1 GEOMETRI ANALITIK RUANG Dr. Susnt MPd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA...
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga terselesaikannya buku pegangan kuliah untuk mata kuliah Geometri Analitik Ruang. Mata Kuliah ini memuat materi tentang garis lurus, persamaan bola, luasan putaran, dan luasan berderajad dua. Selanjutnya penulis menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna; untuk itu dimohon tanggapan baik berupa kritik dan saran kepada pembaca demi kebaikan buku pegangan kuliah ini. Akhirnya mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………..
iii
BAB I
TITIK DAN VEKTOR DALAM RUANG DIMENSI TIGA ……………………….
1
Titik dalam Ruang Dimensi Tiga ……………………………………………………
1
Jarak Dua Titik ……………………………………………………………………………..
3
Vektor Dalam Ruang Dimensi Tiga ……………………………………………….
5
Hasil Kali Silang Dua Vektor ………………………………………………………….
9
GARIS LURUS ………………………………………………………………………………..
12
Letak Garis Lurus Terhadap Bidang Datar ……………………………………
14
Jarak Dua Garis Bersilangan ………………………………………………………..
19
PERSAMAAN BOLA ..........……………………………………………………………..
21
Bidang Singgung Pada Bola ………………………………………………………….
24
LUASAN PUTARAN ...……………………………………………………………………..
27
Suatu Ellips di Bidang XOY Diputar Mengelilingi Sumbu X ……………
27
Suatu Parabola di Bidang XOY Diputar Mengelilingi Sumbu X……….
29
Suatu Hiperbola di Bidang XOY Diputar Mengelilingi Sumbu X........
30
Suatu Garis Lurus di Bidang XOY Diputar Mengelilingi Sumbu X……
32
Suatu Lingkaran di Bidang XOY Diputar Mengelilingi Sumbu X.......
34
Luasan Putaran Dengan Sumbu Putar Garis Sembarang ………………
35
LUASAN BERDERAJAT DUA …………………………………………………………..
39
DAFTAR KEPUSTAKAAN ……………………………………………………………………………….
56
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB IV
iii
BAB I TITIK DAN VEKTOR DALAM RUANG DIMENSI TIGA 1.1 Titik Dalam Ruang Dimensi Tiga Ada beberapa cara menentukan letak suatu titik dalam ruang dimensi tiga. Cara-cara tersebut didasarkan pada penetapan patokan mula yang digunakan. Dalam tulisan ini dalam menentukan letak suatu titik menggunakan sistem koordinat kartesius siku-siku. Patokan mula yang diambil dalam koordinat kartesius dimensi tiga adalah tiga garis lurus yang saling tegak lurus yang dinamakan sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Meskipun letak garis-garis yang saling tegak lurus ini dapat diambil sesuka hati kita, namun diambil kesepakatan sebagai berikut: sumbu y diambil mendatar, arah ke kanan merupakan arah positif dan ke kiri merupakan arah negatif. Sumbu y dan sumbu z terletak pada kertas kita; sedangkan sumbu x tegak lurus pada kertas dan melalui titik potong sumbu y dan sumbu z. Sumbu x yang menuju kita sebagai arah positif dan arah lawannya sebagai arah negatif. Pengaturan sistem seperti ini dinamakan sistem tangan kanan. Hal ini karena jika empat jari tangan kanan dikepalkan sehingga melengkung dari sumbu x positif ke arah sumbu y positif dan ibu jari akan mengarah ke sumbu z positif. Ketiga sumbu tersebut menentukan tiga bidang, yaitu bidang xy, bidang xz, dan bidang yz. Ketiga bidang ini membagi ruang menjadi delapan oktan, yaitu oktan-oktan I, II, III, IV, ..., VIII. Oktan-oktan I, II, III, dan IV di atas bidang xy, dan lainnya di bawah bidang xy. Oktan-oktan V, VI, VII, dan VIII berturut-turut tepat di bawah oktan-oktan I, II, III, dan IV. Letak suatu titik ditentukan oleh jarak titik itu ke bidang-bidang koordinat yz, xz, dan xy, serta dilihat apakah arah positif atau negatif. Oleh karena itu suatu titik tertentu oleh pasangan (tripel) tiga bilangan, misalnya titik P(x, y, z). Pasangan pertama, yaitu x disebut koordinat x tau absis. Pasangan kedua, yaitu y disebut koordinat y atau ordinat, dan pasangan ketiga disebut koordinat z atau
1
aplikat. Titik-titik P(2, 3, 4) dan Q(4, -2, 3) berturut-turut terletak dalam oktan I dan II. Titik O(0, 0, 0) disebut titik asal. Setiap pada sumbu x, ordinat dan aplikatnya nol, sedang suatu titik yang terletak pada bidang xy, aplikatnya nol. Selanjutnya untuk menggambar sebuah titik, kita tidak perlu menggambar balok, tetapi cukup dengan tiga ruas garis yang menyatakan panjang absis, ordinat, dan aplikatnya. Sebagai contoh perhatikan koordinat T(3, 5, 4) sebagai berikut. Z T(3,5,4)
Y
X
Gambar 1.1
Setiap titik yang aplikatnya positif terletak di atas bidang xy dan jika aplikatnya negatif terletak di bawah bidang xy. Demikian juga untuk bidang-bidang yang lain (xz dan yz). Contoh 1.1.
Titik A(1, -2,-4) terletak di oktan VI Titik B(3, 4, -2) terletak di oktan V Titik C(-2, -3, -5) terletak di oktan VII Titik D(-4, -1, 6) terletak di oktan III
2
1.2 Jarak Dua Titik Perhatikan gambar 1.2 dibawah ini. Akan ditentukan jarak titik asal O ke titik P( x1 , y1 , z1 ). OA x1 , AB y1 , dan BP z1 . Z
P( x1 , y1 , z1 )
Y X Gambar 1.2
Perhatikan OAB yang siku-siku di A, maka 2
2
2
2
OB OA AB x1 y1
2
Selanjutnya pada OBP yang siku-siku di B berlaku bahwa 2
2
OP OB BP 2
2
2
2
OP x1 y1 z1 2
2
2
OP x1 y1 z1
2
Jarak titik O ke titik P( x1 , y1 , z1 ).
Selanjutnya akan ditentukan rumus jarak dua titik sebarang, misalnya titiktitik P( x1 , y1 , z1 ) dan Q( x 2 , y 2 , z 2 ). Perhatkan gambar 1.3 di bawah ini. Z Q(x2, y2, z2)
P(x1, y1, z1)
3
D
Y
A B
C
X Gambar 1.3
AB x 2 x1 BC y 2 y1 DQ z 2 z1
Segitiga ABC siku-siku di B, maka 2
2
AC AB BC 2
2
2
AC x 2 x1 y 2 y1
2
PD AC
Segitiga PDQ siku-siku di D, maka 2
2
PQ PD DQ 2
2
2
2
PQ x 2 x1 y 2 y1 z 2 z1 PQ
2
2
x 2 x1 y 2 y1 z 2 z1
2
2
Rumus diatas adalah rumus jarak antara P( x1 , y1 , z1 ) dan Q( x 2 , y 2 , z 2 ). Contoh 1.2. Jawab:
Tentukan jarak antara titik-titik P(1, -2, 3) dan Q(5, 5, 7) PQ
2
2
x 2 x1 y 2 y1 z 2 z1
PQ (5 1) 2 (5 2) 2 (7 3) 2
PQ 16 49 16 PQ 9
4
2
1.3 Vektor Dalam Ruang Dimensi Tiga Dalam ruang dimensi tiga suatu titik dinyatakan dengan tiga komponen, yaitu absis, ordinat, dan aplikat. Misalnya titik D( x1 , y1 , z1 ); vektor posisi terhadap titik O dari D ini adalah d x1 , y1 , z1 = x1 i y1 j z1 k . Vektor-vektor basis i, j , k berturut-turut adalah vektor-vektor satuan yang searah dengan sumbu-sumbu x positif, y positif, dan z positif. Selanjutnya semua definisi dan teorema vektor pada bidang sama dengan definisi dan teorema vektor dalam ruang. Dalam bahasan ini hanya diberikan contoh-contoh untuk vektor dalam ruang. Contoh 1.3.
Jika a 3,2,4 dan b 2,1,5 , maka (1) 2a+ 3b
= 2 3,2,4
= 3 2,1,5
= 0,7,7 (2) 5a – 2b
= 19,8,30
Untuk rumus perbandingan berlaku bahwa jika a x1 , y1 , z1
adalah vektor
posisi titik A, dan b x 2 , y 2 , z 2 adalah vektor posisi titik B, serta titik C terletak pada ruas garis AB sedemikian hingga AC : CB m : n , maka vektor posisi titik C adalah c
na mb mn
Apabila vektor posisi titik C adalah c xc , y c , z c , maka diperoleh hubungan
xc , y c , z c xc , y c , z c
xc , y c , z c
n x1 , y1 , z1 m x 2 , y 2 , z 2 mn 1 nx1 mx 2 , ny1 my 2 , nz1 mz 2 mn
nx1 mx 2 ny1 my 2 nz1 mz 2 , , mn mn mn
5
Jadi xc
Contoh 1.4.
nx1 mx 2 ; mn
yc
ny1 my 2 ; mn
zc
nz1 mz 2 mn
Segitiga OAB dengan O titik asal, A(4, -2, 1) dan B(6, -3, -11). Titik D terletak pada sisi AB sedemikian hingga
AD : DB 3 : 2 .
Tentukan koordinat titik D.
Jawab:
Misalkan D ( x D , y D , z D ) , maka xD
2.4 3.6 1 5 3 2 5
yD
2.(2) 3.(3) 3 2 3 2 5
zD
2.1 3.(11) 1 6 3 2 5
3 1 1 Jadi D 5 ,2 ,6 . 5 5 5 Apabila a a1 , a 2 , a 3 , maka panjang vektor a yang ditulis dengan a adalah 2
2
a a1 a 2 a 3
2
Jika a a1 , a 2 , a 3 adalah vektor posisi titik A dan b b1 , b2 , b3 adalah vektor posisi titik B, maka
AB
ba b1 , b2 , b3 - a1 , a 2 , a3
b1 a1 , b2 a 2 , b3 a3
AB
(b1 a1 ) 2 (b2 a 2 ) 2 (b3 a3 ) 2
Jika u u1 , u 2 , u 3 dan v v1 , v 2 , v 3 maka perkalian titiknya didefinisikan sama dengan pada vektor di bidang, yaitu: u v u v cos dengan 0
6
Dan dengan mengingat i 1, 0, 0 , j 0, 1, 0 , dan k 0, 0, 1 , maka mudah dimengerti bahwa:
i j j k i k 0, dan i i j j k k 1 Sehingga dapat diturunkan sebagai berikut:
u v u1 , u 2 , u 3 . v1 , v 2 , v3 u v u1v1 u 2 v 2 u 3 v3 dan hasil kali dua vektor ini berupa skalar. Selanjutnya jika dua vektor saling tegak lurus, maka hasil kali titiknya sama dengan nol; sebaliknya jika hasil kali titik dari dua vektor yang bukan vektor nol sama dengan nol, maka dua vektor tersebut saling tegak lurus. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
u v 0 u v atau u 0 atau v 0 Contoh 1.5.
Diketahui
vektor-vektor
a 3, - 2, 1 , b 1, - 3, 5 , dan c 2, 1, - 4 .
Tunjukkan
bahwa
ketiga vektor ini dapat merupakan sisi-sisi suatu segitiga siku-siku. Jawab:
Untuk menunjukkan bahwa ketiga vektor membentuk suatu segitiga, ada dua pertimbangan, yaitu: (1) jumlah ketiga vektor sama dengan vektor nol; atau (2) salah satu vektornya sama dengan jumlah dua vektor lainnya. Mengingat bahwa a b c . Maka ketiga vektor membentuk segitiga. Selanjutnya ditunjukkan bahwasegitiga tersebut adalah segitiga siku-siku. Karena a c = 3.2 + (-2).1 + 1.(-4) = 0, maka a c , sehingga segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku. Untuk menentukan besarnya sudut yang dibentuk oleh dua vektor
u u1 , u 2 , u 3 dan v v1 , v 2 , v 3 yaitu:
cos
uv uv
7
atau
u 1v1 u 2 v 2 u 3 v3
cos
2
2
u1 u 2 u 3
2
2
2
v1 v 2 v3
2
adalah sudut yang dibentuk oleh u dan v
Contoh 1.6.
Diketahui u 2, 3, - 1 dan v -1, 2, 2 . Nyatakan u sebagai jumlah suatu vektor yang sejajar v dan vektor yang tegak lurus pada v .
Jawab:
Gambar 1.4 berikut ini memberikan ilustrasi dari ketentuanketentuan dalam soal dengan mengambil a // v dan b v .
a adalah proyeksi u pada v , maka a u
v v
u 1 2 a 2, 3, - 1 -1, 2, 2 3 3
b
2 v 2 a = -1, 2, 2 3 v 9
a
2 4 4 , , 9 9 9
b u a 2, 3, - 1 -
b
a
v
Gambar 1.4
2 4 4 , , 9 9 9
20 23 - 13 , , 9 9 9
Untuk memeriksa kebenaran perhitungan ini, tunjukkan bahwa a tegak lurus b , yaitu a b 0 .
8
1.4 Hasil Kali Silang Dua Vektor Perhatikan gambar 1.5 berikut ini. ab
b
O
a Gambar 1.5
Diketahui a a1 i a 2 j a 3 k dan b b1 i b2 j b3 k serta adalah sudut yang dibentuk oleh a dan b dengan 0 . Hasil kali silang dari a dan b ditulis a
b dibaca ” a silang b ” didefinisikan sebagai berikut: a b = a b sin u dengan u adalah vektor satuan yang tegak lurus dengan a dan b dan mengikuti aturan pada sistem tangan kanan. Memperhatikan definisi tersebut, karena u adalah vektor satuan, maka
a b = a b sin Karena arah u ditentukan dengan aturan pada sistem aturan tangan kanan, maka dapat disimpulkan bahwa:
b a = b a sin . (u ) = - a b sin . u = -( a b ) Sehingga diperoleh hubungan bahwa:
b a = -( a b ) (sifat anti komutatif) Dari definisi di atas jika a dan b sejajar, yaitu = 0, maka
9
a b = a b sin u a b =0 Maka dapat disimpulkan bahwa dua vektor yang tidak nol adalah sejajar jika dan hanya jika hasil kali silangnya sama dengan nol. Hasil kali silang vektor-vektor bersifat distributif terhadap penjumlahan vektor, yaitu: a (b c) (a b) (a c)
(a b) c) (a c) (b c) (buktikan sebagai latihan) Selanjutnya akan diperoleh hasilkali silang untuk vektor-vektor satuan i, j, dan k , dengan menerapkan definisi hasil kali silang di atas sebagai berikut.
i j = i j sin
.k 2
i j = k Dengan cara yang sama diperoleh,
jk i k i j
j i k
ii 0
k j i
j j 0
ik j
kk 0
Sekarang akan dicari hasil kali silang dari a a1 i a 2 j a 3 k dan b b1 i b2 j b3 k
a b = (a1 i a 2 j a3 k ) (b1 i b2 j b3 k ) = (a1 i a 2 j a3 k ) b1 i (a1 i a 2 j a3 k ) b2 j (a1 i a 2 j a3 k ) b3 k = 0 a 2 b1 k a3 b1 j a1b2 k 0 a3b2 i a1b3 j a 2 b3 i 0 = i (a 2 b3 a3b2 ) j (a1b3 a3 b1 ) k (a1b2 a 2 b1 ) a2
a3
b2
b3
i
j
k
a b = a1 b1
a2
a3
b2
b3
a b=i
j
a1
a3
b1
b3
k
a1
a2
b1
b2
10
Dengan mengingat kembali cara menghitung determinan dengan menggunakan kofaktor-kofaktor baris pertama. Selanjutnya dengan mengingat sifat determinan bahwa apabila dua baris suatu determinan ditukarkan maka determinan yang lainnya negatif dari nilai determinan semula.
i
j
k
i
j
b a = b1 a1
b2
b3 = - a1
a2
a 3 = -( a b ) (bukti sifat anti komutatif)
a2
a3
b2
b3
Contoh 1.7.
Diketahui a 1, - 2, - 1 , b 2, 4, 1
b1
k
Hitunglah a b; a b a ; b a b. i
Jawab:
j
k
2 1 1 1 1 2 a b = 1 2 1 = i -j + k 4 1 2 1 2 4 2 4 1 = 2i j 0k 2i j
a b a = ( 2i j ) ( i 2 j k ) 0 b a b (2i 4 j k ) (2i j ) 0
11
BAB II PERSAMAAN GARIS LURUS
Pada gambar dibawah ini l adalah garis yang melalui titik Po(xo, yo, zo) dan sejajar dengan vektor v ai b j c k . Untuk menentukan persamaan garis l, diambil sebarang titik P(x, y, z) pada garis l, maka Po P // v dan Po P t v dengan t bilangan real. Jika vektor-vektor posisi titik Po dan P terhadap O adalah r o xo , yo , zo ) dan r x, y , z maka Po P r r o dan karena Po P t v, maka
r r o tv r r o tv Z
P
P0 r r0 v Y
X Karena r adalah vektor posisi sebarang titik P pada garis l dan memenuhi persamaan terakhir, maka setiap titik P pada garis l akan memenuhi persamaan tersebut. Dengan kata lain, persamaan garis l yang melalui Po(xo, yo, zo) dan sejajar vektor v = adalah r r o t v Selanjutnya persamaan ini disebut persamaan vektor garis l