itu akan berbeda lagi.
Persoalan sekarang ini, persoalan sekarang ini terlalu banyak yang harus kita selesaikan. Enggak bisa kita. Satu per satu harus kita selesaikan.
Tetapi yang jelas, kita akan sangat menghargai sekali apabila ada anak-anak pandai yang kita punyai itu tidak diambil, tidak dimanfaatkan oleh negara-negara yang lain.
Saya tahu, banyak sekali. Saya sebenarnya kaget waktu ke Silicon Valley di Amerika. Di Facebook, ada berapa kemarin? Mungkin hampir 20-an. Di Twitter, ada berapa? Tujuh orang. Di Plug and Play, ada juga berapa orang? Lima orang. Saya ngerti, kita ini pinter-pinter.
Tapi memang di Indonesia masalah digital economy itu belum, potensinya ada, tapi ekosistemnya belum terbentuk. Dalam lima tahun ke depan, itu ada potensi kurang lebih 130 miliar US. Artinya, kurang lebih 2 ribu triliun, hampir 2 ribu triliun. Gede banget. Tapi potensi itu belum bisa dimanfaatkan karena ekosistemnya belum terbentuk. Yang berkaitan dengan developers-nya, dengan technopreneur-nya, modal ventura yang untuk mendukung itu, ini yang baru kita siapsiapkan.
Kemarin ada juga pertanyaan yang sama waktu kita ke Amerika, juga sama. Ya kalau di tempat kita sudah siap, tempatnya juga kayaknya belum. Tetapi siapa yang harus menyiapkan itu? Bukan hanya pemerintah. Enggak mungkin pemerintah itu sendiri, tidak mungkin. Ini semuanya harus.
Misalnya jago-jago mengenai IT itu harus ada. Yang berkaitan dengan finance untuk modal ventura juga sudah harus ada. Kan ini menyangkut sebuah ekosistem yang banyak sekali.
Pemerintah itu apa sih sebetulnya? Menyiapkan aturan, menyiapkan regulasi. Fungsinya itu aja, sehingga sekarang ini yang kita kejar bagaimana agar pemerintah ini tidak berbelit-belit, pemerintah ini menyederhanakan semua perizinan, sehingga muncul Paket satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas. Dua belas saat ini. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Untuk apa? Agar semuanya menjadi simpel, agar semuanya menjadi sederhana, sehingga nanti ada ekosistem, industri terbentuk, di bidang perekonomian terbentuk, muncul dengan sendirinya.
Ngurus izin aja coba sampe—saya ingin sampaikan—ngurus izin untuk pembangkit listrik. Kan hampir semua provinsi masih biarpet.
Saya terus terang aja. Saya enggak akan menutup-tutupi hal-hal yang belum baik.
Ngurus izin sampe berapa? Saya tanya ke orang mau membangun, investor. Mengeluh semuanya. Ada yang ngomong ke saya, “Dua tahun.― Ada yang ngomong lagi, “Empat tahun ngurus izin belum selesai.― Ada yang ngomong lagi, †tahun belum selesai.― Coba, ngurus izinnya aja enam tahun. Gimana? Bangunnya kapan?
Ada 59 izin yang harus dia pegang kalau mau ngurus itu. Sudah kita potong jadi 25 izin. Dari 59, jadi 25 izin. Potong.
Tapi juga masih 250 hari, udah hampir setahun juga. Kelamaan.
Urusan izin hanya lima jam. Malah 6 tahun. Apa itu bener? Ndak.
Itu Pak Franky, Kepala BKPM, bagian investasi juga. Ngurus izin di situ dulu bisa enam bulan, bisa delapan bulan, bisa setahun, ngurus izin. “Saya minta dipercepat.― “Ya, Pak, saya siapin. Bisa dua minggu, dari enam bulan, delapan bulan “Enggak, enggak mau dua minggu. Enggak mau minggu, enggak mau saya. Hari, saya enggak mau. Saya minta jam.―
Mulai Januari kemarin, saya lihat bisa. Sekarang ngurus hanya 3 jam untuk 8 izin coba. Ini hanya sebagai contoh bahwa kita ini mampu, bisa melakukan, mampu melakukan kalau mau, kalau niat. Kalau enggak punya niat, enggak punya kemauan, ya sampai kapan pun enggak bisa.
3 jam. Zaman kayak gini, masak masih tulis-menulis. Iya tidak? Zaman IT kayak gini, enggak bisa.
Saya maunya harus cepet-cepetan. Kalau enggak, terlibas kita oleh negara lain, kalah kita dari negara lain.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Ya udah. Bisa 3 jam, enggak dicopot ini. Akhirnya kan bisa, bisa melakukan.
Sama, di tempat yang lain saya akan minta yang berkaitan dengan perizinan. Itu urusannya adalah urusan jam juga, urusan jam, bukan urusan hari lagi.
Memang ini satu per satu. Di sini selesai, pindah. Di sini selesai, pindah. Memang harus dikawal seperti itu. Pekerjaan saya sekarang ini mengawal yang berkaitan dengan pelayanan perizinan, termasuk pelayanan yang berkaitan dengan TKI, baik yang di KBRI maupun yang ada di Indonesia, yang di Kemenaker, semuanya.
Semuanya harus di-upgrade, diubah, diganti, diperbaiki, dibenahi kalau kita ingin menang, kalau kita ingin memenangkan kompetisi, memenangkan persaingan. Semuanya harus diubah, harus dibenahi, harus diperbaiki. Enggak ada yang lain lagi.
Kemudian, tadi yang dari Bu Rosi nanti biar Bu Menteri yang menjawab. Setiap kita pergi ke Amerika, Jepang, pertanyaan ini selalu muncul.
Tetapi ingat bahwa itu ada produk undang-undang. Dan inilah yang kita siapkan untuk bisa direvisi, sehingga keinginankeinginan seperti ini bisa terakomodasi.
Biar nanti Bu Menteri yang menyampaikan. Silakan, Bu Menteri dan Pak Teten. Siaap lagi? Pak Franky juga silakan.
Terima kasih.
Menteri Luar Negeri:
Terima kasih, Bapak Presiden.
Teman-teman yang saya hormati,
Saya ingin menyampaikan dua hal, merespons dua hal. Pertama adalah mengenai masalah pelayanan kepada warga negara Indonesia. Dan yang kedua, mengenai masalah dwikewarganegaraan.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pelayanan. Teman-teman, saya ingin bercerita bahwa politik luar negeri Indonesia memiliki empat prioritas. Dan salah satu prioritas adalah memproteksi, melindungi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri.
Oleh karena itu, semua Kedutaan Besar Republik Indonesia di seluruh dunia, mereka pasti memberikan perhatian yang besar terhadap masalah perlindungan warga negara Indonesia.
Nah, yang harus juga diperhatikan adalah, dalam memberikan perlindungan ini, tentunya ada peraturan-peraturan setempat yang juga harus kita hormati. Bagaimanapun, kita memang harus tetap menghormati peraturan yang berlaku di negara itu.
Kalau kita lihat jumlah WNI yang ada di luar negeri, jumlahnya cukup banyak. Delapan juta WNI yang tinggal di luar negeri. Dan dari Kementerian Luar Negeri, sebagai salah satu bentuk keberpihakan kita, maka di Kementerian Luar Negeri ada satu eselon I yang secara khusus menangani mengenai masalah diaspora Indonesia yang ada di luar negeri.
Nah, saya bicara banyak dengan Pak Franky, dengan Pak Kepala BKPM, mengenai masalah apa yang bisa diberikan oleh pemerintah, diberikan oleh negara kepada diaspora Indonesia.
Jadi, kita tahu ada satu hal yang bisa kita lakukan mengenai masalah pemberian dwikewarganegaraan pada saat ini karena, sebagaimana yang Bapak Presiden tadi sampaikan, ada undang-undang yang harus dibahas bersama dan dibahas oleh semua anak bangsa katakanlah, memberikan masukan dan sebagainya.
Nah, sambil menunggu perubahan undang-undang ini dapat dilakukan, paling tidak ada langkah maju yang dapat diberikan oleh Pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah—saya bicara dengan Pak Menkumham—sebelumnya kalau teman-teman ke Indonesia, visa yang diberikan ini adalah untuk warga negara Indonesia yang sudah menjadi warga negara asing.
Maka akan ada revisi Peraturan Nomor 31 Tahun 2013 tentang Visa Multiple Entry. Yang sebelumnya hanya 1 tahun, maka sekarang akan diberikan 5 tahun bagi eks warga negara Indonesia.
Nah, yang saya dan Pak Franky, kita berusaha untuk membahas apa yang bisa dilakukan ataupun kemudahan apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk sekali lagi membantu diaspora Indonesia yang ada di luar negeri. Ada yang berencana akan memberikan izin usaha, memiliki properti, membuka rekening, memperoleh izin kerja, dan sebagainya yang nanti ini adalah saya mohon kepada Pak Franky untuk menjelaskan mengenai apa yang dapat diberikan, kemudahan apa yang dapat diberikan oleh pemerintah untuk diaspora.
Kembali ke masalah pelayanan, jadi kita akan all out untuk mengayomi, sekali lagi untuk mengayomi dan melindungi warga negara Indonesia. Dan teman-teman pasti tidak percaya apabila semua kasus yang menyangkut WNI itu http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
dimonitor Kementerian luar negeri. Ke mana pun saya pergi, teman-teman saya terima laporan, masuk, masuk, masuk laporan dari mana-mana karena saya terhubung dengan asosiasi-asosiasi Buruh Migran Indonesia di seluruh dunia.
Jadi, teman-temanlah yang memberikan masukan kepada saya. Mungkin beberapa kedutaan belum mengenal karena tempatnya jauh dan sebagainya. Maka kemudian saya jelaskan ke teman-teman yang ada di KBRI, “Ini ada kasus di sini. Mohon segera dihubungi nomor teleponnya ini dan sebagainya.― Itu sampai pada upaya untuk kecepatan pemberiannya.
Jadi, saya dibantu banyak sekali oleh teman-teman Buruh Migran Indonesia untuk memberikan informasi mengenai kasus emergency terutama yang harus kita bantu segera. Jadi, semuanya akan dipermudah.
Dan saya senang, Pak Dubes, sebentar lagi KBRI Seoul akan meluncurkan satu aplikasi yang akan sangat mempermudah teman-teman untuk lapor diri, untuk melakukan pelayanan apa pun, dan itu akan di-launch oleh Pak Dubes. Jadi, Teman-teman, rest assured, we are with you.
Terima kasih.
Duta Besar Indonesia:
Terima kasih, Bu Menlu.
Jadi, sekaligus menambahkan apa yang disampaikan Bu Menlu.
Yang pertama adalah tentang bagaimana kita memberikan suatu kepastian bagi para diaspora yang, pertama, masih berstatuskan warga negara Indonesia, hanya memiliki paspor. Dan tadi sudah disampaikan, kalau mau beli properti misalnya, atau buka event, atau melakukan investasi, kami di dalam Per Menteri Perekonomian, Bu Menlu, dan Pak Menkumham sedang menyiapkan satu perpres atau nanti PP yang mengatur sebagai berikut.
Prtama, bagi yang hanya memiliki paspor akan diakui sebagai KTP.
Yang kedua, akan dikeluarkan oleh KBRI yang tadi ini, yang disebut dengan kartu diaspora, akan diatur sebagai NPWP karena membeli properti, membeli tanah atau membeli rumah di Indonesia memang dipersoalkan tadi: harus memiliki KTP. Oleh karena itu, kita sedang melakukan koordinasi dalam proses persiapan revisi atau pembuatan PP atau peraturan tentang itu. Jadi, itu untuk mereka diaspora yang status masih adalah warga WNI.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Nah yang kedua adalah Bu Menteri tadi menyampaikan mengenai eks warga negara Indonesia. Kita juga memberlakukan yang sama, dengan kartu diaspora, kemudian dapat diperlakukan sebagai KTP, dan juga NPWP.
Yang terpenting adalah, di dalam melakukan aktivitas investasi atau pembukaan usaha, tetap diperlakukan sebagai pemilik modal dan tidak diperlakukan sebagai WNA. Artinya dengan segala fasilitas yang melekat dengan WNI.Untuk eks WNI—ya tadi ada ahli dari farmasi—kalau bekerja di Indonesia, tidak diperlakukan sebagai tenaga bebas. Jadi, tidak perlu ada ITAS.
Nah ini proses yang sebetulnya akan lebih memudahkan warga negara Inodnesia atau eks warna negara Indoneisa untuk bisa tetap memberikan kontribusinya pada pembangunan di Indonesia.
Yang ketiga adalah kami sedang memikirkan sampai generasi berapa. Ini yang eks WNI, itu kan ada yang karena orang tua atau karena neneknya. Jadi, kita akan putuskan, pertimbangkan sampai generasi keberapa.
Saat ini masih pada satu generasi saja.
Teten Masduki, Kepala Kantor Staf Presiden:
Bapak Presiden yang terhormat,
Bu Menlu,
Kasetpres,
Rekan-rekan sekalian,
Jadi, saya ingin menambahkan sedikit apa yang disampaikan Bapak Presiden. ...
Ada tiga ... Dan ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia.
Kita harus bisa masuk ke dalam pasar-pasar ekonomi Asia sekarang. Jadi jangan sedih kalo kita berada di luar negeri. Justru kita harus rebut pasar tenaga kerja dengan kita di luar negeri. Oleh karena itu, Bapak Presiden berpesan untuk meningkatkan skills tenaga kerja kita di luar negeri.
Dan memang sekarang ini TKI ini selalu ada 3 masalah. Pada saat mau pergi, selalu meninggalkan utang. Ya gak? Sama untuk mengurus segala macam dulu, biayanya banyak. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Yang kedua, ketika bekerja harus dilindungi. Bekerja di luar negeri harus dilindungi, dengan KBRI-KBRI setempat saya kira penting punya lawyer-lawyer. Ahli hukum perburuhan di Korea ini ada, Pak, sehingga WNI sampai saat ini bisa terlindungi.
Dan ketiga, ketika pulang harus mempunyai modal untuk memulai usaha baru. Nah kemarin Bapak Presiden berpesan. Sedang kami godok pesan-pesan itu. Ini kan diperkirakan ada sekitar 3 juta tenaga kerja kita di luar negeri. Katakan saja 100 dolar per bulan.
Kalau itu dikelola, berarti ada 300 juta dolar per bulan. Kalau ini dikelola dengan manajemen investasi yang benar, sehingga sebenarnya para TKI itu pulang bisa menjamin kemakmuran, memulai usaha baru, bisa dipakai untuk membangun desanya, katakanlah membangun lingkungan hijau atau listrik kan gampang, bisa dipakai untuk membangun solar, tenaga surya. Sahamnya bisa dibeli untuk pekerja-pekerjanya.
Dan yang paling pokok dari sisi pengelolaan ini, harus aman. Uang TKI ini harus aman. Dan kita harus bisa menyekolahkan anak-anak
Dan kita harus bisa menyekolahkan anak-anak. Kalau tidak sekolah, tidak akan ada perubahan vertikal, secara struktural. Ini yang akan mengurangi kemiskinan dan lain sebagainya.
Jadi, kira-kira itulah yang sekarang memang sedang kami godok, sedang diuji di lapangan. Dan kami sudah survei ke daerah-daerah di luar DKI, di desa-desa. Kemarin tim kami di wilayah Bogor, di Sukabumi, di mana-mana. Nanti kita akan sosialisasikan.
Intinya nanti, kalau berangkat, tidak meninggalkan utang yang banyak; ketika bekerja, harus terlindungi; ketika pulang, punya modal usaha untuk memulai hidup yang lebih baik di Indonesia. Kira-kira begitu.
Terima kasih.
Presiden Joko Widodo:
Saya kira tadi sudah bisa semuanya. Ada yang menjanjikan 4 bulan. Nanti dilihat. Ada yang menyiapkan regulasinya, aturan-aturannya dengan cepat. Dan kita harapkan nanti betul-betul, ketika aturan sudah sampai di meja saya, saya tinggal tanda tangan. Bagian Presiden kan tanda tangan.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Tanpa didukung kesempatan di kementerian, di lembaga yang ada, ya enggak akan investasi apa pun di Indonesia. Jelas bahwa nanti yang namanya kartu diaspora bisa dianggap sebagai KTP atau juga paspornya. Artinya bisa beli properti apa pun, untuk investasi apa pun di Indonesia.
Kemudian tadi dari Pak Teten yang masih dalam godokan, misalnya 100 dolar itu betul-betul bisa ditabung oleh Saudarasaudara semuanya, ini uang yang bukan kecil. Bisa diambil lagi untuk investasi, baik investasi di kampung atau di kota Bapak-Ibu semuanya. Oleh siapa ya? Bapak-Ibu sendiri.
Tapi mestinya, kalau itu bisa gabungan, lebih baik. Misalnya, saya misalkan barang-barang dari ... ini ada berapa? Misalnya ada 1.000. Gabungan: 1.000 x 100 x setiap tahun misalnya, katakan 5 tahun, udah berapa? Uang yang tidak kecil, uang gede banget. Bisa diinvestasikan saat ini, kata Pak Teten tadi, misalnya untuk investasi listrik, mikroenergi di kabupaten itu. Ya kan hadir listrik di situ. Memang bulanan karena berjualan listrik. Listriknya juga PLN ya kan? Memang bulanan. Atau investasi-investasi yang lain yang dikerjakan bersama-sama. Enggak mungkin ini sendirian, enggak mungkin.
Investasi lain banyak. Itu kan ada sedang sampai yang gede, misalnya investasi di bidang peternakan. Kenapa tidak? Indonesia sekarang ini masih kurang daging banyak sekali, jutaan kilo satu bulan, jutaan.
Kalo bisa bareng-bareng misalnya 1.000 dari kita ini digabung, ya bareng-bareng membuat peternakan dengan skala yang besar, ya itu baru jadi. Kalo satu-satu, gak bakal mungkin. Harus gabung.
Ini yang juga saya perintah Pak Teten Masduki, apa yang bisa diinvestasikan di kota, di kabupaten, di kampung kita. Atau mungkin misalnya nanam. Nanti pemerintah yang menyiapkan.
Yang namanya jambu aja kita masih impor, jambu guava. Kan kebangetan gitu ya. Kita impor jambu. Banyak pabrik jus kekurangan jambu. Lucu.
Ini kan buah di sini ada. Pemerintah menyiapkan ada berapa hektare, siapkan. Tanami jambu ya sudah.
Terus kekurangan lainnya apa? Tepung kasava, kita juga masih impor. Tanam singkong, tanam harus yang banyak karena yang ingin diserap itu jumlahnya gede itu.
Enggak mungkin sendiri-sendiri. Enggak mungkin seperti itu. misalnya punya 100 juta, 100 juta, 100 juta, digabung. Katakanlah 1.000 X 100 juta. Berapa 1.000 X 100 juta? 100 miliar ya kan? Benar? Kan gede banget ya enggak?. Memang harus seperti itu. Enggak mungkin sendiri-sendiri, Enggak mungkin.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Atau mau nanam jagung. Jagung, kita butuh 27 juta ton. Masih kurang Indonesia, masih kurang.
Tanam jagung. Tapi siapa yang mau investasi ke sana? Nanamnya yang kecil-kecil. Kan sulit. Menjualnya juga sulit. Nanamnya juga kesulitan karena jualnya yang besar, yang digabung.
Digabung, digabung, digabung, itu yang tadi disampaikan, dikonsep oleh Pak Teten, yang seperti itu. Investasi dijalani bareng-bareng, dari Jawa Timur, dari Lampung, bareng-bareng.
Konsepsinya ya di pemerintah. Diberikan lahan oleh pemerintah. Tapi betul-betul ditanami.
Banyak yang kurang. Barang-barang impor itu banyak sekali. Hal sepele-sepele: singkong, jagung, kurang banyak ini. Jambu, hampir semua buah itu kita banyak yang masih impor.
Masak Bapak-Ibu, Saudara-saudara semuanya yang ngurusi high tech semuanya di sini enggak bisa? Kalau sudah pengalaman di sini, pake itu. Ya memang kita harus ada kerja samanya.
Dan kerjanya kerja cepat. Enggak bisa kita kerja hanya kayak dulu-dulu. Digeser yang lain. Enggak. Inilah persaingan. Enggak bisa kita tanpa kerja sama dan kerja. Tanpa kecepatan dan produktivitas yang baik, enggak mungkin kita bersama-sama.
Saya kira itu sebagai tambahan dari saya. Nanti yang dari Pak Teten saya minta share kepada Bapak, Ibu, dan Saudarasaudara semuanya. Kalau kira-kira masukannya apa, tambahannya apa, supaya kita matangkan bersama-sama.
Tapi bahwa dengan cara-cara gini, memang harus kita koordinasi betul agar investasi yang dilakukan itu betul-betul bisa memberikan hasil dalam sebuah goal jangka panjang. Kalau sendiri-sendiri boleh, pasar dunia ini enggak bisa, terlalu berat.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan. Sekali lagi, terima kasih atas kehadirannya.
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
***** http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Biro Pers, Media dan Investasi
Sekretariat Presiden
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 27 January, 2017, 07:18