Seminar Nasional ‘ Kota Hijau Pesisir Tropis ‘
GREEN CAMPUS, WHERE ARE YOU? Wasilah1 Josef Prijotomo2 Murni Rachmawati3 1Architecture/Lecture/Science of
Technology of Faculty, Islamic State of Alauddin University Program of Architecture Department of Sepuluh November of Technology of Surabaya (ITS) 3Arrchitecture/Head of Department/ Doctoral Program of Architecture Department of Sepuluh November of Technology of Surabaya (ITS
2Architecture/Professor/Doctoral
Abstrak This adult environmental issues be the subject of warm in academics, an event planner, or practitioner. Environmental issues discussed, among others, the decline in the quality of the air; global warming, the lack of waste management and the trash and others. The environment green and healthy of the campus, is one of the things that has important roles, in order to support learning, teaching, researching and developing the works that will be generated for each student. As a generation that has the intellectual demands, the process of development of thinking can also be influenced by the surrounding environment, better than building management and beautiful of its environment, better than building management and the beauty of its environment. The community of campus is one that has the potential to contribute to the realization of environment-friendly society, through improved understanding and awareness of design and elements of ecological planning in his environment. This program should be immediately implemented to create The Green Campus, building awareness for management and the greening of the campus as well as make the greening the campus is a shared responsibility for all citizens of the campus. Various studies and discussions conducted in order to find shared solutions and understanding will be the handling of environmental issues that are effective and efficient. In general, the handling of environmental issues in the nature of the concept of macro/handling methods and have not been in education for communities that are in the environment. Therefore, the need to develop a concept of handling environmental issues on a more micro level and the direct participation of the community in its role as a product of the education process is obtained by the community itself. This paper is expected to provide solutions to these issues. By using qualitative methods to describe the advantages and disadvantages of implementation of various technological research that has been done, which are related to the management of water, energy, waste management and environmental health. Keywords: global warming, ecodesign, eco community, ecoliteracity, waste management.
Pendahuluan Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara
keseluruhan dengan keberlangsungan sumber daya Kerusakan alam yang secara sudah demikian parah, kini sudah dipikirkan dengan pendekatan pengertian kearah ekologi.
menjaga alam. ekologis saatnya dengan
Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia / September 2013 | 1
GREEN CAMPUS, WHERE ARE YOU?
Manusia diharapkan menjaga dan memelihara kelestarian alam, pada setiap kegiatannya terutama yang berkaitan dengan sumber daya alam. Upaya tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia disegala kegiatannya untuk menyelamatkan kualitas alam yang akan menjamin kualitas hidup manusia. Salah satu upaya tersebut adalah program lingkungan yang ditujukan untuk lingkungan Perguruan Tinggi yang disebut dengan program eco-campus (Green Campus). Pada dasarnya berbagai program lingkungan yang dibuat pemerintah tidak terkecuali eco-campus adalah bersifat sukarela (volunteer) dan merupakan program stimulus, dimana tidak ada unsur paksaan maupun tekanan dari pemerintah. Dengan demikian yang diharapakan adalah muncul dan terbangunnnya kesadaran dan kepedulian warga kampus sendiri dalam memelihara kelestarian lingkungan. Demikian juga kampus sebagai tempat berkumpulnya para intelektual dan tempat dilahirkannya para intelektual muda generasi penerus bangsa diharapkan dapat menjadi model atau contoh bagi institusi lain dalam pengelolaan lingkungan yang baik. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas. Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas. Pendekatan ekologi merupakan cara pemecahan masalah rancangan arsitektur
dengan mengutamakan keselarasan rancangan dengan alam, melalui pemecahan secara teknis dan ilmiah. Pendekatan ini diharapkan menghasilkan konsep-konsep perancangan arsitektur yang ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistim, menggunakan energi yang efisien, memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien, menekanan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang. Semua ini ditujukan bagi kelangsungan ekosistim, kelestarian alam dengan tidak merusak tanah, air dan udara., tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan manusia secara fisik, social dan ekonomi secara berkelanjutan. Teori Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Frick Heinz, Dasar-dasar Ekoarsitektur, 1998). Indonesia memiliki iklim isothermal, dengan fluktuasi suhu musiman untuk masingmasing wilayah sangat kecil. Variasi suhu di Indonesia hanya dipengaruhi oleh ketinggian tempat (altitude). Ada dua daerah yaitu dataran tinggi (pegunungan) dan dataran rendah (pantai). Suhu maksimum di Indonesia menurun sebesar 0,6 C untuk setiap kenaikan elevasi setinggi 100 m. (Benyamin Lakitan, 1997) Salah satu bentuk konsep desain arsitektur yang memperhatikan masalah energy dan berwawasan lingkungan adalah Ekoarsitektur. Menurut Heinz Frick (1998), Eko diambil dari kata ekologi yang didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ekologi Arsitektur adalah :
2 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013
Holistis,
berhubungan
dengan
sistem
Wasilah 1 Josef Prtomo 2 Murni Rachmawati 3
keseluruhan, yang
sebagai
suatu
kesatuan
lebih penting dari pada sekadar
kumpulan bagian Memanfaatkan (tradisi
dalam
pengalaman
manusia,
pembangunan)
dan
pengalaman lingkungan alam terhadap manusia Pembangunan sebagai proses, dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis Prinsip-prinsip ekologi sering berpengruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology-A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain : a. Flutuation Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut. b. Stratification Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagianbagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu. c. Interdependence (saling ketergantungan) Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan. Oleh karenanya, diperlukan kesadaran manusia menciptakan gerakan hijau merupakan hal yang diupayakan semua orang untuk menyelamatkan bumi. Menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan ramah lingkungan harus diikuti dengan tindakan nyata. Langkah ini sudah mulai banyak dilakukan oleh beberapa kampus perguruan
tinggi di dunia tak terkecuali di Indonesia. Konsep green yang dimaksud mencakup beberapa hal, yakni green planning dan design, green open space, green waste, green transportation, green water, green energy, green building, bahkan green community. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Green Campus UNNES Semarang Sumber: http://theopandu.blogspot.com/2013/04/greencampus-and-green-architecture.html, diakses tanggal 10 September 2013
Universitas Indonesia (UI) menduduki peringkat ke-15 (skor 6,875), sebagai kampus terhijau dan ramah lingkungan dalam penilaian Green Metric Ranking of World Universities 2010, berdasarkan pengelolaan
lingkungan hidup kampus, yaitu UI Green Metric Ranking of World Universities 2010," (Vishnu Juwono. 2013)
Dalam pemeringkatan metodologi yang digunakan yaitu berdasarkan definisi parameter pengukuran kampus hijau yang dilandasi oleh tiga filosofi dasar, yakni Enviroment, Economic, dan Equity (3`Es). indikator penilaian terdiri dari Statistik Kehijauan Kampus (24%), Pengelolaan Sampah (15%), Energi dan Perubahan Iklim (28%), Penggunaan Air (15%), dan Transportasi (24%). Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Green Campus UI Depok Sumber: http://www.investor.co.id/home/ui-peringkat-15dunia-sebagai-kampus-terhijau/1690, diakses 10-92013
Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013 | 3
GREEN CAMPUS, WHERE ARE YOU?
Metode Secara umum metode yang digunakan pada pembahasan adalah metode analisa dan sintesa, menganalisa data yang kemudian disimpulkan sebagai titik tolak penyusunan konsep perencanaan dan perancangan.
pengembangan ilmu dan teknologi yang bersifat advanced, frontier & multidisciplinary. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada gambar berikut: .
Analisis dan Interpretasi a. "The Green Campus" ITB di Walini, Jawa Barat (http://kotakitaku.blogspot.com/2012/12/thegreen-campus-itb-walini-jawa-barat.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Dalam masa seratus tahun setelah berdirinya pada 1920, ITB pada 2020 adalah “ITB baru”. Kampus ITB Walini yang terletak di Km 108 tol Cipularang, diposisikan mewakili karakteristik “ITB Baru” tidak ditujukan untuk menjawab tantangan jangka pendek. Secara spesifik, ditinjau dari aspek akademik, Kampus ITB Walini diprioritaskan untuk pengembangan bidang ilmu yang bersifat maju, terdepan, dan multidisiplin (advanced, frontier, & multidisciplinary) sesuai dengan tantangan global yang semakin kompleks. Disisi lain dewasa ini telah dapat diamati perkembangan bidang ilmu yang bersifat multidisiplin di negara maju yang "fruitfull", baik dari sisi pengembangan teori maupun dari aspek aplikasinya. Berbagai macam perkembangan sains dan teknologi yang bersifat multidisiplin muncul dan memberikan pengaruh pada peningkatan kualitas dan kesejahteraan hidup manusia tanpa harus mengurangi fungsi-fungsi lingkungan hidup.
Gambar 3. Green Campus ITB Sumber: http://kotakitaku.blogspot.com/2012/12/thegreen-campus-itb-walini-jawa-barat.html, diakses tanggal 10-9-2013
Ada 5 (Lima) fokus pengembangan akademik Kampus ITB Walini, sebagai berikut: (http://kotakitaku.blogspot.com/2012/12/thegreen-campus-itb-walini-jawa-barat.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Gambar 4. Konsep Green Campus ITB Sumber: (http://kotakitaku.blogspot.com/2012/12/thegreen-campus-itb-walini-jawa-barat.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Potensi pengembangan bidang yang bersifat multidisiplin masih sangat terbuka luas, dan diperkirakan akan memberikan dampak dan sumbangan yang lebih berarti pada masyarakat. Berbagai universitas maju telah mengembangkan bidang ilmu yang bersifat advanced, frontier dan multidisiplin. Pengembangan ilmu dan riset multidisiplin ini diyakini akan memberikan peluang lebih besar bagi ITB dalam berkontribusi bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. ITB diharapkan memimpin dalam
Gambar 5. Konsep Green Campus ITB Sumber: (http://kotakitaku.blogspot.com/2012/12/thegreen-campus-itb-walini-jawa-barat.html, diakses tanggal 10-9-2013)
4 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013
Wasilah 1 Josef Prtomo 2 Murni Rachmawati 3
b. Gunadarma Concept
"The
Green
Campus"
c. Nanyang Technology Univeristy of Green Concept
Kepedulian Universitas gunadarma terhadap issue ‘global warming’ telihat pada pembangunan kampus H universitas gunadarma yang mengusung konsep ‘green campus’. Jika dilihat secara keseluruhan, kampus ini memiliki lahan terbuka yang lebih besar di banding dengan lahan yang digunakan untuk pembangunan gedung. Lahan terbuka tersebut ditanami rumput dan pohon-pohon.untuk akses masuk dan lahan parkir kendaraan pun tidak dilakukan pengerasan tanah seperti di aspal atau di beton melainkan menggunakan konblok. Area terbuka kira-kira mencapai 50% dari keseluruahan luas lahan. Area ini sebagian digunakan sebagai akses jalan masuk dan area parrkir kendaraan yang menggunakan konblok sehingga air dapat meresap kedalam tanah melalui celah celah konblok terseebut. Konblok yang digunakan pun berwarna warni yang membentuk sebuah motif sehingga memberi keindahan tersendiri. Kontur tanah yang berbukit dan ditanami rumput dan pepohonan membuat suasana tropis yang hangat. Rumput yang ditanami pada lahan yang berbukit memiliki fungsi untuk menahan tanah agar tak terbawa air atau biasa disebut dengan erosi. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Baru saja mendapat penghargaan BCA Green Mark Platinum Award untuk keberlanjutan oleh pemerintah Singapura, Pusat Pembelajaran adalah konsep kampus baru dirancang oleh desainer London berbasis Thomas Inggris Heatherwick. Belajar Hub adalah segmen proyek 360 juta dilakukan oleh Nanyang Technological University yang telah dikembangkan untuk mendorong keintiman, keramahan dan persekutuan antara siswa dan guru juga
Gambar 6. Konsep Green Campus Gunadarma Sumber: (http://aizu90degree.blogspot.com/2011/02/gunad arma-green-campus-concept.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Gambar 7. Konsep Green Campus Gunadarma Sumber: (http://aizu90degree.blogspot.com/2011/02/gunad arma-green-campus-concept.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Struktur terdiri dari 55 kamar tutorial tapi tanpa koridor apapun karena mereka diyakini menciptakan partisi dan kesedihan. Siswa dapat masuk ke dalam ruang pusat dari setiap sisi bangunan seperti itu tidak memiliki pintu masuk utama yang konvensional. Ruang tengah menghubungkan semua menara individu yang memiliki jumlah ruang kelas. Sebagai ilustrasi dapat dilihat gambar, sebagai berikut:
Gambar 8. Green Campus Nanyang Technology University Sumber: (http://www.planetcustodian.com/2013/07/23/20 72/learning-hub-concept-designed-for-thenanyang-technological-university.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Gambar 9. Green Campus Nanyang Technology University Sumber: (http://www.planetcustodian.com/2013/07/23/20 72/learning-hub-concept-designed-for-thenanyang-technological-university.html, diakses tanggal 10-9-2013)
Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013 | 5
GREEN CAMPUS, WHERE ARE YOU?
Kesimpulan
Ucapan Terima Kasih
1. EcoCampus sebagai sarana untuk mendorong dan membantu universitas dalam kelestarian lingkungan, operasional, dan manajemen yang baik. Eco campus sebagai bentuk kepedulian terhadap libgkungan seperi mengendalikan dampk lingkungan, mengurangi polusi dan mematuhi undang-undang lingkungan.
Ucapan terima kasih saya kepada Promotor Prof.Dr.Ir. Josef Prijotomo, dan Co Promtor yang telah bekerja sama dengan baik khususnya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian tulisan ini.
2. Usaha tersebut akan berhasil dengan baik apabila campus dapat bekerja sama dengan perangkat pengelola lingkungan kampus sebagai berikut: a. Sistem management lingkungan b. Penerapan sistem teknologi ramah lingkungan di kampus c. Green Procurement d. Bangunan berwawasan lingkungan e. Pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) f. Sebagai wilayah konservasi alam g. Membangun akuntanbilitas administrasi
Frick, Heinz. (1998). Arsitektur Ekologis. Kanisius.
3.
Oleh sebab itu, dalam program ecocampus ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai sebutan ecocampus ataupun Green Campus. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: a. Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran b. Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran c. Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape) d. Efisiensi penggunaan listrik e. Efisiensi penggunaan Air f. Efisiensi pemakaian sumber daya alam g. Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global
Dartar Pustaka
Dasar-dasar Yogyakarta:
http://theopandu.blogspot.com/2013/04/green-campusand-green-architecture.html, diakses tanggal 10 September 2013 http://kotakitaku.blogspot.com/2012/12/thegreen-campus-itb-walini-jawa-barat.html, diakses tanggal 10-9-2013 http://aizu90degree.blogspot.com/2011/02/gunad arma-green-campus-concept.html, diakses tanggal 10-9-2013)
http://www.planetcustodian.com/2013/07/23/207 2/learning-hub-concept-designed-for-the-nanyangtechnological-university.html, diakses tanggal 10-9-2013
6 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013